• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DISTRIBUSI IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN KABUPATEN INDRAMAYU (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon) AKBAR TANJUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DISTRIBUSI IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN KABUPATEN INDRAMAYU (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon) AKBAR TANJUNG"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Karangsong dan PPI Eretan Kulon)

AKBAR TANJUNG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

BOGOR 2012

(2)

Karangsong dan PPI Eretan Kulon)

AKBAR TANJUNG

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

BOGOR 2012 

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon), Provinsi Jawa Barat adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

                  Bogor, Mei 2012   Akbar Tanjung C 44060752

(4)

Penulis dilahirkan di Indramayu, pada tanggal 19 Agustus 1987 dari pasangan Bapak Wakidi S. Pd dan Ibu Hj. Suerah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara memiliki adik perempuan yang bernama Sichris Lutviani.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Sindang, Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat dan lulus tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah di IPB penulis pernah aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2008-2009, sebagai anggota Departemen Transportasi dan Logistik (Translog), Pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Keluarga Mahasiswa Darma Ayu, Indramayu. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan Eretan Kulon).”

(5)

AKBAR TANJUNG, C44060752. Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikana Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon). Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan THOMAS NUGROHO.

Kabupaten Indramayu memiliki 14 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang strategis yaitu: PPI Tegalagung, Dadap, Juntinyuat, Lombang, Limbangan, Majakerta, Brondong, Singaraja, Karangsong, Cangkring, Eretan Wetan, Eretan Kulon, Sukahaji dan Ujung Gebang. Pertumbuhan aktivitas perikanan yang pesat terbukti di tahun 2010 sektor perikanan tangkap Kabupaten Indramayu memiliki jumlah produksi sebesar 34.585.015,00 kg dengan nilai produksi Rp241.998.234.000,00. Produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu sebanyak 48% berasal dari PPI Karangsong, 40% PPI Eretan Kulon, 1% PPI Tegal Agung dan 11% berasal dari PPI lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik distribusi dan mengetahui efisiensi pendistribusian hasil tangkapan. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengamatan dan pengambilan data primer diperoleh dari tiga pelabuhan yaitu PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon, kemudian mendeskripsikan dan mengkomparasikan karakteristik hasil tangkapan dari tiga PPI tersebut sehingga dapat memetakan distribusi hasil tangkapannya. Pendistribusian hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon terdapat dua wilayah pemasaran yaitu pendistribusian lokal dan pendistribusian secara regional. Hasil tangkapan yang berasal dari tiga PPI tersebut belum ada yang secara langsung didistribusikan keluar negeri (ekspor). Jalur distribusi hasil tangkapanya dimulai dari nelayan, TPI, bakul, eksportir dan konsumen. Penjualan ikan ke luar wilayah Indramayu memiliki nilai efisiensi sebesar 82,38% - 98,30% dengan menggunakan alat transportasi truk (truck) dan mobil pick up (L300) dengan wilayah distribusi DKI Jakarta. Komoditas ikan yang efisiensinya paling baik dari PPI Tegal Agung dan PPI Eretan Kulon dengan menggunakan kendaraan truk ataupun pick up (L300) adalah ikan pepetek. Komoditas ikan di PPI Karangsong yang paling efisien didistribusikan menggunakan truk dan pick up (L300) adalah ikan kembung.

Kata kunci : distribusi hasil tangkapan, hasil tangkapan, PPI Kabupaten Indramayu

(6)

© Hak cipta milik Akbar Tanjung, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1)Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2)Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

(7)

Kulon)

Nama Mahasiswa : Akbar Tanjung

NRP : C44060752

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Komisi Pembimbing I Komisi Pembimbing II

Dr. Iin Solihin S.Pi, M.Si Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si NIP: 19701210 199702 1 001 NIP: 19700414 200604 1 020

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M. Sc NIP: 19621223 198703 1 001

(8)

segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Analisis Distribusi Ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon).”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Dr. Iin Solihin S.Pi. M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing kedua, Dr. Ir. Mohammad Imron M.Si sebagai Ketua Komisi Pendidikan, Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, MT sebagai Komisi Pendidikan dan Dr. Ir Dinarwan MS sebagai dosen penguji tamu yang telah berkenan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu yang telah memberikan kesempatan, izin dan bantuan untuk melaksanakan penelitian skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada Ayahanda tercinta Bapak Wakidi S. Pd dan Ibunda tercinta Hj. Suerah yang selalu mendoakan dan memotivasi demi keberhasilan penulis. Penulis juga mengucapakan terimakasih kepada teman-teman angkatan 43 selama empat tahun terakhir telah mendukung dan mendoakan penulis dalam studi dan penelitian ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuanya kepada penulis.

Kami menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lanjutan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi insan akademis, para pengambil kebijakan serta siapapun yang membacanya. Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan karunia dan rahmat-Nya pada kita semua.

Bogor, Mei 2012

(9)

i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Permasalahan Penelitian ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Manfaat ... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi ... 4 2.1.1 Pengertian distribusi ... 4 2.1.2 Jenis distribusi ... ... 5 2.1.3 Unsur-unsur distribusi ... ... 6

2.1.4 Saluran dan skema distribusi ... ... 7

2.1.5 Lembaga distribusi ... ... 9 2.2 Pasar ... 9 2.2.1 Pengertian pasar... ... 9 2.2.2 Fungsi pemasaran ... ... 10 2.2.3 Pemetaan pemasaran ... 10 2.2.4 Informasi pasar ... 10 2.3 Pelabuhan ... 11

2.3.1 Definisi dan klasifikasi pelabuhan perikanan ... 11

2.3.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ... 11

2.3.3 Potensi perikanan Kabupaten Indramayu ... 12

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Alat ... 14

3.3 Metode Metode Penelitian ... 14

3.3.1 Metode pengumpulan data ... 15

3.3.2 Jenis data yang dikumpulkan... 15

3.4 Analisis Data ... 16

3.4.1 Karakteristik distribusi hasil tangkapan ... 16

(10)

ii

4.2 Keadaan Administratif ... 19

4.2.1 Iklim dan cuaca ... 20

4.2.2 Geomorfologi ... 21

4.2.3 Arus air laut ... 22

4.3 Unit Penangkapan Ikan ... 22

5.3.1 Kapal perikanan ... 22

5.3.2 Alat tangkap ... 23

5.3.3 Nelayan ... 24

5.3.4 Hasil tangkapan ... 25

5.3.5 Musim dan daerah penangkapan ... 28

5.3.6 Pelelangan hasil tangkapan ... 29

5.3.7 Retribusi pelelangan ... 30

5 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5.1 Pendaratan Hasil Tangkapan ... 31

5.1.1 Volume hasil tangkapan ... 31

5.1.2 Nilai produksi hasil tangkapan ... 34

5.3 Penanganan Hasil Tangkapan ... 35

5.3.1 Penanganan ikan diatas kapal ... 35

5.3.1 Penanganan ikan di TPI ... 36

5.5 Penjualan Hasil Tangkapan ... 37

5.5.1 Wilayah pemasaran hasil tangkapan ... 38

5.5.1 Jenis pemasaran hasil tangkapan ... 39

5.5.1 Jalur distribusi hasil tangkapan ... 41

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan ... 44

6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan ... 44

6.1.1 Harga penjual hasil tangkapan ... 44

6.2 Efisiensi Pendistribusian ... 45

6.2.1 Kendaraan pendistribusian hasil tangkapan ... 46

6.2.1 Nilai ekonomis hasil tangkapan ... 47

6.2.2 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ... 51

7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 55

7.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(11)

iii Halaman

1 Jenis data yang dikumpulkan ... 15

2 Panjang garis pantai dan banyaknya desa pantai menurut kecamatan di Kabupaten Indramayu ... 20

3 Banyaknya hari dan curah hujan menurut bulan di Kabupaten Indramayu ... 21

4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ... 22

5 Jumlah unit penangkapan menurut jenis alat penangkapan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu ... 23

6 Perkembangan jumlah alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ... 24

7 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ... 24

8 Volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ... 25

9 Komoditas hasil tangkapan dominan di Indaramayu menurut jenisnya pada tahun 2009 ... 27

10 Jumlah persentase biaya retribusi pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2009 ... 30

11 Jumlah produksi hasil tangkapan periode 2006-2010 ... 32

12 Nilai produksi hasil tangkapan periode 2006-2010 ... 34

13 Jumlah Produksi dan nilai produksi ikan hasil olahan tahun 2008 ... 43

14 Daftar harga pembelian menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon ... 44

15 Daftar harga penjualan menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon ... 45

16 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan truk ... 47

17 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) ……….……….. 47

18 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan kendaraan truk ………. 48

19 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) ………….………... 48

(12)

iv 21 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan

menggunakan kendaraan Pick up (L300) ……….………... 49 22 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung

kendaraan truk (truck) ………..… 52 23 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung

kendaraan Pick up (L300) ………... 52 24 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Karangsong

kendaraan truk (truck) ………... 52 25 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Karangsong

kendaraan Pick up (L300) ………... 53 26 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon

kendaraan truk (truck) ………..… 53 27 Jumlah persentase komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon

kendaraan Pick up (L300) ………... 53 28 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan berdasarkan

(13)

v Halaman

1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi ... 8

2 Peta lokasi penelitian Kabupaten Indramayu ... 19

3 Grafik pertumbuhan produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ... 26

4 Grafik pertumbuhan nilai produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 ... 26

5 Grafik pertumbuhan produksi lima komoditas ikan dominan pada tahun 2009 ………..……….. 28

6 Penyortiran hasil tangkapan menurut jenis ikan ... 31

7 Grafik perkembangan jumlah produksi PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon periode 2006-2010 ... 33

8 Diagram persentase volume hasil tangkapan di PPI Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 ... 33

9 Diagram persentase nilai hasil tangkapan di PPI Kabupaten Indramayu pada tahun 2010... 35

10 Penanganan hasil tangkapan ... 37

11 Peta pendistribusian hasil tangkapan dari Kabupaten Indramayu ... 39

12 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan ... 41

13 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan segar ... 42

(14)

vi Halaman 1 Data produksi hasil tangkapan 2009 Kabupaten Indramayu... 59 2 Data jumlah produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu

periode 2006-2010 ... 60 3 Data nilai produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu

periode 2006-2010 ... 61 4 Peta PPI di Kabupaten Indramayu ……… 62 5 Contoh perhitungan biaya distribusi ikan Tongkol dari PPI Tegal Agung

ke Jakarta (Pulang-pergi) dengan alat transportasi truck ... 62 6 Contoh perhitungan biaya distribusi ikan Tongkol dari PPI Tegal Agung

(15)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat Kabupaten ini berdiri pada tanggal 7 Oktober 1927 mempunyai wilayah yang berada di Pantai Utara Jawa Barat dengan garis pantai sepanjang 114,1 km dan memiliki 3 (tiga) pulau kecil yaitu Pulau Biawak, Pulau Candikian dan Pulau Gosong. Kabupaten Indramayu memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah, baik dari segi migas atau non migas. Salah satu potensi besar tersebut adalah sektor perikanan. Meskipun wilayah Kabupaten Indramayu sebagian besar merupakan daratan, namun sektor perikanan memiliki peranan yang cukup penting dalam membangun ekonomi daerah tersebut. Hal ini dikarenakan letak geografis kota ini terletak di jalur pantura dimana akses perekonomian menuju kota-kota besar sangat mudah dijangkau baik dari daratan dan lautan.

Pelabuhan perikanan yang mempunyai potensi produksi dan pemasaran hasil tangkapan yang cukup besar dan strategis adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Eretan Kulon, Karangsong dan Tegal Agung yang mempunyai potensi sumberdaya ikan sebesar 23.829,15 ton pertahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010). Selain potensi sumberdaya ikan yang ada ketiga PPI tersebut memiliki potensi pemasaran yang cukup baik, dilihat dari letak geografis yang strategis yaitu terletak di pesisir pantai Pulau Jawa dan didukung dengan sarana yang memadai.

Pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan sangat erat kaitanya dengan peran pelabuhan perikanan, maka sudah selayaknya sektor perikanan mendapat perhatian khusus oleh pemerintah setempat. Perhatian tersebut dapat berupa peningkatan fasilitas-fasilitas pada pelabuhan perikanan seperti tempat pelelangan ikan. Hal tersebut tentu sangat membantu dalam peningkatan kualitas ikan hasil tangkapan yang didaratkan oleh para nelayan sehingga menambah nilai jual ikan tersebut. Fasilitas-fasilitas yang seharusnya dimiliki oleh tempat pendaratan ikan atau pelabuhan perikanan adalah tempat bertambatnya kapal nelayan, tempat pelelangan ikan, dan pabrik es. Dengan tersedianya fasilitas ini maka para nelayan akan merasa lebih nyaman dalam mendaratkan hasil tangkapannya serta kualitasnya akan lebih baik.

(16)

Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil ikan segar dan ikan olahan, fakta tersebut dapat dilihat dari banyaknya warung-warung makan yang menjajakan menu-menu sea food selain itu beberapa makanan olahan yang bahan dasarnya ikan banyak ditemukan di sekitar Indramayu. Bukan hanya di Indramayu, Kabupaten Cirebon, Majalengka, Subang, dan Kuningan adalah daerah pengkonsumsi ikan. Hasil tangkapan ikan segar maupun dalam bentuk olahan sengaja didatangkan dari Indramayu.

Tugas pemerintah Indramayu terutama pelabuhan-pelabuhan tersebut dapat memfasilitasi produksi pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan, pelayanan administrasi, serta pengembangan pelabuhan di Kabupaten Indramayu. Sehingga dapat melancarkan proses pemasaran hasil tangkapan dan dapat meringankan biaya distribusi hasil perikanan.

Guna kelancaran proses distribusi hasil tangkapan maka pihak pelabuhan bertanggung jawab atas pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pendistribusian hasil tangkapan. Aspek penting yang dapat mendukung proses distribusi tersebut adalah transportasi, tempat penyimpanan, harga yang tepat, dan informasi pasar.

Seiring dengan peningkatan permintaan hasil perikanan baik dari dalam maupun luar negeri, maka pemerintah Indramayu khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan selayaknya dapat menentukan kebijakan yang baik demi terwujudnya bisnis perikanan tangkap. Analisis pendistribusian dan tingkat efisiensi hasil tangkapan perlu dipahami oleh pemerintah setempat dan instansi yang terkait didalamnya.

Penelitian ini akan menyelesaikan keragaman aktivitas yang ada pada proses distribusi hasil tangkapan dan tingkat efisiensi pendistribusiannya. Pada keragaman aktivitas, akan digambarkan pada bentuk peta informasi distribusi hasil tangkapan pelabuhan perikanan di Indramayu. Peta informasi distribusi tersebut akan memuat beberapa informasi diantaranya jalur distribusi, volume hasil tangkapan, dan harga hasil tangkapan di daerah distribusi. Manfaat dari pemetaan ini yaitu sebagai alat bantu dalam strategi distribusi secara lokal, nasional, dan internasional terutama bagi pelabuhan perikanan di Indramayu yang diorientasikan untuk memenuhi ketiga pasar di atas.

(17)

1.2 Permasalahan Penelitian

Permasalahan yang ada pada penelitian adalah belum diketahuinya :

1. Tingkat efisiensi pendistribusian hasil tangkapan di PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung;

2. Karakteristik distribusian hasil tangkapan di PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan karakteristik distribusi ikan di PP/PPI Kabupaten Indramayu, Jawa Barat;

2. Mengetahui efisiensi distribusi hasil tangkapan di PP/PPI Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan serta informasi yang bermanfaat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yang berhubungan dengan distribusi hasil perikanan dan efisiensi pendistribusinya sehingga dapat membantu dalam menentukan kebijakan pemerintah dan instansi terkait untuk perbaikan sistem distribusi hasil tangkapan pelabuhan perikanan di Indramayu yang akan datang.

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi

2.1.1 Pengertian distribusi

Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam distribusi terdapat dua kategori, yaitu:

1. Pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan sarana disribusi; dan

2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka distribusi adalah proses pemindahan hasil produksi dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan alat distribusi.

Menurut Mc Donald (1993) vide Malik (2006) Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan dan penanganan pesanan. Selain itu Mc Donald menyebutkan bahwa distribusi merupakan elemen keempat dari pemasaran tradisional yang mengacu pada cara suatu produk atau layanan dirancang sedemikian rupa sehingga bisa didapatkan oleh pelanggan. Distribusi meliputi beberapa kegiatan seperti: pengawasan pencatatan, proses pemesanan dan transportasi.

Lubis (2000) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu dengan distribusi hasil perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya menunjang timbulnya industri perikanan.

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), tata niaga adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Tujuan akhir dari tata niaga adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen, untuk mencapainya perlu dilaksanakan kegiatan tata niaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan penyebaran (dispersi). Ciri-ciri distribusi hasil perikanan yaitu:

(19)

Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan dan diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun, sedangkan pemasarannya tergantung pada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.

1) Pada umumnya para pedagang pengumpul memberi kredit (advancced payment) kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk mendapatkan bagian terbesar dari hasil perikanan pada waktu tertentu;

2) Saluran tata niaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari produsen (nelayan dan petani ikan), pedagang perantara sebagai pengumpul, grosir, pedagang eceran dan konsumen;

3) Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai ke konsumen pada umumnya meliputi proses-proses pengumpulan, penimbangan dan penyebaran dimana proses pengumpulan adalah penting; 4) Kedudukan terpenting dalam tata niaga hasil perikanan terletak pada para

pedagang pengumpul dalam fungsinya sebagai pengumpul hasil tangkapan; dan

5) Tata niaga hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat musiman, karena produksi berlangsung musiman dan ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.

2.1.2 Jenis distribusi

Menurut Moeljanto (1992), distribusi ikan dibagi tiga kelompok, yaitu: 1) Distribusi lewat jalan darat

Distribusi lewat jalan darat menggunakan sarana distribusi berupa gerobak, kereta api, truk terbuka atau truk boks yang dilengkapi unit pendingin mekanis. Pada distribusi ikan segar harus didinginkan sampai mendekati suhu 0ºC agar ikan dapat bertahan lebih dar 10 hari. Syarat untuk mempertahankan ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan ruang tetap terjaga.

2) Distribusi lewat laut

Distribusi laut tidak jauh berbeda dengan distribusi didarat. Distribusi lewat laut harus memiliki kontruksi palka pada kapal yang lebih baik karena

(20)

goncangan-goncangan di laut lebih sering terjadi, apalagi disaat cuaca buruk dan gelombang besar.

3) Distribusi lewat udara

Distribusi lewat udara hanya dapat dilakukan mengunakan pesawat terbang. Pesawat terbang adalah sarana distribusi yang paling cepat bila dibandingkan dengan sarana distribusi darat dan laut, tetapi biayanya paling besar. Oleh karena itu distribusi lewat udara tepat untuk mengangkut hasil tangkapan yang harganya mahal, dan memerlukan waktu yang singkat agar cepat sampai ditempat tujuan. Pendistribusian melalui udara hanya dilakukan pada saat-saat tertentu yang sekiranya harus menggunakan pesawat terbang.

2.1.3 Unsur-unsur distribusi

Siregar (1990) mengemukakan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi persyaratan bagi berlangsungnya proses distribusi, yaitu:

1) Ada muatan yang diangkut;

2) Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya; dan 3) Ada jalan yang dilalui.

Pada pelaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang merupakan unsur-unsur transportasi (Siregar, 1990), yaitu:

1) Sarana angkutan, berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang, dan menampungnya yang digerakan oleh mesin motor atau pergerakan lainnya.

2) Prasarana angkutan , terdiri dari;

a. Jalanan sebagai tempat pergerakan sarana angkutan.

b. Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasi.

Menurut Warpani (1990), distribusi diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak sembarang tempat. Selain itu, bahan baku tersebut harus melalui tahapan produk yang lokasinya tidak selalu di lokasi manusia sebagai konsumen. Kesenjangan jarak antara lokasi produksi, dan lokasi konsumen tersebutlah yang melahirkan distribusi.

(21)

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam distribusi ikan yaitu mengenai pola saluran pemasaran. Pada proses pemasaran hasil tangkapan ini dapat melibatkan beberapa golongan perantara, seperti:

1. Tengkulak desa;

2. Pedagang pengumpul di pasar lokal; 3. Pedagang besar (grosir);

4. Agen;

5. Pedagang eceran; dan 6. Eksportir.

2.1.4 Saluran dan skema distribusi

Menurut Swastha dan Ibnu Sukotjo (2000) vide Malik (2006), Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), yang dimaksud saluran distribusi adalah rangkaian pedagang yang menyalurkan barang-barangnya dari produsen ke konsumen melalui jual beli.

Kotler (1992), terdapat empat macam saluran distribusi :

1. Saluran tingkat nol (produsen-konsumen), disebut pula saluran pemasaran langsung terdiri dari produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat toko perusahaan.

2. Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen), mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak sebagai agen penjualan atau makelar.

3. Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen), mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri.

4. Saluran tingkat tiga (produsen-grosir-distributor-pengecer-konsumen), mempunyai tiga perantara penjualan. Masalah pengawasan semakin

(22)

meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya.

Sumber : (Pieter, 1983 vide Firman, 2009)

Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi

Hanafiah dan Saepuddin (1983) mengemukakan bahwa panjang pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor antar lain:

1) Jarak antara produsen dan konsumen; semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk; 2) Cepat tidaknya produk rusak; produk yang cepat rusak harus cepat diterima

oleh konsumen, dengan demikian produk menghendaki saluran yang cepat dan pendek;

3) Skala produksi; bila produksi dalam ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula; dan

4) Posisi keuangan pengusaha; produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang

K o n s u m e n Agen Agen Pedagang besar Pedagang besar

Pengecer Pengecer Pengecer Pengecer

(23)

keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi distribusi lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah.

Disrtibusi yang baik adalah yang mampu mengantarkan produk kepada konsumen pada kondisi yang dapat diterima dengan biaya yang minimum, sekalipun tujuan ini hanya sedikit memberikan petunjuk aktual, tidak ada sistem distribusi yang sekaligus memaksimalkan pelayanan pelanggan dan meminimalkan biaya distribusi. Pelayanan pelanggan maksimal berarti persediaan yang besar, transportasi yang lebih baik, banyak gudang dan akan menaikan biaya distribusi, sedangkan biaya transportasi yang murah, persediaan yang sedikit dan sedikit gudang (Kotler, 1992)

2.1.5 Lembaga distribusi

Lembaga pemberi jasa adalah lembaga yang memberi jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tata niaga yang dilakukan produsen atau pedagang perantara seperti bank, usaha pengangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).

Kegiatan distribusi terlibat berbagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi distribusi untuk menempatkan barang-barang dari produsen ke konsumen. Badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi-fungsi tata niaga dari produsen sampai ke konsumen disebut lembaga distribusi, termasuk dalam tata niaga ini adalah golongan produsen , pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).

2.2 Pasar

2.2.1 Pengertian pasar

Menurut Umar (2007), Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Selain istilah tersebut pasar merupakan sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Salah seorang ahli pemasaran mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakan. Jadi ada tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang

(24)

dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya.

2.2.2 Fungsi pemasaran

Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengemukakan bahwa proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen banyak kegiatan berbeda, kegiatan itu disebut sebagai fungsi-fungsi pemasaran, fungsi ini dilaksanakan oleh nelayan, lembaga pemasaran dan lembaga pemberi jasa. Fungsi-fungsi pemasaran dikelompokan menjadi tiga fungsi pemasaran yaitu:

1) Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubuangan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

2) Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga proses tersebut menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi penyimpanan dan funsi pengangkutan.

3) Funsi fasilitas adalah tindakan untuk memperlancar proses terjadinya pertukaran dan fungsi fisik yang menjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.

2.2.3 Pemetaan pemasaran

Pemetaan pemasaran merupakan kegiatan yang meliputi pemetaan wilayah pasar secara geografis baik dalam bentuk batas-batas geografis maupun luas arealnya. Kegiatan pemasaran juga mencakup pemetaan kuantitatif (banyaknya jenis ikan yang ditangani, asal produk dan kemana saja produk itu dijual, pemetaan harga dan lalu lintas. Kegiatan pemetaan ini berguna untuk mengetahui bagaimana nelayan, petani ikan dan petani pada umumnya mengkatkan produksi sesuai dengan pemesanan dan permintaan, bagaimana keadaan pemasaran dan cara-cara memperbaikinya dalam menghadapi pemesanan.

2.2.4 Informasi pasar

(25)

1) Pengumpulan informasi (fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul sekitar arus hasil tangkapan di pasar);

2) Komunikasi (penyampaian serta penyebaran informasi kepada pihak yang membutuhkan);

3) Penafsiran/interpretasi secara hati-hati atas informasi sehubungan dengan problema yang dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan; dan

4) Pengambilan keputusan sesuai dengan rencana dan kebijakan perusahaan, badan atau orang yang bersangkutan.

2.3 Pelabuhan Perikanan

2.3.1 Definisi dan klasifikasi pelabuhan perikanan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan.

Pengklasifikasian pelabuhan perikanan dibuat untuk mempermudah khususnya dalam pengelolaan pelabuhan dan pengembangan pelabuhan pada umumnya. Setiap negara memiliki kriteria sendiri dalam menentukan klasifikasi pelabuhan perikanan, hal ini tergantung dari tipe pengelolaan yang dipakai, kondisi ekonomi, politik, budaya, dan tujuan prioritas pengembangan dari negara yang bersangkutan (Lubis, 2005).

2.3.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Menurut Suboko (2000) vide Fitrian (2008), Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah suatu pusat kegiatan perikanan dan berfungsi sebagai prasarana untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kegiatan perikanan dalam berbagai aspek, yaitu:

1) Pelayanan pada industri perikanan. a. Tempat berlabuh kapal perikanan. b. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan.

(26)

c. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan. d. Pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan.

e. Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan.

f. Kawasan industri yang disediakan di PPI menjadi tempat untuk mendirikan pabrik-pabrik pengolahan, pabrik es, dan sarana komersial oleh swasta/industri.

2) Sebagai instrumen pemerintah dalam pembinaan usaha perikanan.

a. Sebagai pelayanan administrasi pemerintah seperti pembayaran pungutan.

b. Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. c. Tempat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan.

d. Pusat pengembangan masyarakat nelayan.

Usaha yang menunjang peningkatan perikanan produksi perikanan laut, adalah dengan tersedianya parasarana ”Pelabuhan Perikanan” mempunyai arti yang sangat penting. Selanjutnya berkaitan dengan pengembangan agribisnis perikanan, tersedianya pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan mempunyai peranan sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam suatu agribisnis perikanan;

2) Meningkatkan aktifitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai; 3) Menunjang tumbuhnya usaha perikanan skala besar dan skala kecil; dan 4) Menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam di suatu wilayah.

2.3.3 Potensi perikanan Kabupaten Indramayu

Menurut Fitrian (2008), mengemukakan bahwa Indramayu merupakan daerah perikanan di utara Jawa Barat ynag produktif. Selain sumberdaya alam lainnya, hasil tangkapan ikan nelayan Kabupaten Indramayu memiliki kontribusi cukup besar terhadap PAD. Enam kabupaten atau kota yang lokasinya berada pada Pesisir Utara Jawa Barat, Kabupaten Indramayu merupakan penghasil ikan laut paling besar dibandingkan dengan daerah perikanan Pesisir Utara Jawa Barat lainnya yaitu sekitar 58,74% dari total produksi ikan utara Jawa Barat berasal dari Indramayu.

(27)

Jenis ikan laut yang didaratkan di Indramayu antara lain adalah layang (Decapterus sp.), bawal hitam (Farmio niger), kembung (Rastrelliger sp.), selar, tembang (Sardinella sp.), bawal putih (Pampus argentus), tongkol (Euthynus sp.), lemuru (Clupea longiceps), tengiri (Skomberomerus cammersoni), layur (Trichiurus sp.), teri nasi (Stelopherus indicus), petek (Leiognathus sp.), manyung (Arius sp.), cucut (Carchias sp.), pari (Dasyatis sp.), kakap (Lutjanus sp.), ikan terbang (Cypsilurus arcticeps), blanak (Mugil cephalus), kurau (Eleutheronema tetradactylum).

(28)

3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian lapangan ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2010. Lokasi penelitian ini meliputi PPI Karangsong, PPI Eretan Kulon, dan PPI Tegal Agung. Alasan pemilihan tiga pelabuhan tersebut dikarenakan ketiga pelabuhan tersebut mewakili secara geografis pelabuhan-pelabuhan yang berada di wilayah Kabupaten Indramayu yaitu bagian timur, bagian tengah dan wilayah bagian barat Indramayu, ketiga PPI tersebut juga memiliki tempat yang strategis dalam kegiatan pendistribusian ikan. Selain letak gografis yang strategis, pertimbangan pemilihan pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah tingkat operasionalnya (aktivitas pendaratan, pelelangan, dan pendistribusian) lebih mewakili dari semua pelabuhan yang ada di Kabupaten Indramayu.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Alat tulis;

2. Kamera Digital;

3. Recorder; dan

4. Lembar kuisioner.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitumeneliti keadaan unit usaha perdagangan dan sistem pendistribusian ikan pada kondisi sekelompok manusia pada waktu tertentu (kondisi saat penelitian) untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi pada objek yang diteliti (Pane, 2006). Ruang lingkup metode penelitian tersebut bersifat terbatas. Data yang dikumpulkan antara lain data primer yang diperoleh melalui wawancara terhadap para nelayan, tempat pendaratan ikan, manajer TPI, para bakul ikan di sekitar lokasi. Data sekunder diperoleh dengan pengambilan data dari BAPPEDA, BPS (badan pusat statistik) Kabupaten, Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu, skripsi dan studi literatur.

(29)

3.3.1 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Pengambilan data primer metode

yang digunakan adalah secara purposive sampling yaitu menjaring sebanyak

mungkin dari berbagai macam sumber untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik atau menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul (Pane, 2006). Pengambilan sampel pada penelitian ini sebanyak 5 (lima) orang bakul. Dengan catatan mempertimbangkan bahwa responden dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat mewakili pemilik informasi data yang ingin diperoleh dalam pengisian kuisioner.

3.3.2 Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data-data yang dikumpulkan pada penelitian analisis distribusi hasil tangkapan pelabuhan perikanan di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada tabel yang terdapat di bawah ini :

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan.

No Jenis data Data yang diambil pegambilan Cara

data

Tempat pengambilan

data Responden

1 Data Primer

1) Daerah tujuan hasil

tangkapan PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

2) Harga hasil tangkapan /

lima komoditas ikan

3) Kuantitas hasil tangkapan

di tiga PPI

4) Alat pengangkut hasil

tangkapan Pengamatan dan wawancara disekitar lokasi Instansi yang terkait di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon Nelayan, bakul, kepala TPI dari pelabuhan tersebut 2 Data Sekunder 1) Karakteristik unit

penangkapan ikan tahun periode 2006-2010

2) Jumlah hasil tangkapan

dari PPI Tegal Agung, Eretan Kulon dan Karangsong

UPT PPI

Indramayu Dinas Perikanan dan

Kelautan Indramayu

Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan

(30)

Tabel 1 Lanjutan

3) Volume produksi hasil

tangkapan Kabupaten Indramayu 2006-2010

4) Data harga rata-rata

penjualan hasil tangkapan di PPI Indramayu UPT PPI Indramayu Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu Petugas UPT PPI Indramayu Kordinator Dinas Perikanan dan Kelautan

Peta lokasi PPI Indramayu BAPPEDA

Indramayu BAPPEDA Kabupaten

Indramayu

Petugas BAPPEDA setempat Data tahunan jumlah armada

kapal ikan Kabupaten

Indramayu periode 2006-2010

UPT PPI

Indramayu Dinas Perikanan dan

Kelautan Indramayu Kordinator Dinas Perikanan dan Kelautan Data tahunan volume ikan

yang didaratkan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon periode 2006-2010 UPT PPI Indramayu Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu Kordinator Dinas Perikanan dan Kelautan 3.4 Analisis Data

3.4.1 Karakteristik distribusi hasil tangkapan

Aktivitas distribusi hasil tangkapan di tiga PPI Kabupaten Indramayu ini meliputi kegiatan yang terdiri dari: pendaratan hasil tangkapan, penanganan, pengangkutan, tempat tujuan hasil tangkapan. Aktivitas distribusi hasil tangkapan di tiga PPI Indramayu ini dijabarkan secara deskriptif komparatif berdasarkan data dan informasi yang didapat di lokasi penelitian.

Berdasarkan parameter data yang diperoleh diatas (pendaratan hasil tangkapan, penanganan, pengangkutan, tempat tujuan hasil tangkapan) kemudian dibuat kedalam bentuk peta. Analisis deskriptif dalam bentuk peta tersebut dibantu dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Software tersebut

digunakan pada saat pembuatan peta jalur distribusi ikan dan proporsi hasil tangkapan pada masing-masing PPI.

3.4.2 Efisiensi pendistribusian hasil tangkapan

Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya.

(31)

Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Menurut Soekartawi (1989), mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran akan terjadi jka terdapat parameter berikut ini :

1) Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan; 2) Pemasaran dapat lebih tinggi;

3) Prosentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak

terlalu tinggi; dan

4) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran.

Berdasarkan pengertian di atas maka analisis data yang digunakan dengan cara matematis untuk menentukan nilai efisiensi pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Nilai efisiensi distribusi

Komponen dari nilai efisiensi distribusi dantaranya seperti berikut ini: a. Biaya Total Pendistribusian (BP):

= Biaya pembelian hasil tangkapan + Biaya sewa kendaraan + Upah pekerja + Biaya Es + BBM

b. Nilai jual (NJ)

= Harga jual/kg X Jumlah kuantitas ikan c. Efisiensi distribusi

EP = Biaya Total Pendistribusian (BP) X 100%

Nilai jual (NJ)

Efisiensi distribusi pada dasarnya terjadi apabila terdapat peningkatan nilai jual dari hasil tangkapan perikanan yang didistribusikan dan dapat menutupi biaya operasional usaha pendistribusian dengan kata lain nilai jual melebihi biaya distribusi. Berdasarkan rumus di atas jika nilai efisiensi distribusi ≥ 100% berarti tidak efisien dan jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien, jadi semakin kecil nilai persentase tersebut maka semakin efisien.

(32)

2) Nilai ekonomis hasil tangkapan

Nilai ekonomis (pedagang) adalah selisih antara harga yang dibayarkan kepada penjual pertama dengan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir setelah dikurangi dengan biaya pemasaran (Sukartawi, 1993).

Nilai ekonomis diperoleh dari selisih harga penjualan dan pembelian hasil tangkapan dengan memperhatikan biaya distribusi ikan per kilogramnya. Analisis data secara matematis seperti berikut ini:

a. Biaya pendistribusian ikan/kg (HP) HP = Biaya Total Pendistribusian (BP) Jumlah kuantitas ikan

b. Nilai ekonomis (NE)

(33)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 107° 52’ - 108° 38’ Bujur Timur dan 6° 15’ - 6° 40' Lintang Selatan. Adapun batas-batas Kabupaten Indramayu yaitu sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka & Kabupaten Cirebon, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, dan di timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007).

Gambar 2 Peta lokasi penelitian Kabupaten Indramayu.

4.2 Keadaan Administratif

Secara administratif Kabupaten Indramayu terdiri dari 28 kecamatan, 320 desa, 5.603 RT dan 1.533 RW. Kabupaten Indramayu, terdapat 11 kecamatan yang merupakan kecamatan pesisir. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah 204.011 ha dengan 41,90 % merupakan tanah sawah dan memiliki garis pantai sepanjang 144,1 km yang terbentang dari Kecamatan Krangkeng sampai dengan Kecamatan Sukra (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007). Disamping mempunyai wilayah pesisir (pantai), Kabupaten Indramayu juga

(34)

memiliki 3 (tiga) pulau kecil yaitu Pulau Biawak, Pulau Gosong dan Pulau Candikian.

Tabel 2 Panjang garis pantai dan banyaknya desa pantai menurut kecamatan di Kabupaten Indramayu

No Kecamatan Banyak Desa Pantai Panjang Garis Pantai (km)

1 Balongan 3 5,4 2 Cantigi 2 16,0 3 Indramayu 4 5,9 4 Juntinyuat 6 11,5 5 Kandanghaur 5 12,6 6 Karangampel 1 1,1 7 Krangkeng 2 5,9 8 Losarang 1 11,9 9 Pasekan 5 30,6 10 Patrol 4 7,8 11 Sukra 2 5,4 Jumlah 35 144,1

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007 4.2.1 Iklim dan Cuaca

Secara umum keadaan iklim di Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan rata-rata per bulan adalah 200,08 mm, sedangkan rata-rata jumlah hari hujannya yaitu 3,25 hari/bulan. Indramayu adalah wilayah yang memiliki suhu udara harian yang berkisar antara 27°-34° C, dengan suhu tertinggi mencapai 30° C dan suhu terendah 18° C. Di Kabupaten tersebut juga memiliki curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm dan kelembaban udara berkisar 70-80%.

Curah hujan minimum adalah 47 mm yang terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 6.024 mm. Adapun curah hujan tertinggi meliputi beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu yaitu, Kecamatan Anjatan berskisar 1.865 mm/tahun, Kecamatan Haurgelis berkisar 1.865 mm/tahun. Kecamatan yang memiliki curah hujan terbanyak adalah Cikedung dan Gabus Wetan yaitu sebanyak 94 hari hujan/tahunnya.

Selain curah hujan yang bervariasi di setiap Kecamatan, yang ada di Kabupaten Indramayu. Angin adalah faktor penting yang mempengaruhi aktivitas penagnkapan ikan di wilayah perairan Indramayu. Sering dikatakan oleh para nelayan bahwa mereka tidak akan melaut jika kondisi cuaca sedang tidak baik. Angin yang bertiup pada bulan Desember adalah Angin Barat, sedangkan angin

(35)

yang bertiup pada bulan April adalah Angin Timur. Angin barat dan timur bergantian bertiup setiap 5-6 bulan sekali.

Tabel 3 Banyaknya hari dan curah hujan menurut bulan di Kabupaten Indramayu

Kecamatan Jumlah

Hari Hujan Curah Hujan (mm)

Balongan 75 1.003 Cantigi 76 981 Indramayu 131 1.267 Juntinyuat 90 1.427 Kandanghaur 53 998 Karangampel 91 1.503 Krangkeng 94 1.360 Losarang 68 1.004

Pasekan tad tad

Patrol tad tad

Sukra 98 1.643

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2007 Keterangan:

tad : tidak ada data

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari sebelas kecamatan curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Karangampel yaitu 1.503 mm, sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Indramayu. Oleh karena itu Kecamatan Indramayu lebih sering terjadi hujan dibandingkan kecamatan lainnya.

4.2.2 Geomorfologi

Topografi Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian antara 0-100 m di atas permukaan air laut dengan sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dengan kemiringan sekitar 0°-5° ke Utara. Ketinggian terendah berada di bagian utara dan semakin tinggi kearah selatan. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran landai dengan kemirigan lahan rata-rata 0-2%. Pada saat curah hujan tinggi beberapa wilayah di Indramayu akan muncul genagan-genangan air.

Topografi Kabupaten Indramayu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

1. Pada ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut (dpl), meliputi wilayah Kecamatan Anjatan, Kandanghaur, Losarang, Sindang, Lohbener,

(36)

Indramayu, Sliyeg, Juntinyuat, Karangampel dan wilayah Kecamatan Krangkeng;

2. Ketinggian antara 7-25 m diatas permukaan laut (dpl), meliputi wilayah Kecamatan Bongas, Gabus Wetan, sebagian Kecamatan Anjatan, Lelea, Widasari, Jatibarang, Kertasemaya, Cikedung dan Bangodua; dan

3. Ketinggian antar 25-100 m diatas permukaan laut (dpl), meliputi sebagian wilayah Kecamatan Cikedung dan Bangodua.

4.2.2 Arus Air Laut

Pasang-surut dan angin menentukan arah dan dan kecepatan arus air laut. Karakteristik air di wilayah utara pantai Jawa Barat termasuk Kabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh sifat pasang surut, yaitu tipe campuran dan cenderung harian ganda dengan dua kali arus maksimum selama 24 jam.

Magnetudo sebesar 0,65 knots dengan arah 299° (barat-barat laut) terjadi pada saat arus maksimum menuju pasang. Sedangkan pada saat arus maksimum pada saat surut memiliki magnitudo sebesar 0,4 knots dengan arah 145° (tenggara-selatan).

4.3 Unit Penangkapan Ikan 4.3.1 Kapal Perikanan

Kapal pelabuhan perikanan di Kabupaten Indramayu menggunakan kapal motor dan kapal motor tempel untuk menuju daerah penangkapan. Kapal motor adalah kapal yang memiliki memiliki mesin permanen (in board), sedangkan kapal motor tempel (out board) adalah jenis kapal yang mesinya dapat dilepas dari badan kapal.

Tabel 4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010

Tahun Jumlah Kapal (unit) Pertumbuhan (%)

2006 5.941 - 2007 5.950 0,15 2008 6.028 1,29 2009 6.028 0 2010 6.038 0,16 Rata-rata pertumbuhan 0,40

(37)

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kapal penangkap ikan yang dimiliki sektor perikanan tangkap Kabupaten Indramayu pada 5 periode terakhir memiliki nilai persentase perkembangan rata-rata 0,40 % tiap tahunnya. Peningkatan jumlah kapal penangkap ikan, terjadi pada tahun 2007, 2008 dan 2010. Perkembangan alat tangkap pada tahun 2009 adalah tetap dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan jumlah 6.028 unit armada penangkapan ikan.

4.3.2 Alat Tangkap

Pada umumnya alat tangkap yang berkembang di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu terdiri dari alat tangkap pelagis dan alat tangkap demersal. Jumlah alat tangkap menurut jenis alat penangkap ikan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5 Jumlah unit penangkapan menurut jenis alat penangkapan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu

No Jenis alat tangkap (unit) Jumlah Alat Tangkap (unit)

1 Payang 944

2 Dogol 138

3 Pukat Cincin 187

4 Pukat Pantai 1.173

5 Jaring Ingsang Hanyut 2.861

6 Jaring Ingsang Lingkar 68

7 Jaring Klitik 334

8 Jaring Insang tetap 138

9 Sero 78

10 Pancing 143

11 Alat Lainnya 1.187

Jumlah 7.251 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010

Berdasarkan Tabel 5 di atas Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 memiliki jumlah alat penangkap ikan sebanyak 7.251 unit. Alat tangkap yang paling panyak dioperasionalkan adalah jaring insang hanyut dengan jumlah 2.861 unit. Jaring insang lingkar adalah unit alat tangkap yang jumlahnya paling kecil yatu sebanyak 68 unit. Berdasarkan data di atas masyarakat Kabupaten Indramayu pada umumnya menggunakan jaring ingsang dan pukat pantai. Perkembangan jumlah alat tangkap yang dimiliki Kabupaten Indramayu pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(38)

Tabel 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010

Tahun Jumlah alat tangkap (unit) Pertumbuhan (%)

2006 6.067 - 2007 6.113 0,75 2008 7.243 15,60 2009 7.243 0 2010 7.251 0,11 Rata-rata pertumbuhan 4,11

Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010 Berdasarkan Tabel 6 Kabupaten Indramayu pada tahun 2006 memiliki jumlah alat penangkap ikan sebanyak 6.067 unit kemudian meningkat sebesar 0,75% di tahun berikutnya. Tahun 2008 jumlah alat tangkap mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 15,60% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 tidak mengalami peningkatan. Akhirnya pada tahun 2010 terjadi pertumbuhan sebesar 0,11%. Rata-rata pertumbuhan jumlah alat tangkap di Indramayu selama 5 periode terakhir adalah 4,11% pertahun.

4.3.3 Nelayan

Nelayan yang berada di pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu rata-rata berasal dari penduduk daerah setempat. Berdasarkan kepemilikan sarana penangkapannya yaitu ada yang disebut nelayan pemilik yang artinya nelayan tersebut sebagai pemilik kapal dan alat tangkap atau umumnya disebut juragan. Tabel 7 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu periode

2006-2010

Tahun Jumlah Nelayan (orang) Pertumbuhan (%)

2006 34.683 - 2007 36.787 5,71 2008 36.787 0 2009 37.091 0,81 2010 37.518 1,13 Rata-rata pertumbuhan 1,91

Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Indramayu 5 tahun terakhir rata-rata 1,91% setiap tahunya. Pada Tabel 7 di atas terjadi peningkatan jumlah nelayan pada tahun 2007 dari tahun sebelumnya sebesar 5,71%, dan jumlah tersebut sama dengan tahun 2008. Pada tahun 2009 terjadi pertumbuhan kembali sebesar 0,81% dari tahun sebelumnya dan ditahun 2010 meningkat sebesar 1,13%.

(39)

Sehingga rata-rata pertumbuhan nelayan di Kabupaten Indramayu sebesar 1,91% pertahun.

4.3.4 Hasil Tangkapan

Produksi hasil tangkapan di pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu dapat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Kabupaten Indramayu periode 2006-2010 Tahun Produksi (kg) Pertumbuhan (%) Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) 2006 25.205.291,10 - 134.380.384.100 - 2007 23.851.487,70 -5,68 145.360.954.975 7,55 2008 30.668.798,68 22,23 206.969.729.400 29,77 2009 29.325.048,00 -4,58 197.024.396.300 -5,05 2010 34.585.015,00 15,2 241.998.234.000 18,58 Rata-rata 23.956.830,56 6,79 185.146.739.755 12,71

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, (2006-2010)

Produksi hasil tangkapan di pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu dapat dikatakan baik. Pada tahun 2006 produksi ikan sebesar 25.205.291,10 kg dan pada tahun 2007 menurun menjadi 23.851.487,70 kg. Pada tahun 2008 terjadi peninggkatan signifikan menjadi 30.668.798,68 kg. Produksi hasil tangkapan terjadi penurunan pada tahun 2009 menjadi 29.325.048,00 kg. Pada tahun 2010 hasil tangkapan meningkat menjadi 34.585.015,00 kg. Rata-rata produksi hasil tangkapan di Indramayu adalah 23.956.830,56 kg per tahun.

Nilai produksi hasil tangkapan pada tahun 2006 di Kabupaten Indramayu sebesar Rp134.380.384.100,00 pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp145.360.954.975,00. Pada tahun 2008 nilai produksinya meningkat cukup besar menjadi Rp206.969.729.400,00. Peningkatan nilai produksi terbesar terjadi pada tahun tertentu terjadi karena meningkatnya jumlah produksi hasil tangkapan. Dari kurun waktu lima tahun, nilai produksi hasil tangkapan terjadi penurunan pada tahun 2009 sehingga menjadi Rp197.024.396.300. Rata-rata nilai produksi hasil tangkapan sektor perikanan laut di Indramayu adalah sebesar Rp185.146.739.755 per tahunnya.

Berdasarkan Tabel 8 pertumbuhan produksi hasil tangkapan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(40)

Gambar 3 Grafik pertumbuhan produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010.

Pada Gambar 3 di atas, memperlihatkan bahwa nilai produksi ikan pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 5,7%. Pada tahun 2008 pertumbuhan produksi ikan meningkat sebesar 22,2% tetapi terjadi penurunan kembali pada tahun 2009 sebesar 4,6% dan kembali meningkat sebesar 15,2% pada tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu adalah sebanyak 12,71%. Sedangkan untuk pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4 Grafik pertumbuhan nilai produksi di Kabupaten Indramayu periode 2006-2010.

Gambar 4 memperlihatkan bahwa produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebanyak 7,5% namun jika kita perhatikan dengan Gambar 3 pada tahun yang sama maka terjadi kebalikan dari pertumbuhan tersebut. Hal itu disebabkan karena, pada saat produksi menurun

-10 0 10 20 30 2006 2007 2008 2009 2010 0 -5,7 22,2 -4,6 15,2 Pertumbuhan (% ) Tahun -10 0 10 20 30 2006 2007 2008 2009 2010 0 7,5 29,8 -5.05 18,6 Pertumbuhan (% ) Tahun

(41)

namaun pada saat yang sama harga komoditas ikan meningkat, maka menyebabkan nilai produksi tetap tumbuh. Pada tahun 2008 terjadi pertumbuhan yang terbesar selama kurun waktu lima tahun yaitu sebanyak 29,8%. Nilai hasil tangkapan menurun pada tahun 2009 sebesar 5,05% dan pertumbuhan kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 18,6%.

Komoditas hasil tangkapan di Kabupaten Indramayu terdapat beberapa jenis hasil tangkapan seperti: ikan manyung, selar, layang, bawal, kakap, tembang, lemuru, lidah, teri, terbang, peperek, kuniran, kuro, talang-talang, kembung, tengiri, tongkol, kerapu, cucut, dan pari. Berbagai jenis komoditas ikan tersebut salah satu faktor mempengaruhi nilai prduksi hasil tangkapan di Indramayu. Di bawah ini adalah lima komoditas ikan paling dominan yang dihasilkan sektor perikanan Kabupaten Indramayu:

Tabel 9 Komoditas hasil tangkapan dominan di Indaramayu menurut jenisnya pada tahun 2009

Jenis Ikan Triwulan (ton) Rata-rata

I II III IV Peperek 4.733,7 4.618,2 735,6 5.536,8 3.906,07 Tongkol 3.608,8 4.159,2 1.759,6 5.725,5 3.813,27 Tembang 1.236,7 3.427,8 1.819,5 630,9 1.778,72 Manyung 1.763,8 659,5 704,4 1.242,5 1.092,55 Kembung 1.183,4 386,7 1.818,8 774,8 1.040,92

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, (2010)

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari berbagai jenis hasil tangkapan yang ada di Kabupaten Indramayu (Lampiran 1) terdapat lima komoditas ikan yang paling dominan terdiri dari ikan peperek, tongkol, tembang dan kembung. Hasil tangkapan tersebut dikatakan dominan karena melihat produksi rata-rata hasil tangkapan per tiga bulan selama kurun waktu satu tahun. Ikan Peperek menempati posisi paling dominan dengan jumlah produksi sebanyak 3.906,07 ton per tahun kemudian tongkol sebesar 3.813,27 per tahun, tembang sebesar 1.778,72 ton per tahun, manyung sebesar 1.092,55 ton per tahun dan kembung sebesar 1.040,92 per tahun. Berdasarkan Tabel 9 maka berikut ini merupakan gambar grafik perkembangan hasil tangkapan berdasarkan lima kmoditas ikan:

(42)

Gambar 5 Grafik pertumbuhan produksi lima komoditas ikan dominan pada tahun 2009.

Gambar di atas menggambarkan bahwa produksi hasil tangkapan dari komoditas ikan peperek, tongkol, tembang, manyung dan kembung berbeda setiap triwulannya. Pada triwulan pertama dan kedua ikan Peperek paling dominan sedangkan pada triwulan ketiga ikan Tembang yang paling dominan. Pada triwulan keempat yang mendominasi produksi hasil tangkapan adalah komoditas ikan tongkol.

4.3.5 Musim dan Daerah Penangkapan

Letak geografis Kabupaten Indramayu sangat menguntungkan dalam industri perikanan tangkap. Wilayah yang berada di utara Pulau Jawa memiliki sumberdaya ikan yang cukup melimpah, sehingga akses untuk menuju daerah penangkapan jauh lebih mudah dibandingkan wilayah selatan Pulau Jawa.

Kabupaten Indramayu terdapat 3 (tiga) musim penangkapan yaitu: musim barat, musim timur dan musim peralihan. Musim barat biasanya berlangsung antara bulan Desember-April, musim timur berkisar anatara bulan Juni-Oktober dan musim peralihan terjadi pada bulan Mei dan bulan Nopember.

Setiap tahunnya industri perikanan Indramayu memiliki pertumbuhan yang positif. Daerah penangkapan ikan Kabupaten Indramayu berasal dari perairan Indramayu untuk kapal-kapal yang berukuran kecil, sedangkan kapal-kapal yang berukuran besar wilayah penangkapanya mencapai: perairan Kalimantan, Selat Malaka, Laut Jawa, Laut Masalembu (Jawa Timur), Perairan Bangka Belitung, Perairan Pulau Jantan, Perairan Pulau Subi dan Kepulauan Baulean.

0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

P roduksi (ton) Peperek Tongkol Tembang Manyung Kembung

(43)

4.3.6 Pelelangan Hasil Tangkapan

Hampir seluruh PPI di Kabupaten Indramayu memiliki tempat pelelangan ikan. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan tempat pelelangan ikan, bahwa diwajibkan hasil tangkapan dari laut harus dijual segara lelang di TPI. Berdasarkan peraturan tersebut mekanisme penjualan ikan telah dikelola secara formal.

Prose pelelangan ikan di semua PPI Kabupaten Indramayu pada umumnya dimulai pada pagi hari mulai pukul 09.00 – 15.00 WIB. Namun sering terjadi pada waktu hasil tangkapan yang didaratkan cukup banyak maka kegiatan pelelangan ikan selesai hingga sore hari. Beradasarkan hasil wawancara dan pengamatan, para bakul ikan yang mengikuti proses pelelangan di TPI terlebih dahulu menyerahkan uang jaminan kepada pengelola TPI sebesar 30-40%. Selanjutnya dilakukan proses penyelenggaraan pelelangan yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan pelelangan (tawar-menawar) harga ikan. Petugas yang ada di TPI dapat dibagi menjadi seperti berikut:

1) Juru reken karcis, bertugas memberikan karcis kepada nelayan atau juragan setelah ikan sudah di timbang;

2) Juru lelang, bertugas sebagai pemeriksa karcis dari nelayan yang ikanya akan dilelangkan serta memeriksa tanda peserta lelang pada bakul yang mengikuti proses lelang;

3) Juru blad, bertugas mencatat seluruh transaksi pada saat pelelangan yang kemudian diserahkan kepada juru rekap;

4) Juru rekap, bertugas membuat rekapan dari setiap transaksi pelelangan pada saat digunakan untuk administrasi melalui kasir;

5) Juru mutasi, mengikuti kegiatan pelelangan dan menegur peserta lelang (bakul) yang kedapatan keuangannya tidak mencukupi atau melakukan kecurangan;

6) Juru kendali, bertugas memberikan informasi peserta lelang dan mengendalikan peserta lelang serta mengawasi transaksinya;

7) Kasir, bertugas sebagai penerima uang jaminan, dan bertugas membayarkan hasil pelelangan; dan

(44)

8) SATPAM, bertugas menjaga keamanan proses pelelangan dan mengamankan orang yang akan mengacaukan kegiatan lelang.

4.3.7 Retribusi Pelelangan

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2005, pemerintah Kabupaten Indramayu beserta jajaranya menetapkan biaya retribusi sebesar 5% dengan rincian dapat dilihat pada tabel 9. Peraturan tersebut sudah efektif dilakukan di setiap TPI yang ada di Indramayu. Biaya retribusi sebesar 5 % tersebut diperoleh dari transaksi jual beli ikan yaitu nelayan sebesar 2,6 % dan pembeli atau umumnya disebut bakul sebesar 2,4 %. Pemungutan biaya retribusi hanya dapat dilakukan saat adanya proses pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan. Rincian biaya tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 10 Jumlah persentase biaya retribusi pelabuhan perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2009

Penerima Retribusi Besarnya Penerimaan Keterangan

PEMDA Tk. I 0,8 % - Penerimaan tersebut

harus dibayarkan secara kontan ( tidak dicicil)

- Jumlah persentase disamping diperoleh dari nelayan sebesar 2,6% dan Pembeli (bakul) sebesar 2,4%. PEMDA Tk. II 0,8 % Penyelenggara Lelang 1,65 % Tabungan 0,65 % Asuransi Nelayan 1,1 % Jumlah 5 %

Sumber: Data diolah dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2009

Berdasarkan Tabel 10 di atas aliran dana hasil pelelangan dibagi kepada pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat sebesar 0,8% kemudain pemerintah daerah Kabupaten Indramayu sebesar 0,8%. Penyelenggara lelang mendapatkan persentase peling besar yaitu sebanyak 1,65% dan sisanya ditabung 0,65%. Nelayan Kabupaten Indramayu memiliki simpanan asuransi sebesar 1,1% dari biaya retribusi.

(45)

5 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

Proses pendistribusian hasil tangkapan sangat perlu diperhatikan oleh para distributor baik bakul atau juragan, hal ini ditujukan untuk dapat menjaga mutu ikan agar tetap dalam kondisi baik. Cara penanganan yang tidak tepat pada hasil tangkapan dari saat proses penangkapan, pendaratan, penanganan dan pendistribusian tentu sangat mempengaruhi kualitas ikan teresbut.

5.1 Pendaratan Hasil Tangkapan

Pendaratan hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong, dan Eretan kulon biasnya langsung didaratkan di tempat pelelangan ikan (TPI) yang telah disediakan. Karena pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu mewajibkan semua hasil tangkapan yang masuk ke PPI harus dijual melalui proses pelelangan. Setiap nelayan di tiga PPI tersebut yang melakukan pendaratan biasanya menggunakan alat bantu yang dinamakan basket lansung di pikul menuju TPI.

Sumber: Hasil pengamatan, 2010

Gambar 6 Penyortiran hasil tangkapan menurut jenis ikan

5.1.1 Volume hasil tangkapan

Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon tidak sama setiap harinya. Jenis ikan yang didaratkan antara lain:

(46)

tongkol, tengiri, hiu, cucut, kakap merah, manyung, pepetek, remang,trisi, kerapu, cumi-cumi, tembang, bawal dan ikan kembung. Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di tiga PPI tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Sementara itu, untuk hasil tangkapan di PPI dapat dilihat pada (Lampiran 2).

Tabel 11 Jumlah produksi hasil tangkapan periode 2006-2010

Tahun Tegal Agung (kg) PPI Karangsong (kg) PPI Eretan Kulon (kg) PPI Lainnya PPI

2006 32.310,00 10.775.665,00 7.103.515,00 7.293.801,10 2007 203.423,00 11.484.029,00 6.623.125,00 5.540.910,70 2008 199.990,50 13.407.995,00 12.568.814,00 4.491.999,18 2009 316.137,00 14.126.363,00 11.523.706,00 3.358.842,00 2010 450.088,00 16.525.820,00 13.804.757,00 3.804.350,00 Rata-rata 240.389,70 13.263.974,40 10.324.783,40 4.897.980,60

Sumber: Data diolah dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2010

Pada Tabel 11 jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Tegal Agung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari data lima periode tersebut pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Tegal Agung sebesar 3.432,50 kg. Rata-rata produksi di PPI tersebut adalah 240.389,70 kg per tahun.

Beradasarkan tabel di atas, PPI Karangsong setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah produksi. Rata-rata produksi hasil tangkapan di PPI Karangsong adalah sebesar 13.263.974,40 kg/tahun. Jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPI tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan PPI Tegal Agung dan Eretan Kulon. Hal tersebut terjadi karena PPI Karangsong adalah tempat pendaratan hasil tangkapan paling banyak di wilayah Indramayu.

Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Eretan Kulon setiap tahunnya terjadi peningkatan. Namun, pada tahun 2009 jumlah produksinya menurun sebesar 1.045.108,00 kg dari tahun sebelumnya. Rata-rata produksi hasil tangkapan di PPI Eretan Kulon adalah 10.324.783.40 kg per tahun.

Berdasarkan Tabel 11, tampak bahwa jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Karangsong paling besar dibandingkan di PPI Tegal agung dan Eretan Kulon. Sehingga perbandingan produksi tersebut dapat dilihat pada grafik produksi seperti gambar berikut ini:

(47)

Gambar 7 Grafik perkembangan jumlah produksi PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon periode 2006-2010

Berdasarkan produksi hasil tangkapan pada tahun 2010 di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon dikomparasikan dengan jumlah hasil tangkapan dengan PPI lainnya di Kabupaten Indramayu pada tahun yang sama dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 8 Diagram persentase volume hasil tangkapan di PPI Kabupaten

Indramayu pada tahun 2010

Berdasarkan Gambar 8 di atas, jumlah produksi hasil tangkapan Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 sebesar 34.585.015,00 kg dan pada tahun yang sama PPI Tegal Agung menghasilkan 450.088,00 kg ikan, maka PPI tersebut menyumbang 1% dari total keseluruhan produksi hasil tangkapan. PPI Karangsong menghasilkan produksi hasil tangkapan sebesar 16.525.820,00 kg sehingga PPI Karangsong menyumbang 48% hasil tangkapan. PPI Eretan Kulon

32.31 203.42 199.99 316.14 450.09 10,775.67 11,484.03 13,408.00 14,126.36 16,525.82 7,103.52 6,623.13 12,568.81 11,523.71 13,804.76 0.00 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00 18,000.00 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Produksi (ton) PPI Tegal Agung PPI Karangsong PPI Eretan Kulon PPI Tegal Agung 1% PPI Karangsong 48% PPI Eretan Kulon 40% ƩPPI Lainnya 11%

Gambar

Gambar 1  Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi
Tabel 1  Jenis data yang dikumpulkan.
Tabel 1 Lanjutan
Gambar 2  Peta lokasi penelitian Kabupaten Indramayu.
+7

Referensi

Dokumen terkait