• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-Krpl) Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-Krpl) Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-Krpl)

Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

Ir. A h y a r, dkk I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini ermasuk di Indonesia. Berdasar undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah lama dilaksanakan di Indonesia, namun demikian hasil yang dicapai belum seperti yang diharapkan. Kebijakan diversifikasi pangan. diawali dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dengan menggalakkan produksi Telo , Kacang dan Jagung yang dikenal dengan Tekad, sampai yang terakhir adanya Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Walaupun telah berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu iindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010).

(2)

Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga.

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan.

Berdasar latar belakang tersebut, Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah Pangan Lestari ( Model KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya.

1.2. Tujuan

1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan

(3)

ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan.

3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, di kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

1.4. Keluaran

Ditemukannya satu model rumah pangan lestari di kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya yang melibatkan Keluarga dan Kelompok Tani/kelompok masyarakat.

1.5. Manfaat

a. Menjamin kesinambungan persediaan pangan dan gizi keluarga dengan pemeliharaan, peningkatan kualitas, nilai dan penganekaragaman pemanfaatan pekarangan melalui pengelolaan sumberdaya lokal secara bijaksana.

b. Keluarga dan Kelompok Tani/kelompok masyarakat yang mampu secara eknomi dan sosial untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari menuju keluarga dan kelompok masyarakat yang mandiri dan sejahtera

II. RUANG LINGKUP

Pelaksanaan kegiatan pembangunan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di kabupaten Pangkep terdiri dari beberapa tahapan, yakni :

(4)

2.1. Persiapan meliputi : pengumpulan informasi mengenai potensi sumberdaya wilayah dan kelompok sasaran, kordinasi dengan instansi terkait untuk membuat kesepakan tentang calon kelompok sasaran dan lokasi, pembuatan TOR dan Proposal kegiatan.

2.2. Pembentukan Kelompok sasaran : yakni kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun warga atau dalam satu dusun/kampung. Kelompok sasaran perdesaan dilibatkan 25 rumah tangga.

2.3. Sosialisasi : dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan terhadap kelompok sasaran, pemuka masyarakat, serta instansi pelaksana terkait.

2.4. Membuat rancang bangun pemanfaatan pekarangan dengan menanam berbagai jenis tanaman pangan,sayuran, tanaman obat, ikan, ternak, dan pengelolaan limbah rumah tangga.

2.5. Pelatihan : dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan. Kegiatan pelatihan bersifat pembinaan sumber daya manusia terutama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan setiap peserta dalam mengelolaan lahan pekarangan. Sehingga pada akhirnya akan mempermudah pencapaian tujuan MKRPL. Pelatihan meliputi :teknik budidaya, pengelolaan limbah, dan penguatan kelembagaan kelompok.

2.6. Pelaksanaan dan pengawalan teknologi serta kelembagaan. Kegiatan dilakukan oleh anggota kelompok sasaran dibawah bimbingan peneliti, penyuluh, dan petani andalan. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD).

2.7. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan kegiatan, menilai kesesuai pelaksanaan dengan rencana kegiatan.

2.8. Pelaporan dilakukan pada akhir kegiatan yang dipertanggung jawabkan memalui pemaparan pada seminar hasil.

(5)

III. METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Harapan di Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone. Kegiatan ini berlangsung pada bulan Mei sampai Desember 2011. Pemilihan Lokasi MKRPL di Desa ini adalah hasil penilaian dari beberapa lokasi yang pernah diterapkan pemanfaatan pekarangan dengan sayur-sayuran dan tanaman obat. Selain dari pada itu jarak dari ibu kota kecamatan hanya 5 km, dan dari ibu kota kabupaten tidak terlalu jauh, yaitu 18 km arah selatan. Pertimbangan lain yaitu kinerja KWT Tunas Harapan sangat kompak sesama anggota dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Kantor Ketahanan Pangan Bone, serta antuasiasme calon peserta KRPL yang tinggi diharapkan dapat menjadi indikator utama keberhasilan pelaksanaan MKRPL di kabupaten Bone

.

3.2. Tahapan Pelaksanaan

3.2.1. Rencana pelaksanaan MKRPL di kabupaten Bone diawali audiensi dengan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Kepala Badan Ketahanan Pangan, serta beberapa koordinator penyuluh se kabupaten Bone.

3.2.2. Pertemuan koordinasi dengan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) sebagai tindak lanjut hasil audiensi dengan Bupati Bone.

3.2.3. Penentuan lokasi kegiatan adalah hasil koordinasi Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan disepakati bahwa sebagai langkah awal kegiatan akan dilaksanakan pada KWT Tunas Harapan di Desa Kalibong Kecamatan Sibulue, yakni 25. rumah tangga. Hal ini dilakukan karena Pemerintah Daerah Bone juga berupaya untuk menganggarkan dana untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan. 3.2.4. Sosialisasi : dilakukan terhadap penyuluh dan calon paserta serta pihak

(6)

G

3.2.5. Observasi Lapang Disamping wawancara, juga dilakukan kunjungan langsung ke masing-masing rumah tangga calon peserta untuk mendapat gambaran kondisi masing-masing rumah dan pekarangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai pendukung penentuan Model KRPL yang akan dibangun.

3.2.6. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD),

Kebun bibit desa (KBD) dibangun di pekarangan Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Desa.

3.2.7. Penataan pekarangan

Kegiatan KRPL yang dilaksanakan di Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone pada kelompok wanita tani Tunas Harapan. Penataan penkarangannya ditempatkan rak dan bedengan. Model rak diperdesaan spesifik lokasi karena dilokasi tersebut banyak terdapat bambu jadi bahan yang dipergunakan adalah bambu.

3.3 Metode Pelaksanaan

Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dengan terrlebih dahulu melakukan sosialisasi kegiatan, mempersiapkan lahan untuk Kebun Bibit Desa (KBD) dan lahan pekarangan di rumah-rumah penduduk, melaksanakan pelatihan-pelatihan, penanaman, PHT, monitoring serta panen.

(7)

Tahapan Pelaksanaan MKRPL adalah sebagai berikut : 1. Persiapan yang meliputi :

- Koordinasi dengan dinas terkait tingkat kabupaten dan klarifikasi data calon petani dan calon lahan.

- Pertemuan yang dihadiri oleh Badan Ketahanan Pangan dan Badan Pelaksana Penyuluhan di Kab. Bone, perangkat desa, PPL, tokoh masyarakat, KWT (Kelompok Wanita Tani) dari perdesaan dll.

2. Sosialisasi Kegiatan, dilaksanakan pada lokasi KWT Tunas Harapan di Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone yang dihadiri oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan calon peserta yang didampingi oleh para penyuluh di Kecamatan Sibulue.

3. Persiapan lahan Kebun Bibit Desa (KBD) serta lahan-lahan pekarangan dirumah tangga peserta dengan memperlihatkan contoh-contoh rak yang akan dipergunakan untuk pertanaman.

4. Pelatihan-pelatihan berupa, bagaimana cara membudidayakan tanaman sayuran, tanaman toga, pengendalian hama dan penyakit tanaman, beternak, dan pemeliharaan ikan di kolam.

5. Penanaman di KBD serta dipekarangan rumah tangga peserta dengan mengambil bibit yang telah disemaikan terlebih dahulu di KBD.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman yang dibudidayakan 7. Melaksanakan monitoring kegiatan yang telah dilaksanakan

8. Melaksanakan panen dari tanaman-tanaman yang dibudidayakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kabupaten Bone,

Keadaan Umum Wilayah

Kabupaten Bone adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan,dengan luas wilayahnya 4.555.9 km2 atau 7,3 % dari luas Propinsi Sulawesi Selatan. Terletak pada posisi 140 13” sampai 50 06” lintang selatan dan antara 1190 42” sampai 1200 3” bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut:

(8)

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Soppeng dan wajo  Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa.  Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone,

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep dan Barru.. Topografi wilayahnya sangat bervariasi, mulai dari landai (umumnya bagian timur, utara) kemudian kearah barat dan selatan ,bergelombang, sampai curam. Kemiringan wilayah ini dibedakan atas :kemiringan 0-2% sekitar36% kemiringan 2-15% adalah 20%, kemiringan 15 sampai 40% sebanyak 25%, dan > dari kemiringan 40% seluas 19% lebih.

Beriklim Tropis, dengan suhu udara berkisar 260 sampai 430 Celsius. Pada peroide April – September bertiup angin timur yang membawa hujan, yang lazim disebut Pola Curah Hujan Sektor Timur. Sebaliknya pada bulan Oktober samapai Maret bertiup angin barat, (Pola Curah Hujan Sektor Barat),dimana wilayah ini menjadi zone bayangan hujan,dan mengalami musim kemarau. Pada periode ini petani pada umumnya menanam palawija pada sawah tadah hujan dan padi gadu pada wilayah yang beririgasi. Sebagaian kecil wilayah Kabupaten Bone yang tergololong wialayah peralihan dan mendapat dua pola curah hujan, barat dan timur yakni wilayah Kecamatan Bontocani dan Libureng. Rata-rata curah hujan dan hari hujan 5 tahun terakhir Kebupaten Bone adalah 2500 mm dengan 200 hari hujan.

Luas lahan Kabupaten Bone adalah 455.900 ha, (2007) terdiri dari sawah 88.449 ha, tegalan/kebun 81.035 ha, padang rumput/pengembalaan 49.322 ha, hutan rakyat 7.323 ha, hutan negara 125.316 ha, tambak 9.809 ha, kolam/waduk 125 ha dan pemukiman 16.579,serta penggunaan lainnya Data demografi tercatat bahwa penduduk wilayah Kabupaten Bone adalah 685.950 jiwa, terdiri dari laki-laki 324.488 jiwa dan perempuan 361,102 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,25%. Jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian tercatat 177..672 orang atau 25,91%. Berdasarkan oganisasi pemerintahan, Kabupaten Bone terdiri dari 27 Kecamatan, 333 desa dan 27 kelurahan (360 desa/kelurahan)., Pengelompokan wialayah berdasarkan letak dan karakter fasilitas, infrastruktur, terutama fasilitas transfortasi/jalan adalah :

(9)

a. Wilayah bagian barat, (7 kecamatan), meliputi : 1.Lamuru, 2.Lappariaja, 3.Bengo, 4.Libureng, 5.Tellu LimpoE, 6..Ulaweng, dan 7.Amali.

b. .Wilayah bagian tengah (7 kecamatan), terdiri dari :1.Tanete Riattang, 2.Tanente Riattang Timur, 3.Tanente Riattang Barat, 4.Palakka, 5.Barebbo, 6.SibuluE, dan 7.Kecamatan Cina.

c. Wilayah bagian utara meliputi (5 kecamatan),1.TellusiattingE, 2.Dua BoccoE, 3. Cenrana, 4.Ajangale, dan 5.Awangpone.

d. Wilayah bagian selatan (8 Kecamatan), meliputi : 1 Mare, 2.Tonra 3.Salo-meko, 4Kajuara, 5.Kahu, 6.Bonto Cani 7.Patimpeng, dan 8.Ponre.

Dengan Potensi SDA dan SDM, Kabupaten Bone berusaha mencapai Visi Kabupaten, yakni terwujudnya Kabupaten Bone menjadi wilayah pertanian modern, tangguh, dan efisien, berbudaya industri, berbasis dipedesaan, dan memberdayakan petani maju, menuju masyarakat tani yang modern,sejahtera, sebagai pusat pengembangunan dan pelayanan di kawasan timur Sulawesi Selatan, serta sebagai pintu gerbang yang efektif menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tenggara serta kawasan timur Indonesia.

Posisi Kabupaten Bone adalah penyangga utama produksi pangan (padi, palawija) dan hortikultura Sulawesi Selatan, Demikian pula halnya pengem-bangan perkebuanan, peternakan dan komoditas pertanian pada umumnya. Serta P2SDS, dan lainnya.

4.2. Keragaan Kegiatan dalam gambar,

I. Lokasi

Nama Kelompok Wanita Tani : Tunas Harapan

Desa : Kalibong

Kecamatan : Sibulue

Kabupaten : Bone

Koodinat Lokasi (GPS) :

II. Jumlah KK yang terlibat awal (berdasarkan

Strata luasan lahan pekarangan) : 25 KK III. Perkembangan jumlah KK (per akhir Sept.

(10)

IV. Jenis Komoditas dominan yang dikembangkan :Cabai,Terong,Kacang panjang

Kondisi awal terlihat dalam gambar komoditas yang ditanam wanita tani dipekarangan rumahnya adalah ;cabai, terong dan kacang panjang (tidak Nampak dalam gambar karena sudah selesai penen tinggal kayu penopangnya.

Terlihat Prof. Djafar (sebagai anggota Tim) Baco bersama dengan penyuluh kecamatan dan Desa serta para anggota Wanita Tani Tunas Harapan, pada saat penetapan lokasi kegiatan di desa Kalibong Kec. Sibulue Kab. Bone

Terlihat dalam gambar suasana sosialisasi kegiatan M-KRPL yang dihadiri oleh Sekretaris Badan Ketahanan Pangan mewakili Kepala Badan bersama dengan 4 orang staf Kab. Bone dan Kepala Bidang SDM Bapaluh Kab. Bone bersama 4 orang Penyuluh Pertanian juga didampingi Kepala BPP Kecamatan Sibulue beserta 3 orang

Penyuluh

Terlihat Prof. Djafar Baco (sebagai anggota Tim) bersama dengan penyuluh kecamatan dan Desa serta para anggota Wanita Tani Tunas Harapan, pada saat penetapan lokasi kegiatan di desa Kalibong Kec. Sibulue Kab. Bone

(11)

Dalam gambar terlihat Ibu Kepala Desa Kalibong beserta anggota KWT Tunas Harapan pada kegiatan pelatihan M-RPL yang dilaksanakan pada akhir bulan Maret

2012 di bawah kolong rumah Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kab. Bone

Dalam gambar terlihat salah satu anggota pendampning (Andi Satna, SP) M-KRPL Kabupaten Bone menyerahkan beberapa jenis sayuran kepada Ketua KWR Tunas

Harapan (Dra. Hj. Mashita) untuk ditanam di pekarangan rumah anggota KWT.

Terlihat dalam gambar Kebun Bibit Desa ( KBD ) berukuran 4m x 6m berlokasi di pekarangan rumah

Ketua KWT Tunas Harapa, dan selalu tersedia benih berbagai macam sayuran yang disemaiakn untuk

(12)

Dalam gambar terlihat tanaman sayuran dalam berbagai bentuk/model media tumbuh yang berada pada pekarangan rumah masing-masing anggota KWT Tunas

(13)

Kegiatan M-KRPL di Desa Kalibong Kec. Sibulue Kab. Bone yang dilaksanakan KWT Tunas Harapan, bukan hanya di pekarangan rumah d para anggota, juga membikin kebun model yang senantiasa dapat dikunjungi yang diletakkan pada halaman mesjid Desa

(14)

4.2. Sinergi dengan Pemerintah Daerah, Lembaga Legislatif, dan Swasta Pelaksanaan M-KRPL di kabupaten Bone mendapat tanggapan positif baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bone, Lembaga Legislatif maupun pihak swasta. Pemerintah Daerah melalui Badan Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Pangan akan mengembangkan pemanfatan pekarangan dengan sayuran dan tanaman obat yang telah diprogramkam pada Tahun Anggaran 2013 dengan pendampingan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari ( MKRPL ) yang telah dicontohkan oleh BPTP di Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.

Gambar Suasana Temu Lapang yang dilaksanakan pada hari Sabtu 15 saptember 2012 di rumah Kepala Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone. Yang hadir pada saat temu lapang M-KRPL adalah Kepala Kantor Kecamatan Sibulue, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bone (diwakili) dan Kepala

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kab. Bone (diwakili). Peserta yang hadir dan diundang adalah anggota KWT Tunas Harapan Desa Kalibong, Ketua KWT Annisa Ghony Kelurahan Macanang Kec. Tanete Riattang Barat Ka. Bone dan

Ketua Kelompok Tani Wanuae Desa Samaelo Kecamatan Barebbo Kab. Bone. Selain itu juga hadir 2 orang Mitra usaha dari kota watampone. Dari BPTP Sulawesi Selatan adalah Tim Pendamping M-KRPL dan Pembina BPTP Salawesi Selatan Prof. Dr. Djapar Baco

(15)

V, Perhitungan Skor PPH No Kelompok Pangan Energi Aktual (Kkal/kap/ hr) % Aktual % AKE 3/ 2000 Bobot Skor Aktual 4/6 Skor AKE 5/6 Skor Maks Skor PPH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Padi-padian 1150 52,6 57,5 0,5 26,3 28,8 25 25 2 Umbi-umbian 75 3,4 3,8 0,5 1,7 1,9 2.5 1,9 3 Pangan Hewani 100 4,6 5,0 2,0 9,2 10,0 24 10 4 Minyak dan Lemak 600 27,5 30,0 0,5 13,7 15,0 5,0 5,0 5 Buah/Biji berminyak 50 2,3 2,5 0,5 1,1 1,3 1,0 1,0 6 Kacang-kacangan 65 3,0 3,3 2,0 6,0 6,5 10,0 6,5 7 Gula 50 2,3 2,5 0,5 1,1 1,3 2,5 1,3

8 Sayur dan Buah 200 8,7 10 5,0 19,4 25 30,0 25 9 Lain-lain 10 0,9 0,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 2300 104,8 115 73,2 132,7 100 75,7

Keterangan :

TKE : 2185/2000 x 100 = 109,3 %

Angka 2000 : angka kecukupan energy rata-rata nasional (hasil Widyakarya Nasional pangan dan Gizi, yang dilaksanakan 5 tahun sekali)

Kolom 4  kontribusi konsumsi energi aktual (kolom (3)/total pada kolom 3) Kolom 5  % terhadap total energi anjuran (kolom (3)/2000)

Kolom 7  % aktual dikalikan bobot (kolom (4)/kolom (6)) Kolom 8  % AKE dikalikan bobot (kolom (5)/kolom (6)) Skor PPH (hasil perhitungan) : 71,9

(16)

V. Masalah

1. Pelaksanaan kegiatan bertepatan dengan dimulainya pertanaman padi musim hujan. Curahan tenaga kerja lebih banyak difokuskan pada budidaya padi terutama di lokasi KRPL perdesaan, akibatnya kegiatan KRPL sedikit terkendala dalam pemeliraan.

2. Pada pemeliharaan sayuran agak terkendala, karena pada saat itu para peserta menghadapi masa panen padi sampai bulan September 2012 mempengaruhi kinerja peserta KRPL dan juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran, terutama yang ditanam di bedengan.

3. Untuk penanaman sayur selanjutnya, peserta KWT terkendala ketersediaan benih yang berkualitas yang hibrida.

VI. Upaya Pemecahan Masalah

1. Kegiatan yang tidak berhubungan dengan belanja bahan kegiatan seperti : koordinasi, sosialisasi, dan pelatihan tetap dilakukan dengan menggunakan dana talangan, sedangkan belanja bahan hanya dapat dilakukan setelah pencairan dana kegiatan.

2. Untuk efektif dan efisiennya curahan tenaga kerja yang terbatas, dilakukan kerja gotong royong pada sore hari dan hari minggu.

3. Menggiatkan kerja kelompok secara gotong royong yang melibatkan ibu-ibu dan bapak-bapak petani.

4. Memberikan informasi tempat-tempat ( took-toko) penjual bibit sayur.

VII. Kesimpulan

Kenyataan di lapangan yang dilakukan oleh para anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Harapan di Desa Kalibong Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone, dapat disimpulkan sebabagi berikut :

1. Setelah diberi pemahaman dan pelatihan secara teknis tentang budidaya sayur-sayuran kepada para anggota KWT, telah memberikan hasil yang dapat dinikmati oleh petani.

(17)

2. Pada umumnya para anggota telah menjual sayur hasil pekerangan dalam jumlah kecil dan lebih banyak dikonsumsi dalam rumah tangga.

3. Dapat menekan pengeluaran pembelian sayur untuk rumah tangga setiap hari, rata-rata sebesar Rp. 5.000,- s/d Rp.10.000,-

4. Anggota KWT Tunasa Harapan telah memberdayakan lahan pekarangan dengan menanam berbagai sayuran.

5. Sayur dari hasil pekarangan sudah menjadi buah tangan bagi keluarga yang berkunjung ke rumah anggota KWT Tunas Harapan.

VII. Organisasi Pelaksana

Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing bertanggungjawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci, peran setiap elemen tersebut adalah sebagai berikut:

Daftar Pelaksana Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Kabupaten Bone, 2012

No Pelaksana Instansi/Disiplin Ilmu Tugas/peran dalam kegiatan 1. Ir. Ahyar Sosek Pertanian Penangggung jawab 2. Prof. Dr. Djapar Baco Budidaya Pertanian Anggota

3. Dr. Ir. Abd. Gaffar, MSi Sosek Pertanian Anggota 4. Andi Satna, SP Budidaya Pertanian Anggota 5. Andi Faisal, SP Budidaya Pertanian Anggota

(18)

VIII. Jadwal Palang Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan M-KRPL akan disesuaikan dengan pencanangan Program RPL dan kesiapan pendanaan yang dianggarkan melalui DIPA BPTP Sulsel.

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan M-KRPL di Kabupaten Bone, 2012

No Uraian Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan 2. Sosialisasi 3. Pelaksanaan Lapang 4. Pelatihan 5. Monev 6. Pelaporan 7 Seminar Hasil IX. PEMBIAYAAN Uraian Kegiatan/Jenis

Pengeluaran Vol Satuan Biaya Satuan Jumlah Biaya Belanja Bahan

- ATK dan Komputer Suplies paket satu 1.000.000 1.000.000 - Penggadaan, jilid paket satu 500.000 500.000 - Bahan Paket satu 28.200.000 28.200.000

Honor 2.475.000 2.475.000

- Upah tenaga kerja

Belanja Non Operasional

- Pembuatan disain pekerangan 1.000.000 1.000.000 - Biaya Pelatihan 2.000.000 2.000.000 - Sosialisasi, Kordinasi,Apresiasi 2.000.000 2.000.000 - Temu Lapang 2.000.000 2.000.000 - Perjalanan 32.000.000 32.000.000 Total Dana 70.175.000

(19)

X. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari, Jakarta, 52 hal.

Gambar

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan M-KRPL di Kabupaten Bone, 2012

Referensi

Dokumen terkait

• Uang saku (Jika ada alokasi dari instansi pengirim), karena biaya hari libur tidak ditanggung Pusbindiklatren dan alokasi biaya SBM yang dirasakan kecil. • Biaya lain di

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa reaksi sintesis asam o-metoksisinamat dengan katalis piperidin dan piridin-piperidin (2:1) selama 5 jam pada suhu 80C telah

Mengaplikasikan dan mempamerkan pengetahuan dan kemahiran dalam bidang teknologi maklumat dan multimedia. Penyeliaan projek, kuliah, tutorial, seminar, kerja makmal, pembacaan

Bari dapat dipergunakan untuk menganalisa data pasien sehingga didapat informasi jumlah pasien RSUD Palembang Bari dari berbagai dimensi (waktu, pasien, asuransi,

Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan..  Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

Berdasarkan survei awal, wilayah Pantai Kalasey mengalami abrasi dan mengakibatkan hilangnya sebagian lahan daratan yang disebabkan oleh proses laut berupa gelombang dan

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang