• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

73

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1. Konsep Makro

Yogyakarta dikenal sebagai daerah budayanya yang kental akan budaya tradisionalnya, salah satu budayanya adalah sebuah permainan tradisional yang harus dilestarikan. Namun juga selain melestarikan budaya, kita dituntut untuk mengikuti arus perkembangan zaman yang semakin modern dan serba canggih dengan menciptakan suatu permainan modern yang berfungsi sebagai area komersil. Sedangkan untuk permainan tradisionalnya dapat dikembangkan sebagai fungsi pariwisata. Upaya tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu investasi sebuah tujuan wisata baru di kota Yogyakarta, sehingga permainan tradisional tersebut dapat diperkenalkan kepada para wisatawan. Selain kedua fungsi tersebut, diharapkan bangunan ini dapat menjadi suatu

(2)

74

5.2. Konsep Mikro

5.2.1. Konsep Arsitektur Regionalisme

Konsep dari Arsitektur Regionalisme sendiri adalah perpaduan antara ciri kedaerahan atau lokalitas dengan teknologi modern masa kini, sehingga ciri bangunan juga harus kontekstual, namun dalam menunjukkan identitas suatu daerah tersebut tidak harus menonjolkan bentuk fisik dari bangunan tradisional dari suatu daerah tersebut, akan lebih baik jika arsitektur modern dan tradisional digabungkan dan menjadi sesuatu yang baru. Yang terpenting dari regionalisme adalah kebudayaan daerah tersebut dan juga bangunan yang tanggap terhadap iklim di daerah tersebut. Hal-hal tersebut dapat diciptakan melalui material, bentuk, suasana ruang, dan elemen fisik lainnya. Sedangkan untuk elemen non fisik dapat diciptakan melalui organisasi ruang dan pola sirkulasi. Bentuk arsitektur regionalisme tidak langsung secara mentah memasukkan bentuk arsitektur tradisional kedalam suatu bangunan baru walaupun arsitektur tradisional dan regionalisme sangat berkaitan untuk mencerminkan ciri khas dari suatu daerah.

Beberapa elemen fisik yang dapat diadaptasi kedalam bangunan antara lain: • Keterkaitan arsitektur tradisional dan arsitektur modern.

Dengan mengadaptasi arsitektur tradisional ke dalam bangunan modern yang sudah dimodifikasi dan di variasikan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Sebuah konsep dalam mengkaitkan antara arsitektur masa lampau dengan arsitektur masa kini juga dapat dijadikan sebuah contoh dalam mengadaptasi arsitektur regionalisme, contoh:

(Sumber: http://abarchitects.blogspot.com/2013/11/regionalisme-dalam-arsitektur.html)diakses pada 10 Januari 2014

(3)

75 Bangunan tersebut terinspirasi dari bangunan tradisional jepang kuil ise. Mengambil

dari bentuk kasau khas bangunan tersebut yang bernama "chigi". Sehingga dalam bangunan koferensi tersebut terdapat nilai-nilai kedaerahan.

• Penggunaan material lokal yang dapat melambangkan daerah tersebut.

Namun penggunaan material yang sederhana juga dapat melambangkan arsitektur regionalisme, karena material yang sederhana dan efektifitas melambangkan konsep arsitektur modern. Seperti material baja, beton, dan kaca.

• Responsif atau tanggap terhadap Iklim sekitar

Salah satu ciri khas bangunan regionalisme merupakan bangunan yang tanggap terhadap iklim setempat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa iklim di Indonesia termasuk iklim tropis basah. Aspek ini dirasa sangat penting karena bangunan yang tanggap akan iklim dapat menentukan suatu bangunan tersebut dapat bertahan dalam jangka yang berkepanjangan. Contoh yang perlu diperhatikan dalam pendekatan fisik salah satu bangunan yang tanggap lingkungan adalah Penggunaan ventilasi silang, atap miring, shading, teritisan, dan lain sebagainya.

Gambar 5.2, Transformasi Desain Kyoto International Conference Hall

(Sumber:Wondoamiseno, R.A.1991. Regionalisme dalam Arsitektur Indonesia : Sebuah Harapan, Yayasan Rupadatu, Yogyakarta)

Gambar 5.3, Beberapa Contoh Material Lokal

(4)

76

• Kesatuan dari beberapa aspek-aspek tersebut dapat menimbulkan suatu ke harmonisan dalam estetika arsitektur regionalisme, dimana terdapat bangunan modern yang masih menggambarkan ciri khas daerahnya sehingga tidak kehilangan identitasnya dan tidak terlihat monoton.

5.3. Konsep Tata Ruang

5.3.1. Zonasi dan Organisasi Ruang

Zonasi dan organisasi ruang mengadaptasi dari bangunan tradisional Jawa, yang membagi menjadi beberapa sifat zona yang semakin kedalam semakin bersifat privat. Zonasi tersebut kemudian diadaptasi kedalam fungsi utama bangunan.

Permainan modern diletakkan pada bagian privat karena membutuhkan privasi dan terkadang membutuhkan konsentrasi pada saat sedang bermain, selain itu juga merupakan strategi dagang, agar permainan tradisional tidak tenggelam oleh permainan modern. PERMAINAN TRADISIONAL HALL, GALERI AREA GATHERING PERMAINAN MODERN

Gambar 5.4, Pembagian Zonasi

(5)

77

5.3.2. Konsep Tata Ruang Dalam

No. Nama Ruang Luasan tiap ruang

(m2)

Jumlah Total luas (m2)

1. Game Center

R. Komputer 1,2 m2 / Orang 5x10 unit 60 m2

R. Game Console Kinect 3x4m= 12 m2 10 unit 120 m2

R. Game Console 3x3m= 9 m2 10 unit 90 m2

Kasir + Server 14 m2 1 14 m2

Gudang 9 m2 1 9 m2

Toilet Pengunjung 2,6 m2 /orang 10 orang 26 m2 Toilet Karyawan 2,6 m2 /orang 5 orang 13 m2

Janitor 1,5 m2 1 1,5 m2

R.Tunggu + Istirahat 14 m2 1 14 m2

2. Gathering Area 100 m2 / Unit 4 400 m2

Cafe 35 m2 /Unit 1 35 m2 Pantry 9 m2 1 9 m2 Gudang 9 m2 1 9 m2 3. Permainan Tradisional Gallery 400 m2 400 m2 Pelataran permainan Plaza 30 m2 30 m2 R. Istirahat Karyawan 28 m2 28 m2 R. Penyimpanan Alat (Gudang) 3x5 m= 15 m2 15 m2 R. Istirahat pengunjung+ Warung makan 21x10 m= 210 m2 210 m2 4. Servis R. Mechhanical Electrical 40 m2 40 m2 R. AHU 30 m2 30 m2 R. PABX 15 m2 15 m2 Water Treatment 50 m2 50 m2

Musholla 0,9 m2 / Orang 30 orang 27 m2

Parkir Mobil 13 m2 / Mobil 50 mobil 650 m2

(6)

78

TRADISIONAL

MODERN

GATHERING

GATHERING 5.3.2.1 Sirkulasi Ruang Dalam

Sirkulasi dalam bangunan yang ingin diciptakan adalah dari permainan tradisional menuju tempat yang paling menarik atau menjual yakni permainan modern, dengan tujuan agar tradisional tidak tenggelam oleh modern, oleh karena itu dapat menggunakan pola sirkulasi linear ataupun radial.

5.3.3. Konsep Tata Ruang Luar

Site terpilih terletak di Jalan Kusumanegara yang menurut data merupakan Kawasan Peyangga Alam dan Budaya, Perdagangan dan Jasa, Intensitas Pemanfaatan Ruang Tinggi.

Parkir Motor 1,5 m2 / Motor 100 motor 150 m2 5. Lain-lain

Galleri/ Hall (Event, Pameran, Turnamen)

700 m2 1 700 m2

ATM 4 m2 / Unit 5 20 m2

Games Shop 12 m2 /Unit 20 Unit 240 m2

Total 3505,5 m2

Gambar 5.5, Pola Linear, Spiral dan Radial

(7)

79 Sirkulasi pada site menggunakan sirkulasi kendaraan dan sirkulasi untuk

pejalan kaki. Sirkulasi untuk kendaraan menyesuaikan dengan kebutuhan. Lebih baik jika alur kendaraan mengikuti alur dari jalan Kusumanegara. Jalur dapat dibuat dua arah agar tidak menimbulkan kemacetan pada jalan utama. Sedangkan pedestrian dapat dibuat dan dikombinasikan dengan Ruang Terbuka Hijau dan

Outdoor Gaming.

Untuk ruang parkir kendaraan pribadi disediakan parkir kendaraan diluar bangunan atau di basement khususnya untuk parkir kendaraan karyawan.

Untuk sirkulasi pejalan kaki, pada eksisting disekitar site didekatnya terdapat halte trans jogja, selain itu juga sudah terdapat pedestrian menuju pemukiman warga namun masih terpisah atau belum terhubung dengan site. Oleh karena itu

Gambar 5.6, Jalur Masuk Kendaraan

(Sumber:Pemikiran Penulis)

Gambar 5.7, Keadaan Eksisting Pedestrian dan Halte Transjogja

(8)

80 untuk menghubungkan antara pedestrian dengan site dapat dihubungkan dengan

menggunakan jembatan penghubung, agar pejalan kaki dari arah pemukiman warga dapat mengakses dengan mudah menuju ke dalam site. Selain itu sungai dapat dimanfaatkan sebagai point of view juga.

5.3.4. Orientasi dan Tata Masa Bangunan

Bentuk dari bangunan tradisional jawa dengan atap joglonya yang mendominasi sudah sangat kental dapat dijadikan sebuah massing dari salah satu bentuk bangunan lebih terlihat menonjol dibandingkan bentuk bangunan yang lainnya, yang berfungsi sebagai point of interest

sehingga dapat menarik pengunjung untuk datang.

Gambar 5.9 , Rumah Joglo

(Sumber:djawaku.com) diakses pada: 17 Februari 2014

Gambar 5.10 , Transformasi Bentuk Masa

(Sumber: Pemikiran Penulis)

Gambar 5.11, Point of Interest

(Sumber: Pemikiran Penulis) Gambar 5.8, Jembatan Penghubung Menuju Site

(9)

81 Selain mengambil dari bentuk tradisional, konsep dari arsitektur regionalisme

sendiri adalah mengkombinasikan dengan bentuk modern yang cenderung minimalis dan fungsional. Berikut ini adalah beberapa alternatif masa bangunan, dengan pola radial, linear, dan spiral:

Dari beberapa kemungkinan-kemungkinan diatas dapat diperkirakan menjadi satu kesatuan bentuk yang telah disatukan dan disimpulkan, yakni sebagai berikut:

Gambar 5.12 , Konsep Bangunan Modern Minimalis

(Sumber:modelrumahterbaru.com) diakses pada: 17 Februari 2014

Gambar 5.13 , Alternatif Pola Massa Bangunan

(10)

82

5.4. Konsep Sistem Bangunan 5.4.1. Pencahayaan

Berdasarkan dengan arsitektur Regionalisme suasana ruang sangat penting untuk mengajak pengunjung merasakan suasana khas Yogyakarta. Suasana ruang interior yang ingin diciptakan adalah suasana Yogyakarta, dengan konsep pencahayaan (modern) yang dikombinasikan dengan tekstur tradisional ataupun modern.

5.4.2. Penghawaan

Penghawaan untuk ruangan tertentu menggunakan penghawaan alami dengan

double roof , namun untuk ruangan yang tidak memungkinkan seperti ruangan

modern games yang penuh dengan peralatan elektronik sehingga megeluarkan panas. Maka demi kenyamanan pengunjung digunakan Air Conditioner.

5.4.3. Sistem Struktur

Sistem struktur yang digunakan dalam bangunan ini adalah dengan sistem modul dan kolom standard pada umumnya. Struktur dapat menggunakan sistem perkuatan shear wall atau bearing wall untuk mengantisipasi terjadinya keruntuhan pada bangunan pada saat terjadinya gempa bumi, karena letak lokasi bangunan di kota Yogyakarta yang rawan terjadinya gempa bumi. Bentukan modul disesuaikan dengan bentuk bangunan dengan bentuk denah yang efektif sesuai dengan konsep arsitektur modern.

Gambar 5.15, Pencahayaan dengan suasana kota Yogyakarta

(Sumber:worldlineindonesian.blogspot.com) diakses

(11)

83 SUMBER AIR BERSIH PENYIMPANAN PEMAKAIAN jaringan transmisi jaringan distribusi

Air Tinja dan

Sabun Septictank

Bak Kontrol

Air Lemak Bak Penangkap

Lemak

Bak Kontrol Sumur Resapan

5.4.4. Sistem Utilitas 5.4.4.1. Sanitasi

Sedangkan pada sistem jaringan air kotor dibagi menjadi beberapa bagian, yakni terdiri dari air sabun, air lemak, air tinja dan air hujan. Masing-masing dari jenis pembuangan tersebut memiliki sistem pengolahan jaringan yang berbeda-beda.

Sisa-sisa pembuangan air kotor tersebut pembuangannya harus memiliki suatu

treatment khusus sebelum dibuang ke riol kota, kecuali sistem air hujan yang memiliki perlakuan yang berbeda, dapat langsung dibuang ke riol kota atau dapat dimanfaatkan kembali dengan pengolahan terlebih dahulu lalu dapat dimanfaatkan kembali contohnya untuk menyiram tanaman, oleh karena itu harus terdapat bak penampungan khusus sebelum digunakan kembali.

Air tinja dapat dikontrol dengan menggunakan septictank, air lemak akan dibersihkan dengan bak penangkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang ke riol kota.

Sistem jaringan air bersih

bersumber dari PDAM dan sumur air bersih lalu didistribusikan menggunakan downfeed sistem menuju ke seluruh bangunan baik pada bagian outdoor maupun

indoor bangunan.

Diagram 5.1, Sistem Jaringan Sanitasi pada Bangunan

(12)

84

Genset

PLN

Trafo

MDP

SDP

PP

SDP

PP

SDP

PP

5.4.4.2. Sistem Jaringan Listrik

Sumber utama sistem jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara atau PLN, selain itu juga terdapat sumber cadangan yakni dengan menggunakan generator set atau genset. Sistem jaringan listrik dan komponen utamanya pada umumnya dapat dikontrol melalui MDP (Main Distribution Panel) yang diletakkan pada ruang Mechanical Electrical atau ruang M.E. Lalu MDP didistribusikan ke seluruh bagian per lantai dan beberapa bagian bangunan dengan Sub Distribution Panel atau SDP. Disambungkan dengan menggunakan kabel yang diletakkan diatas plafon agar tidak mengganggu estetika dan terlihat rapi. Lalu kabel-kabel tersebut terhubung ke sistem pencahayaan, stop kontak, dan lain sebagainya. Jumlah stop kontak dan saklar sesuai dengan kebutuhan.

5.4.4.3. Sistem Pencegahan Kebakaran

Kebakaran pada bangunan ini sangat rawan terjadi terutama jika terjadi konslet pada listrik. Pencegahan kebakaran pada dalam bangunan menggunakan

fire sprinkler dengan pendeteksi asap dan panas serta pemadam api ringan. Selain itu untuk pencegahan kebakaran diluar bangunan dapat menggunakan hidran.

Untuk penanggulangan bahaya kebakaran secara pasif disediakan jalur evakuasi berupa pintu dan tangga darurat dengan sistem bahan yang tahan terhadap bahaya kebakaran.

Diagram 5.2, Sistem Jaringan Listrik pada Bangunan

Gambar

Gambar 5.1, Kyoto International Conference Hall
Gambar 5.2, Transformasi Desain Kyoto International Conference Hall   (Sumber: Wondoamiseno, R.A.1991
Gambar 5.4, Pembagian Zonasi   (Sumber:  Pemikiran Penulis)
Gambar 5.5, Pola Linear, Spiral dan Radial   (Sumber:  Pemikiran Penulis)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Subyek pada penelitian ini adalah Negara Rusia, Iran, Amerika Serikat dan Israel dengan topik utamanya adalah kebijakan Rusia dalam kerjasama program nuklir Iran yang membuat

Kiranya hal-hal inilah/ yang menyebabkan sejumlah paguyuban becak/ siang tadi dengan difasilitasi oleh dinas perhubungan propinsi/ mengadakan presentasi dihadapan dinas- dinas

Bottleneck pada stasiun tersebut diakibatkan karena lintasan yang tidak seimbang yang dapat dilihat dari variasi waktu siklus tiap stasiun yang sangat beragam,

Penggunaan penguat amplifier gain (EDFA) pada simulasi perhitungan optical power link budget pada saluran serat optik, akan mempengaruhi beberapa parameter output seperti

Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau dalam melakukan pengembangan Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara sudah berjalan dengan baik antara lain melalui

Diharapkan melalui cara ini dapat memperoleh data yang berkaitan dengan peran TVRI dalam. menyiarkan agama Islam di kantor stasiun

Singapura dengan ketinggian yang lebih curam, mempunyai saluran air tiga kali lebih banyak dari Jakarta, karena itu Jakarta sangat membutuhkan pembangunan saluran air yang lebih

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tanggal 01 Juli 2009 Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Menyatakan bahwa terdapat beberapa risiko