PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA
KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Emiliana Yolanda Primaningtyas
081414014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PEMBELAJARAN
REMEDIAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Emiliana Yolanda Primaningtyas
081414014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
BERDOALAH SESERING MUNGKIN
KARENA DOA MENGUBAH SEGALA-GALANYA
Hanya ada dua cara untuk menjalani hidup anda. Yang pertama adalah menjalaninya seakan keajaiban itu tidak pernah ada. Yang kedua adalah menjalaninya seakan-akan segala sesuatu adalah keajaiban.
-Albert Einstein-
Dengan penuh syukur skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Papah, Mamah, Lina, Agus, Oliv, Mbah Aung dan Mbah Uti
Elsa, Tya, Silvi, Sisca, Shinta, Diah, Fani, Kikid, Candra, Charis dan Widhi
vi ABSTRAK
Emiliana Yolanda Primaningtyas. Penggunaan Media PowerPoint dalam Pembelajaran Remedial pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui sampai sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Datar (2) mengetahui cara
merancang media PowerPoint dalam pembelajaran remedial untuk membantu
mencapai ketuntasan belajar pada materi bangun ruang sisi datar (3) mengetahui sejauh mana penggunaan Media Power Point dalam pembelajaran remedial dapat membantu mencapai ketuntasan pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah ulangan harian, pembelajaran remedial
menggunakan media powerpoint, kuesioner dan tes diagnostik yang terdiri atas 2
tes yaitu tes awal dan tes akhir. Langkah-langkah penelitian (1) siswa yang dikategorikan remedi pada ulangan harian, kemudian mengikuti tes awal dan diberi kuesioner kesulitan yang hasilnya diolah untuk merancang media (2) siswa yang masih remedi pada tes awal kemudian mengikuti pembelajaran remedial (3) siswa mengikuti tes akhir.
Hasil penelitian (1) Ketercapaian hasil belajar siswa pada materi Bangun ruang sisi datar dari 44 siswa yang mengikuti ulangan harian 8 siswa tuntas dan 36 siswa belum tuntas. Dari 36 siswa yang belum tuntas tersebut mengikuti tahap selanjutnya yaitu tes awal dan hasilnya 17 siswa belum tuntas. Dari 17 siswa terdiri dari 7 siswa remedi limas; 2 remedi prisma; 1 remedi balok; 1 siswa remedi kubus, prisma dan limas; 1 siswa remedi kubus dan prisma; 2 siswa remedi balok, prisma dan limas; 1 siswa remedi balok dan limas; dan 2 siswa remedi balok dan
prisma. (2) Cara merancang media PowerPoint dilihat berdasarkan hasil kuesioner
kesulitan yaitu: untuk sub materi kubus yang lebih ditekankan dalam media adalah unsur-unsur dan jaring-jaring kubus; untuk sub materi balok yang lebih ditekankan dalam pembuatan rancangan media adalah pemahaman luas permukaan dan volume balok; sedangkan untuk sub materi prisma maupun limas ditekankan pada semua bagian-bagian baik itu unsur-unsur, jaring-jaring, luas
permukaan maupun volume. (3) Media PowerPoint dapat dikatakan membantu
dalam pembelajaran remedial pada materi bangun ruang sisi datar dikarenakan dari 17 siswa yang remedi, 13 siswa dinyatakan tuntas dan 4 siswa yang lain tidak tuntas sehingga presentase keberhasilannya mencapai 77%.
vii
ABSTRACT
Emiliana Yolanda Primaningtyas. The Use of Power Point Media on Remedial Learning of Geometrical Flat Material in VIII D Students of 1 Pangudi Luhur Yogyakarta Junior High School. Mathematic Education Study Program, Department of Mathematic Education and Science. Faculty of Teachers Training Education. Sanata Dharma University.
The aims of the research are (1) to find out the extent of students' achievement results in geometrical flat material (2) to find out how to construct power point media in remedial learning in order to help passing the passing grade of geometrical flat material (3) to find out the extent of the use of power point media on remedial learning in order to help passing the passing grade of geometrical flat material.
The kind of the research is descriptive-qualitative research. The instruments of the research are daily examination, remedial learning using power point, questionnaire and diagnostic test which consists of pre-test and post-test.The steps of the research are (1) the students were categorized based on the remedial daily examination, then followed pre-test. They were given questionnaire which the result will be used to construct the media (2) the students who still had remedy in pre-test should follow remedial learning (3) the students followed post-test.
The results of the research are (1) the achievement of students result in geometrical flat material is from 44 students, there were 8 students who passed the passing grade and there were 36 students who could not pass the passing grade. There were 36 students who followed pre-test because they could not pass the passing grade. The result was that there were 17 students who could not pass the passing grade. It consisted of 7 students had pyramid remedy; 2 students had prism remedy; 1 student had bar remedy; 1 student had cube, prism and pyramid remedy; 1 student had cube and prism remedy; 2 students had bar, prism and pyramid remedy; 1 student had bar and pyramid remedy ; and 2 students had bar and prism remedy. (2) The way to construct the power point media was seen from the questionnaire. It was found some difficulties in the questionnaire especially in some subs material. These were the difficulties: the cube elements and cube net should be emphasized in cube sub material ; the understanding of bar surface area and bar volume should be emphasized in bar sub material; the pyramid elements, pyramid net, pyramid surface area and pyramid volume should be emphasized in prism sub material. (3) power point media helped the students in remedial learning in geometrical flat material because from 17 students who had remedy, there were 13 students who could pass the passing grade and 4 others students did not pass the passing grade so the achievement percentage was 77%.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kapada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan,
bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP.
2. Bapak Drs. A. Atmadi. M.Si. selaku Ketua Jurusan PMIPA.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan skripsi
dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini sehinggga dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar.
6. Bruder Valentinus Naryo, FIC. M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
7. Bapak F.X. Suharyono, B.A. selaku guru matematika kelas VIII SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, motivasi, dan
x
8. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Univesitas Sanata Dharma yang telah membimbing,
membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
9. Seluruh keluargaku, Papah dan Mamah, kakakku Rosalina P.M., adik–adikku,
Agustinus Y.P. dan Maria Olivia A.P. serta Mbah Slamet dan Mbah Tirah,
terimakasih karena kalian selalu ada dan menjadi penyemangat terbesarku.
10.Siswa-siswi kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yang telah
bersedia membantu penulis selama proses penelitian.
11.Teman-teman Pendidikan Matematika 2008, terimakasih atas kerja samanya
selama 4 tahun ini.
12.FX Widhi Prasetyo, terima kasih telah bersedia menjadi editor dari proses
penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 10 Desember 2012
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikas Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
xii
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Pengertian Belajar ... 7
B. Media Pembelajaran ... 8
C. Microsoft PowerPoint ... 8
D. Pembelajaran Remedial ... 10
E. Ketuntasan Belajar ... 15
F. Materi Pembelajaran ... 19
G. Kerangka Berpikir ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43
C. Subyek Penelitian ... 43
D. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data ... 44
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Validasi Instrumen ... 50
G. Teknik Analisis Data ... 51
H. Perencanaan Penelitian ... 54
BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 57
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
xiii
a. Uji Coba Soal Ulangan Harian ... 64
b. Ulangan Harian ... 67
2. Perkiraan Sebab ... 69
a. Tes Awal ... 69
b. Kuesioner kesulitan ... 76
3. Pemecahan Kesulitan dan Penilainnya... 82
a. Jawaban Tes Awal dan Tes Akhir ... 82
b. Tes Akhir ... 122
C. Kelemahan Pelaksanaan Penelitian ... 126
BAB V KESIMPULAN HASIL PENELITIAN DAN SARAN... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 128
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hubungan Rumusan Masalah dengan Instrumen Penelitian ... 32
Tabel 3.2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas ... 32
Tabel 3.3 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas ... 32
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuisoner Kesulitan Belajar Siswa ... 33
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Uji Coba Ulangan harian ... 34
Tabel 3.6 Rencana Rancangan Storyboard Powerpoint ... 34
Tabel 3.7 Rancangan Indikator berdasarkan Taksonomi Bloom ... 35
Tabel 3.8 Rancangan Indikator Tes Diagnostik ... 36
Tabel 4.1 Urutan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 43
Tabel 4.2 Daftar Nilai Uji Coba Soal Ulangan Harian ... 51
Tabel 4.3 Soal Valid ... 52
Tabel 4.4 Daftar Nilai Ulangan Harian ... 54
Tabel 4.5 Hasil Tes Awal ... 56
Tabel 4.6 Tabel Hasil Tes awal sub materi Kubus ... 57
Tabel 4.7 Tabel Hasil Tes Awal Sub Materi Balok ... 58
Tabel 4.8 Tabel Hasil Tes Awal Sub Materi Prisma ... 60
Tabel 4.9 Tabel Hasil Tes Awal Sub Materi Limas ... 61
Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Pertama ... 62
Tabel 4.11 Hasil Kuesioner Kedua ... 63
Tabel 4.12 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 7 ... 69
Tabel 4.13 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 21 ... 71
xv
Tabel 4.15 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 30 ... 75
Tabel 4.16 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 38 ... 77
Tabel 4.17 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 41 ... 79
Tabel 4.18 Analisa Jawaban tes awal dan akhir siswa 43 ... 81
Tabel 4.19 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 7 ... 83
Tabel 4.20 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 21 ... 84
Tabel 4.21 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 30 ... 85
Tabel 4.22 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 34 ... 86
Tabel 4.23 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 37 ... 88
Tabel 4.24 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 41 ... 89
Tabel 4.25 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 43 ... 91
Tabel 4.26 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 2 ... 93
Tabel 4.27 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 3 ... 94
Tabel 4.28 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 4 ... 95
Tabel 4.29 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 7 ... 97
Tabel 4.30 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 19 ... 98
Tabel 4.31 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 25 ... 99
Tabel 4.32 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 26 ... 100
Tabel 4.33 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 30 ... 102
Tabel 4.34 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 33 ... 103
Tabel 4.35 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 38 ... 104
Tabel 4.36 Analisis Jawaban Tes Awal dan Tes akhir Siswa 39 ... 105
xvi
Tabel 4.38 Tabel Skor Tes Akhir Sub Materi Kubus ... 108
Tabel 4.39 Tabel Nilai Tes Akhir Sub Materi Kubus ... 109
Tabel 4.40 Tabel Skor Tes Akhir Sub Materi Balok ... 109
Tabel 4.41 Tabel Nilai Tes Akhir Sub Materi Balok ... 110
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kubus ABCDEFGH ... 19
Gambar 2.2 Diagonal Bidang Kubus ... 20
Gambar 2.3 Kubus ABCDEFGH dan Segitiga ABF ... 21
Gambar 2.4 Diagonal Ruang ... 22
Gambar 2.5 Kubus dan Segitiga BDH ... 22
Gambar 2.6 Bidang Diagonal ... 23
Gambar 2.7 Kubus dan Segiempat ABHG ... 24
Gambar 2.8 Contoh Gambar Jaring-jaring Kubus ... 24
Gambar 2.9 Kubus dan Jaring-jaring Kubus ... 25
Gambar 2.10 Kubus Satuan... 26
Gambar 2.11 Balok ABCDEFGH ... 27
Gambar 2.12 Diagonal Bidang Balok ... 28
Gambar 2.13 Diagonal Ruang Balok ... 28
Gambar 2.14 Bidang Diagonal Balok ... 29
Gambar 2.15 Contoh Gambar Jaring-jaring Balok ... 30
Gambar 2.16 Luas Permukaan Balok ... 30
Gambar 2.17 Percobaan Menentukan Volume balok dengan Kubus Satuan 32 Gambar 2.18 Prima Tegak Segiriga PQRSTU ... 33
Gambar 2.19 Jaring-jaring Prisma Tegak Segitiga ... 34
Gambar 2.20 Prisma dan Jaring-jaring Prisma ... 35
xviii
Gambar 2.22 Prisma ... 36
Gambar 2.23 Limas Segilima ABCDEFG ... 37
Gambar 2.24 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat ... 38
Gambar 2.25 Limas dan Jaring-jaring Limas ... 39
Gambar 2.26 Diagonal-diagonal Ruang Balok yang membentuk Limas ... 40
Gambar 4.1 Suasana saat mengerjakan tes awal ... 61
Gambar 4.2 Saat Pembelajaran Remedial berlangsung ... 62
Gambar 4.3 Saat Pembelajaran Remedial berlangsung ... 63
Gambar 4.4 Suasana saat mengerjakan akhir ... 64
Gambar 4.5 Rancangan Media Unsur-unsur Kubus ... 79
Gambar 4.6 Rancangan Media Jaring-jaring Kubus ... 79
Gambar 4.7 Rancangan Media Luas Permukaan Balok... 80
Gambar 4.8 Rancangan Media Volume Balok ... 80
Gambar 4.9 Rancangan Media Unsur-unsur Prisma ... 81
Gambar 4.10 Rancangan Media Luas Permukaan Prisma ... 81
Gambar 4.11 Rancangan Media Unsur-unsur Limas ... 81
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran A1 Soal Uji Coba Ulangan Harian ... 1
Lampiran A2 Pembahasan Soal Uji Coba Ulangan Harian ... 5
Lampiran A3 Soal Ulangan Harian ... 13
Lampiran A4 Pembahasan Soal Ulangan Harian ... 16
Lampiran A5 Soal Tes Awal ... 20
Lampiran A6 Pembahasan Soal Tes Awal ... 22
Lampiran A7 Paket Soal Kubus ... 28
Lampiran A8 Pembahasan Paket Soal Kubus ... 29
Lampiran A9 Paket Soal Balok ... 31
Lampiran A10 Pembahasan Paket Soal Balok ... 32
Lampiran A11 Paket Soal Prisma ... 34
Lampiran A12 Pembahasan Paket Soal Prisma ... 35
Lampiran A13 Paket Soal Limas ... 37
Lampiran A14 Pembahasan Paket Soal Limas ... 38
Lampiran B Lampiran B1 Uji Validitas Soal Ulangan Harian ... 40
Lampiran B2 Pertimbangan Pakar Kuesioner ... 47
Lampiran B3 Pertimbangan Pakar Tes Diagnostik ... 49
Lampiran B4 Pertimbangan Pakar Rancangan Media ... 54
xx
Lampiran B6 Lembar Aktivitas Siswa ... 68
Lampiran B7 Keusioner Kesulitan ... 72
Lampiran B8 Rancangan Media Pembelajaran Remedial ... 75
Lampiran C
Lampiran C1 Permohonan Ijin ... 79
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang mata pelajaran yang
menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari lama
waktu jam mata pelajaran matematika yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan jam mata pelajaran lain. Selain itu, pelaksanaan mata pelajaran
matematika diberikan pada setiap jenjang proses pendidikan dari tingkat SD
sampai dengan SMA. Matematika dinilai sebagai pelajaran yang sulit oleh
para siswa apalagi dengan adanya rumus-rumus yang membuat mereka
semakin menghindari hal-hal yang berkaitan dengan matematika.
Anggapan bahwa matematika itu mata pelajaran yang sulit terlihat pada
saat PPL dan observasi, banyak siswa yang sering mengatakan “susah ah, gak
mudeng, rumusnya banyak nih ” dan sebagainya yang menjadi keluhan siswa tentang pelajaran matematika. Pelajaran matematika tidak mudah dipahami
secara langsung oleh para siswa karena berkaitan dengan ide abstrak sehingga
menyebabkan banyak siswa belum mencapai tingkat ketuntasan belajar.
Belum tercapainya tingkat ketuntasan belajar dalam pembelajaran matematika
dapat dijadikan indikator bahwa dalam pembelajaran ini terdapat kesulitan
belajar pada siswa (Ditjen Dikti, 1984:57). Oleh karena itu, diperlukan usaha
untuk mengatasi kesulitan dalam belajar matematika yang menyebabkan
Kegiatan remedial dalam proses pembelajaran merupakan usaha yang
dilakukan dalam rangka membantu siswa untuk mengatasi hambatan atau
kesulitan belajar yang dialaminya. Pembelajaran remedial juga merupakan
pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami
hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa
kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam
mencapai kompetensi. Pada hakikatnya, pembelajaran remedial adalah
pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau
kelambatan belajar (Depdiknas 2008).
Dalam observasi, terlihat tidak adanya penggunaan media dalam
pembelajaran. Seharusnya dengan materi yang dipelajari yaitu bangun ruang
sisi datar, penggunaan media atau alat peraga sangat membantu para siswa
untuk memahami materi tersebut, apalagi ditengah pembelajaran berlangsung,
beberapa siswa mulai terlihat bosan dan tidak konsentrasi dalam mengikuti
pelajaran. Ini terlihat dari beberapa siswa mulai tidak memperhatikan
penjelasan Guru dan berbicara dengan temannya. Oleh karena itu, guru perlu
melakukan inovasi dalam penggunaan media pembelajaran yang menarik
agar terjadi pembelajaran yang variatif. Pembelajaran berbasis komputer
menjadi salah satu pembelajaran yang variatif. Pembelajaran berbasis
komputer adalah pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai alat
bantu. Melalui pembelajaran ini bahan ajar disajikan melalui media komputer
sehinggga kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan
Salah satu media komputer yang cocok dalam pembelajaran dengan
materi bangun ruang sisi datar adalah Microsoft PowerPoint. Microsoft
PowerPoint merupakan salah satu bagian aplikasi Microsoft Office yang dapat digunakan untuk membantu merancang dan menyajikan presentasi.
Presentasi yang dibuat dapat berisi tampilan teks maupun grafis yang terbagi
dalam slide-slide. Setiap slide dapat berisi penjabaran topik yang
divisualisasikan dalam bentuk tulisan, gambar maupun tabel. Dengan adanya
animasi dan multimedia yang menyertainya maka penyajian presentasi akan
lebih hidup, menarik dan efektif (Budi P: 2011). Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penggunaan Media
PowerPoint dalam Pembelajaran Remedial pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada, antara lain :
1. Pelajaran matematika tidak mudah dipahami secara langsung oleh para
siswa karena berkaitan dengan ide abstrak sehingga menyebabkan
banyak siswa belum mencapai tingkat ketuntasan belajar.
2. Diperlukan usaha untuk mengatasi kesulitan dalam belajar matematika
3. Pembelajaran remedial merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka
membantu siswa untuk mengatasi hambatan atau kesulitan belajar yang
dialaminya agar mencapai standar ketuntasan.
4. Dalam observasi, pembelajaran yang dilakukan kurang variatif karena
guru belum menggunakan media pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
dibahas maka perlu dibatasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Media yang digunakan adalah media powerpoint dalam pembelajaran
remedial dengan materi bangun ruang sisi datar.
2. Peneliti hanya meneliti siswa kelas VIII D pada SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2011/ 2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah disebutkan sebelumnya,
dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa pada materi bangun ruang
sisi datar?
2. Bagaimana cara merancang media powerpoint untuk pembelajaran
remedial?
3. Apakah dengan adanya penggunaan media powerpoint dalam
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa
pada materi bangun ruang sisi datar.
2. Untuk mengetahui cara merancang media powerpoint dalam
pembelajaran remedial dalam membantu mencapai ketuntasan belajar
pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D.
3. Untuk mengetahui penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran
remedial dalam membantu mencapai ketuntasan pada materi bangun
ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Bagi Guru
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif
pembelajaran berbasis komputer dengan media powerpoint untuk
mengajarkan siswa tentang materi bangun ruang sisi datar.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian yang lebih lanjut, menambah pengetahuan mengenai dunia
3. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai
ketuntasan belajar dalam materi bangun ruang sisi datar dan membantu
siswa dalam memahami materi bangun ruang sisi datar dengan
menggunakan media powerpoint.
G. Batasan Istilah
1. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik (Akhmad Sudrajat 2008).
2. Microsoft powerpoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi
yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran
mereka (Wikipedia).
3. Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan
minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah (Nurman Karim
2008)
4. Pembelajaran remedial adalah proses usaha yang dilakukan dalam rangka
membantu siswa untuk mengatasi hambatan atau kesulitan belajar yang
dialaminya (Koestoer dan Hadisuparti 1984)
5. Bangun ruang sisi datar adalah salah satu materi yang dipelajari
siswa-siswi kelas VIII D semester genap tahun ajaran 2011/2012 SMP Pangudi
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Kegiatan yang utama dalam proses pendidikan adalah kegiatan belajar.
Berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan itu dapat dilihat pada proses belajar
yang dialami para siswa di sekolah. Berikut merupakan arti dari belajar
menurut beberapa tokoh, yaitu:
1. Menurut Hilgrad dan Marquis (dalam Suyono dan Hariyanto 2011:12)
belajar merupakan proses memperoleh ilmu yang diusahakan melalui
latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga memberikan perubahan
dalam diri.
2. Menurut Gage dan Berniler (1984) (dalam Sukmadinata 2009:156)
mendefinisikan belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
3. Menurut Thompson (1970) (dalam Sukmadinata 2009:156) menyatakan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman.
Dari beberapa pendapat menurut para tokoh tentang arti dari belajar,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan
seseorang untuk melakukan suatu perubahan-perubahan tingkah laku yang
terjadi pada dirinya sehingga semakin berkembang melalui pengalaman yang
B. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah dapat diartikan sebagai perantara atau
pengantar. Berikut adalah arti dari media pembelajaran yang dikemukakan
oleh beberapa tokoh, yaitu:
1. Menurut Rossi dan Breidle (1996) (dalam Wina Sanjaya 2011:163)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi,
buku, buku, koran majalahdan sebagainya.
2. Menurut Rossi, alat- alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan
diprogram untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.
3. Menurut Oemar Hamalik (1994) mendefinisikan media sebagai teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara
guru dan murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran sekolah.
Dari ketiga pendapat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang diprogram untuk pendidikan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa.
C. MicrosoftPowerPoint
Menurut Wikipedia, ensiklopedia bebas, Microsoft Powerpoint atau
Microsoft Office Powerpoint adalah sebuah program komputer untuk
presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi
program lainnya. Aplikasi Microsoft Powerpoint ini pertama kali dikembangkan oleh Bob Gaskins dan Dennis Austin sebagai presenter untuk
perusahaan bernama Forethougt, Inc yang kemudian mereka ubah namanya
menjadi Powerpoint. Pada tahun 1987, PowerPoint versi 1.0 dirilis, dan
komputer yang didukungnya adalah Apple Macintosh. Powerpoint kala itu
masih menggunakan warna hitam/putih, yang mampu membuat halaman teks
dan grafik untuk transparansi overhead projector (OHP). Setahun kemudian,
versi baru dari Powerpoint muncul dengan dukungan warna, setelah
Macintosh berwarna muncul ke pasaran.
Microsoft pun mengakusisi Forethouth, Inc dan tentu saja perangkat
lunak Powerpoint dengan harga kira-kira 14 juta dollar pada tanggal 31 Juli
1987. Pada tahun 1990, versi Microsoft Windows dari Powerpoint (versi 2.0)
muncul ke pasaran, mengikuti jejak Microsoft windows 3.0. Sejak tahun
1990, Powerpoint telah menjadi bagian standar yang terpisahkan dalam paket
aplikasi kantoran MicrosoftOffice System (kecuali Basic Edition).
Dalam powerpoint, seperti halnya perangkat lunak pengolah presentasi
lainnya, obyek teks, grafik, video, suara dan objek-objek lainnya diposisikan
dalam beberapa halaman individual yang disebut dengan slide. Istilah slide
dalam powerpoint ini memiliki analogi yang sama dengan slide dalam
proyektor biasa, yang telah kuno, akibat munculnya perangkat lunak
komputer yang mampu mengolah presentasi semacam powerpoint dan
dinavigasikan melalui perintah dari si presenter. Slide juga dapat membentuk
dasar webcast (sebuah siaran di World Wide Web).
PowerPoint menawarkan dua jenis properti pergerakan, yakni Custom Animation dan Transition. Properti Pergerakan Entrance, Emphasis dan Exit
objek dalam sebuah slide dapat diatur oleh Custom Animation, sementara
Transition mengatur pergerakan dari satu slide ke slide lainnya. Semuanya dapat dianimasikan dalam banyak cara.
D. Pembelajaran Remedial
Menurut Koestoer dan Hadisuparti (1984) pembelajaran remedial pada
dasarnya bagian dari pembelajaran secara keseluruhan, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, tidak semua
siswa mencapai ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak
mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
1. Karakteristik Pembelajaran Remedial
Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang “terlambat”
mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran, diadakan
pembelajaran, yaitu pembelajaran remedial. Pada dasarnya
pembelajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa,
a. Tujuan
Pembelajaran biasa diarahkan pada penguasaan (mastery)
bahan tuntas sehingga baik tujuan instruksional maupun tujuan
pengiring (nurturant-effect) tercapai secara maksimal. Sedangkan
pembelajaran remedial lebih diarahkan kepada peningkatan
penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang
bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang
mungkin diterimanya.
b. Strategi
Strategi proses belajar-mengajar pembelajaran remedial
sifatnya sangat individual dan lebih individual dan lebih ditekankan
kepada keragaman mahasiswa baik yang berhubungan dengan
kemampuan umum mahasiswa, kemampuan khusus, penguasaan
bahan sebelumnya dan sebagainya, yang dapat dipandang sebagai
satu cara, penyampaian harus bervariasi. Langkah-langkahnya
dianjurkan dari yang mudah mengarah kepada yang sukar secara
sistematis, sehingga outputnya sesudah pengajaran remedial selesai
diharapkan paralel dengan siswa yang lain di kelasnya, usaha
modifikasi terhadap proses belajar mengajar yang biasa.
c. Bahan
Bahan untuk pembelajaran remedial biasanya dikembangkan
dengan penggalan yang lebih kecil-kecil dari pada bahan yang
yang memerlukan pembelajaran remedial ini dapat menyerap bahan
tersebut dengan kesukaran dengan kesukaran seminimal mungkin.
Dengan demikian, dapat diartikan pembelajaran remedial sebagai
upaya pendidik dalam membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam
belajar dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain
sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya
seoptimal mungkin dan dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan
minimal yang diharapkan. Upaya tersebut hendaknya memperhatikan
kebutuhan setiap siswa yang bervariasi dan mengalami kesulitan.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial
Langkah-langkah dalam pembelajaran remedial menurut Thomas
(1975) ada tiga, yakni:
a. Penelaahan status (status assessment)
Tahap ini merupakan tahap identifikasi hakekat dan luasnya
dari kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Dalam tahap ini berguna
untuk menentukan siswa-siswa mana yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar. Cara yang digunakan untuk mengetahui bahwa
siswa itu mengalami kesulitan belajar adalah dengan melakukan
test atau pengamatan hasil. Siswa yang dikategorikan sebagai siswa
yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang nilainya
b. Perkiraan sebab (cause estimination)
Tahap ini merupakan tahap perkiraan alasan atau sebab yang
mendasari pola hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa yang
bersangkutan seperti terungkap pada tahap 1. Penentuan letak atau
jenis kesulitan belajar siswa secara lebih spesifik dan perkiraan
tentang penyebab kesulitan belajar tersebut. Pada tahap ini
digunakan tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak
lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan
kelemahan/masalah yang dimiliki siswa. Fungsi tes ini adalah
untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai
masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Karakteristik tes
diagnostik adalah untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena
format dan respon yang dijaring harus memiliki fungsi diagnostik,
dan dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber
kesalahan atau kesulitan. Tes diagnostik memiliki karakteristik,
yaitu:
1) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu
format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki
2) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber
kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
munculnya masalah (penyakit) siswa,
3) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian
atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi
secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan
bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda),
harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu
sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat
ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan
4) disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan
kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.
(http://www.slideshare.net/lanangkelima/test-diagnostik)
c. Pemecahan kesulitan dan penilaiannya (treatment and treatment
evaluation)
Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan
sebab dari pada kesulitan yang dihadapi siswa. Atau apabila sebab
itu tidak dapat disembuhkan, hal ini menjadi tahap untuk
memberikan bantuan kepada siswa tersebut dalam belajar yang
sesuai dengan sebabnya. Pembelajaran remedial untuk
memecahkan atau mengatasi kesulitan belajar siswa, sekaligus
Pada tahap ini, pembelajaran remedial menggunakan media
powerpoint.
E. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan
minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Acuan kriteria mengharuskan pendidik
untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu
memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas. Mekanisme penetapan
KKM ada tiga, yaitu:
1. Prinsip Kriteria Ketuntasan Minimal
Dalam prinsip kriteria ketuntasan minimal perlu mempertimbangkan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang
dapat dilakukan melalui metode kualitatif atau kuantitatif. Metode
kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh
pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan
pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya.
Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang
disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui
memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar
kompetensi.
c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)
merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi
Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan
belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai
ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh
indikator pada KD tersebut;
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK)
merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat
dalam SK tersebut;
e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar
(LHB/Rapor) peserta didik;
f. Indikator merupakan acuan / rujukan bagi pendidik untuk membuat
soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah
Semester (UTS), maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal
ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan
pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak
perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena
g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
2. Langkah-Langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik;
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
c. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua/wali peserta didik.
3. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan
minimal adalah:
a. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat
kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh
1) guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus
dibelajarkan pada peserta didik;
2) guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran
yang bervariasi;
3) guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai
bidang yang diajarkan;
4) peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
5) peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
6) peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam
penyelesaian tugas/pekerjaan;
7) waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena
memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga
dalam proses pembelajarannya memerlukan
pengulangan/latihan;
8) tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar
peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
b. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
1) Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti
perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses
2) Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian
stakeholders sekolah.
c. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang
bersangkutan.
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada
saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah,
rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan
intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
Di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta memiliki standar KKM untuk
materi bangun ruang sisi datar adalah 72.
F. Materi Pembelajaran
Materi yang dipelajari dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar
yaitu sebagai berikut:
1. Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi
dan semua rusuknya sama panjang.
a. Unsur-unsur Kubus
1) Sisi
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari gambar
2.1 terlihat kubus mempunyai 6 sisi yang semuanya berbentuk
persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi
depan), CDHG (sisi belakang), dan ADHE (sisi samping kanan).
2) Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong anatara dua sisi bidang kubus
dan terlihat sepertu kerangka yang menyususn kubus. Perhatikan
gambar 2.1, kubus memiliki 12 rusuk, yaitu: AB, BC, CD, DA,
EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
3) Titik Sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari
Gambar 2.1 , terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik
sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4) Diagonal Bidang
Gambar 2.2 Diagonal Bidang Kubus
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.2 . Pada
kubus tersebut terdapat garis AF yang menghubungkan dua titik
tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang. Jadi, diagonal
bidang kubus adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang berhadapan pada sisi kubus. Sehingga kubus memiliki
diagonal bidang sebanyak 12 buah.
Untuk menentukan panjang diagonal kubus perhatikan
gambar berikut:
Gambar 2.3 Kubus ABCD.EFGH dan Segitiga ABF
Panjang diagonal yang dicari adalah panjang AF misalkan saja
panjang AB dan BF adalah r, sehingga dalam mencari AF
menggunakan therema phytagoras yaitu sebagai berikut:
Sehingga panjang diagonal bidang kubus dengan rusuk r adalah
5) Diagonal Ruang
Gambar 2.4 Diagonal Ruang
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.4. Pada
kubus tersebut, terdapat ruas garis HB yang menghubungkan
dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas
garis tersebut disebut diagonal ruang. Jadi, diagonal ruang kubus
adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang
berhadapan dalam kubus. Kubus memiliki diagonal ruang
sebanyak 4 buah.
Untuk menentukan panjang diagonal ruang, perhatikan
gambar berikut:
Gambar 2.5 Kubus dan Segitiga BDH
Panjang diagonal ruang yang dicari adalah BH, misalkan DH
adalah r maka BD yang merupakan diagonal bidang adalah r 2
sehingga untuk mencari BH menggunakan theorema phytagoras,
Sehingga panjang diagonal ruang kubus adalah r 3
6) Bidang Diagonal
Gambar 2.6 Bidang diagonal
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.6. Pada
gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus
ABCD. EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC
dan EG beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG
membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE
pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut sebagai bidang
diagonal. Jadi, bidang diagonal adalah bidang dalam bangun
ruang yang terbentuk dari dua rusuk yang saling berhadapan.
Kubus memiliki bidang diagonal sebanyak 6 buah.
Untuk menentukan luas bidang diagonal perhatikan gambar
Gambar 2.7 Kubus dan Segiempat ABHG
Untuk mencari luas bidang diagonal yaitu dengan mengalikan
antara panjang diagonal bidang yaitu BG (r 2) dan rusuk AB
(r). Sehingga Luas bidang diagonal = BG x AB = r 2 x r
b. Jaring-jaring Kubus
Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi
dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.
Jaring-jaring kubus adalah rangkaian 6 buah persegi kongruen yang
jika dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat
membentuk kubus dan tidak ada bidang yang rangkap (ganda).
Dengan dmikian tidak semua rangkaian 6 persegi merupakan
jaring-jaring kubus. Atau kubus yang diiris pada beberapa bagian rusuknya
kemudian direbahkan sehingga terjadi bangun datar. Berikut adalah
contoh gambar jaring-jaring kubus, yaitu:
G
B A
H
r
Gambar 2.8 Contoh Gambar-gambar Jaring-jaring Kubus c. Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh sisi kubus
tersebut. Untuk menentukan luas permukaan kubus perhatikan
gambar berikut yang menunjukkan kubus dengan panjang rusuk = r
beserta jaring-jaringnya.
Gambar 2.9 Kubus dan Jaring-jaring kubus
Karena kubus memiliki enam buah bidang dan tiap bidang berbentuk
persegi, maka:
Luas pemukaan kubus = 6 x luas persegi
= 6 x (r x r)
= 6 r2
Untuk kubus dengan panjang rusuk-rusuknya r, maka:
Luas Permukaan Kubus = 6 x r2 d. Volume Kubus
Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran yang
Gambar 2.10 Kubus Satuan
Gambar 2.10 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran
berbeda. Kubus pada Gambar 2.10 (a) merupakan kubus satuan.
Untuk membuat kubus satuan pada Gambar 2.10 (b) , diperlukan 2 ×
2 × 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus pada
Gambar 2.10 (c), diperlukan 3 × 3 × 3 = 27 kubus satuan. Dengan
demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara
mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali.
sehingga volume kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang
rusuk = r×r × r = r3 Jadi, volume kubus dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Volume kubus = r3
( dengan r merupakan panjang rusuk kubus).
2. Balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi
panjang yang sepasang-sepasang kongruen atau prisma segiempat
a. Unsur-unsur Balok
1) Sisi
Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Terlihat
dari Gambar 2.11 balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi
berbentuk persegi panjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD
(sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi
belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping
kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan
yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut
adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF
dengan ADHE.
2) Rusuk
Rusuk adalah adalah ruas garis yang merupakan perpotongan
dua sisi balok. Sama seperti dengan kubus, balok ABCD.EFGH
memiliki 12 rusuk. Coba perhatikan kembali Gambar 2.11
secara seksama. Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB,
3) Titik Sudut
Titik sudut adalah titik pertemuan tiga rusuk pada balok Dari
Gambar 2.11 , terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 8
titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4) Diagonal Bidang
Gambar 2.12 Diagonal Bidang Balok
Perhatikan Gambar 2.12. Ruas garis AC yang melintang antara
dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang, yaitu
titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal bidangbalok
ABCD.EFGH. Jadi, diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada sisi
balok. Balok memiliki diagonal bidang sebanyak 12 buah.
5) Diagonal Ruang
Gambar 2.13 Diagonal Ruang Balok
Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E
pada balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 2.13 disebut
terbentuk dari ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang saling berhadapan di dalam balok. Balok memiki diagonal
ruang sebanyak 4 buah.
6) Bidang Diagonal
Gambar 2.14 Bidang diagonal Balok
Perhatikan balok ABCD.EFGH pada Gambar 2.14. Dari gambar
tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu
diagonal bidang HF dan DB. Kedua diagonal bidang tersebut
beserta dua rusuk balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk
sebuah bidang diagonal. Bidang BDHF adalah bidang diagonal
balok ABCD.EFGH. Jadi, bidang diagonal balok adalah bidang
dalam balok yang terbentuk dari dua rusuk yang saling
berhadapan. Balok memiliki bidang diagonal sebanyak 6 buah.
b. Jaring-jaring Balok
Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi
dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.
Jika sebuah balok dipotong pada beberapa rusuknya dan dapat
dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang datar sehingga
membentuk susunan yang saling terhubung maka susunan yang
jaring-jaring balok dapat dilipat dan disambung untuk membentuk suatu
balok. Jadi, jaring-jaring balok adalah suatu pola gambar dimensi
dua yang dapat digunakan untuk membentuk balok tersebut. Berikut
merupakan contoh gambar dari jaring-jaring balok, yaitu:
c. Luas Permukaan Balok
Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh sisi balok.
Dengan menghitung semua sisi balok maka dapat menentukan luas
permukaan balok, yaitu:
Gambar 2.16 Luas Permukaan balok
Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar),
dan t (tinggi) seperti pada gambar . Dengan demikian, luas
permukaan balok tersebut adalah luas permukaan balok :
= luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2 + luas persegi
panjang 3 + luas persegi panjang 4 + luas persegi panjang 5 + luas
persegi panjang 6
= (p × l) + (p × t) + (l × t) + (p × l) + (l × t) + (p × t) = (p × l) + (p × l) + (l × t) + (l × t) + (p × t) + (p × t)
= 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)
= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t)
= 2 (pl+ lt + pt)
Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
Luas permukaan balok = 2(pl + lt + pt) d. Volume Balok
Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran yang
dapat digunakan untuk memenuhi bangun ruang itu. Jika pada
geometri datar, luas suatu bangun dinyatakan sebagai banyaknya
satuan luas yang dapat menutup bangun datar, maka dalam geometri
ruang, volum atau isi bangun ruang dinyatakan sebagai banyaknya
satuan isi yang dapat mengisi bangun ruang tersebut. Volum diukur
dalam satuan kubik, seperti centimeter kubik (cm3), inchi kubik (in3)
Pada sebuah balok, percobaan paling mudah untuk menentukan
volum adalah dengan menggunakan kubus satuan. Sebagai contoh
balok dengan ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan dan tinggi 4
satuan dapat diisi dengan menggunakan kubus satuan sebanyak 3 x 2
x 4 buah. Sehingga dikatakan balok tersebut mempunyai volume 24
satuan volum.
Gambar 2.17 Percobaan Menentukan Volum Balok dengan Kubus Satuan
Melalui proses percobaan mengisi kubus satuan ke balok dalam
berbagai ukuran, secara umum volum balok dengan panjang p, lebar
l, dan tinggi t dapat dinyatakan sebagai berikut:
Volum Balok = p x l x t
3. Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan
yang kongruen dan sejajar yang sekaligus merupakan alas dan atas, serta
sisi-sisi lain yang memotong ke dua sisi berhadapan itu. Prisma tegak
adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang
kongruen dan sejajar yang sekaligus merupakan alas dan atas, serta
sisi-sisi lain memotong tegak lurus ke dua sisi-sisi berhadapan itu. Apabila rusuk
sisi prisma tegak lurus terhadap alas, maka dinamakan sebagai prisma
a. Unsur-unsur Prisma
1) Titik Sudut
Titik sudut adalah titik pertemuan tiga rusuk pada prisma.
Secara umum, prisma segi-n memiliki titik sudut sebanyak
(2xn) buah titik sudut.
2) Rusuk
Rusuk adalah adalah ruas garis yang merupakan
perpotongan dua sisi prisma. Secara umum, prisma segi-n
memiliki rusuk sebanyak (3 x n) buah rusuk.
3) Sisi
Sisi adalah bidang yang membatasi atau menyelimuti
prisma. Secara umum, prisma segi-n memiliki sisi sebanyak
(n+2) buah sisi.
4) Diagonal Bidang
Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua
titik sudut yang berhadapan pada sisi bangun ruang. Secara
umum, prisma segi-n memiliki (n(n -1)) buah diagonal sisi.
Gambar 2.18 Prima Tegak Segitiga PQRSTU
P Q
R S
5) Diagonal Ruang
Diagonal Ruang adalah garis yang menghubungkan dua
titik sudut yang berhadapan dalam bangun ruang.Secara
umum, prisma segi-n memiliki (n(n–3)) buah diagonal
ruang.
b. Jaring-jaring prisma
Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar
dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu
bangun ruang. Jika sebuah prisma dipotong pada beberapa
rusuknya dan dapat dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang
datar sehingga membentuk susunan yang saling terhubung maka
susunan yang terbentuk disebut sebagai jaring-jaring.
Sebaliknya, suatu jaring-jaring prisma dapat dilipat dan
disambung untuk membentuk suatu prisma. Jadi, jaring-jaring
prisma adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat
digunakan untuk membentuk prisma. Berikut adalah contoh
gambar jaring-jaring prisma, yaitu:
c. Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh sisi
prisma tersebut. Perhatikan gambar berikut:
A B
Gambar 2.20 Prisma dan Jaring-jaring Prisma
Luas permukaan prisma segitiga
= Luas ∆ ABC + Luas ∆ DEF + Luas ABED + Luas
BCFE + Luas ACFD
= 2 x Luas ∆ ABC + AB x AD + BC x BE + AC xAD
= 2 x Luas ∆ ABC + (AB+BC+AC) x AD
= 2 Luas ∆ ABC + keliling alas x tinggi
Sehingga,
Luas Prisma Segi-n :
= 2 x Luas alas prisma + (keliling alas x tinggi prisma) d. Volume Prisma
Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran
yang dapat digunakan untuk memenuhi bangun ruang itu. Balok
ABCD.EFGH memiliki ukuran panjang p satuan, lebar l satuan
dan tinggi t satuan. Perhatikan ilustrasi berikut ini:
F
C
Gambar 2.21 Balok yang dipotong
Apabila balok ABCD.EFGH tersebut dipotong menurut bidang
diagonal ACGE, maka akan diperoleh dua prisma yang saling
kongruen. Salah satunya prisma ABC.DEF seperti tampak pada
gambar di bawah ini:
Gambar 2.22 Prisma
Ternyata hasil belahan balok tersebut membentuk prisma
segitiga seperti pada gambar diatas. Dengan demikian, volume
prisma segitiga adalah setengah kali volume balok.
Volume Prisma ABC.EFG
= ½ x Volume balok ABCD.EFGH
= ½ x ( p x l x t )
= ( ½ x p x l ) x t
= Luas alas x tinggi
Jadi, volume prisma yang dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
F
C
A B
G
E t
Volume Prisma = Luas alas x tinggi
D
A B
C E
F G H
p l
t
E
C
A B
F
p l
t
D H
A
G E
4. Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak
(sebagai alas) dan beberapa buah segitiga yang bertemu pada satu titik
puncak.
a. Unsur-unsur Limas
1) Titik Sudut
Titik sudut adalah titik pertemuan tiga rusuk pada limas. Pada
limas memiliki 8 titik sudut. Secara umum, limas memiliki
(n+1) buah.
2) Puncak Limas
Puncak Limas adalah sebuah titik yang terletak di luar daerah
segi banyak tersebut.
3) Rusuk
Rusuk adalah adalah ruas garis yang merupakan perpotongan
dua sisi limas. Secara umum, limas memiliki (2 x n) buah.
4) Sisi
Sisi adalah bidang yang membatasi atau menyelimuti limas.
Secara umum, limas memiliki (n + 1) buah.
5) Diagonal Bidang
Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua titik
sudut yang berhadapan pada sisi bangun ruang. Secara umum,
limas memiliki n /2(n–2) buah.
b. Jaring-jaring Limas
Jaring-jaring bangun ruang adalah suatu pola gambar dimensi
dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang.
Jika sebuah limas dipotong pada beberapa rusuknya dan dapat
dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang datar sehingga
membentuk susunan yang saling terhubung maka susunan yang
terbentuk disebut sebagai jaring. Sebaliknya, suatu
jaring-jaring limas dapat dilipat dan disambung untuk membentuk suatu
limas. Jaring-jaring limas adalah suatu pola gambar dimensi dua
yang dapat digunakan untuk membentuk limas.
Berikut adalah contoh gambar jaring-jaring limas:
Gambar 2.24 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat
T T
T T
B A
C D
2 2
b
A
C
B T
2 2
c. Luas Permukaan Limas
Luas permukaan limas adalah jumlah luas seluruh sisi limas tersebut.
Agar lebih jelas, perhatikan limas T.ABCD beserta jaring-jaringnya
berikut, kemudian tentukan luas permukaan limas tersebut.
Gambar 2.25 Limas dan Jaring-jaring Limas
Gambar di atas adalah sebuah Limas terbentuk dari alas berbentuk
persegi, dan 4 buah segitiga yang kongruen.
Luas permukaan Limas:
= L. alas + 4. L. segitiga
= (2a x 2a) + (4 .½ at)
= (2a)2 + 2at
Jadi, luas permukaan Limas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
d. Volume Limas
Isi (volum) suatu bangun ruang adalah banyaknya takaran yang
dapat digunakan untuk memenuhi bangun ruang itu. Volume limas
dapat diperoleh dari volume suatu kubus.
Perhatikan gambar dibawah ini:
Luas Permukaan Limas = Luas alas + jumlah Luas sisi tegak
T T
T T
B A
C D
2 2
b
A
C
B T
2
Gambar 2.26 diagonal-diagonal ruang balok yang membentuk limas
Gambar di atas memperlihatkan sebuah kubus ABCD.EFGH
yang panjang rusuknya 2r satuan. Empat diagonal ruangnya saling
berpotongan di titik T sehingga terbentuk suatu limas. Jika diamati
secara cermat, keempat diagonal ruang tersebut membentuk 6 buah
limas segiempat, yaitu limas segiempat T.ABCD, T.BCFG, T.
ABEF, T. ADEH, T. DCGH, T. EFGH. Dengan demikian, volume
kubus ABCD.EFGH merupakan gabungan volume keenam limas
tersebut.
Volume Kubus ABCD.EFGH = 6 x Volume Limas T.ABCD
Volume Limas T. ABCD =
6 1
x Volume Kubus
= 6 1
x 2r x 2r x 2r
=
6 1
x (2r)2 x 2r
=
3 1
x (2r)2 x r
O
A B
C D
E
F
G H
2r
2r
= 3 1
x luas alas x tinggi
Jadi, Volume Limas dapat dirumuskan sebagai berikut :
G. Kerangka Berfikir
Pembelajaran remedial digunakan untuk siswa yang belum mencapai
KKM. Tujuan dari pembelajaran remedial adalah agar siswa tersebut dapat
mencapai KKM yang sudah ditetapkan. Awalnya, para siswa terlebih dahulu
mengikuti ulangan harian materi bangun ruang sisi datar. Setelah itu, dilihat
dari hasil ulangan harian tersebut dan dapat diketahui siswa-siswa yang
termasuk kategori mengalami kesulitan belajar (kategori remedi) yaitu siswa
yang belum mencapai KKM. Dan ini sesuai dengan tahap pertama dalam
langkah-langkah pembelajaran remedial yaitu penentuan status siswa.
Selanjutnya, pada tahap kedua, yaitu tahap perkiraan sebab, cara
mengetahui sebab-sebab yang dialami para siswa adalah dengan tes
diagnostik. Tes diagnostik ini sifatnya lebih mendalam karena digunakan
untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan siswa, tes diagnostik ini berbentuk
soal uraian. Para siswa yang mengikuti tes diagnostik adalah para siswa yang
sudah ditetapkan sebagai siswa yang termasuk kategori remidi. Tes
diagnostik terdiri dari 2, yaitu tes awal dan akhir. Siswa yang belum tuntas
pada ulangan harian mengikuti tes awal terlebih dahulu.
Volume Limas = 3 1
Setelah tes awal dilakukan, para siswa yang masih belum berhasil dalam
tes diagnostik tersebut masuk ke tahap selanjutnya, tahap ketiga yaitu
pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial dilakukan menggunakan
media powerpoint.
Dalam rumusan masalah yang disebutkan penulis pada bab 1 yaitu
Apakah penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial dapat
membantu siswa untuk mencapai ketuntasan belajar, dilakukanlah tes akhir.
Sehingga dari hasil tes akhir tersebut dapat diketahui apakah sebenarnya
penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial dapat membantu