COT MEUGAT KECAMATAN SEUNAGAN
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
RATNA DEWI
NIM : 09C10104115
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
COT MEUGAT KECAMATAN SEUNAGAN
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
RATNA DEWI
NIM : 09C10104115
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
iv
Pasar Ikan dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Dibawah Bimbingan Azhari, SKM, MKM, Dan Zahari, SKM, MARS
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas sumber daya manusia. Lingkungan yang bersih dan sehat menjadi keinginan setiap manusia, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi setiap manusia. Tujuan pengelolaan lingkungan antara lain adalah untuk mencegah berbagai pencemaran yang membahayakan masyarakat itu sendiri, penataan lingkungan yang bersih dibutuhkan kesadaran masyarakat yang sangat tinggi, sehingga terciptanya lingkungan yang nyaman, aman dan bebas dari sampah. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan pengetahuan, sikap, tindakan, dan fasilitas dengan penanganan sampah oleh pedagang pasar ikan dan sayur Cot Meugat. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu jenis Analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian adalah pasar ikan dan sayur Cot Meugat. Penelitian di lakukan pada tanggal 25 Agustus s/d 8 September 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah 46 orang, dan sampel 46 orang, Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square. Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan penanganan sampah karena p value = 0,026 atau p = < 0,05 (α = 0,05), sikap dengan penanganan sampah ada hubungan karena p value = 0,000 atau p = < 0,05 (α = 0,05). tindakan dengan penanganan sampah ada hubungan karena p value = 0,063 atau p = < 0,05 (α = 0,05), sedangkan fasilitas dengan penanganan sampah ada hubungan karena p value = 0,000 ataup = < 0,05 (α = 0,05).Disarankan kepada dinas kesehatan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bagi dinas kesehatan agar meningkatkan pengawasan pasar sehingga terciptanya pasar bersih dan sehat, dan disarankan kepada dinas kebersihan hasil penelitian ini diharapkan dapat mmberikan masukan bagi dinas kebersihan dalam menjaga dan penanganan kebersihan pasar ikan dan sayur Cot Meugat.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
produktifitas sumber daya manusia. Lingkungan yang bersih dan sehat menjadi
keinginan setiap manusia, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi
setiap manusia. Tujuan pengelolaan lingkungan antara lain adalah untuk
mencegah berbagai pencemaran yang membahayakan masyarakat itu sendiri,
penataan lingkungan yang bersih dibutuhkan kesadaran masyarakat yang sangat
tinggi, sehingga terciptanya lingkungan yang nyaman, aman dan bebas dari
sampah. Usaha penataan lingkungan pasar di butuhkan kesadaran dan partisipasi
warga guna mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Kesehatan
lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpositif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat
yang optimum pula (Notoamodjo, 2005)
Sarudji (2002) menyatakan bahwa masalah penanganan sampah pasar
ternyata tidak mudah, perlu melibatkan banyak pihak, baik pemerintah daerah,
dinas terkait dan masyarakat, juga memerlukan teknoligi, membutuhkan dana
yang cukup dan perlu adanya kesadaran masyarakat yang tinggi, sehingga
program hidup bersih dan sehat dapat terwujud dengan baik sebagaimana yang
didambakan.
Usaha penanganan sampah perlu dilakukan dengan memperlihatkan
berbagai faktor yang dapat menjunjung keberhasilan tujuan tersebut, juga perlu
ditangani dan usaha pencegahan terhadap faktor-faktor penghambat yang dapat
menjadi suatu kendala untuk terwujudnya lingkungan bersih dan sehat.
Semakin meningkatnya aktifitas masyarakat maka sampah juga semakin
banyak, jika pemerintah bersama masyarakat tidak mengambil langkah-langkah
dalam penanganan sampah pasar, maka dapat berdampak sampah-sampah tersebut
akan menumpuk dan membusuk, apabila sampah yang menumpuk ini dibiarkan
saja, maka dapat menimbulkan bau, yang akhirnya dapat mencemarkan
lingkungan pasar dengan demikian penyakit akan lebih mudah menyebar
(Soemirat, 2007).
Data menurut Dinas Kebersihan Kabupaten Nagan Raya (2013), volume
sampah perbulan dapat mencapai 464M³ dari semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Nagan Raya, sedang volume sampah tang terdapat di Kecamatan
seunagan sebanyak 137M³ perbulan.
Pedagang di pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat sebanyak 46 pedagang
yang terdiri dari 16 pedagang sayur dan selebihnya sebanyak 30 pedagang terdiri
dari pedagang ikan, ayam dan daging yang menghasilkan berbagai macam sampah
seperti ikan-ikan busuk dan berbagai macam sayuran yang sudah layu, kering dan
busuk. Penggangkut sampah hanya di pagi hari dan tidak ada petugas kebersihan,
sedangkan untuk tempat sampah tidak mampu menampung sampah yang banyak,
hingga pedagang membuang sampahnya ke sungai yang terdapat dibelakang pasar
tersebut sehingga dapat mengakibatkan bau busuk yang menyengat. Pedagang
dilingkungan pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya perlu meningkatkan kesadaran terhadap penanganan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan bahwa
dipasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya terdapat masalah yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Terbukti dengan adanya berbagai macam sampah yang terdapat pada pasar dan di
aliran sungai yang terdapat di belakang pasar tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa hubungan perilaku dengan penanganan sampah oleh
pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisa hubungan pengetahuan dengan penanganan sampah
oleh pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
2. Untuk menganalisa hubungan sikap dengan penanganan sampah oleh
pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya.
3. Untuk menganalisa hubungan tindakan dengan penanganan sampah oleh
pedagang ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya.
4. Untuk menganalisa hubungan fasilitas dengan penanganan sampah oleh
pedagang ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Dinas kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas
Kesehatan agar meningkatkan pengawasan pasar sehingga terciptanya
pasar bersih dan sehat
2. Dinas kebersihan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas
Kebersihan dalam menjaga dan penanganan kebersihan pasar ikan dan
pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya
3. Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang
penanganan sampah pada pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya, juga dapat menjadi media
latihan untuk melakukan penelitian sederhana dimasa yang akan datang.
1.4.2. Manfaat Aplikatif
Dengan diketahuinya hubungan perilaku dengan penanganan sampah oleh
pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya tahun 2013, maka pedagang lebih memahami bagaimana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prilaku Kesehatan
Dari segi biologis prilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
yang bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan prilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berbicara, tertawa, bekerja,
belajar, menulis, membaca dan sebagainya (Notoamodjo, 2007).
Menurut Skiner (1938), seorang ahli psikologi yang di kutip oleh
Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa prilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan minuman, serta lingkungan. Dari batasan
ini, prilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yakni prilaku
pemeliharaan kesehatan, prilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanan kesehatan, dan prilaku kesehatan lingkungan (Notoamodjo, 2007).
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Defenisi Pengetahuan
Menurut Notoamodjo (2002) pengetahuan merupakan hasil tahu dan nilai
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi pada pengelihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan (kognitif) merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang(over behavior).
Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang
merupakan hasil dari tahu setelah orang itu melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu dan kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi
suatu gambaran, persepsi, pengamatan, konsep dan fakta.
2.2.3. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoamodjo, (2002) Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
yaitu :
1. Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan/materi yang telah
di pelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami(Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi(Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam kontes situasi yang lain.
4. Analisa(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan.
5. Sintesis(Shyntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan atau melaksanakan atau
menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
2.2.4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoamodjo (2003), Faktor-aktor yang mempengaruhi
pengetahuan diantaranya sebagai berikut :
1. Umur
Umur adalah umur responden dalam tahun terakhir responden. Umur
sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal
semakin meningkat. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kualitas. Lewat pendidikan mnusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan (Notoamodjo, 2007)
3. Lama bekerja
Lama bekerja adalah masa responden memberikan pelayanan, baik instansi
pemerintah maupun swasta. Seperti yang diungkapkan oleh mapire,
pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dilalui oleh seseorang apabila telah
menjalani proses belajar dan pengalaman. Maka diharapkan yang
bersangkutan memiliki kecakapan kerja yang bertambah baik serta
memiliki ketrampilan kerja yang tambah dalam kualitas dan kuantitas
(Hurlock, 1999).
2.3. Sikap
Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi stimulus tertentu (Notoamodjo, 2003)
Dalam kehidupan sehari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sisial. Salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan atau bertindak dan bukan pelaksana motif
Dalam bagian lain Allfort (1954) yang dikutip oleh Notoamodjo (2003)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : Kepercayaan,
ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi
emosional terhadap suatu objek, kecendrungan untuk bertindak. Ketiga komponen
itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap
yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting.
2.3.1. Tingkatan Sikap 1. Menerima(Reciving)
Diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
berikan (Objek).
2. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide
tersebut.
3. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala
dilakukan secara langsung dan tidak langsung responden terhadap suatu
objek (Notoamodjo, 2003)
2.3.2. Faktor Pembentuk Sikap
Dalam interaksi sosial, individu bereaksi untuk membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek yang dihadapinya. Berikut ini akan diuraikan
peranan masing-masing faktor dalam membentuk sikap manusia (Azwar.S, 2002).
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus social. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan
penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan objek psikologis. Apabila penghayatan itu kemudian akan
membentuk sikap positif atau sikap negatif.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama
berbekas.
2. Pengaruh orang lain dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi kita, seseorang yang dianggap penting, seseorang
yang kita harapkan persetujuannya sitiap gerak tingkah dan pendapat kita,
bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap
sesuatu. Pada umumnya individu cendrung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Kecendrungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berfiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
3. Media masa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pesan-pesan
yang berisi sugesti yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarnakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri. Pemehaman
akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang beleh dan tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta
ajaran sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah
mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep individu terhadap
5. Pengaruh faktor ekonomi
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosional yang berfungsi
sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahaan
ego. Sikap demikian merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persistem dan bertahan lama contohnya prasangka.
2.3.3. Fungsi Sikap Manusia 1. Fungsi instrumental
Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk
memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan minimalkan hal-hal yang
tidak diinginkan.
2. Fungsi pertahanan ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa
akan mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran
yang tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari
kepahitan kenyataan tersebut. Sikap dalam hal ini, merefleksikan problem
kepribadian yang tidak terselesaiakan.
3. Fungsi pernyataan nilai
Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dianggap baik dan
tertentu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang
dianutnya yang sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
4. Fungsi pengetahuan
Manusia mempunyai dorongan dasar untuk tahu, atau mencari penalaran
dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur
pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh
individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa
sehingga tercapai suatu konsistensi. Sikap fungsi suatu skema yaitu suatu
cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan
mengorganisasikannya (Azwar, 2002)
2.4. Tindakan
Menurut Soemirat (2007), yang mengutip pendapat G.M. Foster
menyatakan, selain aspek sosial yang mempengaruhi prilaku seseorang, aspek
budaya juga mempengaruhi seseorang dalam tindakan penanganan sampah, antara
lain : (1) tradisi, (2) sikap fatalisme, (3) nilai, (4) ethnocentrism, dan (5) unsur
budaya yang dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.
Tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
1. Guided respons, yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi
masih tergantung pada tuntutan atau penggunaan panduan, disebut juga
tindakan terpimpin.
2. Mechabism,yaitu apabila seseorang telah melakukan tindakan sesuatu
3. Adoption, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang, bukan sekedar
rutinitas atau mekanisme saja, sudah dilakukan modifikasi atau tindakan
prilaku yang berkualitas (Notoamodjo, 2007).
Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau
dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan terdiri
dari beberapa tingkat yaitu :
1. Persepsi
Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan muncul.
2. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.
3. Mekanisme
Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah
atau ajakan orang lain
4. Adopsi
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan
itu telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut
2.5. Sampah
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak di pakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah di gunakan dalam suatu kegiatan
manusia dan di buang (Notoamodjo, 2003)
2.5.1. Jenis Sampah 1. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya logam/besi, pecahan kaca, kaleng, alat-alat medis, bahan-bahan
elektronik, dan sebagainya.
2. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya sisa makanan, daun, kertas, pembungkus, buah-buahan dan
sebagainya. (Notoamodjo, 2007)
2.5.2. Penanganan Sampah
Penanganan sampah merupakan suatu prosedur atau langkah kerja
ditetapkan, sehingga saling keterpaduan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
Kotler (2002), untuk melaksanakan suatu pekerjaan, perlu di awali dari tahap awal
sampai dengan tahap akhir, yaitu masing-masing tahap harus saling berkaitan
dengan terpadu sehingga dapat dilaksanakan suatu proses pekerjaan dengan baik,
jika ada kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan maka dapat diadakan
2.5.3. Sistem Penanganan Sampah
Penanganan sampah di lakukan mulai dari tahap pengumpulan dan
pembersihan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan pasar. Pengumpulan
sampah di tempatkan pada suatu tempat atau pada tempat yang telah disediakan
seperti bak penampungan sementara sampah. Apabila sampah yang dikumpulkan
berupa sampah padat seperti kaleng bekas, botol atau sampah padat lainnya maka
lebih bagus dilakukan penanaman atau dikubur sehingga tidak mencemarkan
lingkungan, apabila sampah masih bisa dimanfaatkan maka dapat dilakukan daur
ulang sehingga dapat memberikan mamfaat kepada manusia itu sendiri,secara
umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu
a. MetodeOpen Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/
menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/ pengolahan
sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
b. MetodeControlled Landfill(Penimbunan Terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan
penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang
dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
c. MetodeSanitary landfill(Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Untuk sampah organik seperti daun, sisa makanan dan sampah lainnya
membersihkan sampah organik dengan anorganik. Jika perlu sampah organik
dapat diolah menjadi pupuk tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sendiri jika
dijual untuk menambah penghasilan keluarga (Notoamodjo, 2003).
2.5.4. Dampak Sampah Bagi Kesehatan Manusia
Penanganan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) dapat menimbulkan dampak buruk bagi manusia. Tempat-tempat
penumpukan sampah merupakan tempat yang baik bagi perkembangan organisme
penyebar penyakit seperti tikus, nyamuk dan lalat (Soehardjo, 2003).
Berjangkitnya penyakit dari tempat-tempat penimbunan sampah yang
hanya dibiarkan begitu saja dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung
yaitu melalui udara, air minum dan makanan. Biasanya penyakit yang muncul
berasal dari bakteri pathogen dan virus. Dalam ryadi (1989) disebutkan berbagai
macam penyakit yang di akibatkan oleh sampah yaitu : diare, cholera, tifus,
malaria, scabies panu dan disentri.
2.6 Kerangka Teori
2.7. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teoritis, maka dapat digambarkan variabel yang
diteliti sesuai dengan kerangka konsep berdasarkan teori Notoamodjo.S (2002).
Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.8. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan Pengetahuan dengan Penanganan Sampah oleh pedagang
pasar ikan dan sayur di Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya.
2. Ada hubungan Sikap dengan Penanganan Sampah oleh pedagang pasar
ikan dan sayur di Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya.
3. Ada hubungan Tindakan dengan Penanganan Sampah oleh pedagang pasar
ikan dan sayur di Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya.
4. Ada hubungan Fasilitas dengan Penanganan Sampah oleh pedagang pasar
ikan dan sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Pengetahuan
Sikap
Penanganan Sampah
Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dan rancangan penelitian ini adalah cross
sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
menganalisa hubungan variabel independen dengan variabel dependen melalui
pengajuan hipotesa (Notoamodjo, 2002).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Agustus s/d 8 September 2013.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sebanyak 46 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoamodjo, 2002).Sampel penelitian ini adalah
semua pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya sebanyak 46 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dengan menggunakan
kuesioner, dimana kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu pertanyaan demografi
responden yang meliputi umur, pendidikan dan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan penanganan sampah oleh pedagang pasar ikan dan pasar sayur
Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang didapat dari Dinas kebersihan pada tahun 2013 jumlah produksi
sampah yang ditangani sebanyak 22.5 m³/hari yang diangkut menggunakan 8 armada
3.5. Defenisi Operasional
Tabel. 3.1. Variabel Penelitian
No Variabel Keterangan Variabel Independen
1. Pengetahuan Defenisi Segala sesuatu yang diketahui reponden tentang penanganan sampah
2. Sikap Defenisi Dapat berupa pendapat responden tentang penanganan sampah
3. Tindakan Defenisi Reaksi dan respon terhadap kegiatan Cara Ukur Wawancara
Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur 1. Baik
2. Kurang Skala Ukur Ordinal
4. Fasilitas Defenisi Ketersedian tempat-tempat sampah Cara Ukur Wawancara
3.6. Aspek Pengukuran
A. Pengetahuan
1. Baik jika pertanyaan yang di jawab benar≥3 dari total pertanyaan.
2. Kurang baik jika pertanyaan yang di jawab benar < 3 dari total pertanyaan.
B. Sikap
1. Baik jika pertanyaan yang di jawab benar≥3 dari total pertanyaan.
2. Kurang baik jika pertanyaan yang di jawab benar < 3 dari total pertanyaan.
C. Tindakan
1. Baik jika pertanyaan yang di jawab benar≥3 dari total pertanyaan.
2. Kurang baik jika pertanyaan yang di jawab benar < 3 dari total pertanyaan.
D. Fasilitas
1. Baik jika pertanyaan yang di jawab benar≥3 dari total pertanyaan.
2. Kurang baik jika pertanyaan yang di jawab benar < 3 dari total pertanyaan.
E. Penanganan Sampah
1. Baik jika pertanyaan yang di jawab benar≥ 3dari total pertanyaan.
2. Kurang baik jika pertanyaan yang di jawab benar < 3 dari total pertanyaan.
3.7. Analisis Data A. Analisis Univariat
Analisis Univariat yaitu untuk mendapatkan distribusi frekuaensi dan
B. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square, dengan derajat
kepercayaan / CI 95% dan α = 0,05. Persamaan rumus Chi-Square adalah sebagai
berikut (Hastono, 2006).
( 0–E) ²
x²=
Σ
E
Yaitu :
O = Frekuensi observed (nilai pengamatan)
E = Frekuensi expected (nilai yang diharapkan)
Adapun hipotesisnya adalah:
1. HO diterima = jika p value<ά, artinya ada hubungan pengetahuan dengan
penanganan sampah oleh pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
2. HO ditolak = jika p value>ά, artinya ada hubungan sikap dengan
penanganan sampah oleh pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
Kecamatan Seunagan Kabupaten Raya.
3. HO ditolak = jika p value>ά, artinya ada hubungan tindakan dengan
penanganan sampah oleh pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
4. HO ditolak = jika p value>ά, artinya ada hubungan fasilitas dengan
penanganan sampah oleh pedagang pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat
24 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat terletak di Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya.Dimana merupakan wilayah pusat pembelanjaan yang
terletak dipinggir jalan raya Jeuram–Beutong Ateuh.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 25 Agustus s/d
8 September 2013 di pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat pada 46 responden
dengan judul, Hubungan Perilaku Dengan Penanganan Sampah Oleh
Pedagang Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
4.1.1 Analisis Univariat 1. Pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 17 37,0
2 Kurang 29 63,0
Total 46 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 46 responden, paling
dominan 37,0% yang memperoleh pengetahuan yang baik, sedangkan yang
2. Sikap
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Sikap Frekuensi %
1 Baik 16 34,8
2 Kurang 30 65,2
Total 46 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 46 responden, paling
dominan 34,8% yang memperoleh sikapyang baik, sedangkan 65,2% yang
memperoleh sikap yang kurang.
3. Tindakan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Tindakan Frekuensi %
1 Baik 25 54,3
2 Kurang 21 45,7
Total 46 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 46 responden, paling
dominan 54,3% yang memperoleh tindakan yang baik, sedangkan 45,7% yang
memperoleh tindakan yang kurang.
4. Fasilitas
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fasilitas Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Fasilitas Frekuensi %
1 Baik 19 41,3
2 Kurang 27 58,7
Total 46 100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 46 responden, paling
dominan 41,3% yang memperoleh fasilitas yang baik, sedangkan yang kurang
hanya 58,7% yang memperoleh fasilitas.
5. Penanganan Sampah
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penanganan Sampah Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Penanganan Sampah Frekuensi %
1 Baik 15 32,6
2 Kurang 31 67,4
Total 46 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 46 responden, paling
dominan 32,6% yang memperoleh penanganan sampah yang baik, sedangkan
yang kurang hanya 67,4% yang memperoleh penanganan sampah.
4.1.2 Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Penanganan Sampah Tabel 4.6 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penanganan Sampah
Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara pengetahuan dengan penanganan sampah
Kurang 16 51,6 13 86,7 29 63,0 0,026 0,164
Baik 15 48,4 2 13,3 17 37,0
hubungan antara pengetahuan dengan penanganan sampah pasar ikan dan sayur
Cot Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,164. Maka artinya
pengetahuanyang kurang dan yang baik tidak memiliki peluang.
2. Hubungan Antara Sikap Terhadap Penanganan Sampah
Tabel 4.7 Hubungan Antara Sikap Dengan Penanganan Sampah Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara sikap dengan penanganan sampah menujukkan
nilai p value = 0,000 atau α < 0,05, maka artinya bahwa ada hubungan antara
sikap dengan penanganan sampah pasar ikan dan sayur Cot Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 60,667. Maka artinya
sikap yang kurang memiliki peluang 61 kali dibandingkan dengan sikap yang
baik. Sikap
Penanganan Sampah
Total
p OR
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 28 90,3 2 13,3 30 65,2 0,000 60,667
Baik 3 9,7 13 86,7 16 34,8
3. Hubungan Antara Tindakan Terhadap Penanganan Sampah
Tabel 4.8 Hubungan Antara Tindakan Dengan Penanganan Sampah Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tindakan dengan penanganan sampah
menujukkan nilai p value = 0,063 atau α < 0,05, maka artinya bahwa ada
hubungan antara tindakan dengan penanganan sampah pasar ikan dan sayur Cot
Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,275. Maka artinya
tindakan yang kurang dan yang baik tidak memiliki peluang.
4. Hubungan Antara Fasilitas Terhadap Penanganan Sampah
Tabel 4.9 Hubungan Antara Fasilitas Dengan Penanganan Sampah Pasar Ikan Dan Pasar Sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara fasilitas dengan penanganan sampah
Kurang 11 35,5 10 66,7 21 45,7 0,063 0,275
Baik 20 64,5 5 33,3 25 54,3
Jumlah 31 45,7 15 54,3 46 100
Fasilitas
Kurang 26 83,9 1 6,7 27 58,7 0,000 72,800
Baik 5 16,1 14 93,3 19 41,3
menujukkan nilai p value = 0,000 atau α < 0,05, maka artinya bahwa ada
hubungan antara fasilitas dengan penanganan sampah pasar ikan dan sayur Cot
Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 72,800. Maka artinya
fasilitas yang kurang memiliki peluang 73 kali dibandingkan dengan fasilitas yang
baik.
4.2. Pembahasan
1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penanganan Sampah
Dari hasil analisa tabel silang diketahui Pengetahuan dengan penanganan
sampah menunjukkan bahwa nilai p value = 0,026 atau α < 0,05, maka artinya
bahwa ada hubungan antara pengetahun dengan penanganan sampah pasar ikan
dan pasar sayur Cot Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,164. Maka artinya
pengetahuanyang kurang dan yang baik tidak memiliki peluang.
Menurut Atikah. (2012), ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam
upaya memperbaiki perilaku. Dengan demikian meningkatkan pengetahuan akan
memberikan hasil yang cukup berarti untuk memperbaiki perilaku. Hal ini sesuai
dengan penyataan Rogers dalam Atikah, (2012) yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku,
dan perilaku yang disadari pengetahuan akang bertahan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak disadari pengetahuan. Menurut pendapat peneliti, pengetahuan
2. Hubungan Antara Sikap Dengan Penanganan Sampah
Dari hasil analisa tabel silang diketahui sikap dengan penanganan sampah
menunjukkan bahwa nilai pvalue = 0,000 atau α> 0,05, maka artinya bahwa ada
hubungan antara sikap dengan penanganan sampah pasar ikan dan pasar sayur Cot
Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 60,667. Maka artinya
sikap yang kurang memiliki peluang 61 kali dibandingkan dengan sikap yang
baik.
Sikap seseorang dalam hal masalah penanganan sampah merupakan proses
penilaian orang pada hal-hal yang berkaitan dengan penanganan sampah dan
pemeliharaan kesehatan yaitu bagaimana penilaian seseorang terhadap cara-cara
penanganan sampah dan berperilaku hidup sehat, sikap terhadap sakit dan
penyakit serta sikap terhadap kesehatannya (Notoamodjo, 2007)
Menurut pendapat penelitian masih rendahnya penanganan sampah pasar
ikan dan sayur Cot Meugat di karenakan kurangnya pengetahuan tentang
pengetahuan kesehatan lingkungan sehingga mereka berperilaku atau bersikap
sesuai dengan kemauan mereka.
3. Hubungan Antara Tindakan Dengan Penanganan Sampah
Dari hasil analisa tabel silang diketahui tindakan dengan penanganan
sampah menunjukkan bahwa nilai p value = 0,063 atau α < 0,05, maka artinya
bahwa ada hubungan antara tindakan dengan penanganan sampah pasar ikan dan
pasar sayur Cot Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,275. Maka artinya
Praktek atau tindakan kesehatan ataupun tindakan dalam penanganan
sampah adalah semua kegiatan atau aktifitas seseorang dalam rangka memelihara
kesehatanya. Semua sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk
mewujudkannya menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktorpendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping
faktor fasilitas, juga diperlukan dukungan dari pihak lain (Notoamodjo, 2007).
Menurut pendapat peneliti.Masih rendahnya penanganan sampah pasar ikan
dan sayur Cot Meugat karena fasilitas yang ada di pasar ikam dan pasar sayur
masih banyak terpenuhi standar.
4. Hubungan Antara Fasilitas Dengan Penanganan Sampah
Dari hasil analisa tabel silang diketahui fasilitas dengan penanganan sampah
menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000atau α = 0,05, maka artinya bahwa ada
hubungan antara fasilitas dengan penanganan sampah pasar ikan dan pasar sayur
Cot Meugat.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 72,800. Maka artinya
fasilitas yang kurang memiliki peluang 73 kali dibandingkan dengan fasilitas yang
baik.
Menurut Notoamodjo, (2007), Perancangan tata letak mencakup penyusunan
fisikal dan dari fasilitas industri di mana penyusunan tersebut sudah ada maupun
masih dalam bentuk perancangan yang berisi ruang yang dibutuhkan oleh
pergerakan material, penyimpanan, pekerja tak langsung dan aktifitas pendukung
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analitik seperti yang diuraikan
pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan sebagai berikut :
1. Persentase penanganan sampah yang mempunyai pengetahuanyang baik
adalah sebesar 37,0%, dan pengetahuan yang kurang adalah sebesar 63,0%.
2. Persentase penanganan sampah yang mempunyai sikap yang baik adalah
sebesar 34,8%, dan sikap yang kurang adalah sebesar 65,2%.
3. Persentase penanganan sampah yang mempunyai tindakanyang baik adalah
sebesar 54,3%, dan tindakan yang kurang adalah sebesar 45,7%.
4. Persentase penanganan sampah yang mempunyai fasilitas yang baik adalah
sebesar 41,3%, dan fasilitas yang kurang adalah sebesar 58,7%.
5. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan penanganan sampah pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat. Jika
dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,164. Maka artinya pengetahuan
yang kurang dan yang baik tidak memiliki peluang.
6. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan
penanganan sampah pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat. Jika dilihat dari
odds ratio (OR) yaitu sebesar 60,667. Maka artinya sikap yang kurang
memiliki peluang 61 kali dibandingkan dengan sikap yang baik.
7. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan
penanganan sampah pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat.
Jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 0,275.Maka artinya tindakan
yang kurang dan yang baik tidak memiliki peluang.
8. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara fasilitas dengan
penanganan sampah pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat. Jika dilihat dari
odds ratio (OR) yaitu sebesar 72,800. Maka artinya fasilitas yang kurang
memiliki peluang 73 kali dibandingkan dengan fasilitas yang baik.
5.2. SARAN
1. Dinas kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan
agar meningkatkan pengawasan pasar sehingga terciptanya pasar bersih dan
sehat.
2. Dinas Kebersihan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas
Kebersihan dalam menjaga dan penanganan kebersihan pasar ikan dan pasar
sayur Cot Meugat Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang
penanganan sampah pada pasar ikan dan pasar sayur Cot Meugat Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya, juga dapat menjadi media latihan untuk
Alfort, 1954. Definisi Sikap dan Tingkatan Sikap, Bina Kesehatan Masyarakat,
Jakarta.
Arikunto, S. 1998. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta.
Azwar. S. 2002.Sikap Manusia. Pustaka Pelajar, Jakarta.
Atikah. 2012.Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat(PHBS). Nuha Medika, Yogyakarta.
Hastono, 2006. Analisis Univariat dan Analisis Bivariat, Universitas gajah Mada,
Yogyakarta.
Hurlock, 1999. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan, Nuha Medika,
Yogyakarta.
Hastono, S.P, Sabri, L, 2007.Statistik Kesehatan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kotler, Philiup. 2002.Sistem Pengendalian Lingkungan Hidup.Erlangga Jakarta.
Notoatmodjo. 2002.Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta.
__________. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Rineka Cipta Jakarta.
__________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama, Rineka
Cipta Jakarta:
__________. 2007.Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
Soemirat, J. 2007.Kesehatan Lingkungan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Soehadjo, 2003. Penggololaan Sampah dan Penanganan Sampah, PT Grafindo,
Jakarta.
Sarudji, 2002. Penanganan Sampah, dan Lingkungan Hidup, Usaha Nasional,
Surabaya.