• Tidak ada hasil yang ditemukan

agribisnis dan pariwisata jepara komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "agribisnis dan pariwisata jepara komunikasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI YANG MASUK KELOMPOK TANI DAN

PETANI YANG TIDAK MASUK KELOMPOK TANI DI DESA SUELA

KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

(Usahatani Padi Sawah Pada Musim Tanam I Tahun 2011)

M.HAFIZAN JAYADI SUPRIANTO TITI YUNIARTI

Program studi Ilmu Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Mataram Email: afexzs@yahoo.com

ABSTRAK

Artikel ini berjudul “ Perbandingan Pendapatan Petani Yang Masuk Kelompok Tani dan Petani Yang Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur (Usahatani Padi Sawah Pada Musim Tanam I Tahun 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahannya yaitu Apakah ada perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi) yang masuk kelompok tani dan tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima petani padi yang masuk kelompok tani dan petani padi yang tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamata Suela Kabupaten Lombok Timur.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode sample survey. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan skunder, sedangkan penentuan sampel responden ditentukan dengan cara stratified random sampling yaitu sebanyak 20 orang(6% dari populasi) yang masuk kelompok tani dan 20 orang(49% dari populasi) yang tidak masuk kelompok tani. Data tersebut dianalisis yaitu secara kualitatif dan kuantitatif dengan uji t sebagai alat analisis untuk menjawab hipotesis.

Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa rata-rata pendapatan bersih yang di peroleh petani responden yang masuk kelompok tani pada satu kali musim tanam adalah setrata satu Rp.12.673.800 /ha, setrata dua Rp.11.407.172 /ha dan setrata tiga Rp.15.326.236 /ha, sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani pada setrata satu Rp.10.439.351 /ha, setrata dua Rp.10.866.791 /ha, dan setrata tiga Rp.9.347.291 /ha sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani yang tidak masuk kelompok tani adalah sebesar setrata satu Rp.7.788.649 setrata dua Rp.6.773.209 /ha dan setrata tiga Rp. 5.646.709 /ha dan untuk petani yang masuk kelompok tani adalah setrata satu Rp.9.502.200 /ha, setrata dua Rp.10.096.828 /ha dan setrata tiga Rp.6.849.764 /ha.

Setelah dihitung menggunakan tes dengan taraf nyata 5% pada pengujian dua sisi, diperoleh hasil hitug (1,804) dan t-tabel (2,024), ini berarti t-hitung lebih kecil dari t-t-tabel dan dapat kita simpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani yang masuk kelompok tani tidak berbeda atau sama dengan rata-rata pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani, dengan kata lain H0 diterima atau Ha ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani yang masuk kelompok tani dengan pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani. Dari hasil uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa kelembagaan petani(kelompok tani) yang ada di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

A. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal dengan negara agraris, artinya pertanian masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian negara. Sektor pertanian sekarang ini masih menjadi sektor utama pembangunan nasional karena peranannya dalam penyediaan pangan, bahan baku industri, pakan dan energi, penyediaan lapangan kerja serta sumber devisa. Meskipun pembangunan pertanian selama ini dilakukan dengan maksimal, namun masih ada saja hambatan-hambatan atau masalah-masalah terutama kaitannya dengan perubahan lingkungan atau iklim global yang semakin dinamis.

Menurut Balai Informasi Pertanian NTB bahwa pelaksana pembangunan pertanian adalah petani.Peran serta masyarakat di pedesaan yang umumnya memiliki mata pencaharian di sektor pertanian (petani) sangat strategis dalam menunjang keberhasilan pembangunan pertanian. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan petani harus terus ditingkatkan sehingga para petani dapat melakukan pengelolaan usahatani lebih baik dan lebih lanjut dapat meningkatkan kesejahteraannya juga dapat memperlancar proses pembangunan khususnya pembangunan pertanian.

Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian melalui transformasi teknologi baik yang bersifat teknis maupun non teknis diperlukan suatu organisasi yang dapat diandalkan sebagai wadah dalam rangka transformasi inovasi, kegiatan-kegiatan pembinaan, penyuluhan serta bantuan-bantuan kepada petani seperti pinjaman lunak atau kredit usahatani untuk mengatasi persoalan permodalan.

(2)

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi, meningkatkan pendapatan petani dan kesempatan kerja sektor pertanian, meningkatkan ekspor non migas, mendukung sektor industri, menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta meningkatkan pembangunan pedesaan secara terpadu dan serasi. Untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh melalui empat usaha pokok, yaitu : (1) intensifikasi (2) ekstensifikasi (3) diversifikasi (4) rehabilitasi (BP3K Kecamatan Suela).

Kegiatan intensifikasi terutama untuk komoditi tanaman pangan dan holtikultura dilaksanakan para petani dilahan sawah dan lahan kering dengan penerapan tehnologi pasca panen yang belum sepenuhnya sesuai anjuran.Sementara itu, kegiatan ekstensifikasi pertanian yang sudah dilaksanakan berupa kegiatan percetakan sawah secara swadaya di beberapa desa yang memiliki potensi lahan kering atau tegalan yang cukup luas. Selanjutnya, untuk kegiatan diversifikasi pertanian maka upaya-upaya yang telah dilaksanakan adalah mengembangkan pola tanam ganda (tumpang sari) antara komoditi tanaman pangan, jagung, kacang tanah, kacang hijau dan lain-lain, dengan tanaman kehutanan atau tanaman perkebunan di lahan-lahan kering yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan keadaan social ekonomi petani setempat dengan memberikan bantuan sarana produksi dan bimbingan tehnis. Untuk kegiatan rehabilitasi pada intinya adalah penghijauan dimaksudkan untuk memperbaiki kembali tata guna air tanah bagi upaya peningkatan produksi dengan cara penanaman tanaman penghijauan pada lahan kering atau tegalan dan lahan kritis.

Sejalan dengan dilaksanakannya usaha-usaha pokok tersebut di atas peranan kelompok tani sangat penting dan setrategis, baik kelompok tani sebagai unit produksi, usaha kerja sama maupun tempat belajar. Oleh karena itu kelompok tani dibina dengan sungguh-sungguh agar dapat memberikan dukungan terhadap pelestarian swasembada beras dan pencapaian swasembada pangan umumnya.

Kelompok tani sebagai unit produksi kelas belajar dan wahana berorganisasi bagi petani, telah terbukti dapat meningkatkan partisipasi para petani dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian.Meskipun dalam perakteknya kebanyakan anggota hanya dilibatkan sebagai anggota yang terdaftar namanya, diajak berkumpul, diberi masukan kemudian diberi uang jalan pengganti transport dan uang saku sekadarnya, sayangnya pada setiap acara dan pertemuan, tanda tangan kehadiran dan uang saku selalu menjadi hal yang utama substansi pertemuan dan tujuan pembangunan menjadi nomor dua. Perkembangan ini telah merubah perilaku kebanyakan petani menjadi manja dan selalu mendambakan bantuan dan uang saku atau uang transpor. Hal ini menyebabkan kualitas sumber daya manusia tidak bergerak menjadi lebih baik dan lebih maju, maju cara berpikir dan maju berperilaku. Saat ini lebih banyak petani yang mau berkumpul bila dijanjikan akan diberi uang saku, dan tidak banyak yang mau berkumpul karena merasa ada yang akan diperolehnya pada pertemuan itu, yaitu ilmu pengetahuan dan keterampilan baru untuk memperbaiki kinerja dan kehidupan mereka akan tetapi sebaliknya banyak petani yang tidak mau berkumpul jika tidak dijanjikan akan mendapat imbalan, sehingga mengakibatkan adanya dari masyarakat petani yang keluar dari kelompok tani.

Perkembangan kelembagaan petani di Kecamatan Suela tercermin dari dinamika kelompok (klasifikasi aktif, semi aktif, atau tidak aktif). Di Kecamatan Suela pada tahun 2011 terdapat 98 kelompok tani dengan jumlah anggota 5776 orang petani dan luas areal kelompok 3703 hektar (BP3K Kecamatan Suela).

Di Desa Suela pada tahun 2011 terdapat 13 kelompok tani dengan jumlah anggota 991 orang dengan luas lahan 547 ha (BP4K Kabupaten Lombok Timur, 2012). Sedangkan pada tahun 2012 di Desa Suela terdapat 12 kelompok tani, hal ini lebih jelas disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel.1.1. Perkembangan Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Dirinci per Dusun, Tahun 2012.

No Dusun Nama Kelompok Jumlah Anggota Ketua kontak tani

1 Cempaka

Kopang 1 33 A. Sena Grenggengan 48 A. Sena Lemor baru 64 A. Hernawati Hidup baru 69 H. Nasuhun Cempaka putih 38 A. Nep Fajar menyingsing 130 A. Sriwarni 2 Suela daya Ingin bahagiaTanah uji 13667 H. NanangH. Jaelani

3 Suela lauq TampiasihIngin maju 11549 H. Umar. ShA. Baehan

4 Bilakembar Smangat patuhUrat genteng 11859 H. SabriH. Tahir

Jumlah 926

Sumber : Data Primer dan BP4K Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012

Dari Tabel 1.1, menunjukkan bahwa Dusun Cempaka memiliki jumlah kelompok tani yang paling banyak yaitu 6 kelompok dengan jumlah anggota 382 orang, sedangkan Dusun yang lainnya memiliki 2 kelompok yang terdiri dari Dusun Suela Daya dengan jumlah anggota terbanyak kedua setelah Dusun Cempaka dengan jumlah anggota 203 orang dan Dusun Bilakembar dengan jumlah anggota 177 orang sedangkan Dusun Suela Lauq memiliki jumlah anggota yang paling sedikit dibandingkan dengan Dusun yang lainnya yaitu sebanyak 164 orang.

(3)

jumlah penduduk Desa Suela yang bermata pencaharian disektor pertanian tidak semuanya masuk menjadi anggota kelompok tani, hal ini dapat kita lihat dari Tabel 1.2 :

Tabel 1.2. Jumlah Petani yang Masuk dan Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Dirinci per Dusun, Tahun 2012.

Dari Tabel 1.2 menunjukkan banyaknya petani yang ada di setiap dusun di Desa Suela dan jumlah petani yang masuk dan tidak masuk kelompok tani dimana Dusun Cempaka memiliki jumlah petani yang paling banyak dibandingkan dengan dusun yang lainnya dengan jumlah petani 260 orang, dari 260 orang tersebut yang terdaftar menjadi anggota kelompok tani adalah sebanyak 239 orang dan tidak terdaftar atau belum masuk menjadi anggota kelompok tani adalah 21 orang sedangkan Dusun Suela Daya jumlah petani yang terdaftar menjadi anggota kelompok tani adalah semua petaninya sudah menjadi anggota kelompok tani yaitu sebanyak 232 orang dan Dusun Suela Lauq jumlah petani yang ada sebanyak 115 orang dengan jumlah petani yang masuk atau terdaftar menjadi anggota kelompok tani sebanyak 95 orang dan yang belum masuk atau belum terdaftar sebanyak 20 orang, dan Dusun Bilakembar dengan jumlah petani yang paling sedikit dibandingkan dengan Dusun yang lainnya yaitu sebanyak 66 orang yang masuk atau terdaftar menjadi anggota kelompok tani, 13 orang yang belum masuk atau belum terdaftar menjadi anggota kelompok tani dan jumlah keseluruhan petani yang ada di Dusun Bilakembar sebanyak 79 orang.

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa terdapat beberapa manfaat adanya kelompok tani sebagai wadah di tingkat petani terutama dalam rangka transformsi inovasi. Beberapa manfaat adanya kelompok tani antara lain adalah: (1) Kelompok tani merupakan wadah belajar guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. (2) Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. (3) Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas (Peraturan menteri pertanian Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007). Dari beberapa manfaat adanya kelompok tani tersebut berimplikasi pada perubahan-perubahan aspek sosial ekonomi petani. Melalui wadah kelompok tani, transpormasi inovasi menjadi lebih lancar sehingga memungkinkan perbaikan pengelolaan petani dibandingkan tanpa adanya wadah kelompok tani. Tetapi dengan melihat praktek kelembagaan ini mungkin timbul pertanyaan dari berbagai pihak seperti: (1) apakah adanya kelompok tani benar-benar telah menjadi wadah (kelembagaan) yang efektif ditingkat petani; (2) apakah petani yang menjadi anggota kelompok tani dapat melakukan pengelolaan usaha tani lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani; (3) apakah produksi dan pendapatan petani yang menjadi kelompok lebih besardibandingkan dengan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani; (4) apakah usaha tani pada petani yang menjadi anggota kelompok lebih efisien (efisiensi usaha tani) dibandingkan dengan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani; dan (5) apa saja masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan usaha taninya.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pendapatan petani yang masuk dan tidak masuk kelompok tani yang difokuskan pada usaha tani padi sawah selama satu kali musim tanam (Musim Tanam I) tahun 2011, karena di Desa Suela rata-rata petani menanam padi satu kali dalam setahun yaitu mulai dari bulan Nopember dan Desember, penelitian ini dilakukan pada petani yang masuk dan tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dirasakan perlu untuk dilakukan penelitian yang berjudul: “Perbandingan Pendapatan Petani yang Masuk Kelompok Tani dan Petani yang Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

“Apakah ada perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi) yang masuk kelompok tani dan tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima petani padi yang masuk kelompok tani dan petani padi yang tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamata Suela Kabupaten Lombok Timur;

1.3.2. Manfaat Penelitian

(4)

1) Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai kebulatan study program strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anggota kelompok tani dan masyarakat pada umumnya.

3) Sebagai bahan acuan dan informasi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian pada masalah yang sama.

B. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Budiarti tahun 2004 yang berjudul Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Nelayan Anggota Dan Nelayan Bukan Anggota Proyek Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Desa Kuranji Kecamatan Labu Api Lombok Barat dengan menggunakan alat analisis NR=TR-TC (analisis pendapatan) yang kemudian diuji dengan t-tes untuk membandingkan rata-rata pendapatan nelayan yang anggota dan bukan anggota proyek pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di desa kuranji kecamatan labu api lombok barat, hasil dari penelitiannya mengatakan bahwa motivasi nelayan untuk menjadi anggota proyek PEMP dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : prolehan sarana kredit, sarana/alat-alat produksi, serta pembinaan dari proyek PEMP, sedangkan alasan nelayan tidak ataupun belum menjadi anggota proyek PEMP antara lain: kurangnya informasi mengenai proyek PEMP, memperoleh modal dari pihak lain/lembaga ekonomi lain, atau pemilik modal sendiri.

Didik Is’il (2005) dengan judul Analisis Perbandingan Tingkat Pendapatan Petani Tembakau Virginia Antara Pertani Binaan PT. Philip Morris Indonesia Dengan Dan Non Binaan Di Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur. Adapun variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini meliputi biaya produksi, harga produksi, pendapatan kotor, dan pendapatan bersih dengan alat analisis NR = TR – TC dan untuk mengetahui peran PT. Philip moris Indonesia didalam meningkatan pendapatan petani tembakau digunakan alat analisis uji t-test dua beda rata dengan uji dua sisi dimana kesimpulan yang didapatkan bahwa rata-rata pendapatan petani binaan (Rp 15.496.700,3) lebih besar daripada petani non binaan (Rp 10.902. 854,9). Setelah diadakan pengujian statistik diketahui nilai t-hitung (3,956) lebih besar dari nilai t-tabel (2,000) yang berarti bahwa PT. Philip morris mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan pendapatan petani tembakau Virginia di Kabupaten Lombok Timur.

Lalu Ahmad Hanafi yang melakukan penelitian pada tahun 2001 dengan judul Analisis Peranan Kelompok Tani Terhadap Tingkat Pendapatan Petani di Desa Dasan Baru Kecamatan Kopang, dengan menggunakan t-test untuk menguji data yang diperoleh, diolah dan di analisis secara kwantitatif dan kwalitatif, hasil penelitiannya mengatakan bahwa peranan kelompok tani sebagai motivator dan fasilitator sangat mempengaruhi tingkat pendapatan petani yang masuk kelompok tani setelah di uji dengan kesalahan 5% rata-rata tingkat pendapatan petani yang masuk kelompok tani sebesar Rp.9957400.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Petani dan Kelompok Tani

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut (Agustina Shinta: 2011: 40).

Kelompok tani adalah sekelompok petani yang terikat secara non formal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama dan diketuai oleh seorang kontak tani. Kelompok tani berfungsi sebagai satu kesatuan produksi serta sebagai wadah belajar berorganisasi dan kerja sama usaha tani.(Balai informasi Pertanian NTB, 1990).

Peraturan Menteri Pertanian, Nomor : 273/Kpts/ OT.160/4/2007, tanggal 13 April 2007, tentang Pembinaan Kelembagaan Petani. Kelompoktani adalah kumpulan petani/ peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

Kelompok tani merupakan inti dari struktur komunkasi timbal balik antara penyuluh pertanian lapangan (PPL) dengan petani. Peranan utama yang sangat penting dari kelompok tani adalah sebagai wadah hubungan antara sesama petani sendiri (dinas pertanian tanaman pangan NTB, 1992).

2.2.2. Ciri-ciri Kelompok Tani

Beberapa hal yang menjadi ciri kelompoktani adalah;

a) Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, b) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani,

c) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.

d) Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

2.2.3. Fungsi, Keuntungan, dan Alasan Pembentukan Kelompok Tani

Kelembagaan petani (kelompok tani) mempunyai fungsi: sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang.

a) Kelas Belajar

Wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

b) Wahana Kerjasama

Untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,

(5)

Keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) disebuah blog yang diposkan oleh djiwandi sebagai berikut:

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok. b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya. f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia. b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996).

2.2.4. Ilmu Usaha Tani dan Usaha Tani

Ilmu usaha tani adalah terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal (Agustina sinta, 2011: 1)

Usaha tani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai usahawan yang mengorganisir lahan atau tanah, tenaga kerja dan modal yang ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa berdasarkan pada pencarian pendapatan maupun tidak.Sebagai usahawan dimana petani berhadapan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera diputuskan. Salah satu permasalahan tersebut adalah apa yang harus ditanam petani agar nantinya usaha tersebut dapat memberikan hasil yang menguntungkan, dengan kata lain hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan (Agustina sinta, 2011:75).

2.2.5. Teori Produksi

Pada dasarnya produksi adalah suatu hasil yang diperoleh akibat dari mengkombinasikan faktor-faktor produksi.Faktor produksi tersebut seperti modal, tanah, tenaga kerja dan lain-lain. Jumlah produksi yang dihasilkan tergantung pada jumlah kombinasi berbagai faktor produksi yang digunakan.

Berdasarkan hubunganya dengan tingkat produksi faktor produksi dibedakan menjadi dua yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel dimana faktor produksi tetap merupakan faktor produksi yang tidak tergantung pada jumlah produksi dan faktor produksi yang jumlahnya tergantung pada jumlah produksi adalah faktor produksi variabel (Prathama Rahardja, 2008;95).

Dalam kegiatan usahatani terdapat faktor produksi utama, berupa tanah, modal, tenaga kerja dan faktor produksi lainnya.Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat produksi. Disamping luas tanah garapan, Kualitas tanah juga merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya output produksi dan pendapatan yang dapat diperoleh (Rita Hanafie, 2010;52).

Faktor produksi yang mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi, termasuk dalam kegiatan uasaha tani adalah tenaga kerja. Tenaga kerja berfungsi sebagai pengkombinasi, pengatur dan berbagai kegiatan lainnya agar faktor produksi lainnya bermanfaat.Fakor produksi tenaga kerja terdiri dari dua unsur yaitu jumlah dan kualitas. Jumlah yang diperlukan dapat dipenuhi dari tenaga kerja keluarga yang tersedia maupun dari luar keluarga kualitas yang mencirikan produktivitas tenaga kerja tergantung dari keterampilan, kondisi fisik, pengalaman dan latihan.

Dalam hubungannya dengan penggunaan faktor produksi berlaku hukum The Law of Diminishing Return, fungsi produksi memilik model kurve melengkung dari kiri bawah kekanan atas yang setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan berbalik turun kembali sehingga dapat digambarkan sebagai berikut (Rita Hanafie, 2010; 187):

produksi fisik Y

a

Faktor produksi tanah

0 X

Gambar 1 hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi

(6)

sejumlah faktor-faktor produksi yang digunakan, salah satu faktor produksi dianggap sebagai variabel (berubah-ubah), sementara faktor produksi lainnya diasumsikan konstan.Hubungan fungsional tersebut berlaku untuk semua faktor produksi, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja, termasuk produksi keempat, yaitu manajemen yang berfungsi mengkoordinir ketiga faktor produksi tersebut.

2.2.6. Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan tujuan akhir dari suatu usaha yang dilaksanakan atau dilakukan, dimana besar kecilnya pendapatan yang dicapai tergantung dari bidang usaha yang dilakukan, keterampilan tenaga kerja dan modal yang dimiliki.

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q.P

Keuntungan usaha tani adalah selisih antara penerimaan total dengan semua biaya faktor-faktor produksi, keberhasilan usaha tani dapat dilihat dari tingkat keuntungan usaha tani dengan kata lain tingkat pendapatan bersih (NR), penerimaan total diperoleh dari produksi total dikalikan dengan harga, sedangkan biaya adalah total pengeluaran selama proses produksi.

Pendapatan yang diterima oleh petani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diterima petani dari hasil penjualan produksi dikalikan harga satuan, sedangkan pendapatan bersih yaitu pendapatan kotor dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung.

2.2.7. Biaya Dalam Usahatani

Biaya merupaka semua pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu dalam suatu proses produksi. Biaya yang dihitung disini adalah biaya yang betul-betul habis dipergunakan dalam satu periode tertentu seperti biaya saprodi (sarana produksi) dan tidak merupakan biaya yang harus dipergunakan untuk membeli barang modal.

Biaya dalam usaha tani dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Agustina Sinta, 2011; 83):

1) Biaya tetap merupakan biaya yang kuantitas nilainya tidak tergantung pada besar kecilnya atau tingginya nilai kegiatan produksi ataupun penjualan. Jadi biaya ini tidak terpengaruh dengan adanya produksi atau penjualan yang menurun atau meningkat, misalnya biaya penyusutan alat, biaya pajak, retribusi, biaya overhead.

2) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada kegiatan produksi atau penjualan. Jadi biaya ini merupakan biaya yang terpengaruh secara langsung terhadap peningkatan atau penurunan penjualan. Biaya yang termasuk dalam biaya variabel antara lain biaya perbekalan (konsumsi, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja di luar rumah tangga).

3) Biaya total atau total cost yaitu biaya yang diterima dari penjumlahan biaya variabel dengan biaya tetap.

4) Biaya rata-rata atau Average cost yaitu biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output, besarnya biaya ini ditentukan dari biaya total yang di bagi dengan banyaknya output yang dihasilkan.

5) Biaya marginal atau marginal cost yaitu biaya tambahan yang diterima karena menambah produksi sebanyak satu unit output. Hubungan antara semua biaya produksi tersebut dapat di gambarkan dengan kurve sebagai berikut(Prathama Rahardja, 2008; 120):

Biaya Biaya MC

TC AC

VC AVC

FC

0 Q 0 AFC Q

Gambar 2

(7)

2.3. Kerangka Konseptual

Keterangan:

Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan pendapatan yang diterima oleh petani (usahtani padi sawah) yang masuk kelompok tani dengan petani yang tidak masuk kelompok tani, dimana petani yang masuk kelompok tani mendapatkan pembinaan dari para penyuluh pertanian dan mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah sedangkan petani yang tidak masuk kelompok tani tidak mendapatkan pembinaan dari penyuluh pertanian dan tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Dari sisi adanya pembinaan petani akan dianalisis apakah dengan adanya kelompok tani tersebut pendapatan yang diterima petani(usahatani padi sawah) mengalami peningkatan ataukah keberadaan kelompok tani tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani.

2.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Diduga ada perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahatani padi sawah) yang masuk kelompok tani dan petani yang tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur” dengan asumsi semua faktor produksi (modal, lahan, tanaga kerja) adalah sama kecuali ada perbedaan perlakuan dari luar faktor produksi(penyuluh pertanian).

C. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif, metode ini dipakai dengan alasan untuk memecahkan masalah yang ada pada obyek penelitian dan dengan metode ini peneliti akan memberikan gambaran tentang perbandingan biaya dan pendapatan antara petani yang masuk kelompok tani dengan petani yang tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur tahun 2011.

Suatu penelitian yang ditujukan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau penelitian deskriptif ini adalah penelitian sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang tujuannya untuk membuat suatu gambaran atau lukisan secara sistematis dan faktual serta akurat mengenai fakta-fakta atau sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki(Moh Nazir, 2009;54).

3.2. Daerah Lokasi

Penelitian dilakukan di Desa Suela kecamatan Suela Lomok Timur.Dan dari empat dusun yang ada di Desa Suela ditentukan dua dusun sampel lokasi penelitian yaitu Dusun Cempaka dan Dusun Suela Lauq penentuan daerah ini secara purposive sampling, yaitu lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa dusun tersebut memiliki jumlah petani yang tidak masuk kelompok tani terbanyak di Desa Suela dibandingkan dengan dusun yang lainnya.

PETANI Usahatani

Masuk Kelompok 1. Bimbingan

penyuluh pertanian Tidak Masuk

Kelompok Tani

1. Tanpa adanya bimbingan dari penyuluh pertanian

Biaya Usahatani

1. tanpa subsidi pupuk

Analisis Perbandingan

Biaya UsahaTani 1. Subsidi pupuk

Produksi

Produksi

Nilai Produksi

Nilai Produksi

Analisis Perbandingan

Pendapatan

(8)

3.3. Penentuan Responden

Dari dua dusun sampel yaitu Dusun Cempaka dan Dusun Suela Lauq ditentukan jumlah sampel sebanyak 40 orang responden yang terdiri dari 20 orang responden untuk petani yang masuk kelompok tani dan 20 orang responden untuk petani yang tidak masuk kelompok tani. Diketahui usahatani(usahatani padi sawah) dilakukan pada luas lahanyang berbeda-beda sehingga penentuan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling yaitu sistem pengambilan sampel yang dibagi menurut lapisan-lapisan atau kelas-kelas tertentu, (Moh. Nazir, 2009;293).

Pada penelitian ini strata sampel dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Strata I untuk petani yang masuk maupun tidak masuk kelompok tani dengan penguasaan lahan ≤ 0,50 ha.

b. Strata II untuk petani yang masuk maupun tidak masuk kelompok tani dengan penguasaan lahan antara 0,51-1,00 ha. c. Strata III untuk petani yang masuk maupun tidak masuk kelompok tani dengan penguasaan lahan ≥ 1,00 ha.

Selanjutnya dari tiap-tiap strata diambil sampel responden secara proporsional random sampling dengan rumus (Moh. Nazir, 2009:306):

¿=

¿

N

n

Dimana:

ni= besarnya sampel untuk stratum Ni= total sub sampel untuk stratum N= total populasi

n= besar sampel lebih jelasnya lihat tabel 3.1.

Tabel 3.1: Jumlah Sampel Menurut Luas Lahan Garapan di Desa Suela

No Dusun

Populasi Sampel

Kelompok tani Non kelompoktani Kelompok tani Non kelompoktani I II III I II III I II III I II III 1 Suela Lauq 57 34 4 13 6 1 3 3 2 6 3 1 2 Cempaka 187 46 6 6 7 8 6 4 2 3 3 4

Jumlah

244 80 10 19 13 9 9 7 4 9 6 5

334 41 20 20

375 40

Sumber: Kadus Suela Lauq dan Kadus Cempaka diolah

Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang petani yang terdiri dari 20 orang(6% dari populasi) yang masuk kelompok tani dan 20 orang(49% dari populasi) yang tidak masuk kelompok tani. Selanjutnya untuk mendapatkan petani yang menjadi anggota responden baik pada petani yang masuk dan tidak masuk kelompok tani dilakukan dengan cara Simple Random Sampling yaitu petani yang dipilih sebagai responden diambil secara random/acak dengan cara undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan metode sample survey, yaitu meneliti sebagian dari unit populasi yang ada dan hasilnya digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan tentang pendapatan serta karaktristik populasinya. Metode ini digunakan dengan alasan faktor produksi yang dipakai dalam usahatani adalah sama karena sifat populasinya relatif homogen.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a) Pengamatan (Observasi) yaitu peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan dan mencari data yang dibutuhkan dalam penelitian.

b) Wawancara yaitu mewawancarai (tanya jawab) secara langsung dengan para petani yang masuk kelompok tani dan petani yang tidak masuk kelompok tani dengan berdasarkan pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang terlebih dulu di buat.

c) Studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan mempelajari refrensi dan literatur yang sesuai dengan kebutuhan.

3.6. Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari responden yang meliputi aktivitas-aktivitas kelompok tani beserta program-program yang dilakukan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Lembaga atau instansi tersebut antara lain; BKKBN, kantor kecamatan, kantor desa, kantor statistic dan lain-lain.

3.7. Identifikasi Variabel

Dalam mengidentifikasi variabel yang ada dalam penelitian ini hanya dibatasi yaitu a. Usahatani

(9)

d. Nilai produksi atau penerimaan e. Pendapatan

f. Hamabatan

3.8. Definisi Operasional Variabel

1. Menurut Mubyarto (1995; 65), Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian.

2. Kelompok tani adalah organisasi petani yang menjadi tempat timbal balik antara penyuluh pertanian dengan petani.

3. Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

4. Biaya tetap adalah biaya yang dibayarkan maupun yang tidak dibayarkan oleh petani untuk usahataninya dengan jumlah yang tetap berapapun hasil produksinya.

5. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya dengan jumlah yang berubah-ubah tergantung jumlah produksinya.

6. Nilai produksi atau penerimaan yang dimaksud dalam penelitian adalah jumlah produksi usahatani dikalikan dengan harga yang berlaku di tingkat petani dan dinyatakan dalam satuan berat (kwintal).

7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh petani dari usahataninya dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tersebut.

8. Hamabatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dalam usahataninya baik petani yang masuk kelompok tani maupun petani yang tidak masuk kelompok tani sehingga menyebabkan kurang optimalnya kegiatan usahatani petani.

3.9. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui pendapatan bersih yang diterima petani pada usaha taninya, dihitung dengan menggunakan analisis biaya dan pendapatan (Boediono,2008: 95):

NR = TR – TC dimana :

TR = P x Q TC = TFC + TVC Keterangan :

NR = Income (pendapatan) bersih yang diterima oleh petani yang masuk kelompok tani dan petani yang tidak masuk kelompok tani.

TR = Total revenue (total penerimaan), pendapatan kotor yang diterima oleh petani yang masuk kelompok tani dan petani yang tidak masuk kelomppk tani.

TC = Total cost (total biaya, terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap) TC = TFC + TVC

Dari rumus diatas, dapat diperoleh rumus sebagai berikut : I = (P. Q) – (TFC + TVC)

Keterangan :

I = Income (NR) P = Price (harga)

Q = Quantity (jumlah produksi)

TFC = Total Fixed Cost (jumlah biaya tetap)

TVC = Total Variabel Cost ( jumlah biaya tidak tetap)

Selanjutnya untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan, digunakan analisis statistik dengan menggunakan t- test pada taraf nyata 5% terhadap pendapatan dengan rumus sebagai berikut:

t

h itung

=

x

´

1

−´

x

2

{

(

n

1

1

)

S x

2

+(

n

2

1

)

S y

2

n

1

+

n

2

2

}

{

1

n

1

+

1

n

2

}

S x

2

=

(

xi

− ´

x

)

2

n

1

1

S y

2

=

(

yi

− ´

y

)

2

n

2

1

Dimana:

(10)

n2 = jumlah petani pada usaha tani yang tidak masuk kelompok tani S

x

2 = varian dari pendapatan petani yang masuk kelompok tani S

y

2 = varian dari pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani

Tahap pengujian hipotesis sebagai berikut: a) Merumuskan hipotesis

H0 :µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1= rata-rata pendapatan bersih petani yang masuk kelompok tani

µ2 = rata-rata pendapatan bersih petani yang tidak masuk kelompok tani

H0 ; artinya Tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.

Ha ; artinya Terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.

b) Menentukan besar sampel yakni 20 orang(n1), 20 orang(n2). c) Menentukan level significance, yakni 0.05(5%).

d) Menentukan daerah kritik

tolak H0 terima H0 tolak Ho

-t(α;n1+n2-2)0 t(α;n1+n2-2) e) Mencari harga t- tabel

f) Membandingkan harga t- hitung dengan t- tabel

Apabila t- hitung ≤ t- tabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak artinya Tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, dengan demikian hipotesa ditolak.

Apabila t- hitung > t- tabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur dengan demikian hipotesa diterima.

g) Menarik kesimpulan

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Suela merupakan ibu kota kecamatan Suela dan memiliki luas wilayah 99,4 Km2, dengan jumlah penduduk 6.895 jiwa terdiri dari laki-laki 3.309 jiwa, perempuan 3.586 jiwa, rumah tangga 2.270 KK, serta jarak terpanjnag dari ibu kota Kabupaten 28 km, ibu kota Provinsi 76 km mayoritas penduduknya bergama Islam. Adapun desa Suela terletak di ketinggian 520 meter dari permukaan laut (mdpl) serta curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, di samping itu adapun batas-batas desa Suela sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Sapit dan Bebidas Sebelah Selatan : Desa Ketangga Sebelah TImur : Desa Suntalangu

Sebelah Barat : Desa Bebidas dan Wanasaba

Desa Suela terdiri dari satu desa dan 4 dusun (kekadusan) yaitu: Kadus Suela Daya, Kadus Suela Lauk, Kadus Bila Kembar dan Kadus Cempaka. Sedangkan Gambaran umum status pendidikan di desa Suela terbilang cukup memadai, ini terbukti karena banyaknya sarana pendidikan formal dan non formal yang terdapat di desa ini, mulai dari TK, SD/MI, SMP/Tsanawiyah, dan SMA.

Jika dilihat dari status tingkat kesehatan, penduduk desa Suela tergolong sedang karena akses masyarakat Suela terhadap fasilitas kesehatan cukup terjangkau terutama Dusun Suela Lauk dan Seula Daya, karena letaknya di pusat desa, begitu juga dengan Dusun Cempaka walaupun jaraknya 500 m dari pusat desa tidak sulit aksesnya tehadap fasilitas kesehatan, kecuali dusun Bila Kembar yang jaraknya jauh dari pusat desa sehingga aksesnya terhadap fasilitas kesehatan cukup jauh.

Desa Suela dikelilingi oleh hamparan sawah, kebun dan sedikit ladang, sehingga mata pencaharian penduduknya adalah sebagian besar sebagai petani dan buruh tani, sebagian kecil sebagai wiraswasta pengusaha dan pegawai negeri.Lahan perkebunan sebagian besar berada di dusun Cempaka dan Bila Kembar. Lahan perkebunan yang berada di dusun Cempaka sebagian besar dikuasai oleh orang luar darI Desa Suela dan sebagian kecil dimiliki oleh masyarakat setempat, seperti halnya Kopang II, perkebunan di Kopang II sebagian besar dikuasai oleh orang luar dari Desa Suela dan sebagian oleh masyarakat.

(11)
(12)

4.2. Karateristik Petani Responden

Karateristik petani responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi : umur petani responden, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan berusahatani padi sawaah untuk lebih jelasnya akan disajikan pada lampiran 1.

4.2.1. Umur Petani Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas di dalam berusahatani. Dalam usia produktif petani cenderung dapat merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan usahatani yang lebih baik. Selain itu umur dapat mempengaruhi kemampuan fisik dalam bekerja, cara berfikir serta keinginan untuk menerima inovasi atau ide-ide baru berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu mengarahkan petani dalam mengelola usahataninya.

Tabel 4.1. Rata-Rata Umur Petani Yang Masuk Kelompok Tani Dan Petani Yang Tidak Masuk Kelompok Tani No Rata-rata umur kelompok tani non kelompok tani

Jumlah persentase jumlah persentase

1 26-35 7 35 0 0

2 36-45 6 30 3 15

3 46-55 6 30 17 85

4 >55 1 5 0 0

Jumlah 20 100 20 100

Sumber : Data Primer Diolah

Dari tabel 4.1 untuk petani yang masuk kelompok tani, kelompok umur paling banyak berada pada kisaran 26-35tahun sebanyak 7 orang atau 35% dari total responden petani yang masuk kelompok tani dengan rata-rata umur 41,5 tahun. Sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani kelompok umur terbanyak berada pada kisaran 46-55 tahun sebanyak 17 orang atau 85% dari total responden petani yang tidak masuk kelompok tani dengan rata-rata umur 48,75 tahun. Dengan demikian semua responden berada dalam kelompok umur produktif, artinya secara fisik maupun mental mempunyai kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Simanjuntak (1985), yang menyatakan bahwa kisaran umur antara 15–64 tahun merupakan golongan usia produktif, sehingga baik secara fisik maupun mental petani memiliki kemampuan untuk berusaha dalam menghasilkan barang dan jasa.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pengetahuan petani responden yang dapat mempengaruhi motivasi petani untuk berfikir lebih baik dalam memilih alternatif dan memecahkan masalah yang dihadapi pada saat mengelola usahatninya.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang petani responden maka semakin mudah menerima dan menyerap berbagai bentuk teknologi sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan produk khususnya komoditi padi sawah.

Tabel 4.2.Tingkat Pendidikan Petani Responden

No Pendidikan Kelompok tani Non kelompok tani Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Tidak tamat SD 2 10 1 5

2 Tamat SD 3 15 5 25

3 SLTP 7 35 6 30

4 SLTA 5 25 4 20

5 Tamat perguruan tinggi 3 15 4 20

Jumlah 20 100 20 100

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kisaran pendidikan petani responden adalah tidak tamat SD hingga tamat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani yang masuk kelompok tani yang paling banyak adalah SLTP sebanyak 7 orang atau 35% dari seluruh petani responden yang masuk kelompok tani. Sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani, tingkat pendidikan juga yang paling banyak adalah SLTP sebanyak 6 orang atau 30% dari total responden petani yang tidak masuk kelompok tani.

4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi biaya hidup yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan hidup keluarganya.

Tabel 4.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden

No Tanggungankeluarga Kelompok tani Non kelompok tani Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 0-1 0 0 0 0

2 2-3 15 75 7 35

3 4-5 4 20 11 55

4 6-7 1 5 2 10

Jumlah 20 100 20 100

(13)

Dari tabel 4.3 dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-7 orang.Jumlahtanggungan keluarga petani responden yang masuk kelompok tani terbanyak pada kisaran2-3 orang yaitu 15 orang atau 70% dari jumlah responden petani yang masuk kelompok tani. Sedangkan untuk responden petani yang tidak masuk kelompok tani memilki jumlah tanggungan keluarga terbesar yaitu pada kisaran 4-5 orang atau 55% dari jumlah responden petani yang tidak masuk kelompok tani.

4.2.4. Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan merupakan modal utama dan berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga petani.Lahan merupakan tempat aktivitas usahatani untuk memperoleh sumber pangan dan pendapatan.

Tabel 4.4.Luas Lahan Garapan Petani Responden Berdasarkan Setrata No Luas lahan kelompok tani non kelompok tani

jumlah persentase jumlah persentase

1 ≤ 0,50 ha 14 70 9 45

2 0,51 - 1,00 ha 4 20 6 30

3 ≥ 1,00 ha 2 10 5 25

Jumlah 20 100 20 100

Sumber : Data Primer Diolah

Dari tabel 4.4 luas lahan garapan yang dimiliki oleh petani responden baik petani yang masuk kelompok tani maupun petani yang tidak masuk kelompok tani terbanyak pada kisaran kurang dari 0,50 hektar. Secara rinci akan disajikan luas lahan garapan besertana nama petani respopnden yang ada di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur pada lampiran 2.

Luas lahan garapan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi yang dihasilkan tetapi input variabel yang berpengaruh terhadap jumlah output produksi akan mempengaruhi jumlah produksi.

4.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Petani(Usahatani Padi Sawah) Yang Masuk Dan Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela.

Pada usahatani padi sawah ada beberapa tahap yang dilakukan petani didalam melakukan usahataninya diantaranya tahap pembibitan, tahap pengolahan lahan, tahap penanaman, tahap pemupukan, tahap penyiangan, tahap penyemprotan, tahap pengairan, dan tahap pemanenan hasil. Selama tahap tersebut tentu banyak biaya yang dikeluarkan oleh petani (petani padi sawah) guna mencapai hasil yang maksimal, selain biaya-biaya yang dikeluarkan selama tahap tersebut ada juga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah diantaranya biaya pajak, biaya bunga pinjaman modal, dan biaya penyusutan peralatan pertanian. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan pada lampiran 3 dan lampiran 4.

Tabel 4.5 Rata-Rata Biaya Yang Dikeluarkan Petani Selama Satu Kali Musim Tanam Padi Sawah di Desa Suela Tahun 2011

setrata luas lahan kelompok tani non kelompok tani

FC VC TC FC VC TC

i <0.50 ha 404840 9036854 9441694 403121 8348834 8751955 ii 0.50-1 ha 370939 9545384 9916323 263362 7509796 7773159 iii >1 ha 209171 7653470 7862641 271240 6375469 6646709

Sumber: Lampiran 5 dalam satuan hektar

4.3.1. Rata-Rata Biaya Tetap(Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya dengan jumlah yang tetap dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, dalam penelitian ini yang termasuk dalam biaya tetap adalah penyusutan alat yang dimiliki oleh petani, biaya sewa lahan dan pajak. Pajak merupakan iuran wajib yang dikeluarkan oleh petani selama satu tahun dan besarnya pajak yang dikeluarkan adalah berbeda-beda tergantung luas tanah dan kelas tanahnya, biaya pajak merupakan salah satu biaya tetap karena berapapun hasil produksi yang diperoleh tidak akan mempengaruh besarnya biaya pajak.

Biaya penyusutan alat adalah biaya yang dikeluarkan akibat berkurangnya nilai dari suatu alat bila selalu digunakan. Biaya penyusutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyusutan alat-alat pertanian yang dimiliki sendiri atau disediakan oleh petani untuk tenaga kerja yang digunakan selama tahap usaha tani. Dalam penelitian ini biaya penyusutan alat pertanian yang dihitung adalah penyusutan sprayer karena di Desa Suela Kecamatan Suela sprayer disediakan oleh pemilik usahatani(petani) sedangkan penyusutan alat-alat yang lainnya tidak dimasukkan karena alat-alat tersebut disediakan oleh tenaga kerja. Biaya penyusutan dihitung dari nilai barang(sprayer) dibagi dengan waktu ekonomis sprayer tersebut lebih jelas lihat lampiran 4.

(14)

4.3.2. Rata-Rata Biaya Varibel(Variable Cost)

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dengan jumlah yang berubah-ubah tergantung jumlah produksi yang dihasilkan, yang termasuk biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya penggunaan bibit, biaya tenaga kerja dan konsumsinya, biaya input pupuk, biaya input pestisida, biaya sewa alat pengolah lahan(handtractor) dan uang transportasi (lampiran 5). Biaya penggunaan bibit diperoleh dari harga bibit persatuan kilogram dikali dengan banyaknya bibit yang digunakan dalam usahataninya, besar kecilnya peggunaan bibit sangat mempengaruhi hasil yang akan diterima petani tetapi dalam penggunaan bibit ini memiliki batasan tertentu. Biaya tenaga kerja di peroleh dari jumlah tenaga kerja dikalikan dengan ongkos tenaga kerja perorang yang kemudian dijumlahkan dengan hasil kali uang konsumsi dengan jumlah tenaga kerja, dalam penelitian ini rata-rata biaya tenaga kerja dan konsumsinya yang dikeluarkan oleh petani pada setrata satu, setrata dua, dan setrata tiga akan disajikan pada lampiran 5, jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam setiap tahap produksi adalah tidak tentu, karena pembiayaan untuk tenaga kerja dilakukan dengan cara borongan tetapi dalam hal-hal tertentu juga dilakukan dengan tidak borongan dengan ongkos perorang tenaga kerja adalah Rp.50.000 untuk waktu kerja satu hari (lampiran 2). Dalam tahap pemanenan, biaya tenaga kerja dihitung dengan jumlah produksi dikalikan dengan upah per kuintal yang sudah disepakati para petani yaitu sebesar Rp.30.000 per kuintal penentuan upah ini ditetapkan oleh para petani dengan pertimbangan jarak lahan dari tempat penyimpanan.

Biaya input pupuk merupakan biaya variabel yang pengeluarannya cukup besar dan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi yang akan diterima oleh petani, keberadaan pupuk di Desa Suela tergolong masih langka ini dapat dilihat dari banyaknya peani(usahatani padi) yang mengalami keterlambatan pemupukan padinya, pupuk yang sering digunakan oleh petani dalam usahatani padi adalah pupuk Urea, ZA, TSP, POSCA, PELANGI, dan KCL. Biaya variabel pupuk diperoleh dari jumlah pupuk dikalikan dengan harga pupuk persatuan kilogram(lampiran 3). Selanjutnya biaya input yang juga tidak kalah pentingnya yaitu biaya input pestisida, pestisida merupakan salah satu input yang mendukung keberhasilan dari usahatani yang diusahakan, pestisida yang sering digunakan oleh petani responden diantaranya adalah Metindo, Yasitrin, Desis, Matador, Furadan, Curakron, Plankatalis, dan Drusban, untuk lebih jelasnya disajikan pada lampiran 3.

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani yang masuk kelompok tani pada setiap setrata yaitu setrata satu, setraa dua, dan setrata tiga lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani yang tidak masuk kelompok tani. Perbedaan ini disebabkan oleh banyaknya input faktor produksi (pupuk dan pestisida) yang digunakan oleh petani yang masuk kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan petani yang tidak masuk kelompok tani tetapi harga satuan untuk input pupuk yang diterima petani kelompok lebih kecil dibandingkan harga satuan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani.

Sedangkan Total Cost adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya dan total cost merupakan hasil penjumlahan dari biaya variabel dengan biaya tetap dan biaya lain(bunga modal), bunga modal termasuk kedalam biaya lain-lain karena bunga modal mengurangi pendapatan bukan biaya yang berpengaruh terhadap hasil produksi.

4.3.3. Produksi, Nilai Produksi, dan Pendapatan

Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produksi usahatani padi sawah yang diperoleh selama satu kali musim tanam. Tidak semua hasil produksi tersebut dijual karena sebagian kecil dari hasil produksi di konsumsi untuk keluarga dan juga di simpan untuk benih.

Tabel 4.6 Rata-Rata Nilai Produksi Petani Yang Masuk Kelompok Tani dan Petani Yang Tidak Masuk Kelompok Tani Selama Satu Kali Musim Tanam Tahun 2011.

Strata Kelompok Tani Non Kelompok Tani

Q P TR Q P TR

<0,50 ha 66 336000 22176000 62 294000 18228000 0,50-1 ha 64 336000 21504000 60 294000 17640000 >1 ha 66 336000 22176000 51 294000 14994000

Sumber: Data Lampiran 5 Dalam Satuan Hektar

Dari tabel 4.6 menggambarkan bahwa rata-rata penerimaan petani pada setrata satu adalah sebesar Rp.22.176.000 per Ha untuk petani yang masuk kelompok tani, penerimaan tersebut diperoleh dari jumlah produksi yang dihasilkan dalam satuan hekar kemudian dikalikan denggan harga jual per satuan kuintal, harga jual yang digunakan adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasi penelitian dimana harga jual tersebut diperoleh dari jumlah harga yang diterima oleh responden dibagi dengan banyaknya responden. Pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat jumlah produksi yang diperoleh petani kelompok tani sebesar 66 ku per Ha dengan harga satuan kuintal Rp.336.000 sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani rata-rata penerimaannya sebesar Rp.18.228.000 dengan prolehan produksi 62 ku per Ha dengan harga satuan Rp.294.000 per kuintal pada strata satu.

Pada setrata dua rata-rata penerimaan untuk petani yang masuk kelompok tani adalah Rp.21.504.000 dengan jumlah produksi 64 ku per Ha dan harga jual per satuan kuintal sebesar Rp.336.000 sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.17.640.000 dengan Jumlah produksi 60 kuintal per hektar dengan harga Rp.294.000 per kuntal, sedangkan pada setrata tiga penerimaan petani kelompok tani sebesar Rp.22.176.000 dengan rata-rata produksi yang diperoleh sebesar 66 kuintal dan harga satuan kuintal Rp.336.000 dan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani pada setrata tiga rata-rata penerimaannya sebesar Rp.14.994.000 dengan jumlah produksi 51 kuintal per Hektar dan harga satuan kuntal Rp.294.000.

(15)

yang tidak masuk kelompok tani tidak mendapat pembinaan dari para penyuluh pertanian dan peani anggota kelompok tani rata-rata menggunakan input faktor-faktor produksi lebih banyak daripada petani bukan anggota kelompok tani seperti penggunaan pupuk dan pestisida, selain itu harga yang diperoleh lebih rendah dari harga yang diperoleh kelompok tani perbedaan harga ini dikarenakan penjualan hasil produksi oleh petani kelompok tani kebanyakan dijual kepada Bulog sehingga diberikan harga yang tinggi, sedangkan petani yang tidak masuk kelompok tani penjualannya lebih banyak kepada para pengepul.

Dari tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi rata-rata perhektar yang dihasilkan oleh petani yang masuk kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak masuk kelompok tani yaitu petani yang masuk kelompok tani bisa menghasilkan produksi sebanyak 65 kuintal per hektar sedangkan petani yang tidak masuk kelomok tani menghasilkan 58 kuintal per hektar.

4.4. Perbandingan Biaya dan Pendapatan Petani Yang Masuk Kelompok Tani dan Tidak Masuk Kelompok Tani

Pada Tabel 4.7 berikut disajikan perbandingan biaya, dan pendapatan petani yang menjadi anggota kelompok tani dan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani yang satuannya sudah disetarakan dalam satu hektar, tabel 4.4 diambil dari data di lampiran 5.

Tabel 4.7. Perbandingan Biaya dan Pendapatan Petani Anggota dan Bukan Anggota Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011

Strata Kelompok Tani Non Kelompok Tani

TR TC NR TR TC NR

<0,50 ha 22176000 9502200 12673800 18228000 7788649 10439351 0,50-1 ha 21504000 10096828 11407172 17640000 6773209 10866791 >1 ha 22176000 6849764 15326236 14994000 5646709 9347290.9

Sumber : Data Lampiran 5

Tabel 4.7 merupakan hasil analisis biaya dan pendapatan sehingga diperoleh rata-rata total pendapatan bersih yang diterima oleh petani yang menjadi anggota kelompok tani lebih besar dari petani non kelompok tani jika dihitung per orang dalam satu hektar berdasarkan data primer yang peneliti peroleh dilapangan contohnya pada seterata satu yaitu Rp.12.673.800 per Ha untuk petani anggota kelompok tani pada setrata satu dan Rp.10.439.351 per Ha untuk petani yang tidak masuk kelompok tani pada setrata satu, dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.9.502.200 per Ha untuk petani yang masuk kelompok tani dan Rp.7.788.649 per Ha untuk petani yang tidak masuk kelompok tani.

Dari tabel 4.7 tampak bahwa total biaya produksi kelompok tani lebih besar dibandingkan total biaya produksi non kelompok tani hal ini disebabkan oleh pengeluaran biaya untuk input faktor-faktor produksi dan sarana pendukung yang digunakan oleh kelompok tani guna mencapai pendapatan yang maksimal lebih banyak dari petani non kelompok tani, salah satu contoh perbedaan yang dapat kita lihat di lampiran 3 bahwa rata-rata petani yang masuk kelompok tani menggunakan input pupuk Urea sebesar 232,7 kg per satu hektar dengan harga Rp.1.850 per satu kilogram sedangkan petani yang tidak masuk kelompok tani menggunakan input pupuk urea sebesar 204,2 kg per satu hektar dengan harga Rp.2.300 pe satu kilogram, selain itu juga jenis pupuk yang di gunakan petani yang masuk kelompok tani lebih banyak jika dibandingkan dengan petani yang tidak masuk kelompok tani.

Setelah dihitung menggunakan t-tes dengan taraf nyata 5% (lampiran 6), diperoleh hasil t-hitug (1,804) dan t-tabel (2,024), ini berarti t-hitung lebih kecil dari t-tabel dan dapat kita simpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani yang masuk kelompok tani tidak berbeda atau sama dengan rata-rata pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani, karena hasil t-hitung lebih besar dari t-tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani yang masuk kelompok tani dengan pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tan. Dari hasil uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa kelembagaan petani(kelompok tani) yang ada di Desa Suela belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

4.5. Masalah-Masalah Dalam Usahatani Padi Sawah.

Dalam penilitian ini, petani yang menjadi anggota maupun tidak menjadi anggota mengalami berbagai masalah dalam mengelola usahataninya, masalah-masalah tersebut adalah kurang modal, metode penyuluhan kurang tepat, ketersediaan saprodi terbatas, serangan hama dan penyakit, dan cuaca yang tidak menentu.

Masalah modal selalu menjadi masalah dalam setiap usahatani. Oleh sebab itu diperlukan adanya lembaga peminjaman modal sehingga petani dapat meminjam modal dengan lebih cepat dan bunga yang sesuai. Kurangnya modal disini merupakan suatu masalah yang berhubungan dengan masalah lainnnya yaitu harga panen yang rendah serta harga saprodi yang terlalu mahal. Harga saprodi yang terlalu mahal dan harga panen yang rendah akan mengurangi pendapatan petani sehingga modal petani untuk melanjutkan usahataninya berkurang dan membutuhkan pinjaman modal.

Pada petani responden baik yang masuk kelompok maupun tidak, rata-rata mengeluhkan saprodi seperti pestisida dan pupuk yang juga sulit didapatkan oleh petani yang disebabkan karena pasokan barang yang ada di kios-kios saprodi maupun dikelompok tani sangat terbatas dan karena keterlambatan pihak dinas terkait menyiapkan pasokan pupuk sehingga banyak petani yang mengalami keterlambatan untuk memberikan pupuk padinya.

Dalam pemasaran hasil panen harga merupakan permasalahan yang selalu dilontarkan oleh para petani karena dari tahun ketahun peningkatan hasil produksi tidak diimbangi dengan kenaikan harga jualnya sedangkan harga barang lain terus meningkat seperti harga pupuk, pestisida, dan barang-barang faktor produksi lainnya. Selain masalah-masalah diatas permasalahan yang menyangkut kelembagaan di kalangan para petani juga sering terdengar yaitu adanya kelompok yang tidak terurus dengan artian

(16)

bahwa kelompok tersebut tinggal namanya saja kepengurusan yang kurang baik, serta komunikasi antar anggota yang kurang baik juga. Solusi untuk meminimalkan masalah yang dihadapi petani adalah dengan meningkatkan komunikasi dengan dinas yang terkait untuk mengatasi masalah kurangnya frekuensi penyuluhan, masalah modal, serangan hama penyakit dan masalah saprodi dapat didiskusikan bersama antara petani dan pihak yang terkait. Sehingga masalah-masalah petani yang terkait dengan teknis budidaya dapat diminimalkan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Rata-rata total penerimaan bersih yang diperoleh petani (usahatani padi sawah) yang masuk kelompok tani lebih besar dari petani yang tidak masuk kelompok tani yaitu berturut-turut Rp.12.673.800 /Ha untuk setrata satu, Rp.11.407.172 /Ha untuk setrata dua, dan setrata tiga Rp.15.326.236/ha, sedangkan rata-rata total penerimaan bersih yang diperoleh petani yang tidak masuk kelompok tani sebesar Rp.10.439.351/ha pada setrata satu , Rp.10.866.791 /Ha pada setrata dua dan setrata tiga sebesar Rp.9.347.290 /Ha.

2. Rata-rata total biaya produksi pada usahatani padi sawah yang dikeluarkan oleh petani yang masuk kelompok tani lebih besar dari petani yang tidak masuk kelompok tani yaitu sebesar Rp.9.502.200 /ha pada setrata satu, Rp.10.096.828 /Ha pada setrata dua, dan Rp.6.849.764 /Ha pada setrata tiga untuk petani yang masuk kelompok tani sedangkan petani yang tidak masuk kelompok tani sebesar Rp.7.788.649 /ha pada setrata satu, Rp.6.773.209 /Ha pada setrata dua dan setrata tiga sebesar Rp.5.646.709 /Ha.

3. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji-t pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa H0 diterima artinya rata-rata total pendapatan petani yang masuk kelompok tani tidak memiliki perbedaan yang signifikan/berarti dengan rata-rata total pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani, dengan kata lain kelembagaan petani(kelompok tani) yang ada di Desa Suela belum berjalan seperti apa yang diharapkan.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:

1. Bagi petani yang masuk kelompok tani khususnya yang ada di Desa Suela hendaknya meningkatkan frekuensi kehadiran didalam acara penyuluhan, menjadikan substansi pertemuan dan tujuan pembangunan sekor peanian menjadi hal yang utama.

2. Untuk petani yang belum masuk kelompok tani sebaiknya memilih untuk masuk menjadi anggota kelompok tani guna memudahkan dalam melakukan usahataninya seperti mendapatkan subsidi, bantuan dana ,pembinaan, dan lain-lain dari pemerintah.

3. Kepada dinas atau instansi terkait agar meningkatkan frekuensi penyuluhan, dan memberikan bimbingan yang tepat sehingga petani dapat lebih meningkatkan produksi dan pendapatannya.

4. Bagi pemerintah agar memberikan harga yang pantas terhadap hasil produksi padi agar masyarakat khususnya petani padi lebih bersemangat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil usahataninya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

…………...BP3K Kecamatan Suela. 2012. Program Penyuluhan Pertanian Kecamatan Suela. Suela: BP3K Kecamatan Suela. …………...BP4K Kabupaten Lombok Timur. 2012. Data Kelompok Tani. Selong: BP4K Kabupaten Lombok Timur.

Arsyad Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Baharudin. 1997. Analisis Perbandingan Pendapatan Antara Kelompok Tani yang Mengikuti Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu di Kabupaten Lombok Barat. Mataram: Fakultas Ekonom Universitas Mataram.

Boediono. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE

Budiarti. 2004. Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Nelayan Anggota Dan Nelayan Bukan Anggota Proyek PEMP di Desa Kuranji Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Mataram: Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

Hanfi lalu Ahmad. 2001. Analisis Peranan Kelompok Tani Terhadap Tingkat Pendapatan Petani di Desa Dasan Baru Kecamatan Kopang. Mataram: Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

Hanafi Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: C.v Andi Offset. Mardalis. 2004. Pengantar ekonomi produksi pertanian. Jakarta: Bumi Aksara. Mubyarto. 1995. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta: LP3ES.

Nazir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahardja Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Rasini Ahyar. 2010. Analisis Pendapatan dan Kesejahtraan Rumah Tangga Pengrajin Opak-opak di Desa Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Mataram: Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

Gambar

Gambar 1 hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi
Gambar 2 Kurava AFC terus menurun membentuk garis asimptot pada sumbu vertikal dan horizontal tetapi tidak pernnah sampai
Tabel 4.2.Tingkat Pendidikan Petani Responden
Tabel 4.5 Rata-Rata Biaya Yang Dikeluarkan  Petani Selama Satu Kali Musim Tanam Padi Sawah  di Desa Suela Tahun 2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar pada siswa SDN 169 Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang.. Jenis

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 tentang

Rencana pembelajaran yang dilakukan yaitu mengenai “Teknologi Produksi” materi kelas IV semester 2 yang disimulasikan oleh Ina Agustina (perwakilan akan kocokan yang keluar untuk

Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif mahasiswa program studi S1 PGSD pada perkuliahan Penelitian Tindakan

Dari hasil evaluasi program konservasi pendengaran didapatkan tes audiometri yang dilakukan belum tepat dimana karyawan tidak bebas bising selama 18 jam sebelum

Oleh karena munculnya pemahaman yang menyatakan bahwa praja tidak lebih dari sebatas perkara bid‟ah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah S.a.w., ditambah

Untuk mengurangi angka kematian akibat DBD, maka penelitian ini akan memodelkan waktu survival pasien penderita DBD yang dirawat di RSU Haji Surabaya dengan faktor-faktor

Rajah 2 menjelaskan dua impak terjemahan kata kerja berjurang leksikal yang dikemukakan oleh TPR dan QMMT terhadap mesej al-Quran, iaitu (1) terjemahan yang berjaya