• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ma"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA

KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Emiliana Yolanda Primaningtyas

081414014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PEMBELAJARAN

REMEDIAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Emiliana Yolanda Primaningtyas

081414014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

BERDOALAH SESERING MUNGKIN

KARENA DOA MENGUBAH SEGALA-GALANYA

Hanya ada dua cara untuk menjalani hidup anda. Yang pertama adalah menjalaninya seakan keajaiban itu tidak pernah ada. Yang kedua adalah menjalaninya seakan-akan segala sesuatu adalah keajaiban.

-Albert Einstein-

Dengan penuh syukur skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Papah, Mamah, Lina, Agus, Oliv, Mbah Aung dan Mbah Uti

Elsa, Tya, Silvi, Sisca, Shinta, Diah, Fani, Kikid, Candra, Charis dan Widhi

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Emiliana Yolanda Primaningtyas. Penggunaan Media PowerPoint dalam Pembelajaran Remedial pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui sampai sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Datar (2) mengetahui cara

merancang media PowerPoint dalam pembelajaran remedial untuk membantu

mencapai ketuntasan belajar pada materi bangun ruang sisi datar (3) mengetahui sejauh mana penggunaan Media Power Point dalam pembelajaran remedial dapat membantu mencapai ketuntasan pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah ulangan harian, pembelajaran remedial

menggunakan media powerpoint, kuesioner dan tes diagnostik yang terdiri atas 2

tes yaitu tes awal dan tes akhir. Langkah-langkah penelitian (1) siswa yang dikategorikan remedi pada ulangan harian, kemudian mengikuti tes awal dan diberi kuesioner kesulitan yang hasilnya diolah untuk merancang media (2) siswa yang masih remedi pada tes awal kemudian mengikuti pembelajaran remedial (3) siswa mengikuti tes akhir.

Hasil penelitian (1) Ketercapaian hasil belajar siswa pada materi Bangun ruang sisi datar dari 44 siswa yang mengikuti ulangan harian 8 siswa tuntas dan 36 siswa belum tuntas. Dari 36 siswa yang belum tuntas tersebut mengikuti tahap selanjutnya yaitu tes awal dan hasilnya 17 siswa belum tuntas. Dari 17 siswa terdiri dari 7 siswa remedi limas; 2 remedi prisma; 1 remedi balok; 1 siswa remedi kubus, prisma dan limas; 1 siswa remedi kubus dan prisma; 2 siswa remedi balok, prisma dan limas; 1 siswa remedi balok dan limas; dan 2 siswa remedi balok dan

prisma. (2) Cara merancang media PowerPoint dilihat berdasarkan hasil kuesioner

kesulitan yaitu: untuk sub materi kubus yang lebih ditekankan dalam media adalah unsur-unsur dan jaring-jaring kubus; untuk sub materi balok yang lebih ditekankan dalam pembuatan rancangan media adalah pemahaman luas permukaan dan volume balok; sedangkan untuk sub materi prisma maupun limas ditekankan pada semua bagian-bagian baik itu unsur-unsur, jaring-jaring, luas

permukaan maupun volume. (3) Media PowerPoint dapat dikatakan membantu

dalam pembelajaran remedial pada materi bangun ruang sisi datar dikarenakan dari 17 siswa yang remedi, 13 siswa dinyatakan tuntas dan 4 siswa yang lain tidak tuntas sehingga presentase keberhasilannya mencapai 77%.

(8)

vii

ABSTRACT

Emiliana Yolanda Primaningtyas. The Use of Power Point Media on Remedial Learning of Geometrical Flat Material in VIII D Students of 1 Pangudi Luhur Yogyakarta Junior High School. Mathematic Education Study Program, Department of Mathematic Education and Science. Faculty of Teachers Training Education. Sanata Dharma University.

The aims of the research are (1) to find out the extent of students' achievement results in geometrical flat material (2) to find out how to construct power point media in remedial learning in order to help passing the passing grade of geometrical flat material (3) to find out the extent of the use of power point media on remedial learning in order to help passing the passing grade of geometrical flat material.

The kind of the research is descriptive-qualitative research. The instruments of the research are daily examination, remedial learning using power point, questionnaire and diagnostic test which consists of pre-test and post-test.The steps of the research are (1) the students were categorized based on the remedial daily examination, then followed pre-test. They were given questionnaire which the result will be used to construct the media (2) the students who still had remedy in pre-test should follow remedial learning (3) the students followed post-test.

The results of the research are (1) the achievement of students result in geometrical flat material is from 44 students, there were 8 students who passed the passing grade and there were 36 students who could not pass the passing grade. There were 36 students who followed pre-test because they could not pass the passing grade. The result was that there were 17 students who could not pass the passing grade. It consisted of 7 students had pyramid remedy; 2 students had prism remedy; 1 student had bar remedy; 1 student had cube, prism and pyramid remedy; 1 student had cube and prism remedy; 2 students had bar, prism and pyramid remedy; 1 student had bar and pyramid remedy ; and 2 students had bar and prism remedy. (2) The way to construct the power point media was seen from the questionnaire. It was found some difficulties in the questionnaire especially in some subs material. These were the difficulties: the cube elements and cube net should be emphasized in cube sub material ; the understanding of bar surface area and bar volume should be emphasized in bar sub material; the pyramid elements, pyramid net, pyramid surface area and pyramid volume should be emphasized in prism sub material. (3) power point media helped the students in remedial learning in geometrical flat material because from 17 students who had remedy, there were 13 students who could pass the passing grade and 4 others students did not pass the passing grade so the achievement percentage was 77%.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kapada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan

skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan,

bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP.

2. Bapak Drs. A. Atmadi. M.Si. selaku Ketua Jurusan PMIPA.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing akademik.

5. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan skripsi

dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini sehinggga dapat terselesaikan

dengan baik dan lancar.

6. Bruder Valentinus Naryo, FIC. M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Bapak F.X. Suharyono, B.A. selaku guru matematika kelas VIII SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, motivasi, dan

(11)

x

8. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Univesitas Sanata Dharma yang telah membimbing,

membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

9. Seluruh keluargaku, Papah dan Mamah, kakakku Rosalina P.M., adik–adikku,

Agustinus Y.P. dan Maria Olivia A.P. serta Mbah Slamet dan Mbah Tirah,

terimakasih karena kalian selalu ada dan menjadi penyemangat terbesarku.

10.Siswa-siswi kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yang telah

bersedia membantu penulis selama proses penelitian.

11.Teman-teman Pendidikan Matematika 2008, terimakasih atas kerja samanya

selama 4 tahun ini.

12.FX Widhi Prasetyo, terima kasih telah bersedia menjadi editor dari proses

penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Yogyakarta, 10 Desember 2012

Penulis,

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikas Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Pengertian Belajar ... 7

B. Media Pembelajaran ... 8

C. Microsoft PowerPoint ... 8

D. Pembelajaran Remedial ... 10

E. Ketuntasan Belajar ... 15

F. Materi Pembelajaran ... 19

G. Kerangka Berpikir ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

C. Subyek Penelitian ... 43

D. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Validasi Instrumen ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Perencanaan Penelitian ... 54

BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 57

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

(14)

xiii

a. Uji Coba Soal Ulangan Harian ... 64

b. Ulangan Harian ... 67

2. Perkiraan Sebab ... 69

a. Tes Awal ... 69

b. Kuesioner kesulitan ... 76

3. Pemecahan Kesulitan dan Penilainnya... 82

a. Jawaban Tes Awal dan Tes Akhir ... 82

b. Tes Akhir ... 122

C. Kelemahan Pelaksanaan Penelitian ... 126

BAB V KESIMPULAN HASIL PENELITIAN DAN SARAN... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 128

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hubungan Rumusan Masalah dengan Instrumen Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas ... 32

Tabel 3.3 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas ... 32

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuisoner Kesulitan Belajar Siswa ... 33

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Uji Coba Ulangan harian ... 34

Tabel 3.6 Rencana Rancangan Storyboard Powerpoint ... 34

Tabel 3.7 Rancangan Indikator berdasarkan Taksonomi Bloom ... 35

Tabel 3.8 Rancangan Indikator Tes Diagnostik ... 36

Tabel 4.1 Urutan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 43

Tabel 4.2 Daftar Nilai Uji Coba Soal Ulangan Harian ... 51

Tabel 4.3 Soal Valid ... 52

Tabel 4.4 Daftar Nilai Ulangan Harian ... 54

Tabel 4.5 Hasil Tes Awal ... 56

Tabel 4.6 Tabel Hasil Tes awal sub materi Kubus ... 57

Tabel 4.7 Tabel Hasil Tes Awal Sub Materi Balok ... 58

Tabel 4.8 Tabel Hasil Tes Awal Sub Materi Prisma ... 60

Tabel 4.9 Tabel Hasil Tes Awal Sub Materi Limas ... 61

Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Pertama ... 62

Tabel 4.11 Hasil Kuesioner Kedua ... 63

Tabel 4.12 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 7 ... 69

Tabel 4.13 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 21 ... 71

(16)

xv

Tabel 4.15 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 30 ... 75

Tabel 4.16 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 38 ... 77

Tabel 4.17 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 41 ... 79

Tabel 4.18 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 43 ... 81

Tabel 4.19 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 7 ... 83

Tabel 4.20 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 21 ... 84

Tabel 4.21 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 30 ... 85

Tabel 4.22 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 34 ... 86

Tabel 4.23 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 37 ... 88

Tabel 4.24 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 41 ... 89

Tabel 4.25 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 43 ... 91

Tabel 4.26 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 2 ... 93

Tabel 4.27 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 3 ... 94

Tabel 4.28 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 4 ... 95

Tabel 4.29 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 7 ... 97

Tabel 4.30 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 19 ... 98

Tabel 4.31 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 25 ... 99

Tabel 4.32 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 26 ... 100

Tabel 4.33 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 30 ... 102

Tabel 4.34 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 33 ... 103

Tabel 4.35 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 38 ... 104

Tabel 4.36 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 39 ... 105

(17)

xvi

Tabel 4.38 Tabel Skor Tes Akhir Sub Materi Kubus ... 108

Tabel 4.39 Tabel Nilai Tes Akhir Sub Materi Kubus ... 109

Tabel 4.40 Tabel Skor Tes Akhir Sub Materi Balok ... 109

Tabel 4.41 Tabel Nilai Tes Akhir Sub Materi Balok ... 110

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kubus ABCDEFGH ... 19

Gambar 2.2 Diagonal Bidang Kubus ... 20

Gambar 2.3 Kubus ABCDEFGH dan Segitiga ABF ... 21

Gambar 2.4 Diagonal Ruang ... 22

Gambar 2.5 Kubus dan Segitiga BDH ... 22

Gambar 2.6 Bidang Diagonal ... 23

Gambar 2.7 Kubus dan Segiempat ABHG ... 24

Gambar 2.8 Contoh Gambar Jaring-jaring Kubus ... 24

Gambar 2.9 Kubus dan Jaring-jaring Kubus ... 25

Gambar 2.10 Kubus Satuan... 26

Gambar 2.11 Balok ABCDEFGH ... 27

Gambar 2.12 Diagonal Bidang Balok ... 28

Gambar 2.13 Diagonal Ruang Balok ... 28

Gambar 2.14 Bidang Diagonal Balok ... 29

Gambar 2.15 Contoh Gambar Jaring-jaring Balok ... 30

Gambar 2.16 Luas Permukaan Balok ... 30

Gambar 2.17 Percobaan Menentukan Volume balok dengan Kubus Satuan 32 Gambar 2.18 Prima Tegak Segiriga PQRSTU ... 33

Gambar 2.19 Jaring-jaring Prisma Tegak Segitiga ... 34

Gambar 2.20 Prisma dan Jaring-jaring Prisma ... 35

(19)

xviii

Gambar 2.22 Prisma ... 36

Gambar 2.23 Limas Segilima ABCDEFG ... 37

Gambar 2.24 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat ... 38

Gambar 2.25 Limas dan Jaring-jaring Limas ... 39

Gambar 2.26 Diagonal-diagonal Ruang Balok yang membentuk Limas ... 40

Gambar 4.1 Suasana saat mengerjakan tes awal ... 61

Gambar 4.2 Saat Pembelajaran Remedial berlangsung ... 62

Gambar 4.3 Saat Pembelajaran Remedial berlangsung ... 63

Gambar 4.4 Suasana saat mengerjakan akhir ... 64

Gambar 4.5 Rancangan Media Unsur-unsur Kubus ... 79

Gambar 4.6 Rancangan Media Jaring-jaring Kubus ... 79

Gambar 4.7 Rancangan Media Luas Permukaan Balok... 80

Gambar 4.8 Rancangan Media Volume Balok ... 80

Gambar 4.9 Rancangan Media Unsur-unsur Prisma ... 81

Gambar 4.10 Rancangan Media Luas Permukaan Prisma ... 81

Gambar 4.11 Rancangan Media Unsur-unsur Limas ... 81

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Lampiran A1 Soal Uji Coba Ulangan Harian ... 1

Lampiran A2 Pembahasan Soal Uji Coba Ulangan Harian ... 5

Lampiran A3 Soal Ulangan Harian ... 13

Lampiran A4 Pembahasan Soal Ulangan Harian ... 16

Lampiran A5 Soal Tes Awal ... 20

Lampiran A6 Pembahasan Soal Tes Awal ... 22

Lampiran A7 Paket Soal Kubus ... 28

Lampiran A8 Pembahasan Paket Soal Kubus ... 29

Lampiran A9 Paket Soal Balok ... 31

Lampiran A10 Pembahasan Paket Soal Balok ... 32

Lampiran A11 Paket Soal Prisma ... 34

Lampiran A12 Pembahasan Paket Soal Prisma ... 35

Lampiran A13 Paket Soal Limas ... 37

Lampiran A14 Pembahasan Paket Soal Limas ... 38

Lampiran B Lampiran B1 Uji Validitas Soal Ulangan Harian ... 40

Lampiran B2 Pertimbangan Pakar Kuesioner ... 47

Lampiran B3 Pertimbangan Pakar Tes Diagnostik ... 49

Lampiran B4 Pertimbangan Pakar Rancangan Media ... 54

(21)

xx

Lampiran B6 Lembar Aktivitas Siswa ... 68

Lampiran B7 Keusioner Kesulitan ... 72

Lampiran B8 Rancangan Media Pembelajaran Remedial ... 75

Lampiran C

Lampiran C1 Permohonan Ijin ... 79

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu bidang mata pelajaran yang

menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari lama

waktu jam mata pelajaran matematika yang lebih banyak jika dibandingkan

dengan jam mata pelajaran lain. Selain itu, pelaksanaan mata pelajaran

matematika diberikan pada setiap jenjang proses pendidikan dari tingkat SD

sampai dengan SMA. Matematika dinilai sebagai pelajaran yang sulit oleh

para siswa apalagi dengan adanya rumus-rumus yang membuat mereka

semakin menghindari hal-hal yang berkaitan dengan matematika.

Anggapan bahwa matematika itu mata pelajaran yang sulit terlihat pada

saat PPL dan observasi, banyak siswa yang sering mengatakan “susah ah, gak

mudeng, rumusnya banyak nih ” dan sebagainya yang menjadi keluhan siswa tentang pelajaran matematika. Pelajaran matematika tidak mudah dipahami

secara langsung oleh para siswa karena berkaitan dengan ide abstrak sehingga

menyebabkan banyak siswa belum mencapai tingkat ketuntasan belajar.

Belum tercapainya tingkat ketuntasan belajar dalam pembelajaran matematika

dapat dijadikan indikator bahwa dalam pembelajaran ini terdapat kesulitan

belajar pada siswa (Ditjen Dikti, 1984:57). Oleh karena itu, diperlukan usaha

untuk mengatasi kesulitan dalam belajar matematika yang menyebabkan

(23)

Kegiatan remedial dalam proses pembelajaran merupakan usaha yang

dilakukan dalam rangka membantu siswa untuk mengatasi hambatan atau

kesulitan belajar yang dialaminya. Pembelajaran remedial juga merupakan

pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami

hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa

kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam

mencapai kompetensi. Pada hakikatnya, pembelajaran remedial adalah

pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau

kelambatan belajar (Depdiknas 2008).

Dalam observasi, terlihat tidak adanya penggunaan media dalam

pembelajaran. Seharusnya dengan materi yang dipelajari yaitu bangun ruang

sisi datar, penggunaan media atau alat peraga sangat membantu para siswa

untuk memahami materi tersebut, apalagi ditengah pembelajaran berlangsung,

beberapa siswa mulai terlihat bosan dan tidak konsentrasi dalam mengikuti

pelajaran. Ini terlihat dari beberapa siswa mulai tidak memperhatikan

penjelasan Guru dan berbicara dengan temannya. Oleh karena itu, guru perlu

melakukan inovasi dalam penggunaan media pembelajaran yang menarik

agar terjadi pembelajaran yang variatif. Pembelajaran berbasis komputer

menjadi salah satu pembelajaran yang variatif. Pembelajaran berbasis

komputer adalah pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai alat

bantu. Melalui pembelajaran ini bahan ajar disajikan melalui media komputer

sehinggga kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan

(24)

Salah satu media komputer yang cocok dalam pembelajaran dengan

materi bangun ruang sisi datar adalah Microsoft PowerPoint. Microsoft

PowerPoint merupakan salah satu bagian aplikasi Microsoft Office yang dapat digunakan untuk membantu merancang dan menyajikan presentasi.

Presentasi yang dibuat dapat berisi tampilan teks maupun grafis yang terbagi

dalam slide-slide. Setiap slide dapat berisi penjabaran topik yang

divisualisasikan dalam bentuk tulisan, gambar maupun tabel. Dengan adanya

animasi dan multimedia yang menyertainya maka penyajian presentasi akan

lebih hidup, menarik dan efektif (Budi P: 2011). Berdasarkan uraian di atas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penggunaan Media

PowerPoint dalam Pembelajaran Remedial pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada, antara lain :

1. Pelajaran matematika tidak mudah dipahami secara langsung oleh para

siswa karena berkaitan dengan ide abstrak sehingga menyebabkan

banyak siswa belum mencapai tingkat ketuntasan belajar.

2. Diperlukan usaha untuk mengatasi kesulitan dalam belajar matematika

(25)

3. Pembelajaran remedial merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka

membantu siswa untuk mengatasi hambatan atau kesulitan belajar yang

dialaminya agar mencapai standar ketuntasan.

4. Dalam observasi, pembelajaran yang dilakukan kurang variatif karena

guru belum menggunakan media pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang

dibahas maka perlu dibatasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Media yang digunakan adalah media powerpoint dalam pembelajaran

remedial dengan materi bangun ruang sisi datar.

2. Peneliti hanya meneliti siswa kelas VIII D pada SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2011/ 2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah disebutkan sebelumnya,

dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut:

1. Sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa pada materi bangun ruang

sisi datar?

2. Bagaimana cara merancang media powerpoint untuk pembelajaran

remedial?

3. Apakah dengan adanya penggunaan media powerpoint dalam

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa

pada materi bangun ruang sisi datar.

2. Untuk mengetahui cara merancang media powerpoint dalam

pembelajaran remedial dalam membantu mencapai ketuntasan belajar

pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D.

3. Untuk mengetahui penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran

remedial dalam membantu mencapai ketuntasan pada materi bangun

ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Bagi Guru

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif

pembelajaran berbasis komputer dengan media powerpoint untuk

mengajarkan siswa tentang materi bangun ruang sisi datar.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian yang lebih lanjut, menambah pengetahuan mengenai dunia

(27)

3. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai

ketuntasan belajar dalam materi bangun ruang sisi datar dan membantu

siswa dalam memahami materi bangun ruang sisi datar dengan

menggunakan media powerpoint.

G. Batasan Istilah

1. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta

didik (Akhmad Sudrajat 2008).

2. Microsoft powerpoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi

yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran

mereka (Wikipedia).

3. Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan

minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah (Nurman Karim

2008)

4. Pembelajaran remedial adalah proses usaha yang dilakukan dalam rangka

membantu siswa untuk mengatasi hambatan atau kesulitan belajar yang

dialaminya (Koestoer dan Hadisuparti 1984)

5. Bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi yang dipelajari

siswa-siswi kelas VIII D semester genap tahun ajaran 2011/2012 SMP Pangudi

(28)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Kegiatan yang utama dalam proses pendidikan adalah kegiatan belajar.

Berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan itu dapat dilihat pada proses belajar

yang dialami para siswa di sekolah. Berikut merupakan arti dari belajar

menurut beberapa tokoh, yaitu:

1. Menurut Hilgrad dan Marquis (dalam Suyono dan Hariyanto 2011:12)

belajar merupakan proses memperoleh ilmu yang diusahakan melalui

latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga memberikan perubahan

dalam diri.

2. Menurut Gage dan Berniler (1984) (dalam Sukmadinata 2009:156)

mendefinisikan belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

3. Menurut Thompson (1970) (dalam Sukmadinata 2009:156) menyatakan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap

sebagai hasil dari pengalaman.

Dari beberapa pendapat menurut para tokoh tentang arti dari belajar,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan

seseorang untuk melakukan suatu perubahan-perubahan tingkah laku yang

terjadi pada dirinya sehingga semakin berkembang melalui pengalaman yang

(29)

B. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harafiah dapat diartikan sebagai perantara atau

pengantar. Berikut adalah arti dari media pembelajaran yang dikemukakan

oleh beberapa tokoh, yaitu:

1. Menurut Rossi dan Breidle (1996) (dalam Wina Sanjaya 2011:163)

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan

bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi,

buku, buku, koran majalahdan sebagainya.

2. Menurut Rossi, alat- alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan

diprogram untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.

3. Menurut Oemar Hamalik (1994) mendefinisikan media sebagai teknik

yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara

guru dan murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran sekolah.

Dari ketiga pendapat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang diprogram untuk pendidikan

dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa.

C. MicrosoftPowerPoint

Menurut Wikipedia, ensiklopedia bebas, Microsoft Powerpoint atau

Microsoft Office Powerpoint adalah sebuah program komputer untuk

presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi

(30)

program lainnya. Aplikasi Microsoft Powerpoint ini pertama kali dikembangkan oleh Bob Gaskins dan Dennis Austin sebagai presenter untuk

perusahaan bernama Forethougt, Inc yang kemudian mereka ubah namanya

menjadi Powerpoint. Pada tahun 1987, PowerPoint versi 1.0 dirilis, dan

komputer yang didukungnya adalah Apple Macintosh. Powerpoint kala itu

masih menggunakan warna hitam/putih, yang mampu membuat halaman teks

dan grafik untuk transparansi overhead projector (OHP). Setahun kemudian,

versi baru dari Powerpoint muncul dengan dukungan warna, setelah

Macintosh berwarna muncul ke pasaran.

Microsoft pun mengakusisi Forethouth, Inc dan tentu saja perangkat

lunak Powerpoint dengan harga kira-kira 14 juta dollar pada tanggal 31 Juli

1987. Pada tahun 1990, versi Microsoft Windows dari Powerpoint (versi 2.0)

muncul ke pasaran, mengikuti jejak Microsoft windows 3.0. Sejak tahun

1990, Powerpoint telah menjadi bagian standar yang terpisahkan dalam paket

aplikasi kantoran MicrosoftOffice System (kecuali Basic Edition).

Dalam powerpoint, seperti halnya perangkat lunak pengolah presentasi

lainnya, obyek teks, grafik, video, suara dan objek-objek lainnya diposisikan

dalam beberapa halaman individual yang disebut dengan slide. Istilah slide

dalam powerpoint ini memiliki analogi yang sama dengan slide dalam

proyektor biasa, yang telah kuno, akibat munculnya perangkat lunak

komputer yang mampu mengolah presentasi semacam powerpoint dan

(31)

dinavigasikan melalui perintah dari si presenter. Slide juga dapat membentuk

dasar webcast (sebuah siaran di World Wide Web).

PowerPoint menawarkan dua jenis properti pergerakan, yakni Custom Animation dan Transition. Properti Pergerakan Entrance, Emphasis dan Exit

objek dalam sebuah slide dapat diatur oleh Custom Animation, sementara

Transition mengatur pergerakan dari satu slide ke slide lainnya. Semuanya dapat dianimasikan dalam banyak cara.

D. Pembelajaran Remedial

Menurut Koestoer dan Hadisuparti (1984) pembelajaran remedial pada

dasarnya bagian dari pembelajaran secara keseluruhan, untuk mencapai

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, tidak semua

siswa mencapai ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak

mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan

pembelajaran yang biasa dilaksanakan.

1. Karakteristik Pembelajaran Remedial

Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang “terlambat”

mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran, diadakan

pembelajaran, yaitu pembelajaran remedial. Pada dasarnya

pembelajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa,

(32)

a. Tujuan

Pembelajaran biasa diarahkan pada penguasaan (mastery)

bahan tuntas sehingga baik tujuan instruksional maupun tujuan

pengiring (nurturant-effect) tercapai secara maksimal. Sedangkan

pembelajaran remedial lebih diarahkan kepada peningkatan

penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang

bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang

mungkin diterimanya.

b. Strategi

Strategi proses belajar-mengajar pembelajaran remedial

sifatnya sangat individual dan lebih individual dan lebih ditekankan

kepada keragaman mahasiswa baik yang berhubungan dengan

kemampuan umum mahasiswa, kemampuan khusus, penguasaan

bahan sebelumnya dan sebagainya, yang dapat dipandang sebagai

satu cara, penyampaian harus bervariasi. Langkah-langkahnya

dianjurkan dari yang mudah mengarah kepada yang sukar secara

sistematis, sehingga outputnya sesudah pengajaran remedial selesai

diharapkan paralel dengan siswa yang lain di kelasnya, usaha

modifikasi terhadap proses belajar mengajar yang biasa.

c. Bahan

Bahan untuk pembelajaran remedial biasanya dikembangkan

dengan penggalan yang lebih kecil-kecil dari pada bahan yang

(33)

yang memerlukan pembelajaran remedial ini dapat menyerap bahan

tersebut dengan kesukaran dengan kesukaran seminimal mungkin.

Dengan demikian, dapat diartikan pembelajaran remedial sebagai

upaya pendidik dalam membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam

belajar dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain

sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya

seoptimal mungkin dan dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan

minimal yang diharapkan. Upaya tersebut hendaknya memperhatikan

kebutuhan setiap siswa yang bervariasi dan mengalami kesulitan.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial

Langkah-langkah dalam pembelajaran remedial menurut Thomas

(1975) ada tiga, yakni:

a. Penelaahan status (status assessment)

Tahap ini merupakan tahap identifikasi hakekat dan luasnya

dari kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Dalam tahap ini berguna

untuk menentukan siswa-siswa mana yang diperkirakan mengalami

kesulitan belajar. Cara yang digunakan untuk mengetahui bahwa

siswa itu mengalami kesulitan belajar adalah dengan melakukan

test atau pengamatan hasil. Siswa yang dikategorikan sebagai siswa

yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang nilainya

(34)

b. Perkiraan sebab (cause estimination)

Tahap ini merupakan tahap perkiraan alasan atau sebab yang

mendasari pola hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa yang

bersangkutan seperti terungkap pada tahap 1. Penentuan letak atau

jenis kesulitan belajar siswa secara lebih spesifik dan perkiraan

tentang penyebab kesulitan belajar tersebut. Pada tahap ini

digunakan tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan

untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil

tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak

lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan

kelemahan/masalah yang dimiliki siswa. Fungsi tes ini adalah

untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,

merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai

masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Karakteristik tes

diagnostik adalah untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena

format dan respon yang dijaring harus memiliki fungsi diagnostik,

dan dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber

kesalahan atau kesulitan. Tes diagnostik memiliki karakteristik,

yaitu:

1) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu

format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki

(35)

2) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber

kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab

munculnya masalah (penyakit) siswa,

3) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian

atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi

secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan

bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda),

harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu

sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat

ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan

4) disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan

kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.

(http://www.slideshare.net/lanangkelima/test-diagnostik)

c. Pemecahan kesulitan dan penilaiannya (treatment and treatment

evaluation)

Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan

sebab dari pada kesulitan yang dihadapi siswa. Atau apabila sebab

itu tidak dapat disembuhkan, hal ini menjadi tahap untuk

memberikan bantuan kepada siswa tersebut dalam belajar yang

sesuai dengan sebabnya. Pembelajaran remedial untuk

memecahkan atau mengatasi kesulitan belajar siswa, sekaligus

(36)

Pada tahap ini, pembelajaran remedial menggunakan media

powerpoint.

E. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan

minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Kriteria paling

rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Acuan kriteria mengharuskan pendidik

untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu

memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas. Mekanisme penetapan

KKM ada tiga, yaitu:

1. Prinsip Kriteria Ketuntasan Minimal

Dalam prinsip kriteria ketuntasan minimal perlu mempertimbangkan

beberapa ketentuan sebagai berikut:

a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang

dapat dilakukan melalui metode kualitatif atau kuantitatif. Metode

kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh

pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan

pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya.

Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang

disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;

b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui

(37)

memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar

kompetensi.

c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)

merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi

Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan

belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai

ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh

indikator pada KD tersebut;

d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK)

merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat

dalam SK tersebut;

e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari

semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun

pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar

(LHB/Rapor) peserta didik;

f. Indikator merupakan acuan / rujukan bagi pendidik untuk membuat

soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah

Semester (UTS), maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal

ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan

pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak

perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena

(38)

g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya

perbedaan nilai ketuntasan minimal.

2. Langkah-Langkah Penetapan KKM

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata

pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan

mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya

dukung, dan intake peserta didik;

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran

disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam

melakukan penilaian;

c. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;

d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan

kepada orang tua/wali peserta didik.

3. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan

minimal adalah:

a. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator,

kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh

peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat

kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh

(39)

1) guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus

dibelajarkan pada peserta didik;

2) guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran

yang bervariasi;

3) guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai

bidang yang diajarkan;

4) peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;

5) peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;

6) peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam

penyelesaian tugas/pekerjaan;

7) waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena

memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga

dalam proses pembelajarannya memerlukan

pengulangan/latihan;

8) tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar

peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.

b. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan

pembelajaran pada masing-masing sekolah.

1) Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan

kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti

perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses

(40)

2) Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian

stakeholders sekolah.

c. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang

bersangkutan.

Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada

saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah,

rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan

intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.

Di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta memiliki standar KKM untuk

materi bangun ruang sisi datar adalah 72.

F. Materi Pembelajaran

Materi yang dipelajari dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar

yaitu sebagai berikut:

1. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi

dan semua rusuknya sama panjang.

(41)

a. Unsur-unsur Kubus

1) Sisi

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari gambar

2.1 terlihat kubus mempunyai 6 sisi yang semuanya berbentuk

persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi

depan), CDHG (sisi belakang), dan ADHE (sisi samping kanan).

2) Rusuk

Rusuk kubus adalah garis potong anatara dua sisi bidang kubus

dan terlihat sepertu kerangka yang menyususn kubus. Perhatikan

gambar 2.1, kubus memiliki 12 rusuk, yaitu: AB, BC, CD, DA,

EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.

3) Titik Sudut

Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari

Gambar 2.1 , terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik

sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Diagonal Bidang

Gambar 2.2 Diagonal Bidang Kubus

Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.2 . Pada

kubus tersebut terdapat garis AF yang menghubungkan dua titik

(42)

tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang. Jadi, diagonal

bidang kubus adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut

yang berhadapan pada sisi kubus. Sehingga kubus memiliki

diagonal bidang sebanyak 12 buah.

Untuk menentukan panjang diagonal kubus perhatikan

gambar berikut:

Gambar 2.3 Kubus ABCD.EFGH dan Segitiga ABF

Panjang diagonal yang dicari adalah panjang AF misalkan saja

panjang AB dan BF adalah r, sehingga dalam mencari AF

menggunakan therema phytagoras yaitu sebagai berikut:

Sehingga panjang diagonal bidang kubus dengan rusuk r adalah

(43)

5) Diagonal Ruang

Gambar 2.4 Diagonal Ruang

Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.4. Pada

kubus tersebut, terdapat ruas garis HB yang menghubungkan

dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas

garis tersebut disebut diagonal ruang. Jadi, diagonal ruang kubus

adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang

berhadapan dalam kubus. Kubus memiliki diagonal ruang

sebanyak 4 buah.

Untuk menentukan panjang diagonal ruang, perhatikan

gambar berikut:

Gambar 2.5 Kubus dan Segitiga BDH

Panjang diagonal ruang yang dicari adalah BH, misalkan DH

adalah r maka BD yang merupakan diagonal bidang adalah r 2

sehingga untuk mencari BH menggunakan theorema phytagoras,

(44)

Sehingga panjang diagonal ruang kubus adalah r 3

6) Bidang Diagonal

Gambar 2.6 Bidang diagonal

Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.6. Pada

gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus

ABCD. EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC

dan EG beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG

membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE

pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut sebagai bidang

diagonal. Jadi, bidang diagonal adalah bidang dalam bangun

ruang yang terbentuk dari dua rusuk yang saling berhadapan.

Kubus memiliki bidang diagonal sebanyak 6 buah.

Untuk menentukan luas bidang diagonal perhatikan gambar

(45)

Gambar 2.7 Kubus dan Segiempat ABHG

Untuk mencari luas bidang diagonal yaitu dengan mengalikan

antara panjang diagonal bidang yaitu BG (r 2) dan rusuk AB

(r). Sehingga Luas bidang diagonal = BG x AB = r 2 x r

b. Jaring-jaring Kubus

Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi

dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.

Jaring-jaring kubus adalah rangkaian 6 buah persegi kongruen yang

jika dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat

membentuk kubus dan tidak ada bidang yang rangkap (ganda).

Dengan dmikian tidak semua rangkaian 6 persegi merupakan

jaring-jaring kubus. Atau kubus yang diiris pada beberapa bagian rusuknya

kemudian direbahkan sehingga terjadi bangun datar. Berikut adalah

contoh gambar jaring-jaring kubus, yaitu:

G

B A

H

r

(46)

Gambar 2.8 Contoh Gambar-gambar Jaring-jaring Kubus c. Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh sisi kubus

tersebut. Untuk menentukan luas permukaan kubus perhatikan

gambar berikut yang menunjukkan kubus dengan panjang rusuk = r

beserta jaring-jaringnya.

Gambar 2.9 Kubus dan Jaring-jaring kubus

Karena kubus memiliki enam buah bidang dan tiap bidang berbentuk

persegi, maka:

Luas pemukaan kubus = 6 x luas persegi

= 6 x (r x r)

= 6 r2

Untuk kubus dengan panjang rusuk-rusuknya r, maka:

Luas Permukaan Kubus = 6 x r2 d. Volume Kubus

Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran yang

(47)

Gambar 2.10 Kubus Satuan

Gambar 2.10 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran

berbeda. Kubus pada Gambar 2.10 (a) merupakan kubus satuan.

Untuk membuat kubus satuan pada Gambar 2.10 (b) , diperlukan 2 ×

2 × 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus pada

Gambar 2.10 (c), diperlukan 3 × 3 × 3 = 27 kubus satuan. Dengan

demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara

mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali.

sehingga volume kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang

rusuk = r×r × r = r3 Jadi, volume kubus dapat dinyatakan sebagai

berikut:

Volume kubus = r3

( dengan r merupakan panjang rusuk kubus).

2. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi

panjang yang sepasang-sepasang kongruen atau prisma segiempat

(48)

a. Unsur-unsur Balok

1) Sisi

Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Terlihat

dari Gambar 2.11 balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi

berbentuk persegi panjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD

(sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi

belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping

kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan

yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut

adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF

dengan ADHE.

2) Rusuk

Rusuk adalah adalah ruas garis yang merupakan perpotongan

dua sisi balok. Sama seperti dengan kubus, balok ABCD.EFGH

memiliki 12 rusuk. Coba perhatikan kembali Gambar 2.11

secara seksama. Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB,

(49)

3) Titik Sudut

Titik sudut adalah titik pertemuan tiga rusuk pada balok Dari

Gambar 2.11 , terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 8

titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Diagonal Bidang

Gambar 2.12 Diagonal Bidang Balok

Perhatikan Gambar 2.12. Ruas garis AC yang melintang antara

dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang, yaitu

titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal bidangbalok

ABCD.EFGH. Jadi, diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada sisi

balok. Balok memiliki diagonal bidang sebanyak 12 buah.

5) Diagonal Ruang

Gambar 2.13 Diagonal Ruang Balok

Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E

pada balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 2.13 disebut

(50)

terbentuk dari ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut

yang saling berhadapan di dalam balok. Balok memiki diagonal

ruang sebanyak 4 buah.

6) Bidang Diagonal

Gambar 2.14 Bidang diagonal Balok

Perhatikan balok ABCD.EFGH pada Gambar 2.14. Dari gambar

tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu

diagonal bidang HF dan DB. Kedua diagonal bidang tersebut

beserta dua rusuk balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk

sebuah bidang diagonal. Bidang BDHF adalah bidang diagonal

balok ABCD.EFGH. Jadi, bidang diagonal balok adalah bidang

dalam balok yang terbentuk dari dua rusuk yang saling

berhadapan. Balok memiliki bidang diagonal sebanyak 6 buah.

b. Jaring-jaring Balok

Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi

dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.

Jika sebuah balok dipotong pada beberapa rusuknya dan dapat

dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang datar sehingga

membentuk susunan yang saling terhubung maka susunan yang

(51)

jaring-jaring balok dapat dilipat dan disambung untuk membentuk suatu

balok. Jadi, jaring-jaring balok adalah suatu pola gambar dimensi

dua yang dapat digunakan untuk membentuk balok tersebut. Berikut

merupakan contoh gambar dari jaring-jaring balok, yaitu:

c. Luas Permukaan Balok

Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh sisi balok.

Dengan menghitung semua sisi balok maka dapat menentukan luas

permukaan balok, yaitu:

Gambar 2.16 Luas Permukaan balok

(52)

Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar),

dan t (tinggi) seperti pada gambar . Dengan demikian, luas

permukaan balok tersebut adalah luas permukaan balok :

= luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2 + luas persegi

panjang 3 + luas persegi panjang 4 + luas persegi panjang 5 + luas

persegi panjang 6

= (p × l) + (p × t) + (l × t) + (p × l) + (l × t) + (p × t) = (p × l) + (p × l) + (l × t) + (l × t) + (p × t) + (p × t)

= 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)

= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t)

= 2 (pl+ lt + pt)

Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

Luas permukaan balok = 2(pl + lt + pt) d. Volume Balok

Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran yang

dapat digunakan untuk memenuhi bangun ruang itu. Jika pada

geometri datar, luas suatu bangun dinyatakan sebagai banyaknya

satuan luas yang dapat menutup bangun datar, maka dalam geometri

ruang, volum atau isi bangun ruang dinyatakan sebagai banyaknya

satuan isi yang dapat mengisi bangun ruang tersebut. Volum diukur

dalam satuan kubik, seperti centimeter kubik (cm3), inchi kubik (in3)

(53)

Pada sebuah balok, percobaan paling mudah untuk menentukan

volum adalah dengan menggunakan kubus satuan. Sebagai contoh

balok dengan ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan dan tinggi 4

satuan dapat diisi dengan menggunakan kubus satuan sebanyak 3 x 2

x 4 buah. Sehingga dikatakan balok tersebut mempunyai volume 24

satuan volum.

Gambar 2.17 Percobaan Menentukan Volum Balok dengan Kubus Satuan

Melalui proses percobaan mengisi kubus satuan ke balok dalam

berbagai ukuran, secara umum volum balok dengan panjang p, lebar

l, dan tinggi t dapat dinyatakan sebagai berikut:

Volum Balok = p x l x t

3. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan

yang kongruen dan sejajar yang sekaligus merupakan alas dan atas, serta

sisi-sisi lain yang memotong ke dua sisi berhadapan itu. Prisma tegak

adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang

kongruen dan sejajar yang sekaligus merupakan alas dan atas, serta

sisi-sisi lain memotong tegak lurus ke dua sisi-sisi berhadapan itu. Apabila rusuk

sisi prisma tegak lurus terhadap alas, maka dinamakan sebagai prisma

(54)

a. Unsur-unsur Prisma

1) Titik Sudut

Titik sudut adalah titik pertemuan tiga rusuk pada prisma.

Secara umum, prisma segi-n memiliki titik sudut sebanyak

(2xn) buah titik sudut.

2) Rusuk

Rusuk adalah adalah ruas garis yang merupakan

perpotongan dua sisi prisma. Secara umum, prisma segi-n

memiliki rusuk sebanyak (3 x n) buah rusuk.

3) Sisi

Sisi adalah bidang yang membatasi atau menyelimuti

prisma. Secara umum, prisma segi-n memiliki sisi sebanyak

(n+2) buah sisi.

4) Diagonal Bidang

Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua

titik sudut yang berhadapan pada sisi bangun ruang. Secara

umum, prisma segi-n memiliki (n(n -1)) buah diagonal sisi.

Gambar 2.18 Prima Tegak Segitiga PQRSTU

P Q

R S

(55)

5) Diagonal Ruang

Diagonal Ruang adalah garis yang menghubungkan dua

titik sudut yang berhadapan dalam bangun ruang.Secara

umum, prisma segi-n memiliki (n(n–3)) buah diagonal

ruang.

b. Jaring-jaring prisma

Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar

dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu

bangun ruang. Jika sebuah prisma dipotong pada beberapa

rusuknya dan dapat dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang

datar sehingga membentuk susunan yang saling terhubung maka

susunan yang terbentuk disebut sebagai jaring-jaring.

Sebaliknya, suatu jaring-jaring prisma dapat dilipat dan

disambung untuk membentuk suatu prisma. Jadi, jaring-jaring

prisma adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat

digunakan untuk membentuk prisma. Berikut adalah contoh

gambar jaring-jaring prisma, yaitu:

(56)

c. Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh sisi

prisma tersebut. Perhatikan gambar berikut:

A B

Gambar 2.20 Prisma dan Jaring-jaring Prisma

Luas permukaan prisma segitiga

= Luas ∆ ABC + Luas ∆ DEF + Luas ABED + Luas

BCFE + Luas ACFD

= 2 x Luas ∆ ABC + AB x AD + BC x BE + AC xAD

= 2 x Luas ∆ ABC + (AB+BC+AC) x AD

= 2 Luas ∆ ABC + keliling alas x tinggi

Sehingga,

Luas Prisma Segi-n :

= 2 x Luas alas prisma + (keliling alas x tinggi prisma) d. Volume Prisma

Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran

yang dapat digunakan untuk memenuhi bangun ruang itu. Balok

ABCD.EFGH memiliki ukuran panjang p satuan, lebar l satuan

dan tinggi t satuan. Perhatikan ilustrasi berikut ini:

F

C

(57)

Gambar 2.21 Balok yang dipotong

Apabila balok ABCD.EFGH tersebut dipotong menurut bidang

diagonal ACGE, maka akan diperoleh dua prisma yang saling

kongruen. Salah satunya prisma ABC.DEF seperti tampak pada

gambar di bawah ini:

Gambar 2.22 Prisma

Ternyata hasil belahan balok tersebut membentuk prisma

segitiga seperti pada gambar diatas. Dengan demikian, volume

prisma segitiga adalah setengah kali volume balok.

Volume Prisma ABC.EFG

= ½ x Volume balok ABCD.EFGH

= ½ x ( p x l x t )

= ( ½ x p x l ) x t

= Luas alas x tinggi

Jadi, volume prisma yang dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut :

F

C

A B

G

E t

Volume Prisma = Luas alas x tinggi

D

A B

C E

F G H

p l

t

E

C

A B

F

p l

t

D H

A

G E

(58)

4. Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak

(sebagai alas) dan beberapa buah segitiga yang bertemu pada satu titik

puncak.

a. Unsur-unsur Limas

1) Titik Sudut

Titik sudut adalah titik pertemuan tiga rusuk pada limas. Pada

limas memiliki 8 titik sudut. Secara umum, limas memiliki

(n+1) buah.

2) Puncak Limas

Puncak Limas adalah sebuah titik yang terletak di luar daerah

segi banyak tersebut.

3) Rusuk

Rusuk adalah adalah ruas garis yang merupakan perpotongan

dua sisi limas. Secara umum, limas memiliki (2 x n) buah.

(59)

4) Sisi

Sisi adalah bidang yang membatasi atau menyelimuti limas.

Secara umum, limas memiliki (n + 1) buah.

5) Diagonal Bidang

Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua titik

sudut yang berhadapan pada sisi bangun ruang. Secara umum,

limas memiliki n /2(n–2) buah.

b. Jaring-jaring Limas

Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi

dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.

Jika sebuah limas dipotong pada beberapa rusuknya dan dapat

dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang datar sehingga

membentuk susunan yang saling terhubung maka susunan yang

terbentuk disebut sebagai jaring. Sebaliknya, suatu

jaring-jaring limas dapat dilipat dan disambung untuk membentuk suatu

limas. Jaring-jaring limas adalah suatu pola gambar dimensi dua

yang dapat digunakan untuk membentuk limas.

Berikut adalah contoh gambar jaring-jaring limas:

Gambar 2.24 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat

T T

T T

B A

C D

2 2

b

A

C

B T

2 2

(60)

c. Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas adalah jumlah luas seluruh sisi limas tersebut.

Agar lebih jelas, perhatikan limas T.ABCD beserta jaring-jaringnya

berikut, kemudian tentukan luas permukaan limas tersebut.

Gambar 2.25 Limas dan Jaring-jaring Limas

Gambar di atas adalah sebuah Limas terbentuk dari alas berbentuk

persegi, dan 4 buah segitiga yang kongruen.

Luas permukaan Limas:

= L. alas + 4. L. segitiga

= (2a x 2a) + (4 .½ at)

= (2a)2 + 2at

Jadi, luas permukaan Limas dapat dirumuskan sebagai

berikut:

d. Volume Limas

Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran yang

dapat digunakan untuk memenuhi bangun ruang itu. Volume limas

dapat diperoleh dari volume suatu kubus.

Perhatikan gambar dibawah ini:

Luas Permukaan Limas = Luas alas + jumlah Luas sisi tegak

T T

T T

B A

C D

2 2

b

A

C

B T

2

(61)

Gambar 2.26 diagonal-diagonal ruang balok yang membentuk limas

Gambar di atas memperlihatkan sebuah kubus ABCD.EFGH

yang panjang rusuknya 2r satuan. Empat diagonal ruangnya saling

berpotongan di titik T sehingga terbentuk suatu limas. Jika diamati

secara cermat, keempat diagonal ruang tersebut membentuk 6 buah

limas segiempat, yaitu limas segiempat T.ABCD, T.BCFG, T.

ABEF, T. ADEH, T. DCGH, T. EFGH. Dengan demikian, volume

kubus ABCD.EFGH merupakan gabungan volume keenam limas

tersebut.

Volume Kubus ABCD.EFGH = 6 x Volume Limas T.ABCD

Volume Limas T. ABCD =

6 1

x Volume Kubus

= 6 1

x 2r x 2r x 2r

=

6 1

x (2r)2 x 2r

=

3 1

x (2r)2 x r

O

A B

C D

E

F

G H

2r

2r

(62)

= 3 1

x luas alas x tinggi

Jadi, Volume Limas dapat dirumuskan sebagai berikut :

G. Kerangka Berfikir

Pembelajaran remedial digunakan untuk siswa yang belum mencapai

KKM. Tujuan dari pembelajaran remedial adalah agar siswa tersebut dapat

mencapai KKM yang sudah ditetapkan. Awalnya, para siswa terlebih dahulu

mengikuti ulangan harian materi bangun ruang sisi datar. Setelah itu, dilihat

dari hasil ulangan harian tersebut dan dapat diketahui siswa-siswa yang

termasuk kategori mengalami kesulitan belajar (kategori remedi) yaitu siswa

yang belum mencapai KKM. Dan ini sesuai dengan tahap pertama dalam

langkah-langkah pembelajaran remedial yaitu penentuan status siswa.

Selanjutnya, pada tahap kedua, yaitu tahap perkiraan sebab, cara

mengetahui sebab-sebab yang dialami para siswa adalah dengan tes

diagnostik. Tes diagnostik ini sifatnya lebih mendalam karena digunakan

untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan siswa, tes diagnostik ini berbentuk

soal uraian. Para siswa yang mengikuti tes diagnostik adalah para siswa yang

sudah ditetapkan sebagai siswa yang termasuk kategori remidi. Tes

diagnostik terdiri dari 2, yaitu tes awal dan akhir. Siswa yang belum tuntas

pada ulangan harian mengikuti tes awal terlebih dahulu.

Volume Limas = 3 1

(63)

Setelah tes awal dilakukan, para siswa yang masih belum berhasil dalam

tes diagnostik tersebut masuk ke tahap selanjutnya, tahap ketiga yaitu

pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial dilakukan menggunakan

media powerpoint.

Dalam rumusan masalah yang disebutkan penulis pada bab 1 yaitu

Apakah penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial dapat

membantu siswa untuk mencapai ketuntasan belajar, dilakukanlah tes akhir.

Sehingga dari hasil tes akhir tersebut dapat diketahui apakah sebenarnya

penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial dapat membantu

Gambar

Tabel 4.39 Tabel Nilai Tes Akhir Sub Materi Kubus   .................................
Gambar 2.1 Kubus ABCDEFGH
gambar 2.1, kubus memiliki 12 rusuk, yaitu: AB, BC, CD, DA,
gambar berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

membagi tugas, memberi petunjuk dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan seksi Pengelolaan Peralatan Konstruksi;. menyusun petun;uk teknis standar

Dalam kaitannya dengan bidang studi matematika, persepsi terhadap kompetensi profesional guru matematika adalah tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan

olahraga permainan sepak bola, aspek-aspek tersebut merupakan prioritas utama yang benar-benar diperhatikan. Berikut ada dua aspek kategori tentang kebugaran yaitu

Di dalam Peraturan Daerah Banyuwangi nomor 13 tahun 2012 pasal 9 point E dan F dijelaskan bahwa strategi pembangunan pariwisata Banyuwangi adalah sebagai berikut :

Disisi lain banyak juga selain padi dan anggur yang apakah uitu juga dibebankan untuk dikeluarkan zakatnya.Ini menjadi sebuah problema bagi masayarakat indonesia

Frisian Flag Indonesia adalah agar penulis mampu mengetahui cara pengujian bahan baku berupa susu sapi murni serta mampu mengetahui karakteristik dari bahan baku yang

Ada fungsi tertentu dari merek yang memiliki pengaruh kuat pada niat pembelian yaitu citra merek , kualitas produk, pengetahuan produk, keterlibatan produk , atribut

analisisdata dan informasi terkait ketahanan pangan, industri, serta energi baru dan terbarukan dalam bentuk tulisan dilengkapi peta, tabel, dan grafik.. pengetahuan prosedural