• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH - Raden Intan Repository"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Dalam Ilmu Syariah Dan Hukum

Oleh

Muhammad Aulia Rachman NPM.1321020098 Jurusan : Siyasah

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(2)

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Dalam Ilmu Syariah Dan Hukum

Oleh

MUHAMMAD AULIA RACHMAN

NPM.1321020098

Jurusan : Siyasah

Pembimbing I : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. Pembimbing II : Drs. Henry Iwansyah, M.A.

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(3)

ii

PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH Oleh

Muhammad Aulia Rachman 1321020098

Sebagai penduduk mayoritas di Nusantara semestinya umat Islam tidak lagi sibuk mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu harus ditempatkan dalam satu nafas sehingga Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama kita yang beragam.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan? dan bagaimana perspektif Fiqh Siyasah terhadap konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii Maarif ? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan Ahmad Syafii Maarif mengenai konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan. Serta untuk mengetahui perspektif Fiqh Siyasah terhadap konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii Maarif.

(4)

iii

pada hal ini penelitian dilakukan dengan meneliti sumber-sumber data tertulis, yaitu: buku Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan serta buku-buku kemasyarakatan dalam kehidupan sosial, buku-buku fiqih siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini.

(5)

iv

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung. 35131

PERSETUJUAN

Judul skripsi : PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH Nama : M. Aulia Rachman

NPM : 1321020098 Program Studi : Siyasah

Fakultas : Syariah dan Hukum

DISETUJUI

Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung.

Pembimbing I

Drs. H. Chaidir Nasution, M.H.

NIP. 19580201 198603 1 002

Pembimbing II

Drs. Henry Iwansyah, M.A.

NIP. 19581207 198703 1 003

Ketua Jurusan,

Drs. Susiadi AS., M. Sos.I

(6)

v

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung. 35131

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan Kemanusiaan dalam Perspektif Fiqh Siyasah disusun oleh Muhammad Aulia Rachman NPM 1321020098 Jurusan Siyasah, telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah IAIN Raden

Intan Lampung pada Hari/Tanggal: Rabu, 4 Oktober 2017. TIM DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Jayusman, M. Ag. (………)

Sekertaris : Arif Fikri, SHI., M.Ag (………)

Penguji I : Dr. Alamsyah. S.Ag., M.Ag (………)

Penguji II : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. (………)

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

(7)

vi



















































Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.1

(8)

vii

Dengan rasa syukur yang mendalam, dengan telah diselesaikannya Skripsi ini Penulis mempersembahkannya kepada:

1. Mama dan Papa tercinta yang senantiasa selalu mengajarkan kebaikan, rasa syukur dan keberanian untuk selalu berada di jalan yang diberkahi Allah, tidak ada kata yang dapat ananda ucapkan selain ribuan terima atas segala yang telah Mama dan Papa berikan, kesabaran

dalam do’a mu menjadi kunci suksesnya Ananda di

kemudian hari. Tidak ada do’a yang terkabulkan selain

do’a dari orangtua yang ikhlas. Semoga rahmat, berkah,

karunia dan cinta Allah selalu bersama Mama dan Papa. 2. Adikku Hanifah yang selalu memberikan semangat,

kasih sayang, kesabaran dan do’a dalam mengerjakan

(9)

viii

Muhammad Aulia Rachman dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 April 1995, anak pertama dari dua bersaudara, buah hati perkawinan pasangan Bapak Zuhri Ali dan Ibu Marlisna.

(10)

ix

Tiada kata yang lebih indah selain rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, berkah dan rahmat-Nya, berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul

“Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan dalam Perspektif Fiqh Siyasah” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada program Srata Satu (S1) jurusan

Siyasah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan

Bandar Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

dalam bidang ilmu syari’ah.

Atas bantuan pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tak lupa dihaturkan terimakasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terimakasih itu disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Alamsyah, S.Ag.,M.,Ag selaku Dekan

Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan

Bandar Lampung yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-kesulitan mahasiswa.

2. Bapak Drs. H. Chaidir Nasution, M.H dan Drs. Henry Iwansyah, M.A., masing-masing selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi hingga skripsi ini selesai.

3. Bapak dan Ibu Dosen, serta para Staf Karyawan Fakultas

Syari’ah.

4. Pemimpin dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Universitas yang telah memberikan informasi, data, referensi dan lain-lain.

(11)

x

terselesaikannya skripsi ini. Semoga waktu dan kebaikan kalian diberikan ganjaran yang terbaik dari Allah SWT. 6. Seluruh teman-teman Siyasah angkatan 2013 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah saling mendukung di hari-hari penyusunan skripsi ini, khususnya Idham Nurcholis dan Sahal Mustofa yang sudah mengikhlaskan waktunya membantu dan memberikan motivasi sejak masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baiknya balasan.

7. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa memberikan curahan fikiran, pengalaman dan referensi agar penulisan skripsi ini berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan penulis, sangat bahagia rasanya dapat mengenal kalian semua dan menjadi bagian keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu tidak lain disebabkan karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan data yang dimiliki. Untuk itu kiranya para pembaca dapat memberikan masukan dan saran-saran, guna melengkapi penulisan ini.

Akhirnya, diharapkan betapapun kecilnya karya tulis (skripsi) ini dapat menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, ...2017 Penulis,

(12)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 2

C. Latar Belakang Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Fiqh Siyasah ... 11

B. Ruang Lingkup Fiqh Siyasah ... 14

C. Prinsip Siyasah tentang Bernegara dan Bermasyarakat 1. Menurut Al –Qur’an ... 16

2. Menurut Hadist ... 25

D. Teori Fiqh Siyasah tentang Agama dan Negara Modern ... 28

1. Teori Sekuleristik ... 30

2. Teori Teokrasi ... 33

(13)

xii

DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN

A. Riwayat Hidup Ahmad Syafii Maarif ... 47 B. Karya – karya Ahmad Syafii Maarif ... 54 C. Kondisi Sosial – Politik pada Masa Ahmad

Syafii Maarif dan Kepemimpinan Beliau di Muhammadiyah ... 57 D. Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang

Tentang Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan ... 61 1. Islam dan Nusantara ... 61 2. Islam dan Kemanusiaan... 70 3. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan

Kemanusiaan ... 73

BAB IV : ANALISIS

Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalamBingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan Perspektif Fiqh Siyasah ... 79

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88

(14)

PENDAHULUAN

A.Penegasan Judul

Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya terlebih dahulu penulis akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat pada judul ini. Adanya penegasan tersebut diharapkan tidak akan menimbulkan pemahaman yang berbeda dengan apa yang penulis maksudkan, sebab judul adalah kerangka dalam berfikir dan bertindak dalam suatu penelitian ilmiah. Hal ini untuk menghindari penafsiran yang berbeda di kalangan pembaca suatu karya imiah, maka perlu adanya suatu penjelasan dengan memberi arti beberapa istilah yang terkandung di dalam judul skripsi ini. Penelitian yang akan penulis lakukan ini berjudul: "PEMIKIRAN AHMAD SYAFII

MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI

KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM

PERSPEKTIF FIQH SIYASAH". Judul tersebut terdiri dari beberapa pokok pembahasan dalam kajian yang penulis buat yakni:

1. Pemikiran sendiri berarti kegiatan akal manusia untuk mencermati suatu pengetahuan yang telah ada, untuk mendapatkan atau mengeluarkan pengetahuan yang baru.1 2. Ahmad Syafii Maarif adalah seorang adalah seorang

ulama, ilmuwan dan pendidik Indonesia. Ia pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute, dan juga dikenal sebagai seorang tokoh yang mempunyai komitmen kebangsaan yang tinggi.

3. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan adalah sebuah buku yang berisi gagasan reflektif sejarah

1

(15)

inklusif dari seorang cendekiawan muslim dan guru bangsa, Ahmad Syafii Maarif. 2

4. Perspektif merupakan suatu sudut pandang dalam melihat realita yang ada sehingga perspektif memiliki cakupan ruang yang begitu luas.

5. Fiqh Siyasah adalah adalah suatu konsep Fiqh yang berguna untuk mengatur hukum ketatanegaraan dalam bangsa dan negara yang bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan mencegah kemudharatan dengan nilai – nilai Islami.3

Berdasarkan penjelasan istilah-istilah yang terdapat dalam judul, maka dapat diambil suatu pemahaman, bahwa yang dimaksud dengan "PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF

TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI

KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM

PERSPEKTIF FIQH SIYASAH ", adalah pandangan dari fiqh siyasah terhadap Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan terkait perkembangan Islam di Indonesia selama ini.

B.Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi tujuan peneliti untuk membahas judul tersebut ialah:

Alasan Objektif :

1. Ingin lebih menguasai Konsep pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan selama ini.

2

Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (Bandung : Mizan, 2015) cover belakang.

3

(16)

2. Untuk mengkaji lebih dalam tentang Konsep Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan yang dikaji melalui perspektif fiqh siyasah.

Alasan Subjektif :

1. Pembahasan ini sangat relevan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang penulis pelajari di Fakultas Syariah Jurusan Siyasah.

2. Tersedianya literatur yang menunjang sebagai referensi kajian dalam usaha menyelesaikan karya ilmiah ini.

C. Latar Belakang Masalah

Sebagai penduduk mayoritas di Nusantara semestinya umat Islam tidak lagi sibuk mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu harus ditempatkan dalam satu nafas sehingga Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama kita yang beragam. 4

Namun, yang terjadi adalah sebaliknya di mana Islam sering disalah pahami dengan cara diasingkan dari fakta budaya dan sosial lingkungannya.5 Sehingga mengakibatkan Islam menjadi ahistoris dan gamang menghadapi perubahan, atau juga gagal dalam mengemban misinya menuntun peradaban, konsep Islam dan integrasi dengan nilai – nilai keindonesiaan masih dipermasalahkan oleh beberapa pihak seolah Pancasila belum dapat memberikan ruang yang cukup bagi Islam, keindonesiaan

4

Ahmad Syafii Maarif, Op.cit.hlm. 17

5 Charles Kurzman, ―

Pengantar Islam Liberal dan Kontekss dan Kontekss Islaminya‖. Dalam Charles Kurzman (ed), Wacana Islam Liberal

(17)

dan nilai – nilai kemanusiaan untuk berkembang dan menuntun ke arah peradaban yang gemilang.

Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, wacana mengenai kebangsaan, kemanusiaan dan kemajuan peradaban menjadi tema yang banyak diperbincangkan oleh para akademisi, pegiat humanis dan cendikiawan muslim tanah air. Hal ini menjadi suatu keniscayaan mengingat Indonesia memiliki keragaman budaya, ras, dan agama yang merupakan suatu konstruksi berdirinya Negara Republik Indonesia.

Furnivaal, seorang sejarawan asal Inggris merasa pesimis dengan masyarakat plural di Indonesia. Ia bahkan meramalkan bahwa masyarakat Indonesia yang plural akan mengalami kegagalan karena potensi konflik yang besar.6 Pertanda paling jelas dari masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk itu adalah tidak adanya kehendak bersama (common will). 7

Hal ini bisa kita lihat dari konflik yang terjadi berakar dari tidak adanya kata sepakat dari pelaku konflik di Indonesia yang selalu saja mengklaim golongan, suku, agama yang mereka adalah yang paling benar. Klaim kebenaran (truth claim) dengan cara membabi buta ini merusak kerukunan dan kedamaian sebagai kehendak (tujuan) utama dan bersama di Indonesia. Salah satu konflik yang banyak yang terjadi di Indonesia adalah konflik yang bernuansakan agama.8

6

M. Dawam Rahardjo dalam Kata Pengantar, Budhy Munawar Rachman, Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme, Islam progresif dan perkebambangan diskursusnya (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010) hlm. LI.

7

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo, 1995) hlm. 29.

8

(18)

Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, dikenal dengan Buya Syafii Maarif, adalah seorang cendekiawan muslim yang concern dalam bidang politik Islam. Ia berlatar belakang pendidikan formal Muallimin Jogjakarta yang kemudian melanjutkan kesarjanaannya dalam bidang sejarah. Salah satu buku beliau yaitu Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan Kemanusiaan karya Ahmad Syafii Maarif adalah sebuah masterpiece yang memberikan sumbangan sangat berharga bagi bangsa Indonesia untuk memahami keislaman dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.

Ahmad Syafii Maarif menggambarkan situasi bumi Nusantara yang mulai memicu konflik di era modern, penyebab utamanya bukan karena perbedaan agama, melainkan lebih banyak dipicu oleh perbedaan kepentingan politik dan ekonomi, karena dipelopori oleh para provokator tidak bertanggungjawab, parokial, dan berniat buruk. Mereka ini cenderung menyukai konflik dan gemar mengeruk keuntungan dari kondisi keruh. Sebagiannya lagi, kondisi buruk tersebut dipicu oleh adanya sikap pongah sekelompok penganut ajaran Islam tertentu, yang menganggap kelompok lain sebagai Islam cacat.

Dalam buku ini Ahmad Syafii Maarif mencari formulasi solusional terhadap permasalahan, tantangan, serta hambatan yang dialami bangsa Indonesia, terkait Islam dan kebangsaan. Untuk tujuan itu, Buya telah berhasil mendeteksi adanya tiga kisaran sumber problema bangsa ini, sekaligus menemukan kunci pemecahannya. Kunci tersebut rupanya terletak pada isu keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Berbagai problema yang telah dan mungkin timbul akibat pergesekan sosial, yang dilatari oleh persoalan yang mengatasnamakan agama, politik, ekonomi atau berbagai corak kepentingan lainnya, diyakini dapat dengan mudah diselesaikan bila mampu menyelaraskan tiga poros tersebut, sebagai bentuk keharmonisan antara perbedaan untuk membangun sebuah peradaban yang gemilang.

(19)

                              

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Fiqh siyasah salah satu ilmu dalam rumpun Fiqh telah memberikan beberapa prinsip terkait hubungan dalam bernegara dan bermasyarakat agar nilai-nilai Islam dapat menuntun ke arah peradaban yang lebih gemilang, di mana prinsip – prinsip tersebut digali melalui Al – Qur‘an dan Hadist. Termasuk mengenai beberapa prinsip kajian fiqh siyasah pula membahas tentang Pemikiran Politik Islam yang diwakili para pemikir muslim dari era klasik hingga kontemporer yang membahas mengenai negara, bangsa, kemanusiaan dan masyarakat. Pemikiran dari para pemikir muslim ini pula yang nantinya memberikan warna dengan 3 model konsepsi bernegara dan bermasyarakat dalam Islam yaitu model sekuleristik, teokrasi, dan integrasi.

(20)

Atas dasar hal – hal sebagaimana dipaparkan di atas penulis mengangkat judul ini untuk dijadikan skripsi mengenai Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan perspektif fiqh siyasah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan ?

2. Bagaimana perspektif Fiqh Siyasah terhadap konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii Maarif ?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian.

a. Untuk mengetahui pandangan Ahmad Syafii Maarif mengenai konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.

b. Untuk mengetahui perspektif fiqh siyasah terhadap konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii Maarif.

2. Kegunaan penelitian

a. Kegunaan secara teoritis sebagai sumbangan ilmu pengetahuan kepada pembaca untuk mengetahui lebih rinci pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan dalam kajian Fiqih Siyasah.

(21)

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Studi ini merupakan penelitian pustaka (Library Research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian9. Dalam penelitian ini data yang akan dibaca dan dicatat adalah buku-buku hasil karya Syafii Maarif sebagai rujukan utama serta menggunakan buku-buku karya ilmuan sosial-keagamaan lain yang bertamakan keindonesiaan, kemanusiaan dan keagamaan sebagai rujukan tambahan untuk memahami pandangan Syafii Maarif tentang Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan. Penelitian ini juga termasuk dalam kategori historis-faktual karena yang diteliti adalah pemikiran seorang tokoh.10

2. Data dan Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian pustaka adalah subjek data diperoleh. Data dan sumber data yang diperlukan dalam penulisan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Data Primer

Merupakan literatur yang langsung berhubungan dengan Al –Qur‘an dan hadist terkait Prinsip – Prinsip Siyasah kemudian karya ilmiah Syafii Maarif terkait esai dan buku Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.

9

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 3.

10

(22)

b. Data Sekunder

Yaitu sumber data yang berupa buku, koran, karya tulis, majalah, bulletin, dan artikel-artikel yang dapat mendukung dalam penulisan penelitian ini yang kaitanya dengan pemikiran Islam klasik hingga kontemporer, Indonesia dan kemanusiaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam penelitian yang berkaitan dengan permasalahan ini penulis menggunakan penelaahan yang dalam hal ini penelitian lakukan dengan meneliti sumber-sumber data tertulis, yaitu: buku Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan, pemikiran politik Islam, buku-buku Fqih Siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini.

4. Metode Analisa Data

Adapun metode analisa data yang penulis gunakan adalah metode

deduktif dan induktif, yakni :

a. Deduktif, dipakai untuk mengambil kesimpulan dari uraian yang bersifat umum kepada pengertian khusus atau detail. Dengan harapan keterangan – keterangan dari data yang diperoleh dapat dispesifikasikan dan disimpulkan serta bisa memperoleh gambaran utuh tentang Konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.

(23)
(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Fiqh Siyasah

Kata fiqh siyasah yang dalam tulisan bahasa

Arabnya adalah ― هسايسلا هقفلا” berasal dari dua kata yaitu kata fiqh ( هقفلا) dan yang kedua adalah al-siyasi ( ههسايسلا) Kata fiqh secara bahasa adalah faham. Ini seperti yang diambil dari ayat Al – Qur‘an, yang menyatakan :





































...

kaum berkata: Wahai Syu’aib, kami tidak memahami

banyak dari apa yang kamu bicarakan...‖.11 Secara istilah, menurut ulama usul, kata fiqh berarti mengerti hukum-hukum syariat yang sebangsa amaliah yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci.12

Sedangkan al-siyasi pula, secara bahasa berasal dari

هههسايس– هههسي– اههس” yang memiliki arti mengatur

(رّبد/رمأ), seperti di dalam hadis:

“ لعفي امك مىرومأ لىوتت يأ مىؤايبنأ مهسوسي ليئارسإ ونب ناك

ةيعرلاب ةلاولاو ءارملأا

yang berarti: ―Adanya Bani Israil itu diatur oleh nabi-nabi mereka, yaitu nabi mereka memimpin permasalahan mereka seperti apa yang dilakukan pemimpin pada rakyatnya‖.

11

QS. Hud : 91

12

(25)

Apabila digabungkan kedua kata fiqh dan al-siyasi maka fiqh siyasah yang juga dikenal dengan nama siyasah syar‘iyyah secara istilah memiliki berbagai arti:

1. Menurut Imam Al-Bujairimi, fiqh siyasah adalah memperbagus permasalahan rakyat dan mengatur dengan cara memerintah mereka dengan sebab ketaatan mereka terhadap pemerintahan menuju kemaslahatan.13

2. Menurut Wuzarat al-Awqaf wa al-Syu’un al-Islamiyyah bi al-Kuwait, fiqh siyasah adalah memperbagus kehidupan manusia dengan menunjukkan pada mereka pada jalan yang dapat menyelamatkan mereka pada waktu sekarang dan akan datang, serta mengatur permasalahan mereka.14 3. Menurut Imam Ibn ‗Abidin, fiqh siyasah adalah

kemaslahatan untuk manusia dengan menunjukkannya kepada jalan yang menyelamatkan, baik di dunia maupun di akhirat. Siyasah berasal dari Nabi, baik secara khusus maupun secara umum, baik secara lahir, maupun batin. Segi lahir, siyasah berasal dari para sultan (pemerintah), bukan lainnya. Sedangkan secara batin, siyasah berasal dari ulama sebagai pewaris Nabi bukan dari pemegang kekuasaan.15

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, terdapat dua unsur penting di dalam fiqh siyasah yang saling berhubungan secara timbal balik, yaitu yang pertama adalah pihak yang mengatur dan yang kedua adalah pihak yang

13

Sulaiman bin Muhammad al-Bujairimi, Hasyiah al-Bujairima ala al-Manhaj (Bulaq: Mushthafa al-Babi al-Halabi, t.t.), vol. 2, 178.

14

Wuzarat al-Awqaf wa al-Syu‘un al-Islamiyyah bi al-Kuwait, Al-Mausu'at al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzarat al-Awqaf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol. 25, 295.

15 Ibn ‗

(26)

diatur.16 Melihat kedua unsur tersebut, menurut Prof. H. A. Djazuli, menyatakan bahwa fiqh siyasah itu mirip dengan ilmu politik, yang mana dinukil dari Wirjono Prodjodikoro bahwa dua unsur penting dalam bidang politik, yaitu negara yang perintahnya bersifat eksklusif dan unsur masyarakat.17

Akan tetapi, jika dilihat dari segi fungsinya, fiqh siyasah berbeda dengan politik. Menurut Ali Syariati seperti yang dinukil Prof. H. A. Djazuli, bahwa fiqh siyasah tidak hanya menjalankan fungsi pelayanan (khidmah), tetapi juga pada saat yang sama menjalankan fungsi pengarahan (ishlah). Sebaliknya, politik dalam arti yang murni hanya menjalankan fungsi pelayanan, bukan pengarahan.18

Perbedaan tersebut tampak apabila disadari bahwa dalam menjalani politik di dalam hukum Islam haruslah terkait oleh kemestian untuk senantiasa sesuai dengan syariat Islam, atau sekurang-kurangnya sesuai dengan pokok-pokok syariah yang kulli.

16

H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.28.

17

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik (Bandung: Eresco, 1971) hlm.6.

18

(27)

B. Ruang lingkup fiqh siyasah

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam menentukan ruang lingkup kajian fiqh siyasah. Ada yang membagi menjadi lima bidang, ada yang membagi menjadi empat bidang, dan lain-lain. Namun, perbedaan ini tidaklah terlalu prinsipil. Menurut Imam Al-Mawardi, seperti yang dituangkan di dalam karangan fiqh siyasah-nya yaitu Al-Ahkam al-Sulthaniyyah, maka dapat diambil kesimpulan ruang lingkup fiqh siyasah adalah sebagai berikut19:

1. Siyasah Dusturiyyah 2. Siyasah Maliyyah 3. Siyasah Qadla‘iyyah 4. Siyasah Harbiyyah 5. Siyasah Idariyyah

Sedangakan menurut Imam Ibn Taimiyyah, di dalam kitabnya yang berjudul al-Siyasah al-Syar‘iyyah, ruang lingkup fiqh siyasah adalah sebagai berikut20:

1. Siyasah Qadla‘iyyah 2. Siyasah Idariyyah 3. Siyasah Maliyyah

4. Siyasah Dauliyyah/ Siyasah Kharijiyyah

Sementara Abdul Wahab Khalaf lebih mempersempitnya menjadi tiga bidang kajian, yaitu21: 1. Siyasah Qadla‘iyyah

2. Siyasah Dauliyyah 3. Siyasah Maliyyah

19

Alî bin Muhammad al-Mâwardî, Ahkam Sulthaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-‗Alamiyyah, 2006), 4; Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm.13.

20Ibid.,

hlm.13.

(28)

Salah satu dari ulama terkemuka di Indonesia, T. M. Hasbi, justru membagi ruang lingkup fiqh siyasah menjadi delapan bidang berserta penerangannya, yaitu:22

1. Siyasah Dusturiyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan tentang peraturan perundang-undangan)

2. Siyasah Tasyri‘iyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan tetang penetapan hukum)

3. Siyasah Qadla`iyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan peradilan)

4. Siyasah Maliyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan ekonomi dan moneter)

5. Siyasah Idariyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan administrasi negara)

6. Siyasah Dauliyyah/ Siyasah Kharijiyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan hubungan luar negeri atau internasional)

7. Siyasah Tanfidziyyah Syar‘iyyah (politik pelaksanaan undang-undang)

8. Siyasah Harbiyyah Syar‘iyyah (politik peperangan).

Dari sekian uraian tentang, ruang lingkup fiqh siyasah dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian pokok. Pertama, politik perundang-undangan (Siyasah Dusturiyyah). Bagian ini meliputi pengkajian tentang penetapan hukum (Tasyri’iyyah) oleh lembaga legislatif, peradilan (Qadla’iyyah) oleh lembaga yudikatif, dan administrasi pemerintahan (Idariyyah) oleh birokrasi atau eksekutif.23

Kedua, politik luar negeri (Siyasah Dauliyyah/ Siyasah Kharijiyyah). Bagian ini mencakup hubungan keperdataan antara warga negara yang muslim dengan yang bukan muslim yang bukan warga negara. Di bagian ini juga ada politik masalah peperangan (Siyasah Harbiyyah), yang mengatur etika berperang, dasar-dasar diizinkan berperang, pengumuman perang, tawanan perang, dan genjatan

22

H.A. Djazuli, Op.cit, hlm.30.

23

(29)

senjata.24 Ketiga, politik keuangan dan moneter (Siyasah Maliyyah), yang antara lain membahas sumber-sumber keuangan negara, pos-pos pengeluaran dan belanja negara, perdagangan internasional, kepentingan/ hak-hak publik, pajak dan perbankan.25

C. Prinsip Siyasah Tentang Bernegara 1. Menurut Al –Qur’an

a. Prinsip Manusia Sebagai Umat yang Satu

       ...

Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu26...

                              

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu.27

24

Ibid., hlm. 14.

25

Ibid. 26

Q.S. Al-Baqarah : 213

27

(30)

b. Prinsip Kepemimpinan               ...

Artinya : Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.28

c. Prinsip Musyawarah

Musyawarah memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan urusan umat beriman. Bahkan isyarat pentingnya musyawarah ini diapit oleh penjelasan Al-Qur'an tentang orang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian hartanya sebagai orang yang mematuhi seruan Allah. Ini menandakan bahwa musyawarah merupakan prinsip penting dalam Islam yang posisinya hanya setingkat di bawah kewajiban shalat.



                  

Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.29

d. Prinsip Persatuan dan Persaudaraan

28

Q.S.An – Nisa :59

29

(31)

                 

Artinya : Sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.30

e. Prinsip Persamaan

                              

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.31

f. Prinsip Hidup Bertetangga / Hubungan antar Negara                                                 

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,

30

Q S.AI-Hujurat :10

31

(32)

karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.32

g. Prinsip Tolong-Menolong dan Membela yang Lemah                                                                                     

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada

32

(33)

Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.33

























































































Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.34

h. Prinsip Membela Negara

















































Artinya : Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya kamu dengan kaum yang lain dan kamu tidak akan dapat memberi

33

Q.S.Al – Maidah :2

34

(34)

kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.35

i. Prinsip Hak-hak Asasi 1) Hak untuk Hidup































































Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu alasan yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya (atau penguasa untuk menuntut si pelaku), tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. 36

2) Hak atas Penghormatan dan Kehidupan Pribadi

















































































35

Q.S.At – Taubah : 39

36

(35)































Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok olok) Iebih dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) Iebih baik dari wanita (yang mengolok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (sesama mukmin) dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.37





























































































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing

37

(36)

sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.38

3) Hak Berpendapat dan Berserikat





















































































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika

kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada

Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.39

4) Hak Kebebasan Beragama, Toleransi atas Agama dan Hubungan antar Pemeluk Agama





























... 38

Q.S. AI –Hujurat :12

39

(37)

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah...40





























...

Artinya : Dan janganlah kamu memaki-maki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena nanti mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan...41























































Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku, adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.42

40

Q.S.AI-Baqarah :256

41

Q.S.Al-An'am :108

42

(38)

j. Prinsip Amal Makruf dan Nahi Munkar









































...

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dan yang munkar dan beriman kepada Allah... 43

k. Prinsip dalam Menetapkan Para Pejabat atau Pelaksana Suatu Urusan

...

























Artinya : Sesungguhnya orang yang paling baik untuk kamu pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (dapat diserahi amanat). 44

2. Menurut Hadist

a. Prinsip Tanggung Jawab Seorang Pemimpin

ٍعاَر ُلُجَّرلاَو ٍعاَر ُرْ يِمَلأاَو ِوِتَّيِعاَر ْنَع ٌلوُؤْسَم ْمُكُّلُكَو ٍعاَر ْمُكُّلُك

َوَو اَهِجْوَز ِتْيَ ب ىَلَع ٌةَّيِعاَر ُةَأْرَمْلاَو ِوِتْيَ ب ِلْىَأ ىَلَع

ٍعاَر ْمُكُّلُكَو ِهِدَل

ِوِتَّيِعاَر ْنَع ٌلوُؤْسَم ْمُكُّلُكَو

Artinya : Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan

bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya, seorang kepala negara yang memimpin rakyat bertanggung jawab atas mereka, dan seorang

43

Q.S.Ali – lmran :l10

44

(39)

laki-laki adalah pemimpin penghuni rumahnya dan bertanggung jawab atas mereka (Muttafaq 'alaih). 45

b. Prinsip Hubungan antara Pemimpin dan yang Dipimpin Berdasarkan Persaudaraan Saling Mencintai

و مِهْيَلع َنوُّلَصُتو ،مُكنوُّبحُيو مُهنوُّبِحُت َنيذَّلا ْمُكتَمئَأ ُراَيِخ

َنوُّلَصُي

ْمُهَنونُعْلَتو، ْمُكَنوُضِغْبُيو مُهنوُضِغْبُت َنيذَّلا مُكِتَّمئَأ ُراَرِشو ،ْمُكْيَلع

مكنوْنَعليو

Artinya : Pemimpin-pemimpin kamu yang baik adalah pemimpin-pemimpin yang mencintai mereka (rakyat) dan mereka mencintai kamu, mereka mendoakan kamu dan kamu mendoakan mereka. Sedangkan pemimpin-pemimpin kamu yang tidak baik adalah para pemimpin yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu (H.R. Ahmad). 46 c. Prinsip Kebebasan Berpendapat

ىَض ْرَي َالله َّنِإ

ْنَأ َو ،اًئْيَش ِهِب اوُك ِرْشُت َلَ َو ،ُهوُدُبْعَت ْنَأ ،اًث َلََث ْمُكَل

اوُقَّرَفَت َلَ َو اًعيِمَج ِالله ِلْبَحِب اوُم ِصَتْعَت

Artinya : Sesungguhnya Allah meridai bagi kamu tiga hal: bahwa hendaklah kamu menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya, bahwa kamu berpegang kepada tali Allah dan jangan kamu terpecah belah, dan bahwa kamu memberi nasehat (kritik) terhadap orang-orang yang menjadi pemimpin kamu (H.R.Muslim). 47

45

Al-Imam Ahmad Bin Hanbal, Al-Maktab Al-Islami, Jilid II, t.t, hlm. 5 dan 54.

46

Ahmad Bin Hanbal, Musnad, Jilid VI, Hlm. 24.

47

(40)

d. Prinsip dalam Mengangkat Para Pejabat Negara atau Peiaksana Suatu Urusan

َعِّيُض اَذِإ

َةَعاَّسلا ِر ِظَتْناَف ُةَناَمَلأْا ِت

.

َلاَق

:

َلوُس َر اَي اَهُتَعاَضِإ َفْيَك

َلاَق ؟ِالله

:

َةَعاَّسلا ِرِظَتْناَف ِهِلْهَأ ِرْيَغ ىَلِإ ُرْمَلأْا َدِنْسُأ اَذِإ

Artinya : Jika kamu menghilangkan amanat maka tunggulah masa kehancuran, Ditanyakan:

"Bagaimana yang dimaksud

menghilangkannya?" Beliau menjawab, "Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya."48

e. Prinsip Persaudaraan

ِاللهَداَبِعا ْوُن ْوُك ًو ،ا ْوُعَطاَقَت َلَ َو ، ْوُرَباَدَت َلَ ًو ،ا ْوُدَسا َحَت َلَ َو ،ا ْوُضَغاَبَت َلَ

َلَ َو ،اًنا َو ْخِإ

ٍث َلََث َق ْوَف ُهاَخَأ َرُجْهَي ْنَأ ٍمِلْسُمِل َّلِحَي

Artinya : Janganlah kamu saling membenci, saling menghasut, dan saling membelakangi, tapi jadilah kamu sebagai hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya di atas tiga hari (H.R. Bukhari). 49

Ayat-ayat dan hadis-hadis di atas tampak bahwa Al – Qur‘an dan Sunnah Rasul tidak menentukan sistem dan bentuk tertentu mengenai kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang harus diikuti umat Islam, melainkan dasar-dasarnya saja. Tapi dari dasar dan prinsip-prinsip itu dapat dikembangkan sistem sosial pemerintahan dan sistem ekonomi sesuai dengan tuntutan zaman. Artinya, sistem dan bentuk pemerintahan serta teknis pengelolaan diserahkan kepada kehendak umat sesuai dengan masalah-masalah

48

Sebagaimana Dikutip Dalam Abdul Karim Zaidan, "Individu Dan Negara Menurut Pandangan Islam" Dalam Hamidullah Dkk, Politik Islam, Konsepsi Dan Dokumentasi, Terjernahan Jamaluddin Kafie,Cs, PT Bina Ilmu,Surabaya, 1987, hlm. 170.

49

(41)

kehidupan duniawi yang timbul pada tempat dan zaman mereka.50

D. Teori Fiqh Siyasah Tentang Agama Dan Negara Modern

Wacana seputar konsep negara Islam telah melahirkan kontroversi dan polarisasi intelektual di kalangan pemikir politik Islam. Apakah benar, misalnya Rasulullah pernah mendirikan atau menganjurkan negara Islam (Islamic state), bukan negara suku (clannish state) seperti yang dikemukakan Ali Abdur Raziq. Apakah institusionalisasi Islam dalam bentuk negara merupakan kewajiban syariat ataukah semata-mata kebutuhan rasional seperti yang diteorikan Ibnu Khaldun ?

Secara garis besar terdapat dua kekuatan dalam memandang Islam dan negara. Pertama, kaum subtansialis, yang memiliki pokok-pokok pandangan sebagai berikut :

1. Bahwa substansi atau kandungan iman dan amal lebih penting daripada bentuknya.

2. Pesan-pesan Al-Qur'an dan hadis, yang bersifat abadi dalam esensinya dan universal dalam maknanya, harus ditafsirkan kembali oleh masing-masing generasi kaum muslim sesuai dengan kondisi sosial pada masa mereka.

3. Mereka menerima struktur pemerintahan yang ada sekarang sebagai bentuk negara yang final.

Kedua, kaum skripturalis, mereka berpandangan bahwa pesan-pesan agama sebagian besarnya sudah jelas termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadis. Selanjutnya hanya

50

(42)

perlu diterapkan dalam kehidupan. Karena itu, mereka cenderung lebih berorientasi kepada syariat.51

Dari kedua kelompok tersebut jelas bahwa di satu pihak institusi negara Islam tidaklah perlu, yang terpenting adalah komitmen penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa, ini dianut oleh kaum subtansialis. Di pihak lain, kelompok skripturalis, yang berpandangan bahwa pesan-pesan agama perlu adanya institusi yang mengaturnya yaitu negara Islam, yang berorientasi pada syariat.

Bila diamati dengan saksama, sesungguhnya kedua kelompok tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama ingin mengartikulasikan pesan agama dengan penuh komitmen dan integral (kaffah). Tujuan yang sama inilah yang hendaknya dibangun dan dikedepankan, berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebenaran. Terutama saat ini, dengan menjamurnya partai politik Islam.

Azyumardi Azra melihat adanya tiga corak kecenderungan baru, yaitu formalistik (menurut aturan secara kaku) artinya melihat Islam sebagaimana aturan yang ada tanpa melihat isi, substantifistik (hakikat, inti) artinya memunculkan Islam dari sisi substansinya bukan sebagai ajaran formalnya, dan sekularistik, artinya melihat agama sebagai ajaran yang terpisah dengan urusan duniawi. Dari tiga kecenderungan yang diajukannya, ia menganjurkan Islam semestinya memakai pola substantifistik, artinya memunculkan Islam dari sisi substansinya bukan sebagai ajaran formalnya.52

Melihat hubungan agama dan negara sebagaimana diungkapkan di atas, bahwa secara umum, ada tiga macam

51

Mark R. Woodward, Jalan Baru Islam, Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia, Terj. Chaniago, Mizan, Bandung, 2004, hlm. 285-289.

52

(43)

arus umum wacana (discourse) tentang hubungan agama dan negara, yakni (1) pemikiran yang menghendaki keterpisahan agama dari sistem kenegaraan, (2) wacana yang melihat hubungan komplementer agama dan negara, (3) wacana yang bercorak integratif.

1. Teori Sekuleristik

Paradigma sekularistik mengajukan pemisahan (disparitas) agama atas negara dan pemisahan negara atas agama. Konsep Ad-dunya al-akhirah, din ad-dawlah atau umur ad-dunya umur ad-din dikotomikan secara diametral. Dalam konteks Islam, paradigma ini menolak pendasaran negara kepada Islam, atau paling tidak, menolak determinasi Islam pada bentuk tertentu dari negara.53 Pemrakarsa paradigma sekularistik salah satunya, adalah Ali Abdul Al-Raziq 54 seorang cendekiawan Muslim dari Mesir.

Dalam bukunya, Al-Islam wa Ushul al-Hukm, Raziq mengatakan bahwa Islam hanya sekadar agama dan tidak mencakup urusan negara, Islam tidak mempunyai kaitan agama dengan sistem pemerintahan kekhalifahan, kekhalifahan termasuk kekhalifahan al- Khulafa' ar-Rasyidin, bukanlah sebuah sistem politik keagamaan atau keislaman tetapi sebuah sistem yang duniawi. Ali Abdul Al-Raziq sendiri menjelaskan pokok pandangannya bahwa, Nabi Muhammad SAW itu hanyalah seorang Rasul yang bertugas menyampaikan seruan agama. Beliau semata-mata

53

Muhammad Albahy, Islam dan Sekularisme Antara Cita dan Fakta, Alih bahasa: Hadi Mulyo, Ramadhani, Solo, 1988, hlm. 10.

54

la adalah seorang hakim di Mesir sejak tahun 1330 H (1915 M.), dan aktifis politik (dalam Hizb al-Ummah, salah satu organisasi politik radikal saat itu, ia menjabat sebagai wakil Ketua). Pada tahun 1925 M., ia menerbitkan bukunya yang sangat kontroversial, yaitu Islam wa Ushul al-Hukm. Akibat buku ini, jabatan hakim yang disandangnya dicopot oleh Majelis Ulama Tertinggi Mesir. Lihat Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah,

(44)

mengabdi kepada agama tanpa disertaai kecenderungan terhadap kekuasaan maupun kedudukan sebagai raja.

Nabi bukanlah seorang penguasa maupun pemegang kuasa tertinggi dalam pemerintahan negara. Beliau tidak pernah mendirikan suatu negara dalam pengertian yang selama ini berlaku dalam ilmu politik. Sebagaimana halnya dengan para Nabi yang telah mendahuluinya, Muhammad SAW hanyalah seorang Rasul. Beliau bukanlah seorang raja, pendiri suatu negara, maupun penganjur berdirinya suatu pemerintahan politik seperti itu.55 Pemikiran tersebut berangkat dari pemahaman Ali Abdul Al-Raziq bahwa Nabi Muhammad Saw adalah semata-mata utusan (Allah) untuk mendakwahkan agama murni tanpa bermaksud untuk mendirikan negara. Nabi tidak mempunyai kekuasaan duniawi, negara, ataupun pemerintahan.

Nabi tidak mendirikan kerajaan dalam arti politik atau sesuatu yang mirip dengan kerajaa

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi cairan periode latihan dan status hidrasi setelah latihan, tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

Hasil skrining dengan pengujian morfologi, biokimia, dan molekuler, dari 9 isolat bakteri yang diuji, hanya 6 isolat bakteri yang dapat disekuensing dengan baik menggunakan

Sukarno dengan konsep Marhaenismenya telah berusaha untuk membangun model ekonomi kerakyatan Indonesia dengan berpijak pada situasi dan kondisi rakyat Indonesia pada masanya,

- How to disagree 1,2,6 1 sks x 50 menit Mahasiswa memahami teori yang terkait dengan penggunaan ungkapan, frasa, dan kalimat bahasa Inggris yang baik dan benar ketika hendak

Sistem pelatihan mutu produksi yang meliputi program, metode, fasilitas, kebutuhan akan pelatihan, waktu dan manfaat pelatihan sudah terlaksana dengan baik. Sedangkan untuk

Setiap penderita Hemiparese mempunyai problem yang berbeda kompleks dan idividual, mulai dari gejala yang ringan sampai pada yang berat. Hal ini tergantung pada luas letak

RAPP sektor Pelalawan berdasarkan jenis biaya (harga tahun 2009).. Biaya tetap dan biaya tidak tetap pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, perlindungan hutan dan

Standar Nasional (SDSN) Kecamatan Lumajang” (dalam Bahasa Inggris): The Rool Implementation Of School Commite In Doing A School Based Managemen For Elementary School Of