• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Kepekatan Data Nilai Akhir Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendugaan Kepekatan Data Nilai Akhir Mahasiswa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Julio Adisantoso — G16109011/STK

7 Mei 2010

Ringkasan

Diketahui data pengamatan dari sebaran dengan fungsi kepekatan f yang tidak

dike-tahui. Fungsifdapat diduga dengan pendekatan non-parametrik, dimana fungsif

diasum-sikan merupakan fungsi yang mulus sehingga dapat diduga dengan menggunakan penduga kernel.

Tingkat kemulusan fungsi penduga ditentukan oleh parameter pemulus, yaitu lebar jen-dela dan fungsi kernel. Lebar jenjen-dela sangat menentukan tingkat kemulusan fungsi penduga. Semakin besar lebar jendela yang digunakan, maka semakin mulus fungsi penduganya. Sedangkan fungsi kernel yang digunakan tidak banyak mempengaruhi tingkat kemulusan fungsi penduga.

1

Pendahuluan

Proses analisis data pada prinsipnya merupakan upaya menelusuri dan mengungkapkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data melalui struktur dan pola data serta penyajian hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Penelusuran struktur data bertujuan untuk memeriksa apakah suatu data dapat membentuk suatu model tertentu, sedangkan penelusuran pola data bertujuan untuk memeriksa bagaimana sebaran data. Salah satu cara untuk

memerik-sa sebaran data adalah dengan menentukan fungsi kepekatan peluang (fkp) atau probability

density function (pdf).

Misalkan{Xi, i= 1,2, ..., n}adalah data pengamatan yang saling bebas yang memiliki fungsi

kepekatan peluangf(x). Untuk mendugaf(x) dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu

parametrik dan non-parametrik (Silverman, 1986). Pendekatan parametrik dilakukan jika fungsi

f(x) diketahui sehingga pendugaannya dapat dilakukan dengan menduga parameter fungsi.

Sedangkan pendekatan non-parametrik dilakukan jika fungsif(x) tidak diketahui.

Ada beberapa metode non-parametrik yang dapat dilakukan untuk menduga fungsi kepekatan peluang. Salah satu metode klasik yang paling popular adalah histogram. Metode lainnya adalah dengan menggunakan fungsi Kernel.

Untuk memahami proses pendugaan fungsi kepekatan peluang, dilakukan analisis data meng-gunakan metode histogram dan fungsi Kernel. Beberapa karakteristik dari kedua metode terse-but dicobakan agar dapat dilakukan pembandingan dari masing-masing metode.

2

Bahan dan Metode

Data yang dianalisis adalah nilai akhir dari 524 mahasiswa IPB semester ganjil tahun akademik 2008/2009 untuk mata pelajaran Algoritme dan Pemrograman. Data dianalisis menggunakan metode histogram pada beberapa kelas dan fungsi Kernel pada beberapa bandwidth. Program yang digunakan untuk menganalisis data adalah R versi 2.10.1.

(2)

3

Tinjauan Teoritis

3.1

Histogram

Misalkan {Xi, i= 1,2, ..., n} adalah data pengamatan yang saling bebas. Metode klasik yang

paling populer untuk mengetahui bentuk fungsi kepekatan peluang adalah metode histogram. Suatu histogram disusun dengan meletakkan titik-titik data ke dalam suatu bin atau kelas. Setiap bin dinyatakan secara grafik oleh segiempat dengan lebar sama dan tinggi proporsional dengan banyaknya titik-titik data yang terletak dalam bin tersebut. Bin ditentukan dengan

memilih titik awal x0 dan lebar bin atau pita (binwidth) h. Untuk sembarang bilangan bulat

m, suatu bin mencakup interval atau selang setengah terbuka [x0+mh, x0+ (m+ 1)h). Nilai

penduga histogram di sembarang titikxdapat dinyatakan sebagai

b

f(x) = 1

nh(banyaknyaXi dalam bin yang sama denganx)

Tidak ada ketentuan untuk memilih nilai binh. Namun demikian, pemilihan nilai binhyang

ke-cil akan mengakibatkan histogram memuat banyak batang yang keke-cil-keke-cil, sedangkan pemilihan

nilai binhyang besar akan mengakibatkan histogram memuat sedikit batang yang besar-besar.

3.2

Penduga Naive

Dari definisi kepekatan peluang, jika peubah acakX memiliki fungsi kepekatan f, maka

f(x) = lim

h→0

1

2hP(x−h < X < x+h)

Untuk setiap nilai h, nilai P(x−h < X < x+h) dapat diduga dengan proporsi sampel

yang terletak pada selang (x−h, x+h). Dengan demikian, penduga fungsi kepekatan fbdapat

diperoleh dengan memilih nilaihyang kecil dan

b

f(x) = 1

2hn[banyaknya X1, ..., Xn yang terletak pada selang (x−h, x+h)]

Penduga ini disebut sebagai penduga naive (naive estimator).

Untuk menyatakan penduga secara lebih nyata, didefinisikan fungsi pembobot w sebagai

berikut

w(x) =

1

2 jika|x|<1

0 selainnya

Oleh karena itu, penduga naive dapat dituliskan sebagai

b f(x) = 1 n n X i+1 1 hw xX i h (1)

Formula (1) menunjukkan bahwa penduga dibuat dengan menempatkan ’kotak’ dengan lebar

2h dan tinggi (2nh)−1 untuk setiap observasi kemudian menjumlahkannya untuk memperoleh

penduga yang diinginkan.

3.3

Penduga Kernel

Suatu fungsi K(.) disebut fungsi Kernel jika K merupakan fungsi kontinu, simetris, bernilai

bilangan nyata, terhingga, dan

Z K(t)dt= 1, Z tK(t)dt= 0, Z t2K(t)dt=k26= 0. (2)

(3)

Umumnya, tetapi tidak selalu, K merupakan fungsi kepekatan peluang normal, atau fungsi

pembobotwyang menggunakan definisi penduga naive. Dengan cara yang sama dengan definisi

dari penduga naive,penduga Kernel dengan kernelKdidefinisikan sebagai

b f(x) = 1 nh n X i=1 K x−Xi h (3)

dimanahadalah lebar jendela, dan sering disebut sebagai parameter pemulus ataubandwidth.

Ada beberapa kernel K(t) yang dapat digunakan sebagai tingkat pemulusan, antara lain

Epanechnikov, Biweight, Triangular, Gaussian, dan Rectangular. Gambar 1 menunjukkan kurva beberapa fungsi kernel, sedangkan fungsi kernel seperti tercantum pada persamaan (4).

K(x, p) = (1−x

2)p

22p+1B(p+ 1, p+ 1),|x|<1 (4)

dimana B(a, b) = Γ(Γ(aa)Γ(+bb)). Jika p = 0 maka persamaan (4) merupakan kernel Uniform, p=1

menjadi kernel Epanechnikov, dan p=2 menjadi kernel Biweight.

Gambar 1: Kurva Beberapa Fungsi Kernel

Kinerja suatu kernel dapat diukur dengan MISE (mean integrated squared error) atau AMISE

(asymptotic MISE). Kernel Epanechnikov mampu meminimumkan AMISE sehingga optimal

(Scheid, 2004). Oleh karena itu, efisiensi suatu kernel diukur dengan cara membandingkan

dengan kernel Epanechnikov seperti yang tercantum pada persamaan (5). Tabel 1 menunjukkan beberapa fungsi kernel dan nilai efisiensinya.

eff(K) = C(K e) C(K) 5/4 = 3 5√5 Z t2K(t)dt −1/2Z K(t)2dt −1 (5)

3.4

Memilih parameter pemulus

Menurut Silverman (1986), tingkat kemulusan fb ditentukan oleh fungsi kernel K dan lebar

jendelah, tetapi pengaruh fungsi kernelK kurang signifikan dibanding pengaruh lebar jendela

h. Nilaihyang kecil akan memberikan grafik yang kurang mulus, sebaliknya nilaihyang besar

akan memberikan grafik yang sangat mulus. Oleh karena itu, perlu dipilih nilaihoptimal untuk

(4)

Tabel 1: Beberapa kernel dan nilai efisiensinya Kernel K(t) Efisiensi Epanechnikov 34(1− 1 5t 2) √ 5 , untuk|t|< √ 5 1 Biweight 1516(1−t2)2, untuk|t|<1 3087 3125 12 0.9939 Triangular 1− |t|, untuk|t|<1 24325012 0.9859 Gaussian 1 2πe −(1/2)t2 26π 125 12 0.9512 Rectangular 1 2, untuk|t|<1 108 125 12 0.9295

Hardle (1990) adalah dengan meminimalkan IMSE darifb. Dengan cara ini diperolehhopt≈n−

1 5.

Jikaf ∈C2 makahopt≈n−

1

(2r+1), dimanaC adalah konstanta.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan parameter pemulus, antara lain adalah metode subyektif dan referensi sebaran baku.

3.4.1 Metode subyektif

Metode sederhana untuk menentukan parameter pemulus adalah memplot beberapa kurva dan menentukan penduga yang paling sesuai. Proses ini dilakukan secara subyektif melalui penga-matan pada beberapa plot dari data yang semuanya dimuluskan dengan menggunakan beberapa

fungsi kernel danbandwidthyang berbeda-beda.

3.4.2 Referensi sebaran baku

Pendekatan yang lebih mudah adalah menggunakan keluarga sebaran baku untuk menentukan

nilai Rf”(x)2dx pada persamaan (2) untuk lebar jendela yang ideal. Sebagai contoh, sebaran

normal dengan ragamσ2, tentukanφuntuk fungsi kepekatan normal baku,

Z f”(x)2dx = σ−5 Z φ”(x)2dx = 3 8π −1/2σ−5 ≈0.212σ−5 (6)

Jika digunakan kernel Gaussian, maka lebar jendela (bandwidth) diperoleh dari persamaan (6)

menjadi hopt = (4π)−1/10 3 8π −1/2 −1/5 σn−1/5 = 4 3 1/5 σn−1/5= 1.06σn−1/5 (7)

Pada program R, persamaan (7) dikenal sebagai lebar jendela ”nrd”. Hasil yang lebih baik

diperoleh dengan menggunakan selang antar kuartil R untuk sebaran normal, sehingga

per-samaan (7) menjadi

(5)

Untuk data yang memiliki bimodal, maka persamaan (8) diganti dengan minimum dari stan-dar deviasi dan selang antar kuartil per 1.34, sehingga lebar jendela menjadi

hopt = 0.9An−1/5 (9)

dimanaA=min(σ,(Q3−Q1)/1.34),Q3adalah kuartil ke-3, danQ1 adalah kuartil ke-1. Pada

program R, persamaan (9) dilambangkan dengan lebar jendela ”nrd0”.

Lebar jendela ”nrd” dan ”nrd0” mengasumsikan bahwa f adalah normal, sehingga akan

menyebabkanoversmooth jika data menunjukkan multimodal atauf tidak normal.

Metode lainnya adalah Unbiased cross-validation atau Least-squares cross validation, yang

pada program R dilambangkan dengan ”ucv”. SedangkanBiased cross-validationpada program

R dilambangkan dengan ”bcv”.

4

Percobaan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, data yang dianalisis adalah nilai akhir dari 524 ma-hasiswa IPB semester ganjil tahun akademik 2008/2009 untuk mata pelajaran Algoritme dan Pemrograman. Tabel 2 menunjukkan ringkasan statistik deskripsi data yang dianalisis, sedan-gkan diagram dahan-daun diperlihatkan pada Gambar 2.

Tabel 2: Statistik deskripsi data

Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.

-4.80 29.10 38.57 41.67 53.99 96.28

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2 terlihat bahwa data memiliki dua maksimum lokal (bi-modal). Hal ini juga dapat dilihat pada histogram yang tercantum pada Gambar 3, dimana

his-togram sebelah kiri menggunakan banyaknya kelas menurut metodeSturges, yaitu 1 + 3.3log(n),

sedangkan histogram sebelah kanan menggunakanbreaks=15.

(6)

Nilai Mahasiswa(breaks=Sturges) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 Nilai Mahasiswa(breaks=15) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025

Gambar 3: Histogram nilai Algoritme dan Pemrograman

4.1

Lebar Jendela

Pendugaan fungsi kepekatan dari data dilakukan dengan menggunakan fungsi kernel Gaussian

untuk lebar jendela (h) yang berbeda-beda, yaitu h=0.5, 1, 2, 4, 6, dan 8, dan hasilnya

di-cantumkan pada Gambar 4. Dari tampilan Gambar 4 terlihat bahwa semakin besar h maka

semakin mulus pendugaan fungsi kepekatannya. Padah= 8 terlihat bahwa pendugaan fungsi

kepekatannya mendekati data sebenarnya.

Density Estimation (h=0.5) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Density Estimation (h=1) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Density Estimation (h=2) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Density Estimation (h=4) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Density Estimation (h=6) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Density Estimation (h=8) Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020

Gambar 4: Pendugaan kepekatan dengan lebar jendela berbeda-beda

Penentuan lebar jendela untuk fungsi kernel Gaussian dapat dilakukan dengan menggunakan

pemilihbandwidth ”bcv”, ”nrd0”, ”nrd”, ”ucv”, dan ”SJ” pada program R. Untuk data yang

dianalisis, diperoleh lebar jendela untuk masing-masing pemilih bandwidth seperti tercantum

pada Tabel 3, dan hasilnya seperti terlihat pada Gambar 5. Setiap nilai h yang terpilih pada

Tabel 3 tidak memperlihatkan perbedaan penduga kepekatan yang nyata, tetapi pada h=”SJ”

(7)

Tabel 3: Nilaibandwidth selector untuk kernel Gaussian bcv nrd0 nrd ucv SJ 3.670768 4.779971 5.629744 3.097539 3.329436 Bandwidth:bcv Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Bandwidth:nrd0 Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Bandwidth:nrd Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Bandwidth:ucv Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Bandwidth:Sj−ste Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Bandwidth:SJ−dpi Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020

Gambar 5: Pendugaan kepekatan dengan kernel Gaussian untuk h berbeda

4.2

Fungsi Kernel

Pemilihan nilai h sangat menentukan kemulusan dari hasil pendugaan fungsi kepekatannya.

Hal ini tidak terjadi pada pemilihan fungsi kernel yang berbeda-beda untuk lebar jendela yang sama. Untuk melihat pengaruh fungsi kernel, dicobakan tujuh fungsi kernel, yaitu Gaussian, Epanechnikov, Rectangular, Triangular, Biweight, dan Cosine. Hasil percobaan ini dicantumkan pada Gambar 6. Kernel Rectangular menghasilkan penduga yang paling tidak mulus dibanding kernel lainnya. Kernel:GAUSSIAN Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Kernel:EPANECHNIKOV Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Kernel:RECTANGULAR Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Kernel:TRIANGULAR Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Kernel:BIWEIGHT Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020 Kernel:COSINE Nilai Density 0 20 40 60 80 100 0.000 0.010 0.020

(8)

5

Kesimpulan

Dari teori yang mendasari pendugaan fungsi kepekatan dan hasil percobaan yang dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa untuk menduga fungsi kepekatan f(x) jika informasi tentang

mod-el sebaran dari X tidak diketahui, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

non-parametrik. Salah satu pendekatan non-parametrik adalah menggunakan teknik pemulus kernel. Tingkat kemulusan fungsi penduga ditentukan oleh parameter pemulus, yaitu lebar jendela dan fungsi kernel.

Semakin besar lebar jendela yang digunakan, maka semakin mulus fungsi penduganya. Hal ini juga berlaku sebaliknya, yaitu semakin kecil lebar jendela yang digunakan, maka fungsi pen-duganya semakin tidak mulus. Parameter pemulus berupa lebar jendela ini sangat menentukan tingkat kemulusan fungsi penduga. Hal ini tidak terjadi pada pemilihan fungsi kernel.

6

Daftar Pustaka

Hansen, B.E. 2004. Nonparametric Conditional Density Estimation. University of Wisconsin.

Hardle,W. 1990. Smoothing Techniques With Implementation in S. Springer-Verlag. New York

Scheid, S. 2004. Introduction to Kernel Smoothing. Chapman & Hall.

Silverman, B.W. 1986. Density Estimation for Statistics and Data Analysis. J.W. Arrowsmith

Ltd, Bristol.

Suparti & Sudargo. 2006. Estimasi Densitas Mulus dengan Metode Kernel. LONTAR, Vol. 20

No.1 ,April 2006, ISSN 0853-0041.

Venables, W.N & D.M. Smith. 2009. An Introduction to R: A Programming Environment

for Data Analysis and Graphics, Version 2.10.1 (2009-12-14). The R Development Core Team.

(9)

7

Lampiran

Perintah-perintah R yang digunakan untuk analisis data

nilai<- read.csv(file=”algor.csv”, header=TRUE, sep=”,”)

x<- nilai$NILAI

par(mfrow = c(1, 2))

hist(x, breaks=”Sturges”, freq=FALSE, xlab=”Nilai”) hist(x, breaks=15, freq=FALSE, xlab=”Nilai”) par(mfrow = c(2, 3))

lebar<- c(0.5, 1, 2, 4, 6, 8)

for (i in 1:6){

hist(x, breaks=15, freq=FALSE, xlab=”Nilai”) lines(density(x, bw=lebar[i]), col=’red’)

}

b<- c(”bcv”, ”nrd0”, ”nrd”, ”ucv”, ”SJ-ste”, ”SJ-dpi”)

b.h<- c(bw.bcv(x), bw.nrd0(x), bw.nrd(x), bw.ucv(x), bw.SJ(x))

judul<- c(”Bandwidth:bcv”, ”Bandwidth:nrd0”, ”Bandwidth:nrd”,

”Bandwidth:ucv”, ”Bandwidth:Sj-ste”, ”Bandwidth:SJ-dpi”) par(mfrow = c(2, 3))

for (i in 1:6){

hist(x, breaks=15, xlab=”Nilai”, freq=FALSE, main=judul[i]) lines(density(x, bw=b[i], col=’red’)

}

k<- c(”gaussian”, ”epanechnikov”, ”rectangular”, ”triangular”,

”biweight”, ”cosine”)

judul<- c(”Kernel:GAUSSIAN”, ”Kernel:EPANECHNIKOV”,

”Kernel:RECTANGULAR”, ”Kernel:TRIANGULAR”, ”Kernel:BIWEIGHT”, ”Kernel:COSINE”)

par(mfrow = c(2, 3))

for (i in 1:6){

hist(x, breaks=15, xlab=”Nilai”, freq=FALSE, main=judul[i]) lines(density(x, kernel=k[i]), col=’red’)

Gambar

Gambar 1: Kurva Beberapa Fungsi Kernel
Tabel 1: Beberapa kernel dan nilai efisiensinya Kernel K(t) Efisiensi Epanechnikov 34 (1− 15 t 2 )√ 5 , untuk |t| &lt; √ 5 1 Biweight 15 16 (1 − t 2 ) 2 , untuk |t| &lt; 1 30873125  12 ≈ 0.9939 Triangular 1 − |t|, untuk |t| &lt; 1 243 250  12 ≈ 0.9859 Gaussian √ 1 2π e −(1/2)t 2 26π125  12 ≈ 0.9512 Rectangular 1 2 , untuk |t| &lt; 1 108125  12 ≈ 0.9295
Gambar 4: Pendugaan kepekatan dengan lebar jendela berbeda-beda
Gambar 5: Pendugaan kepekatan dengan kernel Gaussian untuk h berbeda

Referensi

Dokumen terkait

CRUISE (classification rule with unbiased interaction selection and estimation) merupakan salah satu metode berstruktur pohon non-biner yang tidak berbias dalam pemilihan

Teknik pengambilan sampel menggunakan salah satu metode Non Probabilty Sampling yaitu Purposive Sampling di mana anggota populasi dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan

Sistem-sistem informasi telah berkembang sebagai salah satu pengimplemetasian teknologi informasi dalam menjalankan fungsi bisnis perusahaan. Sistem informasi pada

 Salah satu prosedur clustering non hirarki adalah menggunakan metode K-Means clustering analisis, yaitu metode yang bertujuan untuk mengelompokan objek atau data sedemikian

Salah satu metode untuk meminimalkan biaya adalah Studi Rekayasa Nilai (Value Engineering), yaitu usaha yang terorganisir yang diarahkan untuk menganalisa fungsi yang

Tahap pertama dalam penelitian, kita melakukan penelitian kualitatif dengan metode focus group discussion (fgd). Fgd merupakan salah satu teknik popular dalam

Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan metode non paramatik Data Envelopment Analysis (DEA), oleh karena itu penelitian ini berusaha mengnalisis

metode studi kasus. 15) metode studi kasus adalah merupakan salah satu kasus terikat oleh waktu dan aktifitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara