• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Pedagogik a. Kompetensi - HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KESIAPAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK NEG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Pedagogik a. Kompetensi - HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KESIAPAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK NEG"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Kompetensi Pedagogik

a. Kompetensi

(2)

kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara profesional dan bertanggungjawab.

b. Pedagogik

Pedagogi/pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu mendidik anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak (Sadulloh, dkk. 2007:1). Ditinjau dari segi istilah, pedagogik berasal dari bahasa Yunani “paedos”yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar,

membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno, yang pekerjaanya mengantarkan anak majikannya ke sekolah.

c. Kompetensi Pedagogik

(3)

hasil belajar dan mengaktualisasikan segenap potensi siswa. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru menyelenggarakan dan mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses, dan hasil pembelajaran. Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan potensi guru, menyebutkan secara rinci kompetensi pedagogik mencakup: (a) Memahami karateristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural emosional, dan intelektual, (b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, (f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar, (i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Motivasi Kerja

a. Motivasi

(4)

untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan

memperahankan kehidupan.

Mangkunegara (2005 : 61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.

1)Teori-teori Motivasi

Dalam Manullang (1994:148-1560) dikemukakan beberapa teori yang dari para ahli, diantaranya sebagai berikut:

a) Teori Abraham H. Maslow (Hierarchical of Needs Theory)

(5)

maka akan muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima. Adapun hierarkhi atau kebutuhan manusia menurut Abraham H. Maslow adalah sebagai berikut:

(1) Physiologial Needs (Kebutuhan Fisik dan Biologis)

Physiological Needs adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang pangan, papan.Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

(2) Safety And Security Needs (Kebutuhan Keselamatan dan Keimanan)

Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

(3) Affiliation or Acceptance Needs or Belongingness (Kebutuhan Sosial)

Kebutuhan sosial misalnya berteman, motivasi, mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup menyendiri. Adapun kebutuhan sosial dalam teori Maslow terdiri dari empat jenis: (1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal dan bekerja (sense of belonging); (2) Kebutuhan akan perasaan dihormati karena manusia merasa

(6)

merupakan keinginan dan kebutuhan menjadi idaman setiap orang; (4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta (selft of participation). Setiap karyawan akan merasa senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukaan saran atau pendapat pada pimpinan.

(4) Esteem or Status Needs (Kebutuhan akan Penghargaan atau Prestise).

Esteem or Status Needs merupakan kebutuhan akan pengakuan serta

penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

(5) Selft Actualization (Kebutuhan Aktualisasi Diri)

Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang

sangat memuaskan atau luar biasa sulit dicapai orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu: (1) Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya berdasarkan keinginan usaha individu itu sendiri; (2) Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu.

b)Teori Douglas Mc Gregor

Teori ini didasarkn pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (Teori Tradisional) dan manusia penganut teori Y Teori Deokratik). Adapun teori X dan teori Y menurut Douglas Mc Gregor adalah sebagai berikut:

(7)

(1) Rata-rata karyawan itu malas dan tidak suka bekerja

(2) Umumnya karyawan tidak terlalu berambisi mencapai prestasi kerja yang optimal dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang lain.

(3) Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan pekerjaannya.

(4) Karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan tujuan organisasi.

Menurut teori X ini, untuk memotivasi seseorang harus dilakukan dengan cara yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja secara sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung pada motivasi negatif, yaitu dengan menerapkan hukuman yang tegas.

(b) Teori Y

(1) Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerjasama wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan yang tidak betah dan merasa kesal jika tidak bekerja.

(2) Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk

(8)

(3) Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan karyawan untuk mewujudkan potensinya dengan memberikan sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.

Menurut teori Y ini, untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama, dan keterikatan pada keputusan.

c) Teori Frederich Herzberg

Teori yang dikembangkannya dikena dengan “Model Dua Faktor” dari

motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hiygiene atau “pemeliharaan”. Adapun penjelasan mengenai dua faktor tersebut, adalah sebagai berikut:

1) Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya insrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motiasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier, dan pengakuan orang lain.

(9)

d)Teori David M Clelland

Teori McClelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement yang menyatakan bahwa motivasi berbedea-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland, orang yang mempunyai kebutuhan untuk keberhasilan yaitu mempunyai keinginan kuat untuk mencapa sesuatu. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

(1) Mereka menentukan tujuan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, tetapi tujuan itu cukup merupakan tantangan untuk dikerjakan dengan baik.

(2) Mereka menentukan tujuan itu, karena mereka secara pribadi dapat mengetahui bahwa hasilnya dalat dikuasai bila mereka kerjakan sendiri. (3) Mereka senang kepada pekerjaanya itu dan merasa sangat berkepentingan

dengan hasilnya sendiri.

(4) Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat memberikan

b. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja (Anoraga, 2009:35). Mangkunegara (2005:61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi

(10)

maksimal”. Menurut Dr. Hamzah B. Uno (2006:112) yang dimaksud dengan

motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Indikator dari variabel motivasi kerja guru akan tampak mealui: (1) tanggung jawab dalam melakukan kerja; (2) prestasi yang dicapainya; (3) pengembangan diri; serta (4) kemandirian dalam bertindak.

Menurut Fredrick Herzberg (dalam Anoraga, 2009:39), sistem kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi dua golongan: (a) Hygiene Factors: status, hubungan antarmanusia, supervisi, peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan, kondisi kerja, gaji , dan kehidupan pribadi; (b) Motivational Factors (Motivators): pekerjaannya sendiri, achievement, kemungkinan untuk berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan.

(11)

Edward Murray dalam Mangkunegara (2005 : 68-67) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut : (1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, (2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan, (3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, (4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu, (5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan, (6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti, dan (7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru menurut Roth et al (2007) terdiri atas motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik melputi: (1) penghargaan atas usaha dan prestasi guru; (2) kepuasan terhadap cara mengajar; dan (3) pegamatan kepala sekolah terhadap pekerjaan guru. Sedangkan motivasi instrinsik meliputi: (1) cara mengajar yang menyenangkan; (2) hubungan orang tua siswa yang harmonis; dan (3) hubungan dengan siswa yang harmois.

(12)

c. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi Kerja

Dalam kegiatan administrasi pendidikan yang dilakukan sangat diperlukan peran seorang pegawai dalam mencapai tujuan tersebut. Seorang pegawai dituntut dapat bekerja secara tepat, efektif, dan efisien untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai sekolah. Pencpaian tujuan tersebut tidak lepas dari motivasi kerja dari para pegawainya. Motivasi kerja yang tinggi dari setiap personal/pegawai yang terlibat di dalamnya merupakan faktor yang memuaskan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Namun sebaliknya bila motivasi kerja seseorang pegawai itu rendah maka tujuan sekolah yang ingin dicapai tidak akan terwujud. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi seseorang berdasarkan atas teori-teori motivasi dari para ahli seperti diuraikan di atas, diantaranya:

(1) Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dipandang sebagai faktor yang dapat mempertinggi motivasi kerja. Seseorang akan bekerja akibat adanya kebutuhan.

(2) Keingian untuk berprestasi dalam bekerja juga dipandang sebagai motivasi

seseorang, dimana dengan keinginan pencapaian prestasi yang lebih baik, seseorang akan bekerja sekuat tenaga untuk mencapainya.

(13)

keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

(4) Penghargaan terhadap pekerjaan juga mempengaruhi motivasi. Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan dari lingkungan kerja terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

(5) Hubungan kemanusiaan/interpersonal yang lebih antara seseorang dengan lainnya akan mempertinggi motivasi kerja. Di mana dalam hubungan interpersonal/kemanusiaan ini setiap orang akan merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya.

(6) Lingkungan tempat kerja yang menyenangkan akan memuat seseorang

senang dan nyaman dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Perasaan senang dan nyaman ini akan membuat seseorang termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

(7) Kesempatan untuk berkembang/aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan.

(14)

(1) faktor ekonomi, (2) perlakuan adil, (3) kebijakan dari kepala sekolah, (4) hubungan kerja, (5) jaminan kesehatan, (6) pemberian bonus, (7) gaji, (8) jaminan hari tua/asuransi jiwa, (9) prestasi kerja, (10) jaminan keamanan dan kenyamanan kerja, (11) faktor kesempatan berkembang, dan (12) Peningkatan kapasitas kerja dengan tujuan tertentu

3. Kesiapan Guru Bahasa Indonesia

a. Kesiapan

Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “Tingkat perkembangan dari

kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikan sesuatu”

(Chaplin, 2006: 419). Dalam pengertian lain, kesiapan adalah suatu keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2003: 113). Kesiapan ditinjau dari bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu readiness. Istilah readiness dalam Dictionary of Education (Good, 2003: 473) diartikan “Willingness, desire, and ability to engange in a given activity”. Jadi kesiapan berarti kemauan,

hasrat/dorongan, dan kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan tertentu.

(15)

pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan; 4) kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

Ujung dari implementasi kurikulum 2013 adalah kerja guru dalam mempesiapkan diri agar segala kompentensinya dapat diperbaharui. Menurut Syaiful Sagala (2009 : 21) guru adalah semua orang yang berwenang dan

bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia harus memenuhi persyaratan-persyaratan pokok yang mungkin seimbang dengan posisi untuk menjadi guru. Tidak semua orang dapat dengan mudah melakukannya, apalagi mengingat posisi guru seperti yang terjadi di Indonesia dewasa ini. Berdasarkan pengertian kesiapan dan guru di atas, dapat dikemukakan bahwa kesiapan guru adalah suatu keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah.

4. Guru Bahasa Indonesia SMK

(16)

5. Implementasi Kurikulum 2013 SMK

Implementasi Kurikulum 2013 SMK didefinisikan dari: pertama, kata implementasi dan kedua kata Kurikulum 2013 SMK. Menurut Oemar Hamalik (2007 : 237) implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A tahun 2013, diartikan sebagai kegiatan merealisasikan ide dan rancangan kurikulum dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Implementasi terdiri atas dua fase yaitu implementasi awal dan implementasi penuh. Atas dasar pengertian implementasi tersebut maka fokus dari pedoman ini adalah evaluasi terhadap: (1) pengadaan dokumen kurikulum dan distribusi ke pengguna (fokus 1); (2) kegiatan persiapan lapangan untuk melaksanakan kurikulum (fokus 2); dan (3) implementasi kurikulum secara terbatas dan menyeluruh (fokus 3). Fokus pada pengadaan dokumen kurikulum meliputi ketersediaan dokumen untuk digunakan oleh sekolah dan guru yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun 2013-2014, 2014-2015, dan 2015-2016. Evaluasi terhadap ketersediaan diarahkan pada adanya dokumen kurikulum, buku panduan guru dan buku teks pelajaran untuk peserta didik, serta pedoman lain sebelum tahun pendidikan baru dimulai.

(17)

Struktur Kurikulum, (3) Silabus, dan (4) Pedoman Mata Pelajaran. Kerangka dasar Kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan struktur kurikulum adalah pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata peelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Kompetensi inti: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dijabarkan ke dalam Kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

(18)

6. Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang dapat menjadi masukan bagi peneliti antara lain penelitian yang dilakukan oleh Neo Wicak Kuncoro tentang “Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar IPS Siswa”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa berdasarkan data hasil penelitian diperoleh angka korelasi antara Variabel X (kompetensi pedagogik guru) dan Variabel Y (hasil belajar IPS siswa) sebesar 0,784 itu berarti korelasi tersebut positif. Dengan t hitung lebih besar dari t tabel atau 12,716 > 2,022, maka Ho ditolak, artinya Ha yang berbunyi ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun 2013/2014 diterima.

Penelitian berikutnya adalah Tesis yang disusun oleh Harisman, S.H., S.Sos. yang berjudul, “Hubungan Persepsi dan Motivasi Kerja Pegawai Administrasi

dalam Rangka Meningkatkan Kinerja pada Pengadilan Negeri Bengkulu”. Dari hasil penelitian ini diperoleh hubungan antara variabel independen (persepsi dan mtivasi) dengan variabel dependen (kinerja) menggunakan uji statistik Perseon Correlation. Dari uji statistik diperoleh hubungan antara persepsi dan kinerja

(19)

tabel tersebut juga diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,341

artinya kontribusi variabel persepsi dan motivasi dengan kinerja sebesar 34,1 %, sementara 65.9 % dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian itu.

Dalam hal implementasi K13, Marsudi, Widyaiswara PPPPTK Seni Budaya Yogyakarta meneliti tentang, “Kesiapan SMKN 1 Kalasan dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”. Penelitian kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap empat aspek penting dalam implemenasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta yaitu Pengelolaan SDM, Implementasi Kurikulum 2013, Pelaksanaan Pembelajaran Saintifik, dan Penilaian Autentik. Hasil penelitian mengungkapkan dalam bidang Pengelolaan SDM, Kepala SMKN 1 Kalasan secara umum berjalan dengan baik. Dalam hal Implementasi Kurikulum 2013 SMKN 1 Kalasan menunjukkan kondisi yang cukup baik. Dalam bidang pembelajaran para guru telah mengubah metode pembelajarannya dari metode konvensional ke pendekatan saintifik bervarisi. Pendekatan ilmiah (saintific approach) meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan sudah diterapkan pada semua mata pelajaran. Sedangkan pada bidang keempat yaitu penilaian autentik, SMKN 1 Kalasan dianggap belum maksimal.

Penelitian lain tentang kesiapan guru dilakukan oleh Sri Dewi Nurmawati, dkk., pada Program Studi Administrasi, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesa Singaraja, melakukan penelitian yang berjudul “Studi

(20)

Aliyah Negeri Amlapura Tahun 2014”. Dari penelitian dilakukan terhadap 32

orang guru sebagai sampel, didapatkan hasil bahwa; 1) efektifitas kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Almapura daitinjau dari komponen konteks, input, dan proses berada pada kategori positif.

B. Kerangka Berpikir

Kompetensi pedagogik merupakan satu di antara empat kompetensi utama profesi guru yaitu kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik harus dikuasai oleh seorang guru sebelum dan selama melakukan aktivitas belajar mengajar. Kompetensi pedagogik yang dimaksud disesuaikan dengan tuntutan implementasi K13. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik agar kesiapan guru dalam implementasi K13 (Y) sesuai dengan harapan. Kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas (X1) dijabarkan dalam tujuh indikator sebagai suatu acuan untuk menentukan penilaian seorang guru dikatakan berhasil atau tidak dalam pembelajaran. Dalam buku 2 Pedoman Penilaian Kinerja Guru (PKG), kompetensi pedagogik yang harus dikuasai seorang guru tersebut adalah (1) Menguasai karakteristik peserta didik, (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) Pengembangan kurikulum, (4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5) Pengembangan potensi peserta didik, (6) Komunikasi dengan peserta didik, dan (7) Penilaian dan evaluasi.

(21)

implementasi K13 guru SMK Negeri Kabupaten Banyumas, sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini.

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Keterangan :

X1 adalah kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas, X2 adalah motivasi kerja sebagai variabel bebas, sedangkan Y adalah kesiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013 guru SMK Negeri Kabupaten Banyumas sebagai variabel terikat.

B. Hipotesis

Perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Jadi hipotesis yang di ada pada penelitian ini adalah hipotesis penelitian atau bisa disebut juga hiptotesis kerja (Sugiyono, 2015:96-97).

Adapun hipotesis penelitian atau hiptesis kerja dalam penitian ini adalah : 1. Ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dengan kesiapan guru

bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri Kabupaten Banyumas.

2. Ada hubungan antara yang positif antara motivasi kerja dengan kesiapan guru bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri Kabupaten Banyumas.

X1

X2

(22)

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan

Some examples related to the territorial variation of language within the advertising campaign strategy can be seen on figure 2 and figure 3 below: Figure 3: SimPATI Telkomsel

banyak dipengaruhi oleh pengalaman panjang yang telah dilaluinya.. 9 Disamping itu, kemampuan sosial guru, khususnya dalam berinteraksi dengan peserta didik merupakan suatu hal

Pendapat apapun yang disampaikan dalam laporan ini adalah untuk tujuan informasi saja dan dapat berubah tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan pendapat

jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang

Diharapkan dukungan yang penuh dari pimpinan dalam penempatan pegawai yang sesuia dengan analisis jabatan yang dibutuhkan agar tidak tumpang tindih pekerjaan

Perlindungan tangan Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian

Analisa Tingkat Pelayanan Air Bersih pada Permukiman Perkotaan di Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten Sampang Tingkat pelayanan air bersih dilakukan dengan mengetahui jumlah