• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual - DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA AKTIVIS OSIS DAN NON AKTIVIS OSIS KELAS VIII D SMP NEGERI 3 KEBASEN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual - DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA AKTIVIS OSIS DAN NON AKTIVIS OSIS KELAS VIII D SMP NEGERI 3 KEBASEN - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.Deskripsi Kontekstual

Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang kemampuan penalaran

matematika, Aktivis dan Non Aktivis, dan Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS).

1. Kemampuan Penalaran Matematika

Menurut Fadjar Shadiq (Wardhani, 2008) penalaranan adalah proses

berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar

pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau

diasumsikan sebelumnya, sedangkan Sudjadi (2011) menyatakan bahwa

kemampuan penalaran mencakup kapasitas untuk berpikir secara logis dan

sistematis. Logis artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika

tertentu, sedangkan sistematis mengandung arti bahwa proses berpikir ini

dilakukan dengan langkah-langkah teratur seperti yang dipersyaratkan oleh

logika yang dipergunakannya. Sementara itu Keraft (Shadiq, 2004)

penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan

fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan. Dari pendapat

diatas diketahui bahwa kemampuan penalaran adalah proses berpikir secara

logis dan sistematis dalam rangka membuat suatu pernyataan baru

berdasarkan fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan.

Sebagai proses berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu,

(2)

suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini dapat

diartikan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis

menurut suatu pola tertentu. Ciri kedua dari penalaran adalah sifat analitik.

Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan kepada

suatu analisis, proses berpikirnya berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Dalam penalaran menurut Suriasumantri (1999 : 55) ada tiga teori

kebenaran, pertama teori koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar

apabila bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan pernyataan

sebelumnya yang dianggap benar. Kedua teori korespondensi yaitu suatu

pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang didukung pernyataan

itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju bersifat

faktual contohnya jika seseorang mengatakan bahwa “Ibukota Republik

Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu adalah benar sebab bersifat

faktual yakni Jakarta memang menjadi Ibukota Republik Indonesia. Teori

ketiga yaitu pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria

apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

NCTM (2000 : 56) menyebutkan bahwa kemampuan penalaran

merupakan kemampuan tertinggi yang harus dimiliki peserta didik.

Kemampuan penalaran dibutuhkan dalam mempelajari matematika.

penalaran matematika dan pokok bahasan matematika merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pokok bahasan matematika dipahami

melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar

(3)

membutuhkan dan melibatkan pemikiran sistematis, logis, dan kreatif.

Kemampuan penalaran tidak hanya dibutuhkan bagi siswa ketika mereka

belajar matematika maupun mata pelajaran lainnya, namun sangat

dibutuhkan dalam mengambil keputusan atau kesimpulan.

Dalam petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian

perkembangan anak didik SMP (Wardhani, 2008) menyebutkan terdapat

indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika yaitu:

(1) Kemampuan mengajukan dugaan, (2) Kemampuan memanipulasi

matematika, (3) Kemampuan menyusun bukti, memberi alasan atau bukti

terhadap kebenaran solusi, (4) Kemampuan menarik kesimpulan dari

pernyataan, (5) Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen, (6)

Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk

membuka generalisasi.

Menurut Jihad (Tim PPPG, 2006) terdapat beberapa indikator dalam

penalaran matematika, yaitu: (1) Menarik kesimpulan logis, (2) Memberikan

penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan, (3)

Memperkirakan jawaban dan proses solusi, (4) Menggunakan pola dan

hubungan untuk menganalisis situasi matematika, (5) Menyusun dan

menguji konjektur, (6) Merumuskan lawan contoh, (7) Mengikuti aturan

inferensi, memeriksa validitas argumen, (8) Menyusun argumen yang valid,

(9) Menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan

(4)

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

indikator kemampuan penalaran matematika yaitu:

1) Kemampuan mengajukan dugaan.

Siswa mampu mengidentifiksi kebenaran suatu pernyataan sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

2) Kemampuan melakukan manipulasi matematika.

Siswa mampu melakukan manipulasi matematika untuk memperoleh

suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan

yang kebenarannya sudah diketahui sebelumnya.

3) Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.

Siswa mampu menghubungkan fakta-fakta yang diketahui untuk

memperoleh suatu kesimpulan.

4) Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen.

Siswa mampu menyelidiki tentang kebenaran dari suatu argumen yang

ada.

Contoh soal :

A B

Erwin Matematika

Anggi IPS

Dinda IPA

(5)

i. Apakah relasi diatas merupakan pemetaan? Mengapa?

ii. Nyatakan relasi diatas sebagai himpunan pasangan berurutan

(A,B)!

iii. Siapakah yang menyukai mata pelajaran IPA dan?

iv. Benarkah Adam menyukai mata pelajaran IPA?

Penyelesaian:

Diketahui:

Himpunan A = {Erwin, Anggi, Dinda, Adam}

Himpunan B = {Matematika, IPS, IPA}

Ditanyakan:

i. Apakah relasi diatas merupakan pemetaan? Mengapa?

ii. Nyatakan relasi diatas sebagai himpunan pasangan berurutan

(A,B)!

iii. Siapakah yang menyukai mata pelajaran IPS dan IPA?

iv. Benarkah Adam menyukai mata pelajaran IPA?

Jawaban:

i. Relasi dari himpunan A ke himpunan B

Relasi dari himpunan A ke himpunan B bukan pemetaan, karena

ada anggota himpunan A yang memiliki Lebih dari satu pasangan

(6)

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa pada materi

Fungsi).

ii. Himpunan pasangan berurutan (A,B)

{(Erwin, Matematika), (Anggi, Matematika), (Anggi, IPA),

(Dinda, IPS), (Dinda, IPA), (Adam, IPA)}. (melakukan manipulasi

matematika untuk memperoleh suatu pernyataan baru yang benar

berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya sudah

diketahui sebelumnya)

iii. Nama anak yang menyukai mata pelajaran IPS dan IPA

Anak yang menyukai mata pelajaran IPS dan IPA adalah Dinda.

(Siswa mampu menghubungkan fakta-fakta yang diketahui untuk

memperoleh suatu kesimpulan)

iv. Adam benar menyukai matapelajaran IPA, ditunjukan dalam

diagram panah yaitu Adam dipasangkan dengan IPA. (Siswa

mampu menyelidiki tentang kebenaran dari suatu argumen yang

ada)

Siswa dikatakan mampu melakukan penalaran bila ia mampu

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

(7)

2. Aktivis dan Non Aktivis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002),

pengertian aktivis adalah individu atau sekelompok orang yang bekerja aktif

mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya.

Dalam penelitian ini aktivis ditujukan untuk sekelompok orang yang sedang

aktif mendorong pelaksanaan atau berbagai kgiatan dalam organisasi siswa

intra sekolah (OSIS). Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa non

aktivis adalah sekelompok orang yang sedang tidak aktif dalam berbagai

kegiatan organisasi.

3. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

a. Pengertian Organisasi

Robins (Iryanto, 2011) menyebutkan bahwa Organisasi adalah

suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan

secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk

mencapai suatu tujuan. Sementara itu Rivai dan Mulyadi (Nursanti,

2013) berpendapat Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang

terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu

atau serangkain sasaran. Dari beberapa definisi yang diungkap oleh para

ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi adalah

sekumpulan dari beberapa orang yang memiliki kesamaan dalam

mencapai tujuan yang sama dan telah ditetapkan secara bersama-sama.

(8)

jalannya suatu organisai maka diperlukan adanya pembagian kerja yang

jelas dan juga didukung dengan suatu interaksi yang baik.

b. Pengertian OSIS

Surat Keputusan Direktur Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun

2008 tentang pembinaan kesiswaan Pasal 3 (Hernawan, 2013)

menyebutkan kepanjangan OSIS terdiri dari, Organisasi, Siswa, Intra,

Sekolah. Masing-masing mempunyai pengertian:

1) Organisasi, secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi

yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal

ini dimaksudkan satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang

dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu

mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.

2) Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

3) Intra adalah berarti terletak di dalam dan di antara. Sehingga OSIS

berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan

sekolah yang bersangkutan.

4) Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan

kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

Sementara itu dalam Pasal 4 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008

(9)

1) Organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk organisasi siswa intra

sekolah.

2) Organisasi kesiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan organisasi resmi di sekolah dan tidak ada hubungan

organisatoris dengan organisasi kesiswaan di sekolah lain.

3) Organisasi siswa intra sekolah pada SMP, SMPLB, SMA,

SMALB dan SMK adalah OSIS.

4) Organisasi siswa intra sekolah pada TK, TKLB, dan SDLB

adalah organisasi kelas.

Dari definisi tentang OSIS di atas dapat disimpulkan bahwa OSIS

merupakan sebuah organisasi yang berada di dalam lingkup sekolah

menegah yang berfungsi sebagai wadah bagi siswa yang ingin belajar

berorganisasi untuk mengambangkan potensi, minat dan bakatnya

dengan didampingi oleh pembina OSIS. Aktivis OSIS adalah siswa yang

sedang belajar berorganisasi untuk mengembangkan potensi, minat, dan

bakatnya dengan cara bekerja aktif dalam pelaksanaan dan kegiatan

OSIS, sedangkan non aktivis OSIS adalah siswa tidak berkerja aktif

dalam pelaksanaan dan kegiatan OSIS.

c. Kegiatan-kegiatas OSIS di SMP Negeri 3 Kebasen

Kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS dibagi atas 2 macam

(10)

1) Kegiatan rutin

Kegiatan rutin dalah kegiatan yang sudah dijadwalkan

terlebih dahulu dan bersifat rutin diadakan, entah tiap tahun, tiap

bulan atau tiap minggu. Contoh kegiatan rutin adalah :

a) melaksanakan peringatan Hari Besar Agama Islam

b) peringatan Hari Besar Nasional

c) Latihan Kepemimpinan

d) Peringatan Hari Jadi Sekolah

e) Masa Orientasi Siswa baru

f) latihan pidato

g) senam bersama

h) penerbitan mading dan lain-lain.

i) Kegiatan insidentil

2) Kegiatan insidental adalah berupa kegiatan yang sifatnya tidak

rutin hanya sesekali diadakan sesuai dengan aspirasi yang

berkembang atau disebabkan adanya instruksi dari pihak sekolah.

Contoh kegiatan insidentil adalah :

a) pelaksanaan seminar anti narkoba.

b) pelatihan pengolahan limbah sampah organik.

c) mengikuti lomba yang diadakan di luar sekolah

d) mengirimkan utusan dalam sebuah kegiatan seni atau agama

(11)

Kegiatan-kegiatan di SMP Negeri 3 Kebasen secara subtansial

dapat melatih kemampuan penalaran contohnya :

1) Peringatan Hari Besar Agama Islam

Seperti saran dari Daryanto ( Sumarsono, 2014) menyarankan

salah satu kegiatan yang dikembangkan dalam OSIS adalah

kemampuan penalaran seperti diskusi dan kegiatan akademis diluar

kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan Hari besar agama islam di SMP

Negeri kebasen aktivis OSIS melakukan kegiatan diskusi dalam

menentukan tema, tata panggung, dana yang diperlukan, acara apa

saja yang akan ditampilkan dan masih banyak lagi. Secara subtansial

kegiatan diskusi tersebut menuntut siswa melakukan penalaran.

Dalam kegiatan diskusi aktivis melakukan kegiatan berpikir

yang logis dalam menyusun anggaran dana, sedangkan dalam

penyusunan acara aktivis OSIS melakukan kegiatan berpikir analitik

yaitu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis.

Kegiatan berpikir logis dan analitik adalah ciri-ciri penalaran

(Suriasumantri, 1999)

2) Mengikuti lomba yang diadakan diluar sekolah

Kegiatan yang diikuti oleh aktivis OSIS SMP Negeri 3 Kebasen

diluar sekolah adalah PBB, dalam mengikuti kegiatan tersebut aktivis

OSIS mendapatkan mendapatkan pengalaman positif yang sangat

bermanfaat. Pengalaman tersebut dapat mereka gunakan jika suatu

(12)

lomba matematika, dari kegiatan tersebut mereka juga mendapatkan

pengalaman seperti belum tepat dalam menggunakan rumus ataupun

masih mmerlukan banyak waktu dalam menghitung, pengalaman

tersebut menjadi pembelajaran berharga bagi siswa sehingga siswa

dapat memperbaiki kesalahan yang diperbuat.

Menurut kaum empiris penalaran didapatkan melalui

pengalaman yang kongkrit (Suriasumantri, 1999),

pengalaman-pengalaman tersebut tidak hanya mereka dapatkan di dalam kegiatan

sekolah tetapi juga bisa mereka dapatkan dalam kegiatan diluar

sekolah.

4. SK, KD, dan Indikator Materi fungsi

Tabel 2.1

SK, KD, dan Indikator Matematika Kelas VIII Semester I

STANDAR

1.3.1 Mengidentifikasi pemetaan atau fungsi dari himpunan A ke himpunan B.

1.3.2 Menyatakan bentuk fungsi.

1.3.3 Menarik kesimpulan dari

nilai peubah fungsi.

1.3.4 Menyelidiki kebenaran

suatu fungsi.

B.Penelitian Relevan

Kuswardhani (2016) dalam penelitiannya dengan judul Deskripsi

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII Pada Materi Statistika Di

SMP Negeri 1 Kutasari, menyimpulkan bahwa kelompok siswa berprestasi

tinggi memiliki kemampuan penalaran yang baik dikarenakan responden dapat

(13)

dapat menarik kesimpulan, dapat menyusun bukti, dapat menjawab soal

dengan benar, tetapi tidak dapat melakukan pembuktian jawaban yang menuju

pada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Kelompok siswa prestasi sedang

memiliki kemampuan penalaran yang cukup baik, sedangkan kelompok siswa

prestasi rendah memiliki kemampuan penalaran yang kurang baik

Sementara itu, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Listiawati

(2015) dalam penelitiannya dengan judul deskripsi kemampuan penalaran

matematika pada siswa MTs penghafal Al-Quran di Yayasan Pondok Pesantren

Al Fattah Banjarnegara menyebutkan bahwa Siswa dengan kemampuan

menghafal 16 surat dalam Juz’amma memiliki kemampuan penalaran

matematika yang kurang baik serta kurang mampu memeriksa kesahihan suatu

argumen. Siswa dengan kemampuan menghafal 26 surat dalam Juz’amma

memiliki kemampuan penalaran matematika yang cukup baik, namun kurang

mampu dalam memeriksa kesahihan argument. Siswa dengan kemampuan

menghafal Juz’amma memiliki kemampuan penalaran matematika yang baik

serta mampu memeriksa kesahihan argument dengan benar, lengkap dan jelas.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, terdapat persamaan

dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya adalah mengacu pada

kemampuan penalaran, sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan

adalah mendeskripsikan bagaimana gambaran kemampuan penalaran

matematika aktivis OSIS dan non aktivis OSIS. Penelitian yang akan

dilakukan ini dirasa penting oleh penulis, di samping belum adanya penelitian

(14)

non aktivis OSIS, diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

memberikan gambaran yang jelas kepada berbagai pihak mengenai

kemampuan penalaran matematika aktivis OSIS dan non aktivis OSIS kelas

VIII D SMP Negeri 3 Kebasen.

C.Kerangka Pikir

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi yang

berada di lingkup sekolah menengah yang berfungsi sebagai wadah bagi siswa

yang ingin belajar berorganisasi untuk mengembangkan potensi, minat, dan

bakatnya dengan didampingi oleh pembina OSIS. Menjadi aktivis OSIS

mendapatkan banyak manfaat salah satunya adalah kegiatan diskusi dan

pengalaman yang secara substansial dapat melatih penalaran

Kemampuan penalaran adalah proses berpikir dalam rangka membuat

suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang

kebenarannya telah dibuktikan sebelumnya untuk memperoleh suatu

kesimpulan. Mampu melakukan penalaran menjadi salah satu tujuan pokok

bahasan matematika bagi siswa. Terdapat tiga indikator dari kemampuan

penalaran sebagai hasil belajar matematika yaitu: (1) Mengajukan dugaan. (2)

Melakukan manipulasi matematika. (3) Menarik kesimpulan dari pernyataan

Gambar

Tabel 2.1 SK, KD, dan Indikator Matematika Kelas VIII Semester I

Referensi

Dokumen terkait