• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 7.1 Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Cirebon No Isu Strategis Keterangan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 7.1 Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Cirebon No Isu Strategis Keterangan 1"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7.1

Pengembangan Permukiman

7.1.1

Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman Kota Cirebon seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.1

Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Cirebon

No Isu Strategis Keterangan

1 Munculnya Tanah Timbul di Sekitar bibir pantai yang dikelola oleh

masyarakat -

2 Pembangunan perumahan yang illegal oleh masyarakat di tanah

timbul -

3 Tingginya Backlog di Kota Cirebon pada tahun 2016 mencapai

204,881 rumah (BPS Tahun 2016) -

4 Tingginya angka permukiman kumuh (Slum dan Squater), baik

kumuh di perkotaan maupun permukiman kumuh nelayan -

Sumber : SPPIP Kota Cirebon Tahun 2012

7.1.2

Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi Permukiman di Kota Cirebon saat ini apabila dilihat dari sisi layak dapat dikatakan masih ada yang belum layak, di beberapa tempat/lokasi masih terdapat

BAB 7

RENCANA

PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA

(2)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

permukiman-permukiman kumuh, kondisi tersebut timbul akibat masih belum tertatanya pola permukiman dan belum terpenuhinya sarana dan prasarana di permukiman tersebut, kondisi sarana dan prasarana tersebut adalah prasarana/infrastruktur jalan lingkungan, jalan setapak, air bersih, air limbah, persampahan dan drainase.

Berdasarkan hasil pendataan, pada tahun 2009 terdapat 59.632 unit bangunan rumah tinggal dengan jumlah rumah layak huni adalah 45.154 rumah (sumber data: Dinas Kesehatan Kota Cirebon). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah rumah meningkat sebanyak 68.787 rumah (sumber data: Bidang Tata Ruang dan Perumahan, Dinas PUPESDM Kota Cirebon).

Dari jumlah rumah yang ada, tidak sepenuhnya dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Permasalahan belum dilengkapinya bangunan rumah dengan IMB ini terus menjadi perhatian Bidang Tata Ruang dan Perumahan DPUPESDM Kota Cirebon terkait dengan pengendalian pemanfaatan ruang kota.

Tabel 7.2

Jumlah Rumah Di Kota Cirebon Tahun 2009 - 2010

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Rumah (Unit)

2009 2010

1 Kejaksan Kesenden 2.467 3.487

2 Kejaksan Sukapura 2.722 3.693

3 Kejaksan Kebonbaru 1.584 2.221

4 Kejaksan Kejaksan 1.899 2.599

Jumlah 8.672 12.000

5 Kesambi Kesambi 1.869 2.236

6 Kesambi Pekiringan 2.282 2.935

7 Kesambi Sunyaragi 2.042 2.299

8 Kesambi Karyamulya 4.872 4.597

9 Kesambi Drajat 2.821 3.259

Jumlah 13.886 15.326 10 Pekalipan Jagasatru 1.720 1.617

11 Pekalipan Pulasaren 1.293 1.883

12 Pekalipan Pekalipan 1.209 1.748

13 Pekalipan Pekalangan 1.297 1.890

Jumlah 5.519 7.138 15 Lemawungkuk Kesepuhan 2.856 3.306

16 Lemawungkuk Pegambiran 3.307 3.656

17 Lemawungkuk Panjunan 2.137 2.679

18 Lemawungkuk Lemahwungkuk 1.641 2.032

(3)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Rumah (Unit)

2009 2010

21 Harjamukti Larangan 4.799 4.324

22 Harjamukti Kecapi 3.297 5.514

23 Harjamukti Argasunya 3.127 3.042

24 Harjamukti Kalijaga 6.782 6.301

Jumlah 21.614 22.650 JUMLAH KOTA CIREBON 59.632 68.787

Sumber : SPPIP Kota Cirebon Tahun 2012

Penetapan Kawasan Kumuh Kota Cirebon berdasarkan SK Walikota No. 665/Kep.70-BAPPEDA/2015. Berdasarkan SK tersebut maka besaran kawasan kumuh di Kota Cirebon adalah 59,60 Ha, yang berada di 3 (tiga) kecamatan dan 7 (tujuh) kelurahan. Untuk lebih jelasnya mengenai luasan kawasan kumuh di Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.3

Kawasan Kumuh Kota Cirebon

No Kecamatan Kelurahan Nama Lokasi Luasan (Ha)

1 Lemahwungkuk Panjunan Pesisir Utara 2,28

2 Lemahwungkuk Kasepuhan Sitimulya dan Trio Kesunean 21,58

3 Lemahwungkuk Lemahwungkuk Cangkol Utara 12,03

4 Pekalipan Pekalangan Pekalangan Selatan 3,54

5 Pekalipan Pulasaren Purwasari, Pulobaru Utara,

Pulobaru Selatan, Cantilan 8,56

6 Pekalipan Pekalipan Kanoman Utara 11,27

7 Harjamukti Argasunya TPA Argasunya 0,34

Jumlah Kawasan 59,60

Sumber : SK Walikota No. 665/Kep.70-BAPPEDA/2015

7.1.3

Permasalahan Dan Tantangan

(4)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.4

Permasalahan dan Tantangan Bidang Permukiman Kota Cirebon

Sektor Potensi Permasalahan Peluang Pengembangan

Tantangan Pengembangan

Permukiman

 Mengingat letak kota yang strategis, dan

 Adanya Tanah Timbul di Sekitar bibir pantai yang dikelola oleh

masyarakat

 Tingginya Backlog di Kota Cirebon pada tahun 2010 mencapai 17.238 rumah.

 Tingginya angka permukiman kumuh (Slum dan Squater), baik kumuh di perkotaan maupun permukiman kumuh nelayan

 Masih adanya rumah yang tidak sehat di Kota Cirebon yang mencapai 23,70% dari jumlah rumah yang ada di Kota Cirebon tahun 2009

Tanah timbul yang ada harus dikuasi oleh

Sumber : SPPIP Kota Cirebon Tahun 2012

7.1.4

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Jumlah proyeksi penduduk per kelurahan di Kota Cirebon sampai akhir tahun perencanaan (2031) adalah sebanyak 470.870 jiwa. Jumlah penduduk terpadat adalah terdapat di Kelurahan Kalijaga Kecamatan Harjamukti sebanyak 42.642 jiwa dan terendah terdapat di Kelurahan Pekalangan Kecamatan Pekalipan yaitu sebanyak 10.309. untuk lebih jelasnya mengneai proyeksi penduduk di Kota Cirebon hingga tahun 2030 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Kebutuhan rumah di tiap Kelurahan di Kota Cirebon sampai akhir tahun perencanaan adalah sebanyak 124.574 unit rumah dengan jumlah luas lahan yang dibutuhkan sebesar 3.735,50 Ha. Kebutuhan rumah tipe kecil sebanyak 74.741 unit, tipe sedang sebesar 37.373 unit dan tipe besar sebanyak 12.460 unit.

(5)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.5

Jumlah Proyeksi Penduduk Tiap Kelurahan Di Kota Cirebon Sampai Tahun 2031

Sumber : SPPIP Kota Cirebon Tahun 2012

Kebutuhan rumah dan kekurangan rumah di Kota Cirebon sampai akhir tahun perencanaan adalah 124.569 unit rumah dengan jumlah kekurangan rumah pada akhir perencanaan adalah sebesar 55.782 unit rumah.

2016 2021 2026 2031

1 Harjamukti Argasunya 17.644 20.522 22.861 25.466 28.368

2 Harjamukti Harjamukti 17.339 20.167 22.465 25.026 27.878

3 Harjamukti Kalijaga 26.522 30.848 34.363 38.280 42.642

4 Harjamukti Kecapi 20.857 24.259 27.024 30.103 33.534

5 Harjamukti Larangan 14.128 16.432 18.305 20.391 22.715

6 Kejaksan Kebonbaru 8.381 9.748 10.859 12.096 13.475

7 Kejaksan Kejaksan 9.400 10.933 12.179 13.567 15.113

8 Kejaksan Kesenden 11.839 13.770 15.339 17.087 19.035

9 Kejaksan Sukapura 13.159 15.305 17.050 18.993 21.157

10 Kesambi Drajat 14.732 17.135 19.088 21.263 23.686

11 Kesambi Karyamulya 21.924 25.500 28.406 31.643 35.248

12 Kesambi Kesambi 8.662 10.075 11.223 12.502 13.927

13 Kesambi Pekiringan 10.826 12.592 14.027 15.625 17.406

14 Kesambi Sunyaragi 10.172 11.831 13.179 14.681 16.355

15 Lemahwungkuk Kesepuhan 16.250 18.900 21.054 23.454 26.127

16 Lemahwungkuk Lemahwungkuk 9.004 10.473 11.666 12.996 14.477

17 Lemahwungkuk Panjunan 10.635 12.370 13.779 15.350 17.099

18 Lemahwungkuk Pegambiran 20.083 23.359 26.021 28.986 32.289

19 Pekalipan Jagasatru 10.464 12.171 13.558 15.103 16.824

20 Pekalipan Pekalangan 6.412 7.458 8.308 9.255 10.309

21 Pekalipan Pekalipan 6.569 7.640 8.511 9.481 10.562

22 Pekalipan Pulasaren 7.864 9.147 10.189 11.350 12.644

Kota Cirebon 292.866 340.635 379.454 422.698 470.870 No Kecamatan Kelurahan

Proyeksi jumlah penduduk Tahun Jumlah

Penduduk Eksisting

(6)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.6 v

Proyeksi Kebutuhan dan Luas Kavling Rumah Kota Cirebon Hingga Tahun 2031

Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

Proyeksi Kebutuhan Rumah (Unit) Luas kavling Rumah (Ha) Type

Kecil

Type Sedang

Type

Besar Jumlah 90 M2 150 M2 250 M2 Jumlah

Harjamukti Argasunya 675,00 4.503 2.252 751 7.506 40,53 33,78 18,78 93,08 Harjamukti Harjamukti 223,00 4.425 2.213 738 7.376 39,83 33,20 18,45 91,47 Harjamukti Kalijaga 464,50 6.769 3.384 1.128 11.281 60,92 50,76 28,20 139,88 Harjamukti Kecapi 201,00 5.323 2.661 887 8.871 47,91 39,92 22,18 110,00 Harjamukti Larangan 198,00 3.605 1.803 601 6.009 32,45 27,05 15,03 74,52 Kejaksan Kebonbaru 80,00 2.139 1.070 357 3.566 19,25 16,05 8,93 44,23 Kejaksan Kejaksan 67,00 2.399 1.199 400 3.998 21,59 17,99 10,00 49,58 Kejaksan Kesenden 125,00 3.022 1.511 504 5.037 27,20 22,67 12,60 62,46 Kejaksan Sukapura 89,00 3.358 1.679 560 5.597 30,22 25,19 14,00 69,41 Kesambi Drajat 92,00 3.760 1.880 627 6.267 33,84 28,20 15,68 77,72 Kesambi Karyamulya 253,00 5.595 2.798 933 9.326 50,36 41,97 23,33 115,65 Kesambi Kesambi 92,00 2.210 1.105 368 3.683 19,89 16,58 9,20 45,67 Kesambi Pekiringan 124,00 2.763 1.382 461 4.606 24,87 20,73 11,53 57,12 Kesambi Sunyaragi 245,00 2.596 1.298 433 4.327 23,36 19,47 10,83 53,66 Lemahwungkuk Kesepuhan 64,00 4.147 2.074 691 6.912 37,32 31,11 17,28 85,71 Lemahwungkuk Lemahwungkuk 54,00 2.298 1.149 383 3.830 20,68 17,24 9,58 47,49 Lemahwungkuk Panjunan 128,00 2.714 1.357 452 4.523 24,43 20,36 11,30 56,08 Lemahwungkuk Pegambiran 405,00 5.125 2.563 854 8.542 46,13 38,45 21,35 105,92 Pekalipan Jagasatru 35,00 2.671 1.335 445 4.451 24,04 20,03 11,13 55,19 Pekalipan Pekalangan 51,00 1.636 818 273 2.727 14,72 12,27 6,83 33,82 Pekalipan Pekalipan 41,00 1.676 838 279 2.793 15,08 12,57 6,98 34,63 Pekalipan Pulasaren 29,00 2.007 1.004 335 3.346 18,06 15,06 8,38 41,50

Kota Cirebon 3.735,50 74.741 37.373 12.460 124.574 672,67 560,60 311,50 1.544,76

(7)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Selain memprediksi ketersediaan jumlah rumah, kebutuhan pengembangan permukiman di Kota Cirebon juga diprioritaskan pada penanganan kawasan permukiman kumuh. Penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Cirebon dicanangkan akan mencapai 0% luasannya pada tahun 2019. Hal ini selaras dengan adanya arahan sesuai RPJMN tahun 2015 – 2019 yaitu Target Akses Universal 100-0-100. Untuk lebih jelasnya mengenai target pengurangan kawasan kumuh di Kota Cirebon hingga tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.7

Rencana Pengurangan Kawasan Kumuh Kota Cirebon Tahun 2015 – 2019

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Luas Kawasan Kumuh (Ha) 59,60 44,70 29,80 14,90 -

Roadmap Penanganan Kawasan

Per Tahun (Ha0) 16,48 16,48 16,48 16,48 Roadmap Gerakan 100-0-100 100% 75% 50% 25% 0%

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.1.5

Kriteria Persiapan Daerah

Dalam pengembangan permukiman di Kota Cirebon, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen SPPIP Kota Cirebon yang telah disusun pada tahun 2012

2. SK Walikota No. 665/Kep.70-BAPPEDA/2015 mengenai Kawasan Kumuh Kota Cirebon 3. Dokumen RKPKP (Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan) Kota Cirebon

yang telah disusun tahun 2015

7.1.6

Usulan Program Dan Kegiatan

A.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

(8)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.8

Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Cirebon

No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi

1 Penyusunan DED Kawasan

Kumuh 7 Lap 3.500.000

Kawasan Permukiman Kumuh Kota Cirebon

2 Revitalisasi Kawasan

Kumuh Kota Cirebon 59,60 Ha 94.435.000

Kawasan Permukiman Kumuh Kota Cirebon

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

B.

Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kota Cirebon, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN maupun masyarakat dan swasta. Usulan pembiayaan pembangunan permukiman di Kota Cirebon untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.9

Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kota Cirebon

2 Revitalisasi Kawasan Kumuh Kota

Cirebon 94.435 - - - 94.435

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Usulan program pembangunan Pengembangan Permukiman Kota Cirebon secara rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Pengembangan Permukiman Kota Cirebon.

7.2

Penataan Bangunan Dan Lingkungan

7.2.1

Isu Strategis Penataan Bangunan Dan Lingkungan

(9)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

1) Masih kurangnya peraturan daerah terkait aspek-aspek pengendalian ruang seperti rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi, perangkat hukum (sanksi), perizinan dan insenti-disinsentif yang dapat menjadi acuan dalam membangun ruang kota.

2) Kuragnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon. Sehingga diperlukan langkah strategis untuk memenuhi ketersediaan ruang terbuka hijau sebesar 30% per satuan luas wilayah yang secara ekologis berfungsi untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro, selain fungsi sosial ekonomi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan landmark. untuk Pemanfaatan dan Pengendalian ruang masih belum optimal;

3) Kurang optimalnya pengelolaan aset pemerintah sebagai fungsi RTH

7.2.2

Kondisi Eksisting Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Penataan Bangunan Lingkungan (PBL) di Kota Cirebon saat-ini masih belum bisa dikatakan baik, kondisi ini dapat terlihat dari masih adanya bangunan-bangunan liar/illegal dibeberapa tempat/lokasi ditambah dengan masih belum tersedianya Ruang terbuka Hijau secara cukup, disamping itu masih belum tercukupinya sarana dan prasarana seperti, sarana jalan lingkungan, jalan setapak, sarana air bersih, sarana air limbah, sarana persampahan dan sarana drainase.

Saat ini Kota Cirebon telah memiliki Peraturan Daerah terkait dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan yaitu :

1. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 4 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung. Dimana dalam Perda Bangunan Gedung tersebut sebagai suatu landasan hukum yang digunakan untuk membantu menata pembangunan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cirebon. Selain itu juga adanya Perda Bangunan Gedung membantu mewujdukan pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan melalui adanya kegiatan penertiban dan penataan bangunan dalam wilayah Kota Cirebon.

(10)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7.2.3

Permasalahan Dan Tantangan

Sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kota Cirebon belum menjadi prioritas penanganan dalam bidang Cipta Karya. Adapun permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam sektor penataan bangunan dan lingkugan di Kota Cirebon yaitu :

1. Kurangnya ketersediaan lahan yang diperuntukan bagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

2. Masih belum tertatanya lingkungan secara baik, kondisi tersebut dapat terlihat pada masih kurang optimalnya atau kurangnya sistim pelayanan air bersih. sistim air limbah, sistim persampahan, sistim drainase, sistim jalan lingkungan dan sistim jalan setapak.

3. Masih kurangnya dokumen sektoral dan data – data dasar penunjang dalam kegiatan pembangunan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.

7.2.4

Analisis

Kebutuhan

Penataan

Bangunan

Dan

Lingkungan

Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan dan lingkungan meliputi: 1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran) c. Penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

2. Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara 3. Kegiatan pemberdayaan komonitas dalam penanggulangan kemiskinan

(11)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.10

Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Cirebon

No Uraian Unit Tahun I Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Ket Lokasi

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1. Ruang Terbuka

Hijau (RTH) M2

Kec. Lemahwungkuk

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.2.5

Kriteria Persiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Cirebon, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi: 1. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 4 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung 2. Peraturan Walikota Cirebon No. 34 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) Kawasan Stadion Bima Kota Cirebon 2015 – 2019 3. Dokumen RTBL Kawasan Bima tahun 2015 – 2019

7.2.6

Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan program pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Cirebon secara rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Kota Cirebon.

7.3

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7.3.1

Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut adalah : 1. Peningkatan Akses Aman Air Minum

2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

(12)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan untuk Kota Cirebon isu strategis pembangunan bidang air minum, meliputi : 1. Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur sumberdaya air di wilayah selatan

(kelurahan Argasunya)

2. Ketergantungan pada sumber air Paniis sebagai sumber air baku PDAM Kota Cirebon yang melayani kebutuhan air bersih skala Kota

7.3.2

Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Kota Cirebon merupakan pusat aktivitas jasa, ekonomi, perdagangan, transportasi, pendidikan, pariwisata dan lain-lain untuk daerah – daerah kabupaten lainnya seperti Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka. Posisi Cirebon dengan aktivitas yang tinggi berdampak kepada perkembangan kota yang pesat, sehingga banyak membutuhkan dukungan penyediaan

Infrastruktur yang memadai salah satunya adalah penyediaan kebutuhan dasar akan air

bersih. Dimana kondisi Kota Cirebon tidak mempunyai sumber air baku untuk air bersih sehingga mengendalkan sekali kepada daerah kabupaten yang punya sumber air baku.

A.

Aspek Teknis

1.

Sistem Perpipaan

Cakupan pelayanan air minum Kota Cirebon pada tahun 2015 adalah 80%. Tingkat konsumsi air di Kota Cirebon sudah melebihi 200 liter/orang/hari. Tingginya tingkat pemakaian dipengaruhi oleh pola hidup dan aktifitas sehari-hari, pada umumnya masyarakat tidak pernah kesulitan akan air bersih maka secara tidak langsung sudah membentuk kebiasaan pemakaian yang berlebihan.

a) Unit Air Baku

(13)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

liter/detik dan informasi dari PDAM menyatakan bahwa total kapasitas air baku sekitar 1000 liter/detik.

Sejak tahun 2009, PDAM Kota Cirebon secara resmi memiliki surat ijin pengambilan dan pemanfaatan air (SIPPA) dari sumber air di Cipaniis sebesar 1061 liter/detik. Meski intake dan pipa transmisi yang ada saat ini dapat digunakan untuk mengalirkan air dengan debit tersebut, namun IPA yang ada tidak dapat mengolah air dengan baik untuk kapasitas sebesar itu, maka diperlukan IPA baru untuk dapat memberikan kualitas air yang diinginkan. Sistem pengaliran air dari sumber air ke Cipaniis ke pengolahan Plangon dan daerah pelayanan dilakukan secara gravitasi dengan tiga jalur pipa transmisi yang dipasang paralel dengan pengaturan tekanan dan kecepatan dalam pipa melalui bangunan penangkap yang dipasang pada pipa transmisi. Adapun Sistem Sumber Air di Kota Cirebon meliputi :

1. Collector Well (sumur pengumpul) terdiri 24 pipa inlet berdiameter 200

mm dan pipa outlet berdiameter 700 mm. Sistem ini dioperasikan sejak tahun 1982. SIPPA untuk sistem ini adalah 910 liter/detik.

2. Tunnel yaitu terowongan air yang dibangun pada jaman Belanda dengan

outlet berdiameter 250 dan 350 mm. Sistem ini dioperasikan sejak tahun 1937 dan dikembangkan tahun 1960. SIPA untuk sistem ini adalah 151 liter/detik.

b) Unit Transmisi

PDAM Kota Cirebon memiliki unit transmisi untuk sistem baru dengan menggunakan pipa 700 mm dari collector well menuju ke IPA Plangon (Aerator) yang berjarak kurang lebih 8,2 km. Sedangkan untuk sistem lama menggunakan pipa 250 mm dan 350 mm dari tunnel ke unit aerator baru (sistem dressner) yang jaraknya tidak terlalu jauh dan masih berlokasi di sumber Paniis.

c) Unit Produksi

(14)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

penurunan kadar CO2 yang hasilnya sesuai dengan standar air minum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Sesuai dengan sumber yang ada, maka instalasi pengolahan terdiri dari dua buah instalasi yang ditujukan untuk mengolah air baku dari kedua sumber tersebut.

Unit produksi PDAM Kota Cirebon terdapat di pengolahan Plangon yang mendapat pasokan air baku dari mata air Paniis di Kabupaten Kuningan dan berjarak sekitar 8,2 km dengan debit rata-rata 800 liter/detik. Pengambilan dan pemanfaatan air yang diijinkan PEMDA Kuningan untuk PDAM Kota Cirebon dari sumber air Paniis (sumur vertikal dan sumur horizontal) sebesar 1061 liter/detik dan pada saat ini kapasitas produksi air sebesar 950.960 liter/detik.

1. Aerasi Lama Sistem Dressner

Instalasi pengolahan air terletak di Paniis (sekitar 300 meter dari sumber air) berkapasitas 110 liter/detik, berupa unit aerasi dan unit desinfeksi. Instalasi ini dibangun pada 1937 dan dikembangkan tahun 1961. Instalasi yang ada meliputi:

 Unit aerasi dengan “Marley Spoyers” untuk mengurangi kandungan CO2 agresif.

 Unit desinfeksi dengan menggunakan injeksi gas chlor. Instalasi pengolahan air aerasi tersebut terdapat di Paniis +270m dari sumber air baku dan terdapat 2 instalasi pengolahan aerasi, yaitu:

1. Aerasi I: terdiri dari 20 buah nozzle dengan menggunakan debit produksi rata-rata sebesar 22,2 liter/detik

2. Aerasi II: dengan debit produksi rata-rata sebesar 84,5 liter/detik

Tabel 7.11

Sumber dan Kapasitas Unit Produksi Aerasi Lama Sistem Dressner

No Nama Sumber Lokasi Unit

(15)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

2. Aerasi Baru Sistem Sulzer

Instalasi pengolahan ini baru dibangun tahun 1980, merupakan satu unit pengolahan yang terdiri dari:

 Unit Aerasi dengan Metode Sulzer (Sistem kontak dengan tekanan tinggi)

 Unit Desinfeksi dengan menggunakan injeksi gas Chlor.

Instalasi pengolahan tersebut terletak di Plangon Desa Babakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon +8,5 km dari sumber air Paniis. Pada tahun 2012, kapasitas produksi PDAM Kota Cirebon mencapai 950-960liter/detik

Tabel 7.12

Kapasitas Produksi Air Aerasi Baru Sistem Sulzer Kota Cirebon

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh PDAM Kota Cirebon, ternyata Pengolahan Air Plangon masih berfungsi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan besarnya efisiensi penurunan CO2 sebesar 87%.

(16)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

d) Unit Distribusi

Sistem distribusi PDAM Kota Cirebon dari sistem pipa lama dan pipa baru secara sederhana. Sistem distribusi berdasarkan unit produksi sumber air baku di Kota Cirebon terbagi melalui :

1. Pipa Lama (ND 250 mm dan 350 mm)

Setelah melalui aerator dressner dilakukan desinfeksi dengan Gas Chlor, kemudian dengan sistem gravitasi air kemudian didistribusikan ke Kota Cirebon melalui pipa Transmisi 250 mm dan 350 mm. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi Pipa Lama dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.13

Data Teknis Pipa Transmisi I & II tahun 1937 & 1961

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

2. Sistem Pipa Bru (ND 700 mm)

(17)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

kebocoran pada segmen pipa antara sumber air sampai overspeed, kemudian PDAM Kota Cirebon juga memasang alat pengukur debit (insertion meter) yang dipasang setelah IPA Plangon dan sebelum jembatan pipa Cipageur. Untuk menurunkan tekanan pada pipa, terpasang juga PRV (Pressure Reducing Valve) di Kalitanjung.

Tabel 7.14

Data Teknis Pipa Transmisi III

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

Dalam sistem penyediaan air minum Unit Distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan pipa distribusi, bangunan penampungan air minum (reservoir), alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran yang memberikan jaminan pengaliran selama 24 jam per hari, serta memenuhi standar tekanan minimal.

Sistem distribusi mencakup kurang lebih 88% area kota. Sistem distribusi belum terbagi atas zona - zona pelayanan tersendiri. Seluruh jaringan distribusi terhubung satu sama lain. Sistem distribusi masih terdiri dari 30% pipa lama yang terpasang sejak tahun 1937. Sepanjang pipa transmisi dan distribusi dipasang beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk operasional diantaranya adalah :

1. Over Speed Valve (katup pengatur kecepatan) berfungsi mengatur

kecepatan air yang melewati pipa transmisi untuk mencegah adanya pipa pecah atau debit aliran terlalu besar.

2. Air Valve (katup udara) berfungsi untuk melepaskan udara yang terjebak

(18)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

3. Blow off (pipa penguras) dipasang untuk kondisi pengurasan pipa. Posisi

pemasangan dijalur pipa pada titik terendah, sebelum jembatan pipa dan ujung pipa.

4. Gate Valve (katup buka tutup aliran) diperlukan untuk mengisolasi aliran

pada saat perbaikan dan mengatur pembagian debit, dipasang pada percabangan pipa, sebelum jembatan atau yang lainnya sesuai kebutuhan. 5. Jembatan Pipa, dipasang apabila menyebrangi sungai atau saluran.

6. Crossing , dipasang pada saat pipa melewati/memotong jalan.

7. Presure Reducing Valve (katup pengatur tekanan) dipasang pada pipa

distribusi untuk menurunkan/ mengatur tekanan air hingga mencapai tekanan yang digunakan.

e) Reservoir

Reservoir diperlukan dalam unit distribusi karena adanya fluktuasi (variasi) dalam pemakaian air setiap jamnya agar sistem dapat memenuhi kebutuhan pada saat pemakaian serempak. Sumber utama sistem distribusi PDAM Kota Cirebon terdiri dari :

1. Reservoir Plangon (Clear Well) dengan kapasitas 1000 m3, air dari bak reservoir Plangon langsung mensuplai ke daerah pelayanan kota (kecuali wilayah sekitar Kebon Pelok dan Penggung) melalui PRV Kalitanjung selain mengisi reservoir Kepongpongan

2. Reservoir Kepongpongan dengan kapasitas 2000 m3. Reservoir Kepongpongan mendapat suplai dari bak Plangon (melalui pipa diameter 300 mm) dan BPT Plangon (melalui pipa diameter 150 mm). Air dari reservoir Kepongpongan mensuplai daerah pelayanan di area Majasem dan sekitarnya.

(19)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

f) Unit Pelayanan

Secara umum, sistem distribusi air minum Kota Cirebon terbagi melayani 3 (tiga) sistem atau daerah pelayanan, yaitu:

1. Sistem Pelayanan Kota 2. Sistem Pelayanan Majasem

3. Sistem Pelayanan yang dipasok dari Pipa ND 250 mm & 300 mm

Semua sistem pelayanan tersebut mendapat pasokan air dari IPA Plangon dan BPT Plangon yang kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan sebagai berikut:

 Daerah pelayanan Kota melalui PRV Kalitanjung, yang mendapat pasokan air Reservoir (Clear well) Plangon melalui pipa ND 700 mm. Melayani 5 (lima) kecamatan yaitu Harjamukti, Lemah Wungkuk, Pekalipan Kesambi dan Kejaksan.

 Daerah Pelayanan Majasem yang dilayani oleh Reservoir Kepongpongan, mendapat pasokan air dari BPT Plangon melalui pipa ND 350 mm dan dari IPA Plangon melalui pipa ND 700 mm dan inlet ke Reservoir Kepongpongan tapping menggunakan pipa ND 300 mm.

 Daerah Pelayanan yang dipasok langsung dari BPT Plangon melalui pipa ND 250 mm dan 350 mm meliputi daerah pelayanan Kabupaten Cirebon (Bumi Cempaka Arum, Arum Sari dan sekitarnya) dan daerah pelayanan Kota Cirebon (Penggung, Kebon Pelok dan sekitarnya).

g) Jumlah Pelanggan dan Cakupan Pelayanan

Jumlah pelanggan PDAM Kota Cirebon tahun 2014 (Juli) berdasarkan data yang tercatat di bagian pelanggan adalah 57.318 SL dengan konsumsi pemakaian/penjualan air sebesar 1.491.168 m3 atau 49.705 m/hari, atau 575 liter/detik.

(20)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

air tanah/sumber air masyarakat tidak berkualitas baik sehingga masyarakat Kota Cirebon sangat membutuhkan air PDAM. Kepadatan penduduk yang terkonsentrasi serta topografi wilayah sangat menguntungkan bagi PDAM Kota Cirebon.

Tabel 7.15

Cakupan Pelayanan dan Jumlah Sambungan Pelanggan

No Uraian Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1

Rumah Tangga

Jumlah Pelanggan (Sambungan) 41.907 53.467 53.275 41.928 49.623 50.807

Konsumsi / Pemakaian Air

(m3 / tahun) 11.634.344 17.953.103 18.286.967 5.045.760

Konsumsi / Pemakaian Air

(m3 / tahun) 7.047.528 1.131.725 1.154.442 7.795.370

Tingkat Konsumsi

(m3 / sambungan / bulan) 47 110 112 51

Total Pelanggan

(Unit) 54.348 54.326 54.336 54.737 54.759 57.318

Jumlah Konsumsi Air / Air Terjual

(m3/ tahun) 18.681.872 19.084.828 19.441.409 19.988.799 17.765.524 10.339.218 Jumlah Konsumsi Air / Air Terjual

(L/detik) 592 605 616 634

Jumlah Konsumsi Air / Air Terjual

(m3/ hari) 51.183 52.287 53.264 54.764

Rata - rata konsumsi

(m3 / sambungan / bulan) 29 29 30 30

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

h) Kebocoran

(21)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.16

Kebocoran Air Kota Cirebon

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

2.

Sistem Non Perpipaan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005, Pasal 5, dinyatakan bahwa sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan, dapat meliputi sumur dalam, sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.

Kondisi eksisting sistem penyediaan air minum Kota Cirebon pada saat ini dikatakan sudah sangat besar cakupan pelayanannya, akan tetapi masih terdapat beberapa wilayah di Kota Cirebon yang belum menikmati air bersih dari sistem perpipaan PDAM Kota Cirebon. Untuk mengakomodir kebutuhan warga masayarakat yang belum terlayani sistem perpipaan, pemerintah Kota Cirebon melalui Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUESDM) telah melaksanakan program penyediaan air bersih dengan membangun sistem penyediaan air bersih setempat berupa sumur dalam yang lengkap dengan sarana dan prasarananya.

(22)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Kelurahan Argasunya Kota Cirebon didapat informasi bahwa di Kelurahan Kalijaga terdapat 2 (dua) unit sumur dalam dan di Kelurahan Argasunya terdapat 8 unit sumur dalam.

Tabel 7.17

Kondisi Sumur Dalam Kelurahan Kalijaga dan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon No Kecamatan Lokasi Modul Juml KK

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

(23)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.18

Data Akses Air Bersih Bukan Jaringan Perpipaan Kota Cirebon

(24)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

B.

Aspek Pendanaan

Selama 3 tahun terakhir PDAM Kota Cirebon mengalami kondisi keuangan yang berfluktuasi, yang ditunjukkan dengan diperolehnya laba pada tahun 2010 sebesar Rp. 2.105.656.427,- sedangkan pada tahun 2011 rugi sebesar Rp. 654.325.963,- dan

pada tahun 2012 kembali mendapat laba sebesar Rp. 3.253.870.832. Untuk lebih

jelasnya mengenai kondisi pembiayaan air minum di Kota Cirebon dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.19

Kondisi Pembiayaan Air Minum di Kota Cirebon

No Uraian

Tahun 2010

(x Rp. 1.000.-)

2011 (x Rp. 1.000.-)

2012 (x Rp. 1.000.-) Pendapatan Operasional

1 Pendapatan Air 34.532.434 35.228.924 39.729.599

2 Pendapatan Air Limbah 17.743 12.500 15.500

3 Pendapatan Non Air 1.208.111 1.991.598 2.432.153

Jumlah Pendapatan Operasiona 35.758.288 37.233.022 42.177.252 Pendapatan Non Operasional 527.259 634.927 395.045

Biaya Operasional

1 Biaya Sumber 4.295.178 4.345.206 4.551.403

2 Biaya Pengolahan 730.237 772.437 929.565

3 Biaya Transmisi Distribusi 6.789.507 7.711.896 7.926.688

4 Biaya Air Limbah 1.993.822 2.137.421 2.531.395

5 Biaya Administrasi Umum 19.065.640 23.433.351 23.364.316

Jumlah Biaya Operasional 32.874.384 38.400.311 39.303.367 Biaya Non Operasional 163.151 121.964 15.060

Laba / Rugi Sebekum Pajak 3.248.011 (654.326) 3.253.871

Pajak Pendapatan dan Tangguhan 1.142.354 - -

Laba / Rugi Bersih 2.105.656 (654.326) 3.253.871

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

C.

Kelembagaan

(25)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Menurut Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum Pasal 6 Ayat (1) c, termasuk dalam bentuk organisasi PDAM Type C dengan 1 (satu) Direktur Utama dan 2 (dua) Direktur yang membidangi Umum dan Direktur Teknik.

Jumlah keseluruhan karyawan PDAM Kota Cirebon berdasarkan dana yang diperoleh dari PDAM adalah sebesar 255 orang pada Tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.20

Jumlah Karyawan PDAM Kota Cirebon Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang) Status Karyawan

Jumlah (Orang)

1 Pasca Sarjana 10 1 Direksi 3

2 Sarjana 22 2 Pegawai PDAM 231

3 Diploma 7 3 Calon Pegawai -

4 SLTA 99 4 Honorer Tetap 15

5 SLTP 55 5 Honorer Tidak Tetap 1

6 SD 62 6 Tenaga kontrak 5

Jumlah Pegawai 255 255

Sumber : RISPAM Kota Cirebon Tahun 2014

Gambar 7.1

(26)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

D.

Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di Kota Cirebon adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Walikota Cirebon Nomor 47 Tahun 2011 tentang Perubahan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kota Cirebon

2. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon

7.3.3

Permasalahan Dan Tantangan

1. Permasalahan Unit Air Baku

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi sekitar 170 liter/orang/hari dan sumber air baku air bersih yang kian hari kianmenurun debitnya akibat kerusakan hutan di Gunung Ciremai, maka PDAM Kota Cirebon di tahun sekarang dan tahun-tahun mendatang, akan mengalami kekurangan air baku air bersih.

Terbatasnya sumber air baku yang berasal dari wilayah Kota Cirebon baik yang berupa air permukaan maupun air tanah menyebabkan tingkat cakupan pelayanan sulit untuk ditingkatkan. Selain itu adanya penolakan dari sebagian masyarakat ketika sumber air yang terletak dekat tempat tinggalnya akan dipergunakan sebagai sumber air baku air minum serta belum tercapainya kesepakatan dan kesepahaman antara Pemkot dengan Pemkab yang mempunyai sumber air tentang pemanfaatan bersama sumber air juga menjadi kendala.

2. Permasalahan Unit Produksi

(27)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tidak ada meter air/meter induk yang dapat membaca air yang masuk (inflow) dan yang keluar (outflow) dari bak Plangon sehingga besaran debit yang masuk dan keluar bak tidak terukur secara pasti dan angka kehilangan air (NRW) diproduksi dan pipa transmisi tidak diketahui. IPA Plangon juga dilengkapi dengan bak penampungan dengan volume 2 x 500 m yang berfungsi selain bak penampung juga sebagai bak pelepas tekan (BPT) dan saat ini juga berfungsi sebagai reservoir distribusi, namun kondisinya bak tidak dapat terisi penuh air dan tinggi muka air maksimum hanya 40 cm dari tinggi bak yang mencapai 400 cm (4m).

3. Permasalahan Unit Distribusi

Permasalahan kontinuitas air menjadi kendala pada unit distribusi. Aliran air sering tidak kontinu tanpa adanya penjadwalan pengaliran air sehingga pelanggan tidak dapat memperkirakan kapan air itu akan mengalir. selain itu kapasitas pipa yang terbatas dan tekanan rendah, terutama untuk pelanggan di wilayah Cirebon Utara karena lokasi relatif jauh dari reservoir distribusi. Permasalahan di jaringan distribusi ini, tidak terlepas dari beberapa hal, diantaranya:

 Luas area pelayanan yang terus berkembang sementara kapasitas perpipaan tidak disesuaikan

 Aset perpipaan dan penunjangnya yang mulai tua serta kurang perawatan yang secara teknis akan mengganggu hidrolis pada pendistribusian air

 Jumlah pelanggan yang terus bertambah yang tidak diimbangi dengan penyesuaian kapasitas sistem seperti reservoir distribusi, diameter pipa, serta perlengkapan penunjang lainnya

 Kebocoran air yang masih tinggi baik teknis/fisik maupun administrasi

 Infrastruktur untuk pendistribusian air masih kurang terutama reservoir distribusi

 tidak terdapat as built drawing yang memadai

 Keterbatasan SDM

4. Permasalahan Unit Pelayanan

(28)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Cirebon sebesar 17,67 jam/hari. Sekitar 50% dari wilayah Kota Cirebon dilayani air minum 24 jam/hari, 29% dilayani air minum antara 10 -24 jam/hari, 12,5% dilayani kurang dari 10 jam/hari dan 8,5% mendapat pelayanan akan tetapi harus menggunakan pompa (Laporan tekanan pipa induk distribusi PDAM Kota Cirebon, 2014). Selain itu tingkat kemampuan membayar rendah untuk wilayah Kecamatan Lemahwungkuk, Mund

5. Permasalahan Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

Unit sumur dalam yang ada di Kota Cirebon berada pada Kelurahan Argasunya dan Kalijaga, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kendala di lapangan. Permasalahan pada sistem Bukan Jaringan Perpipaan dibagi menjadi 2 (dua) aspek yaitu aspek teknis dan aspek non teknis.

Aspek Teknis.

Secara kualitas air yang dihasilkan berbau dan berwarna diakibatkan adanya kandungan besi (Fe) pada air dan dari segi kuantitas, debit yang dihasilkan kecil yang disebabkan pengaruh konstruksi sumur yang tidak sesuai dengan perencanaan. Pengaruh konstruksi ini juga mengakibatkan terjadinya clogging pada sumur.

Aspek Non Teknis.

Dari aspek non teknis, tidak adanya SOP menjadi kendala dalam operasional pelaksanaan di lapangan. Sistem serah terima produk tersebut dari pemerintah ke masyarakat belum jelas. Selain itu lemahnya partisipasi masyarakat dan sistem pengawasan BJP juga menjadikan sistem ini tidak berjalan dengan baik.

7.3.4

Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

(29)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

yaitu 216,36 liter/detik, kemudian Kecamatan Kejaksan 197,45 liter/detik, Kecamatan Lemah Wungkuk 188,12 liter/detik, Kecamatan Harjamukti 161,02 liter/detik dan yang paling rendah adalah Kecamatan Pekalipan dimana trend rata-rata pemakaian air per kapita sebesar 84,84 liter/detik.

Jika kapasitas produksi eksisting sistem penyediaan air minum untuk Kota Cirebon dari sumber air Cipaniis adalah sebesar 860 liter/detik dan diasumsikan tetap sampai akhir tahun perencanaan, maka perhitungan kelebihan dan kekurangan air dari kebutuhan rata-rata dan maksimum, ditunjukkan pada grafik sebagai berikut :

Gambar 7.2

Kebutuhan Air vs Kapasitas Produksi Eksisting PDAM Kota Cirebon (2015 – 2035)

6

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

L/DT

K

TAHUN

(30)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM

Realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di Kota Cirebon sesuai dengan tabel dibawah ini.

Tabel 7.21

Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

No. Output Satuan Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

1 SPAM di ibu kota

Kecamatan (IKK) Paket

(31)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7.3.5

Kriteria Persiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Cirebon, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen RISPAM Kota Cirebon Tahun 2012

7.3.6

Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program diupayakan dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.

(32)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7.4

Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1

Air Limbah

7.4.1.1Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain: 1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah). 2. Peran Masyarakat

Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan

(33)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kota Cirebon meliputi beberapa aspek yaitu Pembiayaan, SDM, dan Aspek Teknis. Adapun isu strategis pengelolaan air limbah di Kota Cirebon meliputi :

1. Saat ini Pemerintah Kota belum memiliki kebijakan dasar yang memuat substansi yang tegas untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik Pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kota Cirebon.

2. Saat ini Pemerintah Kota belum memiliki desain pola kerjasama yang spesifik akan dijalankan dengan Pemerintah Kota / Kabupaten lain dan Pihak Ketiga dalam pengelolaan layanan sanitasi.

3. Sistem penegakan aturan yang terkait dengan pengelolaan air limbah, persampahan, air bersih dan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat yang dijalankan saat ini masih kurang optimal.

4. Keterbatasan eselon KLH telah menjadi kendala untuk menjalankan proses strategis pengkoordinasian kegiatan pengelolaan sanitasi yang memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan secara lebih efektif dan efisien.

5. Kemampuan APBD kota dalam membiayai pembangunan sanitasi sangat terbatas. 6. Aspek sanitasi belum menjadi prioritas dalam dokumen perencanaan kota (KUA,

PPAS, RKA).

7. Dukungan SKPD terhadap pembangunan sanitasi kota perlu ditingkatkan baik dalam bentuk dana operasional, program, perangkat kerja.

8. Sosialisasi pada masyarakat tentang pengelolaan sarana sanitasi belum optimal 9. Belum efektifnya lembaga lokal dalam pengelolaan sarana sanitasi.

10. Sebagian masyarakat Kota Cirebon telah memperoleh layanan MCK Umum maupun MCK plus (Sanimas) yang berbasis komunal, namun operasional dan pemeliharaannya belum berjalan optimal;

(34)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

12. Di daerah yang padat penduduk di wilayah Kecamatan Pekalipan dan Kecamatan Lemahwungkuk, jarak antar rumah/bangunan berdekatan, sehingga menyulitkan masyarakat dalam mengatur jarak antara bidang resap buangan efluen dari tangki septik dengan sumur gali sesuai standar teknis. Selain itu kondisi muka air tanah yang tinggi akibat genangan dan rob juga menyulitkan dalam pembangunan tangki septik dan pembuangan efluennya;

13. Masih rendahnya permintaan masyarakat atas jasa layanan pengurasan limbah tinja dan pengolahan limbah industri perikanan menyebabkan pemanfaatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada yaitu : kolam oksidasi Kesenden, Ade Irma N., Perumnas Utara dan Perumnas Selatan tidak berjalan optimal;

14. Masih banyak masyarakat yang membuang black water dan grey water secara langsung maupun terselubung ke saluran drainase dan badan air tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Hal ini berarti pencemaran akibat pembuangan air limbah yang tidak terkontrol telah menyebabkan pencemaran air di badan air.

7.4.1.2Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah

A. Aspek Teknis

Pada tahun 2015, cakupan pelayanan air limbah di Kota Cirebon sudah mencapai 91%. Adapun jumlah penduduk yang masih BABS di kota Cirebon yaitu sebanyak 4.792 KK atau sebesar 6,2 % dari total penduduk Kota Cirebon yang sudah mencapai 76.940 KK pada tahun 2014. Sedangkan Jumlah Kepala Keluarga yang terlayanai sistem perpipaan di Kota Cirebon sebanyak 8.136 terhubung ke 4 IPAL terpusat skala kawasan,sementara jumlah IPAL Komunal sebanyak 13 unit. Sistem pengelolaan air limbah domestik di kota cirebon terbagi atas sistem setempat (onsite dan sistem terspusat (offsite). Kota cirebon sudah memiliki IPAL Terpusat di 4(empat) lokasi dengan cakupan pelayanan antara lain :

1) IPAL Ade Irma (Pusat Kota) :

 Kapasitas sambungan : 5.000

 Sambungan Tersedia : 4.500

 Pelanggan Tersambung : 1.808 SL

 Belum Tersambung : 2.692

 Luas Area Terlayani : 119 Ha

(35)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

2) IPAL Rinjani (Perumnas Selatan) :

 Kapasitas sambungan : 4.000

 Sambungan Tersedia : 3.557

 Pelanggan Tersambung : 3.557SL

 Belum Tersambung : 0

 Luas Area Terlayani : 140 Ha

 Panjang Saluran : 24.522 Km

3) IPAL Gelatik (Perumnas Utara) :

 Kapasitas sambungan : 2.000

 Sambungan Tersedia : 1.419

 Pelanggan Tersambung : 1.419 SL

 Belum Tersambung : 0

 Luas Area Terlayani : 170 Ha

 Panjang Saluran : 8.957,50 Km

4) IPAL Kesenden (Wil.Utara) :

 Kapasitas sambungan : 7.500

 Sambungan Tersedia : 1.418

 Pelanggan Tersambung : 171 SL

 Belum Tersambung : 1.247

 Luas Area Terlayani : 150 Ha

 Panjang Saluran : 12,288 Km

(36)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

Tabel 7.22

Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Cirebon

No

Nama Kecamatan

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak

BABS*

Sistem Onsite Sistem Offsite Sistem Berbasis Komunal

1 Wilayah Perkotaan

Kecamatan

Sumber : SSK Kota Cirebon Tahun 2015

Tabel 7.23

Kondisi Sarana dan Prasarana Air Limbah Domestik Kota Cirebon

SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal

- MCK Komunal unit 64 64

2. Truk Tinja unit

3 IPLT : kapasitas M3/hari

SPAL Terpusat (Sistem Offsite)

1 Berbasis komunal

- Tangki septik komunal

>10KK unit 91

- IPAL Komunal unit 4

2 IPAL Kawasan/Terpusat orang 3.134

- kapasitas M3/hari

- sistem

(37)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

B. Pendanaan

Sesuai dengan PERDA No. 13 Tahun 1994, tarif pelayanan air limbah ditetapkan sebagai berikut :

a. Tarif pelayanan septik tank :

Setiap pelayanan penyedotan lumpur tinja septik tank dikenakan biaya sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu :

 Non Komersial sebesar Rp. 25.000,- / m3.

 Komersial sebesar Rp. 35.000,- / m3.

 Industri sebesar Rp. 50.000,- / m3

Volume penyedotan minimal adalah 2 m3. Bagi persil / bangunan diluar kota, dikenakan Biaya Transportasi sebesar Rp. 500,- / km untuk setiap pelayanan penyedotan.

b. Tarif Pelayanan Penyambungan Baru :

Setiap permohonan penyambungan baru (persil / bangunan yang belum mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan), dikenakan Biaya Penyambungan (BP) sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu :

 Non Komersial sebesar Rp. 1.200.000,-.

 Komersial I sebesar Rp. 1.500.000,-.

 Komersial II sebesar Rp. 2.000.000,-.

Khusus untuk klasifikasi Industri ditentukan berdasarkan jenis dan jumlah air limbah yang dihasilkan serta telah memenuhi syarat baku mutu buangan air limbah yang telah ditentukan melalui laboratorium.

c. Tarif Pelayanan Penyambungan kembali :

Setiap permohonan penyambungan kembali (persil / bangunan yang telah mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan), dikenakan Biaya Administrasi dan Pencatatan sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu :

 Non Komersial sebesar Rp. 150.000,-

 Komersial I sebesar Rp. 165.000,-

 Komersial II sebesar Rp. 225.000,- d. Pelayanan Lain-lain :

(38)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

 Non Komersial sebesar Rp. 150.000,-

 Komersial I sebesar Rp. 165.000,-

 Komersial II sebesar Rp. 225.000,-

e. Pelayanan Perencanaan dan Pemeriksaan Laboratorium Air Limbah :

Meliputi desain IPAL, sistem jaringan saluran dan Baku Mutu parameter air limbah.

C. Kelembagaan

Saat ini pengelolaan limbah cair domestik, ditangani oleh PDAM Kota Cirebon. Dilihat dari struktur organisasinya penanganan limbah cair merupakan kewenangan Bagian Air Limbah. Bagian ini membawahkan 2 seksi yaitu Seksi Pemeliharaan Saluran dan Pembuangan Lumpur dan Seksi Pengolahan Air Limbah.

1) Seksi Pemeliharaan Saluran dan Pembuangan Lumpur membawahkan Sub Seksi Penyambungan dan Pemeliharaan Saluran dan Sub Seksi Pembuangan Lumpur Tinja.

2) Seksi Pengolahan Air Limbah membawahkan Sub Seksi Stasiun Pompa dan Sub Seksi IPAL.

D. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang ada di Kota Cirebon terkait dengan pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:

 Perda No. 13 tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM.

E. Peran Serta Masyarakat dan Swasta

Peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(39)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

b. Sedangkan untuk masyarakat yang belum memiliki kesadaran dan low income, sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan.

Sebagai contoh untuk Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk perilaku masyarakat dalam BAB sebagai berikut, pada tahun 2010, ada sebanyak 47 orang yang masih BAB di kebun/sawah, 80 orang yang BAB di sungai/kolam, 175 orang yang BAB di MCK umum, dan sebanyak 2.621 orang BAB di WC sendiri.

Secara umum peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kota Cirebon belum maksimal, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah Kota Cirebon, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya.

7.4.1.3Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kota Cirebon dari aspek teknis dan non teknis meliputi :

1) Cakupan area masih kecil dan didominasi golongan low income

2) Kurangnya infrastruktur jaringan air limbah, khususnya di Kecamatan Kesambi 3) Masih banyaknya penduduk yang memiliki jamban yang tidak kedap air 4) Masih banyaknya perilaku masyarakat yang BABS

5) Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak

6) Sebagian masyarakat Kota Cirebon lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri

(40)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7.4.1.4Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kota Cirebon, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang disusun pada tahun 2015 2. Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) yang disusun pada tahun 2010

3. Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) yang disusun pada tahun 2011

4. Masterplan Air Limbah Kota Cirebon

7.4.1.5Analisis Kebutuhan Pengembangan Air Limbah

Kebutuhan komponen pengelolaan air limbah adalah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Sedangkan analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil dari analisis kebutuhan dan target pencapaian pengelolaan air limbah di Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.24

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Air Limbah

(41)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.4.2

Persampahan

7.4.2.1Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun.

Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

(42)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Cirebon meliputi: 1. Volume atau laju timbulan sampah yang setiap tahun meningkat

2. Pola pelayanan yang masih menggunakan pola lama yaitu kumpul, angkut, buang 3. Regulasi dan penegakan hukum yang masih lemah

4. Peran serta masyarakat yang masih harus ditingkatkan

(43)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

7.4.2.2Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

A. Aspek Teknis

Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan di Kota Cirebon pada tahun 2015 sudah mencapai 90%. Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan meliputi 5 kecamatan di 22 kelurahan se-wilayah Kota Cirebon yang ditunjang oleh sarana TPS yang tersebar di kota.

Sampah dari TPS diangkut dengan menggunakan kendaraan pengangkut sampah (amroll kecil dan dumptruck) sedangkan sampah saluran, sampah kerja bhakti, sampah pasar liar dan sampah sapuan diangkut oleh kendaraan ringan bak terbuka. Kemudian akhir dari pengangkutan sampah disentralkan di TPA Kopiluhur Kelurahan Argasunya di Kecamatan Harjamukti yang merupakan tempat pemrosesan akhir sampah.

Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang/hari dalam satuan volume atau berat dengan sumber timbulan sampah di Kota Cirebon sebagai berikut :

1. Sampah domestik

2. Sampah daerah komersial, jalan dan drainase 3. Sampah pasar

4. Sampah perkantoran dan institusi 5. Sampah khusus

6. Sampah rumah sakit 7. Sampah industri

8. Sampah hotel dan rumah makan

Komposisi sampah yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut :

1. Perumahan 76 %

2. Area bisnis (perkantoran dan hotel) 1,8 % 3. Pasar 12,3 %

4. Kawasan publik 9,7 %

Komposisi sampah kota sebagai berikut : 1. Organik 76,5 %

(44)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI-JM) Kota Cirebon

Tahun 2018-2022

4. Kertas 6,51 % 5. Lain-lain 4,1 %

1. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Kota Cirebon memiliki 30 tempat penampungan sementara yang tersebar di wilayah Kota Cirebon. Masing-masing TPS dilengkapi dengan kontainer, data mengenai jumlah volume sampah yang dapat ditampung kontainer pada masing-masing TPS tersaji pada tabel berikut :

Tabel 7.25

Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Cirebon No Tempat Penampungan

Sementara

Gambar

Tabel 7.4 Permasalahan dan Tantangan Bidang Permukiman
Tabel 7.5
Tabel 7.6 v
Tabel 7.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa keadilan distributif (keadilan, persamaan, kebutuhan), prosedural (konsistensi, bias/dianggap sama, keakuratan, pertimbangan karyawan,

Dari gambar diatas terlihat sebuah perusahaan yang berkinerja tinggi diindustri jasa keuangan (Clulow et al. 2003), telah ditemukan bahwa asset tidak berwujud

Hasil analisis kontribusi sumber- sumber PAD terhadap total PAD cukup menjelaskan bahwa yang paling besar perannya dalam menyumbang PAD sejak tahun anggaran 2009-2013

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) di Yayasan Lantera Minangkabau kota Padang tahun 2016. Desain

Perancangan sistem keamanan akses pintu menggunakan face recognition ini mengacu berdasarkan blok diagram pada gambar 3. Dimana untuk bagian input terdiri keypad agar

Kelompok ini pada Desember 2020 mengalami inflasi/deflasi yang relatif stabil atau tidak terjadi perubahan indeks dari 103,47 pada November 2020 menjadi 103,47 pada Desember

Dari data yang dikumpulkan selama masa penelitian disimpulkan bahwa cacat dominan yang sering terjadi dengan nilai RPN tertinggi disebabkan antara lain karena beberapa faktor

Instrument studi lapangan ini dibutuhkan untuk merumuskan masalah yang akan ditarik serta untuk mengetahui pandangan dan ketertarikan peserta didik terhadap