BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Pro vinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya. Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi a manat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.
Gambar 3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sumber : Direktorat Bina Program 2014
Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya a.
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam
pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 b.
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur ”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka 1)
pembangunan dan penyediaan ai r minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive
approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan 2)
maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
Salah satu sasaran dalam mewuju dkan pembangunan yang lebih 3)
merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pa da perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada 4)
setiap tahapan RPJMN, yaitu:
ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi
seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:
pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas a.
batas dengan negara tetangga
pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional b.
yang menghubungkan dengan negara tetangga
pusat perkotaan yang merupakan s impul utama transportasi yang c.
menghubungkan wilayah sekitarnya
pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang d.
Tabel 3.1 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
No Pusat Kegiatan Strategis Nasional
Status Provinsi
1 Kota Sabang I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Nangroe Aceh Darusalam 2 Kota Dumai I/A/1 Pengembangan/
Peningkatan Fungsi/Tahap I
Riau
3 Kota Batam I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Kepulauan Riau
4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kepulauan Riau
5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota Kab.Alor)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Nusa Tenggara Timur
7 Kefemananu (Ibukota Kab.Timor Tengah Utara)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Nusa Tenggara Timur
8 Paloh – Aruk (Kab. Sambas)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Barat
9 Jagoybabang (Kab. Bengkayang)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Barat
10 Nagabadau (Kab. Kapuas Hulu)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Barat
11 Entikong (Kab. Sanggau)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Kalimantan Barat
12 Jasa (Kab.Sintang) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Barat
13 Nunukan (Kab. Nunukan)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Kalimantan Timur
14 Simanggaris (Kab. Nunukan)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Timur
15 Long Bidang (Kab. Nunukan)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Kalimantan Timur
16 Long Pahangai (Kab. Kutai barat)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Kalimantan Timur
17 Long Nawan (Kab. Malinau)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Kalimantan Timur
18 Melanguane (Kab. Talaud
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Sulawesi Utara
19 Tahuna (Ibukota Kep. Sangihe
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Sulawesi Utara
20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat)
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
Maluku
21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Maluku
22 Dobo (Kab. Kepulauan Aru)
II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II
Maluku
Tahap I
24 Kota Jayapura I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Papua
25 Tanah Merah (Ibukota Tanah Merah
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Papua
26 Marauke (Ibukota Marauke)
I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I
Papua
3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul a.
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat b.
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul c.
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan
metropolitan, kawas an perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi a.
Indonesia (MP3EI)
Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak ta hun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi
dokumen perencanaan.
Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu at au lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk
mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan a.
Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI b.
Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra c.
produksi di masing-masing KPI
Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, d.
dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)
Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 dipaparkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
No Koridor KPI
1 Koridor Ekonomi (KE) Sumatera Sei Mengekei
Tapanuli Selatan Dairi Dumai
Tanjung Api-api -Tanjung Carat Muara Enim - Pendopo
Bangka Barat, Babel Batam
Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja, Cilegon
2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten
DKI Jakarta Karawang
Bekasi Purwakarta
Cialcap Gersik Surabaya Lamongan
Pasuruan 3 Koridor Ekonomi (KE) Bali Nusa
Tenggara
Badung
Buleleng Lombok Tengah
Kupang Sumbawa Barat
Aegel Nusa Penida
Sumbawa 4 Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan Kutai Kertanegara
Kutai Timur Rapak dan Ganal
Kota Baru Ketapang Kotawaringin Barat
Kapuas Pontianak
Bontang Tanah Bumbu
Sanggau Penajam Paser Utara
5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawaesi Makassar
Polopo Memuja-Mamasa
Parepare Kolaka
Kenari Kolaka Utara
Morowali Parigi Moutang
6 Koridor Ekonomi (KE) Papua –
Kep. Maluku
Marauke
Timika Halmahera Teluk Bintuni
Morotai Ambon Manokwari
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) b.
Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan bat as tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pe ngembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.
Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi a.
mengganggu kawasan lindung;
adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah b.
kabupaten/kota yang bersangkutan;
terletak p ada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan c.
internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; mempunyai batas yang jelas.
d.
2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
Untuk Kabupaten Banyuasin, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api telah ditetapkan melalui PP No. 51 Tahun 2014 pada tanggal 30 Juni 2014. Pengembangan KEK Tanjung Api-Api difokuskan untuk kegiatan utama industri karet, kelapa sawit, dan petrokimia. Adapun dukungan dari pemerintah adalah pen ingkatan status jalan Palembang-Tanjung Api-Api menjadi Jalan Nasional, Pembangunan Jalur Kereta Api dan Double Track, Pengembangan Pelabuhan Tanjung Api-Api dan Tanjung Carat, serta perencanaan untuk Jalan Tol Tanjung Api-Api Palembang.
3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1. Visi
Guna mewujudkan visi pembangunan nasional pada periode 2015-2019
yaitu menjadi Indonesia yang berdaulat, mandiri dan bekepribadian
berlandaskan gotong royong melalui pembangunan nasional yang lebih cepat,
kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat menjabarkan visi, misi, tujuan serta sasaran strategis
untuk mendukung perwujudan visi pembangunana nasional. Adapun visi
2015-2019 adalah “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Pencapaian visi Kementerian PUPR dijabarkan ke dalam 5 (lima) misi dimana
terdapat 2 (dua) misi yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Cipta
Karya. Adapun kedua misi tersebut adalah sebagai berikut:
Mempercepat pembangunan infastruktur permukiman dan perumahan 1)
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan
prinsip ‘infrastruktur untuk semua’; dan
Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan 2)
perumahan rakyat secara terpadu dari peinggiran didukung industri
konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan
antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan
kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.
Gambar 3.3. Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019, sasaran
strategis yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya
L
ea
rn
in
g
&
G
ro
w
th
C
o
st
u
m
er
s/
St
a
ke
h
o
ld
er
s
In
te
rn
a
l
P
ro
ce
kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan
perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome Direktorat Jenderal Cipta
Karya meliputi:
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1)
masyarakat.
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan keb utuhan hunian 2)
dan permukiman yang layak.
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3)
masyarakat.
Berdasarkan visi, misi dan indikator kinerja outcome yang telah dijabarkan,
visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan inklusif melalui pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.”
Misi 3.2.2.
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan
tantangan yang ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka
misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode
lima tahun ke depan adalah:
Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam 1)
bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan,
inklusifitas, dan berkelanjutan.
Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman 2)
dan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan 3)
perdesaan dalam rangka pemenuhan target RPJMN 2015-2019.
Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong 4)
kemitraan dengan m asyarakat dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman.
Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM 5)
yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.
Tujuan 3.2.3.
Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya
merupakan penjabaran visi dan sasaran strategis yang hendak dicapai dalam
rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019.
Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari
tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu
menyelenggarakan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
dengan tingkat kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan
pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung
kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi
kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna
mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.
Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat perlu didukung oleh setiap satminkal di lingkungan kementerian salah
satunya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam pencapaian tujuan tersebut,
dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui penyelenggaraan pembangunan
bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia sejalan dengan prinsip“infrastruktur untuk semua”.
Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya
dasar permukiman yang berkualitas dengan prinsip“infrastruktur untuk semua” melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.
Sasaran Strategis 3.2.4.
Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun
2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air
serta sanitasi berkelanjutan bagi semua orang, juga membangun kota dan
permukiman warga yang inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut
merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman
adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh
hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat
Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100
sebagai aktualisasi visi D irektorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman
layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak
sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa
penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan
perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan
kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman. Dalam penyelenggaraan gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta Karya
akan melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah,
dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat tinggi dan
kebutuhan dana yang sangat besar.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen
Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1)
masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan
akses air minum;
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan 2)
permukiman yang layak, dengan indikator persentase penurunan luasan
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3)
masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan
akses sanitasi.
Tabel 3.4. Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan
pelayanan akses air minum % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100
2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak Persentase penurunan luasan
permukiman kumuh perkotaan
% 8 6 4 2 0 0
3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan
pelayanan akses sanitasi % 64 72 85 92 100 100
Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi
pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum,
sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan
pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga
dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat
sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.
Khusus untuk penanganan kumuh, akan diprioritaskan pada
kawasan-kawasan permukiman kumuh di kawasan-kawasan strategis kabupaten/kota dan
kabupaten/kota KSN yang akan ditangani secara terpadu sehingga dapat
menjadi kawasan pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan dengan
pendekatan entitas yang diprioritaskan pada kawasan regional dan
daerah-daerah rawan air/sanitasi. Dalam bidang penataan bangunan, program perlu
difokuskan pada upaya pengaturan u ntuk menjamin keandalan bangunan
gedung serta peningkatan kualitas kawasan di kota pusaka dan kota hijau.
Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk
terjabarkan ke dalam pe ngembangan jaringan infrastruktur penunjang
kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam
upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling
komplementer dan saling menguntungkan.
Arah Kebijakan Dan Strategi 3.2.5.
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal
Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung
jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa
Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turb inwas), dan kegiatan
pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta
Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangansistempengelolaanairlimbahdandrainaselingkungansertaper
sampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 1)
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase
lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 2)
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase
lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang 3)
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan 4)
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan
sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air
limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan 5)
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah
dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan 6)
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 7)
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan
yaitu membangun sistem, memfas ilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota
dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program
pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya
memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan
sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah
Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada
Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk
pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembant uan. Untuk
pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah
pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program
pemberdayaan masyarakat.
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas
pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat,
dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan,
pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan
melalui p enyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukung an
perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta
konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan
dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas
pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga
melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan
Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta
infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya
juga melakukan kegiatan pembangunan dalam ra ngka pemenuhan SPM
sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya
dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga
bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan
pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran
serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas
pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
memenuhi target pencap aian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat
pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang
mendesak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan
perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan
(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Pre siden), baik
Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta
potensi daerah.
Tabel 3.5. Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pendekatan Strategi Pelaksanaan
Membangun Sistem Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)
Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan
strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkot aan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)
Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam
Fasilitasi Pemda Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.
Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral
seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti
fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis
Masyarakt melalui kegiatan P amsimas, Sanimas, dan P2KP.
Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional
100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya,
antara lain:
Ditjen Penyediaan Perum ahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan
rumah tidak layak
huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku
dan penanganan kawasan rawan genangan;
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan
perencanaan dalam
upaya
pencapaiansasaranpembangunannasionalbidangperumahandanpermuki
man serta bidang perkotaan dan perdesaan;
Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS);
Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas
Pemerintah Daerah;
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan
persampahan;
Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan
permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan
pembangunan berdasarkan
RTRW dan RDTR;
Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait
pengembangan kawasan perbatasan
3.2.5.1. Rencana Kawasan Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan A.
Permukiman
Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian
target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran
pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi
pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum
terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin- Was) yang berlaku
untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi
pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan,
perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut
dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:
Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perkotaan
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perdesaan
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Khusus
Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan a.
Permukiman
Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan
perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman
Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan
penyelenggaraan kawasan permukiman.
Landasan penyelenggaraan kawasan permu kiman ini antara lain juga
meliputi:
Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi a.
Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
kawasan permukiman;
Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi b.
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh
Perkotaan;
SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh; c.
Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman. d.
Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan
penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola
permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu)
Pembangunan dan pengembangankawasan permukiman membutuhkan
dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati
bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:
Kesepahaman bersama antarpelaku;
Komitmen dari seluruh pelaku;
Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara
pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah –
dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor,
kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya.
Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah
daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya
sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan
pengembangan kawas an permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda
dilakukan kepada:
Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;
Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman
yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.
Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola
sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah
dan dimutakhirkan secara berkala.
Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:
Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;
Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik
di tingkat pusat maupun daerah;
Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan
pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan
pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi
Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan 1)
dan pemrograman;
Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) 2)
pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJMN;
Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan 3)
hasil pembangunan.
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan b.
Pengembangan Permukiman Perkotaan
Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik. Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:
Penanganan komprehensif t erhadap 30 kabupaten/kota prioritas 1)
kementerian sebagai best practice penanganan permukiman kumuh yang
diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat
direplikasi dan diterapkan di kota- kota lainnya.
Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupa ten/kota lainnya 2)
dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan
dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.
Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkot aan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:
Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu 1)
Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik 2)
berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan
Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan c.
Pengembangan Permukiman Perdesaan
Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan p rasarana dasar permukiman perdesaan.
Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah:
Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM
Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi
penyediaan air minum, pembangun an jalan lingkungan dan drainase
lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta
peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan
perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun
sebelumnya.
Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan. Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang 1)
memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan
kawasan transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.
Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di 2)
kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan
prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal
agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan
perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman
Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan 3)
konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan
prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pemba ngunan dan d.
Pengembangan Permukiman Khusus
Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya 1)
produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama
di 10 PKSN.
Saranadanprasaranapendukungkegiatanproduksiiniuntuk
PKSNnon-perkotaan antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan
agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan
(TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu
disediakan pula sarana dan prasarana pendukung peningkatan
konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan, berupa jalan usaha
tani dan jalan poros desa. Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti
Sabang dan Jayapura, sarana dan prasarana yang disediakan
memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai dengan sektor yang
dikembangkan di kota tersebut.
Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti 2)
pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.
Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan
mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi
Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan s arana dan
prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman
(daratan dan pesisir). Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi
penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase
lingkungan, penyediaan pelayanan pengelo laan persampahan serta
peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.
Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan terhadap bencana.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan 1)
pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan
mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman
dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan
melakukan mitigasi yang diperlukan.
Mengurangikerentananfisik (bangunan dan PSU). Langkah yang 2)
dilakukan adalah dengan menerapkan standar bangunan dan lingkungan
yang sesuai dengan tipe bahaya; melakukan penataan bangunan dan
lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ke tahanan;
atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke
kawasan yang aman dari bencana.
Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah 3)
yang dilakukan adalah menyediakan NSPK untuk berbagai tipe
bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai
pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.
Meningkatkan kualitas/rehabilita si permukiman di kawasan pasca 4)
bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa
rekonstruksi.
Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman B.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan,
Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan
Kawasan Permukiman yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja program Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman adalah meningkatnya kontribusi
penanganan kawasan permukiman di kawasan kumuh perkotaan, kawasan
permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, dengan sasaran
kegiatan dan indikator yaitu:
Layanan Perkatoran dengan indikator terselenggaranya pelayanan 1)
pendukung kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan
pengembangan kawasan permukiman selama 60 bulan;
Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman dengan indikator 2)
tersusunnya 10 NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman;
Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan 3)
indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan
permukiman di 507 kab/kota;
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan dengan indikator 4)
meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan;
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan dengan indikator 5)
meningkatnya kualitas permukiman di 78.384 Ha daerah perdesaan;
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus dengan indikator 6)
meningkatnya kualitas permukiman di 3.099 Ha kawasan khusus;
Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat dengan indikator 7)
terselenggaranya pendampingan masyarakat di 11.607 kelurahan;
Fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan 8)
pengembangan Kota Layak Huni dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di
18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan;
Perintisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan 9)
Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Kawasan Permuk iman
berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.6. Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman Strategi
Pendekatan
Sasaran Kegiatan
Membangun Sistem Permukiman
Pembangunan dan Pengembangan Kawasa n Permukiman di Perkotaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perdesaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kawasan Khusus
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota
Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan Pengaw asan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan Permukiman
Pengaturan Pengembangan Kawasan Permukiman Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman
Perintisan Inkubasi Kota Baru Memberdayakan
Masyarakat
Pendampingan Pemberdayaan Masyaraakat
S
SAASSAARRAANN IINNDDIIKKAATTOORR KKIINNEERRJJAA SSAATTUUAANN
T
TAARRGGEETT RREENNSSTTRRAA
22001155 22001166 22001177 22001188
P
PEENNGGAATTUURRAANN,, PPEEMMBBIINNAAAANN,, PPEENNGGAAWWAASSAANN DDAANN PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRMMUUKKIIMMAANN Layanan
Perkantoran
Jumlah bulan layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan
pengembangan kawasan
Bulan
Layanan 12 12 12 12
Peraturan Pengembangan Kawasan
Permukiman
Jumlah NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman yang tersusun
NSPK 2 2 2 2
Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan
permukiman
Terselenggaranya pembinaan, dan
pengawasan pengembangan permukiman di 507
kab/kota
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Perkotaan
Meningkatnya kualitas permukiman di 38.341 Ha
di daerah perkotaan
Ha 2.680 9.300 9.500 8.900
Fasilitasi Kota dan Kawasan Perkotaan dalam Pemenuhan SPP dan
Pengembangan Kota
Layak Huni
Terselenggaranya fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan
744 kota/kawasan perkotaan
Kab/Kota/
Perintisan inkubasi
kota
Terselenggaranya perintisan inkubasi di 10
kota baru
Kab/Kota 0 2 3 3
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Perdesaan
Meningkatnya kualitas permukiman di 78.384
Ha daerah perdesaan
Ha 47.530 7.683 7.501 7.835
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus
Meningkatnya kualitas permukiman di 3.099
kawasan khusus
Ha 266 500 667 833
Penataan Kawasan Permukiman Berbasis
Masyarakat
Terselenggaranya penataan kawasan permukiman berbasis masyarakat di 11.067
kelurahan
Kelurahan 11.067 11.067 11.067 11.067
3.2.5.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum A.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013
tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyed iaan Air
Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air
minum adalah:
Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan terlindungi.
pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum
terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan 2)
ekonomi.
Meningkatkan dan memperlu as akses air minum yang aman melalui 3)
SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.
Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku 4)
mutu yang berlaku.
Menurunkan tingkat kehilangan air. 5)
Mengembangkan sistem informasi dan pend ataan dalam rangka 6)
pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.
Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.
Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM. 1)
Meningkatkan komitme n Pemerintah dan Pemerintah 2)
Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.
Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social 3)
Responsibility (CSR).
Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, 4)
seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar nege ri, pinjaman perbankan,
pinjaman non- perbankan, dan obligasi perusahaan.
Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam 5)
percepatan pengembangan SPAM.
Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.
Memperkuat kapasitas S umber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat 1)
dan daerah dalam pengembangan SPAM.
Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan 2)
Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.
Pengembangan SPAM.
Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk 4)
Penyelenggara/operator SPAM.
Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent. 5)
Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan 6)
efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan 7)
SPAM Regional.
Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.
Melengkapiprodukperaturanperundangandalampenyelenggaraanpenge 1)
mbangan SPAM.
Menerapkan NSPK yang telah tersedia. 2)
Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis. 3)
Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.
Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air 1)
baku.
Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum. 2)
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya 3)
air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui 4)
sistem regional.
Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.
Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan 1)
pengembangan SPAM.
Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan 2)
Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM
Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum. 1)
Memasarkan hasil inovasi teknologi. 2)
Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM 3)
pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.
Menyusun rencana implementa si prinsip pembangunan 4)
berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.
Rencana Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum B.
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka
Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang
dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi
pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari
peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan
cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Sedangkan sasaran kinerja diukur
melalui indikator:
Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dan SPAM di Kawasan 1)
Perkotaan dengan indikator terba ngunnya SPAM Regional dan
pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan berkapasitas
27.479 L/d dan 2.729.750 SR; 2)
Pembangunan Infrastruktur SPAM Perdesaan dengan indikator 3)
terbangunnya SPAM Berbasis Masyarakat dan SPAM Kawasan Rawan
Air berkapasitas 8.489 L/d dan 2.716.673 SR;
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator 4)
terbangunnya SPAM di kawasan kumuh, SPAM di kawasan nelayan,
SPAM di kawasan perbatasan dan pulau terluar, serta SPAM di kawasan
strategis berkapasitas 4.249 L/d dan 621.107 SR;
Fasilitasi SPAM di kawasan perkotaan melalui bantuan program dan 5)
pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 4.527 kawasan;
pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 1.421 kawasan;
Fasilitasi SPAM di kawasan khusus melalui pengembangan jaringan
perpipaan dengan indikator 473 kawasan.
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum 7)
dengan indikator terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan pengembangan air minum di 507 Kabupaten/Kota.
Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan SPAM berdasarkan
strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.7. Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum
Strategi Pendekatan Sasaran
Kegiatan
Membangun Sistem Permukiman
Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional
Pembangunan Infrastruktur SPAM IKK
Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran/Perluasan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Kumuh Perkotaan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Nelayan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Rawan Air/ Perbatasan/Pulau Terluar
Pengembangan jaringan perpipaan air minum
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten Kota
Fasilitasi PDAM
Fasilitasi UPTD/Non-PDAM
Penyelenggaraan, pengaturan, pembin aan, dan pengawasan pengembangan air minum di Kab/Kota
Memberdayakan Masyarakat Pembangunan Infrastruktur SPAM Berbasis Masyarakat
S
22001155 22001166 22001177 22001188 P
PEENNGGAATTUURRAANN,, PPEEMMBBIINNAAAANN,, PPEENNGGAAWWAASS AANN,, PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN SSUUMMBBEERR PPEEMMBBIIAAYYAAAANN DDAANN PPOOLLAA IINNVVEESSTTAASSII,, SSEERRTTAA PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN SSIISSTTEEMM PPEENNYYEEDDIIAAAANN AAIIRR MMIINNUUMM
Layanan Perkantoran
Jumlah bulan layanan
pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan
Dan Pola Investasi, Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bulan 12 12 12 12
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air
Minum
Jumlah penyelenggaraan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air
minum di Kab/kota
Kab/Kota 507 50
7
Pembangunan Infrastruktur SPAM
Regional
Debit dan jumlah sambungan
rumah SPAM Regional
L/d - - 950 2,350
SR - - 95,000 215,000
Pembangunan Infrastruktur SPAM
Kawasan Perkotaan
Debit dan jumlah sambungan
rumah SPAM IKK
L/d 4,843 2,207 2,207 2,206 SR 484,250 220,675 220,675 220,675 Debit dan jumlah sambungan
rumah SPAM Ibu Kota
Pemekaran
L/d 155 19
8
198 19 8 SR 15,500 19,775 19,775 19,775 Debit dan jumlah sambungan
rumah Perluasan SPAM
Perkotaan
L/d - 17
0
740 1,000 SR - 17,000 74,000 100,000 Debit dan jumlah sambungan
rumah Pemanfaatan Idle SPAM
Perkotaan
L/d - 112 112 111
SR - 11,150 11,150 11,150 Debit dan jumlah sambungan
Penurunan Kebocoran SPAM
Perkotaan
L/d - 62 62 61
SR - 5,300 6,433 6,433 Bantuan Program SPAM
kawasan perkotaan terfasilitasi
Kawasan 149 80 80 80
Pengembangan jaringan perpipaan di kawasan perkotaan SPAM kawasan perkotaan terfasilitasi
Kawasan 468 898 898 898
Pembangunan Infrastruktur SPAM
Kawasan Perdesaan
Debit dan jumlah sambungan rumah SPAM Berbasis
Masyarakat
L/d 1,449 1,551 1,551 1,550 SR 463,680 496,160 496,160 496,160 Debit dan jumlah sambungan
rumah Pembangunan SPAM
di Kawasan Rawan Air
L/d 300 122 122 122 SR 96,000 39,014 39,013 39,013 Debit dan sambungan rumah
Pemanfaatan Idle SPAM di
Kawasan Rawan Air
L/d - 12 12 13
SR - 4,000 4,000 4,000 Bantuan Program SPAM
Kawasan Rawan Air
Terfasilitasi
Kawasan 84 28 27 27
Pemngembangan Jaringan Perpipaan di SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi
Kawasan 162 267 267 266
Pembangunan Infrastruktur SPAM Kawasan Khusus
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM
di Kawasan Kumuh
L/d 398 481 481 480
SR 127,200 26,200 26,200 26,200 Debit dan jumlah sambungan
rumah pembangunan SPAM
di Kawasan Nelayan
L/d 116 31 31 31
SR 37,120 9,920 9,920 9,920
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM
di Kawasan Perbatasan
L/d 189 13 13 13
SR 60,480 9,094 9,093 9,093 Debit dan jumlah sambungan
rumah pembangunan SPAM
di Kawasan Pulau Terluar
L/d 179 13 13 13
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM
Strategis
L/d - 305 305 304
SR - 30,450 30,450 30,450 Pengembangan jaringan
perpipaan di Kawasan
Kumuh
Kawasan 82 38 38 37
Pengembangan jaringan perpipaan di Kawasan
Nelayan
Kawasan 17 8 8 8
Pengembangan jaringan perpipaan di Kawasan
Perbatasan
Kawasan 18 5 5 5
3.2.5.3. Rencana Sanitasi Kota (SSK)
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan A.
Permukiman
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan
permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung
jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
berdasarkan Permen PUPR No.15/ PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas
Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan
air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai
stimulus bagi pemerintah daerah.
Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan
permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai
berikut:
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah;
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.
Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat
Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air
limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan
sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai
berikut:
Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan 1)
DAK sanitasi;
Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin 2)
Mendirikan Bangunan (IMB);
Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 3)
terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);
Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, 4)
kawasan dan kota melalui dana APBN.
Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air 5)
limbah skala komunal dan kawasan;
Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusat 6)
Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyaraka t dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia
usaha/ swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan
melalui strategi sebagai berikut:
Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan 1)
air limbah permukiman melalui pemicuan;
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat; 2)
Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air 3)
limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan
terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam
pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain:
Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air 1)
limbah permukiman;
Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan 2)
pengelolaan air limbah permukiman;
Penerapan peraturan perundangan. 3)
Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.
Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan
operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut:
Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air 1)
limbah permukiman ditingkat masyarakat;
Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air 2)
limbah permukiman di daerah;
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air 3)
limbah permukiman;
Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga; 4)
Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap 5)
pengelolaan air limbah permukiman.
Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber
pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman. Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan
prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat
pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas
pembiayaan, antara lain:
Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan 1)
Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam 2)
mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian
yang disepakati bersama.
Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah 3)
permukiman.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan b.
Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan
semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang
diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai
berikut:
Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle); 1)
Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan 2)
disinsentif dalam pelaksanaan 3R;
Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan. 3)
Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan. Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air
limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses
universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk
meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:
Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan; 1)
Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 2)
Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 3)
Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill; 4)
Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional; 5)
Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna 6)
Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.
Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk
menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara
langsung dalam pembangunan sektor persampahan.
Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif
masyarakat yaitu :
Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini 1)
melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;
Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada 2)
masyarakat umum;
Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan 3)
dalam pengelolaan sampah;
Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 4)
Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan. Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan
adalah sebagai berikut:
Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola; 1)
Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan; 2)
Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator; 3)
Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain; 4)
Meningkatkan kualitas SDM; 5)
Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan kala 6)
regional.
Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang
ditetapkan yaitu:
Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia 1)
usaha/swasta
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan c.
Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan keseimbangan tata air
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang
ditetapkan yaitu:
Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem 1)
drainase lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan
pengelolaan sungai;
Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang 2)
mendukung upaya konservasi air;
Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan 3)
drainase
Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang
ditetapkan yaitu:
Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana 1)
sistem drainase yang terbangun;
Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan; 2)
Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota 3)
metropolitan dan besar.
Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang
ditetapkan yaitu:
Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase; 1)
Meningkatkan kinerja institusi pengelola; 2)
Peningkatan kapasitas SDM Pemda. 4)
Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan pe rundangan pengelolaan drainase lingkungan
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang
ditetapkan yaitu:
Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan 1)
drainase;
Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) 2)
pengelolaaan drainase lingkungan;
Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan. 3)
Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan
yaitu:
Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya pengelolaan 1)
drainase lingkungan;
Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat. 2)
Rencana Strategis Pengembangan Penyehatan Lingkungan B.
Permukiman
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka
Ditjen Cipta Karya menyelenggarakankegiatan Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (air limbah dan
drainase) serta Pengembangan Persampahan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Pengembangan Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya
kontribusi pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat yang terdiri dari
pelayanan air limbah, pelayanan persampahan, dan pelayanan drainase.
Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator:
Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan 1)