• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Pengendali utama car immobilizer dengan RFID berbasis ATmega 8535 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR - Pengendali utama car immobilizer dengan RFID berbasis ATmega 8535 - USD Repository"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALI UTAMA

CAR IMMOBILIZER

DENGAN

RFID BERBASIS ATMEGA8535

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Oleh:

THOMAS JOKO LELANA

NIM : 045114064

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

MASTER CONTROLLER OF RFID CAR

IMMOBILIZER BASED ON ATMEGA8535

Presented As Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

THOMAS JOKO LELANA

NIM : 045114064

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.”

Yogyakarta, 9 Maret 2010

(6)

“ Kebanggaan kita yang terbesar adalah

bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh “

(Confusius)

K upersembahk an tugas Ak hi r ini Un tuk :

Tuhan Sang Peren cana Kehidupan

Ay ah dan Ibuk u tercinta, un tuk segala doa dan duk ungan

Saudara-saudarak u y ang terbaik

Bertha S. Ik a atas cin ta dan k esetiaanny a

Dosen-dosen y ang membimbingk u

K eluarga Besar TEK SAPALA “ Per Aspera ad Astra “

(7)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Thomas Joko Lelana

Nomor Mahasiswa : 045114049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universi-tas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGENDALI UTAMA CAR IMMOBILIZER DENGAN RFID

BERBASIS ATMEGA8535

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam

ben-tuk media lain, mengelolanya dalam benben-tuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terba-tas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tan-pa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti ketan-pada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 9 Maret 2010

Yang menyatakan

(8)

viii

RFID (

Radio Frequency Identification

) adalah teknologi pengidentifikasian yang

memanfaatkan frekuensi radio. Teknologi RFID dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk.

Salah satu bentuk aplikasinya adalah pada kendaraan atau

yang biasa disebut

car immobilizer

.

Untuk itu dibutuhkan sebuah alat yang menjadi aplikasi dari sistem keamanan pada

car

immobilizer

.

Alat ini terdiri dari sebuah rangkaian utama yang menggunakan ATMEGA8535.

Rangkaian utama bertugas untuk mengendalikan semua sensor yang digunakan pada alat.

Sensor yang digunakan dibagi menjadi dua bagian. Sensor pintu pada sistem keamanan, dan

sensor suhu pada mesin mobil. Sensor suhu yang digunakan adalah LM35, sedangkan sensor

pintu yang digunakan adalah

reed switch

. Terdapat 2 mode pada sistem ini yaitu mode

non

alert

dan mode

alert

. Sensor suhu bekerja pada mode

non alert

, sedangkan sensor pintu

bekerja pada mode

alert

. Data tertinggi dari sensor suhu yang terbaca akan disimpan di

EEPROM ATMEGA8535. Pintu terbuka yang terdeteksi oleh sensor pintu akan menyebabkan

alarm berbunyi. Perpindahan mode pada sistem dipengaruhi oleh indikator sinyal RFID.

Dari hasil pengujian, semua sensor yang digunakan dapat bekerja dengan baik. Data

suhu tertinggi tersimpan di EEPROM pada alamat 0 dan 1. Keluaran dari sistem keamanan

berupa indikator keamanan,

hazard,

dan

buzzer

aktif setiap pergantian mode. Kendali pada

lampu ruang mengalami kendala pada rangkaian

astable timer

yang digunakan.

(9)

ix

RFID (Radio Frequency Identification) is a identifier technology that used radio

frequency. This technology can be applied in many kind of application. One kind of the

application is used in vehicle that is called car immobilizer. Therefore, a tool is needed as

application for security system in car immobilizer.

This tool is a main circuit with ATMEGA8535. The main circuit is used to control all

sensors. Sensors that used in this tool consist of two sections. That is door sensor in security

system and temperature sensor in car machine. LM35 is used as temperature sensor, and reed

switch is used as door sensor. There are two operation modes in this tool system, non alert

mode and alert mode. Temperature sensor work in non alert mode whereas door sensor work

in alert mode. The highest data from temperature sensor will recorded in EEPROM of

ATMEGA8535. The opened door that detected by door sensor will activate alarm.

Transferring mode in this tool system influenced by indicator of RFID signal.

Result of experiment show all sensors in this tool system work correctly. The highest

temperature data is recorded in EEPROM address 0 and 1. Output from the security system is

indicator of security, hazard, and buzzer could be activated every transferring mode.

Controlling room lamp has trouble in the astable timer circuit.

(10)

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Pengendali Utama Car Immobilizer

Dengan RFID Berbasis ATMEGA8535” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selama menulis Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak

pihak yang telah memberikan bantuan dengan caranya masing-masing, sehingga Tugas

Akhir ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas segala dukungan moral dan

materi yang telah diberikan.

2. Bapak A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, semangat,

pengetahuan, diskusi, arahan, kritik dan saran dalam menyelesaikan Tugas

Akhir.

3. Bapak Martanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang juga telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, semangat,

pengetahuan, diskusi, arahan, kritik dan saran dalam menyelesaikan Tugas

Akhir.

4. Seluruh dosen Teknik Elektro dan laboran yang telah banyak memberikan

pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

5. Kelompok tugas akhir Leonardo Arga D dan Robertus Heru Wiranto atas

semua kerjasama baik dalam perdebatan maupun diskusi selama penelitian,

akhirnya kita menyelesaikan apa yang telah kita mulai bersama.

6. Bertha Surya Ika Sulistyawati yang selalu menemani dan memberikan

dukungannya.

7. Keluarga besar di TEKSAPALA atas semangat dan dukungannya “keep

forward whatever it takes” dan semoga kita dapat semakin berkembang

bersama.

8. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dan dukungan Fx. Oscar.

R, Albertus, Leo Febrianus, Robertus Hadi P. Ndaga.

9. Seluruh teman Teknik Elektro angkatan 2004 atas segala dukungan dan

(11)

dukungan, bimbingan, kritik dan saran.

Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas akhir ini sangat

diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima

kasih.

Yogyakarta, 9 Maret 2010

(12)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Judul ... 1

1.2. Latar Belakang Masalah ... 1

1.3. Tujuan dan Manfaat ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Metodologi Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 7

2.1. Sistem RFID ... 7

2.1.1. Tag RFID ... 9

2.1.2. Reader RFID ... 9

2.2. Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 9

2.2.1. Arsitektur ATMEGA8535 ... 10

2.2.2. Fitur ATMEGA8535 ... 10

2.2.3. Konfigurasi Pin ATMEGA8535 ... 10

(13)

2.2.6. Timer dan Counter. ... 13

2.2.6.1. Timer dan Counter Interrupt Mask Register (TIMSK) ... 13

2.2.6.2 Timer dan Counter Interrupt Flag Register (TIFR) ... 14

2.2.6.3 Timer dan Counter 0 ... 15

2.2.6.3.1 Timer dan Counter 0 Control Register (TCCR0) ... 16

2.2.6.3.2 Timer dan Counter Register 0 (TCNT0) ... 17

2.2.6.4 Timer dan Counter 1 ... 17

2.2.6.5 Timer dan Counter 2 ... 18

2.2.7. ADC (Analog to Digital Converter) ... 18

2.2.8. On-Chip Osilator ... 22

2.2.9. Reset ... 23

2.3. Sensor Temperatur (LM35) ... 23

2.4. Transistor Sebagai Saklar ... 25

2.5. Dioda Memancarkan Cahaya (Light Emitting Diode) ... 26

2.6. Relay ... 27

2.7 Reed switch ... 28

2.8 Lm555... 28

BAB III PERANCANGAN ALAT ... 32

3.1. Perancangan Perangkat Keras ... 33

3.1.1. Reset Eksternal ... 33

3.1.2. Osilator... 34

3.1.3. Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 35

3.1.4 Rangkaian Sensor Suhu ... 35

3.1.5. Sensor Pengaman Pintu ... 35

3.1.6. Rangkaian Indikator Led ... 36

3.1.7. Rangkaian Lampu Hazard ... 37

3.1.8. Rangkaian Indikator Kunci Pintu ... 38

3.1.9. Rangkaian Indikator Ignition Switch (Ig-sw) ... 40

3.1.10 Rangkaian Alarm ... 41

3.1.11 Rangkaian Lampu Ruang (Room Lamp) ... 42

3.1.12 Rangkaian Timer eksternal... 44

(14)

3.2.1.1 Diagram Alir Kondisi Non Alert Mode ... 48

3.2.1.2 Pengaturan ADC ... 49

3.2.1.3 Diagram Alir Kondisi Alert Mode ... 51

3.2.1.4 Pengaturan Timer ... 52

3.2.1.5. Diagram Alir Pengaturan Indikator Keamanan ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Hasil Akhir Perancangan ... 54

4.2. Pengamatan Sistem ... 56

4.2.1. Cara Kerja Simulai Pengendali Sensor Utama... 56

4.2.2. Pengujian Saklar RFID ... 59

4.2.3. Pengujian Saklar Kunci Mobil ... 59

4.2.4. Pengujian Sensor Pintu Mobil ... 60

4.2.5. Pengujian Keluaran Timer ... 62

4.2.5.1. Pengujian Keluaran Astabel Timer LM555 ON=350ms dan OFF=350ms ... 62

4.2.5.2. Pengujian Keluaran Astabel Timer LM555 ON=250ms dan OFF=450ms ... 63

4.2.5.3. Pengujian Keluaran Astable Timer LM555 ON = 15s ... 64

4.2.5.4. Pengujian Timer Internal ... 65

4.2.6. Pengujian ADC ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(15)

Gambar 1.1. Blok Model Perancangan . ... 4

G ambar 2.1. Komponen Utama Sistem RFID ... 8

Gambar 2.2. Tag RFID ... 9

Gambar 2.3. Konfigurasi pin ATMEGA8535 ... 11

Gambar 2.4. (a) Peta Data Memori, (b) Peta Memori Program ... 12

Gambar 2.5. Register TIMSK ... 13

Gambar 2.6. Register TIFR ... 14

Gambar 2.7. Register TCCR0 ... 16

Gambar 2.8. Register TCNT0 ... 17

Gambar 2.9. Register ADMUX ... 19

Gambar 2.10. Format Data ADC Dengan ADLAR = 0 ... 19

Gambar 2.11. Format Data ADC Dengan ADLAR = 1 ... 19

Gambar 2.12. Regiater ADCSRA ... 20

Gambar 2.13. Register SFIOR ... 22

Gambar 2.14. Koneksi Osilator ... 23

Gambar 2.15. Rangkaian Reset ... 23

Gambar 2.16. Bentuk Fisik LM35 ... 24

Gambar 2.17. Rangkaian Umum Pengukur Suhu... 25

Gambar 2.18. Rangkaian Transistor Sebagai Saklar ... 25

Gambar 2.19. Rangkaian LED ... 27

Gambar 2.20. Relay ... 27

Gambar 2.21. Bentuk Sebuah Reed Switch ... 28

Gambar 2.22. Rangkaian Internal LM555 ... 29

Gambar 2.23. Rangkaian Astable Timer LM555 ... 30

Gambar 2.24. Gelombang Keluaran dari Rangkaian Astable Timer LM555 . 30 Gambar 2.25. Rangkaian Astable Timer LM555 untuk Duty Cycle ≤ 50% ... 31

Gambar 3.1. Diagram blok Car Immobilizer Dengan RFID ... 32

(16)

ATMEGA8535 ... 33

Gambar 3.4. Rangkaian Reset Eksternal ... 34

Gambar 3.5. Rangkaian osilator ... 34

Gambar 3.6. Rangkaian Minimum Sistem Mikrokontroler ATmega8535 .. 35

Gambar 3.7. RangkaianSensor Pengaman Pintu ... 36

Gambar 3.8. Rangkaian Indikator LED ... 37

Gambar 3.9. Rangkaian Lampu Hazard ... 37

Gambar 3.10. Rangkaian Indikator Kunci Pintu ... 39

Gambar 3.11. Rangkaian Indikator Igination Switch ... 40

Gambar 3.12. Rangkaian Alarm ... 41

Gambar 3.13. Rangkaian Lampu ruang (room Lamp) ... 43

Gambar 3.14. Rangkaian AstableTimer Menggunakan LM 555 ... 44

Gambar 3.15 Diagram Alir Program Utama ... 48

Gambar 3.16. Diagram AlirProgram Non Alert Mode ... 49

Gambar 3.17. Diagram Alir Program ADC ... 50

Gambar 3.18. Diagram Alir Program Alert Mode ... 51

Gambar 3.19. Diagram Alir Timer0 Untuk Indikator Keamanan... 53

Gambar 4.1. Bentuk Fisik Pengendali Sensor Utama Car Immobilizer ... 54

Gambar 4.2. Bentuk Fisik Rangkaian Mikrokontroler ATmega8535 ... 55

Gambar 4.3. Bentuk Fisik Rangkaian Sensor Suhu ... 55

Gambar 4.4. Bentuk Fisik Rangkaian Output ... 56

Gambar 4.5. Bentuk Fisik Rangkaian Timer Eksternal ... 56

Gambar 4.6. Sistem Dalam Kondisi Non Alert... 57

Gambar 4.7. Sistem Dalam Kondisi Non Alert dan Kunci Mobil Didalam ... 57

Gambar 4.8. Sistem Dalam Kondisi Alert... 58

Gambar 4.9. Sistem Dalam Kondisi Alert dan Pintu Terbuka ... 58

Gambar 4.10. Gelombang Keluaran Timer 555 (TL=350ms) ... 62

Gambar 4.11. Gelombang Keluaran Timer 555 (TH=350ms) ... 63

Gambar 4.12. Gelombang Keluaran Timer 555 (TH=250ms) ... 63

Gambar 4.13. Gelombang Keluaran Timer 555 (TL=450ms) ... 64

(17)

Tabel 2.1. Konfigurasi Pengaturan Port I/O... 13

Tabel 2.2 Mode Timer/Counter 0 ... 16

Tabel 2.3 Skala Clock Timer/Counter 0 ... 16

Tabel 2.4. Pemilihan Mode Tegangan Referensi ADC ... 19

Tabel 2.5. Tabel pemilihan Bit Saluran Pembacaan ADC ... 20

Tabel 2.6. Konfigurasi Clock ADC ... 21

Tabel 2.7. Pemilihan Sumber PicuADC ... 22

Tabel 3.1. Keluaran Rangkaian AstableTimer LM555 ... 45

Tabel 3.2. Pewaktuan Keluaran Sistem Keamanan ... 45

Tabel 4.1. Data Percobaan Hazard dan Buzzer Terhadap Saklar RFID ... 59

Tabel 4.2. Data Percobaan Saat Saklar Kunci Mobil on ... 60

Tabel 4.3. Data Percobaan Saat Saklar Kunci mobil off ... 60

Tabel 4.4. Data Percobaan Reed Switch Terhadap Medan Magnet ... 61

Tabel 4.5. Data Percobaan Alarm Terhadap Sensor Reed Switch ... 61

Tabel 4.6. Perbandingan Tegangan Masukan dan Data di Memori ... 66

Tabel 4.7. Perbandingan Data Suhu dan Tegangan Keluaran LM35... 66

(18)

PENDAHULUAN

1.1.

Judul

Pengendali Utama Car Immobilizer Dengan RFID Berbasis ATMEGA8535.

1.2.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman menuntut manusia untuk mengembangkan berbagai

macam teknologi untuk membantu meningkatkan kehidupannya. Dalam beberapa tahun

terakhir ini, teknologi Radio Frequency Identification (RFID) berkembang dengan pesat.

RFID merupakan sebuah teknologi compact wireless berbasis frekuensi radio yang

memanfaatkan frekuensi radio untuk identifikasi otomatis terhadap suatu obyek.

RFID mempunyai dua komponen utama yang disebut transceiver (reader) dan

transponder (tag). Berbeda dengan teknologi terdahulunya yaitu dengan menggunakan

barcode ataupun dengan Electronic Article Surveillance (EAS), RFID mempunyai

kemampuan lebih dalam jangkauan jarak dan kemampuan update dari pada data informasi

yang terkandung di dalam tag. Jadi, ketika sebuah tag melewati dari area elektromagnetik

yang dikeluarkan oleh antena reader, maka secara langsung akan dideteksi oleh sinyal

aktivasi dari reader dan dilakukan pembacaan dari dta-data yang ada di dalam tag,

selanjutnya data akan dikirimmenuju sebuah database[1].

Jika di masa lalu barcode telah menjadi cara utama untuk pelacakan produk,

RFID menjadi teknologi pilihan untuk tracking manusia, hewan peliharaan, produk,

bahkan kendaraan (electronic immobilization atau car immobilizer). Salah satu alasannya

adalah kemampuan tag yang dapat dibaca dari jarak jauh dan melalui berbagai substansi

seperti salju, asap, es, atau cat dimana barcode telah terbukti tidak dapat digunakan.

Pada sistem car immobilizer ini, teknologi RFID digunakan untuk mengetahui

kondisi sebuah mobil yang sudah dilengkapi dengan mikrokontroler dan beberapa sensor.

RFID juga digunakan pada sistem pengamanannya, yaitu pada sistem pengunci pintu (door

locking). Kunci stater dikombinasi dengan transponder (tag). Pintu mobil terkunci secara

otomatis saat kunci stater berada di luar radius pembacaan reader yang berada di dalam

(19)

dan pintu siap dibuka. Selanjutnya, reader akan mengisi ulang tag dengan data hasil

sensing yang dibacanya dari mikrokontroler. Saat mobil masuk bengkel, data yang telah

terisi pada tag akan dibaca oleh reader yang berada di bengkel untuk dikirim ke database

dan ditampilkan pada sebuah komputer. Jadi, sistem car immobilizer ini menggunakan dua

buah receiver (reader), yaitu sebuah reader yang berada di dalam mobil dan sebuah reader

lain yang berada di dalam bengkel yang terhubung dengan komputer.

Pada Car immobilizer, tag yang digunakan adalah tag pasif yaitu tag yang tidak

memiliki catu daya sendiri serta tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader.

Sebagai gantinya, tag merespon emisi frekuensi radio dan menurunkan dayanya dari

gelombang-gelombang energi yang dipancarkan oleh reader. Sebuah tag pasif minimum

mengandung sebuah indentifier unik dari sebuah item yang dipasangi tag tersebut. Data

tambahan dimungkinkan untuk diberikan pada tag, tergantung kepada kapasitas

penyimpanannya

Data yang terisi pada tag merupakan data-data yang berasal dari sensor-sensor

pada sistem keamanan mobil dan mesin mobil yang dikendalikan oleh mikrokontroler.

Pada mikrokontroler, data-data yang diperoleh dari hasil sensing tersebut dikirim menuju

reader yang berada didalam mobil secara rutin dalam rentang waktu tertentu, yang

kemudian hasil sensing tersebut diisi pada tag melalui reader yang berada di dalam mobil.

Selain digunakan untuk mengatur proses pengiriman data dari sensor menuju reader,

mikrokontroler juga digunakan untuk mengaktifkan alarm dan pengunci pintu mobil

otomatis pada sistem keamanan mobil.

I.3

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan perangkat ini antara lain:

1.Menghasilkan pengendali utama Car immobilizer dengan RFID menggunakan

ATMEGA8535

2.Menghasilkan sebuah implementasi keluaran dari car immobilizer.

3.Mengendalikan data masukan dari sensor pada mesin mobil dan sistem

keamanan mobil.

4.Mengolah dan menyimpan data masukan yang diterima pada EEPROM

ATMEGA8535 sebelum dikirim menuju tag RFID

(20)

1. Sebagai implementasi sistem keamanan dari salah satu produk mobil di

Indonesia.

2. Memperoleh gambaran langsung dari implementasi pengaruh sinyal RFID

terhadap sistem keamanan mobil.

3. Sebagai penyedia data yang akan diisi pada tag RFID.

I.4

Batasan Masalah

Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka perlu

adanya batasan terhadap permasalahan yang akan dibuat yaitu:

a. Membuat pengendali utama Car immobilizer dengan RFID menggunakan

ATMEGA8535.

b. Masukan ATMEGA8535 berupa sinyal keluaran reader dan data hasil sensing.

c. Sensor yang dipasang pada sistem keamanan mobil berupa sensor pada pintu

mobil, sedangkan sensor pada mesin mobil yang digunakan adalah sensor suhu.

d. Data dari sensor suhu pada mesin mobil disimpan pada EEPROM

ATMEGA8535.

e. Keluaran yang dikendalikan oleh ATMEGA8535 berupa pengunci pintu mobil

otomatis, lampu ruangan (room lamp), lampu hazard, indikator keamanan dan

buzzer.

f. Keluaran yang berupa lampu ruangan (room lamp), lampu hazard, indikator

keamanan dan buzzer merupakan implementasi dari sistem keamanan pada

salah satu produk mobil yang ada di Indonesia.

1.5

Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang dilakukan terdiri dari :

1. Studi literatur, yaitu dengan mempelajari berbagai informasi, baik dari buku

maupun internet sehingga dapat digunakan sebagai referensi pendukung dalam

penyusunan laporan.

2. Perencanaan rancangan dan pembuatan alat dalam bentuk perangkat keras

maupun perangkat lunak. Perancangan ini dilakukan untuk menyesuaikan

pembuatan alat sesuai dengan permasalahan yang telah ditentukan. Gambar 1.1

(21)

Gambar 1.1 Blok Model Perancangan

3. Pembuatan alat berdasarkan hasil perancangan. Pembuatan hardware terdiri

dari pembuatan rangkaian utama mikrokontroler, rangkaian sensor, dan

rangkaian keluaran. Pada pembuatan software meliputi proses pembacaan data

masukan sensor, pengolahan data sensor, dan memberikan keluaran sesuai

dengan instruksi dari masukan yang diterima.

4. Pengamatan dan pengujian terhadap hasil perancangan. Data yang diamati

berupa data hasil pembacaan setiap sensor yang digunakan, data hasil keluaran

mikrokontroler berdasarkan instruksi masukan yang diberikan, dan data hasil

pengukuran suhu yang tersimpan di EEPROM.

5. Analisis dan kesimpulan hasil pengujian. Proses analisis dilakukan dengan

membandingkan data hasil pengujian dengan perancangan yang dilakukan.

Kesimpulan dapat diambil dari hasil analisis data pengujian yang telah

dilakukan

1.6

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi menjadi lima bab yang disusun

sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

konsep pembuatan alat, batasan masalah, metodologi penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II. DASAR TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang melandasi keseluruhan

penulisan tugas akhir dan pembuatan perangkat serta dasar teori mengenai

komponen-komponen yang akan digunakan dalam pembuatan perangkat.

BAB III. RANCANGAN PENELITIAN

µC

Sensor Suhu

Sensor Keamanan

(22)

Bab ini berisi tentang diagram blok dan penjelasan cara kerja secara singkat

rancangan perangkat keras beserta perhitungan matematis dan pendekatan

pemilihan komponen yang digunakan. dan perangkat lunak berupa

sistematika program dari mikrokontroler ATMEGA8535 untuk

mengoperasikan perangkat keras beserta diagram alirnya secara lengkap,

yang membuat rangkaian tersebut bisa beroperasi.

BAB IV. PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pengamatan kerja dari perangkat keras dan perangkat

lunak yang telah dibuat serta membahas cara pengoperasian perangkat

sesuai dengan kinerja yang direncanakan.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan akhir terhadap perancangan dan

penelitian perangkat serta memberikan masukan-masukan mengenai

pengoperasian dan pengembangan perangkat secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

(23)

DASAR TEORI

Pengendali sensor digunakan untuk mengendalikan data keluaran dari

sensor-sensor pada mesin mobil dan keamanan mobil, perangkat ini dibuat agar mempermudah

dalam pembacaan data dari sensor serta untuk memberikan keluaran sesuai dengan data

masukan dari sensor yang diterima. Untuk membuat perangkat ini secara garis besar

dibutuhkan mikrontroler yang dilengkapi dengan ADC, sensor, dan limit switch.

Mikrokontroler berfungsi sebagai pengendali utama, dimana mikrokontroler yang

digunakan telah dilengkapi dengan ADC untuk mempermudah pembacaan data yang

berasal dari sensor yang berupa data analog untuk kemudian disimpan dalam EEPROM

mikrokontroler berupa data digital. Limit switch digunakan untuk input pada

mikrokontroler sebagai instruksi penguncian pintu mobil saat pengendara mobil berada di

dalam mobil. Hal-hal pendukung di atas akan dijelaskan sebagai berikut.

2.1. Sistem RFID

RFID adalah sebuah teknologi yang memanfaatkan frekuensi radio untuk

identifikasi otomatis terhadap suatu obyek [1]. Kenyataan bahwa manusia amat terampil

dalam mengidentifikasi obyek dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda menjadi

motivasi dari teknologi ini. RFID dapat dipandang sebagai suatu cara untuk pelabelan

obyek secara eksplisit dalam memfasilitasi “persepsi” dengan menggunakan

peralatan-peralatan komputer. RFID adalah teknologi penangkapan data yang dapat digunakan secara

elektronik untuk mengidentifikasi, melacak, dan menyimpan informasi yang tersimpan

dalam tag RFID.

Perhatian terhadap RFID dalam lingkungan media massa maupun akademis

yang populer, telah meningkat dalam beberapa tahun ini. Harga tag yang menurun dan

standarisasi yang dinamis telah menyebabkan dunia berada pada ambang ledakan

penggunaan RFID. Para pengamat RFID menganggap RFID sebagai suksesor dari barcode

yang memiliki dua keunggulan pembeda, yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi yang unik

Sebuah barcode mengindikasikan tipe obyek tempat ia dicetak, misalnya

(24)

gram”. Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah

nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga dapat

mengindikasikan “Ini adalah sebatang coklat bermerek ABC dengan kadar 70%

dan berat 100 gram, nomor seri 897348738”.

2. Otomasi

Barcode dibaca secara optik, memerlukan kontak line-of-sight dengan

reader, sehingga membutuhkan peletakan fisik yang tepat dari obyek yang dibaca.

Kecuali pada lingkungan yang benar-benar terkontrol, scanning terhadap barcode

memerlukan campur tangan manusia, sebaliknya tag-tag RFID dapat dibaca tanpa

kontak line-of-sight dan tanpa penempatan yang presisi. Sebagai suksesor dari

barcode, RFID menawarkan peningkatan efisiensi.

Secara garis besar sebuah sistem RFID terdiri atas tiga komponen utama, yaitu

tag, reader, dan controller [3]. Secara ringkas, mekanisme kerja yang terjadi dalam sebuah

sistem RFID adalah bahwa sebuah reader frekuensi radio melakukan scanning terhadap

data yang tersimpan dalam tag, kemudian mengirimkan informasi tersebut ke sebuah

controller.

Gambar 2.1 Komponen Utama Sistem RFID [3]

Tag dan reader berkomunikasi satu sama lain melalui gelombang radio. Saat

obyek ber-tag berada pada wilayah baca reader, reader akan memberikan sinyal kepada

tag untuk mengirimkan data yang tersimpan. Selanjutnya, saat reader telah menerima data

tag, data tersebut akan disampaikan kepada controller. Sebuah sistem RFID bisa terdiri

dari beberapa reader. Namun, semua reader dapat diterapakan pada controller tunggal.

(25)

2.1.1.

Tag

RFID

Fungsi dasar dari tag RFID adalah menyimpan data dan mengirimkan data

tersebut pada reader [2]. Sebuah tag terdiri atas chip (microchip) dan sebuah antena. Chip

tersebut menyimpan nomor seri yang unik atau informasi lainya.

Antena yang terpasang pada chip mengirimkan informasi dari chip ke reader.

Biasanya rentang pembacaan diindikasikan dengan besarnya antena. Antena yang lebih

besar mengindikasikan rentang pembacaan yang lebih jauh. Tag tersebut terpasang atau

tertanam dalam obyek yang akan diidentifikasi. Tag dapat dibaca dengan reader bergerak

maupun stasioner menggunakan gelombang radio.

Tag RFID sangat bervariasi dalam hal bentuk dan ukuran. Sebagian tag mudah

ditandai, misalnya tag anti pencurian yang terbuat dari plastik keras yang dipasang pada

barang-barang di toko. Tag untuk tracking hewan yang ditanam di bawah kulit berukuran

tidak lebih besar dari bagian lancip dari ujung pensil. Bahkan ada tag yang lebih kecil lagi

yang telah dikembangkan untuk ditanam di dalam serat kertas uang.

Gambar 2.2 Tag RFID [1]

2.1.2.

Reader

RFID

Untuk berfungsinya sistem RFID, diperlukan sebuah reader atau alat scanning

yang dapat membaca tag dengan benar dan mengkomunikasikan hasilnya ke suatu

controller [1]. Reader disebut juga interrogator, yaitu perangkat yang dapat membaca data

pada tag dan mengisi data pada tag. Jadi reader juga berfungsi sebagai writer [2]. Dalam

kasus tag pasif, reader berfungsi juga sebagai catu daya untuk mengaktifkan tag. Reader

merupakan jembatan antara tag dengan controller [3].

2.2

Mikrokontroler ATMega8535

Mikrokontroler ATMega8535 merupakan mikrokontroler AVR yang memiliki

(26)

dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1

(satu) siklus clock. Mikrokontroler ATMega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap.

Mulai dari kapasitas memori program dan memori data yang cukup besar, interupsi,

timer/counter, PWM, USART, TWI, analog comparator, EEPROM internal dan juga ADC

internal semuanya ada dalam ATMega8535[1].

2.2.1 Arsitektur ATMega8535

Berikut ini adalah arsitektur yang dimiliki oleh ATMega8535 :

1. Saluran I/O sebanyak 32 jalur, yaitu Port a, Port B, Port C, dan Port D.

2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

3. Tiga Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 register.

5. Watchdog Timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 512 byte.

7. memori flash sebesar 8Kb dengan kemampuan Read While Write.

8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

10.EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

11.Antarmuka komparator analog.

12.Port USART untuk komunikasi serial.

2.2.2 Fitur ATMega8535

Kapabilitas detail dari ATMega8535 adalah sebagai berikut:

1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 Mhz.

2. kapabilitas memori flash 8 KB, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM

(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

4. Portal konunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.

5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

2.2.3 Konfigurasi Pin ATMega8535

(27)

Gambar 2.3 Konfigurasi Pin ATMega8535[1]

Dari gambar 2.3 dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin

ATMega8535 sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.

2. GND merupakan pin ground.

3. Port A (PA0…PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.

4. Port B (PB0…PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

Timer/counter, komparator analog, dan SPI.

5. Port C (PC0...PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

TWI, komparator analog, dan Timer Oscillator.

6. Port D (PD0…PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

komparator analog, interipsi eksternal, dan komunikasi serial.

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

10.AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

2.2.4 Organisasi Memori

Secara garis besar ATmega8535 mempunyai dua memori utama,yaitu :

1. Data Memory ATmega8535 memiliki 608 alamat, dengan pembagian :

a) 32 register keperluan umum (GPR) digunakan untuk seluruh operasi

instruksi.

(28)

c) 512 byte SRAM Internal.

2. Program Memory, Secara keseluruhan AVR ATMega8535 memiliki 4Kbyte x

16-bit untuk memori program yang terbagi menjadi dua bagian yaitu Boot

program dan Application program. AVR tersebut memiliki 12 bit Program

Counter (PC) sehingga mampu mengalamati flash memori[2].

(a) (b)

Gambar 2.4 (a) Peta Data Memory; (b) Peta Memory Program[1]

Selain dua memori utama diatas, Atmega8535juga memiliki memori EEPROM

8 bit sebesar 512 byte yang digunakan untuk memori data program nonvolatile

2.2.5

Register

I/O dan Port I/O

ATmega8535 memiliki 64 byte register I/O (input atau output) yang dapat

diakses sebagai bagian dari memori RAM atau dapat juga diakses sebagai I/O.

Semua port keluarga AVR bersifat bit-directional (dua arah) pada saat

berfungsi sebagai port I/O digital. Bahkan setiap pin dapat dikonfigurasikan baik sebagai

input maupun output secara individu tanpa mempengaruhi pin-pin yang lain. Pengaturan

port I/O baik sebagai input maupun output otomatis akan diikuti dengan pengaturan

pull-up resistor internal.

Tiga alamat memori IO dialokasikan untuk mengatur konfigurasi setiap port I/O

yaitu:

1. Data Register (PORTx)

2. Data Direction Register (DDRx)

3. Port Input Pin (PINx)

Data Direction Register (DDRx) digunakan untuk mendefinisikan port sebagai

(29)

sebagai input. Data register (PORTx) digunakan untuk menyimpan data yang akan

ditulis/dikeluarkan ke port I/O pada saat dikonfigurasi sebagai output sedangkan Port Input

Pin (PINx) digunakan untuk menyimpan data yang terbaca dari port I/O pada saat

dikonfigurasi sebagai input. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1Konfigurasi Pengaturan Port I/O [2]

DDR bit = 1 DDR bit = 0

PORT bit = 1 Output ; High Input ; R pull-up PORT bit = 0 Output ; Low Input ; Floating

2.2.6

Timer

dan

Counter

Atmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter

8-bit dan 1 buah timer/counter 16-8-bit. Ketiga modul timer/counter ini dapat diatur dalam

mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Selain

itu semua timer/counter dapat difungsikan sebagai sumber interupsi dan register tertentu

untuk mengatur mode dan cara kerjanya. Masing-masing timer/counter ini memiliki

register tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya. Tetapi ada 2

register yang digunakan secara bersama-sama, yaitu register TIMSK dan register TIFR.

2.2.6.1 Timer dan Counter Interrupt Mask Register (TIMSK)

Gambar 2.5Register TIMSK[2]

 Bit 7 OCIE2 : Timer/Counter 2 Output Compare Match Interrupt Enabel OCIE2 digunakan untuk mengaktifkan interupsi Output Compare Match

Timer/Counter 2

 Bit 6 – TOIE2 : Timer/Counter 2 Overflow Interrupt Enabel

TOIE2 digunakan untuk mengaktifkan interupsi Overflow Timer/Counter 2

 Bit 5 – TICIE1 : Timer/Counter 1 Capture Interrupt Enabel

TICIE1 diguakan untuk mengaktifkan interupsi input Capture Timer/Counter 1.

(30)

OCIE1A digunakan untuk mengaktifkan interupsi output Compare A Match

Timer/Counter 1.

 Bit 3 – OCIE1B : Timer/Counter 1 Output Compare B Match Interrupt Enable OCIE1B digunakan untuk mengaktifkan interupsi output Compare B Match

Timer/Counter 1.

 Bit 2 – TOIE1 : Timer/Counter 1 Overflow Interrupt Enabel

TOIE1 digunakan untuk mengaktifkan interupsi Overflow Timer/Counter 1

 Bit 1 – OCIE0 : Timer/Counter 0 Output Compare Match Interrupt Enable

OCIE0 digunakan untuk mengaktifkan interupsi output Compare Match

Timer/Counter 0.

 Bit 0 – TOIE0 : Timer/Counter 0 Overflow Interrupt Enabel

TOIE2 digunakan untuk mengaktifkan interupsi Overflow Timer/Counter 0.

2.2.6.2

Timer

dan

Counter Interrupt Flag Register

(

TIFR

)

Gambar 2.6Register TIFR[2]

TIFR merupakan register yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi

permintaan interupsitimet/counter atau tidak. Jika bernilai ‘1’ berarti terdapat permintaan

interupsi, dan jika layanan interupsi diaktifkan maka program akan melompat ke alamat

vektor interupsi yang sesuai.

 Bit 7 – OCF2 : Timer/Counter 2 Output Compare Match Flag

OCF2 adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi Output

Compare Match Timer/Counter 2.

 Bit 6 – TOV2 : Timer/Counter 2 Overflow Flag

TOV2 adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi

Overflow Timer/Counter 2.

 Bit 5 – ICF1 : Timer/Counter 1 Input Capture Flag

ICF1 adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi Input

Capture Timer/Counter 1.

(31)

OCF1A adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi Output

Compare A Match Timer/Counter 1.

 Bit 3 - OCF1B : Timer/Counter 1 Output Compare B Match Flag

OCF1B adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi Output

Compare B Match Timer/Counter 1.

 Bit 2 – TOV1 : Timer/Counter 1 Overflow Flag

TOV1 adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi

Overflow Timer/Counter 1.

 Bit 1 – ICF0 : Timer/Counter 0 Input Capture Flag

ICF0 adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi Input

Capture Timer/Counter 0.

 Bit 0 – TOV0 : Timer/Counter 0 Overflow Flag

TOV0 adalah bendera yang menunjukkan adanya permintaan interupsi

Overflow Timer/Counter 0.

2.2.6.3

Timer

dan

Counter

0

Timer/Counter 0 merupakan modul timer/counter 8-bit yang dapat berfungsi

sebagai pencacah tunggal, pembangkit PWM 8-bit, pembangkit frekuensi, pencacah

kejadian eksternal, pembangkit interupsi overflow dan pembangkit interupsi output

compare match.

1) Mode 0

Berfungsi sebagai pencacah tunggal yang dapat mencacah dari 000 sampai

dengan 0FF. Mode ini disebut dengan mode normal.

2) Mode 1

Berfungsi sebagai phase correct PWM (PCP).

3) Mode 2

Berfungsi sebagai Clear Timer on Compare Match (CTC).

4) Mode 3

Berfungsi sebagai sebagai Fast PWM. Mode ini hampir sama dengan mode

(32)

2.2.6.3.1

Timer

dan

Counter

0 Control Register (TCCR0)

Gambar 2.7Register TCCR0[2]

Bit 6 – WGM00 : Waveform Generation Mode

WGM00 dan WGM01 bersama-sama digunakan untuk menentukan mode

pembangkitan runtun timer/counter 0 seperti terlihat pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2Mode Timer/Counter 0

Bit 2:0 – CS02:00 : Clock Select

CS02, CS01, dan CS00 berfungsi untuk mengatur skala sumber clock yang

digunakan oleh timer/counter 0 seperti terlihat pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Skala Clock Timer/Counter 0

Jika nilai clock Selwct (2:0) bernilai :

0 : sumber clock tidak terhubung ke timer/counter 0 sehingga timer/counter 0 tidak

(33)

1 : clock timer/counter 0 sama dengan frekuensi kristal yang digunakan (skala clock

1).

2 : clock timer/counter 0 sama dengan 1/8 frekuensi kristal yang digunakan (skala

clock 8).

3 : clock timer/counter 0 sama dengan 1/64 frekuensi kristal yang digunakan (skala

clock 64).

4 : clock timer/counter 0 sama dengan 1/256 frekuensi kristal yang digunakan

(skala clock 256).

5 : clock timer/counter 0 sama dengan 1/1024 frekuensi kristal yang digunakan

(skala clock 1024).

6 : clock timer/counter 0 berasal dari eksternal clock yang terhubung ke pin T0 dan

bekerja pada transisi turun (falling edge).

7 : clock timer/counter 0 berasal dari eksternal clock yang terhubung ke pin T0 dan

bekerja pada transisi naik (rising edge).

2.2.6.3.2

Timer

dan

Counter

Register 0 (TCNT0)

Gambar 2.8Register TCNT0[2]

Register TCNT0 berfungsi untuk menyimpan data cacahan timer/counter 0.

karena ukuran register TCNT0 hanya 8-bit, maka hanya dapat melakukan cacahan dari

0x00 – 0xFF atau 0 – 255.

Pengaturan interval waktu timer dapat dilakukan melalui persamaan 2.1 di

bawah.

TCNT

N

T

Ttimer0OSC* 256 0 * ...(2.1)

Dimana TOSC = periode osilator

N = Prescaler

2.2.6.4

Timer

dan

Counter

1

Timer/counter 1 merupakan modul timer/counter 16-bit yang dapat berfungsi

(34)

eksternal, dan sebagai pembangkit interupsi yang terdiri dari 4 sumber pemicu yaitu 1

interupsi overflow, 2 interupsi output compare match dan 1 interupsi input capture.

2.2.6.5

Timer

dan

Counter

2

Timer/counter 2 merupakan modul timer/counter 8-bit yang dpat berfungsi

sebagai pencacah tunggal, pembangkit PWM 8-bit, pembangkit frekuensi, pencacah event

eksternal, pembangkit interupsi overflow dan pembangkit interupsi output compare match.

Mode kerja timer/counter 2 sama persis dengan mode kerja timer/counter 0,

hanya saja pada timer/counter 2 memiliki satu fitur tambahan yaitu asynchronous mode.

Perbedaan antara synchronous dan asynchronous hanya terletak pada sumber clock saja.

Jika pada mode synchronous seperti yang digunakan pada timer/counter 0 dan

timer/counter 1 memiliki sumber clock yang berasal dari kristal yang terhubung melalui

pin XTAL1 dan XTAL2 maka pada mode asynchronous memiliki sumber clock eksternal

yang terhubung melalui pin TOSC1 dan TOSC2[3].

2.2.7 ADC (

Analog to Digital Converter

)

Atmega8535 memiliki resolusi ADC 10-bit dengan 8 channel input. Rangkaian

internal ADC memiliki catu daya tersendiri yaitu pin AVCC. Proses inisialisasi ADC

meliputi proses penentuan tegangan referensi, format output data, dan mode pembacaan.

Register yang perlu diset nilainya adalah ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register),

ADCSRA (ADC Control and Status Register A), dan SFIOR (Special Funcion IO

Register).

Data hasil konversi ADC dirumuskan sebagai berikut :

- Untuk resolusi 10 bit ADC x1024

Vref Vinput

   

 

 …………(2.2)

- Untuk resolusi 8 bit ADC x256

Vref Vinput

   

 

 …………(2.3)

1). ADMUX

ADMUX merupakan register 8 bit yang berfungsi untuk menentukan tegangan

referensi ADC, format data output, dan saluran ADC yang digunakan. Konfigurasinya

(35)

REFS1 REFS0 ADLAR MUX4 MUX3 MUX2 MUX1 MUX0

Gambar 2.9Register ADMUX[2]

Bit penyusunya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. REFS[0-1] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC ATMega8535.

Memiliki nilai awal 00, sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF.

Detail nilai yang lain dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4Pemilihan Mode Tegangan Referensi ADC[2]

REFS1 REFS0 Mode tegangan Referensi

0 0 Berasal dari pin AREF

0 1 Berasal dari pin AVCC

1 0 Tidak dipergunakan

1 1 Berasal dari tegangan referensi internal sebesar 2,56V

b. ADLAR merupakan bit pemilih mode data keluaran ADC. Bernilai awal 0

sehingga 2 bit tertinggi data hasil konversinya berada di register ADCH dan 8

bit sisanya berada di register ADCL, seperti gambar 2.10. Jika bernilai 1, maka

hasilnya seperti gambar 2.11.

ADCH

ADCL

Gambar 2.10Format Data ADC dengan ADLAR=0[1]

ADCH

ADCL

Gambar 2.11Format Data ADC dengan ADLAR=1[1]

c. MUX[0-4] merupakan bit pemilih saluran pembacaan ADC. Bernilai awal

00000. untuk mode single ended input. MUX[0-4] mempunyai nilai dari

00000-00111. Yang secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2.5 mengenai

konfigurasi bit MUX.

- - - ADC9 ADC8 ADC7 ADC6 ADC5 ADC4 ADC3 ADC2 ADC1 ADC0

(36)

Tabel 2.5 Tabel pemilihan Bit Saluran Pembacaan ADC[1]

MUX[4..0] Single Ended Input Pos Differential Input NegDifferential Input Gain

00000 ADC0

N/A

00001 ADC1

00010 ADC2

00011 ADC3

00100 ADC4

00101 ADC5

00110 ADC6

00111 ADC7

01000

N/A

ADC0 ADC0 10x

01001 ADC1 ADC0 10x

01010 ADC0 ADC0 200x

01011 ADC1 ADC0 200x

01100 ADC2 ADC2 10x

01101 ADC3 ADC2 10x

01110 ADC2 ADC2 200x

01111 ADC3 ADC2 200x

10000 ADC0 ADC1 1x

10001 ADC1 ADC1 1x

10010 ADC2 ADC1 1x

10011 ADC3 ADC1 1x

10100 ADC4 ADC1 1x

10101 ADC5 ADC1 1x

10110 ADC6 ADC1 1x

10111 ADC7 ADC1 1x

11000 ADC0 ADC2 1x

11001 ADC1 ADC2 1x

11010 ADC2 ADC2 1x

11011 ADC3 ADC2 1x

11100 ADC4 ADC2 1x

11101 ADC5 ADC2 1x

11110 1.22V (VBG)

N/A

11111 0V (GND)

2). ADCSRA

ADCSRA merupakan register 8 bit yang berfungsi melakukan manajemen

sinyal kontrol dan status dari ADC. Memiliki susunan gambar 2.12 dibawah ini

.

ADEN ADCS ADATE ADIF ADIE ADPS2 ADPS1 ADPS0

Gambar 2.12Register ADCSRA[2] Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. ADEN merupakan bit pengatur aktivitas ADC. Bernilai awal 0. jika bernilai 1,

(37)

b. ADCS merupakan bit penanda mulainya konversi ADC. Bernilai awal 0,

selama konversi ADC akan bernilai1, sedangkan jika konversi telah selesai,

akan bernilai 0. awal konversi ADC setelah pengesetan bit ADCS untuk semua

mode membutuhkan waktu selama 25 siklus clock ADC.

c. ADATE merupakan bit pengatur aktivitas pisu otomatis operasi ADC. Bernilai

awal 0. Jika bernilai 1, maka operasi konversi ADC akan mulai pada saat

transisi positif dari sinyal picu yang dipilih. Pemilihan sinyal picu

menggunakan bit ADTS pada register SFIOR.

d. ADIF merupakan bit penanda akhir suatu konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika

bernilai 1, maka konversi ADC pada suatu saluran telah selesai, dan data siap

diakses.

e. ADIE merupakan bit pengatur aktivasi interupsi yang berhubungan dengan

akhir konversi ADC. Bernilai awal 0, jika bernilai 1 dan jika sebuah konversi

ADC telah selesai, sebuah interupsi akan dieksekusi.

f. ADPS[2..0] merupakan bit pengatur clock ADC. Bernilai awal 000. detail nilai

bit dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6Konfigurasi Clock ADC [2]

ADPS[2-0] Clock ADC

(38)

3). SFIOR

SFIOR merupakan register 8 bit yang mengatur sumber picu konversi ADC,

apakah dari picu eksternal atau dari picu internal. Susunannya seperti pada gambar 2.13.

SFIOR

Gambar 2.13Register SFIOR [1]

ADTS[0-2] merupakan bit pengatur picu eksternal operasi ADC. Hanya

berfungsi jika bit ADATE pada register ADCSRA bernilai 1. Bernilai awal 000 sehingga

ADC bekerja pada mode free running. Detail nilai free running dapat dilihat pada tabel 2.7

[1]

Tabel 2.7Pemilihan Sumber PicuADC [1]

ADTS2 ADTS1 ADTS0 Sumber Pemicu

0 0 0 Free Running Mode

0 0 1 Analog Comparator

0 1 0 External Interupt Request 0

0 1 1 Timer/Counter0 Compare Match

1 0 0 Timer/Counter0 Overflow

1 0 1 Timer/Counter1 Compare Match B

1 1 0 Timer/Counter1 Overflow

1 1 1 Timer/Counter1 Capture Event

2.2.8

On-chip Osilator

ATtiny8535 dilengkapi dengan on-chip osilator yang dapat berosilasi dengan

hanya menghubungkan 3 buah komponen luar tambahan. Pin XTAL1 dan XTAL2 adalah

input dan output inverting amplifier. Untuk membangkitkan frekuensi osilasi yang

diinginkan dapat menggunakan kristal atau keramik resonator

ATtiny8535 dapat dihubungkan dengan kristal yang mampu menghasilkan

frekuensi osilasi sampai 16 MHz. Selain dihubungkan dengan kristal kedua pin tersebut

harus dihubungkan dengan kapasitor keramik antara 12pF sampai dengan 22pF ke ground.

(39)

Krist C1

C

Gambar 2.14 Koneksi Osilator[3]

2.2.9 Reset

Rangkaian reset digunakan untuk mereset program yang terdapat pada

mikrokontroler (mengembalikan keseluruhan sistem ke keadaan awal). Rangkaian reset

dapat dilihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Rangkaian RESET

Pada gambar 2.15 apabila saklar tidak ditekan, pin reset pada mikrokontroler

akan mendapatkan logika rendah ‘0’. Sedangkan saat saklar ditekan pin akan mendapatkan

logika tinggi ‘1’ dan akan mereset mikrokontoler.

Penentuan reset (PA2) dapat dilakukan dengan mengatur nilai resistor dan

kapasitornya. Resistor dan kapasitor digunakan untuk memperoleh waktu pengosongan

kapasitor, sehingga waktu reset minimal yang dibutuhkan oleh mikrokontroler dapat

dipenuhi, rumusan waktu pengosongan kapasitor adalah:

C R

T  ……….(2.4)

2.3 Sensor Temperatur (LM35)

LM35 ialah sensor temperatur dengan skala celcius yang paling banyak

digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah, linearitasnya lumayan

(40)

LM35 ini, dimana perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan output

yang dihasilkan.

Beberapa fitur yang terdapat dalam LM 35 adalah sebagai berikut [5]:

1. Beroperasi pada ° Celsius

2. Skala kenaikan Linear +10.0 mV/°C

3. Ketepatan 0.5°C (pada 25°C)

4. Bekerja pada −55° sampai +150°C

5. Bekerja mulai tegangan 4 sampai 30 volt

6. Penggunaan arus yang kurang dari 60 µA

7. Pemanasan diri yang rendah pada udara bebas yaitu 0.08°C

8. Keluaran impedansi yang rendah 0.1 W untuk beban 1 mA

Konfigurasi dari LM 35 sendiri dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.16 Bentuk fisik LM35

LM 35 berbentuk seperti transistor hitam kecil berkaki tiga. Masing-masing

kaki memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Kaki paling kiri adalah kaki untuk memberi masukan atau VCC. Tegangan

VCC mempunyai jangkauan antara 4V s/d 30V.

2. Kaki bagian tengah adalah kaki output yaitu berupa keluaran tegangan

antara 0V s/d 1,5V. Keluaran tegangan ini berbanding lurus atau linier

dengan perubahan suhu dengan range +2ºC s/d 150ºC.

3.

Kaki paling kanan adalah kaki untuk ground.

Untuk menggunakan LM35 dalam suatu sistem, cukup menyadap keluaran dari

pin Vout untuk dapat dihubungkan langsung ke ADC pada sistem yang dimaksud seperti

(41)

.Gambar 2.17 Rangkaian umum pengukur suhu[5]

2.4

Transistor Sebagai Saklar

Transistor sebagai saklar merupakan transistor yang dimanfaatkan dengan

melihat tegangan masukan sehingga terjadi perubahan yang mengakibatkan IB yang

berubah–ubah, maka perubahan ini mengakibatkan transistor menjadi aktif dan tidak aktif.

SehinggaIC menjadi mengikuti perubahan dari IB, dan mengakibatkan perubahan pula yang

sangat drastis.

Gambar 2.18 Rangkaian Transistor sebagai saklar

Perancangan perangkat keras diawali dengan penentuan arus pada kaki kolektor

transistor [6]. Arus pada kolektor ditentukan oleh:

B

C I

I ...(2.5)

Sedangkan arus basis dapat ditentukan dengan cara:

E B

BE IN B

R R

V V I

) 1

( 

  

...(2.6)

Sedangkan arus emiter sendiri dapat ditentukan dengan cara:

B C

E I I

I   ...(2.7)

Nilai arus IC dapat ditentukan dengan mengambil nilai dari arus dari komponen

yang dipakai.

(42)

C B

I

I  ...(2.8)

Setelah mendapatkan nilai arus basis, maka nilai dari resistansi dari RB dapat

dicari,yaitu dengan.

B BE IN B I V V

R   ...(2.9)

Dari persamaan loop maka dapat diketahui bahwa nilai resistansi RC adalah

sebesar.

0

  

 C C LED CE

CC I R V V

V ………(2.10)

C CE LED CC C I V V V

R    ………(2.11)

Dengan demikian untuk menentukan garis beban jika IC =0, maka diketahui

bahwa VCE (Sat), adalah.

VCE = VCC-VBEBAN ………(2.12)

Untuk itu maka nilai arus kolektor pada saat saturasi didapat dengan VCE = 0,

adalah. C LED CC C R V V

I   ...(2.13)

Kuat arus ditentukan dengan mengatur nilaiRC, yaitu dengan persamaan:

Ic Vcc

Rc  ………(2.14)

Berdasarkan arus kolektor dapat ditentukan arus basis jenuh, yaitu besar arus

basis yang menjadi batas kerja transistor.

Ic Vcc

IB_Saturasi  ………(2.15)

Dalam hal ini transistor berfungsi sebagai saklar. Jika pada basis diberi arus

lebih besar dari arus basis jenuh, maka transistor akan berada dalam keadaan ON,

sebaliknya saat arus basis lebih kecil atau sama dengan arus basis jenuh maka transistor

akan OFF.

2.5 Dioda Memancarkan Cahaya (

Light Emitting Diode

)

Pada dioda yang diberi prategangan maju, elektron bebas melintasi

(43)

tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah, elektron akan

memancarkan energi. Pada dioda-dioda biasa, energi ini keluar dalam bentuk panas. Tetapi

pada Light Emitting Diode (LED), energi memancar sebagai cahaya. LED telah

menggantikan lampu-lampu pijar dalam beberapa pemakaian karena tegangannya yang

rendah, umurnya yang panjang, dan switch mati-hidupnya yang cepat.

Gambar 2.19 memperlihatkan lambang skematis untuk LED. Arus LED dapat

dihitung sebagai berikut :

ILED =

R V VCC  LED

………..(2.16)

Dengan ILED adalah arus yang melalui LED, Vcc adalah tegangan catu daya,

VLED adalah tegangan pada LED, dan R adalah resistansi yang diseri dengan LED.

mikrokontroler D1

LED R1

Gambar 2.19 Rangkaian LED

2.6

Relay

Relay adalah suatu komponen elektronika yang akan bekerja bila ada arus yang

melalui kumparannya [7]. Sebuah relay terdiri dari kumparan yang dililitkan pada inti besi

dan kontak-kontak penghubung. Apabila kumparan yang melilit inti besi dilalui arus listrik

maka akan menimbulkan induksi medan magnet, dan induksi ini akan menarik

kontak-kontak penghubung relay. Diagram relay ditunjukkan pada gambar 2.20 berikut ini.

Common

Kumparan

3

5 4 1

2

NC

NO

Gambar 2.20 Relay

Kontak penghubung relay terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Kontak NC (Normally Close)

Kontak penghubung dalam kondisi menutup atau terhubung bila relay

tidak mendapat masukan tegangan pada kumparannya. Tetapi bila diberi tegangan

(44)

2. Kontak NO (Normally Open)

Kontak penghubung dalam kondisi terbuka bila relay tidak mendapat

tegangan pada kumparannya. Tetapi bila diberi tegangan yang mencukupi pada

kumparannya maka kontak penghubung menjadi tertutup.

2.7

Reed switch

Reed switch atau sering disebut relai buluh terdiri dari dua buah plat kontak

yang tertutup kedap udara (hermetis) pada tabung gelas yang diisi dengan gas pelindung

[4]. Pada saat magnet permanen didekatkan pada tabung, maka ujung-ujung tab kontak

akan saling menarik satu sama lain dan akan terjadi kontak.

Gambar 2.21 Bentuk Sebuah reed switch [4].

Karena magnet permanen digerakan lebih jauh, ujung-ujung tab kontak

dihilangkan kemagnetannya dan kembali pada posisi aslinya. Pada sistem kerjanya

menyerupai saklar yang diaktifkan oleh magnet. Reed switch dilindungi tabung agar bebas

dari kelembaban. Oleh karena itu kontak saklar dibuat tertutup agar kontak tidak

terpengaruh oleh debu, air, asap atau uap sehingga dapat dipakai lebih lama.

Pengaktif reed switch yang paling umum adalah mengunakan magnet permanen

namun dapat digunakan magnet induksi.

2.8

IC

Timer

(LM555)

Rangkaian timer (pewaktu) adalah rangkaian yang menghasilkan perubahan

keadaan output sesudah selang waktu yang ditentukan. Salah satu rangkaian terpadu (IC)

yang paling banyak digunakan sebagai timer adalah IC tipe 555. IC ini digunakan untuk

membuat tundaan waktu atau osilasi (Osilator) yang cukup akurat dari mikrodetik sampai

beberapa menit. Pada IC Timer 555, di dalamnya digabungkan sebuah osilator relaksasi,

(45)

Gambar 2.22 Rangkaian internal LM 555 [11].

Konfigurasi Pin dari LM 555 :

Pin 1 = Pin Ground

Pin 2 = Pin untuk eksternal trigger, diperlukan untuk rangkaian monostable dan

bistable pada LM 555.

Pin 3 = Pin Output

Pin 4 = Pin Reset yang berfungsi untuk mereset rangkaian Flip-Flop yang

terdapat di dalam LM 555.

Pin 5 = Pin Control Voltage, biasanya digunakan untuk mengontrol tegangan agar lebih stabil dengan dihubungkan ke kapasitor.

Pin 6 = Pin Threshold merupakan pin tempat masuknya tegangan kapasitor

yang digunakan untuk konfigurasi rangkaian astbale , monosatble dan

bistable.

Pin 7 = Pin Discharge merupakan pin tempat masuknya arus discharging dari

kapasitor ke ground yang melalui transistor yang terdapat di dalam LM 555.

Pin 8 = Pin Vcc merupakan pin input daya untuk LM555 agar bekerja.

Salah satu konfigurasi rangkaian pada LM555 adalah rangkaian astable.

Astable adalah rangkaian pembangkit sinyal yang keluarannya tidak stabil di dua state

(high dan lownya) dan terus berosilasi dari satu state ke state lainnya. Dalam hal ini tidak

diperlukan sinyal trigger luar untuk menghasilkan perubahan keadaan. Karena sifat osilasi

diantara dua keadaan ini, rangkaian astabil digunakan untuk menghasilkan gelombang segi

(46)

Gambar 2.23 Rangkaian astable LM 555 .

Gambar 2.24 Gelombang Keluaran Dari Rangkaian astable LM 555 [11].

Untuk menentukan besarnya periode saat waktu low (on) dan high (off) dapat

dilakukan berdasarkan pada persamaan (2.17), (2.18) dan (2.19) di bawah[10].

TH = 0,693 (R1+R2).C ………(2.17)

TL= 0.693R2C ………(2.18)

T=TH+TL ………(2.19)

Sedangkan untuk menghitung besarnya frekuensi dan duty cycle dapat dicari

(47)

R R

C f

2

1 2

443 . 1

 ……… (2.20)

% 100 2 2

1 2

1

  

R R

R R

D ………..(2.21)

Untuk menentukan besarnya TH menggunakan persamaan (2.17) dan TL

menggunakan persamaan (2.18) hanya dapat dilakukan jika duty cycle yang diinginkan

lebih dari 50%. Jika duty cycle (persamaan (2.21) yang diinginkan kurang dari atau sama

dengan 50%, maka R2 diparalel dengan sebuah dioda [10] seperti pada gambar 2.23 dan

persamaan yang digunakan adalah persamaan (2.22) dan (2.23).

TH = R1.C ………...(2.22)

TL = R2.C ………(2.23)

TL = periode keluaran low

TH = periode keluaran high

R1 dan R2 = hambatan

C = kapasitor

(48)

PERANCANGAN ALAT

Car Immobilizer dengan RFID adalah sebuah sistem keamanan pada mobil

yang menggunakan teknologi RFID (Radio Frequency IDentification). Dengan teknologi

RFID, user atau pengguna mobil dapat dengan lebih mudah mengaktifkan atau

mengnonaktifkan sistem keamanan mobil tanpa perlu menggunakan keyless seperti sistem

keamanan mobil pada umumnya. RFID dilengkapi dengan tag yang dapat diisi dengan data

melalui reader [1].

Car immobilizer dengan RFID terdiri dari tiga bagian, dimana setiap bagian

mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda, yaitu sebagai pengendali sensor utama, pengisi

data tag, dan pembaca data tag. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1 yang

menunjukkan diagram blok car immobilizer dengan RFIDsecara keseluruhan.

S e n s o r m e s in m o b il

S e n s o r s is t e m k e a m an a n m o bil

O u t pu t s is t e m k e a m a n a n m ob il

M ik ro k o n t ro le r T a g

K o m pu t e r

R S 2 3 2

R e a d e r B a s e S t a t io n

Gambar 3.1Diagram blok Car Immobilizer Dengan RFID

Rancangan “Pengendali Utama Car Immobilizer Dengan RFID Berbasis

ATMEGA8535” merupakan implementasi sistem keamanan atau car immobilizer dari

salah satu produk mobil di Indonesia. Hasil sensing pada sensor keamanan mobil akan

diproses untuk menghasilkan keluaran pada sistem keamanan mobil, dan hasil sensing

pada sensor mesin mobil akan disimpan pada memori mokrokontroler yang kemudian akan

diproses pada bagian pengisi data tag. Gambar diagram blok dan plan “Pengendali Utama

Car Immobilizer Dengan RFID Berbasis ATMEGA8535” dapat dilihat pada gambar 3.2

(49)

Gambar 3.2 Diagram blok Pengendali Utama Car Immobilizer Dengan RFID Berbasis

ATMEGA8535

Gambar 3.3 Plan Pengendali Utama Car Immobilizer Dengan RFID Berbasis

ATMEGA8535

3.1

Perancangan Perangkat Keras

3.1.1

Reset

Eksternal

Reset digunakan untuk mengembalikan keseluruhan sistem ke keadaan awal.

Rangkaian reset mikrokontroler ATmega8535 dikonfigurasi seperti gambar 3.3. Pin reset

dihubungkan dengan saklar tekan, sebuah hambatan dan kapasitor. Reset ini akan aktif bila

pin RST diberi logika lowselama 2 µs. Bila tombol reset tidak ditekan maka pin RST akan

mendapat masukan logika high, sehingga sistem akan bekerja normal. Resistor dan

kapasitor digunakan untuk memperoleh waktu pengosongan kapasitor, sehingga waktu

reset minimal 2 µs dapat dipenuhi, rumusan waktu pengosongan kapasitor yang digunakan

(50)

C R

T 

Pada perancangan dipilih waktu pengosongan sebesar 100 ms dengan asumsi

waktu reset telah memenuhi, bila nilai R dipilih 10 kΩ, maka nilai C adalah

C  10.000 1

, 0

C = 10 µF

Saat tombol pushbutton ditekan, reset akan bekerja manual dan menyebabkan

pin reset berlogika low. Namun saat tombol dilepaskan, pin reset akan berlogika high.

C

SW RESET

R VCC

Gambar 3.4 Rangkaian reset eksternal.

3.1.2

Osilator

Osilator on-chip digunakan sebagai sumber detak (clock) untuk mikrokontroler.

Penentuan Osilator yang digunakan dapat berpengaruh dalam penggunaan baud rate untuk

kecepatan pengiriman data dalam komunikasi serial. Rangkaian osilator ini terdiri dari dua

kapasitor dan sebuah kristal seperti yang ada tampak pada gambar 3.4. Dalam perancangan

ini resonator kristal yang digunakan adalah kristal 4 MHz yang dapat memberikan instruksi

cycle time (waktu 1 siklus) se

Gambar

Gambar 2.2 Tag RFID [1]
Gambar 2.3  Konfigurasi Pin ATMega8535[1]
Gambar 2.4  (a) Peta Data Memory; (b) Peta Memory Program[1]
Tabel 2.6 Konfigurasi Clock ADC [2]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada mikropon optik tahapan proses tersebut lebih rumit, yakni paling tidak meliputi tiga tahap, yaitu: (1) dari tekanan akustik menjadi pergeseran membran, (2) dari

Analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi yang biasanya dipakai untuk memberikan gambaran secara jelas tentang pesan-pesan yang ada dalam

Pada sesi ini anak dikenalkan pada contoh-contoh kegagalan dalam berelasi dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman anak akan pentingnya ketrampilan berkomunikasi secara

Palet kontrol atau control palette berguna untuk menampilkan bebe- rapa perintah standar yang sering kita gunkan pada InDesign.. Palet kontrol akan menampilkan bentuk yang

Untuk mengetahui perbedaan keterlibatan konsumen pada isi iklan dan tingkat efektivitas iklan motor yamaha dan sabun lux, ada 6 pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala

Pedoman Penetapan Jabatan Fungsional Guru Bukan Bukan Pegawai Negeri Sipil dan Angka Kreditnya 3 Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010

 Selanjutnya Satuan Aluvial Sungai menutupi satuan di bawahnya yang di batasi oleh bidang erosi. 3) Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah lipatan

Berdasarkan dari hasil posttest mengenai skala keterbukaan diri dalam komunikasi antar teman sebaya pada siswa kelas XII SMA Negeri 2 Rembang dapat diketahui dalam