• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1504577426Bab X Akhir RPI2 JM Tanjabtim 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1504577426Bab X Akhir RPI2 JM Tanjabtim 2014"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

(3)

banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi:

“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan

pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan

pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2)

Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah

bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

(4)

Gambar. X.1.1.

Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

(5)

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 201 0-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

(6)

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

(7)

Gambar. X.1.2.

Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 201 0-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional

(8)

berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

(9)

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan

Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan

Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan

Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

(10)

10.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

10.2.1.Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya Kabupaten

Tanjung Jabung Timur

Melalui Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur No. 17 2008 Tentang Uraian Tugas Jabatan Strututural Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dapat dilihat keorganisasian Bidang Cipta Karya dari Struktur sampai dengan uraian Tugas Bidang Cipta Karya di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya.

Berikut di Uraikan Struktur Organisasi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur:

Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari : 1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat membawahkan : a. Sub Bagian Kepegawaian

b. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan; c. Sub Bagian Keuangan;

3. Bidang Bina Program membawahkan :

a. Seksi Perencanaan dan Penyusunan Program; b. Seksi Survey dan Pengukuran;

c. Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. 4. Bidang Bina Marga membawahkan :

a. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan; b. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;

c. Seksi Pengendalian Operasional jalan dan Jembatan. 5. Bidang Pengairan membawahkan :

a. Seksi Pembangunan Jaringan Pengairan dan Sumber Daya Air; b. Seksi Pemanfaatan Irigasi, Rawa, Sungai, Danau dan Pantai; c. Seksi Operasi dan Pemeliharaan.

(11)

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas; 8. Kelompok Jabatan Fungsional.

10.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya Kabupaten

Tanjung Jabung Timur

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuh kembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

(12)

Tabel. X.2.1.

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi

1 Bappeda 1. Mengkoordinasikan penyusunan program pembangunan Infrastuktur Bidang Cipta Karya.

2. Mempersiapkan bahan penyusunan rencana pengembangan Infrastruktur Cipta Karya.

3. Melaksanakan evaluasi pembinaan dibidang Infrastruktur Cipta Karya.

Bidang Infrastruktur Wilayah

2 Dinas PU 1. menghimpun, mempelajari seluruh ketentuan perundang-undangan, pedoman, petunjuk teknis dan kewenangan Daerah di bidang Cipta Karya. 2. merumuskan kebijakan teknis di bidang Cipta Karya.

3. menginventarisir seluruh permasalahan-permasalahan di bidang Cipta Karya dan memberikan alternatif pemecahan masalah.

4. menghimpun, mengolah seluruh data dan informasi di bidang Cipta Karya. 5. menyusun rencana teknis dan program di bidang Cipta Karya.

6. melakukan pembinaan dan bimbingan teknis dalam bidang Cipta Karya. 7. melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan

pengembangan, peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana Cipta Karya.

8. melaksanakan kebijakan di bidang Cipta Karya.

9. melakukan koordinasi dengan instansi terkait di bidang Cipta Karya. 10. melaksanakan pengawasan sarana dan prasarana kawasan terbangun dan

sistim manajemen konstruksi;

11. menyusun pembinaan, pengembangan, perumahan, permukiman, perbaikan dan peremajaan lingkungan perumahan kota/desa, lingkungan perumahan pusat desa pertumbuhan permukiman serta perumahan nelayan;

12. menyiapkan rencana teknis dan program pembangunan kawasan skala besar, perumahan dan permukiman baru, memberikan komendasi perizinan pembangunan perumahan;

13. menyusun penyediaan fasilitas hunian dan Cipta Karya;

14. menyusun rencana kebijakan tata ruang dan pengembangan wilayah dalam kabupaten maupun antar kabupaten/kota;

15. melaksanakan bimbingan, pembinaan dan evaluasi terhadap staf di lingkungan Bidang Cipta Karya

(13)

10.3. Analisis Kelembagaan

Permasalahan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pembangunan dan pengoperasional infrastruktur kabupaten berkaitan dengan pengorganisasian dinas/instansi terkait. Kejelasan pembagian tugas antara dinas/instansi sampai pada tupoksi seksi diharapkan akan mempermudah koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pembangunan dan pengoperasional infrastruktur.

Permasalahan profesionalisme sangat berkaitan dengan kemampuan aparatur pemerintah. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan, skill dan pengalaman. Peningkatan profesionalisme, dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan melalui studi lanjut yang relevan, pendidikan dan pelatihan teknis. Profesionalisme aparatur pemerintah berkaitan dengan tugas dan fungsi tertentu dalam jabatan fungsional.

Dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten Tanjung Jabung Timur, memiliki

sejumlah kekuatan yang telah ditetapkan melalui tupoksi masing-masing dinas/instansi sehingga memiliki kejelasan peran dan pembagian kerja. Demikian halnya dengan struktur organisasi masing-masing dinas/instansi telah memiliki struktur yang jelas serta terdapatnya Sumber Daya Manusia yang memiliki komitmen, motivasi dan dedikasi dalam melaksanakan tugas. Kelemahan yang dihadapi dalam penyusunan RPI2-JM ini antara lain adalah :

1. Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan teknis makro antara Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum /Cipta Karya serta dengan dinas/instansi teknis lainnya.

2. Belum memadainya Sumber Daya Manusia yang bertugas dalam penyusunan RPI2-JM pada masing-masing dinas/instansi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ditinjau dari segi kesesuaian dengan bidang ilmu serta kuantitas untuk melaksanakan volume pekerjaan yang terus meningkat.

(14)

berkaitan dengan RPI2-JM yang merupakan instrumen penting dalam penyediaan infrastruktur kabupaten.

10.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

Arah pengembangan kelembagaan dan aparatur pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean

Government) adalah aparat yang memiliki profesionalisme yang tinggi dan mampu

memberikan pelayanan prima dan menghilangkan KKN, yang dicapai dengan : 1. Pengembangan struktur kelembagaan dan aparatur daerah yang efektif dan

efisien.

2. Peningkatan kualitas aparatur dengan memperbaiki kesejahteraan dan profesionalisme serta memperlakukan sistem karier berdasarkan prestasi dengan prinsip pemberian penghargaan dan sangsi (Reward and Punishments).

3. Peningkatan fungsi pelayanan birokrasi dan akuntabilitas secara transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan wewenang.

4. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan lini pemerintahan disemua kegiatan.

Penjabaran lebih lanjut arah pengembangan kelembagaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) diatas, dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan demokratis, meliputi :

1. Perluasan rentang kendali dalam pelimpahan wewenang pelayanan masyarakat kepada pemerintahan kecamatan dan aparat desa.

2. Peningkatan kualitas dan kinerja Sumber Daya Manusia pada tingkat birokrasi maupun pelayanan.

(15)

5. Mendorong peningkatan sistem/tatanan pemerintahan yang baik kepada pimpinan/pejabat di masing-masing unit kerja.

6. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan wewenang.

7. Menumbuh kembangkan peningkatan pengelolaan pendapatan daerah. 8. Peningkatan pengelolaan belanja daerah.

Dengan mengacu pada RPJP dan RPJM Kabupaten Tanjung Jabung Timur diatas, usulan program dalam RPI2-JM mencakup :

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi yang dikembangkan melalui :

a) Spesialisasi pekerjaan yang berkaitan dengan tugas dalam organisasi dan dibagi dalam pekerjaan yang terpisah.

b) Departementalisasi yang berkaitan dengan dasar dalam mengelompokan pekerjaan yang ada.

c) Rantai perintah yang berkaitan dengan sistem pertanggungjawaban yang harus dilakukan.

d) Rentang kendali yang berkaitan dengan jumlah personil yang dapat dikendalikan oleh pimpinan.

e) Sentralisasi dan desentralisasi, berkaitan dengan kewenangan dalam pengambilan keputusan.

f) Serta formalisasi yang mencakup peraturan yang digunakan untuk mengarahkan personil dan pimpinan.

2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPI2-JM :

(16)

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia :

Program pengembangan Sumber Daya Manusia difokuskan pada aparatur pada dinas/instansi yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan RPI2-JM Kabupaten Tanjung Jabung Timur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Program pengembangan untuk meningkatkan kualitas aparatur dilakukan melalui pelatihan dan studi lanjut dalam bidang ilmu yang relevan. Program dimaksud meliputi :

a. Perencanaan Kota. b. Manajemen Proyek.

c. Manajemen Persampahan. d. Amdal.

e. Perencanaan Teknis.

f. Air Bersih dan Peningkatan Lingkungan Pemukiman. g. Keuangan Daerah.

h. Perencanaan Pembangunan. i. Administrasi Keuangan.

4. Peningkatan sarana dan prasarana kerja yang meliputi :

a. Bangunan gedung yang difungsikan untuk kantor dan gudang.

b. Alat-alat kantor seperti komputer, printer, mesin fotocopy, alat penjilid dan lain sebagainya.

c. Sarana transportasi untuk memperlancar pelaksanaan tugas seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat.

Gambar

Gambar. X.1.1.
Gambar. X.1.2.
Tabel. X.2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah didapat persamaan numerik dengan menggunakan metode beda hingga, maka dapat diberikan simulasi numerik dari persamaan (4.5.6) untuk menggambarkan

sebuah realita yang sering menjadi penghambat dari tercapainya kehidupan harmonis yang keberadaanya tidak bisa dilupakan adalah sangat majemuknya kehidupan manusia baik dari

Namun untuk mendapatkan data yang lebih akurat perlu dilakukan satu kajian yang berkaitan dengan kualitas pemahaman terminologi Latin dalam sains ini oleh

Subjek memberi tanda silang pada jalur SS (sangat sesuai) karena pernyataan tersebut sesuai dengan jawaban pilihannya dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.. TERIMAKASIH

Akan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa informan dapat membaur dan mengapresiasi adanya perbedaan satu sama lain sehingga dapat menjalin hubungan dengan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada praktisi perkembangan, dinas sosial, serta berbagai pihak lainnya yang berhubungan dengan

Ketidakmampuan A untuk menjalin hubungan dengan seorang perempuan termanifestasi dari perilaku A saat berpacaran dengan perempuan, seperti A tidak memiliki

Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan perpustakaan digital.. Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan