• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - DESKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA MTs N MODEL BABAKAN TEGAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - DESKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA MTs N MODEL BABAKAN TEGAL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF - repository perpustakaan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi Matematika merupakan aspek kemampuan matematika yang telah banyak dikembangkan sebagian negara diseluruh dunia melalui pengaruh OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Development) pada penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) yang diselenggarakan di beberapa negara di seluruh dunia. Literasi matematika masih menjadi tantangan utama pada matematika dasar. Unesco (2012) menyebutkan “Mathematical literacy for all young people is not only the goal, but also the fundamental priority objective of mathematics taught during basic

education.” Artinya, literasi matematika untuk seluruh pemuda tidak hanya

sebagai tujuan, tetapi juga menjadi tujuan utama matematika dasar pada pendidikan tingkat dasar. Di Indonesia, kemampuan literasi matematika para siswa masih rendah, hal tersebut diindikasikan dengan rendahnya skor hasil survei PISA. Oleh karena itu, penelitian di bidang literasi matematika masih perlu dilakukan untuk dilaksanakan di Indonesia (Murtiyasa, 2016).

(2)

Ojose (2011) menjelaskan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, matematika merupakan dasar dalam pemecahan masalah, pengolahan informasi, dan komunikasi yang menjadi persyaratan pekerjaan rutin. Literasi matematika diperlukan baik di tempat kerja dan dalam kehidupan sehari-hari (Ojose, 2011). Hal ini berarti bahwa siswa harus bisa memecahkan masalah dunia nyata dengan menggunakan keterampilan dan kompetensi yang telah mereka peroleh dari pendidikan dan pengalaman hidup (Lange, 2006).

Literasi matematika penting dibangun dalam diri siswa untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, namun tidak identik dianggap dengan pengetahuan dan keterampilan yang minim atau tingkat rendah. Hal ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan kapasitas siswa dalam menggunakan konsep-konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Konsepsi literasi matematika mendukung dua elemen penting yang harus siswa dapatkan dari belajar matematika, yaitu mengembangkan pemahaman yang kuat tentang konsep-konsep matematika murni dan manfaat dari seluruh yang terlibat dalam eksplorasi pada dunia abstrak matematika (Organisation for Economic

Co-Operation and Development [OECD], 2010).

(3)

belajar matematika meningkat ketika mereka melihat adanya relevansi apa yang mereka pelajari dengan dunia luar kelas dan mata pelajaran lain. Literasi matematika adalah atribut yang ada di sebuah kontinum, dengan beberapa siswa menjadi lebih matematis melek daripada yang lain, serta dengan potensi pertumbuhan selalu mampu menyajikan atau memberikan solusi (OECD, 2010).

Literasi matematika atau melek matematika didefinisikan sebagai kemampuan siswa merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Termasuk di dalamnya bernalar secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika dalam menjelaskan serta memprediksi fenomena. Dengan demikian literasi matematika membantu siswa untuk mengenal peran matematika dalam dunia dan membuat pertimbangan maupun keputusan yang dibutuhkan sebagai warga negara (OECD, 2010).

(4)

Santrock (2004) menyebutkan bahwa siswa yang memiliki gaya impulsif cenderung memberikan respon secara cepat. Siswa impulsif sejati adalah siswa yang memberikan respon sangat cepat, tetapi juga melakukan sedikit kesalahan dalam proses tersebut. Sedangkan, siswa yang memiliki gaya reflektif cenderung menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi jawaban. Siswa reflektif sangat lambat dan berhati-hati dalam memberikan respon, tetapi cenderung memberikan jawaban secara benar. Sejalan dengan hal tersebut, Nasution (2010) mengatakan siswa yang impulsif mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya siswa yang reflektif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah.

Nasution (2010) mengatakan bahwa “the tendency to reflect over alternative solution possibilities, in contrast with the tendency to make an

impulsive selection of a solution in problems with high response uncertanty”.

(5)

merespon sehingga tinggi kemungkinan bahwa respon yang diberikan adalah benar.

MTs N Model Babakan Tegal merupakan MTs yang terletak di Jalan Raya Pondok Pesantren Babakan Lebaksiu Tegal. Sekolah ini berada di komplek pondok pesantren yang jauh dari keramaian kota, oleh karenanya siswa di sekolah tersebut cenderung merupakan siswa yang memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Dengan modal motivasi belajar tersebut, siswa dapat mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya.

MTs N Model Babakan Tegal ini meskipun berada jauh dari perkotaan, tetapi banyak diminati oleh masyarakat. Siswa yang sekolah di MTs ini masuk melalui jalur tes dan wawancara. Siswa kelas Full Day School atau biasa disebut dengan kelas FDS di MTs N Model Babakan Tegal merupakan kumpulan dari siswa – siswa berprestasi yang memiliki kecerdasan lebih dibandingkan dengan siswa yang berada di kelas reguler. Siswa yang masuk pada kelas FDS dikelompokkan berdasarkan hasil tes seleksi masuk MTs, nilai UN dan nilai rapor SD. Sedangkan, siswa kelas reguler masuk sekolah ini hanya melalui tes seleksi masuk MTs yang diselenggarakan oleh panitia penerimaan siswa baru MTs N Model Babakan. Persaingan untuk masuk di MTs yang sangat ketat tersebut menambah keyakinan siswa yang diterima di MTs tersebut, karena mereka termasuk siswa-siswa pilihan.

(6)

selain harus mempelajari pelajaran sekolah, siswa juga harus mempelajari ilmu agama yang sudah disediakan di pondok-pondok tersebut.

Dengan banyaknya aktivitas tersebut, akibatnya ketika pelajaran di kelas mereka tidak bisa fokus. Hal ini akan berdampak pada kecepatan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan oleh guru, baik dalam pembelajaran atau pada saat ujian. Kebiasaan mengantuk atau tidur di kelas pada saat pembelajaran bukan lagi hal yang asing di lingkungan MTs N Model Babakan Tegal.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “DESKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA MTs N MODEL BABAKAN TEGAL DITINJAU DARI GAYA

KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF”. Penelitian ini dilakukan agar siswa mengetahui bahwa matematika berguna untuk menyelesaikan masalah dunia nyata, dan siswa mengetahui gaya kognitif yang dimiliki termasuk ke dalam kelompok gaya kognitif reflektif atau gaya kognitif impulsif, serta memberikan informasi kepada guru terkait dengan kemampuan literasi matematika siswa ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif.

B. Fokus Penelitian

(7)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika siswa kelas VIII MTs N Model Babakan Tegal ditinjau dari gaya kognitif reflektif – impulsif.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Bila tujuan penelitian ini tercapai, hasil penelitian dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, meliputi :

1. Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengetahuan baru tentang aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan mengetahui bagaimana kemampuan literasi matematika yang dimiliki.

2. Bagi Guru

Mendapatkan informasi tentang kemampuan literasi matematika siswa.

3. Bagi Sekolah

(8)

4. Bagi Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Henry menjelaskan bahwa walaupun hal ini menunjukkan suatu iman yang menakjubkan, iman mujizat, atau iman yang memampukan orang melakukan mujizat: Sekalipun aku memiliki

Enzim yang digunakan untuk mengubah pati menjadi dekstrin yaitu enzim α-amilase yang bekerja optimum pada pH 5-6,2.. Untuk menjaga pH berada pada kisaran 5-6,2 dilakukan

Termasuk penggunaan cat sebagai bahan pelapis permukaan batu apung (pumice) untuk mengurangi penyerapan air pada agregat tersebut. Pada penelitian ini objek yang diamati

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model manajemen zakat produktif pada LAZ Sidogiri serta mengatasi problematika yang dialami LAZ Sidogiri

Dilihat dari hasil analisa tersebut nilai pH yang didapat telah sesuai dengan baku mutu limbah cair rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 6 – 9..

Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah rumah sakit yang mengandung fosfat tinggi yang melebihi baku mutu yang akan menyebabkan masalah lingkungan hidup sehingga

Mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia, pekerja sosial memegang salah satu peranan penting dalam

Kombinasi albedo semangka (Citrullus vulgaris Schard.) dan buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) yang paling tepat untuk menghasilkan selai lembaran