x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
INTISARI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.l Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 5
xi
2.3 Persamaan yang Digunakan... 13
BAB III. METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Skema Alat Penelitian ... 17
3.2 Prinsip Kerja Alat ... 18
3.3 Variabel yang Divariasikan ... 19
3.4 Metode dan Langkah Pengambilan Data ... 24
3.5 Analisa Data ... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Data Penelitian ... 29
4.2 Contoh Perhitungan ... 37
4.3 Pembahasan ... 49
4.4 Kesimpulan Umun dari Pembahasan ... 67
BAB V. PENUTUP ... 82
5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 84
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data pada variasi ketinggian air di atas evaporator, pendinginan
menggunakan udara dan keran dibuka penuh ... 29
Tabel 4.2 Data pada variasi ketinggian air di atas evaporator, pendinginan
udara dan keran ditutup 22,50 ... 30
Tabel 4.3 Data pada variasi ketinggian air di atas evaporator, pendinginan
udara dan keran ditutup 450 ... 30
Tabel 4.4 Data pada variasi ketinggian air berada pada bagian evaporator,
pendinginan udara dan keran ditutup 450 ... 31
Tabel 4.5 Data pada variasi ketinggian air berada di bawah evaporator,
pendinginan udara dan keran ditutup 450 ... 32
Tabel 4.6 Data pada variasi ketinggian air berada di atas evaporator,
pendinginan air dan keran ditutup 450 ... 32
Tabel 4.7 Data pada variasi ketinggian air berada di atas evaporator,
pendinginan udara, keran ditutup 450 dan variasi pengeluaran
udara didalam sistem ... 33
Tabel 4.8 Data pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di atas
evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 600 dan
xiii
Tabel 4.9 Data pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di atas
evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 450 dan
pengeluaran udara didalam sistem ... 34
Tabel 4.10 Data pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di atas
evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 300 dan
pengeluaran udara didalam sistem ... 35
Tabel 4.11 Data pada variasi pemasangan pompa, evaporator 40 cm dan
merubah posisi pembakaran (kompor), air di atas evaporator,
pendinginan udara, keran ditutup 300 dan pengeluaran udara
didalam sistem ... 36
Tabel 4.12 Data Pengujian Daya Spiritus ... 37
Tabel 4.13 Perhitungan Daya Spiritus ... 42
Tabel 4.14 Perhitungan pompa pada variasi air di atas evaporator,
pendinginan udara dan keran dibuka penuh ... 43
Tabel 4.15 Perhitungan pompa pada variasi air di atas evaporator,
pendinginan udara dan keran ditutup 22,50 ... 44
Tabel 4.16 Perhitungan pompa pada variasi air di atas evaporator,
xiv
Tabel 4.17 Perhitungan pompa pada variasi air berada pada bagian
evaporator, pendinginan udara dan keran ditutup 450. ... 46
Tabel 4.18 Perhitungan pompa pada variasi air berada di atas evaporator,
pendinginan air dan keran ditutup 450 ... 47
Tabel 4.19 Perhitungan pompa pada variasi air berada di atas evaporator,
pendinginan udara, keran ditutup 450 dan pengurangan udara
dalam sistem ... 48
Tabel 4.20 Perhitungan pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di
atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 600 dan
pengeluaran udara didalam sistem ... 49
Tabel 4.21 Perhitungan pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di
atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 450 dan
pengeluaran udara didalam sistem ... 49
Tabel 4.22 Perhitungan pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di
atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 300 dan
xv
Tabel 4.23 Perhitungan pada variasi pemasangan pompa, evaporator 40 cm
dan merubah posisi pembakaran (kompor), air di atas evaporator,
pendinginan udara, keran ditutup 300 dan pengeluaran udara
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pompa Air Energi Termal Jenis Pulse Jet ... 7
Gambar 2.2 Dimensi Evaporator ... 7
Gambar 2.3 Pompa air tenaga panas jenis Nifte Pump ... 9
Gambar 2.4 Pompa air tenaga panas matahari jenis nifte ... 9
Gambar 2.5 Pompa Air Energi Termal Jenis Nifte Pump ... 10
Gambar 2.6 Pompa Air Energi Termal Jenis pulse jet ... 10
Gambar 2.7 Pompa Air Energi Termal Jenis Fluidyn Pump ... 12
Gambar 3.1 Skema Alat ... 17
Gambar 3.2 Variasi ketinggian awal air terhadap pemanas ... 20
Gambar 3.3 Variasi bukaan keran ... 20
Gambar 3.4 Perangkat pompa ... 21
Gambar 3.5 Penerapan pompa pada nifte pump ... 21
Gambar 3.6 Variasi evaporator ... 22
xvii
Gambar 3.8 Pengukuran panjang langkah ... 23
Gambar 4.1 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan
jenis pendinginan ... 51
Gambar 4.2 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan
jenis pendinginan ... 51
Gambar 4.3 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
evaporator ... 52
Gambar 4.4 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
evaporator ... 52
Gambar 4.5 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat evaporator 20
cm dan pendinginan udara ... 53
Gambar 4.6 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat evaporator 20
xviii
Gambar 4.7 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45
derajat, evaporator 20 cm, posisi air di atas evaporator dan
pendinginan udara ... 54
Gambar 4.8 Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45
derajat, evaporator 20 cm, posisi air di atas evaporator dan
pendinginan udara ... 54
Gambar 4.9 Hubungan debit dengan waktu pada variasi pemasangan pompa
dan berdasarkan bukaan keran dengan posisi air di atas
evaporator, pengeluaran udara dalam sistem, dan pendinginan
udara ... 55
Gambar 4.10 Hubungan debit dengan waktu berdasarkan ukuran evaporator
pada variasi pemasangan pompa, posisi air di atas evaporator,
pendinginan udara dan pengeluaran udara dalam sistem ... 56
Gambar 4.11 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi, dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan
xix
Gambar 4.12 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte, dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan
jenis pendinginan ... 57
Gambar 4.13 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
evaporator ... 58
Gambar 4.14 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
evaporator ... 58
Gambar 4.15 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat evaporator 20
cm dan pendinginan udara ... 59
Gambar 4.16 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat evaporator 20
cm dan pendinginan udara ... 59
Gambar 4.17 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45
derajat, evaporator 20 cm, posisi air di atas evaporator dan
xx
Gambar 4.18 Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45
derajat, evaporator 20 cm, posisi air di atas evaporator dan
pendinginan udara ... 60
Gambar 4.19 Hubungan daya dengan waktu pada variasi pemasangan pompa
dan berdasarkan bukaan keran dengan posisi air di atas
evaporator, pengeluaran udara dalam sistem, dan pendinginan
udara ... 61
Gambar 4.20 Hubungan daya dengan waktu berdasarkan ukuran evaporator
pada variasi pemasangan pompa, posisi air di atas evaporator,
pendinginan udara dan pengeluaran udara dalam sistem ... 62
Gambar 4.21 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi, dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan
jenis pendinginan ... 63
Gambar 4.22 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa nifte, dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan
jenis pendinginan ... 63
Gambar 4.23 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan
bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
xxi
Gambar 4.24 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
evaporator ... 64
Gambar 4.25 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi
berdasarkan posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat
evaporator 20 cm dan pendinginan udara ... 65
Gambar 4.26 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat evaporator 20
cm dan pendinginan udara ... 65
Gambar 4.27 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi
berdasarkan jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran
tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm, posisi air di atas
evaporator dan pendinginan udara ... 66
Gambar 4.28 Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan
jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45
derajat, evaporator 20 cm, posisi air di atas evaporator dan
pendinginan udara ... 66
Gambar 4.29 Hubungan efisiensi dengan waktu pada variasi pemasangan
xxii
evaporator, pengeluaran udara dalam sistem, dan pendinginan
udara ... 67
Gambar 4.30 Hubungan efisiensi dengan waktu berdasarkan ukuran
evaporator pada variasi pemasangan pompa, posisi air di atas
evaporator, pendinginan udara dan pengeluaran udara dalam
sistem ... 68
Gambar 4.31 Hubungan frekuensi dengan waktu dari pipa osilasi antara
variasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 69
Gambar 4.32 Hubungan frekuensi dengan waktu dari pipa nifte antara variasi
1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 70
Gambar 4.33 Hubungan kecepatan osilasi dengan waktu dari pipa osilasi
antara variasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7... 70
Gambar 4.34 Hubungan kecepatan osilasi dengan waktu dari pipa nifte antara
variasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan ... 71
Gambar 4.35 Hubungan waktu dengan debit dari pipa osilasi antara variasi 1,
2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 72
Gambar 4.36 Hubungan waktu dengan debit dari pipa nifte antara variasi 1, 2,
xxiii
Gambar 4.37 Hubungan waktu dengan tekanan dari pipa osilasi antara variasi
1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 73
Gambar 4.38 Hubungan waktu dengan tekanan dari pipa nifte antara variasi
1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 74
Gambar 4.39 Hubungan waktu dengan daya dari pipa osilasi antara variasi 1,
2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 74
Gambar 4.40 Hubungan waktu dengan daya dari pipa nifte antara variasi 1, 2,
3, 4, 5, 6 dan 7 ... 75
Gambar 4.41 Hubungan waktu dengan efisiensi dari pipa osilasi antara variasi
1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 76
Gambar 4.42 Hubungan waktu dengan efisiensi dari pipa nifte antara variasi
1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 ... 76
Gambar 4.43 Hubungan debit pemompaan dengan waktu antara variasi 8, 9,
dan 10 ... 77
Gambar 4.44 Hubungan daya pemompaan dengan waktu antara variasi 8, 9,
dan 10 ... 78
Gambar 4.45 Hubungan daya pemompaan dengan waktu antara variasi 8, 9,
xxiv
Gambar 4.46 Hubungan debit pemompaan dengan waktu antara variasi 10
dan 11 ... 79
Gambar 4.47 Hubungan daya pemompaan dengan waktu antara variasi 10 dan
11 ... 80
Gambar 4.48 Hubungan efisiensi pompa dengan waktu antara variasi 10 dan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sangat berguna bagi kehidupan, baik untuk manusia maupun untuk
mahkluk hidup lain. Selain untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi, mencuci, dll), air juga dapat dikonversi menjadi energi listrik yang sangat berguna untuk
kehidupan masyarakat dengan menggunakan kincir air atau mikro hidro. Indonesia merupakan negara dengan bentuk kepulauan dan termasuk negara yang subur, air tersedia secara luas di seluruh daerahnya. Bahkan disetiap pulau di
Indonesia terdapat sungai yang mengalir dengan lancar, misalnya sungai Batanghari di Jambi, sungai Musi di Palembang, sungai Bengawan di Solo hingga
sungai Mahakam di Kalimantan. Selain memanfaatkan sungai, penduduk Indonesia juga dapat menggali sumur sebagai sumber air mereka.
Untuk memanfaatkan air, manusia khususnya memerlukan alat bantu yang
digunakan untuk mengumpulkan air. Alat bantu yang digunakan beragam, mulai dari timba air yang menggunakan sistem katrol hingga pompa air yang
menggunakan listrik untuk menjalankannya. Namun pada jaman globalisasi ini, untuk memudahkan pekerjaan manusia pompa air yang digerakkan dengan energi
Pompa air yang menggunakan energi listrik, digunakan dengan tujuan mempermudah perkerjaan manusia. Namun tidak semua daerah di Indonesia saat
ini terjangkau listrik, seperti misalnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau. Penggunaan energi listrik juga menyebabkan penyediaan air menjadi mahal,
sehingga mengurangi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Selain itu pemanasan global juga menjadi alasan untuk mengurangi penggunaan energi listrik, jadi harus dicari solusi untuk mengatasi masalah ini.
Untuk daerah yang dekat dengan aliran sungai, dapat digunakan pompa hidram sebagai solusinya. Namun pompa hidram memiliki batas ketinggian dan jauh aliran yang dapat dijangkau. Daerah yang jauh dari aliran sungai tidak akan
dapat menggunakan sistem ini. Alternatif yang dapat digunakan untuk daerah ini adalah dengan menggunakan pompa air energi termal.
Ada 3 jenis pompa air energi termal yang dapat digunakan yaitu: (a). Jenis pompa air energi termal dengan jenis pulsajet (water pulse jet), (b). Jenis pompa air energi termal dengan jenis Fluidyn Pump, (c). Jenis pompa air energi termal
dengan jenis Nifte Pump.
1.2 Batasan Masalah
Pada tugas akhir ini akan diteliti pompa air energi termal dengan jenis nifte (nifte pump). Dipilihnya pompa air energi termal dengan jenis nifte dengan alasan jenis pompa air ini merupakan jenis yang paling sederhana, mempunyai
Dalam penelitian ini digunakan beberapa batasan sebagai berikut:
a. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan spritus sebagai sumber
energi. Spritus akan digunakan untuk membakar pipa dan bidang bakar berbentuk persegi, dimana pipa memiliki diameter 0,75 inci, tebal 1m, dan panjang 20 cm sedangkan bidang bakar memiliki penampang dengan
ukuran 20 cm x 20 cm dan tebal 0,5 mm.
b. Rugi-rugi aliran air dalam pipa yang terjadi diabaikan.
c. Masa jenis (ρ) air yang digunakan adalah 1000 kg/m3 dan tidak mengalami perubahan sama sekali.
d. Nilai gravitasi yang digunakan untuk perhitungan adalah 9,8 m/detik2.
e. Pada saat mencari data yang akan digunakan untuk menghitung daya spritus, dengan cara memanaskan air menggunakan bahan bakar spritus,
panas yang dihasilkan oleh spritus seluruhnya diterima oleh air.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian antara lain:
a. Membuat pompa air energi termal jenis nifte dengan menggunakan bidang bakar dengan ukuran 20 cm x 20 cm, tebal 0,5 mm dan pipa
dengan diameter 0,75 inci, panjang 20 cm dan tebal 1 mm.
b. Meneliti debit (Q) maksimun yang dihasilkan oleh pompa air energi
c. Meneliti daya pompa air energi termal (Wp) dengan jenis nifte (nift-
pump).
d. Meneliti efisiensi (η pompa) maksimum pompa air energi termal jenis nifte (nifte pump).
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan didapat dari pembuatan tugas akhir ini adalah:
a. Menambah kepustakaan tentang pompa air energi termal.
b. Membantu mahasiswa berlatih berpikir aktif, kritis, kreatif dan logis dalam menemukan penyelesaian masalah.
c. Dapat dikembangkan ke penelitian selanjutnya sehingga diharapkan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan
Penelitian mengenai pompa nifte ini sejauh sepengetahuan peneliti belum banyak dilakukan, hanya beberapa penelitian saja yang dapat peneliti ketahui dari
proses pengumpulan sumber yang meneliti tentang pompa energi panas jenis nifte.
Teknologi NIFTE (Non Inertive Feedback thermofluidic Engine) dan pompa sedang dikembangkan oleh Dr Tom Smith dan Dr Christos Markides. Pompa nifte yang dibuat oleh Smith dan Markides masih belum sempurnah
namun telah dapat menghasilkan debit sebesar 480 liter/jam dengan energi panas yang diperoleh dari kolektor dengan luas 1 m2 dan panas yang dihasilkan
mencapai 600W. ( Smith, 2006 )
Beberapa penelitian pompa air tenaga panas jenis lain seperti, penelitian pada pompa air energi surya memperlihatkan bahwa waktu pengembunan uap
dipengaruhi oleh temperatur dan debit air pendingin masuk kondensor (Sumathy et. al., 1995). Penelitian pompa energi panas berbasis motor stirling dapat secara efektif memompa air dengan variasi head antara 2 m sampai 5 m (Mahkamov,
2005). Penelitian pompa air energi panas surya memperlihatkan bahwa waktu
pengembunan uap dipengaruhi oleh temperatur dan debit air pendingin masuk kondensor (Sumathy et. al., 1995).
Penelitian secara teoritis pompa air energi panas surya dengan dua macam fluida kerja, yaitu n-pentane dan ethyl ether memperlihatkan bahwa efisiensi pompa dengan ethyl ether 17% lebih tinggi dibanding n-pentane untuk tinggi head
6 m (Wong, 2000). Analisa termodinamika untuk memprediksi unjuk kerja pompa air energi panas surya pada beberapa ketingian head memperlihatkan
bahwa jumlah siklus/hari tergantung pada waktu pemanasan fluida kerja dan waktu yang diperlukan untuk pengembunan uap. Waktu pemanasan tergantung pada jumlah fluida awal dalam sistem. Waktu pengembunan tergantung pada
luasan optimum koil pendingin (Wong, 2001).
Penelitian lain yang pernah dilakukan seperti dalam Tugas Akhir
“Karakteristik Kolektor Surya CPC Untuk Pompa Air Energi Termal Menggunakan Pompa Rendam” mampu menghasilkan Efisiensi sensibel kolektor maksimum adalah 12,68 %, daya pemompaan maksimum adalah 0,0893 Watt.
Efisiensi sistem maksimum sebesar 0,132 %, faktor efisiensi maksimum adalah 57,218 % (Venti, 2009).
Pada penelitian “Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator 39 CC
dan Pemanas 266 Watt” mampu menghasilkan daya pompa (Wp) maksimum adalah 0,139 watt, efisiensi pompa (η pompa) maksimum 0,060 % pada variasi
ketinggian head 1,75 m dan bukaan kran penuh atau 0 ºC dengan pendingin udara
(Suhanto, 2009).
Selanjutnya dalam penelitian “Pompa Air Energi Termal dengan
Evaporator 44 CC dan Pemanas 78 Watt” mampu menghasilkan daya pompa (Wp) maksimum adalah 0,167 watt, efisiensi pompa (ηpompa) maksimum 0,213 %, dan debit (Q) maksimum 0,584 liter/menit pada variasi ketinggian head 1,75 m
dan bukaan kran 0ºC dengan pendingin udara (Triyono, 2009).
Gambar 2.1. Pompa Air Energi Termal Jenis Pulse Jet ( Sumber : Triyono 2009)
Penelitian terbaru dilakukan dengan judul penelitian “Pompa Air Energi
Termal Menggunakan Evaporator 2 Pipa Pararel” mampu menghasilkan daya pompa (Wp) maksimum sebesar 0,0148 watt, efisiensi pompa (ηpompa) maksimum sebesar 0,03 % dan debit (Q) sebesar maksimum 0,588 liter/menit
pada variasi ketinggian 1,5 m dan pipa osilasi ½ inci tanpa pendingin (Putra, 2010).
2.2 Dasar Teori
Pompa air energi termal pada umumnya menggunakan jenis nifte (Gambar
2.2, Gambar 2.3 dan Gambar 2.4), pompa air energi termal dengan jenis (pulsa jet
air) (Gambar 2.1 dan Gambar 2.5), serta pompa air energi termal dengan jenis
fluidyn (Gambar 2.7 dan Gambar 2.8). Pada penelitian ini dibuat pompa energi
termal jenis nifte (nifte pump) dengan menggunakan fluida kerja spirtus karena merupakan jenis pompa air energi termal yang paling sederhana dibandingkan
yang lain.
Prinsip kerja jenis nifte pump seperti gambar 2.2 Nifte pump memiliki dua silinder vertikal (1 dan 2) yang terhubung pada bagian atas (3), Sambungan lain
terdapat di bagian bawah menggunakan katup penghambat atau penutup (4). Pada saat tekanan uap yang dihasilkan oleh evaporator meningkat (5), fluida (2) akan menekan beban atau fluida sistem (7) mengalir keluar. Selanjutnya pada proses
Gambar 2.3. Pompa air tenaga panas jenis nifte ( Sumber : Anonim, 2007)
Gambar 2.5. Pompa Air Energi Termal Jenis Nifte Pump ( Sumber : Smith 2005 )
Gambar 2.6. Pompa Air Energi Termal Jenis Pulse Jet
Keterangan bagian-bagian pulse jet :
1. Fluida air 5. Tuning pipe
2. Sisi uap 6. Katup hisap
3. Sisi panas 7. Katup buang
4. Sisi dingin
Prinsip kerja pompa air jenis pulsa jet (water pulse jet pump) adalah
sebagai berikut: Evaporator dan sistem yang berisi air mula mula dipanaskan dengan pemanas bahan bakar spritus. Evaporator berfungsi untuk menguapkan
fluida kerja air sehingga terjadi osilasi. Pada saat menerima uap bertekanan, air dalam sistem terdorong keluar melalui saluran buang, kemudian uap mengalami pengembunan. Pada saat pengembunan uap ini menyebabkan tekanan dalam
pompa turun (dibawah tekanan atmosfir atau vakum) sehingga air dari sumber masuk atau terhisap mengisi sistem, dan proses langkah tekan pompa akan terjadi
kembali, karena uap bertekanan yang baru dari evaporator masuk ke dalam pompa. Setiap satu langkah tekan pompa (karena uap bertekanan masuk pompa) dan satu langkah hisap (karena uap mengembun karena pendinginan) disebut satu
siklus tetapi siklus ini berlangsung cepat. Pompa ini dilengkapi dengan dua buah katup satu arah masing-masing pada sisi hisap dan sisi tekan. Fungsi katup adalah
Gambar 2.7. Pompa Air Energi Termal Jenis Fluidyn Pump ( Sumber : Smith 2005 )
Keterangan bagian-bagian Fluidyn Pump :
1. Displacer 6. Katup hisap
2. Penukar panas 7. Katup buang
3. Pemicu regenerasi 8. Sisi volume mati
4. Penukar panas 9. Pengapung
Prinsip kerja jenis fluidyn pump ialah pada bagian yang dipanasi
menghasilkan udara dengan tekanan dan temperatur tertentu, sehingga fluida di bagian sisi panas turun dan memberikan tekanan pada bagian sisi dingin yang menyebabkan air terdorong keluar. Selanjutnya pada proses penghisapan terjadi
karena uap di bagian sisi panas mengalami pengembunan disertai dengan bantuan penukar panas, kemudian fluida pada sisi dingin menggantikan atau mengisi
kembali fluida sistem di bagian sisi panas
2.3 Persamaan yang Digunakan
Frekuensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
f = (Hz) (2.1)
dengan :
n : banyak langkah osilasi
t : waktu yang diperlukan (detik)
Kecepatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
v = f x C (m/detik) (2.2)
dengan :
f : frekuensi
Debit pemompaan yaitu jumlah volume yang dihasilkan tiap satuan waktu (detik)
dapat dihitung dengan persamaan :
Q = A x v (m3/detik) (2.3)
dengan :
A : luas penampang selang (m2)
v : kecepatan alir air (m/detik)
Tekanan yang dihasilkan pompa dapat dihitung dengan :
P = ρ x g x H (2.4)
dengan :
ρ : massa jenis air (kg/m3)
g : percepatan grafitasi (m/s2)
H : head pemompaan (m)
Daya pemompaan yang dihasilkan nifte pump dapat dihitung dengan persamaan :
Wn = P x Q x v x f (2.5)
dengan :
P : tekanan yang dihasilkan (kg/m3) f : frekuensi (Hz)
v : kecepatan alir air (m/detik)
Untuk mengetahui daya spiritus, harus dilakukan eksperimen sederhana
terlebih dahulu. Uji coba dilakukan dengan cara memanaskan air dan spritus digunakan sebagai fluida kerjanya. Air digunakan sebagai pendekatan untuk
menghitung daya spirtus, karena air kapasitasnya diketahui dan mudah didapat:
W spiritus = (2.6)
( Sumber : Ranald, 1986)
dengan :
m : masa (kg)
Cp : kalor jenis (J/kg0C)
∆T : perubahan suhu (0C)
t : waktu (detik)
Efisiensi pompa didefinisikan sebagai perbandingan antara daya
pemompaan yang dihasilkan selama waktu tertentu dengan besarnya daya fluida yang dihasilkan. Efisiensi pompa dapat dihitung dengan persamaan :
dengan :
Wp : daya pemompaan (watt)
Wspritus : daya spiritus (watt)
Daya pemompaan yang dihasilkan pompa air dapat dihitung dengan persamaan
H
Perhitungan debit air yang dikeluarkan oleh pompa
t V
Q= (2.9)
(Sumber : Ranald, 1986)
Dengan:
V : volume air keluaran (m3) t : waktu yang diperlukan (detik)
Efisiensi pompa dapat dihitung dengan persamaan :
17
BAB III
METODE PENELITIAN.
3.1. Skema Alat Penelitian
Sistem pompa energi termal jenis nifte ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian saluran air dan pompa (evaporator). Sistem saluran air menggunakan pipa dan disusun pada rangka yang terbuat dari pelat besi siku. Pompa akan
dihubungkan ke sistem saluran air dengan bantuan pipa dengan klep.
Gambar 3.1. Skema Alat
5
7 6
3 1
2 4
8
¾
inciKeterangan :
1. Pendingin 6. Kondensor
2. Karet tahan panas 7. Keran
3. Evaporator 8. Lubang udara
4. Pipa nifte 9. Pipa pengembunan
5. Pipa osilasi
Selain alat utama seperti Gambar 3.1, digunakan alat-alat pendukung sebagai
berikut:
a. Stopwatch
Alat ini digunakan untuk mengukur waktu air mulai mengalir sampai air berhenti mengalir.
b. Termokopel
Dipakai untuk mengetahui suhu. c. Gelas ukur
Dipakai untuk menghitung volume air yang dikeluarkan oleh pompa. 3.2. Prinsip Kerja Alat
Pompa air yang digunakan adalah pompa air jenis nifte. Prinsip kerja jenis
nifte ialah pada bagian yang dipanasi menghasilkan uap, sehingga fluida di bagian sisi panas turun dan memberikan tekanan pada bagian sisi dingin yang
kembali fluida sistem di bagian sisi panas, hal tersebut dapat dikatakan osilasi, osilasi ini dimanfaatkan untuk menggerakkan katup hisap dan katup tekan pada
pompa air sehingga dapat menghisap air dari sumbernya dan memindahkannya ke posisi yang lebih tinggi.
3.3. Variabel yang Divariasikan
Variabel yang divariasikan dalam pengujian yaitu: 1. Fluida pendingin (udara dan air).
2. Ketinggian awal air (diantara, ditengah, dan dibawah).
(a) Posisi awal air berada (b) Posisi awal air berada
(c) Posisi awal air berada di bawah evaporator
Gambar 3.2. Variasi ketinggian awal air terhadap pemanas
3. Variasi bukaan keran ( bukaan penuh, tutup 45°, tutup 22,5° ).
(a) Keran buka penuh (b) Keran ditutup 22.50
(c) Keran ditutup 450
Gambar 3.3. Variasi bukaan keran
5. Variasi penggunaan pompa (dengan dan tanpa pompa).
Gambar 3.4 Perangkat pompa
Gambar 3.5 Penerapan pompa pada nifte pump
Tosen klep arah buka ke atas
Sambungan ke pipa nifte
Sambungan ke pipa osilasi osilasi
Masukan air dari sumber keluaran air dari hasil pemompaan
Tosen klep arah buka ke atas
keluaran air dari hasil pemompaan Sambungan ke pipa osilasi
osilasi
masukan air dari hasil pemompaan osilasi
6. Ukuran evaporator (20cm dan 40cm).
Gambar 3.6 Variasi evaporator
Variabel yang Diukur
Variabel-variabel yang diukur antara lain : a. Suhu (T).
Pada pipa pengembunan (T1) Pada pipaevaporator (T2)
Pada sebelum masuk pendingin (T3)
Pada setelah masuk pendingin (T4)
20 cm
Gambar 3.7 Posisi penempatan termokopel
b. Panjang langkah (l).
a. Posisi awal air b. Posisi air c.Posisi air .
osilasi naik osilasi turun Gambar 3.8 Pengukuran panjang langkah
c. Waktu untuk melakukan 10 kali osilasi.
Untuk selanjutnya dari variabel-variabel tersebut digunakan dalam
perhitungan untuk mendapatkan debit (Q), tekanan pompa (P), daya pompa (Wp) dan efisiensi pompa (η pompa).
T1 T2
T3
T4
3.4 Metode dan Langkah Pengambilan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara memperoleh data melalui
percobaan alat. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan metode langsung. Penulis mengumpulkan data dengan menguji
langsung alat yang telah dibuat.
Langkah – langkah pengambilan data pompa : a. Percobaan pertama (Variasi 1)
1. Air diisikan kedalam alat sampai dengan bagian atas evaporator. 2. Percobaan pertama, keran buka penuh dan tanpa pendingin.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit
selama 60 menit dicatat. b. Percobaan kedua (Variasi 2)
1. Air diisikan kedalam alat sampai dengan bagian atas evaporator. 2. Percobaan kedua, keran ditutup 22.50 dan tanpa pendingin. 3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator.
4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit
selama 60 menit dicatat. c. Percobaan ketiga (Variasi 3)
1. Air diisikan kedalam alat sampai dengan bagian atas evaporator.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit selama 60 menit dicatat.
d. Percobaan keempat (Variasi 4)
1. Air diisikan kedalam alat sampai dengan bagian evaporator. 2. Percobaan keempat, keran ditutup 450 dan tanpa pendingin.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit selama 60 menit dicatat.
e. Percobaan kelima (Variasi 5)
1. Air diisikan kedalam alat sampai dengan bagian bawah evaporator. 2. Percobaan kelima, keran ditutup 450 dan tanpa pendingin.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit
selama 60 menit dicatat. f. Percobaan keenam (Variasi 6)
1. Air diisi kedalam alat sampai dengan bagian atas pemanas.
2. Percobaan keenam, keran ditutup 450 dan pendinginan menggunakan air. 3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator.
5. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit selama 60 menit dicatat.
g. Percobaan ketujuh. (Variasi 7)
1. Air diisi kedalam alat sampai dengan bagian atas pemanas.
2. Percobaan ketujuh, keran ditutup 450 dan pendinginan menggunakan udara. 3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator.
4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Ketika terjadi osilasi, udara didalam sistem dikeluarkan dengan cara membuka kemudian menutup lubang udara.
6. Suhu, waktu seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit selama 60 menit dicatat.
h. Percobaan kedelapan. (Variasi 8)
1. Menambah perangkat pompa pada sistem.
2. Percobaan kedelapan, keran ditutup 600 dan pendinginan menggunakan
udara.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Ketika terjadi osilasi, udara didalam sistem dikeluarkan dengan cara membuka kemudian menutup lubang udara.
6. Suhu, waktu, debit seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10 menit selama 60 menit dicatat.
i. Percobaan kesembilan. (Variasi 9)
2. Percobaan kesembilan, keran ditutup 450 dan pendinginan menggunakan udara.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Ketika terjadi osilasi, udara didalam sistem dikeluarkan dengan cara membuka kemudian menutup lubang udara.
6. Suhu, waktu, debit seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10
menit selama 60 menit dicatat. j. Percobaan kesepuluh. (Variasi 10)
1. Air diisi kedalam alat sampai dengan bagian atas pemanas.
2. Percobaan kedelapan keran ditutup 300 dan pendinginan menggunakan udara.
3. Pemanas diletakan pada pipa evaporator. 4. Pemanas mulai dinyalakan.
5. Ketika terjadi osilasi, udara didalam sistem dikeluarkan dengan cara membuka kemudian menutup lubang udara.
6. Suhu, waktu, debit seta panjang langkah yang dihasilkan pompa setiap 10
menit selama 60 menit dicatat. k. Percobaan kesebelas (Variasi 11)
3.5 Analisa Data
Data yang diambil dan dihitung dalam penelitian pompa yaitu : panjang
langkah (m) dan frekuensi yang didapat dari percobaan digunakan untuk menghitung kecepatan aliran air (V). Dengan mengetahui hasil perhitungan
kecepatan (V) maka dapat dihitung debit air yang mengalir (Q). Dari tinggi head (H) maka dapat menghitung tekanan yang terjadi di dalam pompa (P). Dari tekanan pompa, debit, kecepatan alirdan frekuensi dapat menghitung daya pompa
(Wp) dan efisiensi pompa (η pompa), untuk percobaan penambahan perangkat
pompa pada nifte pump dilakukan pengambilan data debit air yang dipompakan
dan beda ketinggian antara keluaran pompa dengan permukaan air sumber untuk menghitung daya pompa (Wp), efisiensi pompa (η pompa) .
Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik hubungan : waktu
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Data pengujian yang didapat terdiri dari beberapa variasi yang telah dituliskan penulis pada BAB III metode penelitian. Berikut data-data yang didapat:
Pengambilan Data
Tabel 4.1 Data pada variasi ketinggian air di atas evaporator, pendinginan menggunakan udara dan keran dibuka penuh.
Pada variasi ini osilasi terjadi 1 menit setelah pemanas dinyalakan. Osilasi yang terjadi stabil dan meningkat setiap pertambahan waktu, hal ini dikarenakan panas
yang digunakan relatif stabil . Menit ke T1 osilasi nifte osilasi nifte
Tabel 4.2 Data pada variasi ketinggian air di atas evaporator, pendinginan udara dan keran ditutup 22,50.
Pada variasi ini osilasi terjadi pada 50 detik setelah pemanas dinyalakan. Osilasi
yang terjadi lebih stabil dikarenakan pemanasnya lebih stabil, pada menit ke 30 setelah kompor dinyalakan osilasi berhenti selama 5 detik dan normal kembali, hal ini dikarenakan adanya perbedaan suhu udara dan suhu uap yang berada osilasi nifte osilasi nifte
0 25 25 25 25 0 0 0 0 osilasi nifte osilasi Nifte
Pada variasi ini osilasi terjadi pada 30 detik setelah pemanas dinyalakan. Osilasi yang terjadi mulai dari awal sampai 60 menit pengambilan data terlihat stabil.
Tabel 4.4 Data pada variasi ketinggian air berada pada bagian evaporator, pendinginan udara dan keran ditutup 450.
Pada variasi ini osilasi mulai terjadi pada 25 menit setelah pemanasan dimulai. Hal ini dikarenakan air yang akan diuapkan untuk mendorong terjadinya osilasi
jumlahnya tidak mencukupi. Setelah terjadi osilsi pun osilasi yang terjadi hanya kecil dan tidak stabil.
Menit ke T1 osilasi nifte osilasi Nifte
Tabel 4.5 Data pada variasi ketinggian air berada di bawah evaporator, pendinginan udara dan keran ditutup 450.
Pada variasi ini, selama 60 menit tidak terjadi osilasi dikarenakan tidak adanya uap panas yang terjadi hal itu disebabkan posisi air didalam pipa berada dibawah
pemanas.
Tabel 4.6 Data pada variasi ketinggian air berada di atas evaporator, pendinginan air dan keran ditutup 450.
Pada variasi ini, osilasi mulai terjadi pada 80 detik setelah pemanasan dilakukan.
Osilasi yang terjadi tidak stabil pada menit ke 0 sampai menit ke 30 dikarenakan Menit ke T1 osilasi nifte osilasi nifte
0 27 27 27 27 0 0 0 0 osilasi nifte osilasi nifte
pemanasan sistem terhalang oleh pendingin, setelah suhu pendingin naik dan berhasil bersirkulasi maka osilasi stabil tepatnya pada menit ke 30 sampai 60.
Tabel 4.7 Data pada variasi ketinggian air berada di atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 450 dan variasi pengeluaran udara di dalam
sistem.
Pada variasi kali ini osilasi pertama kali terjadi pada 70 detik setelah pemanasan dilakukan, kemudian setelah osilasi terjadi dilakukan pengurangan udara di dalam
sistem dengan cara membuka tutup udara kemudian menutupnya kembali agar sebagian udara yang berada di dalam sistem berkurang dan akan digantikan oleh
uap air yang berasal dari pemanasan evaporator. Menit ke 47 setelah kompor dinyalakan osilasi berhenti 10 detik kemudian nyala kembali, hal tersebut terulang pada menit ke 49 kemudian osilasi kembali stabil. Fariasi ini terlihat
paling stabil diantara fariasi yang lain antara perubahan langkah terhadap waktu dan perubahan frekuensi terhadap waktu.
Menit ke T1 osilasi nifte osilasi Nifte
Tabel 4.8 Data pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 600 dan pengeluaran udara di dalam sistem.
Pada variasi ini osilasi terjadi pada detik 62 setelah kompor dinyalakan tetapi belum terlalu stabil, kemudian dilakukan pengurangan udara di dalam pada detik
ke 80 dengan cara membuka lubang udara dan menutupnya kembali sehingga osilasi didalam sistem relatif stabil.
Tabel 4.9 Data pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 450 dan pengeluaran udara di dalam sistem.
Pada variasi ini osilasi terjadi ke detik 80 setelah kompor dinyalakan tetapi belum terlalu stabil, kemudian pada menit ke 120 setelah kompor dinyalakan dilakukan Menit ke T1 osilasi nifte osilasi nifte
0 27 27 27 27 0 0 0 0 0 osilasi nifte osilasi nifte
pengurangan udara dengan cara membuka lubang udara dan menutupnya kembali sehingga osilasi didalam sistem sehingga osilasi relatif stabil.
Tabel 4.10 Data pada variasi pemasangan pompa, ketinggian air di atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 300 dan pengeluaran udara di dalam sistem.
Osilasi terjadi pada menit ke 4 setelah kompor dinyalakan, tetapi osilasi yang terjadi belum stabil, kemudian pada menit ke 5 dilakukan pengurangan udara
dengan cara membuka lubang udara dan menutupnya kembali, kemudian setelah pengurangan udara dalam sistem itu dilakukan osilasi relatif stabil.
Menit ke T1
osilasi (detik) Debit (ml/menit) osilasi nifte osilasi nifte
Tabel 4.11 Data pada variasi pemasangan pompa, evaporator 40 cm dan merubah posisi pembakaran (kompor), air di atas evaporator, pendinginan udara, keran ditutup 300 dan pengeluaran udara di dalam sistem.
Pada variasi ini osilasi terjadi pada menit ke 3 setelah kompor dinyalakan tetapi belum stabil, kemudian dilakukan pengurangan udara dengan cara membuka
lubang udara dan menutupnya kembali, kemudian setelah pengurangan udara dalam sistem itu dilakukan osilasi relatif stabil.
Pengambilan Data Pengujian Daya Spiritus
Pengambilan data daya spiritus menggunakan cara sederhana yaitu memanaskan 1 kg air (1 liter) yang dimasukan kedalam panci dengan catatan
tidak sampai mendidih, pemanasan menggunakan kompor spiritus yang digunakan untuk memanasi evaporator, kemudian dilakukan pencatatan kenaikan suhu air pada tiap menitnya selama 15 menit sepetri pada tabel 4.12. Perhitungan
daya spiritus menggunakan persamaan 2.6 dihitung tiap menit kemudian dilakukan penjumlahan dan pengambilan rata-rata daya spiritus yang nantinya
digunakan sebagai daya spiritus untuk menghitung efisiensi. Diasumsikan tidak Menit ke osilasi nifte osilasi nifte
ada panas yang hilang dari kompor menuju air dan tidak adanya hambatan yang berarti, hasil dari perhitungan daya spiritus dapat dilihat pada table 4.13.
Tabel 4.12 Data Pengujian Daya Spiritus
Waktu (menit) suhu (⁰C)
4.2. Contoh Perhitungan
Berikut ini adalah contoh perhitungan yang digunakan utuk menghitung data Percobaan variasi pertama hingga kesebelas.
4.2.1 Contoh Perhitungan Untuk pipa osilasi
Contoh perhitungan diambil dari data 4.1 pada menit ke sepuluh. Banyak langkah
yang diambil adalah 10 kali dan waktu yang diperlukan adalah 8,65 detik, maka frekuensi yang dihasilkan :
f = 8,65
10
Karena frekuensi didapat 1,35 maka kecepatan alir didapat : v = f x C
=1,156 x 0,165= 0.1907 m/s Debit air yang didapat dapat dihitung dengan :
Q = A x v = π r 2 x v
= (3,14.(0,009525)2) m2 x 0,1907 m/s
= 0,0000543m3/s
Tekanan pemompaan yang dihasilkan dapat dihitung dengan ρsebesar1000 kg/m3
dan g sebesar 9,8 m/s2 :
P = ρ x Q x g x H
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x 0,15 m
= 1470 kg/m2 Sedangkan daya pemompaan didapatkan :
Wo = P x Q x v x f
= 1470 kg/m2 x 0,0000543 m3/s x 0,1907 m/s x 1,156
= 0,017 W
Daya spiritus dapat dihitung dari Tabel 4.12 Perhitungan Daya Spiritus:
Daya spiritus yang dihasilkan dapat dihitung setelah diketahui mair 1kg dan T pada
setiap menit ºC dengan Cp sebesar 4192,47J/kg ºC melalui persamaan seperti berikut:
Dari hasil perhitungan daya spiritus menggunakan persamaan 2.6 diiperoleh daya spiritus rata-rata 218 watt
Maka efisiensi pompa didapatkan sebesar :
pompa
η
=
, x 100%=
0,0078%4.2.2 Contoh Perhitungan Untuk pipa nifte
Contoh perhitungan diambil dari data 4.1 pada menit ke sepuluh. Banyak langkah yang diambil adalah 10 kali dan waktu yang diperlukan adalah 8,45 detik, maka
frekuensi yang dihasilkan :
f = 8,45
10
= 1,18
Karena frekuensi didapat 15 maka kecepatan alir didapat :
v = f x C
= 1,18 x 0,135 = 0,16 m/s
Debit air yang didapat dapat dihitung dengan : Q = A x v
= π r 2 x v
= (3,14.(0,009525)2) m2 x 0,0675 m/s = 0,0000192 m3/s
Tekanan pemompaan yang dihasilkan dapat dihitung dengan ρsebesar1000 kg/m3 dan g sebesar 9,8 m/s2 :
P = ρ x Q x g x H
= 1000 kg/m3x 9,8 m/s2x 0,15 m
Sedangkan daya pemompaan didapatkan : Wn = P x Q x v x f
= 1470 kg/m2 x 0,0000192 m3/s x 0,16 m/s x 1,18
= 0,0053W
Daya spiritus dapat dihitung dari Tabel 4.12 Perhitungan Daya Spiritus:
Daya spiritus yang dihasilkan dapat dihitung setelah diketahui mair 1kg dan T pada
setiap menit ºC dengan Cp sebesar 4192,47J/kg ºC melalui persamaan seperti berikut:
W spiritus
Dari hasil perhitungan daya spiritus menggunakan persamaan 2.6 diiperoleh daya spiritus rata-rata 218 watt
Maka efisiensi pompa didapatkan sebesar :
pompa
η
=
, x 100%=
0,0024%4.2.3 Contoh Perhitungan Untuk penambahan perangkat pompa air
Contoh perhitungan diambil dari data 4,8 pada menit ke 10 , untuk mencari debit
digunakan persamaan 2.9 Contoh:
Q = V/t
Jika debit sudah diketahui dan beda ketinggian juga sudah diketahui selanjutnya dapat dicari daya pompa dengan menggunakan persamaan 2.8:
Contoh:
Wpompa = ρ. g. Q. H
= 1000 kg/m3 . 9,8 m/detik2 . 0,0000029 m3/detik . 0,15 m = 0,0042 watt
Daya spiritus dapat dihitung dari Tabel 4.12 Perhitungan Daya Spiritus:
Daya spiritus yang dihasilkan dapat dihitung setelah diketahui mair 1kg dan T pada
setiap menit ºC dengan Cp sebesar 4192,47J/kg ºC melalui persamaan seperti berikut:
W spiritus
t t Cp
mair air ∆
= . .
Dari hasil perhitungan daya spiritus menggunakan persamaan 2.6 diiperoleh daya
spiritus rata-rata 218 watt
Maka efisiensi pompa didapatkan sebesar :
pompa
4.2.3 Data Hasil Pengujian Spiritus Tabel 4.13 Perhitungan Daya Spiritus
T(⁰C) ∆T (⁰C) Waktu (detik) W spiritus (watt)
26 - 0 0
29 3 60 210
34 5 120 349
38 4 180 279
43 5 240 349
48 5 300 349
51 3 360 210
54 3 420 210
58 4 480 279
61 3 540 210
64 3 600 210
67 3 660 210
70 3 720 210
73 3 780 210
75 2 840 140
76 1 900 70
W spiritus total 3,494
Tabel 4.14 Perhitungan pompa pada variasi air di atas evaporator, pendinginan udara dan keran dibuka penuh.
Menit
Fekuensi (Hz)
V (m/detik)
Q (m3/detik)
P (N/m2)
Daya (W)
Efisiensi (%) osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
udara dan keran ditutup 22.50.
Menit
Fekuensi (Hz)
V (m/detik)
Q (m3/detik)
P (N/m2)
Daya (W)
Efisiensi (%) osilasi nifte osilasi nifte osilasi Nifte osilasi nifte osilasi nifte Osilasi nifte
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pendinginan udara dan keran ditutup 450.
Menit
Fekuensi (Hz)
V (m/detik)
Q (m3/detik)
P (N/m2)
Daya (W)
Efisiensi (%) osilasi nifte osilasi nifte osilasi Nifte osilasi nifte osilasi nifte Osilasi nifte
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pendinginan udara dan keran ditutup 450. osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte Osilasi nifte
0 - - - -
Tabel 4.18 Perhitungan pompa pada variasi air berada di atas evaporator, pendinginan air dan keran ditutup 450.
Menit
Fekuensi (Hz)
V (m/detik)
Q (m3/detik)
P (N/m2)
Daya (W)
Efisiensi (%) osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte osilasi nifte
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pendinginan udara, keran ditutup 450 dan pengurangan udara dalam sistem.
Menit
Fekuensi (Hz)
V (m/detik)
Q (m3/detik)
P (N/m2)
Daya (W)
Efisiensi (%) selang pipa selang pipa selang pipa selang pipa selang pipa selang pipa
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 4.20 Perhitungan pompa pada variasi penambahan perangkat pompa air, dengan head pompa 15 cm, ketinggian air berada di atas evaporator, pendinginan menggunakan udara, keran ditutup 600 dan dulakukan pengurangan udara dalam sistem.
Debit 0,0000000 0,0000 0,0000 0,0000029 0,0042 0,0019 0,0000017 0,0025 0,0011 0,0000017 0,0025 0,0011 0,0000022 0,0032 0,0015 0,0000018 0,0026 0,0012 0,0000012 0,0017 0,0008
Tabel 4.21 Perhitungan pompa pada variasi penambahan perangkat pompa air, dengan head pompa 15 cm, ketinggian air berada di atas evaporator, pendinginan menggunakan udara, keran ditutup 450 dan dulakukan pengurangan udara dalam sistem.
Tabel 4.22 Perhitungan pompa pada variasi penambahan perangkat pompa air, dengan head pompa 15 cm, ketinggian air berada di atas evaporator, pendinginan menggunakan udara, keran ditutup 300 dan dulakukan pengurangan udara dalam sistem.
Debit 0,0000000 0,0000 0,0000 0,0000045 0,0066 0,0030 0,0000030 0,0044 0,0020 0,0000031 0,0045 0,0021 0,0000029 0,0043 0,0020 0,0000030 0,0044 0,0020 0,0000034 0,0049 0,0023
Tabel 4.23 Perhitungan pompa pada variasi penambahan perangkat pompa air, penggantian ukuran panjang evaporator menjadi 40 cm dan merubah posisi pembakaran (kompor), ketinggian air berada di atas evaporator, pendinginan menggunakan udara, keran ditutup 300 dan menggunakan variasi pengeluaran udara didalam sistem.
4.3. Pembahasan
Data yang telah didapat, akan dibandingan setiap variasi yang dilakukan dalam
percobaan. Untuk mempermudah melihat perbedaan data, dibuat grafik berdasarkan hasil
pembahasan yang didapat.
Gambar 4.1. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi, dengan evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan jenis pendinginan
Gambar 4.2. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte, dengan evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan jenis pendinginan
air, hal tersebut dikarenakan beban pemanasan awal untuk pendingin air lebih besar
dibandingkan dengan pendingin udara dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik
maksimum akan lebih lama.
Gambar 4.3. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas evaporator
Gambar 4.4. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas evaporator
Dari (Gambar 4.3 dan 4.4) dapat disimpulkan bahwa debit yang dihasilkan variasi
keran tertutup 450 lebih baik daripada dua variasi lainya, hal itu dikarenakan variasi keran 0
keran tertutup 22,5 derajat
keran tertutup 22,5 derajat
tertutup 450 merupakan variasi bukaan keran yang paling kecil, hal tersebut menahan
proses pergantian posisi air didalam evaporator menjadi lebih lambat sehingga
memaksimalkan proses penguapan dan debit yang diperoleh akan lebih besar.
Gambar 4.5. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm dan pendinginan udara
Gambar 4.6. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm dan pendinginan udara
Dari (Gambar 4.5 dan 4.6) dapat disimpulkan bahwa debit yang dihasilkan variasi
lainya, hal itu dikarenakan posisi air diatas evaporator akan mempermudah sumber panas
untuk menguapkan air dibandingkan dua posisi air lainya, jika proses penguapan semakin
baik maka debit yang akan dihasilkan juga semakin baik.
Gambar 4.7. Hubungan debit dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm posisi air di atas evaporator dan pendinginan udara
Dari (Gambar 4.7 dan 4.8) dapat disimpulkan bahwa debit yang dihasilkan variasi
keran tertutup 450, air diatas evaporator, pendinginan udara, tanpa pengeluaran udara dalam
sistem merupakan variasi yang paling baik dibandingkan dengan variasi keran tertutup 450,
air diatas evaporator, pendinginan udara dan pengeluaran udara, hal itu disababkan oleh
konsentrasi uap panas yang terjadi didalam pipa pengembunan tidak sebanyak jika
dilakukan pengurangan udara dalam sistem, jika terlalu banyak uap panas didalam pipa
pengembunan maka akan terjadi panas berlebih didalam sistem dan akan mengganggu
proses pengembunan sehingga osilasi terganggu dan mengakibatkan debit pompa
berkurang.
Gambar 4.9. Hubungan debit dengan waktu pada variasi pemasangan pompa dan berdasarkan bukaan keran dengan posisi air diatas evaporator, pengeluaran udara dalam sistem, dan pendinginan udara
Dari Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa variasi keran tertutup 300, air diatas
baik hal tersebut dikarenakan variasi bukaan keran 300 merupakan variasi bukaan keran
yang paling besar, hal tersebut melancarkan pergerakan air didalam pipa sehingga aliran
lancar dan langkah yang dihasilkan akan lebih baik daripada variasi lainya sehingga debit
yang dihasilkan juga akan terlihat baik.
Gambar 4.10. Hubungan debit dengan waktu berdasarkan ukuran evaporator pada variasi pemasangan pompa, posisi air di atas evaporator, pendinginan udara dan pengeluaran udara dalam sistem
Dari Gambar 4.10 dapat disimpulkan bahwa variasi keran tertutup 300, air diatas
evaporator, pendinginan udara, pengeluaran udara dalam sistem, ukuran evaporator 40 cm
memiliki debit yang paling baik dikarenakan dengan bertambahnya ukuran evaporator
maka penguapan yang terjadi akan semakin bertambah juga sehingga debit yang dihasilkan
Gambar 4.11. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi, dengan evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan jenis pendinginan
Gambar 4.12. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte, dengan evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan jenis pendinginan
Dari (Gambar 4.11 dan 4.12) dapat disimpulakan bahwa daya variasi bukaan keran
450, pendingin udara lebih baik daripada daya variasi bukaan keran 450dengan pendingin
air, hal tersebut dikarenakan beban pemanasan awal untuk pendingin air lebih besar
dibandingkan dengan pendingin udara dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik
Gambar 4.13. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas evaporator
Gambar 4.14. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas evaporator
Dari (Gambar 4.13 dan 4.14) dapat disimpulkan bahwa daya yang dihasilkan
variasi keran tertutup 450 lebih baik daripada dua variasi lainya, hal itu dikarenakan variasi
keran tertutup 450 merupakan variasi bukaan keran yang paling kecil, hal tersebut menahan
proses pergantian posisi air didalam evaporator menjadi lebih lambat sehingga
memaksimalkan proses penguapan dan daya yang diperoleh akan lebih besar. 0
keran tertutup 22,5 derajat
keran tertutup 22,5 derajat
Gambar 4.15. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm dan pendinginan udara
Gambar 4.16. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm dan pendinginan udara
Dari (Gambar 4.15 dan 4.16) dapat disimpulkan bahwa daya yang dihasilkan variasi
keran tertutup 450 , air diatas evaporator, pendinginan udara lebih baik daripada dua variasi
untuk menguapkan air dibandingkan dua posisi air lainya, jika proses penguapan semakin
baik maka daya yang akan dihasilkan juga semakin baik..
Gambar 4.17. Hubungan daya dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm posisi air di atas evaporator dan pendinginan udara
Dari (Gambar 4.17 dan 4.18) diatas dapat disimpulkan daya yang dihasilkan variasi
keran tertutup 450, air diatas evaporator, pendinginan udara, tanpa pengeluaran udara dalam
sistem merupakan variasi yang paling bagus dibandingkan dengan variasi keran tertutup
450, air diatas evaporator, pendinginan udara, pengeluaran udara dalam, hal itu disababkan
oleh konsentrasi uap panas yang terjadi didalam pipa pengembunan tidak sebanyak jika
dilakukan pengurangan udara dalam sistem, jika terlalu banyak uap panas didalam pipa
pengembunan maka akan terjadi panas berlebih didalam sistem dan akan mengganggu
proses pengembunan sehingga osilasi terganggu dan mengakibatkan daya pompa
berkurang.
Gambar 4.19. Hubungan daya dengan waktu pada variasi pemasangan pompa dan berdasarkan bukaan keran dengan posisi air di atas evaporator, pengeluaran udara dalam sistem, dan pendinginan udara
Dari Gambar 4.19 dapat disimpulkan bahwa variasi keran tertutup 300, air diatas
evaporator, pendinginan udara, pengeluaran udara dalam sistem memiliki debit yang paling
baik hal tersebut dikarenakan variasi bukaan keran 300 merupakan variasi bukaan keran
yang paling besar, hal tersebut melancarkan pergerakan air didalam pipa sehingga aliran
lancar dan langkah yang dihasilkan akan lebih baik daripada variasi lainya sehingga daya
yang dihasilkan juga akan terlihat baik.
Gambar 4.20. Hubungan daya dengan waktu berdasarkan ukuran evaporator pada variasi pemasangan pompa, posisi air di atas evaporator, pendinginan udara dan pengeluaran udara dalam sistem
Dari Gambar 4.20 diatas dapat disimpulkan bahwa variasi keran tertutup 300, air
diatas evaporator, pendinginan udara, pengeluaran udara dalam sistem, ukuran evaporator
40 cm memiliki daya yang paling baik dikarenakan dengan bertambahnya ukuran
evaporator maka penguapan yang terjadi akan semakin bertambah juga sehingga daya yang
Gambar 4.21. Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi, dengan evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan jenis pendinginan
Gambar 4.22. Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa nifte, dengan
evaporator 20 cm dan keran tertutup 45 derajat berdasarkan jenis pendinginan
Dari (Gambar 4.21 dan 4.22) dapat disimpulakan bahwa efisiensi variasi bukaan
keran 450, pendingin udara lebih baik daripada daya variasi bukaan keran 450dengan
besar dibandingkan dengan pendingin udara dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
titik maksimum akan lebih lama.
Gambar 4.23. Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas evaporator
Gambar 4.24. Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa nifte berdasarkan bukaan keran dengan pendinginan udara dan posisi air di atas
keran tertutup 22,5 derajat
keran tertutup 22,5 derajat
Dari (Gambar 4.23 dan 4.24) dapat disimpulkan bahwa efisiensi yang dihasilkan
variasi keran tertutup 450 lebih baik daripada dua variasi lainya, hal itu dikarenakan variasi
keran tertutup 450 merupakan variasi bukaan keran yang paling kecil, hal tersebut menahan
proses pergantian posisi air didalam evaporator menjadi lebih lambat sehingga
memaksimalkan proses penguapan dan efisiensi yang diperoleh akan lebih besar.
Gambar 4.25. Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan posisi air dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm dan pendinginan udara
Dari (Gambar 4.25 dan 4.26) dapat disimpulkan bahwa efisiensi yang dihasilkan
variasi keran tertutup 450 , air diatas evaporator, pendinginan udara lebih baik daripada dua
variasi lainya, hal itu dikarenakan posisi air diatas evaporator akan mempermudah sumber
panas untuk menguapkan air dibandingkan dua posisi air lainya, jika proses penguapan
semakin baik maka efisiensi yang akan dihasilkan juga semakin baik
Gambar 4.27. Hubungan efisiensi dengan waktu untuk pipa osilasi berdasarkan jumlah udara dalam sistem dengan variasi keran tertutup 45 derajat, evaporator 20 cm posisi air diatas evaporator dan pendinginan udara
Dari (Gambar 4.27 dan 4.28) dapat disimpulkan bahwa efisiensi yang dihasilkan
variasi keran tertutup 450, air diatas evaporator, pendinginan udara, tanpa pengeluaran
udara dalam sistem merupakan variasi yang paling baik dibandingkan dengan variasi keran
tertutup 450, air diatas evaporator, pendinginan udara dan pengeluaran udara, hal itu
disababkan oleh konsentrasi uap panas yang terjadi didalam pipa pengembunan tidak
sebanyak jika dilakukan pengurangan udara dalam sistem, jika terlalu banyak uap panas
didalam pipa pengembunan maka akan terjadi panas berlebih didalam sistem dan akan
mengganggu proses pengembunan sehingga osilasi terganggu dan mengakibatkan efisiensi
pompa berkurang.
Gambar 4.29. Hubungan efisiensi dengan waktu pada variasi pemasangan pompa dan berdasarkan bukaan keran dengan posisi air di atas evaporator, pengeluaran udara dalam sistem, dan pendinginan udara
Dari Gambar 4.29 dapat disimpulkan bahwa variasi keran tertutup 300, air diatas
evaporator, pendinginan udara, pengeluaran udara dalam sistem memiliki efisiensi yang
paling baik hal tersebut dikarenakan variasi bukaan keran 300 merupakan variasi bukaan
keran yang paling besar, hal tersebut melancarkan pergerakan air didalam pipa sehingga
aliran lancar dan langkah yang dihasilkan akan lebih baik daripada variasi lainya sehingga
efisiensi yang dihasilkan juga akan terlihat baik.
Gambar 4.30. Hubungan efisiensi dengan waktu berdasarkan ukuran evaporator pada variasi pemasangan pompa, posisi air di atas evaporator, pendinginan udara dan pengeluaran udara dalam sistem
Dari Gambar 4.30 diatas dapat disimpulkan bahwa variasi keran tertutup 300, air
diatas evaporator, pendinginan udara, pengeluaran udara dalam sistem, ukuran evaporator
40 cm memiliki efisiensi yang paling baik dikarenakan dengan bertambahnya ukuran
evaporator maka penguapan yang terjadi akan semakin bertambah juga sehingga efisiensi
4.4. Kesimpulan Umum dari Pembahasan
Data yang telah didapat, akan dibandingan setiap variasi yang dilakukan dalam percobaan untuk melihat nilai maksimal setiap variasi. Untuk mempermudah melihat perbedaan data, dibuat grafik berdasarkan hasil
pembahasan yang didapat
4.4.1 Hasil Maksimum Setiap Variasi yang Didapat
Gambar 4.31 Hubungan frekuensi dengan waktu dari pipa osilasi antara variasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
Dari gambar 4.31 dapat diketahui bahwa frekuensi yang terjadi di pipa osilasi teringgi terjadi pada variasi ke 4 yaitu pada variasi ketinggian air berada
pada bagian evaporator, pendinginan menggunakan udara dan keran ditutup 450 frekuensi tertinggi 1,35 Hz.
Gambar 4.32 Hubungan frekuensi dengan waktu dari pipa nifte antara
variasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
Untuk frekuensi tertinggi pada pipa nifte dapat diketahui pada gambar 4.32 yaitu pada variasi ke 1 dengan ketinggian air di atas evaporator, pendinginan menggunakan udara dan keran dibuka penuh, frekuensi tertinggi 1,29 Hz.
Gambar 4.33 Hubungan kecepatan osilasi dengan waktu dari pipa osilasi antara