PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Dionysius Paschalis Januari Yanto
NIM: 041334077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Dionysius Paschalis Januari Yanto
NIM: 041334077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Yesus Kristus dan Bunda Maria Pembimbingku...
Kedua Orang Tua serta kakak dan adik tercinta...
Dengan penuh rasa kerendahan dan ketulusan hati skripsi ini
kupersembahkan bagi
R S _hidupku
v
MOTTO
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
(Yes 40:29)
Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?” “Aku sangat berkuasa. Aku dapat merubah situasi apapun dengan mudah.”Yang mustahil bagi manusia tidak bagi Tuhan. Amin
(Kejadian 18:14)
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain."
(I Korintus 13:4-5)
Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan.
(Mignon McLaughlin)
Tidak ada rahasia dari kesuksesan. Kesuksesan merupakan hasil dari persiapan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan.
(Colin Powell)
Menjadi juara adalah hak setiap orang, apakah Anda ingin memperjuangkannya? Perjuangkanlah dan jadilah juara, minimal
jadi juara bagi diri sendiri dan bagi keluarga.
viii
ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Dionysius Paschalis Januari Yanto Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan belajar siswa dengan penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII-C, SMP Negeri 1 Kalasan, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam dua siklus yaitu : siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW TYPE TO INCREASE STUDENT’S LEARNING ACTIVITY
AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE SEVENTH C CLASS STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 KALASAN ON THE
SUBJECT OF ECONOMY
Dionysius Paschalis Januari Yanto Sanata Dharma University
2011
The research aims to know the effect of the application of cooperative learning method of Jigsaw type on the subject of economics course to increase student’s activity. This research is an explorative action class research.
The research was conducted on the seventh C class students, State Junior High School Student Kalasan 1, Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of four steps, they are planning, action, observation, and reflection. Collecting data was done by using observation of student’s activity in the classroom, teacher’s activity sheet obsevation, student’s activity sheet obsevation, class activity sheet obsevation, teacher’s activity sheet in teaching and learning process, class instrument sheet obsevation, student’s activity sheet observation in group, and reflection instrument. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
The result of the research on the first cycle shows that asking question component is 52,78%; method answering question component is 27,28%; finishing work/test sheet component is 86,11%; student’s ability of discussion/interaction in cooperative group component is 80,56%; and responding opinion component is 27,28%. On the second cycle shows that asking question component is 66,67%; answering question component is 44,44%; finishing work/test sheet component is 94,44%; and responding opinion component is 41,67%.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kasih. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas VII C SMP N 1 Kalasan Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekaligus sebagai
upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan berpikir serta menambah
wacana di dunia pendidikan pada umumnya.
Penulis dengan penuh kesadaran memahami dalam penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangannya. Oleh karenanya sumbang saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Bambang Purnomo, S. E., M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
xi
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si selaku dosen penguji yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd selaku dosen penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini
7. Staf pengajar Program Studi pendidikan Akuntansi yang telah sabar
memberikan ilmu pengetahuan di dalam proses perkuliahan selama ini.
8. Tenaga administrasi Program Studi pendidikan Akuntansi yang telah
membantu kelancaran Proses Belajar ini.
9. Bapak Drs. H. Tri Rahardjo, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 1
Kalasan, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian.
10. Bapak AG. Sukarno, S. Pd. selaku Guru Mitra Penelitian, yang telah
berkolaborasi, membantu, dan membimbing peneliti dalam melakukan
penelitian.
11. Siswa Siswi kelas VII C yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
12. Kedua orangtuaku, Bapak Yohanes Siswanto dan Ibu Valentina Supartini
yang senantiasa memberikan cinta kasih, dukungan materiil, moral, doa, dan
restunya kepada penulis selama masa awal studi hingga tersusunnya skripsi
xii
13. Kakakku Aloysius Agung dan Adikku Tri, terimakasih atas dukungannya.
14. FITRI DWI RIYANI, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam
penelitian hingga selesai skripsi ini.
15. Rini Sundari, untuk kasih sayang, perhatian, doa, dan semangatnya yang
diberikan kepada penulis.
16. Temen-temen dari B.Y.o.S band, terimakasih selama ini telah mendorong dan
mendukung penulis untuk lebih maju.
17. Buat anak-anak kontrakan tunggorono no.6 esot, batak, lian, arpan, tri, dedy,
kampang, enjun,andre java terima kasih telah mendukung selama ini.
18. Bang Pesta yang telah bersedia selalu memberikan motivasi tentang arti
pentingnya kehidupan dalam bahasa filsafat kepada penulis.
19. Teman-teman angkatan ’04, terima kasih atas kebersamaannya khususnya
susi dan dony yg selalu memantau mendukung, dan menemani penulis dalam
penyelesaian skripsi walaupun jarak kita jauh.
20. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi
pembaca khususnya dan dunia pendidikan umumnya.
Yogyakarta, 10 Februari 2011
Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... . iv
HALAMAN MOTTO... ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian. ... 6
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Proses Belajar Mengajar. ... 8
B. Pembelajaran Kooperatif... 10
C. Tipe – Tipe Pembelajaran Kooperatif... 13
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 14
E. Keaktifan ... 18
F. Prestasi Belajar... 23
G. Mata Pelajaran Ekonomi ... 24
H. Penelitian Tindakan Kelas ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... . 33
A. Jenis Penelitian... . 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... . 33
C. Subjek dan Obyek Penelitian... 34
D. Prosedur Penelitian... 34
E. Instrumen Penelitian... 38
H. Pengumpulan dan Analisis Data... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45
A. Lingkungan Sekolah……….. .. 45
B. VISI dan MISI ... 45
C. Tujuan... ... 47
D. Keadaan Sekolah ... ... 48
E. Peserta Didik... ... 48
xv
G. Prestasi Sekolah ... ... 59
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... ... 67
A. Deskripsi Penelitian ... ... 67
1. Observasi Pendahuluan... 68
2. Siklus Pertama... 73
a. Perencanaan... 73
b. Tindakan... 77
c. Observasi... 82
d. Refleksi... 90
3. Siklus Kedua ... ... 97
a. Perencanaan... 97
b. Tindakan... 101
c. Observasi... 105
d. Refleksi... 113
B. Analisis Komparatif Tingkat keaktifan... 120
C. Komparasi Prestasi Belajar Siswa... 124
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 127
A. Kesimpulan... 127
B. Keterbatasan Penelitian... 128
C. Saran... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aktifitas Guru Pada Siklus I ... 82
Tabel 2.2 Keterlibatan Siswa pada Siklus Pertama ... 85
Tabel 2.3 Pengamatan Terhadap Kelas ... 87
Tabel 2.4 Kesan Guru mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw Siklus I ... 90
Tabel 2.5 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I ... 93
Tabel 3.1 Aktifitas Guru Pada Siklus II... 106
Tabel 3.2 Keterlibatan Siswa pada Siklus Kedua ... 109
Tabel 3.3 Pengamatan Terhadap Kelas ... 111
Tabel 3.4 Kesan Guru mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw Siklus I ... 114
Tabel 3.5 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I ... 117
Tabel B.1 Perkembangan Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa Pada Pra Penelitian, Siklus I, Siklus II ... 121
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…………. 29
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Keterangan Permohonan Ijin Penelitian dari Universitas
Surat Keterangan Ijin dari BAPPEDA Kota
Surat Keterangan Ijin dari BAPPEDA Kabupaten
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 2a Materi Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2b Materi Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3a Lembar Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 3b Lembar Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 4 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal)
Lampiran 4a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada
Observasi Pendahuluan
Lampiran 4b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada Siklus I
Lampiran 4c Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anecdotal) pada Siklus II
Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal)
Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada
Observasi Pendahuluan
Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada
Siklus I
Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada
xix
Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal)
Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada
Observasi Pendahuluan
Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada
Siklus I
Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada
Siklus II
Lampiran 7 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
Lampiran 7a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
Siklus I
Lampiran 7b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
Siklus II
Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kelas
Lampiran 8a Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus I
Lampiran 8b Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus II
Lampiran 9 Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa
Lampiran 9a Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada
Observasi Pendahuluan
Lampiran 9b Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada
Siklus I
Lampiran 9c Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada
xx
Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok
Lampiran 10a Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada
Siklus I
Lampiran 10b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada
Siklus II
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru
Lampiran 11a Instrumen Refleksi Guru pada Siklus I
Lampiran 11b Instrumen Refleksi Guru pada Siklus II
Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa
Lampiran 12a Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus I
Lampiran 12b Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada prinsipnya tugas mengajar atau menjadi seorang guru itu adalah
menghantarkan peserta didik dalam kelas untuk melaksanakan proses belajar
mengajar secara aktif. Mengajar adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru bagi peserta didik dalam menyampaikan materi pelajaran di depan kelas, oleh
karena itu mengajar merupakan suatu proses kompleks, tidak hanya
menyampaikan informasi dari guru kepada peserta didik saja banyak tindakan
yang harus dilakukan apalagi tujuan dari mengajar adalah hasil belajar yang baik.
Agar mengajar lebih efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi
peserta didik dan meningkatkan mutu mengajarnya. Kesempatan belajar peserta
didik dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan peserta didik secara aktif selama
belajar. Semakin banyak siswa yang terlibat aktif, makin tinggi prestasi belajar
yang dicapai siswa. Sebaliknya apabila guru tidak dapat mengajar dengan efektif
maka apa yang di ajarkan tidak akan dapat di terima oleh peserta didik, peserta
didik akan malas belajar, kurangnya semangat diantara peserta didik dalam
mengikuti pelajaran yang berlangsung dan kemungkinan akan timbul perbuatan
Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberikan
pengetahuan kepada siswa secara searah. Seorang guru memberikan pengetahuan
kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari gurunya.
Berbeda dengan paradigma baru dimana pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan
dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif dengan
interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa.
Metode yang biasa dipakai oleh guru dalam mengajar yaitu metode
ceramah dan diskusi. Ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah,
ada kemungkinan siswa tidak mendengarkan, ngobrol dengan teman yang lain,
acuh tak acuh dengan penjelasan guru, mencari kesibukan lain, bahkan tidak
memperhatikan dikarenakan siswa merasa bosan. Sementara jika guru mengajar
dengan metode diskusi, sekilas di dalamnya siswa tampak terlibat aktif dalam
kelompok. Namun jika dilihat lebih mendalam mungkin akan tampak bahwa hanya
beberapa siswa yang aktif di dalam kelompok diskusi tersebut. Sementara
beberapa siswa terlibat aktif di dalam kelompok, ada juga beberapa siswa yang
tidak aktif terlibat mungkin karena malu mengemukakan pendapat, malu bertanya,
bahkan bosan sehingga lebih memilih untuk mencari kesibukan sendiri. Akibatnya,
siswa yang aktif akan dapat lebih mengerti dibandingkan dengan siswa yang tidak
aktif. Dari uraian tersebut tampak bahwa metode ceramah dan diskusi kadang
kurang efektif dalam proses belajar mengajar sehingga akan berdampak negatif
pada kemauan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang
Berdasarkan pengalaman yang telah dialami peneliti selama duduk di
bangku SMA dan ketika melakukan praktik mengajar di lapangan masih banyak
guru pada waktu mengajar menggunakan metode diskusi dan ceramah. Ketika
guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, pada awalnya siswa masih
dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak penjelasan dari guru.
Namun lama kelamaan siswa mulai kurang memperhatikan materi yang diberikan
oleh guru, ada yang ribut ngobrol dengan teman, ada yang sibuk sendiri, intinya
banyak siswa yang cenderung tidak merespon lagi pembelajaran dari guru.
Kemudian ketika guru mengajar dengan menerapkan metode diskusi kurang lebih
kondisinya sama dengan ketika guru menerapkan metode ceramah. Sekilas siswa
memang tampak aktif di dalam kelompoknya, namun jika dilihat lebih dalam
ternyata hanya beberapa siswa yang benar-benar aktif sedangkan yang lain
cenderung pasif. Siswa yang pasif kebanyakan hanya menggantungkan diri pada
jawaban teman yang aktif yaitu dengan menyalin jawaban teman ke dalam lembar
tugasnya. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah dan
diskusi kurang begitu efektif dalam proses pembelajaran sehingga hal ini
menyebabkan kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran. Maka dari
itu, dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu dapat mendorong siswa
untuk lebih antusias lagi dalam mengikuti pelajaran.
Metode mengajar yang tepat hendaknya dapat dilakukan oleh semua pihak
khususnya yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama guru atau guru sebagai
seluruh siswa di dalam kelas, baik secara individu maupun kelompok. Keterlibatan
siswa secara individual dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik diri siswa. Sedangkan keterlibatan siswa di
dalam kelompok akan berhubungan dengan proses pemerolehan pengetahuan
melalui siswa dengan siswa yang lain atau siswa dengan guru.
Dalam kenyataannya sebenarnya ada berbagai model pembelajaran yang
dapat diterapkan dan dikembangkan, salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif. Sebenarnya inti dari model pembelajaran ini adalah mengajak siswa
untuk belajar dengan saling bekerja sama dalam kelompok kecil dengan
kemampuan yang bervariasi (tinggi, sedang, rendah). Bahkan tidak sebatas pada
kemampuan melainkan dapat diterapkan pada keberagaman anggota kelompok
baik itu jenis kelamin, suku, ras, agama, dan sebagainya. Sedangkan dalam
menyelesaikan tugas kelompok, maka setiap kelompok saling bekerja sama dalam
memahami suatu pelajaran. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur
yang harus diterapkan yaitu: (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab
perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi antar anggota; (5) evaluasi proses
kelompok.
Di dalam model pembelajaran kooperatif ini terdapat berbagai macam tipe
pembelajaran, diantaranya adalah tipe pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Teams Accelerate
Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
pembelajaran Jigsaw. Model pembelajaran tipe jigsaw ini dapat membantu guru
dalam menciptakan suasana belajar yang sangat menyenangkan. Dalam metode ini
para siswa tidak hanya berinteraksi dengan sesama anggota kelompok tetapi juga
berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain. Alasan penggunaan metode
jigsaw yang dikaitkan dengan konteks siswa merupakan salah satu cara
meningkatkan daya kreatif guru dalam menyiapkan proses belajar mengajar agar
siswa tidak merasa bosan sehingga lingkungan belajar menjadi lebih efektif dan
siswa tetap termotivasi untuk belajar materi. Jika metode ini dapat diterapkan
dengan baik, maka para siswa terdorong untuk ikut terlibat dalam diskusi
kelompok. Dengan kondisi pembelajaran seperti ini diharapkan siswa dapat
termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan
dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran guru-guru di SMP masih cenderung menerapkan
metode ceramah dan diskusi pada hampir di setiap pertemuan. Metode tersebut
dirasa kurang efektif dan bervariasi guna meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk
B. Batasan Masalah
Dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari
berbagai tipe, namun dalam penelitian ini hanya dimaksudkan untuk menerapkan
metode kooperatif tipe jigsaw dan menyelidiki pengaruhnya terhadap peningkatan
keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan
merupakan suatu sikap berani berpendapat, keberanian bertanya, kemampuan
menjawab pertanyaan, kemampuan dalam mengerjakan lembar kerja atau tugas
baik individu maupun kelompok. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat
diukur secara langsung dan menggunakan tes.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan
permasalahan yaitu: bagaimana peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada pembelajaran ekonomi ?
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak peningkatan
keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode kooperatif tipe
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Ekonomi.
2. Bagi peneliti
Sebagai calon seorang pendidik, penelitian ini sangat bermanfaat dalam
pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam
pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tujuan pendidikan saat ini yaitu
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
3. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi terutama
guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan dan pengelolaan
sumber-sumber belajar.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Proses Belajar Mengajar
Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern
diartikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13). Definisi yang kedua ini
memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan
tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau
pengalaman.
Menurut Syah (1995:237), proses belajar mengajar secara singkat dapat
disebut juga sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar
dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar, dimana tekanan kegiatan
adalah pada siswa yang belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu
hubungan antara guru dengan siswa yang bersifat suatu pengajaran. Suasana yang
bersifat pengajaran ini siswa melakukan suatu aktivitas belajar melalui interaksi
dengan kegiatan tahapan mangajar yang dilakukan oleh guru. Dalam proses belajar
mengajar, selain guru menggunakan suasana yang bersifat pengajaran, dianjurkan
Artinya, selain siswa berkomunikasi dengan guru tetapi siswa juga berkomunikasi
dengan siswa yang lain.
Sedangkan Winkel (1996:59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap dimana perubahan yang dimaksud bersifat relative
konstan dan tetap melekat.
Lain halnya dengan pendapat Burner (1984:9), proses belajar dibedakan
ke dalam tiga fase, yakni: (1) informasi, baik yang menambah atau memperluas
pengetahuan maupun yang bertentangan dengan yang telah kita ketahui
sebelumnya; (2) transformasi, pengubahan informasi dalam bentuk yang lebih
abstrak atau konsepstual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas; dan
(3) evaluasi yang berisi penilaian pengetahuan yang diperoleh dan apakah
transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Berdasarkan uraian diatas maka belajar yaitu suatu usaha dan latihan yang
dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Proses belajar diartikan sebagai tahap
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
Sedangkan mengajar diartikan sebagai suatu usaha yang membantu memudahkan
kegiatan belajar dimana dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan
B.Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana para siswa dalam kelompok kecil untuk saling membantu
dalam mempelajari materi pelajaran. Sulihatin (2005:5), berpendapat bahwa pada
dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu
struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota
kelompok.
Sedangkan menurut Lie (2002:12), sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong
atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman lain. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa
semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori,
Heterogen merupakan salah satu ciri pengelompokan siswa dalam
pembelajaran kooperatif dimana dalam satu kelompok tersebut terdiri atas dua
sampai lima siswa yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda, jenis kelamin
berbeda, bahkan jika dimungkinkan berasal dari suku yang berbeda pula. Menurut
Roger dan Johnson tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative
learning. Lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk
mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie, 2002:32) :
1. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini berkumpul dan bertukar informasi yang kemudian pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung sari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilakukan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan mudah dan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.
3. Tatap Muka
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
4. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomnikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Jadi pada dasarnya pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk belajar
bersama-sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan
tugas atau masalah kelompok. Di dalamnya anggota kelompok saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami pelajaran dan keberhasilan individu
C.Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) yang
diantaranya adalah:
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap anggotanya terdiri dari 4 – 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja kedalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual. 2. Teams Games Tournaments ( TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4 -5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw
adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
4. Teams Accelerate Instruction (TAI)
yang satu dengan siswa yang lain, unit yang ditempuhnya berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka masing-masing. Setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes untuk akhir dilakukan tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah dari unit setiap kelompok yang memenuhi criteria mendapat sertifikat atau penghargaan.
5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam model CIRC, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.
D.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al (Lie, 2002:69)
sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa
pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk
semua kelas/tingkatan. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari
tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli)
saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan
kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran,
siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan kuis dengan baik.
Ada delapan langkah dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw (Lie, 2002:69), yaitu:
1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian. 2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.
5. Siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka masing-masing. 6. Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan
masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang
memiliki kemampuan belajar berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
Kelemahan metode kooperatif jigsaw
1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan
kelompok akan macet
2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada
anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif
dalam diskusi
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondisi dengan baik , sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh.
Variasi dalam metode ini yaitu sebagai berikut: jika tugas yang dikerjakan
siswa yang lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka
bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut. Kemudian,
masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah
dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.
E.Keaktifan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan
sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris
dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998:13). Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata
kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan
sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Aktivitas peserta didik dalam
menjalani proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian
peranan pendidikan. Aktivitas merupakan asas penting dalam asas didaktik karena
belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin
seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga
aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta
didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi
yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan
pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan
mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh
pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut
Piaget (Pardjono, 2001:2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus
membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang
paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit,
(3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses
belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri.
Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan
mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik)
harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar
harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat maka
dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar
berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada
aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan
yang dia pelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan
pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Beberapa aktivitas siswa pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa
tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar.
Herman Handoyo (Rias, 1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas
belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada
uraian di bawah :
1. Menguji.
Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.
2. Mengungkapkan.
Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model-model dari situasi masalah yang dihadapi.
3. Membuktikan.
Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alasan yang terstruktur.
4. Mengaplikasikan masalah.
Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.
5. Menyelesaikan masalah.
Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
6. Mengkomunikasikan.
Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing – masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan – gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan
disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung
diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas, sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi
kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa,
tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapanpun, dimanapun agar mendapat
prestasi yang baik. Bisaa melakukan, seperti halnya aktif mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu tanpa ada harus menunggu
disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat di
dalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.
Kecenderungan dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang
aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif sendiri. Bruner (Erizal Gani,2003)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap
(episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi.
Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan
untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh
pembelajar dan pengajar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif
sendiri, tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi
jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subyek haruslah aktif
berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,
tanpa aktvitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.
Ada beberapa hal untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam proses
pembelajaran, meliputi beberapa hal :
1. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.
2. Interaksi siswa dalam kelompok kooperatif.
3. Keberanian siswa dalam bertanya.
4. Kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja.
5. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan.
Sejalan dengan hal di atas, menurut Sriyono
(Http://learning-withme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html) aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama
dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa
lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku
tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi
hasil.
F. Prestasi belajar
Prestasi adalah kecakapan nyata dan dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan tes. Karena dapat diukur maka bersifat sementara dan dapat
dipengaruhi beberapa faktor yang ada. Winkel (1984:64) mengemukakan bahwa
prestasi itu bukti usaha yang dapat dicapai. Jadi kesimpulannya bahwa prestasi
belajar adalah hasil usaha yang dapat diukur secara langsung dan menggunakan
tes. Sementara itu menurut Surakhmad (1990:700) prestasi belajar adalah
pemahaman pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
Slameto (1998:56) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern dan faktor ekstern. Adapun
penjelasan faktor intern, yaitu faktor jasmaniah terdiri atas kesehatan dan cacat
tubuh dan faktor psikologis terdiri atas intelegensi perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan, sedangkan penjelasan faktor ekstern antara lain: (a)
faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar anggota, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, (b) faktor sekolah terdiri atas
metode belajar, kurikulum, relasi antar guru dan siswa, relasi antar siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas belajar, dan (c) faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa
dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
G. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang
mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada
melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Ruang lingkup
mata pelajaran ekonomi dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi dalam
kehidupan. Adapun ruang lingkupnya adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan,
mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian
Sedangkan menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan, ekonomi merupakan
ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui
pilihan-pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
H. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom
action research (CAR), yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada
tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang
dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3) :
1. Penelitian
Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Tindakan berhubungan dengan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
Sedangkan menurut Wibawa (Susento, 2007:1), PTK adalah kajian yang
dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kemmis dan McTaggart
(Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk
refleksi diri secara kolektif dan dilakukan oleh anggota-anggota komunitas dalam
situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktek-praktek sosial.
Sementara itu menurut Rustam (2004:1), PTK merupakan sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. Gwynn Mettetal (2001:7) juga menyebutkan classroom
action research is a method of finding out what works best in your own classroom
so that you can improve student learning.
Menurut Wibawa (Susento,2007:3), pelaksanaan PTK oleh guru akan
meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru,
meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam website PPPG Tertulis
1. Inovasi pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empiric, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
3. Peningkatan profesionalisme guru
Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan , dan lalu memperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Di dalam PTK, ada beberapa tahap perencanaan yang terdiri atas
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta
merencanakan perbaikan (Rustam, 2004:4)
1. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah
Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah baik yang bersifat pengelolaan kelas maupun instruksional. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri melihat pembelajaran yang dikelolanya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan.
Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah itu perlu dianalisis dan dirumuskan. Tujuannya adalah agar paham akan hakikat masalah yang dihadapi.
3. Merencanakan tindakan perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah, guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dalam langkah ini guru merancang tindakan perbaikan, rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran.
Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa siklus di dalamnya, tiap-tiap
siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:4)
a. Perencanaan
Merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan perubahan yang diinginkan.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran. c. Observasi
Mengamati hasil tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa d. Refleksi
Gambar 2.1
Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan Gambar 2.1 :
1. Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal
teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah
diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian
yang sebidang. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk diterapkan di dalam
kelas.
Pelaksanaan Tindakan Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan Siklus 1
2. Pelaksanaan tindakan
Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan
dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual
menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau
tim peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi
sedang dalam proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan
dapat dilakukan setelah satu siklus selesai.
3. Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan
secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan
untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam
pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan
prosedur observasi yang mudah dilakukan. Dalam hal ini peneliti
mengobservasi guru, siswa, dan kelas. Adapun salah satu bentuk
observasi yang digunakan adalah catatan anekdotal. Suatu
observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa
yang terjadi di dalam kelas
b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas
d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif
4. Refleksi
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi
yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan
bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan
makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai
akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan.
Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan pada Gambar 2.2 berikut
ini:
Gambar 2.2
Komponen-komponen Refleksi
Penyimpulan Pemaknaan
Penjelasan
Tindak Lanjut Analisis
Siklus Berikutnya
Keterangan Gambar 2.2 :
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai,
dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan
pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian
yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik
kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat
penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil
(perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang
dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya
dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Bila hasil perbaikan yang
diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka tindakan perlu dilanjutkan
pada siklus 2, demikian seterusnya hingga siklus yang ketiga. Pada siklus
selanjutnya perlu dilakukan perencanaan kembali. Siklus tersebut merupakan
kesatuan dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 :44). Penelitian ini
merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan
nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMPN 1 Kalasan Glondong Tirtomartani Kalasan,
Sleman Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan bulan Agustus – September 2009.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMPN 1 Kalasan Yogyakarta.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitiannya adalah pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
D. Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali
dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di
kelas sebelum menggunakan metode jigsaw. Kegiatan yang dilakukan yaitu
mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup
observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain
dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga
mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan
pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah
menggunakan metode jigsaw.
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari empat langkah :
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa.
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap
kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa.
Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
a. Siklus pertama.
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan atau
tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1) Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yang meliputi:
a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi
siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam
tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan materi presentasi.
b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi :
(2) Lembar observasi kegiatan guru di kelas
(3) Instrumen pengamatan kelas.
(4) Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.
(5) Instrumen refleksi.
2) Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Guru bidang studi ekonomi bertindak sebagai guru yang membimbing
dan mengarahkan siswa.
b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 4-6 anggota/siswa yang memiliki karakteristik
yang heterogen.
c) Setiap kelompok mendapatkan topik dari materi yang akan dibahas
dalam bentuk teks.
d) Setiap siswa dalam anggota kelompok bertanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari topik tersebut dan mereka menjadi ahli
pada topik yang menjadi bagiannya.
e) Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang
menjadi ahli pada bagian topik yang sama dan mereka mendiskusikan
f) Setelah setiap kelompok ahli selesai berdiskusi dan sudah menguasai
materi secara individu tentang bagian yang mereka diskusikan, mereka
kembali ke kelompok asalnya dan kemudian memaparkan atau
mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman yang lainnya.
g) Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.
h) Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari seluruh
rangkaian pembelajaran
i) Guru mengadakan kuis
3) Observasi
Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam
tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari
pelaksanaan tindakan, yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa tampak dari keberanian mengemukakan pendapat,
bertanya dan menjawab pertanyaa