• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Sains Benda Magnit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meningkatan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Sains Benda Magnit"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

23 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Upaya Meningkatan Kemampuan Kognitif

Melalui Permainan Sains Benda Magnit

Siti Mutmainah (09262308-ST)

Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Pemainan Sains Dengan Benda Magnit Di TK Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kunduran. Masih belum tercapainya target sesuai dengan kriteria ketuntasan pembelajaran 75% disebabkan oleh pembelajaran yang kurang menarik minat belajar anak dalam permainan sains dengan benda magnit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan ada 4 langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok B di TK Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kunduan Kabupaten Blora dengan jumlah peserta didik 25 anak terdiri dari laki-laki 15 anak dan perempuan 10 anak. Pembelajaran difokuskan pada tema Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Sains Benda Magnet. Dalam mengumpulkan data penelitian tindakan kelas ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data digunakan analisis kualitatif yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan, siklus I dan siklus II kemudian dilakukan refleksi. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid. Penarikan kesimpulan yaitu data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Untuk mengetahui perubahan kemampuan dalam proses pembelajaran permainan sains benda magnit adalah skripsi percobaan. Adapun perhitungan diperoleh melalui perbandingan kemampuan permainan sains sebelum menggunakan metode pembelajaran benda magnit dan sesudah menggunakan metode benda magnit. Apabila ada peningkatan kemampuan 80% dari kemampuan sebelumnya, berarti pembelajaran dengan metode pembelajaran benda magnit tercapai. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran permainan sains menggunakan metode pembelajaran benda magnit dapat memotivasi dan meningkatkan hasil belajar anak di TK Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Hal ini dapat dilihat dalam siklus I media yang digunakan kertas lipat dibentuk kupu – kupu, dengan menggunakan kertas alaska atau kertas karton. Dalam siklus II peneliti menggunakan magnit dengan bermacam – macam benda yang digunakan untuk memainkan mobil-mobilan. Hal ini sangat menarik minat dan antusiasnisme anak dalam mengikuti pembelajaran permainan sains. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar anak yang meningkat secara signifikan hasil belajar anak dari sklus I terhadap siklus II, anak kategori mampu mengalami peningkatan pada siklus I 20% meningkat menjadi 88%, anak yang cukup mampu mengalami penurunan pada siklus I 40% menjadi 8 % pada siklus II, sedangkan anak yang belum mampu mengalami penurunan yang signifikan pada siklus I 40% turun menjadi 4% pada siklus II. Dilihat dari ketuntasan hasil belajar, anak tidak tuntas (belum mampu) dari siklus I 40% turun menjadi 4%, sedang pada anak yang tuntas (mampu dan cukup mampu), yaitu pada siklus I 60% meningkat menjadi 96 % pada siklus II. Saran yang disampaikan adalah: (1) Guru memberikan apersepsi yang menarik melalui tanya jawab interaktif. (2) Guru melibatkan siswa secara maksimal dalam permainan sains benda magnit. (3) Guru mengaktifkan siswa melalui tanya jawab. (4) Guru mengaktifkan siswa dalam berimajimasi. (5) Guru memamfaatkan alat peraga yang tepat sesuai materi yang akan disampaikan. (6) Guru harus selalu menggali potensi serta ide-ide baru dalam penerapan proses pembelajaran yang sesuai kreatif yang dimiliki anak. (7) Orang tua wali hendaknya memperhatikan hasil belajar anak disekolah. (8) Orang tua / wali diharapkan memberi masukan pada guru ataupun pihak sekolah tentang hambatan-hambatan anak dalam hasil pembelajaran di sekolah. (9) Hendaknya sekolah memfasilitasi guru dalam meningkatkan kemampuan paedagogik melalui diskusi, penataran, pelatihan ataupun study banding ke sekolah lainnya. (10) Sekolah hendaknya mengadakan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk

(2)

24 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

meningkatkan mutu pendidikan di Taman Kanak-kanak. (11) Sekolah bersama-sama komite membeli sumber dana sebagai upaya untuk meningkatkan pengadaan sarana prasarana, sehingga proses pembelajaran yang inovatif dapat terlaksana.

Kata Kunci : Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Sains Benda Magnit

PENDAHULUAN

Perkembangan kognitif anak usia TK atau prasekolah sangat pesat, perkembangan intelektual anak yang sangat pesat terjadi pada kurun waktu usia nol sampai prasekolah, masa usia TK ini dapat di sebut sebagai masa peka belajar. Dalam masa-masa ini, segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan dari orang-orang yang berada dilingkungan anak-anak tersebut.

Salah satu kemampuan anak yang sangat berkembang saat TK adalah kemampuan kognitif, penguasaan kognitif sangat erat kaitannya dengan kemampuan berfikir anak. Sistematikanya dalam berfikir yang termasuk dalam pengembangan kognitif selain dari percobaan adalah kemampuan suat permainan.

Perkembangan anak usia TK memang masih jauh dari sempurna. Namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat permainan yang menarik dengan menggunakan benda magnit relevan untuk anak TK, peningkatan kognitif yang dilakukan orang-orang terdekat dengan anak-anak akan mempengaruhi keterampilan ada dalam berfikir atau berani mencoba dalam permainan sains. Di TK, guru merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kognitif anak. Guru TK harus dapat mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak.

Permainan sains merupakan salah satu kegiatan kognitif di TK, permainan sains merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan cara mengamati suatu percobaan dengan benda magnit. Permainan sains dapat dilakukan dengan suatu pengamatan sehingga sains pada diri anak usia TK muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya kelak. Anak-anak usia 4-6 tahun umumnya senang suatu permainan sederhana yang sesuai perkembangan usianya.

Orang tua, masyarakat, dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal mau tidak mau haruslah bertanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan perkembangan anak sebagai generasi muda penerus bangsa, demikian juga tentang pendidikan yang termasuk didalamnya. Pada hakekatnya anak merupakan sosok yang sangat luar biasa dan menakjubkan. Anak merupakan benih masa depan yang penuh dengan potensi apalagi anak usia dini. Pada anak usia dini kapasitas anak untuk berkembang sangat kuat, hingga masa ini sering disebut Golden Age atau usia emas. Dengan majunya perkembangan pendidikan maka saat ini banyak didirikan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan tegas perlunya penanganan pendidikan anak usia dini, hal tersebut dapat dilihat pada pasal 1

(3)

25 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

butir 14 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memililki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28, bahwa: (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal, dan/ atau informal; (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak, Roudhatul Atfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Sesuai dengan Permendiknas nomor 58 tahun 2009 tentang Standar PAUD, bahwa perkembangan anak mencakup lima aspek yaitu: nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Salah satu perkembangan yang peneliti perioritaskan adalah kemampuan dasar kognitif anak, yang mana bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, pengembangan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.

Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di TK Dharma Wanita Klokah ditemukan beberapa masalah, utamanya bidang pengembangan kognitf dalam hal permainan sains dengan mengenal salah satu gaya dalam sains benda magnit maupun berbagai bentuk hasil yang diperoleh selalu dibawah standar yang diharapkan. Hal ini ditandai dengan beberapa kondisi sebagai berikut: model kelompok dalam kegiatan permainan sains hanya 4 - 5 anak atau hanya 16% - 20 % dari 25 anak yang dapat menyelesaikan kegiatan permainan sains dan hasilnya tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai atau kurang maksimal. Anak mudah sekali terpengaruh dengan teman, mereka belum mempunyai rasa percaya diri dengan hasil karyanya, faktor lain yang menyebabkan tidak berhasilnya kegiatan adalah kurangnya daya tangkap anak untuk memahami suatu konsep dan kurangnya guru dalam menyediakan media pembelajaran yang variatif.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya pengenalan bentuk, karena bentuk merupakan konsep awal yang harus dikuasai anak. Anak dapat membedakan benda berdasarkan bentuk terlebih dulu sebelum anak mengenal ciri yang lainnya. Dengan demikian langkah yang terbaik untuk memulai kegiatan permainan sains dengan memberikan kegiatan yang memungkinkan anak mengenal salah satu gaya dalam benda magnit. Dengan menggunakan bentuk yang berbeda dan media yang lebih menarik anak akan mudah mengingat dalam permainan sains tersebut.

Keadaan yang demikianlah yang memicu peneliti untuk mengkaji permasalahan dan mencoba mencari jalan keluarnya. Setelah mengadakan diskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat akhirnya timbul ide/ gagasan untuk mengubah metode maupun media pembelajaran yang diharapkan

(4)

26 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

dapat menarik minat belajar anak agar pembelajaran dalam pemainan sains dengan berbagai bentuk mencapai hasil yang diharapkan atau maksimal.

Oleh karena itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Permaina Sains Benda Magnit DI TK Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora”

TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan Kognitif

Kognitif adalah suatu sistem kemampuan berfikir melalui percobaan, pengamatan dan kejadian secara mental seperti ketika anak melakukan permainan sains terlebih dahulu guru harus memahami batasan-batasan sains serta dimensi-dimensinya. Cara khas yang sangat menonjol pada anak usia dini termasuk anak taman kanak-kanak adalah suat permainan. Kemampuan Kognitif juga sering disebut kognisi yang mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Dan ada juga yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang bisa memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu pada kegiatan mental yang terlibat didalam perolehan, pengolahan organisasi dan penggunakan pengetahuan. Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala bentuk pengenalan kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensional dengan lingkungan seperti ; Dalam aktivitas mengamati menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain. Proses kognitif penting dalam membentk pengertian anak berhubungan dengan proses mental dari fungsi kognitif. Hubungan kognisi proses mental disebut sebagai kognitif.

Benda Magnit

Banyak anak usia dini atau usia TK menganggap magnet merupakan benda ajaib. Guru bisa menjelaskan kepada anak bahwa dahlu magnet adalah sebuah batu yang dapat menarik serpihan-serpihan besi. Jenis batu tersebut kemudian diberi nama magnetit sebab ditemukan pertama kali di daerah Magnesia. Pada masa kini, sebagian besar magnet di buat dari besi atau baja serta memiliki beberapa bentuk, misalnya ladam, batangan, bulatan, serta magnet dengan pegangan.

Magnet memiliki gaya tarik. Gaya tarik yang dimiliki oleh magnet inilah yang sering dianggap oleh banyak anak sebagai kekuatan yang sangat misterius dan mampu memikat daya olah pikir anak. Anak usia TK perlu tahu bahwa magnet hanya bisa menarik objek-objek tertentu dan setiap orang, termasuk anak usia TK, dapat mengembangkan magnet dengan cara suat permainan. Di samping itu, mereka juga perlu tahu bahwa beberapa peralatan dalam rumah juga mengandung magnet seperti alamari es, telepon atau televisi.

(5)

27 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Dalam pendekatan penelitian ini peneliti mengemukakan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan kognitif dalam permainan sains dengan menggunakan benda magnit pada kelompok B di TK Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kundiuran Kabupaten Blora. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam pemahaman permainan sains sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Adapun bentuk penelitian yang peneliti gunakan dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).

Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di tempat peneliti mengajar dengan uraian sebagai berikut :

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di TK Pertiwi Eromoko Kabupaten Wonogiri. 2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan tindakan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam 3 bulan yaitu Juli sampai dengan September 2013

Bidang Pengembangan

Bidang pengembangan yang menjadi objek adalah bidang pengembangan kognitif. Tema Penelitian

Rencana Penelitian yang akan peneliti lakukan dengan menggunakan tema “Binatang“. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kelompok B di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dengan jumlah 25 anak, yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 13 anak perempuan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi perkembangan anak didik melalui teknik–teknik yang berlaku di Taman Kanak-kanak. Adapun pengumpulan data dalam pembelajaran mengurutkan pola melalui papan flanel dengan teknik sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap perilaku anak dan kinerja guru yang dilaksanakan oleh observer. Instrument yang digunakan antara lain lembar observasi anak dan lembar observasi kinerja guru. 2. Wawancara jenis ini bersifat terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat

dilakukan berulang-ulang pada informasi yang sama. Dengan wawancara yang mendalam peneliti akan memperoleh informasi yang rinci dan mendalam. Teknik wawancara ini akan dilaksanakan pada semua informan.

3. Dokumentasi yang dikaji adalah Rencana Kegiatan Harian (RKH), alat penilaian, rangkuman penilaian anak, dan analisa hasil belajar.

(6)

28 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang HASIL PENELITIAN

Secara lengkap kemampuan anak dalam permainan sains sebelum dan sesudah

penelitian melalui 2 siklus sebagai berikut:

Grafik 1. Grafik Rekapitulasi Hasil Pembelajaran TK Dharma Wanita Klokah

Siklus I

Pada siklus I peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang sesuai tema untuk memotivasi anak dalam mengikuti kegiatan permainan sains. Pada kegiatan inti pembelajaran tentang permainan sains, peneliti sudah menggunakan metode pembelajaran benda magnit. Pada akhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi dan hasilnya sudah ada peningkatan dibandingkan hasil kegiatan pembelajaran pada pra siklus. Namun peningkatannya belum signifikan karena belum dapat mempermainkan sains seperti yang diharapkan. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti kembali melakukan refleksi dan mengevaluasi pembelajaran pada siklus I dengan memperhatikan saran dan masukan dari observer yang mengawasi kegiatan pembelajaran pada siklus I ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Siklus I

No Aspek yang dinilai Skor Ket

1 2 3 4

A Persiapan

1. Kompetensi guru menyiapkan RKH sesuai tema 4 Baik

2. Kompetensi guru menyiapkan anak (berbaris, salam, do`a) 4 Baik 3. Kompetensi guru dalam menyiapakan kondisi psikologis

dan gerak anak untuk mengikuti proses pembelajaran 4 Baik 4. Kompetensi guru menyiapkan apersepsi kepada anak 4 Baik 5. Kemampuan guru dalam menyiapkan alat dan bahan untuk

pembelajaran 4 Baik B Pelaksanaan

0

5

10

15

20

25

Siklus I

Siklus II

(7)

29 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

1. Kemampuan guru dalam menjelaskan materi kegiatan 4 Baik 2. Kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga sesuai

fungsi dan materi kegiatan 4 Baik

3. Kemampuan guru dalam mengatur alat peraga yang

digunakan dalam proses pembelajaran 4 Baik 4. Kemampuan guru dalam memberi kebebasan dan

mengontrol anak untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan materi pembelajaran

4 Baik

5. Kemampuan guru dalam berinteraksi dan berkomunikasi

dengan anak 4 Baik

C Penutup

1. Kemampuan guru dalam mengulas kegiatan yang telah

dilaksanakan di kelas 4 Baik

2. Ketrampilan guru melaksanakan penilaian anak pada saat

kegiatan 4 Baik

3. Intonasi suara guru di kelas 4 Baik

4. Penggunaan bahasa yang sederhana dan dapat dipahami

oleh anak 4 Baik

5. Keserasian dalam berbusana 4 Baik

1 2 3 4

6. Sikap terhadap anak didik 4 Baik

7. Penampilan ketika mengajar 4 Baik

Skor total 68 Baik

Keterangan:

1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik

4 = baik 5 = sangat baik

Siklus II

Pada siklus II setelah melakukan apersepsi yang sesuai tema pembelajaran, kegiatan permainan sains dilakukan dengan metode pembelajaran benda magnit menggunakan media dari kertas lipat yang sudah digunting menjadi bentuk kupu - kupu. Mempersiapkan berbagai kelengkapan pembelajaran dan mengusahakan agar anak tertarik serta berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru kemudian terlibat secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan bantuan media pembelajaran tersebut kegiatan permainan sains dengan menggunakan media kertas lipat yang digunting menjadi bentuk kupu – kupu yang ditempeli paper klip, lalu

(8)

30 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

dimainkan diatas kertas alaska atau karton dan ditarik dengan benda magnit. Ketika peneliti mengadakan evaluasi hasil kegiatan terdapat peningkatan yang signifikan. Pada siklus II ini hasil pembelajaran yang diperoleh sudah optimal, dan sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan.

Namun demikian ada beberapa hambatan yang terjadi dalam penggunaan metode pembelajaran benda magnit diantaranya:

a. Sulitnya untuk mendapatkan benda magnit, dikarenakan kedudukan TK Dharma Wanita Klokah di daerah pedesaan.

b. Dengan sangat tertariknya anak akan media yang digunakan, maka anak saling berebut menjadikan media pembelajaran banyak yang rusak sehingga peneliti harus menyiapkan media pembelajaran lebih banyak.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Siklus II

No Aspek yang dinilai Skor Ket

1 2 3 4

A Persiapan

1. Kompetensi guru menyiapkan RKH sesuai tema 4 Baik 2. Kompetensi guru menyiapkan anak (berbaris,

salam, do`a) 5

Sangat baik 3. Kompetensi guru dalam menyiapakan kondisi

psikologis dan gerak anak untuk mengikuti proses pembelajaran

4 Baik

4. Kompetensi guru menyiapkan apersepsi kepada

anak 4 Baik

5. Kemampuan guru dalam menyiapkan alat dan

bahan untuk pembelajaran 4 Baik

B Pelaksanaan

1. Kemampuan guru dalam menjelaskan materi

kegiatan 5

Sangat Baik

1 2 3 4

2. Kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga

sesuai fungsi dan materi kegiatan 4 Baik 3. Kemampuan guru dalam mengatur alat peraga

yang digunakan dalam proses pembelajaran 4 Baik 4. Kemampuan guru dalam memberi kebebasan dan

mengontrol anak untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan materi pembelajaran

4 Baik

5. Kemampuan guru dalam berinteraksi dan

berkomunikasi dengan anak 5

Sangat Baik C Penutup

1. Kemampuan guru dalam mengulas kegiatan yang

(9)

31 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

2. Ketrampilan guru melaksanakan penilaian anak

pada saat kegiatan 4 Baik

3. Intonasi suara guru di kelas 4 Baik

4. Penggunaan bahasa yang sederhana dan dapat

dipahami oleh anak 4 Baik

5. Keserasian dalam berbusana 4 Baik

6. Sikap terhadap anak didik 4 Baik

7. Penampilan ketika mengajar 4 Baik

Skor total 71 Baik

Keterangan:

1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik

4 = baik 5 = sangat baik

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK), bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran benda magnit pada anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Klokah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora dapat meningkatkan kemampuan anak sehingga dapat berpengaruh pada beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1. Anak dapat menyebutkan macam-macam pola binatang.

2. Anak dapat membedakan macam-macam pola binatang yang berkaki dua, empat dan binatang serangga.

3. Anak dapat permainan sains dengan tepat

4. Anak terstimulasi/ terangsang serta antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran permainan sains dengan metode pembelajaran benda magnit.

5. Anak tidak merasa bosan atau jenuh dikarenakan pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif, inovatif serta menyenangkan

6. Kemampuan anak yang melakukan permainan sains dari pra siklus ke siklus I meningkat 16% yaitu 4% menjadi 20%, dan siklus I ke siklus II meningkat kembali 68% yaitu 20% menjadi 88% 7. Kemampuan anak yang termasuk kategori cukup mampu (sesuai KKM) dalam permainan sains

dari pra siklus ke siklus I meningkat 24% yaitu 16% menjadi 40%, dan siklus I ke siklus II turun 32% yaitu 40% menjadi 8%

8. Kemampuan anak yang termasuk kategori belum mampu dalam mengurutkan pola dari pra siklus ke siklus I turun 40% yaitu 80% menjadi 40%, dan siklus I ke siklus II turun kembali 36% yaitu 40% menjadi 4%

(10)

32 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

9. Ketuntasan belajar anak (mampu dan cukup mampu) yaitu dari siklus I 60% naik menjadi 96% pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Arikanto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Tedjasa Putra, M.S. Heni, A. (2003). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Jakarta : CWS. Gunarto, S.D. (1998). Dasar dan Perkembangan Masalah Kognitif. (Majalah Ayah Budan). Jakarta :

Yayasan Aspirasi Pemuda.

Padmonodewa, Mimi (2000). Memilih Permainan yang Tepat Untuk Anak. Jakarta. Hapidin. 2000. Model-model Pendidikan untuk Anak Usia Dini. Jakarta.

Munandar, Prof. Dr. S.C. Utami, 2009. Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak. Dalam Buletin PAUD Vol. 8 No. 3 Agustus.

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Tedjo Saputra, M. Sri (2003), Bermain, dan permainan untuk pendidik usia Dini. Jakarta :Grasindo.

Adang, Juariah (1995), Peningkatan Kemampuan Berfikir Melalui Pendidikan Sains Jornal Pendidikan 2 (14).

Estiti B. Hidayat. (2000). Pengetahuan Alam dan Pengembangannya: Pengembangan Sains Dasar di LPTK, (Editor. Bandung Hidayat dan Sutrisno) Jakarta : Diknas, Dirjen Dikti.

Gambar

Grafik 1. Grafik Rekapitulasi Hasil Pembelajaran  TK Dharma Wanita Klokah
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan pada siklus 1 yaitu poses pembelajaran telah berhasil menumbuhkan semangat siswa dan membuat setiap siswa aktif dalam proses pembelajaran baik saat

ekstrakurikuler, buku-buku pelajaran, biaya pariwisata, ( study tour ), biaya belajar tambahan sekolah; (2) Biaya tidak langsung ( indirect cost ), yaitu biaya dalam bentuk

dasar penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data bagaimana PCK guru Matematika khususnya terkait bentuk-bentuk representasi yang digunakan oleh guru Matematika di SMA Kolese

Pengamatan terhadap jumlah polong dan hasil tanaman kacang tanah varietas Bison dan Tuban pada musim tanam pertama (MT I) yang ditanam pada periode bulan

Peraturan Menteri Perindustrian Republik I ndonesia Nomor: 78/ M-Md/ Per/ I oj 2008 Tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan Dan Pengaw asan

Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah

APLIKASI CISCO PACKET TRACER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DASAR JARINGAN KOMPUTER DALAM KONTEKS BLENDED LEARNING.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu