3 METODE PENELITIAN
6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN
6.2 Efisiensi Pendistribusian
6.2.2 Nilai ekonomis hasil tangkapan
Nilai ekonomis hasil tangkapan pada dasarnya terjadi bila ada perubahan harga suatu komuditas ikan dari harga pertama ikan itu dijual menuju pembeli dalam satu wilayah atau diluar wilayahnya. Menurut Fujianti (2003) dalam Krisdiyanto (2007) mengemukakan bahwa suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup modal transportasi, dimana ada kaitan antara transportasi dengan produksi dalam arti “pelemparan” produk tersebut ke pasar (market). Berikut ini adalah daftar nilai ekonomis pada masing-masing PPI : 1) PPI Tegal Agung
Tabel 16 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp)
Kembung 1.480 980 680 Manyung 980 980 680
Pepetek 980 980 680
Tembang 480 980 180
Tongkol 480 480 180
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 16, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Tegal Agung dengan tiga daerah pendistribusian memiliki nilai ekonomis yang variatif. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan Jakarta yaitu Rp1.480 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan tembang dan tongkol.
Tabel 17 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp)
Kembung 1.429 929 548 Manyung 929 929 548
Pepetek 929 929 548
Tembang 429 929 48
Tongkol 429 429 48
Tabel 17 menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 16. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.429 dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan tembang dan tongkol memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram.
2) PPI Karangsong
Tabel 18 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp)
Kembung 1.980 1.480 1.180
Manyung 480 480 180
Pepetek 480 480 180
Tembang 980 1.480 680
Tongkol 980 980 680
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 18, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Karangsong dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan DKI Jakarta sebesar Rp1.980 per kilogram dan Cirebon sebesar Rp1.180 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan manyung dan pepetek.
Tabel 19 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp)
Kembung 1.929 1.429 1.048
Manyung 429 429 48
Pepetek 429 429 48
Tembang 929 1.429 548
Tongkol 929 929 548
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Karangsong memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 18. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan kembung dengan daerah tujuan Jakarta dan Rp1.048 per kilogram untuk wilayah Cirebon dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan kembung dan tembang dengan daerah distribusi
Bandung nilai ekonomisnya sebesar Rp1.429 per kilogram sedangkan ikan manyung dan pepetek memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram untuk daerah tujuan Cirebon.
3) PPI Eretan Kulon
Tabel 20 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp)
Kembung 1.480 980 680
Manyung 1.980 1.980 1.680
Pepetek 1.480 1.480 1.180
Tembang 1.480 1.980 1.180
Tongkol 1.980 1.980 1.680
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 20, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Eretan Kulon dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan manyung dan tongkol memiliki nilai ekonomis paling besar dengan tujuan Jakarta dan Bandung yaitu sebesar Rp1.980 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp680 per kilogram untuk komoditas ikan kembung.
Tabel 21 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp)
Kembung 1.429 929 548
Manyung 1.929 1.929 1.548
Pepetek 1.429 1.429 1.048
Tembang 1.429 1.929 1.048
Tongkol 1.929 1.929 1.548
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Eretan Kulon memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 20. Nilai ekonomis paling besar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan manyung dan tongkol dengan daerah tujuan Jakarta dan Bandung. Ikan kembung untuk daerah distribusi Cirebon nilai ekonomisnya sebesar Rp548 per kilogram sehingga komoditas tersebut menjadi yang paling kecil nilai ekonomisnya.
Berdasarkan nilai ekonomis dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon, walaupun terdapat suatu komoditas dengan harga pembelian sama dan harga penjualan hasil tangkapan sama pada daerah tujuan tertentu namun jika alat transportasinya berbeda maka terdapat perbedaan nilai ekonomis. Pada alat transportasi distribusi menggunakan truck memiliki nilai ekonomis lebih besar dibandingkan dengan menggunakan Pick up (L300). Sehingga dapat dikatakan alat transportasi berupa truck menghasilkan nilai ekonomis hasil tangkapan lebih baik dibandingkan menggunakan Pick up (L300). Perbedaan itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Kapasitas muatan
Pada alat transportasi truck yang memiliki kapasitas 30 fiber (1 fiber setara dengan 125 kg ikan yang diberi es curah) atau sama saja dengan 3,75 ton ikan tongkol dalam 1 kali pengiriman sedangkan pada alat tarnsportasi Pick
up (L300) memiliki kapasitas 30 blong (1 blong setara dengan 70 kg ikan yang diberi es curah) atau setara dengan 2,10 ton ikan dalam 1 kali pengiriman. Berdasarkan perbedan tersebut, kapasitas truck memiliki jumlah muatan yang lebih besar dibandingkan Pick up (L300) sehingga jumlah hasil tangkapan lebih banyak yang dijual dan pada akhirnya keuntungan jauh lebih besar menggunakan truck. Oleh karena itulah nilai ekonomis ikan lebih besar menggunakan alat transportasi dengan truck dari pada nilai ekonomis ikan yang menggunakan alat transportasi Pick up (L300).
2) Biaya sewa kendaraan
Pada kendaraan truck biaya sewanya sebesar Rp1.500.000,00 (Lampiran 4) sedangkan biaya sewa pada kendaraan pick up (L300) sebesar Rp750.000,00 (Lampiran 5). Dari perbedaan nilai tersebut maka dapat mempengaruhi nilai biaya pendistribusian ikan per kilogramnya karena biaya sewa merupakan salah satu komponen dari biaya total distribusi. Oleh karena itu nilai ekonomis ikan tongkol yang menggunakan alat transportasi truck berbeda dengan Pick up (L300).
Hasil pelelangan ikan di PPI Karangsong, Tegal Agung dan Eretan Kulon menghasilkan perbedaan harga pembelian. Pada dasarnya para bakul berharap harga jual di TPI serendah mungkin, agar keuntungan mereka lebih besar. Perbedaan harga pembelian hasil tangkapan tersebut yang dapat mempengaruhi nilai ekonomis suatu komoditas ikan. Semakin besar selisih harga pembelian dengan penjualan maka semakin besar nilai ekonomisnya. 4) Harga jual
Harga jual komuditas ikan berbeda di wilayah tertentu, contohnya harga jual di Jakarta tidak sama dengan harga jual hasil tangkapan di Cirebon. Maka bila terjadi perubahan pada harga jual sedangkan harga pembelian sama akan mempengaruhi nilai ekonomisnya. Semakin besar perubahan harga penjualan maka semakin besar nilai ekonomis suatu komuditas ikan tersebut atau sebaliknya.