• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum BReAD Unit 4.1.1. Sejarah Singkat BReAD Unit

BReAD Unit (Baking Research And Development Unit) merupakan program kerjasama Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB dengan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk – Divisi Bogasari dalam pengadaan pelatihan pembuatan roti dan kue yang diperuntukan bagi mahasiswa, civitas Institut Pertanian Bogor (IPB) serta masyarakat sekitar. BReAD Unit diresmikan pada tanggal 29 November 2010 oleh Rektor IPB.

BReAD Unit dilengkapi dengan fasilitas fisik yang memadai dan didukung oleh sumberdaya manusia yang mempunyai keahlian di bidang teknologi pangan khususnya di bidang baking technology. Fasilitas pengolahan di BReAD Unit dilengkapi dengan instrument analisis yang lengkap berkat dukungan penuh SEAFAST Center dan Deptemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas pengembangan produk di BReAD Unit diantaranya, yaitu bakery processing line, Noodle

processing linezer, Farinograph dan extensograph, rapid visco

analyzer, texture analyzer sertalaboratorium analisis sensori.

Tenaga ahli pendukung BReAD Unit memiliki pengalaman professional dalam pengembangan berbagai produk pangan berbasis

baking technology. Profesionalisme tersebut terbentuk baik melalui

pendidikan maupun pengalaman yang terbentuk selama bekerja sama baik dengan industry pangan maupun lembaga pemerintah.

Selain melakukan penelitian BReAD Unit juga menjual produk hasil produksinya dengan mendirikan outlet di Gedung PAU lantai dasar kampus IPB Dramaga Bogor. Produk yang dijual berupa bakery seperti

(2)

yang dijual BReAD Unit juga menjual minuman hangat seperti hot

chocolate, good day, coffe mix, teh manis hangat dan teh tawar hangat.

4.1.2. Visi BReAD Unit

BReAD Unit memiliki visi memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai cara produksi yang baik untuk produk-produk

bakery, meningkatkan mutu produk pangan pada usaha kecil menengah,

menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini khususnya untuk anak-anak usia sekolah. Selain itu BReAD Unit juga mengembangkan produk yang berbahan dasar tepung-tepungan berbasis sumberdaya lokal.

4.1.3. Struktur Organisasi

BReAD Unit memiliki struktur organisasi yang dikepalai oleh kepala pusat SEAFAST Center. Struktur organisasi ini dibuat agar setiap anggota dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Kepala pusat SEAFAST center ini dibantu oleh seorang sekartaris dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan teknis yang dilakukan di BReAD Unit diawasi dan diatur oleh seorang manajer teknis. Untuk proses produksi bakery dilakukan oleh dua orang di bagian produksi. Keuangan dan administrasi yang terdapat di BReAD Unit dilakukan oleh seorang staf keuangan dan administrasi. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi BReAD Unit dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Organisasi BReAD Unit

Administrasi dan  Keuangan  Produksi  Manajer Teknis 

Sekertaris SEAFAST Center  Kepala Pusat SEAFAST Center

(3)

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pada tahap awal penelitian, kuesioner yang telah diisi responden diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian kuesioner dilakukan terhadap 30 orang responden yang telah membeli bakery di BReAD Unit. Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi (r) antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan metode

Product Moment Pearson yang diolah menggunakan software SPSS versi

16.0 pada taraf tingkat kepercayaan 90% (α =0,1) dengan nilai r Tabel yang dipakai adalah 0,361. Hasil pengujian validitas kuesioner menunjukkan r hitung dari setiap atribut memiliki nilai antara 0,434 sampai dengan 0,810. Butir atribut dikatakan valid apabila r hitung > r Tabel. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai r hitung > r Tabel, berdasarkan hasil tersebut menunjukkan seluruh atribut dalam kuesioner dinyatakan valid.

Setelah dilakukan uji validitas kuesioner dan kuesioner dinyatakan valid, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk pengujian reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha dengan software SPSS versi 16.0. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika nilai alpha

cronbach lebih dari 0,6. Berdasarkan hasil pengujian dengan teknik tersebut

menghasilkan nilai alpha sebesar 0,941 dari 30 responden. Nilai tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh atribut dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

4.3. Karakteristik Konsumen produk bakery BReAD Unit

Setelah menggunakan kuesioner penelitian yang diberikan kepada 100 responden, karakteristik konsumen bakery BReAD Unit memiliki beragam karakteristik. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit dapat dilihat dari

(4)

jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulan. 4.3.1. Jenis Kelamin

Gambar 5. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa konsumen yang membeli bakery BReAD Unit didominasi oleh konsumen yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 77 persen, sedangkan konsumen laki-laki sebanyak 23 persen. Konsumen perempuan yang membeli

bakery BReAD UniT lebih banyak dibandingkan konsumen laki-laki.

Hal ini dikarenakan perempuan memiliki kecenderungan lebih konsumtif untuk membelanjakan uangnya dan memiliki rasa keingintahuan untuk mencoba produk yang baru seperti bakery BReAD Unit dibandingkan laki-laki.

4.3.2. Usia

Gambar 6. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan usia 23%

77%

Laki‐laki Perempuan

97% 1% 1% 1% 17‐24  25‐30 31‐35 36‐40

(5)

Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit yang dilihat berdasarkan usia dari 100 responden yang diberikan kuesioner, diketahui bahwa konsumen yang membeli bakery ini mayoritas adalah orang-orang yang berusia 17-24 tahun yaitu mencapai 97 persen, kemudian diikuti konsumen dengan usia 25-30, 31-35 dan 36-40 masing-masing sebanyak 1 persen. Konsumen dengan usia 17-24 tahun memang sangat mendominasi usia konsumen pada penelitian ini karena konsumen pada usia tersebut senang untuk belanja dan memiliki rasa keingintahuan untuk mencoba suatu produk baru seperti produk bakery yang diproduksi BReAD Unit.

4.3.3. Status Pernikahan

Gambar 7. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan status pernikahan

Berdasarkan status pernikahannya dari hasil penggunaan kuesioner kepada 100 responden didapatkan bahwa sebagian besar konsumen

bakery BReAD Unit belum menikah dengan persentase sebanyak 98

persen, sedangkan sisanya 2 persen sudah menikah. Sebagian besar konsumen berusia 17 sampai 24 tahun dimana orang-orang dalam rentang usia ini rata-rata belum menikah.

2%

98%

Menikah

(6)

4.3.4. Pendidikan Terakhir

Gambar 8. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pendidikan terakhir

Karakteristik konsumen lainnya juga dibedakan berdasarkan pendidikan terakhir dari responden. Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, mayoritas konsumen bakery BReAD Unit memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 88 persen, diikuti S1 sebanyak 10 persen dan selanjutnya S2/S3 sebanyak 2 persen. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen bakery BReAD Unit didominasi oleh konsumen berpendidikan SMA/SMK.

4.3.5. Status Pekerjaan

Gambar 9. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan status pekerjaan 88% 10% 2% SMA/SMK S1 S2/S3 97% 3% Pelajar/Mahasiswa Pegawai Negeri

(7)

Berdasarkan pekerjaan, hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas konsumen bakery BReAD Unit didominasi oleh pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 97 persen, sedangkan sisanya sebanyak 3 persen adalah pegawai negeri. Hal ini dikarenakan outlet BReAD Unit terletak di dalam kampus Institut Pertanian Bogor yang sebagian besar populasinya adalah mahasiswa.

4.3.6. Pendapatan Per Bulan

Gambar 10. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pendapatan per bulan

Situasi ekonomi sangat mempengaruhi daya beli seseorang. Pendapatan merupakan sumberdaya yang digunakan konsumen untuk membeli barang yang akan dibelinya. Pendapatan akan menentukan seberapa banyak konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa konsumen bakery BReAD Unit sebagian besar berpendapatan < Rp. 1.000.000 sebanyak 70 persen, antara Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 sebanyak 24 persen, antara Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 sebanyak 4 persen, dan antara Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 sebanyak 2 persen. 70% 24% 4% 2% < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 ‐Rp.  2.000.000  Rp. 2.000.001 ‐Rp.  5.000.000 Rp. 5.000.001 ‐Rp.  10.000.000

(8)

4.3.7. Pengeluaran Untuk Konsumsi Bakery Per Bulan

Gambar 11. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulan

Karakteristik lain konsumen pada penelitian ini berdasarkan banyaknya pengeluaran untuk konsumsi bakery per bulannya. Hasil dari pengolahan data dari 100 responden yang diberikan kuesioner sebanyak 80 persen konsumen mengkonsumsi bakery < Rp. 50.000, selanjutnya diikuti konsumen yang memiliki pengeluaran per bulan antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000 untuk konsumsi bakery sebanyak 16 persen. Kemudian pengeluaran per bulan untuk konsumsi bakery antara Rp. 100.001 – Rp. 200.000 sebanyak 2 persen. Selanjutnya pengeluaran per bulan untuk konsumsi bakery antara Rp. 200.001 – Rp. 500.000 dan > Rp 500.000 masing-masing sebanyak 1 persen.

4.4. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Dalam penelitian ini, konsumen harus melakukan beberapa proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan proses, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

4.4.1. Pengenalan Kebutuhan

Dalam proses pengambilan keputusan konsumen pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal yang harus diawali oleh konsumen. Kebutuhan tersebut dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal yang menyebabkan dorongan untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. Untuk mengetahui kebutuhan konsumen bakery

80% 16% 1% 2%1% < Rp. 50.000 Rp. 50.000 ‐Rp.  100.000 Rp. 100.001 ‐Rp.  200.000 Rp. 200.001 ‐Rp  500.000

(9)

BReAD Unit dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai alasan/motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit dan manfaat utama yang dicari konsumen dari membeli bakery BReAD Unit.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alasan konsumen untuk membeli bakery BReAD Unit adalah karena rasa yang enak dari bakery tersebut sebanyak 61 persen. Dari hasil tersebut BReAD Unit harus mempertahankan rasa dari bakery yang diproduksinya sehingga akan menjaga loyalitas konsumen serta dapat menarik konsumen baru untuk membeli bakery tersebut. Alasan/motivasi konsumen selanjutnya adalah karena ingin mencoba sebanyak 12 persen. Hal ini dikarenakan bakery BReAD Unit merupakan produk baru yang berbahan dasar tepung substitusi (tepung jagung atau tepung ubi jalar) sehingga banyak konsumen yang ingin mencoba untuk membeli bakery tersebut.

Alasan lain yang berpengaruh adalah harga yang terjangkau sebanyak 9 persen dan pengaruh teman sebanyak 7 persen. Harga yang ditawarkan BReAD Unit untuk bakery yang dijualnya terjangkau karena harga merupakan pertimbangan bagi konsumen untuk membeli suatu produk bakery. Pengaruh teman juga alasan yang menjadi dorongan dari luar dimana dari pengaruh tersebut membuat konsumen ingin membeli bakery BReAD Unit setelah mendengarkan cerita dari teman tentang bakery tersebut. Sisanya yang menjadi alasan konsumen untuk membeli bakery BReAD Unit adalah sedang merasa lapar sebanyak 5 persen, kepopuleran produk sebanyak 1 persen, kemudahan memperoleh sebanyak 2 persen dan lainnya sebanyak 3 persen.

(10)

Tabel 4. Alasan atau motivasi konsumen membeli bakery BReAD Unit

Alasan/Motivasi Persentase (%)

Rasa yang enak 61

Harga terjangkau 9

Sedang merasa lapar 5

Kepopuleran produk 1 Ingin mencoba 12 Pengaruh teman/kerabat 7 Kemudahan memperoleh 2 Lainnya 3 Jumlah 100 Selain menganalisis alasan membeli bakery BReAD Unit,dalam pengenalan kebutuhan juga menganalisis Manfaat yang dicari konsumen setalah membeli bakery BReAD Unit. Dari hasil analisis manfaat terbesar yang dicari konsumen setelah membeli bakery BReAD Unit adalah sebagai camilan sebanyak 61 persen. Manfaat selanjutnya adalah menghilangkan rasa lapar sebanyak 25 persen dan produk yang bergizi sebanyak 13 persen. Kebanyakan konsumen masih menganggap

bakery sebagai produk sampingan, selain itu konsumen beralasan

bakery BReAD Unit memiliki rasa yang enak untuk dijadikan camilan.

Selain dijadikan camilan, bakery juga dianggap sebagai makanan untuk menghilangkan rasa lapar saat konsumen merasa dirinya sedang lapar. Hal lain yang menjadi nilai tambah dari bakery BReAD Unit adalah konsumen percaya produk bakery ini dapat memberikan manfaat sebagai produk yang bergizi.

Tabel 5. Manfaat utama yang dicari konsumen dari bakery BReAD Unit

Manfaat Persentase (%)

Menghilangkan rasa

lapar 25

Produk yang bergizi 13

Sebagai camilan 61

Lainnya 1 Jumlah 100

(11)

4.4.2. Pencarian Informasi

Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah pencarian informasi. Informasi dapat diperoleh konsumen dari berbagai sumber. Konsumen akan mencari informasi baik secara internal atau secara eksternal untuk mendapatkan kebutuhannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar konsumen bakery BReAD Unit memperoleh informasi yang berasal dari teman sebanyak 63 persen. Hal ini menunjukkan informasi mengenai bakery BReAD Unit sebagian besar menyebar dari cerita konsumen kepada temannya tentang bakery BReAD Unit. Selain teman, sumber informasi selanjutnya adalah berasal dari papan nama outlet sebanyak 32 persen. Papan nama outlet dapat menjadi alat promosi karena orang akan membaca dan melihat terdapat produk yang dijual saat melintasi outlet tersebut. Sedangkan sumber informasi lainnya tentang bakery BReAD Unit berasal dari keluarga sebanyak 3 persen, iklan dan lainnya masing-masing sebanyak 1 persen.

Tabel 6. Sumber informasi mengenai bakery BReAD Unit

Sumber Informasi Persentase (%)

Teman 63 Iklan 1 Keluarga 3

Papan nama outlet 32

Lainnya 1 Jumlah 100 Dalam proses pengambilan keputusan bakery BReAD Unit juga dipengaruhi oleh persepsi masing-masing konsumen terhadap kualitas produk bakery BReAD Unit jika dibandingkan dengan produk bakery lainnya sesuai dengan apa yang mereka tahu dan rasakan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 62 persen konsumen menganggap bakery BReAD Unit lebih baik daripada bakery lainnya. Sedangkan sisanya sebanyak 38 persen konsumen menganggap bakery BReAD Unit sama saja dengan bakery lainnya.

(12)

Tabel 7. Persepsi konsumen mengenai kualitas bakery BReAD Unit

Persepsi kualitas bakery BReAD Unit

Persentase (%) Lebih baik daripada

bakery lainnya

62 Sama aja dengan bakery

lainnya

38

Jumlah 100

Saat konsumen mencari informasi terdapat fokus perhatian yang difokuskan konsumen mengenai produk yang akan dibelinya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar konsumen memilih citarasa sebanyak 54 persen sebagai fokus perhatian penting terhadap bakery BReAD Unit. Seperti produk makanan lainnya konsumen menganggap citarasa menjadi fokus perhatian penting pada bakery karena suatu produk makanan akan banyak dibeli oleh konsumen jika memiliki citarasa yang lezat dan enak saat konsumen memakannya. Fokus perhatian terbesar kedua yang dipilih konsumen adalah harga sebanyak 14 persen. Kenyaman outlet dipilih konsumen sebanyak 12 persen sebagai fokus perhatian terhadap bakery BReAD Unit. Selanjutnya lokasi dan variasi jenis yang ditawarkan menjadi fokus perhatian penting konsumen masing-masing sebanyak 7 persen. Sisanya tekstur sebanyak 4 persen, bentuk dan ukuran serta fokus perhatian lainnya masing-masing sebanyak 1 persen sebagai fokus perhatian konsumen tentang bakery BReAD Unit.

Tabel 8. Fokus perhatian konsumen mengenai bakery BReAD Unit

Fokus Perhatian Persentase (%)

Harga 14 Citarasa 54

Bentuk dan ukuran 1

Tekstur 4 Lokasi 7 Kenyamanan outlet 12 Variasi jenis 7 Lainnya 1 Jumlah 100

(13)

4.4.3. Evaluasi Alternatif

Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah dengan konsumen melakukan evaluasi alternatif. Konsumen akan memproses informasi yang diperolehnya dengan mengevaluasi dan memberikan penilaian terhadap informasi tersebut. Dalam mengevaluasi informasi yang diperoleh tersebut konsumen akan memberikan perhatian terbesar terhadap atribut yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Dari hasil penelitian dapat diketahui atribut yang dipertimbangkan banyak konsumen dalam membeli bakery BReAD Unit adalah citarasa sebanyak 52 persen. Sedangkan harga menjadi pertimbangan terbesar kedua konsumen sebanyak 25 persen. Selanjutnya pertimbangan terhadap variasi jenis menjadi pertimbangan konsumen terbesar ketiga sebanyak 10 persen. Pertimbangan terhadap tekstur, lokasi dan kenyamanan outlet memiliki persentase yang sama sebanyak 4 persen serta sisanya sebanyak 1 persen potongan harga menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli bakery BReAD Unit. Citarasa merupakan pertimbangan paling utama yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk bakery. Karena citarasa menjadi atribut yang menjadi penilaian penting konsumen saat ingin membeli suatu makanan. Hal ini menjadi perhatian penting BReAD Unit dalam memproduksi bakery yang akan ditawarkannya kepada konsumen.

Tabel 9. Pertimbangan konsumen ketika membeli bakery BReAD Unit Atribut Persentase (%) Harga 25 Citarasa 52 Tekstur 4 Lokasi 4 Kenyamanan outlet 4 Variasi jenis 10 Potongan harga 1 Jumlah 100

(14)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat prioritas pilihan konsumen menunjukkan sebanyak 51 persen konsumen menjadikan bakery BReAD Unit sebagai prioritas pilihan dibandingkan dengan produk-produk bakery lainnya. Hal ini disebabkan karena konsumen bakery BReAD Unit percaya bakery tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan produk bakery lain yang dijual disekitar lokasi penjualan bakery BReAD Unit. Sedangkan konsumen yang tidak menjadikan bakery BReAD Unit sebagai prioritas pilihan sebanyak 49 persen. Oleh karena itu pihak BReAD Unit harus bisa meningkatkan loyalitas konsumennya dengan meningkatkan kualitas bakery yang diproduksinya.

Tabel 10. Prioritas pilihan konsumen terhadap bakery BReAD Unit

Prioritas pilihan terhadap bakery BReAD

Unit Persentase (%) Ya 51 Tidak 49 Jumlah 100 4.4.4. Keputusan Pembelian

Setelah mengevaluasi alternatif tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah tahap keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen akan melakukan pembelian dari alternatif terbaik yang dipilih untuk memenuhi kebutuhannya. Keputusan pembelian konsumen pada penelitian ini dilihat dari bagaimana konsumen memutuskan pembelian, siapa yang mempengaruhi dalam melakukan pembelian, seberapa sering konsumen mengkonsumsinya, jenis produk bakery yang sering dibeli, dan sikap konsumen terhadap promosi produk bakery lain. Konsumen dalam memutuskan pembelian terhadap bakery BReAD Unit dilakukan dengan dua cara, yaitu direncanakan membeli dan tidak direncanakan membeli.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mayoritas konsumen

(15)

terlebih dahulu sebanyak 51 persen. Sedangkan sebanyak 49 persen konsumen tidak merencanakan pembelian sebelum membeli bakery BReAD Unit. Kebanyakan konsumen melakukan pembelian secara terencana karena mereka sudah menentukan produk bakery yang akan dibeli sebelum mereka melakukan pembelian. Sedangkan konsumen yang tidak merencanakan pembelian sebelumnya tertarik membeli karena mendengarkan cerita orang lain atau melihat papan nama outlet dan pada saat itu juga mereka memutuskan untuk membeli bakery BReAD Unit.

Tabel 11. Cara konsumen memutuskan pembelian bakery BReAD Unit Cara Memutuskan Pembelian Persentase (%) Direncanakan membeli 51 Tidak direncanakan membeli 49 Jumlah 100 Konsumen dalam melakukan keputusan pembeliannya biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut biasanya bisa dari teman atau kerabat, kemauan sendiri, iklan, juga bisa dari papan nama yang dimiliki outlet tersebut. Dari hasil penelitian dapat diketahui pengaruh yang sangat mempengaruhi responden dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit berasal dari teman sebanyak 53 persen. Berdasarkan kemauan sendiri dalam melakukan keputusan pembelian sebanyak 42 persen. Sisanya sebanyak 5 persen konsumen melakukan keputusan pembelian terhadap bakery BReAD Unit karena pengaruh dari papan nama outlet yang dilihatnya. Teman merupakan pengaruh terbesar dalam keputusan pembelian konsumen bakery BReAD Unit kerena mereka sudah terlebih dahulu membeli dan mengkonsumsi

bakery BReAD Unit setelah itu menceritakan dan ikut mempromosikan

(16)

Tabel 12. Pihak yang mempengaruhi konsumen Pihak yang Mempengaruhi Persentase (%) Teman 53 Kemauan sendiri 42

Papan nama outlet 5

Jumlah 100 Selain pengaruh, analisis selanjutnya melihat seberapa sering konsumen dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit. Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui sebagian besar konsumen sebanyak 28 persen mengatakan lainnya (tidak tentu). Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit bukan merupakan suatu rutinitas. Konsumen membeli hanya pada saat adanya kemauan sendiri untuk membeli atau adanya pengaruh dari teman untuk membeli bakery BReAD Unit. Terbesar kedua sebanyak 25 persen konsumen melakukan pembelian satu kali sebulan. Selanjutnya terbesar ketiga sebanyak 20 persen mengatakan melakukan pembelian dua kali sebulan. Sisanya sebanyak 12 persen melakukan pembelian lebih dari 4 kali dalam sebulan, sebanyak 8 persen konsumen melakukan pembelian empat kali dalam sebulan dan sebanyak 7 persen konsumen melakukan pembelian dua kali sebulan untuk membeli bakery BReAD Unit.

Tabel 13. Frekuensi pembelian konsumen bakery BReAD Unit

Frekuensi Pembelian Persentase (%)

1 kali sebulan 25

2 kali sebulan 20

3 kali sebulan 7

4 kali sebulan 8

Lebih dari 4 kali sebulan 12 Lainnya (tidak tentu) 28

Jumlah 100

Dalam menganalisis keputusan pembelian konsumen dilakukan juga analisis untuk melihat jenis produk bakery yang sering dibeli oleh konsumen bakery BReAD Unit. Jenis produk bakery BReAD Unit yang paling sering dibeli konsumen berdasarkan hasil penelitian adalah sebanyak 47 persen konsumen membeli brownies. Jenis produk bakery

(17)

kedua yang paling sering dibeli adalah muffin dan ensaymada masing-masing sebanyak 25 persen. Sisanya sebanyak 3 persen konsumen

bakery BReAD Unit membeli chiffon cake.

Tabel 14. Jenis produk bakery BReAD Unit yang sering dibeli konsumen

Jenis Produk Bakery Persentase (%)

Muffin 25

Brownies 47

Chiffon cake 3

Ensaymada 25

Jumlah 100 Dari hasil penelitian mengenai sikap konsumen jika terdapat produk

bakery lain yang mengadakan promosi berupa potongan harga, tester

atau diskon sebanyak 51 persen konsumen menyatakan tidak akan beralih. Sedangkan sebanyak 49 persen konsumen menyatakan beralih ke produk bakery lain. Hal ini menunjukkan loyalitas konsumen bakery BReAD Unit yang tergolong rendah karena perbedaan persentase antara beralih dengan tidak beralih ke produk bakery lain hampir sama.

Tabel 15. Sikap konsumen jika bakery lain mengadakan promosi

Sikap Konsumen Jika

Bakery Lain Mengadakan Promosi Persentase (%) Beralih ke produk bakery lain 49 Tidak beralih 51 Jumlah 100

4.4.5. Perilaku Pasca Pembelian

Tahap akhir dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah perilaku pasca pembelian. Pada tahap ini konsumen akan mengevaluasi produk yang dibelinya. Hasil dari evaluasi tersebut berupa perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya. Konsumen akan membeli kembali produk yang dikonsumsinya jika merasa puas, sedangkan jika konsumen merasa tidak puas maka akan menimbulkan kekecewaan dan konsumen akan menghentikan pembelian kembali produk tersebut. Untuk mengetahui

(18)

perilaku pasca pembelian konsumen bakery BReAD Unit dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai tingkat kepuasan, sikap konsumen jika bakery BReAD Unit yang ingin dibeli tidak tersedia, sikap konsumen jika harga bakery BReAD Unit naik, minat konsumen untuk membeli kembali setelah mengkonsumsi, dan niat konsumen untuk merekomendasikan dan mempromosikan kepada orang lain untuk membeli bakery BReAD Unit.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, mayoritas konsumen bakery BReAD Unit merasa puas dengan persentase sebanyak 74 persen. Konsumen bakery BReAD Unit merasa puas karena bakery yang dikonsumsinya memberikan manfaat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Kepuasan tersebut akan berdampak pada pembelian kembali bakery BReAD Unit oleh konsumen. Kemudian konsumen yang merasa biasa saja setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit sebanyak 16 persen. Sisanya sebanyak 10 persen konsumen merasa sangat puas setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit.

Tabel 16. Sikap konsumen setelah membeli bakery BReAD Unit

Tingkat Kepuasan Persentase (%)

Sangat puas 10

Puas 74

Biasa saja 16

Jumlah 100

Berdasarkan hasil penelitian sikap konsumen jika bakery BReAD Unit yang ingin dibeli konsumen tidak tersedia mayoritas menjawab akan membeli produk bakery BReAD Unit lain dengan persentase sebanyak 62 persen. Sedangkan konsumen dengan persentase sebesar 33 % menjawab tidak jadi membeli bakery BReAD Unit. Sisanya sebanyak 5 persen menjawab akan mencari produk bakery lain.

(19)

Tabel 17. Sikap konsumen jika bakery BReAD Unit yang ingin dibeli tidak tersedia

Sikap Konsumen Jika

Bakery BReAD Unit

yang Ingin Dibeli Tidak Tersedia

Persentase (%)

Membeli produk bakery

BReAD Unit lain 62

Tidak jadi membeli 33

Mencari produk bakery lain

5

Jumlah 100 Jika terjadi kenaikan harga pada produk-produk bakery BReAD Unit, maka sebanyak 56 persen konsumen akan tetap membeli. Sedangkan sebanyak 30 persen konsumen akan membeli produk bakery lain dan sebanyak 14 persen konsumen tidak akan membeli. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga pada produk bakery BReAD Unit tidak akan mempengaruhi sebagian besar niat beli konsumen. Tetapi disisi lain terdapat konsumen yang mementingkan harga sehingga mereka akan beralih kepada produk bakery lain yang lebih murah.

Tabel 18. Sikap konsumen jika harga bakery BReAD Unit naik

Sikap Konsumen Jika Harga Bakery BReAD

Unit Naik

Persentase (%)

Akan tetap membeli 56

Tidak akan membeli 14

Membeli bakery lain yang lebih murah

30

Jumlah 100

Berdasarkan hasil penelitian terhadap minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang bakery BReAD Unit setelah mengkonsumsinya sebanyak 100 persen konsumen berminat melakukan pembelian ulang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen yang sebelumnya sudah membeli dan mengkonsumsi bakery BReAD Unit berminat untuk membeli kembali karena mereka merasa

(20)

puas setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Tabel 19. Minat konsumen melakukan pembelian ulang bakery BReAD Unit Minat Melakukan Pembelian Ulang Persentase (%) Ya 100 Tidak 0 Jumlah 100 Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui kesediaan konsumen untuk merekomendasikan dan mempromosikan bakery BReAD Unit. Dari data yang didapatkan sebanyak 96 persen konsumen bersedia untuk mempromosikan bakery BReAD Unit dan hanya 4 persen konsumen yang tidak bersedia mempromosikan bakery BReAD Unit kepada orang lain. Promosi yang dilakukan berupa kesediaan konsumen untuk menceritakan bakery BReAD Unit kepada orang lain mengenai kualitas dan citarasa yang dimiliki bakery tersebut. Promosi ini akan sangat berguna bagi BReAD Unit untuk menarik konsumen baru dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit.

Tabel 20. Kesediaan konsumen merekomendasikan dan mempromosikan bakery BReAD Unit

Kesediaan Konsumen Mempromosikan Bakery BReAD Unit Persentase (%) Ya 96 Tidak 4 Jumlah 100

Secara ringkas hasil dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen bakery BReAD unit dari mulai tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian dapat dilihat pada Tabel 21.

(21)

Tabel 21. Hasil proses pengambilan keputusan pembelian konsumen

Tahap Proses Hasil Pengenalan

Kebutuhan

Alasan/motivasi Rasa yang enak (61%) Manfaat utama Sebagai camilan (61%) Pencarian Informasi Sumber informasi Teman (63%)

Persepsi kualitas bakery

BReAD Unit

Lebih baik daripada produk bakery lainnya (62%)

Fokus perhatian

konsumen

Citarasa (54%) Evaluasi Alternatif Pertimbangan atribut Citarasa (52%)

Prioritas pilihan

terhadap bakery BReAD Unit

Ya (51%) Keputusan Pembelian Cara memutuskan

pembelian Direncanakan membeli (51%)

Pihak yang

mempengaruhi

Teman (53%)

Frekuensi pembelian Lainnya (tidak tentu) (28%)

Jenis produk bakery yang sering dibeli

Brownies (47%)

Sikap konsumen jika

bakery lain mengadakan

promosi

Tidak beralih (51%) Perilaku Pasca

Pembelian

Tingkat kepuasan Puas (74%) Sikap konsumen jika

bakery BReAD Unit

yang ingin dibeli tidak tersedia

Membeli produk

bakery BReAD Unit

lain (62%) Sikap konsumen jika

harga bakery BReAD Unit naik

Akan tetap membeli (56%) Minat melakukan pembelian ulang Ya (100%) Kesediaan konsumen mempromosikan bakery BReAD Unit Ya (96%)

4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

Analisis berikutnya yang dilakukan pada penelitian ini setelah mengetahui proses pengambilan keputusan konsumen adalah dengan menganalisis

(22)

faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki produk bakery BReAD Unit. Preferensi konsumen terhadap suatu produk tergantung dari selara konsumen dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut sehingga konsumen menjadi suka untuk mengkonsumsi produk tersebut. Dengan analisis faktor atribut-atribut yang memberikan manfaat tersebut dianalisis dan dilihat hubungannya. Atribut- atribut tersebut akan mengelompok dan akan membentuk satu faktor baru.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen bakery BReAD Unit dinilai berdasarkan dimensi-dimensi kualitas produk. Terdapat delapan dimensi kualitas produk untuk menganalisis preferensi konsumen bakery BReAD Unit, yaitu kinerja produk

(performance), keistimewaan tambahan (features), kehandalan (reliability),

kesesuaian produk (conformance), daya tahan produk (durability), pelayanan

(serviceability), estetika (aesthetics), kesan kualitas (perceived quality).

Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis faktor adalah melakukan pengujian korelasi antar variabel dalam faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen menggunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Metode KMO digunakan untuk melihat syarat kecukupan data untuk analisis faktor. Dengan metode KMO atribut-atribut yang memenuhi syarat akan diolah pada tahap selanjutnya. Nilai KMO dianggap layak apabila nilai tersebut lebih besar atau sama dengan 0,5. Hasil pengujian korelasi yang didapat pada penelitian ini menghasilkan korelasi nilai KMO sebesar 0,837 dengan nilai signifikansi 0,00 (Lampiran 4). Nilai KMO yang dihasilkan lebih besar dari 0,5 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel-variabel tersebut sudah layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

Setelah proses korelasi dilakukan pengukuran MSA untuk menyaring variabel-variabel yang layak untuk dianalisis lebih lanjut. Syarat agar variabel-variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut harus memiliki nilai MSA lebih besar dari atau sama dengan 0,5. Jika terdapat nilai MSA kurang dari 0,5 maka variabel yang dianalisis harus dikeluarkan dari variabel lainnya yang memenuhi syarat dan dilakukan pengukuran ulang dengan tidak

(23)

mengikutsertakan veriabel yang tidak memenuhi syarat. Nilai MSA hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada Tabel anti image matrices dengan melihat sejumlah angka yang membentuk diagonal bertanda “a” yang menandakan besarnya nilai MSA pada sebuah variabel. Hasil dari pengolahan data dari 30 variabel dalam penelitian ini menunjukkan nilai MSA lebih besar dari 0,5 dan tidak terdapat variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0,5 (Lampiran 5). Dari hasil tersebut menunjukkan tidak ada variabel yang dikeluarkan dan variabel tersebut layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

Langkah selanjutnya adalah proses ekstraksi faktor yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa variabel untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara variabel yang dianalisis. Proses ekstraksi faktor menggunakan metode Principal Components Analysis yang akan menghasilkan nilai communalities. Nilai communalities menunjukkan seberapa besar faktor yang terbentuk dapat menjelaskan varian suatu variabel (Lampiran 6).

Berdasarkan Tabel Total Variance Explained (Lampiran 7) yang ditampilkan terdapat tujuh faktor yang terbentuk. Terbentuknya faktor-faktor tersebut karena memiliki nilai eigenvalue yang lebih besar dari satu dimana faktor tersebut dapat menjelaskan variabel dengan baik. Sebaliknya jika nilai

eigenvalue kurang dari satu tidak diikutsertakan dalam pembentukan faktor

karena faktor tersebut tidak dapat menjelaskan variabel dengan baik. Hasil nilai eigenvalue dari masing-masing faktor pada Tabel Total Variance

Explained (Lampiran 7), yaitu faktor pertama sebesar 10,488, faktor kedua

sebesar 2,387, faktor ketiga sebesar 1,922, faktor keempat sebesar 1,568, faktor kelima sebesar 1,351, faktor keenam sebesar 1,198, faktor ketujuh sebesar 1,156.

Setelah melihat banyaknya faktor yang terbentuk pada Tabel Total

Variance Explained langkah selanjutnya adalah melihat Tabel Component

Matrix (Lampiran 8) yang menyediakan informasi variabel mana yang masuk

pada faktor-faktor yang telah terbentuk. Angka yang ada merupakan besarnya

loading factor yang menunjukkan korelasi antara suatu variabel dengan faktor

(24)

dilakukan rotasi dengan metode varimax. Metode ini akan memperjelas korelasi suatu variabel dengan faktor yang terbentuk pada besarnya angka

loading factor yang dapat dilihat pada Tabel Rotated Component Matrix

(Lampiran 9). Suatu variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk harus memiliki angka loading factor-nya lebih besar dari 0,5 sebagai syarat untuk masuk ke dalam faktor.

Berikut merupakan hasil analisis faktor dari variabel-variabel yang diolah dan terbentuk menjadi tujuh faktor :

Tabel 22. Hasil Analisis Faktor

Faktor yang Terbentuk Variabel Loading Factor Faktor Pertama Nuansa

1. Gambar dan tampilan kemasan 0,690 2. Tampilan, warna dan bentuk bakery 0,697

3. Kepopuleran produk 0,798

4. Adanya iklan/promosi produk bakery 0,724 5. Citra atau image yang baik 0,663

6. Nama merek bakery 0,738

Faktor Kedua Higiene dan Komposisi

1. Teruji secara klinis dan disahkan oleh BPOM

0,727 2. Produk bakery yang aman untuk

dikonsumsi

0,829 3. Kehigienisan dan kesterilan produk

bakery

0,689 4. Kesesuaian komposisi bakery dalam

pembuatannya 0,698

5. Konsumen dapat mengganti produk

bakery apabila terdapat kecacatan

atau kerusakan secara gratis

0,517 Faktor Ketiga

Citarasa 1. Citarasa

bakery yang disajikan 0,706

2. Kekonsistenan citarasa bakery yang enak

0,753 3. Tidak memakai bahan pengawet dan

bahan yang berbahaya untuk kesehatan

0,689 Faktor

Keempat Daya Tahan

1. Daya tahan bakery ketika ingin disimpan terlebih dahulu (tidak langsung dimakan)

0,823 2. Ketahanan bakery terhadap cahaya

dan suhu 0,803

3. Kekuatan kemasan, wadah dan tempat penyimpanan bakery

(25)

Lanjutan Tabel 22. Faktor yang Terbentuk Variabel Loading Factor Faktor Kelima Ukuran 1. Ukuran

bakery yang besar 0,727

Faktor Keenam Kebutuhan

1. Dapat menghilangkan rasa lapar 0,829 2. Sebagai camilan yang bergizi 0,665 Faktor Ketujuh

Fitur 1. Variasi jenis produk

bakery 0,507

2. Tekstur yang dirasakan saat mengunyah bakery

0,593 3. Komposisi bahan yang berbeda

dengan produk lain dalam

pembuatan bakery (dengan tepung jagung/tepung ubi jalar)

0,708

Berdasarkan hasil dari analisis faktor pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor yang terbentuk dengan variabel yang berkorelasi di dalamnya, yaitu faktor nuansa, faktor higiene dan komposisi, faktor citarasa, faktor daya tahan, faktor ukuran, faktor kebutuhan, dan faktor fitur. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat tujuh variabel yang tidak memenuhi syarat agar dapat masuk ke dalam faktor-faktor yang terbentuk karena nilai

loading factor-nya kurang dari 0,5, yaitu kemudahan untuk memperoleh

produk, tidak mudah ditiru atau dipalsukan, memiliki keunikan dan berbeda dari produk bakery lain (dari rasa atau komposisi bakery yang digunakan), kecepatan pelayanan dalam melayani pemesanan bakery, costumer service untuk melayani keluhan konsumen, aroma bakery yang mempengaruhi selera konsumen dan harga bakery.

4.5.1. Faktor Pertama (Nuansa)

Faktor pertama yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor nuansa. Faktor ini terdiri dari enam variabel di dalamnya, yaitu gambar dan tampilan kemasan bakery, tampilan, warna dan bentuk

bakery, kepopuleran produk, adanya iklan/promosi produk bakery, citra

atau image yang baik, serta nama merek bakery. Faktor nuansa berdasarkan Tabel Total Variance Explained memiliki nilai eigenvalue paling besar yaitu sebesar 10,488 dan dapat menjelasan keragaman sebesar 34, 961 persen. Hal ini menunjukkan faktor pertama ini

(26)

merupakan faktor yang paling mempengaruhi preferensi konsumen

bakery BReAD Unit karena ketika konsumen membeli suatu produk

bakery konsumen menganggap produk bakery yang bernuansa baik

dianggap sebagai produk makanan yang memiliki citrasa yang lezat dan merupakan makanan yang berkualitas.

Dari enam variabel yang masuk ke dalam faktor nuansa memiliki nilai loading factor yang berada pada nilai 0,663 sampai 0,798. Nilai ini menunjukkan faktor nuansa memiliki nilai korelasi yang positif. Korelasi ini menunjukkan semakin produk bakery BReAD Unit bernuansa baik, maka semakin tinggi peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit.

Suatu produk makanan seperti bakery harus dapat memberikan kepuasan bagi konsumennya dengan menjaga kualitas produk dan citarasa yang dimiliki sehingga menimbulkan kepercayaan pada setiap konsumen dan menjadikan produk bakery tersebut bernuansa baik dikalangan masyarakat sekitar. Nuansa pada suatu produk makanan seperti bakery harus diikuti pemberian nama merek suatu produk

bakery agar konsumen dapat mengingat produk bakery yang

dikonsumsinya tersebut. Nuansa suatu produk dapat diperluas dengan mengadakan suatu promosi atau iklan agar dapat dikenal dan promosi tersebut dapat memberikan citra baik pada masyarakat. Suatu produk yang bernuansa juga harus memperhatikan tampilan dan bentuk menarik yang mencirikan produk tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, produk bakery BReAD Unit sudah cukup memiliki nuansa baik dan dikenal oleh konsumennya dengan nama bakery BReAD Unit. Produk bakery BReAD Unit juga memiliki citra atau image yang baik dimata konsumennya. Hal ini berkorelasi positif pada kesediaan konsumen untuk membeli kembali

bakery BReAD Unit yang menjawab sebanyak 100 persen pada hasil

proses keputusan pembelian konsumen. Selain itu konsumen bakery BReAD Unit juga bersedia untuk mempromosikan dan merekomendasikan produk bakery tersebut kepada orang lain. Dengan

(27)

adanya promosi ini akan memberikan dampak positif berupa kepercayaan konsumen dengan menceritakan kepada orang lain tentang

bakery BReAD Unit yang berdampak pada adanya minat konsumen

lain untuk membeli bakery BReAD Unit sehingga secara tidak langsung juga memberikan citra baik pada produk bakery BReAD Unit.

4.5.2. Faktor Kedua (Higiene dan Komposisi)

Faktor kedua yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor higiene dan komposisi. Faktor ini terdiri dari lima variabel di dalamnya, yaitu teruji secara klinis dan disahkan oleh BPOM, produk

bakery BReAD Unit aman untuk dikonsumsi, kehigienisan dan

kesterilan produk bakery, kesesuaian komposisi bakery dalam pembuatannya, serta konsumen dapat mengganti produk bakery apabila terdapat kecacatan atau kerusakan secara gratis. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue sebesar 2,387 dan dapat menejelaskan keragaman sebesar 7,955 persen. Nilai loading factor yang dimiliki variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,517 sampai 0,829. Nilai tersebut menunjukkan nilai korelasi positif dari kelima variabel yang masuk kedalam faktor keamanan. Hal ini memiliki arti semakin higiene dan semakin sesuai komposisis yang dimiliki bakery BReAD Unit saat dikonsumsi, maka semakin besar peluang preferensi konsumen kepada

bakery BReAD Unit.

Tingkat kebersihan dan kehigienisan suatu produk makanan seperti produk bakery sangat mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam melakukan pembelian dan konsumsi produk. Bakery yang aman dikonsumsi akan memberikan nilai tambah berupa tidak adanya kekhawatiran konsumen terkena penyakit atau keracunan. Oleh karena itu, keseuaian komposisi dalam pembuatan produk bakery sangat diperhatikan produsen demi menjaga keamanan produk yang diproduksinya. Produk bakery yang aman dan teruji secara klinis akan meningkatkan kepercayaan konsumen dalam mengkonsumsinya. Konsumen juga memiliki hak untuk mengganti produk yang dibelinya secara gratis apabila terdapat kerusakan pada produk. Penggantian

(28)

produk tersebut akan memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk membeli kembali produk yang dibelinya karena terdapat jaminan pada produk tersebut.

Sebelum dipasarkan produk bakery BReAD Unit sudah melakukan uji laboratorium terlebih dahulu yang dilakukan di SEAFAST Centre. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan saat konsumen mengkonsumsi bakery BReAD Unit. Selain itu dalam proses pembuatannya bakery BReAD Unit sangat memperhatikan kesesuaian komposisi dalam pembuatan bakery dan selalu menjaga kebersihan tempat produksinya serta kebersihan proses penyajiannya. Bila terdapat produk bakery BReAD Unit yang rusak pihak BReAD Unit akan mengganti bakery yang dibeli konsumen dengan bakery yang baru. Hal ini dilakukan agar terjaganya kesehatan konsumen saat mengkonsumsi produk bakery BReAD Unit.

4.5.3. Faktor Ketiga (Citarasa)

Faktor ketiga yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor citarasa. Faktor ini terdiri dari tiga variabel di dalamnya, yaitu citarasa bakery yang disajikan, kekonsistenan citarasa bakery yang enak dan tidak memakai bahan pengawet dan bahan yang berbahaya untuk kesehatan. Faktor citarasa memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,922 dan dapat menejelaskan keragaman sebesar 6,406 persen. Nilai loading

factor yang dimiliki ketiga variabel dalam faktor ini berada pada nilai

0,689 sampai 0,753. Nilai loading factor tersebut berkorelasi positif pada setiap variabel di dalam faktor citarasa yang memiliki arti semakin citarasa bakery BReAD Unit yang disajikan diterima konsumen maka semakin besar peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit.

Citarasa pada produk bakery sangat mempengaruhi pembelian konsumen. Citarasa yang disajikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu produk bakery. Setiap konsumen

bakery tentu mengharapkan citarasa yang enak saat mengkonsumsi

(29)

konsumen saat mengkonsumsinya. Selain itu konsumen akan menimbulkan minat konsumen untuk membeli kembali produk jika konsumen merasa puas dengan apa yang dikonsumsinya. Citarasa yang enak ini perlu didukung oleh kekonsistenan penyajian bakery dengan terus memporoduksi bakery yang enak dan lezat untuk dikonsumsi serta tidak menggunakan bahan yang berbahaya untuk kesehatan dalam proses pembuatannya sehingga mampu menjaga kualitas produk pada citarasa yang dihasilkan.

Produk bakery BReAD Unit memiliki produk-produk bakery seperti

muffin, brownies, chiffon cake, ensaymada dan roti tawar yang

menghasilkan rasa yang enak dengan citarasa yang berbeda. Berdasarkan hasil pada analisis proses keputusan pembelian konsumen motivasi konsumen membeli produk bakery BReAD Unit adalah karena rasanya yang enak. Selain itu atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam tahap evaluasi alternatif adalah citarasa. Hal ini menunjukkan bahwa bakery BReAD unit memiliki citarasa yang enak sehingga menghasilkan minat konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi bakery BReAD Unit. Dalam proses pembuatan bakery, produsen bakery BReAD Unit tidak menggunakan bahan yang berbahaya sehingga menghasilkan citarasa yang asli pada bakery yang dibuatnya.

4.5.4. Faktor Keempat (Daya Tahan)

Faktor keempat yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor daya tahan. Faktor ini terdiri dari tiga variabel di dalamnya, yaitu daya tahan bakery ketika ingin disimpan terlebih dahulu (tidak langsung dimakan), ketahanan bakery terhadap cahaya dan suhu serta kekuatan kemasan, wadah dan tempat penyimpanan bakery. Faktor daya tahan memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,568 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 5,227 persen. Nilai loading factor yang dimiliki ketiga variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,755 sampai 0,823. Nilai loading factor tersebut berkorelasi positif pada setiap variabel di dalam faktor daya tahan yang memiliki arti semakin besar daya tahan

(30)

yang dimiliki bakery BReAD Unit maka peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Ketika konsumen membeli suatu produk bakery seringkali konsumen tidak langsung memakan bakery tersebut tetapi membawanya pulang atau disimpan terlebih dahulu. Oleh karena itu dibutuhkan daya tahan yang kuat agar bakery yang disimpan tersebut masih memiliki rasa yang enak saat konsumen ingin mengkonsumsinya. Selain itu tempat penyimpanan bakery harus diperhatikan produsen agar bakery yang dihasilkan tidak rusak.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terdapat konsumen

bakery BReAD yang tidak langsung memakan bakery tetapi disimpan

terlebih dahulu atau dibawa pulang. Konsumen bakery BReAD Unit percaya bahwa bakery tersebut memiliki daya tahan yang baik dan tidak cepat basi saat dibungkus pada kemasan atau wadah tempat menyimpan

bakery saat ingin dibawa pulang.

4.5.5. Faktor Kelima (Ukuran)

Faktor kelima yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor ukuran. Faktor ini biberi nama ukuran karena hanya terdiri dari satu variabel saja dalam faktor tersebut yaitu ukuran bakery yang besar. Faktor ukuran memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,351 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 4,503 persen. Nilai loading factor yang dimiliki oleh variabel dalam faktor ukuran yaitu sebesar 0,727. Nilai

loading factor tersebut menunjukkan nilai yang positif sehingga

memiliki arti semakin BReAD Unit memperhatikan ukuran bakery yang disajikan peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Salah satu yang menjadi pertimbangan konsumen saat membeli produk bakery selain citarasa yang disajikan adalah ukuran dari bakery tersebut. Konsumen akan melihat ukuran bakery yang dibelinya saat mereka merasa lapar. Oleh karena itu ukuran menjadi salah satu faktor yang diperhatikan BReAD Unit dalam menyajikan bakery yang diproduksinya. Dengan memperhatikan ukuran bakery yang dibuat

(31)

BReAD unit maka akan membuka peluang preferensi konsumen terhadap bakery BReAD Unit.

4.5.6. Faktor Keenam (Kebutuhan)

Faktor keenam yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor kebutuhan. Faktor ini terdiri dari dua variabel di dalamnya, yaitu dapat menghilangkan rasa lapar dan sebagai camilan yang bergizi. Faktor kebutuhan memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,198 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 3,994 persen. Nilai loading factor yang dimiliki kedua variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,665 sampai 0,829. Nilai loading factor tersebut menunjukkan nilai yang positif sehingga memiliki arti semakin bakery BReAD Unit dapat memenuhi kebutuhan konsumennya peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Konsumen akan membeli dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya. Saat konsumen merasa lapar atau hanya ingin memakan makanan sampingan, mereka akan mencari produk makanan yang dapat memenuhi kebutuhannya tersebut.

Bakery BReAD Unit merupakan salah satu makanan yang dijadikan

alternatif konsumen dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk menghilangkan rasa lapar atau sebagai camilan. Berdasarkan hasil dari proses pengambilan keputusan pada tahap perilaku pasca pembelian, mayoritas konsumen merasa puas setelah mengkonsumsi bakery BReAD Unit. Hal ini menunjukkan konsumen percaya dengan mereka membeli dan mengkonsumsi bakery BReAD Unit kebutuhan yang mereka inginkan akan terpenuhi.

4.5.7. Faktor Ketujuh (Fitur)

Faktor terakhir yang terbentuk dari hasil analisis faktor dinamakan faktor fitur. Faktor ini terdiri dari tiga variabel di dalamnya, yaitu variasi jenis produk bakery, tekstur yang dirasakan saat mengunyah

bakery dan komposisi bahan yang berbeda dengan produk lain dalam

(32)

memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,156 dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 3,852 persen. Nilai loading factor yang dimiliki ketiga variabel dalam faktor ini berada pada nilai 0,507 sampai 0,708. Nilai loading factor tersebut menunjukkan nilai yang positif sehingga memiliki arti semakin banyak fitur produk bakery BReAD Unit yang disajikan maka peluang preferensi konsumen kepada bakery BReAD Unit akan semakin besar.

Variasi jenis dari suatu produk akan menentukan pilihan produk yang akan dipilih konsumen dari berbagai variasi yang ditawarkan sesuai dengan selera yang konsumen inginkan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, produk bakery BReAD unit memiliki berbagai variasi jenis produk bakery yang disajikan. Produk-produk bakery tersebut diantaranya seperti muffin, brownies, chiffon cake, ensaymada dan roti tawar. Berdasarkan hasil proses pengambilan keputusan konsumen, produk brownies menjadi produk yang paling sering dibeli oleh konsumen. Dari beberapa jenis produk yang ditawarkan, masing-masing memiliki tekstur yang berbeda. Chiffon cake memiliki tekstur yang lembut dan halus, sedangkan brownies memiliki tekstur yang kasar. Selain perbedaan tekstur, komposisi bahan baku bakery BReAD Unit memiliki perbedaan dengan bakery lainnya, yaitu bakery BReAD Unit dibuat dengan menggunakan tepung jagung atau tepung ubi jalar dan bukan menggunakan tepung terigu seperti pada bakery lainnya. 4.6. Implikasi Manajerial

Dari hasil analisis proses keputusan pembelian dan preferensi konsumen

bakery BReAD Unit. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan

mengingat produk bakery BReAD Unit merupakan produk baru dan untuk menambah kualitas produk bakery agar dapat bersaing dengan produsen

bakery lainnya. Upaya ini dilakukan untuk pengembangan usaha bakery

BReAD Unit agar dapat dipasarkan secara luas lagi di masyarakat. Langkah-langkah atau upaya yang dapat dilakukan BReAD unit, yaitu:

1. Berdasarkan hasil pada proses pengambilan keputusan yang menjadi fokus perhatian dan pertimbangan konsumen dalam membeli bakery BReAD

(33)

Unit adalah citarasa bakery. Oleh karena itu BReAD Unit harus tetap menjaga dan memperhatikan citarasa yang disajikan dari bakery yang diproduksinya. Citarasa ini harus tetap konsisten dengan memberikan rasa yang enak dan lezat pada bakery yang dibuat untuk menjaga kepuasan konsumen bakery BReAD Unit. Karena saat konsumen membeli bakery ketika merasa lapar atau sedang ingin memakan bakery sebagai camilan tentunya mereka menginginkan bakery dengan rasa yang enak untuk dimakan.

2. Pada hasil analisis faktor, faktor yang paling mempengaruhi preferensi konsumen bakery BReAD Unit adalah faktor nuansa. Semakin baik nuansa suatu produk semakin banyak masyarakat yang memiliki keinginan untuk mencoba atau membeli produk tersebut. Cara yang dapat dilakukan BReAD Unit agar bakery yang dipasarkannya lebih bernuansa adalah dengan mengembangkan teknik promosi, yaitu membuat positioning produk berupa tag line agar nama merek bakery BReAD Unit dapat melekat di benak konsumen seperti “ Bakery Higiene Harga Ekonomis”, memasang banner yang menejelaskan adanya paket hemat dan bakery yang sehat, Memasangan iklan di internet, membuat brosur, flayer atau poster yang berisi informasi mengenai produk-produk bakery yang dijual di BReAD Unit seperti leaflet yang menjelaskan diet menu makanan kesehatan serta melakukan promosi dengan memberikan tester, potongan harga atau diskon pada setiap pembelian bakery BReAD Unit, dan membuat paket-paket murah yang seperti paket makanan dan minuman yang dijual seharga Rp. 5.000.

3. Melakukan teknik promosi word of mouth melalui sms atau melalui jaringan komunikasi Black Berry Message serta menggunakan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter karena berdasarkan hasil penelitian keputusan pembelian informasi yang didapat dan pihak yang paling banyak mempengaruhi untuk melakukan pembelian bakery BReAD Unit adalah berasal dari teman.

4. Melakukan strategi pengembangan produk dengan penambahan variasi jenis bakery BReAD Unit. Penambahan variasi jenis ini dengan

(34)

menciptakan atau menjual produk bakery hasil inovasi BReAD Unit. Variasi jenis bakery yang beragam ini membuat konsumen dapat memilih

bakery sesuai dengan keinginan dan seleranya. Selain itu variasi jenis ini

juga dapat menambah keberagaman harga jual bakery sehingga konsumen juga dapat membeli sesuai dengan daya beli yang dimiliki konsumen. Selain itu penambahan variasi jenis bakery dilakukan untuk mencegah perasaan bosan konsumen pada produk yang hanya itu-itu saja. Berdasarkan hasil penelitian pada karakteristik konsumen, mayoritas konsumen bakery BReAD Unit berusia 17-24 tahun dimana pada usia tersebut senang berbelanja dan memiliki keingintahuan yang besar untuk mencoba suatu produk yang baru.

5. Memperbaiki gambar dan tampilan kemasan bakery BReAD Unit. Hal ini dilakukan untuk menambah minat konsumen untuk membeli bakery BReAD Unit. Karena biasanya konsumen tertarik untuk membeli suatu produk jika gambar dan tampilan pada kemasan suatu produk sangat menarik. Hal ini harus menjadi perhatian penting BReAD Unit karena dari hasil penelitian pada proses pengambilan keputusan konsumen, atribut kemasan kurang menjadi fokus perhatian dan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian bakery BReAD Unit.

6. Menetapkan harga sesuai dengan minat beli konsumen. Berdasarkan hasil pada proses pengambilan keputusan konsumen kenaikan harga bakery BReAD Unit tidak memiliki pengaruh pada minat beli konsumen. Mayoritas konsumen menjawab akan tetap membeli jika harga naik. Meskipun demikian BReAD Unit harus menyesuaikan harga sesuai dengan daya beli dari kebanyakan konsumen. Hasil dari karakterisktik konsumen menunjukkan sebagian besar konsumen BReAD Unit berpendapatan < Rp. 1.000.000 dan sebagian besar mengeluran uang untuk konsumsi bakery per bulannya < Rp. 50.000.

7. Melakukan strategi pengembangan pasar dengan menambah display atau kios penjualan bakery BReAD Unit. Berdasarkan hasil pada proses pengambilan keputusan konsumen mayoritas konsumen menjadikan prioritas bakery BReAD Unit untuk konsumsi bakery jika dibandingkan

(35)

dengan bakery lain. Hal ini menunjukkan loyatitas konsumen terhadap

bakery BReAD Unit. Hasil lain pada penelitian ini menunjukkan minat

sebagian besar konsumen untuk membeli kembali dan mempromosikan

bakery BReAD Unit setelah mengkonsumsinya. Dari hasil tersebut untuk

memperluas lingkup usahanya BReAD Unit dapat menambah display atau kios penjualannya di berbagai tempat yang strategis mengingat outlet BReAD Unit yang ada sekarang hanya berada di kampus IPB saja. Dengan bertambahnya display bakery BReAD Unit penjualan bakery tersebut dapat ditingkatkan ke skala usaha yang lebih luas sehingga profit yang dihasilkan juga dapat bertambah.

8. Menjadikan bakery BReAD Unit sebagai oleh-oleh khas Institut Pertanian Bogor bagi mahasiswa yang akan pulang ke kampung halamannya.

9. Studi lanjutan yang dapat dilakukan berupa studi mengenai efektifitas produk, studi mengenai efektifitas strategi pemasaran dan studi mengenai

Gambar

Gambar 4. Struktur Organisasi BReAD Unit
Gambar 5. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan  jenis kelamin
Gambar 7. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan  status pernikahan
Gambar 9. Karakteristik konsumen bakery BReAD Unit berdasarkan  status pekerjaan 88%10%2% SMA/SMKS1S2/S397%3%Pelajar/MahasiswaPegawai Negeri
+6

Referensi

Dokumen terkait

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang memperlajari secara mendalam tantang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak

Campuran tanah, pupuk kotoran ayam dan NPK yang mendapatkan tambahan abu sekam atau sekam memberikan rata-rata jumlah daun tertinggi, awal munculnya bunga

e. Katalis : penambahan katalis akan mempercepat laju reaksi, karena adanya katalis menurunkan energi aktivasi reaksi.. Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju

Berdasarkan decision tree yang dihasilkan dari pasangan-pasangan data training dan data testing yang telah dilakukan, akurasi sistem prediksi kebutuhan pekerja dengan

Pengadaan Peralatan dan Mesin Pengadaan Gedung dan Bangunan Pengadaan Jalan, Irigasi, Jaringan Pengadaan Aset Tetap Lainnya Pengadaan Aset Lainnya SURPLUS/(DEFISIT).

(RP) REALISASI ANGGARAN KET Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang berkualitas Partisipatifdan Akuntable Tercapainya Rencana Pembangunan yang tepat, sinkron, terukur

Apabila dalam tahun berjalan terjadi perubahan status blok dari tahapan eksplorasi menjadi tahapan eksploitasi, maka diisi dengan biaya yang dikeluarkan hanya untuk tahapan

Juga tak kalah pentingnya seperti yang diakui oleh Uyaina, salah seorang tokoh agama di kayuagung adalah kunjungan silaturrahmi para duta kepada para pemuka agama dan