Presentasi Kasus
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROKAN
CORPUS ALIENUM Oleh : Oleh: Bachels Joko S G99122002 Aflifia Birruni S G99122009 Caesaria Sarah S G99122026 Cindikya Saftiari D G99122028 Farida Nur K G99122042 Francine Roselind G99122049 PEMBIMBING :Raharjo Kuntoyo, dr., Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
1
2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. E Umur : 25 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Tukang las Agama : Islam
Alamat : Bandung Klaten Tanggal pemeriksaan : 21 Desember 2013 No. RM : 01-23-45-98
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Mata kiri kelilipan gram
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Dr. Moewardi dengan keluhan mata kirinya terasa mengganjal sejak 2 hari SMRS. Awalnya saat pasien melakukan pekerjaannya yaitu sebagai tukang las, pasien merasakan sesuatu masuk ke dalam mata kirinya, saat itu pasien merasakan kelilipan dan menganggap hal tersebut sudah biasa sehingga pasien mengucek-ucek matanya. Malamnya pasien baru merasakan ada yang mengganjal di mata kirinya, mata menjadi merah dan keluar air mata terus menerus.
Pasien mengaku sebelumnya sudah menggunakan obat tetes mata insto, keluhan berkurang namun kambuh kembali. Kemudian pasien melihat mata kirinya untuk mencari apakah ada benda yang masuk ke mata. Pasien melihat adanya gram di mata kirinya. Pasien tidak mengeluh adanya pandangan kabur dan gatal. Pasien sempat berusaha untuk mengeluarkan benda tersebut dengan menggunakan cotton bud namun tidak berhasil sehingga pasien memeriksakannya ke RSDM.
3
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat pakai kacamata : disangkal
Riwayat trauma mata : (+) terkena percikan las
Riwayat konsumsi obat-obat mata: (+) tetes mata insto
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat pakai kacamata : disangkal
F. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses - Gangguan penglihatan
Lokalisasi - Suspek media refrakta
Sebab - Trauma
Perjalanan - Akut
Komplikasi - Ulcus Kornea
III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup Nadi : 68 x/menit
RR : 16 x/menit Suhu : afebril
B. Pemeriksaan subyektif
OD OS
Visus Sentralis Jauh 6/6 6/7
4 Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Refraksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Visus Perifer
Konfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukan Proyeksi sinar tidak dilakukan tidak dilakukan Persepsi warna
Merah tidak dilakukan tidak dilakukan Hijau tidak dilakukan tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif 1. Sekitar mata
Tanda radang ` tidak ada tidak ada Luka tidak ada tidak ada Parut tidak ada tidak ada Kelainan warna tidak ada tidak ada Kelainan bentuk tidak ada tidak ada
2. Supercilium
Warna hitam hitam Tumbuhnya normal normal Kulit sawo matang sawo matang Pasangannya dalam batas normal dalam batas normal Geraknya dalam batas normal dalam batas normal
3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita
Heteroforia tidak ada tidak ada Strabismus tidak ada tidak ada Pseudostrabismus tidak ada tidak ada Exophthalmus tidak ada tidak ada Enophthalmus tidak ada tidak ada Anophthalmus tidak ada tidak ada
4. Ukuran bola mata
Mikrophthalmus tidak ada tidak ada Makrophthalmus tidak ada tidak ada
5 Ptosis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada Bufthalmus tidak ada tidak ada Megalokornea tidak ada tidak ada Mikrokornea tidak ada tidak ada
5. Gerakan Bola Mata
Temporal Superior dalam batas normal dalam batas normal Temporal Inferior dalam batas normal dalam batas normal Temporal dalam batas normal dalam batas normal Nasal Superior dalam batas normal dalam batas normal Nasal Inferior dalam batas normal dalam batas normal
6. Kelopak Mata
Gerakan dalam batas normal dalam batas normal Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Tepi Kelopak Mata
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemi tidak ada tidak ada Entropion tidak ada tidak ada Ekstropion tidak ada tidak ada
7. Sekitar saccus lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemi tidak ada tidak ada
8. Sekitar Glandula lakrimalis
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemis tidak ada tidak ada
9. Tekanan Intra Okuler
Palpasi kesan normal kesan normal
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemis tidak ada tidak ada
6 Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemis tidak ada tidak ada Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva Fornix
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemis tidak ada tidak ada Sekret tidak ada tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Oedem tidak ada tidak ada Hiperemis tidak ada ada
Sekret tidak ada tidak ada Injeksi Konjungtiva tidak ada tidak ada Injeksi Siliar tidak ada tidak ada
Subkonjungtiva
Hematom tidak ada tidak ada
11. Sklera
Warna putih putih Penonjolan tidak ada tidak ada
12. Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus dalam batas normal dalam batas normal Permukaan rata terlihat adanya gram di
sebelah superolateral Sensibilitas tidak dilakukan tidak dilakukan Keratoskop tidak dilakukan tidak dlakukan Flourescin Test tidak dilakukan tidak dlakukan Arcus Zenilis tidak ada tidak ada
13. Kamera Okuli Anterior
Isi jernih jernih Kedalaman dalam dalam
7
14. Iris
Warna coklat kehitaman coklat kehitaman Bentuk bulat bulat
Sinekia anterior tidak ada tidak ada Sinekia posterior tidak ada tidak ada
15. Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm Letak sentral sentral Bentuk bulat bulat Reaksi terhadap
Cahaya Langsung (+) (+) Cahaya tak langsung (+) (+)
Konvergensi tidak dilakukan tidak dilakukan
16. Lensa
Ada/tidak ada ada Kejernihan jernih jernih Letak sentral sentral
17. Corpus vitreum
Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
Visus sentralis jauh 6/6 6/7
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal dalam orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
8
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan intraokuler normal normal
Konjungtiva bulbi dalam batas normal hiperemis
Konjungtiva palpebra dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal
Sub konjungtiva dalam batas normal dalam batas normal
Sklera dalam batas normal dalam batas normal
Kornea dalam batas normal terlihat adanya gram di
sebelah superolateral
Camera oculi anterior dalam dalam
Iris hitam keabu-abuan hitam keabu-abuan
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa jernih jernih
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan
V. GAMBAR
VI. Diagnosis Banding
1. Cornea foreign bodies 2. Keratitis
3. Konjungtivitis
9
VII.DIAGNOSIS
OS Corpus alienum
VIII. TERAPI
Gentamicyn eye ointment
Natrium diklofenak tablet
IX. PLANNING
a. Evakuasi corpus alienum, menggunakan:
Pantokain
Spuit 1 cc
Spekulum mata
Cotton bud
Handscoon
Kassa dan plester b. Edukasi pasien
Mengenai penyakit dan komplikasinya.
Setelah evakuasi corpus untuk sementara pasien tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor.
Kontrol kembali untuk mengetahui adakah komplikasi.
Selalu menggunakan alat pelindung saat bekerja suapaya kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
X. PROGNOSIS
OD OS Ad vitam Bonam Bonam
Ad sanam Bonam Dubia ad bonam Ad fungsionam Bonam Dubia ad bonam Ad cosmeticum Bonam Dubia ad bonam
10
TINJAUAN PUSTAKA CORPUS ALIENUM KORNEA
a. Definisi
Korpus alienum kornea adalah benda asing yang terdapat pada kornea seperti serpihan logam, serpihan kaca, atau serpihan benda-benda organik.
b. Anatomi dan fisiologi kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang menutupi mata bagian depan berupa jaringan transparan dan avaskuler yang berbentuk seperti kaca arloji. Ketebalan bagian sentral pada dewasa sekita 550 mikrometer, diameter horizontal 11,75 mm, vertikal 10,6 mm.
Lapisan kornea dari luar ke dalam dapat dibagi menjadi : 1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan. 2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
11 3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
12 terdepan tanpa ada akhir saraf. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi ±43 dioptri.
c. Patogenesis
Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa disengaja. Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superfisial atau dalam (intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin.
Untuk benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan, memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta bersifat antigenik yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab itu pada pasien seperti ini harus dilakukan follow up ketat untuk komplikasi infeksi.
Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma. Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah di sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika tidak segera dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis jaringan.
Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan stroma kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan stroma pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-sel neutrofil mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi sitokin ke posterior (kamera okuli anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion. Toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri yang pada umumnya dijumpai adalah streptococcus, pseudomonas, enterobactericeae, dan staphylococcus sp.
d. Diagnosis 1. Anamnesis
Aktivitas pasien, keadaan lingkungan, waktu dan mekanisme trauma. Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan pasien seperti nyeri, sensasi mengganjal, fotofobia, air mata yang mengalir terus, dan mata merah.
13 2. Pemeriksaan fisik
Tajam penglihatan normal atau menurun, injeksi konjungtiva, injeksi silier, tampak benda saing di mata, rust ring (terutama jika logam tertanam sudah beberapa jam atau hari), defek epitel yang jelas dengan penggunaan fluoresens, udem kornea.
3. Pemeriksaan laboratorium
Diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adaya benda asing intraokular. Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus infeksi atau ulkus. CT scan, B-scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy dapat digunakan jika ada kecurigaan benda asing intraokular.
e. Komplikasi
1. Rust ring :
Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi, onsetnya 2-4 jam pertama dan komplit dalam 8 jam. Dapat dibuang dengan bantuan slit lamp menggunakan jarum halus ataupun burr.
2. Infeksi kornea
Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus dan jaringan parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresif dan penanganan dokter mata lebih lanjut.
3. Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan tinggi bisa juga telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi pembedahan.
f. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi, dan mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Benda asing yang terletak di permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti usapan cotton bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc atau menggunakan magnet. Setiap pasien dengan benda asing di kornea dilakukan dengan langkah-langkah penatalaksanaan awal sebagai berikut :
1. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan. 2. Berikan anestesi topikal pada mata yang terkena.
14 4. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.
5. Cobalah menggunakan jarum halus.
6. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp. 7. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.
8. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.
9. Berikan analgetik topikal.
10.Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea.
Indikasi rujuk
1. Benda asing sulit dikeluarkan
2. Terbentuk formasi rust ring pada kornea 3. Ada tanda-tanda perforasi bola mata
4. Ada tanda pembentukan ulkus kornea seperti kabur pada dasar defek, noda pada tes fluorosensi bertahan >72 jam
5. Defek pada bagian sentral kornea 6. Hyfema
7. Kerusakan kornea difus 8. Laserasi kornea atau sklera 9. Udem kelopak mata
10.Perdarahan subkonjungtiva yang difus 11.Bentuk pupil yang abnormal
12.Kamera okuli anterior yang dalam
Pada kasus tanpa komplikasi dimana benda asing dapat dikeluarkan, dapat diberikan antibiotik spektrum luas dan obat-obatan cycloplegic. Jika terjadi komplikasi ulkus maka penanganannya seperti ulkus kornea.
Penanganan lebih lanjut pada benda asing yang sulit dikeluarkan harus dilakukan oleh dokter spesialis mata. Sebelum mengeluarkan benda asing, seorang klinisi harus menilai seberapa dalam penetasi kornea, jika mencapai kamera okuli anterior pengangkatan harus dilakukan di kamar operasi dengan alat pembesar yang cukup, penerangan, anestesi dan peralatan yang cukup.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05CorpusAlienum013.pdf/05CorpusAlienum013. html. Akses tanggal 25 Desember 2013.
http://medicalanswer.multiply.com/journal/item/9/Eye-Emergency. Akses tanggal 25 Desember 2013.
http://medicastore.com/penyakit/853/cedera-mata.html. Akses tanggal 25 Desember 2013.