• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS,NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA PERENCANAAN KELUARGABERENCANA (KB) PADA NY SUMUR 41 TAHUN DI DESA PLIKEN WILAYAH PUSKESMAS 2 KEMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS,NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA PERENCANAAN KELUARGABERENCANA (KB) PADA NY SUMUR 41 TAHUN DI DESA PLIKEN WILAYAH PUSKESMAS 2 KEMBA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Medis

A. Kehamilan 1. Definisi

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisakan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester dua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu) (Yulistiana,2015).

2. Proses Kehamilan

(2)

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh embang hasil konsepsi sampai aterm.

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi ( Manuaba,2010).

b. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstitial Ley-dig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis.

(3)

c. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilitas dan membentuk zigot (Manuaba, 2010).

d. Proses Nidasi dan Implantasi

Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus (Manuaba,2010).

3. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan a. Perubahan pada sistem reproduksi

1) Uterus

Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Hormon estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormone progesterone berperan untuk

elastisitas kelanturan uterus.taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:

(a) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g) (b) Kehamilan 8 minggu : telur bebek

(c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa

(4)

(e) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat (f) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat (g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid (h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid

(i) Kehamilan 37minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid (Siti Tyastuti, 2016).

Gambar 2.1 Pembesaran uterus menurut umur kahamilan. (Obstetri Fisiologis UNPAD).

2) Vagina/vulva

(5)

jamur.Hypervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga dapat meningkatkan libido atau

keinginan atau bangkitan seksual terutama pada kehamilan trimester dua.

3) Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

b. Perubahan pada payudara

(6)

susu, kelembutan puting susu terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu akan mengeluarkan kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga.

c. Perubahan pada kekebalan

Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai kehamilan 8 minggu sudah kelihatan gejala terjadinya kekebalan dengan adanya limfosit–limfosit.Semakin bertambahnya umur kehamilan maka jumlah limfosit semakin meningkat.

d. Perubahan pada sistem pernafasan

(7)

e. Prubahan pada sistem perkemihan

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar, tonus otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %.Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.

f. Perubahan pada sistem pencernaan

Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut Morning Sickness. (Siti Tyastuti, 2016).

4. Ketidaknyamanan pada kehamilan menurut (Manuaba 2015) Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada kehamilan

Bentuk Gambaran Klinis Pengobatan

Sakit pinggang

a) Lemahnya sendi sakroiliaka dan muskulus yang mendukungnya b) Dapat mengganggu tidur karena

sakit pinggang meningkat dimalam hari

c) Penyebab:

-Hormon progesteron dan relaxin -Uterus yang besar dan jatuh ke depan

-Perubahan tilik berat tubuh yang tepatnya agak kebelakang

menekan rektum sehingga terjadi konstipasi

(8)

b) Dianjurkan banyak makan sayur Dispnea a) Gangguan ringan pernafasan

sering terjadi karena progesteron menimbulkan hipervertilasi b) Semakin meningkat, karena

dorongan diafragma yang makin tinggi

(9)

5. Perubahan Psikologis

Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada trimester I menjadi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri. Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu (Saminem, 2009)

6. Diagnosis Kehamilan a. Tanda-tanda Presumptif

1) Amenorea (tidah mendapat haid).

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele : TTP = (hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1).

2) Mual dan muntah(nausea and vomiting).

(10)

disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum.

3) Mengidam (ingin makan khusus).

Ibu hamil sering meminta makanan atau minumam tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak tahan suatu bau-bauan.

4) Pingsan

Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

5) Tidak ada selera makan(anoreksia).

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

6) Lelah(fatigue).

7) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

(11)

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan oleh janin.

9) Konstipasi/obstipasi karena tonus oto-otot usus menurun oleh pengaruh hormone steroid.

10) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid plasenta, dijumpai dimuka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra = grisea). 11) Epulis :hipertrofi papilla gingivalis.

12) Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

b. Tanda-tanda Kemungkinan Hamil 1) Perut membesar

2) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi rahim

3) Tanda Hegar: ditemukannya serviks dan osthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.

(12)

5) Tanda Piskacek: pemebesaran dari pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya, tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.

6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang = Braxton-Hicks.

7) Teraba ballottement. 8) Reaksi kehamilan positif. c. Tanda Pasti (tanda Positif)

1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.

2) Denyut jantung janin:

(a) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec, (b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler, (c) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram, (d) Dilihat pada ultrasonografi.

3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Mochtar, 2012).

(13)

a. Perdarahan

Perdarahan pda kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 2 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa ( Prawirohardjo, 2014:282). b. Pre-eklampsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan datas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia adalah sebagai berikut:

1) Hiperrefleksia (Iritabilitas susunan saraf pusat)

2) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik dengan pengobatan umum.

3) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau atau berkunang-kunang.

4) Nyeri epigastik.

5) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolil 10-20 mmHg diatas normal.

6) Protein urin.

(14)

c. Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum

Bila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosanya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jeis yang disertai perdaraan (revealed) maupun tersembunyi (concealed).

1) Trauma Abdomen 2) Preeklampsia

3) Tinggi fundus uteri lebih sulit teraba 4) Bagian-bagian janin sulit teraba 5) Uterus tegang dan nyeri

6) Janin mati dalam rahim

Gejala dan Tanda lain yang harus diwaspadai:

1) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan 2) Menggigil atau demam

3) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya

(15)

8. Kehamilan Serotinus

Menurut Manuaba (2012) kehamilan serotinus dimaksudkan dengan usia kehamilan telah lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari hari menstruasi pertama. Untuk kehamilan yang melampaui batas 42 minggu dikemukaan beberapa nama lainnya :

a. Postdate : menunjukan kehamilan telah melampaui umur 42 minggu sejak hari pertama menstruasi.

b. Postterm : menunjukan bahwa kehamilan telah melampaui waktu perkitraan persalinan menurut hari pertama menstruasi. c. Postmature : menunjukan atau menggambarkan keadaan janin

yang lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menimbulkan beberapa komplikasi.

9. Antenatal Care Terintegrasi

Pelayanan antenatal care terintegrasi adalah pelayanan antenatal care yang diintegrasikan dengan pelayanan program lain yaitu gizi,

imunisasi, IMS, HIV, TB, Kusta, Malaria dengan pendekatan yang responsive gender dan untuk menghindari kemungkinan kehilangan

(16)

program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk tim pelayanan, pelayanan antenatal care terintegrasi, bidan dengan sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing program guna mewujudkan making pregnancy safer (Tri Andhika, 2015).

10. Kehamilan dengan Risiko Tinggi

Menurut Manuaba (2012) kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome yang buruk apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal.

Berdasarkan definisi tersebut, beberapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi sebagai berikut:

a. Poedji Rochyati

1) Primipara muda umur kurang dari 16 tahun 2) Primipara tua umur di atas 35 tahun

3) Tinggi badan kurang dari 145 cm 4) Riwayat kehamilan yang buruk

a) Pernah keguguran

(17)

d) Preeclampsia-eklampsia e) Gravid serotinus

f) Kehamilan perdarahan antepartum g) Kehamilan dengan kelainan letak.

5) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamlan.

11. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar asuhan minimal kehamilan 10 T:

a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan b. Pengukuran Tekanan Darah

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) d. Pengukuran tinggi puncak rahim (Fundus Uteri)

e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi

f. Pemberian Tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

(18)

i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)

j. Tatalaksana kasus (Dinas Kesehatan Indonesia, 2016 :103-104) B. Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaan hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir atau melalui jalan lahr atau melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Marmi, 2012)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain. Dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010;hal 164).

(19)

2. Jenis Persalinan a. Persalinan spontan

Menururt Sarwono Prawirohardjo, 2005, dikatakan persalinan spontan itu jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir (Marmi,2012).

Menurut Manuaba, 1998, persalinan spontan terjadi bila seluruh prosesnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Marmi,2012).

b. Persalinan buatan

Menurut Sarwono,2005, persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi section caesarea (Marmi,2012).

c. Persalinan anjuran

(20)

dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin (Marmi,2012).

3. Induksi Persalinan a. Pengertian

Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan (belum inpartu), dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba, 2015).

b. Bishop score

Tabel 2.2 Skor serviks

Faktor

Sumber : Cunningham, et al 2013 c. Indikasi

Menurut Manuba (2015) indikasi induksi persalinan dapat ditinjau dari:

1) Indikasi dari ibu

(21)

(2) Penyakit jantung (3) Penyakit hipertensi (4) Diabetes miletus

(5) Keganasan payudara dan portio a) Komplikasi kehamilan

(1) Preeclampsia (2) Eklampsia b) Kondisi fisik

(1) Penyempitan panggul (2) Kelainan bentuk panggul

(3) Kelainan bentuk tulang belakang 2) Indikasi janin

a) Kehamilan lewat waktu b) Plasenta previa

c) Kematian intrauterine

d) Kematian berulang dalam rahim e) Kelainan congenital

(22)

d. Kontraindikasi

1) Terdapat distosia persalinan

a) Panggul sempit atau disproporsi sefalopelvis b) Kelainan posisi kepala janin

c) Terdapat kelainan letak janin dalam rahim d) Kesempitan panggul absolute (CD < 5,5 cm) e) Perkiraan bahwa berat janin > 4.000 gr 2) Terdapat kedudukan ganda

a) Tangan bersama kepala b) Kaki bersama kepala

c) Tali pusat menumbung terkemuka 3) Terdapat overdistensi rahim

a) Kehamilan ganda

b) Kehamilan dengan hidramnion

4) Terdapat anamnesis : perdarahan antepartum 5) Terdapat bekas operasi pada otot rahim 6) Pada grandemultipara atau kehamilan >5 kali

(23)

e. Bentuk induksi persalinan menurut Manuaba (2015) 1) Metode steinche

Metode Steinche merupakan metode lama, tetapi masih perlu diketahui

a) Penderita diharapkan tenang pada malam harinya

b) Pada pagi hari diberikan enema dengan caster oil atau sabun panas

c) Diberikan pil kinin sebesar 0,200 gr setiap jam sampai mencapai dosis 1,200 gr

d) Satu jam setelah pemberian kinin pertama disuntikan oksitosin 0,2 unit/jami sampai tercapai His yang adekuat.

2) Induksi persalinan dengan prostaglandin menurut Cunningham (2013) yaitu:

(24)

pemberian, ibu tetap berbaring ±30 menit. Dosis dapat diulang setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang direkomendasikan dala 24 jam.

b) Prostaglandin E1 (misoprostol Cytotec) adalah prostaglandin sintetik, diakui sebagai tablet 100 atau 200 μg.

(1) Pemberian per vaginam, misoprostol yang dimasukkan kedalam vagina efektivitasnya sama atau lebih baik dibandingkan dengan gel prostaglandin E2 intraserviks. Dosis misoprostol intravaginal adalah 25μg.

(2) Pemberian per oral, tablet prostaglandin E1 juga efektif diberikan per oral. Pemberian misoprostol per oral memiliki manfaat yang serupa dengan pemberian

intravaginal. Dosis oral yang diberikan 100 μg sama

efektifnya dengan dosis intravagina 25 μg. Misoprostol

yang diberikan dengan interval 4 jam untuk maksimum dua dosis, aman dan efektif.

(25)

a) Dipasang infuse dekstrosa 5% dengan 5 unit oksitosin

b) Tetesan pertama antara 8-12 tpm dengan perhitungan setiap tetesan, mengandung 0,0005 unit sehingga dengan pemberian 12 tetes/menit terdapat oksitosin sebanyak 0,006 unit/menit. c) Setiap 15 menit dilakukan penilaian, bila tidak terdapat his

yang adekuat jumlah tetesan ditambah 4 tetes sampai maksimal tercapai 40 tetes per menit atau 0,02 unit okstosin/menit.

d) Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc dekstrosa 5%

e) Bila sebelum tetesan ke 40 sudah timbul kontraksi otot rahim yang adekuat, maka tetesan terakhir dipertahankan sampai persalinan berlangsung.

f) Dalam literature dikemukakan juga, bahwa pemberian oksitosin maksimal setiap menit adalah 30-40 IU atau tetesan sebanyak 40 tetes per menit dengan oksitosin sebanyak 10 unit.

4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan a. Passenger (Isi Kehamilan)

(26)

1) Janin

Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

2) Air ketuban

Waktu persalinan air ketuban membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput anak yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks. 3) Plasenta

Plasenta juga harus melewati jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal. b. Passage (Jalan Lahir)

(27)

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku.Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditetukan sebelum persalinan dimulai.

c. Power (Kekuatan)

Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.

d. Psikis (Psikologis)

(28)

e. Penolong (Bidan)

Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberika dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik (Marmi, 2012:27).

5. Tahapan Persalinan a. Kala I

Kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient masih dapat berjalan-jalan.Lamanya kala I untuk primigrafida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 2012 ;173).

b. Kala II

Kala II adalah kala pengusiran. Gejala utama kala 2 (pengusiran) adalah

(29)

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser.

4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipoglion berturut-berturut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka dan kepala seluruhnya.. 5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar

yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

(30)

7) Lamanya ka II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit (Manuaba, 2012; h.173). pada kala pengeluaran janin his berkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk keruang panggul yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa mengejan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan His mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5- 2 jam, pada multi 0,5 – 1 jam. (Mochtar, 2012; h 72-73).

c. Kala III

(31)

dorongan ringan secara creade pada fundus uteri. (Manuaba, 2012; h:174).

Pada kala III setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Muchtar, 2012;h.73).

d. Kala IV

(32)

normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. ( Manuaba, 2012; h.173-174).

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanyapersalinan pada primi dan multidapat dilihat pada kotak atas (Mochtar, 2012; h.73).

6. Asuhan Sayang Ibu

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat mengungah emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu (JNPK-KR, 2014: Hal. 54) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala I :

a. Memberikan dukungan emosional b. Membantu pengaturan posisi ibu c. Memberikan cairan dan nutrisi

(33)

Tabel 2.3 Pemantauan pada kala I

Parameter FaseLaten FaseAktif

Tekanandarah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhubadan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit Pembukaanserviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Nadi Setiap 30-60

menit

Setiap 30-60 menit

(Marmi, 2012;Hal:162)

60 Langkah Persalinan menurut Prawirohardjo, 2014: 341-347.

Melihat tanda dan gejala kala dua yaitu :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/vaginanya.

c) Perenium menonjol.

d) Vulva vagina dan sfingter anal membuka

Menyiapkan pertolongan persalinan

(34)

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.

5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

(35)

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran

(36)

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

(37)

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan peroral. g) Menilai DJJ setiap 5menit

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

(38)

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tanganMenolong kelahiran bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

(39)

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahir bahu.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

(40)

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki

Penanganan bayi baru lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.

(41)

kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu)

28) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik

(42)

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu. 37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

(43)

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

(1) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M. (b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.

(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

(e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

(44)

tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pasapersalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

(45)

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan. d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri. e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

(46)

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam pertama pascapersalinan

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

53) Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

54) Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

(47)

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih. 58) Mencelupkan sarung tangan kotor de dalam larutan klorin 0,5

%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Dokumentasi

60) Melengkapi partograf. C. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan 38-42 minggu dengan berat sekitar 2500 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm (Sondakh,2013, hal 150 ).

2. Pemeriksaan neurologis

(48)

a. Reflek moro / terkejut

Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terejut.

b. Reflek menggenggam

Apabila telapak tangan bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia berusaha mngenggam jari pemeriksa.

c. Reflek rooting/ mencari

Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.

d. Reflek menghisap/ sucking

Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan berusaha untuk menghisap.

e. Glabela reflex

Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya.

f. Gland reflex

Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya.

(49)

Apabila bayi diangkat dari tempat tidur(digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.

3. Tanda APGAR

Tabel 2.4 Tanda APGAR

Tanda Angka 0 Angka 1 Angka 2

(denyut jantung) Tidak ada <100 >100

Grimace

(tonus otot) Tidak ada

Ekstremitas sedikit

fleksi Gerakan aktif Activity

(aktivitas) Tidak ada Sedikit gerak

Langsung menangis Respiration

(pernapasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis

4. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

(50)

5. Kunjungan Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatal menurut PERMENKES NO. 53, 2014, yaitu: a. KN-1: pada saat bayi berumur (satu) kali pada umur 6-48 jam b. KN-2: pada saat bayi berumur 3-7 hari

c. KN-3: pada saat bayi berumur 8-28 hari. 6. Asuhan Kebidanan pada BBL Normal

a. Cara memotong tali pusat

1) Menjepit dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat kea rah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem.

2) Memegang tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat di antara 2 klem.

3) Mengikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari umbilicus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kassa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5 %.

(51)

7. Mempertahankan suhu tubuh bayi

a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir. Kondisi bayi batu lahir dengan tubuh basah katena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena control suhunya belum sempurna.

b. Untuk mencegah terjadinya hipotermia. Bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan ain kering kemudian diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.

(52)

d. Menghindari kehilangan panas pada BBL. Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas yaitu melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi (Vivian, 2010).

D. Nifas 1. Definisi

Kala puerperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang normal.(Manuaba, 2010 : 200).

Masa nifas puerperium adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembaliseperti prahamil.(Mochtar, 2012.hal.87).

2. Periode Masa Nifas

Terdapat 3 periode masa nifas (Mochtar, 2012 hal 87)

a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. PuerperiuminintermediateIyaitu kepulian menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Puerperium lanjut

(53)

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.

Tabel 2.5 Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah

pusat

750 12,5 Lembek

Satu minggu Pertengahan pusat-simfisis Dua minggu Tak teraba

diatas simsisis

Sebesar normal 30

b. Involusi Tempat Plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

(54)

Ligament-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsung-angsur menciut kembali seperti sediakala.

d. Perubahan pada Serviks serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

e. Lokia

1) Lokia rubra/ merah (kruenta)

Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum.Warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. 2) Lokia sanguinolenta

(55)

3) Lokia serosa

Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum.Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan.Lokia ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.

4) Lokia alba

Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan , serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.

f. Perubahan pada Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.

4. Menurut Frisc Tresnawati,2013 h: 64 Fase psikologis ibu nifas yaitu: a. Taking-in

1) Terjadi pada 1-2 hari post partum, umumnya ibu pasif dn ketergantungan, perhatiannya tertuju pada diri sendiri.

(56)

3) Kebutuhan akan istirahat sangat penting, pusing. 4) Peningkatan kebutuhan nutrisi.

b. Taking-on

1) Berlangsung 2-4 hari post partum, ibu menjadi lebih perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua.

2) Berkonsentrasi terhadap pengontrolan fungsi tubuhnya.

3) Ibu berusaha keras merawat bayinya sendiri, agak sensitf, cenderung menerima nasihat bidan

c. Letting go

1) Banyak ibu mengalami perasaan „let-down‟ setelah melahirkan,

sehubungan dengan seriusnya pengalaman melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi masalah secara efektif dalam membesarkan.

2) Umumnya depresi sedang dan dapat diatasi 2 pekan kemudian. 3) Jarang manjadi patologis sampai psikosis post partum.

5. Jadwal Kunjungan Rumah

Kunjungan nifas Menurut (Viviana ,2013;h.94) dibagi menjadi 3: a. Kunjungan I (Hari ke-1 sampai hari ke-7)

(57)

mengubah-ubah posisi, mengetahui cara memeras ASI dengan tangan seperlunya, atau dengan metode- metode untuk mencegah nyeri puting dan perawatan putting

2) Perdarahan: bidan mengkaji warna dan banyaknya atau jumlah yang semestinya , adakah tanda- tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik. Uterus tidak keras dan TFU menaik. Kaji pasien apakah bisa masase uterus dan ajari cara memasase uterus agar uterus bisa mengeras. Periksa pembalut untuk memastikan tidak ada darah berlebihan

3) Involusi uterus, bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan kepada pasien mengenai involusi uterus

4) Pembahasan tentang kelahiran: kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses tersebut

5) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi, dan rangsangan

(58)

b. Kunjungan II (hari ke-8 sampai hari ke-28)

1) Diet: bidan memberikan informasi mengenai makanan yang seimbang, banyak mengandung protein, makanan berserat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah komplikasi. Kebutuhan akan jumlah kalori yang lebih besar per hari untuk mendukung laktasi, kebutuhan akan makanan yang mengandung zat besi, suplemen dan folat, serta vitamin A jika diindikasikan

2) Kebersihan/ perawatan diri sendiri: bidan menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama puting susu dan perineum 3) Senam: bidan mengajarkan senam kegel, serta senam perut yang

ringan tergantung pada kondisi ibu dan tingkat diastasis

4) Kebutuhan akan istirahat:bidan menganjurkan untuk cukup tidur ketika bayi sedang tidur, meminta bantuan anggota keluarga untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga

5) Bidan mengkaji adanya tanda- tanda post partum blues

6) Keluarga berencana: pembicara awal tentang kembalinya masa subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan pengendalian kehamilan

(59)

ibu dengan riwayat preeklampsia atau risiko eklampsia memerlukan penekanan pada tanda- tanda bahaya dari preeklampsia/ eklampsia 8) Perjanjian untuk petemuan berikutnya

c. Kunjungan III (hari ke-29 samapai ke-42)

Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, kebanyakan ahli meyakini bahwa untuk menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran reproduksi wanita untuk kembali ke kondisi tidak hamil dimungkinkan untuk dilakukan evauasi normalitas dan akhir puerperium pada minggu keempat pascapartum. Pemeriksaan 4-6 minggu pascapartum sering kali terdiri atas pemeriksaan riwayat lengkap fisik dan panggul dalam.Setiap catatan yang ada dalam kehamilan harus ditinjau. Selain itu, hal ini yang perlu dikaji pada saat kunjungan III, yaitu sebagai berikut:

1) Penapisan adanya kontraindikasi terhadap metode keluarga berencana yang belum dilakukan

2) Riwayat tambahan tentang periode waktu sejak pertemuan berakhir. 3) Evaluasi fisik dan panggul spesifik tambahan yang berkaitan dengan

(60)

6. Penyulit dalam Masa Nifas a. Perdarahan post partum

Menurut Muchtar (2012; h. 206), perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 ml. Perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu, :

1) Perdarahan postpartum (early postpartum hemorhage) perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.

2) Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorhage) perdarahan yang terjadi setelah 24 jam setelah persalinan.

b. Kelainan Payudara

1) Bendungan Air Susu Ibu (ASI)

(61)

2) Mastitis

Mastitis adalah infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara pada masa nifas.Gejala awal mastitis demam yang disertai menggil, mialgia, nyeri, dan takikardia. (Prawirohardjo, 2010; h.652).

E.Keluarga Berencana

1. Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindar/mencegah terjadinya kehamlian sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas, antara lain Metode Amnorhea Laktasi (MAL), pil progestin (mini pil), suntikan

progestin, kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam Rahim.(vivian 2011, hal 77).

(62)

dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Sri Handayana, 2010).

2. Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi

Tabel 2.5 Cara penyimpanan alat kontrasepsi berdasarkan jenis kontrasepsi

Jenis Kontrasepsi Kondisi Penyimpanan Masa Kadaluwarsa 1. Pil Simpan di tempat kering, dan

jauhkan dari sinar matahari langsung

5 tahun

2. Kondom Simpan ditempat kering, yaitu suhu > 40C dan jauhkan dari sinar matahari langsung, bahan

kimia, dan bahan yang mudah rusak

3-5 tahun

3. AKDR Lindungi dari kelembaban, sinar matahari langsung, suhu 15-30

C

7 tahun

4. Spermisida Simpan pada ruangan bersuhu 15-30 C, jauhkan dari

temperature tinggi.

3-5 tahun

5. Implant Simpan ditempat yang kering,

suhu > 30C 5 tahun

6. Suntik Kb Simpan pada suhu 15-30C posisi vials tegak lurus menghadap ke atas, jauhkan dari sinar matahari langsung.

5 tahun

3. Penapisan Calon Akseptor KB

a. Penapisan metode kontasepsi hormonal (pil, suntik, implant) Tabel 2.6 Penapisan metode kontrasepsi hormonal

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih 2 Menyusui dan kurang dari 6 minggu paska salin

3 Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setalah senggama 4 Ikterus pada kulit atau sclera mata

5 Nyeri kepala hebat

6 Nyeri hebat pada betis atau gangue visual

7 Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolis) atau 90 mmHg (diastolic)

(63)

9 Sedangminumobatobatan epilepsy

b. Penapisan metode kontrasepsi AKDR

Tabel 2.7 Penapisan metode kontrasepsi AKDR

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih 2 Klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks

lain.

3 Infeksi Menular Seksual (IMS)

4 Penyakit rdang panggul atau kehamilan ektopik 5 Haid banyak (>1-2 pembalut tiap 4 jam) 6 Haid lama(>8hari)

7 Disminorhoe berat yang membutuhkan analgetik atau istirahat baring

8 perdarahan/ perdarahan bercak anatara haid atau setelah haid

9 Gejala penyakit jantung vascular atau konginital

c. Penapisan alat kontrasepsi mantap. 1) Tubektomi

Tabel 2.8 Penaapisan metode kontrasepsi Tubektomi

No KeadaanKlien Fasilitas Rawat Jalan FasilitasRujukan 1 Keadaan penyakit jantung, paru, ginjal.

DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal

2 Keadaan emosi

Tenang Cemas, takut

3 Tekanan darah <160/100 mmHg >160/100 mmHg 4 Berat badan 35-85 kg >85 kg;<35 kg atau terdapat kelainan panggul

(64)

kehamilan

No Keadaan klien Fasilitasrawatjalan Fasilitasrujukan

1 Keadaan umum tanda penyakit jantung, paru atau ginjal

2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut

3 Tekanan darah <160/100 mmHg ≥160/100 mmHg 4 Infeksi atau kelainan

scrotum atau inguinal

Normal Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan

5 Anemia Hb ≥ 8 gr% Hg < 8 gr%

Sember: Sri Handayani, 2010 h: 37-39

II. Tinjauan Asuhan Kebidanan

(65)

A. Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney 2007 hal 26 1. Langkah 1: Pengumpulan data

Pada langkah ni dilakukan pengajian dengan menguumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, data yang dikumpulkan antara lain:

a. Keluhan utama

b. Riwayat kesehatan klien

c. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai kebutuhan d. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya. e. Meninjau data laboratorium.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua seumber yang berkaitan dengan kondisi klien, pada langkah ini bidan mengmpulkan data secara lengkap.

2. Langkah 2: Interpretasi data

(66)

3. Langkah 3: Identifikasi/ masalah potensial.

Pada langkah ini, mengidentiifikasi masalah atau diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian dan masalah yang sudah teridentifikasi. 4. Langkah 4: identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera.

Langkah ini, bertujuan untuk mengidentifikasi atas perlunya tindakan yang dilakukan oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5. Langkah 5: perencanaan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang dilakukan secara menyeluruh yanh ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, tidak hanya meliputi hal-hal yang sudah teridentifikasi dai kondisi klien atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya.

6. Langkah 6: pelaksana

(67)

terlaksanannya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

7. Langkah 7: evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi efektif dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentiifikasikan dalam masalah diagnose.

B. Menurut Permenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007: 1. Pengkajian

a. Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. b. Kriteria Pengkajian

1) Data tepat, akuran dan lengkap

2) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social budaya)

(68)

2. Perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan a. Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pegkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria Perumusan Diagnose dan atau Masalah 1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan 2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidana secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

3. Perencanaan

a. Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif

(69)

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya klien/keluarga

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang ada.

4. Implementasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. b. Kriteria

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural

2) Setia tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (inform consent)

(70)

5) Menjaga privacy klien/pasien

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan 8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai

9) Melakukan tindakan sesuai standar

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan 5. Evaluasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan keluarga

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

(71)

6. Pencatatan asuhan kebidanan a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dn jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria

1) Penctatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP 3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa 4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan 6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

(72)

III. Aspek Hukum

1. Landasan hukum kewenangan bidan

Berdasarkan PEMENKES RI nomor 28/MENKES/PER/V/2017 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Kewenangan

Pasal 18 Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:

a. Pelayanan kesehatan ibu; b. Pelayanan kesehatan anak; dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan:

(73)

e. Ibu nifas normal; f. Ibu menyusui; dan

g. Konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a. episiotomi;

b. pertolongan persalinan normal;

c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan; e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;

h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tigadan postpartum;

i. penyuluhan dan konseling;

j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

(74)

2. Standar Kompetensi Bidan

Diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:369/MENKES/SK/III/2007 hal 15

Kompetensike 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dan ilmu – ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. Kompetensike 2 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

Kompetensike 3 Bidan memberi asuhan antenatal lbermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksidini, pengobatanataurujukandarikomplikasitertentu. Kompetensike 4 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

(75)

persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang barulahir. Kompetensike 5 Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan

menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

Kompetensike 6 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

Kompetensike 7 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan– 5 bulan).

Kompetensike 8 Bidan memberikan asuhan yang bermututinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

Kompetensike 9 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

Gambar

Gambar 2.1 Pembesaran uterus menurut umur kahamilan.
Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada kehamilan
Tabel 2.2 Skor serviks
Tabel 2.3 Pemantauan pada kala I
+6

Referensi

Dokumen terkait

MUHAMMAD FAIZ DAROINI, Dosen Pembimbing: Dr. Moh Irfan Burhani,M.Psi: PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KONSEP DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 8 SMP PAWYATAN

Diagram Alir Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah dengan Alat – Alat yang Digunakan, Jumlah Unit, dan Kapasitas Masing - Masing Alat………... Diagram Alir Proses Beserta Neraca

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Berbagai

Jika nilai bernilai negatif, nilai tempat akan diabaikan dan DEC2OCT menghasilkan 10 karakter (30 bit) nilai biner dengan most significant bit (MSB) sebagai bit tanda dan

Kutipan (34) di atas membuktikan bahwa, walaupun Ken Ratri adalah seorang bekas pelacur akan tetapi dalam dirinya masih ada jiwa kemanusiaan dan kepedulian antar sesama. Ia

Determine earliest start, earliest finish, latest start, latest finish, and slack times for each activity, along with the total project..

Modul ini berguna untuk membuat atau melihat kembali slip gaji untuk tanggal 1. User akan memasukkan bulan dan tahun slip gaji. Sistem akan mengecek apakah gaji untuk bulan dan

Komponen tersebut adalah sikap empati, kesadaran melakukan tugas dan tanggung jawab untuk menolong, keyakinan pada keadilan bahwa setiap orang akan mendapatkan apa yang layak