• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Buton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Buton"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 GAMBARAN GEOGRAFIS & ADMINISTRASI KABUPATEN BUTON

Aspek ini memberikan gambaran wilayah Kabupaten Buton, yang mencakup luas dan batas wilayah administrasi, karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah.

Peta geografis Kabupaten Buton berada di bagian selatan garis khatulistiwa,

memanjang dari utara ke selatan di antara 4,96o - 6,25o Lintang selatan dan

membentang dari barat ke timur di antara 120,00o - 123,34o Bujur Timur,

meliputi sebagian Pulau Muna dan Buton.

PROFIL

KABUPATEN BUTON

BAB

(2)

Kabupaten Buton terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Kabupaten Buton, memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muna;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wakatobi;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores;

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bombana.

Luas wilayah daratan Kabupaten Buton 2.488,71 Km2 atau 248.871 Ha dan wilayah

perairan laut diperkirakan seluas 21.054 Km2.

Secara administratif Kabupaten Buton terdiri dari 21 Kecamatan, 31 Kelurahan, 211 Desa, 661 RW dan 113 RT.

Pembagian luas wilayah Kabupaten Buton dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Buton

Kecamatan

Jumlah

Luas Area

Administratif Luas Wilayah

(3)

Dari tabel diatas dapat dilihat wilayah yang paling luas terdapat di Kecamatan

Pasarwajo dengan luas 356,40 Km2, Lasalimu 327,29 Km2, serta Kecamatan

Mawasangka dengan luas 271,55 Km2 atau masing-masing sebesar 14,31%,

13,14%serta 10,89% terhadap total luas wilayah Kabupaten Buton.

Sedangkan wilayah yang paling kecil terdapat di Kecamatan Batu Atas dengan

luas 7,18 Km2 atau 0,29% dari total luas wilayah Kabupaten Buton. Luas Wilayah

Kabupaten Buton dapat dilihat pada gambar 4.1.

(4)

4.2 GAMBARAN DEMOGRAFI KABUPATEN BUTON

4.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten Buton adalah sebesar 263.176 jiwa, dengan struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin terdapat lebih banyak penduduk perempuan daripada laki-laki. Tabel 4.2 dapat diketahui jumlah penduduk Kabupaten Buton secara keseluruhan sebanyak 263.176 jiwa, dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 128.049 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 135.127 jiwa, dengan kelompok umur yang paling banyak terdapat di kelompok umur 5 sampai 9 tahun dengan jumlah 36.586 jiwa dan yang paling sedikit terdapat di kelompok umur 60-64 dengan jumlah 6.318 jiwa.

Untuk struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur di Kabupaten Buton dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Penduduk Kabupaten Buton

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah (L+P)

0 – 4 18.669 17.360 36.029

5 – 9 18.899 17.687 36.586

10 – 14 17.729 17.084 34.813

15 – 19 12.496 12.303 24.799

20 – 24 8.577 10.313 18.890

25 – 29 8.547 10.159 18.706

30 – 34 7.446 8.472 15.918

35 – 39 7.615 8.453 16.068

40 – 44 6.545 6.724 13.269

45 – 49 5.051 6.027 11.078

50 – 54 4.542 5.289 9.831

55 – 59 3.537 3.662 7.199

60 – 64 2.729 3.589 6.318

65 + 5.667 8.005 13.672

J u m l a h 128.049 135.127 263.176

(5)

4.2.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Buton

Sumber data jumlah penduduk miskin/pra sejahtera Kabupaten Buton diambil dari data BKKBD dan PP Kabupaten Buton, adapun data penduduk miskin/pra sejahtera BKKBD dan PP Kabupaten, diperoleh dari pemetaan swadaya yang dilakukan secara partisipasi berdasarkan kriteria kemiskinan yang telah disepakati di masing-masing kelurahan.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan

Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)

Kec. Lasalimu 1.733

Kec. Lasalimu Selatan 1.330

Kec. Siotapina 2.483

Kec. Pasarwajo 2.780

Kec. Wabula 346

Kec. Wolowa 350

Kec. Sampolawa 2.107

Kec. Batu Atas 1.516

Kec. Lapandewa 347

Kec. Batauga 1.613

Kec. Siompu 1.515

Kec. Siompu Barat 1.354

Kec. Kadatua 1.829

Kec. Kapontori 1.367

Kec. Gu 2.808

Kec. Sangia Wambulu 981

Kec. Lakudo 2.569

Kec. Mawasangka 3.723

Kec. Mawasangka Timur 1.120

Kec. Mawasangka Tengah 924

Kec. Talaga Raya 1.517

Jumlah 34.352

(6)

4.2.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Untuk laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Buton laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Lapandewa mempunyai laju pertumbuhan penduduk pertahun tertinggi yaitu sebesar 4,43%, sedangkan Kecamatan Mawasangka Timur, mempunyai laju pertumbuhan penduduk terendah sebesar 1.48%. Berdasarkan data tersebut di bawah ini, terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk beberapa kecamatan mengalami penurunan, seperti Kecamatan Lasalimu -3,61%, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buton Menurut Kecamatan Tahun 2010 dan 2012

Sumber : 1. Hasil Sensus Penduduk 2010

No Kecamatan Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

2010 2012 ( % )

1 Lasalimu 10.290 9.561 -3,61

2 Lasalimu Selatan 12.815 13.266 1,74

3 Siotapina 12.167 12.575 1,66

4 Pasarwajo 37.067 38.409 1,79

5 Wabula 4.989 5.151 1,61

6 Wolowa 4.946 5.124 1,78

7 Sampolawa 20.121 20.773 1,61

8 Lapandewa 7.772 8.476 4,43

9 Batu Atas 8.246 8.025 -1,35

10 Batauga 13.993 14.494 1,77

11 Siompu 8.753 9.048 1,67

12 Siompu Barat 8.119 7.955 -1,02

13 Kadatua 7.703 8.390 4,36

14 Kapontori 12.619 13.060 1,73

15 Gu 15.836 16.348 1,60

16 Sangia Wambulu 5.003 5.168 1,64

17 Lakudo 20.210 20.833 1,53

18 Mawasangka 22.054 22.786 1,65

19 Mawasangka Timur 4.839 4.983 1,48

20 Mawasangka Tengah 9.147 9.443 1,61

21 Talaga Raya 9.023 9.308 1,57

(7)

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Lapandewa selama se tahun terakhir ini disebabkan karena penduduk yang merantau ke luar daerah kembali ke daerah asalnya dan memilih mencari mata pencaharian seperti bercocok tanam di daerahnya, begitupun laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kecamatan Kadatua disebabkan karena penduduk lebih memilih kembali ke daerahnya untuk menetap dan mencari mata pencaharian dengan melaut, sehingga menyebabkan kebutuhan perumahan semakin bertambah.

4.2.4 Persebaran Penduduk

Tabel 4.5

Persebaran Penduduk Kabupaten Buton menurut Kecamatan 2010 dan 2012

Kecamatan

2010 2012

Penduduk Persebaran

(%) Penduduk

Persebaran (%)

1. Lasalimu 10.290 4,02 9.561 3,63

2. Lasalimu Selatan 12.815 5,01 13.266 5,04

3. Siotapina 12.167 4,76 12.575 4,78

4. Pasarwajo 37.067 14,50 38.409 14,59

5. Wabula 4.989 1,95 5.151 1,96

6. Wolowa 4.946 1,93 5.124 1,95

7. Sampolawa 20.121 7,87 20.773 7,89

8. Lapandewa 7.772 3,04 8.476 3,22

9. Batu Atas 8.246 3,22 8.025 3,05

10. Batauga 13.993 5,47 14.494 5,51

11. Siompu

(8)

Kecamatan

2010 2012

Penduduk Persebaran

(%) Penduduk

Persebaran (%)

12. Siompu Barat

8.119 3,18 7.955 3,02

13. Kadatua

7.703 3,01 8.390 3,19

14. Kapontori

12.619 4,93 13.060 4,96

15. Gu

15.836 6,19 16.348 6,21

16. Sangia Wambulu

5.003 1,96 5.168 1,96

17. Lakudo

20.210 7,90 20.833 7,92

18. Mawasangka

22.054 8,62 22.786 8,66

19. Mawasangka timur

4.839 1,89 4.983 1,89

20. Mawasangka Tengah

9.147 3,58 9.443 3,59

21. Talaga Raya

9.023 3,53 9.308 3,54

Jumlah 255.712 100 263.176 100

(9)

4.2.5 Kepadatan Penduduk

Tabel 4.6

Jumlah Kepadatan penduduk Kabupaten Buton Tahun 2010 dan 2012

Kecamatan Luas

(Km2)

Jml. Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)

2010 2012 2010 2012

1. Lasalimu 10.290 9.561 31 29 2. Lasalimu Selatan 12.815 13.266 145 151 3. Siotapina 12.167 12.575 67 69 4. Pasarwajo 37.067 38.409 104 108 5. Wabula 4.989 5.151 97 100 6. Wolowa 4.946 5.124 76 79 7. Sampolawa 20.121 20.773 131 135 8. Lapandewa 7.772 8.476 172 187 9. Batu Atas 8.246 8.025 1.148 1.118 10. Batauga 13.993 14.494 185 191 11. Siompu 8.753 9.048 269 278 12. Siompu Barat 8.119 7.955 812 796 13. Kadatua 7.703 8.390 325 354 14. Kapontori 12.619 13.060 112 116 15. Gu 15.836 16.348 152 157 16. Sangia Wambulu 5.003 5.168 500 517 17. Lakudo 20.210 20.833 90 93 18. Mawasangka 22.054 22.786 82 85 19. Mawasangka timur 4.839 4.983 38 39 20. Mawasangka Tengah 9.147 9.443 60 62 21. Talaga Raya 9.023 9.308 127 131

Jumlah 255.712 263.176 103 106

Sumber : 1. Hasil Proporsi angka Sensus Penduduk 2010 2. Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010 diolah

4.2.6 Komposisi Penduduk

(10)

Tabel 4. 7

Penduduk Kabupaten Buton menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Sumber : Data Proyeksi Sensus Penduduk 2010 diolah

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sepertiga jumlah penduduk Kabupaten

Buton yang terbanyak adalah jumlah penduduk usia muda 0 – 24 tahun yaitu

57,42 persen atau sebanyak 115.117 jiwa, sedangkan kelompok umur yang

berusia 25 – 49 tahun yaitu 28,51 persen atau sebanyak 75.039 jiwa, sedang usia

50 – 65+ tahun yaitu 14 persen atau sebanyak 37.020 jiwa.

4.2.7 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Buton dapat dilihat pada tabel berikut.

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4

(11)

Tabel 4. 8

Struktur Penduduk Kabupaten Buton Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Mencari Pekerjaan Menurut Pendidikan yang Ditamatkan

dan Jenis Kelamin Tahun 2011

No. Pendidikan Laki-Laki Perempuan J u m l a h

1. Belum/Tdk Tamat SD 118 546 664

2. Tamat SD 330 191 521

3. Tamat SLTP 94 0 94

4. Tamat SLTA Umum 369 737 1.106

5. SMK 188 0 188

6. Diploma / Universitas 0 0 0

Jumlah 1.099 1.474 2.573

Sumber : Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2011 (diolah)

Tabel 4.9

Banyaknya Pencari Kerja Di Kabupaten Buton Yang Terdaftar Menurut Pendidikan Tahun 2012

No. Pendidikan Ditempatkan 2012

Dihapuskan 2012

Belum ditempatkan

1. Belum/Tdk Tamat SD - - -

2. SD 6 1 7

3. SLTP 3 11 14

4. SLTA 127 134 261

5. D1 + D2 - 9 9

6. Sarjana Muda (D3) 73 193 266

7. S1 + S2 38 118 156

Jumlah 2012 247 466 713

2011 3.357 247 3.604

(12)

4.2.8 Struktur Penduduk yang Bekerja Berdasarkan

Lapangan Pekerjaan Utama/Jenis Mata Pencaharian

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam secara terus menerus-menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).

Adapun keadaan jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama, dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut :

Tabel 4.10

Keadaan Penduduk Kabupaten Buton Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011

No. Lapangan Pekerjaan

Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1.

Pertanian,Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan.

31.703 27.188 58.891

2. Industri 2.299 1.369 3.668

3. Perdagangan, Rumah

Makan dan Jasa Akomodasi 9.021 9.168 18.189

4. Jasa Kemasyarakatan, Sosial,

dan Perorangan 5.670 5.062 10.732

5. Lainnya 15.442 2.833 18.275

Jumlah 64.135 45.620 109.755

(13)

4.3. GAMBARAN TOPOGRAFI

Kondisi topografi tanah daerah Kabupaten Buton pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit-bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan sector pertanian.

Permukaan tanah pegunungan yang relative rendah, ada juga yang bisa digunakan untuk usaha yang sebagian besar berada pada ketinggian 100 - 500M di atas

permukaan laut (Mdpl), kemiringan tanahnya mencapai 400.

Adapun wilayah di Kabupaten Buton dapat dilihat selengkapnya pada peta di bawah ini :

(14)

Gambar 4.3 Peta Lereng/kontur Kabupaten Buton

4.4. GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Kabupaten Buton memiliki beberapa sungai besar yang terdapat di beberapa kecamatan. Sungai-sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sumber tenaga, irigasi dan kebutuhan rumah tangga. Seperti sungai Sampolawa di Kecamatan Sampolawa, sungai Winto dan Tondo di Kecamatan Pasarwajo, sungai Malaoge, Tokulo dan sungai Wolowa di Kecamatan Lasalimu.

Adapun Sungai – sungai yang potensial dimanfaatkan untuk sumber air baku di

(15)

Gambar 4.4 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Buton

4.5 GAMBARAN GEOLOGI

Secara umum, keadaan tanah (soil) Kabupaten Buton ini terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Dibagian pantai batuan pratersier tersebut ditutupi batuan terumbu gamping. Keadaan batuan yang demikian umumnya tidak meluas air atau kedap air.

(16)

a. Jenis Tanah

Secara umum, keadaan tanah (soil) Kabupaten Buton ini terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa.

Secara spesifik jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Buton diklasifikasi kedalam tanah resina, gleisol eutrik, alluvial tionik, kambisol destrik, podsolik plintit dan mediteran hplik. Sebagian besar wilayah Kabupaten Buton didominasi oleh jenis tanah Kambisol dan Gleysol. Karakteristik masing-masing jenis tanah tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Tanah Resina, tergolong tanah muda; tingkat kelapukan rendah,

kedalaman tanah sangat dangkal (kurang dari 50 cm); lapisan tanah langsung berbatasan dengan batu kapur atau sebagian batu kapur muncul kepermukaan; berstruktur lapis lempung sampai gelu lempung. Ph tanah agak netral sampai basah; kandungan bahan organik rendah; kejenuhan basa sedang sampai tinggi dengan kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 16 me/100 lempung.

2. Tanah Geisol Eurik, jenis tanah yang karena kondisi topografinya yang

selalu jenuh air sehingga menghambat proses pelapukan dan pematangan tanah. Kedalaman tanah umumnya lebih dari 90 cm; warna tanah gelap dan terdapat ciri-ciri terjadinya gleisasi dengan adanya bercak-bercak berwarna biru kehijauan; tekstur pasir geluhan; Ph tanah sangat masam sampai rendah; mempunyai kandungan ion Natrium (Na+) lebih dari 15%; kejenuhan masa basa rendah dan KTK murang dari 16 me/g lempung.

3. Tanah Alluvial Teonik, jenis tanah yang berkembang dari bahan alluvial

mudah (recent) yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis yang diskontinyu pedologi (multi sekum, warna tanah umumnya gelap dan metrik tanah terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan hingga kehijauan sebagai ciri adalah proses ngakesasi dari kandungan bahan sulfida yang cukup tinggi; tekstur tanah sangat (bervariasi) dari tekstur geluhan sampai lempung; ph tanah antara masam sampai sangat masam; kandungan organik tergolong rendah sampai tinggi; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

(17)

tekstur pasir geluhan sampai gelujan; Ph tanah berkisar antara agak masam sampai netral; kandungan bahan organik tergolong rendah sampai sedang; kejenuhan basa kurang dari 50% dari KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

5. Tanah Pedsolik Plintit, jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut;

proses pencucian basa sangat intensif sehingga mempunyai kemasaman yang tinggi; warna tanah coklat kekuningan samapi kemerahan; pada matriks tanah terdapat bercak-bercak karatan atau plitik yang berwarna merah lebih dari 5% luas penampang tanah; bertekstur geluh lempung sampai masam; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

6. Tanah Mediteran Haplik, jenis tanah yang mengalami pelapukan sedang

terjadi proses alluvial yang nyata pada horison berupa akumulasi lempung yang dicirikan adanya selaput lempung; warna tanah umumnya merah sampai merah sampai merah gelap (kecoklatan); kedalam tanah bervariasi dari dangkal sampai lebih dari 90 cm; tekstur tanah berkisar antara geluhan sampai lempung geluhan; Ph tanah berkisar antara agak masam sampai netral. Kandungan bahan organik rendah sampai sedang, kejenuhan basah lebih dari 50% dengan KTK lebih dari 16 me/100 g lempung.

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikemukakan, bahwa tingkat erosi di wilayah Kabupaten Buton tergolong ringan sampai berat.

Berikut data luas dan jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Buton yang dapat di gambarkan pada tabel berikut.

Tabel 4. 11

Luas dan Jenis Tanah di Kabupaten Buton Tahun 20

No. Jenis Tanah Luas

(Ha)

Persentase (%)

(18)

No. Jenis Tanah Luas (Ha)

Persentase (%)

9 B33 = Aluvial Tidnik 2.481 8,38 10 H31 = Kembisol Distrik 5.303 17,92 11 H16 = Rensina 1.323 4,47 12 H32 = Podsolik plintik 2.069 6,99 13 T19 = Gleisol Evtrik 2.947 9,96 14 P82 = Kembisol Distrik 403 1,36

Jumlah 29.589 100,00

Sumber :

(19)

b. Daerah Rawan Bencana

Bentang alam Wilayah Kabupaten Buton yang terdiri dari daerah pesisir pantai, muara dari 6 (enam) sungai besar dan kecil, serta daerah perbukitan, menyebabkan beberapa wilayah cukup rawan terhadap bencana abrasi, genangan/banjir dan tanah longsor. Jenis bencana ini, disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam akibat kegiatan yang berlangsung di Kabupaten Buton maupun di wilayah sekitarnya.

Berdasarkan peta zone seismik yang telah disusun oleh Biro Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Bandung 1981, maka Kabupaten Buton termasuk daerah dengan kerawanan gempa yang sedang, dengan harga koefisien gempa z = 1,0. Posisi Kabupaten Buton dalam peta kegempaan nasional dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa, posisi Kabupaten Buton masih relatif aman dari ancaman bencana alam gempa bumi tektonik maupun vulkanik.

Bencana tanah longsor adalah bencana geologi yang sulit diramalkan kejadiannya biasanya terjadi karena lereng tidak bisa menahan bebannya sendiri sehingga bergerak karena beratnya sendiri. Hujan adalah salah satu penyebab terjandinya longsor. Berdasarkan zona tingkat kerawanannya, ternyata ada sebagian wilayah yang tidak dapat sama sekali diperuntukkan untuk pemukiman atau perencanaan pembangunan infrastruktur. Namun kenyataannya zona tersebut telah berkembang sebagai lahan pemukiman, pertanian bahkan kecenderungan merambah kearah bukit semakin luas.

4.6 GAMBARAN KLIMATOLOGI

Kondisi iklim suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan penyinaran matahari. Iklim Kabupaten Buton secara umum beriklim panas, arah angin dipengaruhi oleh angin barat yang bertiup pada bulan November sampai bulan Agustus dengan temperatur maksimun rata-rata 31° C.

1. Curah Hujan

Rerata curah hujan di Kabupaten Buton sepanjang tahun 2011 mencapai

154,62 mm/bulan. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang

(20)

bahwa bulan basah Kabupaten Buton terjadi pada bulan Januari – bulan September dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 177 mm,

sedangkan bulan keringnya yaitu bulan Oktober – bulan Desember dengan

rerata curah hujan bulanan kurang dari 86.1 mm. Sedangkan rata - rata curah hujan selama tahun 2012 berkisar antara 145 mm (Kecamatan Talaga Raya) sampai 1.986 mm (Kecamatan Lasalimu).

2. Hari Hujan

Pada tahun 2011 rerata hari hujan dalam satu tahunnya selama 16 hari dalam tiap bulannya. Pada bulan-bulan tertentu frekuensi turunnya hujan lebih sedikit dibandingkan dengan bulan lainnya. Frekuensi hujan di bawah

rata-rata terjadi pada bulan Agustus – bulan nopember hal ini

mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Demikian pula sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan

Desember – bulan Juli karena jumlah hari hujan tiap bulannya melebihi

rata-rata. Sedangkan pada tahun 2012, hari hujan yang paling tinggi berada di Kecamatan Pasarwajo yaitu 195 hari hujan, menyusul Kecamatan Lakudo sebanyak 169 hari hujan, dan paling sedikit hari hujannya adalah Kecamatan Sampolawa hanya sebanyak 25 hari hujan.

3. Temperatur/suhu udara

Secara umum keadaan temperatur di Kabupaten Buton mengikuti kondisi suhu udara di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan wilayah yang lebih luas. Temperatur rata-rata selama tahun 2011 di Kabupaten Buton berkisar

23.60°C – 31.39°C. Pada bulan-bulan tertentu temperaturnya berada di atas

rata-rata atau bahkan berada di bawah rata-rata. Temperatur pada bulan Agustus berada di bawah temperatur rata-rata dengan suhu paling rendah terjadi pada bulan Agustus mencapai 21.8°C. Sedangkan temperatur bulan November berada diatas rata-rata mencapai 32.7°C.

4. Kelembaban Relatif

Sepanjang tahun 2011 kelembaban relatif rata-rata 81% - 87% sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Buton termasuk daerah dengan kelembaban relatifnya tinggi. Kelembaban relatif wilayah Kabupaten Buton cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 84.58% pada tahun 2011 Pada

bulan Januari – bulan Juli merupakan bulan-bulan dengan tingkat

kelembabannya berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban

(21)

5. Kecepatan Angin

Rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Buton selama tahun 2011 mencapai 6.6 knot, kecepatan angin diatas kecepatan rata-rata terjadi pada

bulan Juli –Desember yang berkisar 6.8 – 7.5 knot.

6. Penyinaran Matahari

Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran matahari pada tiap bulannya. Itensitas penyinaran matahari di Kabupaten Buton selama tahun 2011 berkisar 160.30 jam, hal ini berarti efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Buton berkisar 7 hari tiap bulannya.

Tabel 4.12

Kondisi Klimatologi Kabupaten Buton Tahun 2011

(22)

4.7. KONDISI SOSIAL EKONOMI

4.7.1 Profil Sosial Budaya

a. Sosial Budaya

Penduduk asli Kabupaten Buton adalah Suku Ciacia, yang awalnya terkonsentrasi di Kecamatan pasarwajo yang juga merupakan ibukota kabupaten. Namun seiring perkembangan wilayah ini, mulai masuk para migran dari Muna, Bugis, Makassar, Gorontalo, Manado, Maluku dan lainnya. Lambat laun para migrant ini mendominasi penduduk Kabupaten Buton hingga saat ini. Terlebih lagi, dengan adanya para transmigran dari Jawa dan Bali di Kabupaten Buton, yang telah beralih pekerjaan dari sektor pertanian menjadi non pertanian berpindah tinggal di Kabupaten Buton.

Suku-suku pendatang di atas, menjadikan Kabupaten Buton tumbuh menjadi Kabupaten dengan suku kehidupan sosial budaya yang heterogen. Sedangkan suku ciacia, walaupun sudah tidak menonjol lagi di Kabupaten Buton, namun adat-istiadatnya masih tetap dihormati oleh penduduk pendatang. Kegiatan yang masih terkait erat dengan adat-istiadat masyarakat asli Kabupaten Buton ini berbentuk upacara-upacara adat perkawinan dan keagamaan.

Dalam kaitannya dengan pembangunan perumahan dan permukiman, tidak terdapat kondisi sosial budaya yang mempengaruhi dalam pembangunan maupun pengembangan baik bentuk bangunan maupun struktur pemanfaatan ruangnya.

(23)

b. Ketenagakerjaan

Pada tahun 2012 diketahui bahwa jumlah angkatan kerja penduduk Kabupaten Buton sebesar 104.758 orang yang terdiri dari 60.456 laki-laki (58%) dan 44.302 perempuan (42%), sedangkan bukan angkatan kerja sebesar 55.386 orang didominasi perempuan sebesar 41.014 Jiwa (74%) dan sisanya laki-laki sebesar 14.372 jiwa (26%).

Persentase pekerja terhadap angkatan kerja sebesar 98,37 % sedangkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 65,41 %. Data ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan utama masyarakat Kabupaten Buton adalah sebagai berikut: (1) Pertanian 58.891 jiwa; (2) Industri 6.666 jiwa; (3) Perdagangan 19.194 jiwa; (4) Jasa-Jasa 6.968 jiwa dan Lainya 18.217 jiwa. jumlah total yang bekerja 103.049 jiwa, mencari pekerjaan 2.573 jiwa sehingga pengangguran di Kabupaten Buton pada tahun 2012 sama dengan 2% dari jumlah angkatan kerja sebesar 105.622 Jiwa.

c. Kemiskinan

Kemiskinan adalah merupakan masalah yang sangat kompleks, bersifat multidimensi dan universal karena berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Miskin berarti ketidak cukupan; tidak cukup ilmu, tidak cukup tenaga dan tidak cukup harta. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan kebersamaan, kesabaran, kerja keras dan butuh biaya besar.

Garis kemiskinan Kabupaten Buton pada tahun 2010 lebih tinggi 6,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 255.955 rupiah per kapita per bulan. Dengan kata lain, untuk tidak dikategorikan miskin, seseorang harus memiliki pengeluaran untuk makanan dan non makanan paling sedikit sebesar 255.955 rupiah per bulan.

(24)

indeks kedalaman kemiskinan, diikuti pula meningkatnya nilai indeks keparahan kemiskinan. Pada tahun 2010, indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Buton mencapai 0,84, sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 0,30. Hal ini berarti bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan ini, Pemerintah Kabupaten Buton terus berupaya agar angka kemiskinan di Kabupaten Buton menurun. Berbagai program dalam rangka penanggulangan kemiskinan seperti : Program PNPM Mandiri, P2KP, Bedah Rumah, Bantuan Stimulan Perumahan, BLUD (kredit Mikro), Bantuan Raskin Gratis dan program Persaudaraan Madani yang merupakan Ide Cemerlang dari Bapak Bupati dan Wakil Bupati Buton, mempersaudarakan keluarga mampu dengan keluarga tidak mampu. Peran keluarga mampu terhadap keluarga miskin adalah memberikan motivasi, membantu dan menfasilitasi dalam hal mendapatkan lapangan kerja, meningkatkan kualitas perumahan, aspek pendidikan, mental dan spiritual. Hingga tahun 2012 capaian dan target program persaudaraan madani berhasil

mempersaudarakan sekitar 717 KK yang telah “Dipersaudarakan”.

d. Pendidikan

Sebagaimana yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasioanal dan RPJM Nasional serta RPJMD Kabupaten Buton Tahun 2013-2017 maka sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan, yaitu mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk untuk dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya.

(25)

Tabel 4. 13

Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 – 2012

Tingkat

Pendidikan Sekolah Guru Murid

Rata-Rata

Sumber: Dikmudora Kab. Buton

e. Kesehatan

(26)

kesehatan agar kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan masyarakat berjalan sesuai dengan tujuan pembangunan kualitas sumberdaya manusia dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Untuk mencapai sasaran pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buton, Pemerintah Kabupaten Buton tetap memberikan prioritas pada pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2011 fasilitas kesehatan yang ada berjumlah 94 unit, dengan rincian sebagai berikut: (1) Rumah Sakit 1 unit; (2) Puskesmas Non Perawatan 16 unit; (3) Puskesmas Perawatan Umum 16 unit; (4) Pustu 61 unit .

Tabel. 2. 14

Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Buton Tahun 2010 – 2012

Fasilitas Kesehatan 2010 2011 2012

1 2 3 4

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Buton

(27)

4.7.2 Profil Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2005 sampai tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton diatas 7%. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 terjadi pada semua sektor ekonomi. Adapun sektor pendukung terbesar pertumbuhan tersebut yaitu sektor pertanian tumbuh sebesar 7,19%, disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 11,13%. Meskipun sektor listrik dan air bersih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,47%, namun tidak cukup mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton karena kontribusinya terhadap total PDRB sangat kecil.

Selain sektor pengangkutan dan komunikasi, yang mengalami peningkatan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 11,52% menjadi 12,32%, sektor pengangkutan dan komunikasi dari 10,01% menjadi 13,57%, sektor industri pengolahan dari 13,23% menjadi 19,84%. Sementara sektor yang kontribusinya menurun yaitu sektor pertanian 9.35% menjadi 7.19%, pertambangan dan penggalian dari 23,75% menjadi 11,13% dan sektor konstruksi/bangunan dari 10,21% menjadi 9,27%, keuangan/persewaan dan jasa perusahaan dari 13,03% menjadi 12,20%.

b. PDRB Perkapita

(28)

Tabel 4.15

PDRB Perkapita Kabupaten Buton Tahun 2009 – 2012 (Rp.)

No Tahun PDRB (Juta Rupiah) Pertumbuhan

ADH Berlaku ADH Konstan

1 2009 1.733.759,00 651.117,38 4,15%

2 2010 1.926.837,47 701.295,71 7,71%

3 2011 2.251.509,07 777.363,45 10,84%

4 2012 2.587.203,24 848.258,17 9,12%

Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2012

Akibat naiknya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton, secara riil sangat berpengaruh terhadap kenaikan PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 dimana pada tahun 2009 tercatat sebesar 651.117,38 rupiah meningkat menjadi 848.258,17 rupiah pertahun 2012. Dengan demikian dalam tiga tahun terakhir perekonomian Kabupaten Buton tahun rata-rata 9,07 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi kab. Buton pada tahun 2012 sebesar 9,12 persen, suatu tingkat pertumbuhan yang berada di antara pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara (10,41 persen) dan pertumbuhan ekonomi nasional (6,73 persen).

c. Potensi Unggulan daerah

Dalam struktur Perekonomian Kabupaten Buton sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa sektor Pengangkutan dan komunikasi hingga tahun 2008 masih memberikan kontribusi yang terbesar, yang pada tahun sebelumnya selalu didominasi oleh sektor Pertanian namun dari 9 (Sembilan) sektor yang mendukung Perekonomian Kabupaten Buton, sektor Pertanian, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor Pariwisawa serta sektor kelautan dan perikanan masih merupakan sektor andalan dalam mendukung daerah.

(29)

d. Laju Tingkat Investasi

Perkembangan investasi di Indonesia sejak krisis moneter telah mengalami Stagnasi dan kelesuan yang berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi nasional dimana salah satu indikator yang dapat di lihat adalah menurunnya jumlah proyek dan nilai investasi PMA dan PMDN yang telah disetujui. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bagi Pemerintah agar dapat mengevaluasi kebijakan yang selama ini ada,dalam rangka meningkatkan iklim invsetasi yang baik bagi pengusaha yang akan melakukan investasi khususnya di Kabupaten Buton. Selama ini ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh para pengusaha dalam rangka untuk melakukan investasi di Kabupaten Buton yaitu : 1) Ketidakpastian biaya investasi yang harus dikeluarkan, 2) Perubahan peraturan Pemerintah daerah yang tidak jelas, dengan birokrasi yang berbelit-belit khususnya terkait dengan pengurusan izin, 3) Kondisi infrastruktur yang kurang memadai, 4) Izin investasi dan nilai investasi yang tidak transparan. Nilai investasi penanaman modal asing (PMA) dari tahun sebulumnya sampai saat ini belum ada di Kabupaten Buton.

e. Laju Tingkat Inflasi Daerah

Berdasarkan Analisis Data Statistik Kabupaten Buton, Inflasi IHK (Indeks Harga

Konsumen) atau Inflasi Umum (Headline Inflation) dengan tahun dasar 2002 =

100, tercatat bahwa inflasi umum Kabupaten Buton tahun 2009 sebesar 4,60 yang berarti mengalami penurunan dua digit jika dibandingkan dengan inflasi tahun 2008 sebesar 15,28 persen. Angka tersebut lebih tinggi 7,75 point jika dibandingkan dengan inflasi tahun 2007 yang mencapai sebesar 7,53 persen.

f. Potensi Ekonomi

(30)

Jenis tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan di Kabupaten Buton terdiri dari 13 (tiga belas) jenis, namun yang diusahakan dan dikembangkan, mengingat produksinya sangat potensial untuk ekspor, baru terbatas pada 5 (lima) jenis tanaman yaitu kelapa, kopi, lada, jambu mente dan kakao. Berdasarkan Data Statistik, pada tahun 2009 dari beberapa jenis produksi tanaman perkebunan rakyat, lima jenis tanaman perkebunan rakyat diatas merupakan lima terbesar hasil produksinya, yaitu Jambu Mete 510,00 ton, Coklat sebesar 394,00 ton, Kelapa Dalam sebesar 337,00 ton, Lada sebesar 309,00 ton dan pinang sebesar 96,00 ton. Produksi yang mengalami kenaikan yang sangat signifikan di tahun 2009 adalah Lada dengan peningkatan sebesar 276,51 persen disusul cengkeh sebesar 263,23 persen.

Untuk sektor Peternakan, permasalahan yang masih sering dihadapi adalah permintaan hewan potong yang terkadang masih sulit untuk mendapatkannya, hal ini disebabkan karena pengelolaan peternakan masih sangat tradisional hingga permintaan pasar kadang-kadang tidak dapat dipenuhi. Populasi ternak yang dikembangkan di Kabupaten Buton terdiri dari ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas. Untuk ternak besar meliputi Sapi, Kerbau, dan Kuda sedangkan ternak kecil adalah Kambing, Domba, dan Babi, dan Babi serta serta Ternak Unggas meliputi Ayam Kampung dan Ayam Ras serta Itik Manila. Populasi ternak besar di Kabupaten Buton tahun 2009 adalah sebanyak 2.191 ekor yang terdiri dari ternak Sapi 2173 ekor,ternak Kerbau 16 Ekor dan ternak Kuda sebanyak 2 Ekor.

Untuk Ternak Unggas populasinya mencapai 829563 ekor pada tahun 2009 yang meliputi ayam Kampung sebesar 327.029 ekor atau 39,42 % dari seluruh ternak kecil yang ada di Kabupaten Buton. Ayam Ras pedaging dan petelur masing-masing sebesar 458.033 dan 40.500 erkor atau 55,21% dan 4,88 % dari seluruh ternak unggas yang ada di Kabupaten Buton.

Potensi Perikanan di Kabupaten Buton hingga saat ini masih merupakan potensi yang besar, terdapat 4 (empat) jenis yaitu Budidaya air tawar, Tambak, Kolam, Penangkapan Ikan Laut (Perairan). Keempat jenis tersebut sebagian telah dilakukan pengelolaan secara modern dengan tingkat kualitas yang baik dan bernilai ekspor.

(31)

meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor dalam menunjang pembangunan daerah dengan memanfaatkan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia. Dari hasil Survei Industri Besar dan Sedang tahun 2009, menunjukkan bahwa ada 23 buah perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.533 orang. Saat ini industri yang memiliki potensi dan ada di Kabupaten Buton terdiri dari industry perikanan yang berada dalam naungan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS), Industri Kerajinan Kayu dan Rotan yang produksinya telah dipasarkan baik untuk local maupun ekspor, saat ini yang memiliki nilai ekspor baru kerajinan gembol, sedangkan untuk meubiler kayu dan rotan baru memenuhi permintaan local dan antar pulau.

Pariwisata Kabupaten Buton meliputi Wisata pulau, Budaya, Pantai dan Wisata Agro. Potensi pariwisata ini diharapkan mampu meningkatkan PAD.

Tabel 4.16

Obyek Wisata di Kabupaten Buton

No. Nama Obyek

Wisata Lokasi/Kecamatan Jumlah

1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

Labundo-bundo, Home base, Permandian Komearate, Benteng Suai, Benteng Kamaru, Benteng Lawalangke, Air Panas Toga Mangura, Air Terjun Waoleona, Benteng Wasalabose, Benteng Togomotonu.

Permandian Topa, Wacu Kamboi, La Busi-busi, Danau Togomotonu, Benteng Ambuau, Benteng Kondolu, Benteng Batu Kaamboi, Benteng Togo Bokeo, Benteng Kopea, Benteng Labuke, Makam Syech Salim, Makam Wauwa Motoulea.

Permandian Baaluwu, Benteng Siotapina, Benteng Wongko, Benteng Sinoya, Benteng Kabangku, Benteng Kosambi, Benteng Wakailampa, Benteng Togo Besi

Makam Sultan La Karambau (Oputa Yi Koo), Makam Sultan Umati, Makam

(32)

No. Nama Obyek

Wisata Lokasi/Kecamatan Jumlah

5.

6.

7.

8.

9.

Sultan La Bulawo, Peninggalan kuno dari Batu: tapak kaki, sendok, itik, kuda dan sangkar, Permandian Sangia Manuru.

Sungai Winning, Mata air panas Wakaokili, Pantai Kancinaa, Pantai Wasaga, Pantai Kondowa, Permandian Wandingi, Pesisir Holimombo, Pantai Banabungi, Benteng Takimpo

Pantai Lahundoro, Kali Topa, pantai Wabula, Lakongko Mali(Tanjung Pemali), Benteng Wabula, Benteng Wasuemba, Makam Waakaka, Makam Kumaha, Makam La Kancuna, Batu Wabula, Perahu Kuno.

Air terjun kalata, Pantai Kapoila, Pantai Sokowa, Benteng dan Makam Sardi Gumu (Yarona Wolowa)

Pantai Bahari, benteng Rongi, Benteng La Pola Soa, Benteng Lipu Mangau, Benteng Kota, Benteng Baluara, Benteng Kondiroi, Benteng Ombo, Benteng Wawoangi, Benteng Pangilia, Makam La Ode Pasombala, Rumah Adat La Kina Sampolawa, Masjid Tua Abdul Wahid.

Pulau Kawi-kawia, Pantai pesisir putih, Pantai Ujung, Pantai Katoba Mabulu, Pantai Hone Sulaa, Pantai Wabokeo, Pantai Laicu, Pantai Wacumolepe, Permandian Topa Langkaluku,

(33)

Potensi pariwisata di Kabupaten Buton sebenarnya cukup besar, jika dilihat dari data potensi pariwisata, hanya saat ini belum semua potensi tersebut dioptimalkan, masih ada beberapa obyek wisata yang masih belum dapat dikelola dengan baik sehingga hanya dibiarkan alami sebagaimana yang ada saat ini.

Benteng Takimpo misalnya, peluang untuk dijadikan sebagai obyek wisata alam dan pendidikan sangat baik, hanya saat ini upaya untuk menata dan menyediakan sarana infrastruktur untuk mendukung obyek wisata tersebut belum sepenuhnya dilakukan. Demikian pula dengan beberapa obyek wisata lainnya yang ada.

Gambar

Tabel 4.1  Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Buton
Gambar 4.1  Peta Administrasi Kabupaten Buton
Tabel 4.2
Tabel 4.3  Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Potensi produk unggulan yang terdapat di berbagai wilayah Indonesia, memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan dosen di perguruan tinggi,

penelitian ini adalah merencanakan dan pengujian sistem instrumentasi dan pengendalian ketiga parameter. Dari pengujian sistem telah dihasilkan untuk suhu dapat

Menurut Nurlan Kusmaedi (2002:2) ”Rekreasi adalah suatu kegiatan pengisi waktu luang yang melibatkan fisik, mental/emosi dan sosial yang mengandung sifat pemulihan

Penulis berusaha menjelaskan unsur makna yang diperoleh dalam penelitian yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan PG Madukismo menurut perspektif

Berbeda dengan yang terjadi di Amerika Utara dan Eropa yang menghabiskan hutan alam (virgin forest) pada awal pembangunan (PASPI, 2020) sehingga berimplikasi pada

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa REA dapat memodelkan pengeringan konvektif maupun intermiten polivinil alkohol dari pelarut organik pada berbagai perbandingan

Uraian mengenai strategi pengembangan bisnis antara lain memuat informasi langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan usaha Bank yang telah ditetapkan,

Sumber daya pesisir, Kabupaten Kepulauan Riau memiliki potensi sumberdaya yang cukup andal bila dikelola dengan baik. Perairan ini memiliki berbagai ekosistem laut