• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSENTRASI PERENDAMAN HORMON TANAMAN UNGGUL MULTIGUNA EXCLUSIVE PADA PERKECAMBAHAN BENIH KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) AINUL YAKIN NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSENTRASI PERENDAMAN HORMON TANAMAN UNGGUL MULTIGUNA EXCLUSIVE PADA PERKECAMBAHAN BENIH KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) AINUL YAKIN NIM."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KONSENTRASI PERENDAMAN HORMON TANAMAN

UNGGUL MULTIGUNA EXCLUSIVE PADA

PERKECAMBAHAN BENIH KOPI ROBUSTA

(Coffea canephora)

Oleh :

AINUL YAKIN

NIM. 090 500 056

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

KONSENTRASI PERENDAMAN HORMON TANAMAN

UNGGUL MULTIGUNA EXCLUSIVE PADA

PERKECAMBAHAN BENIH KOPI ROBUSTA

(Coffea canephora)

Oleh :

AINUL YAKIN

NIM. 090 500 056

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Konsentrasi Perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive Pada Perkecambahan Benih Kopi Robusta (Coffea canephora)

Nama : Ainul Yakin NIM : 090 500 056

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Roby, SP, MP NIP. 19730517 200501 1 009

Ir. Budi Winarni, M.Si NIP. 19610914 199001 2 001

F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut. MP NIP. 19770723 200312 2 002

Menyetujui,

Ketua PS. Budidaya Tanaman Perkebunan

Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005

(4)

ABSTRAK

AINUL YAKIN. Konsentrasi Perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive Pada Perkecambahan Benih Kopi Robusta (Coffea canephora) (di bawah bimbingan ROBY).

Perkecambahan benih merupakan suatu proses awal yang penting untuk kehidupan tanaman selanjutnya bagi tanama n yang berkembang baik secara generatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsentrasi hormon tanaman unggul multiguna exclusive yang optimal dalam aplikasinya terhadap perkecambahan benih kopi robusta.

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2012 di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini disusun dalam 4 perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari 100 benih. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari : Kontrol (k0), Konsentrasi 2,0 ml Hormon Tanaman

Unggul Multiguna Exclusive/liter air (k1), Konsentrasi 5,0 ml Hormon Tanaman

Unggul Multiguna Exclusive /liter air (k2), Konsentrasi 8,0 ml Hormon Tanaman

Unggul Multiguna Exclusive/liter air (k3). Data yang diambil terdiri dari saat

munculnya tunas (hari setelah semai) dan persentase perkecambahan (%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive berpengaruh terhadap perkecambahan benih kopi berdasarkan parameter saat munculnya tunas dan persentase perkecambahan. Perlakuan terbaik pada perlakuan konsentrasi 5,0 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive /Liter air dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi lainnya. Waktu yang tercepat saat munculnya tunas pada setiap perlakuan diantaranya : Kontrol (k0) 12 hari, Konsentrasi 2,0 (k1) 11 hari, Konsentrasi 5,0 (k2) 9 hari,

Konsentrasi 8,0 ml (k3) 10 hari.

(5)

RIWAYAT HIDUP

AINUL YAKIN, lahir pada tanggal 11 Juni 1990 di Kecamatan Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Merupakan putra kelima dari lima bersaudara dari Bapak Abdullah dan Ibu Sainah.

Pada tahun 1997 memulai pendidikan dasar pada Sekolah Dasar Negeri 003 di Kecamatan Muara Be ngkal, Kabupaten Kutai Timur dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muara Bengkal dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Muara Bengkal dan lulus tahun 2009. Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2009.

Pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Agrojaya Tirta Kencana, Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah maka penelitian tentang Konsentrasi Perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive Pada Perkecambahan Benih Kopi Robusta (Coffea canephora) dapat diselesaikan.

Karya Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat unt uk dapat menyelesaikan studi Diploma III di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Tidak lupa, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Roby, SP. MP selaku pembimbing yang telah membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian.

2. Dosen penguji, yaitu Ibu Ir. Budi Winarni, M.Si dan Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut. MP.

3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

5. Staf Pengajar Program Studi Bud idaya Tanaman Perkebunan yang telah membimbing peneliti selama menempuh pendidikan.

6. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan kepada peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian ini masih banyak kekurangannya. Semoga dengan segala keterbatasan peneliti, apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan informasi tentang konsentrasi perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive pada perkecambahan benih kopi robusta.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. vi

DAFTAR ISI ……….…… vii

DAFTAR TABEL ………..……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………..……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….. x

I. PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ………..………. 1

B. Tujuan Penelitian ………..……… 5

C. Hasil yang Diharapkan ..………..………. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 6

A. Tinjauan Umum Tanaman kopi ... 6

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi ………..………… 12

C. Perkecambahan……… 15

D. Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive ... 16

III. METODE PENELITIAN ……….…… 20

A. Tempat dan Waktu ………. 20

B. Alat dan Bahan ……… 20

C. Rancangan Penelitian ………...………... 20

D. Prosedur Penelitian ………. 21

E. Pengambilan dan Pengolahan Data ………..…..……… 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …..……….…………..… 26

A. Hasil ………..……. 26

B. Pembahasan .………..……… 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………..…… 32

A. Kesimpulan ………...……..…… 32

B. Saran ………….………....……… 32

DAFTAR PUSTAKA ………..………. 33

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tubuh Utama Halaman

1. Kecepatan Perkecambahan Tunas Benih Kopi ……... 26 2. Persentase Perkecambahan Benih Kopi... 28

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Tubuh Utama Halaman

1. Grafik Kecepatan Perkecambahan Tunas dan jumlah Benih

yang Berkecambah... 27 2. Grafik Persentase Perkecambahan Benih Tanaman Kopi... 28

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Pengamatan Konsentrasi Perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive Pada Perkecambahan Benih Kopi

(Coffea canephora)………... 36

2. Proses Pengupasan Kulit Tanduk Biji Kopi Yang Siap Untuk Direndam Dengan Hormon Tanaman Unggul Multiguna

Exclusive………. 37 3. Pengukuran Konsentrasi Perendaman Hormon Tanaman Unggul

Multiguna Exclusive Pada Benih Kopi………. 37 4. Proses Perendaman Benih Kopi Terhadap Konsentrasi Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/Liter Air………. 38 5. Proses Penyemaian Benih Kopi Yang Sudah Direndam Dengan

Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive Di Dalam Bak

Penyemaian………... 38 6. Tempat Penyusunan Benih Kopi Yang Sudah Direndam Dengan

Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive………. 39 7. Kecambah Yang Berumur 2 Bulan Setelah Tanam, Dan Siap Untuk

Dipindahkan Ke Polybag………... 39 8. Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive (HANTU)………. 40

(11)

I.

PENDAHULUAN

Keberhasilan budidaya tanaman kopi (Coffea sp.) diawali dengan menyiapkan bibit yang baik dan berkualitas tinggi. Bibit yang sehat, vigor, serta bebas hama dan penyakit merupakan beberapa ciri bibit berkualitas tinggi. Bibit yang demikian akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang optimal. Pada budidaya tanaman kopi, jenis kopi yang sering dibudidayakan adalah kopi robusta. Beberapa klon kopi robusta yang telah dilepas pemerintah adalah klon BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409 serta SA 237. Klon tersebut digunakan untuk perbaikan bahan tanam guna meningkatkan produktivitas kopi robusta Indonesia (Hulupi, 2001). Menurut Usman (1989), deskripsi kopi robusta adalah pertumbuhannya kekar, cara penyerbukan silang, mulai berbuah umur ± 3 tahun, pemasakan buah 8 – 11 bulan, ukuran buah kecil, aromanya kurang tajam, cara perbanyakan secara generatif dan vegetatif dan tahan terhadap penyakit karat daun.

Pengadaan bibit tanaman kopi robusta dapat dilakukan secara generatif di persemaian. Benih yang disemai dapat tumbuh dengan baik jika pada pemeliharaan benih di persemaian dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya tanaman kopi antara lain dengan memberi zat perangsang tumbuh. Untuk meningkatkan produktivitas kopi robusta maka bahan tanam berupa benih kopi perlu mendapatkan perlakuan guna memacu pertumbuhan benih sehingga pertumbuhan dan produksinya optima l. Satu diantara kegiatan guna memacu pertumbuhan benih kopi adalah pemberian Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive.

Perkecambahan benih merupakan suatu proses awal yang penting untuk kehidupan tanaman selanjutnya bagi tanaman yang berkembang baik secara

(12)

generatif. Definisi perkecambahan benih (germinasi) bergantung pada latar belakang keahlian dan profesi masing- masing, sehingga defenisi perkecambahan benih menjadi bervariasi. Saat ini seiring dengan adanya mata kuliah Teknologi Perbenihan, seorang mahasiswa pertanian diharapkan dapat mengerti dan memahami perkecambahan suatu komoditas baik itu tipe perkecambahannya, proses perkecambahan maupun kondisi tanaman tersebut selama terjadinya proses perkecambahan. Seorang mahasiswa pertanian juga hendaknya mengerti defenisi perkecambahan itu. Secara umum tercatat ada dua kelompok orang yang berbeda keahliannya mendefenisikan perkecambahan benih (Copeland & Mcdonald,2004). a. Ahli fisiologi benih mendefinisikan bahwa perkecambahan benih ditunjukkan

dengan keluarnya radikula dari kulit benih.

b. Analisis benih mendefinisikan bahwa perkecambahan benih ditunjukkan dengan muncul dan berkembangnya struktur penting embrio suatu benih menjadi kecambah normal yang serta mengindikasikan akan menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan.

Petani mendefinisikan bahwa perkecambahan benih dicirikan dengan keluarnya bagian esensial embrio dari kulit benih serta berkembang menjadi tanaman muda yang muncul di atas permukaan tanah. Untuk menilai kapasitas berkecambah suatu benih dalam proses sertifikasi digunakan definisi perkecambahan yang digunakan oleh analisis benih.

Sebelum ditanam di persemaian, semua biji dikecambahkan lebih dahulu. Pada tempat perkecambahan dibentuk bedengan-bendengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang 2,4 m. Selanjutnya pada bedengan itu dilapisi pasir setebal 5 - 10 cm, dan di atas bedengan diberi atap.

(13)

Semua biji dibenamkan pada lapisan pasir menghadap ke bawah, artinya bagian punggung di atas, dan bagian perut menghadap ke bawah. Pembenaman dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian teratas kelihatan rata dengan lapisan pasir. Biji dibenamkan secara berderet dalam satu baris, jarak antara baris la rikan yang satu dengan lainnya 2 cm. Sedangkan jarak antara biji dengan biji 2 cm.

Setiap 1 m bisa memuat 2.000 - 3.000 biji kopi, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji dan jenisnya. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk. Tetapi lebih baik biji kopi tersebut dilepas kulit tanduknya, sehingga mereka akan lebih cepat tumbuh dan tidak menjadi sarang penyakit.

Setelah selesai pembenaman, biji-biji kopi tersebut diberi pasir lagi, tipis-tipis saja. Tempat perkecambahan ini harus dijaga supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban biji-biji tersebut, di atas bedengan yang tertutup pasir tadi diusahakan ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5 - 1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali sehari. Setelah berumur 4 - 8 minggu, biji kopi tersebut akan berkecambah, kemudian dapat dipindahkan ke persemaian atau tempat dederan.

Proses perkecambahan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Di dataran rendah yang beriklim panas dengan suhu 820, perkecambahan itu makan waktu 3 - 4 minggu. Sedangkan di dataran tinggi yang berik lim dingin perkecambahan makan waktu 6 - 8 minggu.

Selama proses perkecambahan, cotyledon-cotyledon dan embrio kecil pada biji kopi membengkak dengan menghisap endosperma, kemudian akar kecil (radicula) dan hypocotyl tumbuh. Akhirnya hypocotyl muncul dari tanah dengan bentuk membungkuk dan berdiri tegak dengan mengangkat cotyledon-cotyledon yang masih

(14)

tertutup oleh endosperma dan kulir ari serta endosperma. Pertumbuhan pada tingkat demikian sering disebut "soldatje" atau serdadu.

Dalam pertumbuhan soldatje itu untuk sementara berhenti tumbuh lebih kurang 1 bulan. Kemudian mulai tumbuh lagi, yakni cotyledon membesar sehingga endosperma dan kulit ari sobek kemudian endoscarp lepas. Selanjutnya cotyledon

terangkat seolah-olah masih melekat, kemudian terpisah, tumbuh sepasang keping daun yang disebut "kepel". Semai dalam tingkat ini sudah berumur 2 - 3 bulan, selanjutnya dapat dipindahkan ke persemaiaan.

Zat perangsang tumbuh mengandung hormon- hormon pertumbuhan atau zat aktif yang bisa memacu tanaman tumbuh pesat. Konsentrasinya harus tepat dalam aplikasinya karena kelebihan dosis pemberian zat perangsang tumbuh bisa mengakibatkan kematian pada tanaman karena tanaman dipacu untuk tumbuh tetapi tidak seimbang dengan pemupukan. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman kopi maka hal yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan tanaman kopi dengan pemberian hormon pertumbuhan dengan konsentrasi yang tepat. Menurut Abidin (1985), hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Satu diantara hormon yang terdapat di pasaran adalah Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive. Menurut Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia(2010), Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive memiliki manfaat mempercepat pertumbuhan akar baru dan keluarnya tunas-tunas dan anakan baru pada setiap pori-pori serta mempercepat pertumbuhan daun dan perkembangan batang dalam melakukan pembelahan sel sehingga cepat besar, kokoh dan berurat.

(15)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive terhadap perkecambahan benih kopi robusta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur konsentrasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive yang optimal dalam aplikasinya terhadap perkecambahan benih kopi robusta.

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi untuk meningkatkan perkecambahan benih kopi robusta dengan perlakuan perendaman menggunakan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive dengan konsentrasi aplikasi yang optimal.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Kopi 1. Asal Tanaman Kopi

Kopi Canephora berasal dari hutan – hutan khatulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai ke Uganda. Pada tahun 1897, jenis kopi tersebut oleh Pierre dinamakan kopi Canephora. Pada waktu itu telah diadakan koleksi kopi oleh Klaine di Gabon dan pada tahun 1895 di Kongo telah dilakukan oleh Laurent. Kemudian pada tahun 1898, kopi tersebut diidentifikasi secara tepat sebagai kopi Canephora. Pada tahun 1900 De Wildman mempercayai bahwa kopi tersebut adalah jenis baru yang dinamakan kopi Laurenti. Bibit tanaman ini kemudian dibawa dari Kongo ke Belgia dan disebarluaskan oleh Linden, Direktur Pembibitan Hortikultura Kolonial Brussel dengan nama Kopi Robusta. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan dengan kopi Arabika di dalam perdagangan. Pada tahun 1900 Linden mengirimkan 150 bibit kopi ini dari Brussel ke Jawa. Di Jawa, kopi jenis baru ini tumbuh baik dan juga lebih resisten terhadap Hemileia vastatrix, walaupun tidak 100%, diantaranya ada yang mati 7 batang. Dewasa ini, kopi robusta merupakan tanaman kopi yang sangat penting di daerah tropis, khususnya di Asia dan Afrika. Walaupun kopi robusta ini hasilnya bagus, tetapi rasanya kurang enak bila dibandingkan dengan Kopi Arabika (AAK, 1988).

(17)

2. Sistematika Tanaman Kopi

Tanaman kopi robusta dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (AAK, 1988) :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea

Species : Coffea canephora Piere Ex. Froehn

3. Morfologi Tanaman Kopi

Tanaman kopi berakar tunggang, lurus ke bawah, pendek dan kuat. Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45 – 50 cm, yang pada asnya terdapat 4 – 8 akar samping yang menurun ke bawah sepanjang 2 – 3 m. Selain itu banyak pula akar cabang samping yang panjangnya 1 – 2 m horizontal, sedalam ± 30 cm dan bercabang merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi. Di dalam tanah yang sejuk dan lembap, di bawah permukaan tanah, akar cabang tadi bisa berkembang lebih baik. Sedang di dalam tanah yang kering dan panas, akar akan berkembang ke bawah (AAK, 1988).

Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting – ranting tersusun berdampingan. Pada batang atau cabang yang tumbuhnya tegak lurus, susunan pasangan daun itu berselang – seling pada ruas – ruas berikutnya. Sedangkan daun yang tumbuh pada cabang dan ranting yang

(18)

mendatar, pasangan daun itu terletak pada bidang yang sama, tidak berselang – seling. Adapun perbedaan besar kecil dan tebal tipisnya daun itu sangat dipengaruhi oleh jenisnya. Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda berwarna perunggu. Demikian pula mengenai ukuran besar daun pun berbeda – beda, ada yang berukuran panjang 10 – 20 cm, lebar 1,5 – 7,5 cm, tetapi ada yang lebih besar atau lebih kecil. Umur daun rata – rata satu tahun, setelah itu berguguran satu demi satu (AAK, 1988).

Batang pokok sudah mulai tampak dan tumbuh terus sampai menjadi besar semenjak tanaman itu tumbuh dari bijinya. Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok dan tumbuhnya beruas – ruas. Ruas – ruas itu tampak jelas pada tanaman yang masih muda. Pada tiap – tiap ruas tumbuhlah sepasang daun yang berhadap – hadapan, yang selanjutnya tumbuh pula cabang yang berbeda - beda. Pada batang itu tumbuh dua macam cabang, yaitu : cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal sebagai pengganti kedudukan batang jika batang patah atau dipenggal yang disebut cabang orthotrop/cabang air/wiwilan. Kemudian cabang yang tumbuh ke samping atau horizontal yang tumbuh pada batang orthotrop yang tempat pertumbuhannya berbeda dengan cabang vertikal sebagai tempat tumbuh bunga atau buah. Cabang ini disebut cabang plagiotrop/cabang buah di mana daun itu tumbuh. Tumbuhnya pasangan daun ini pada bidang yang sama

(AAK, 1988).

Secara alamiah batang pohon kopi tumbuh cabang pada buku – bukunya. Tetapi pertumbuhan tanaman muda itu bila tidak terhalang, baru pada buku ke-5 atau ke-6 dari leher akar akan tumbuh cabang. Di daerah ketiak daun yang terletak di atas buku tumbuh dua macam mata kuncup atau

(19)

titik tumbuh, yaitu : mata kuncup/kuncup reproduksi dan kuncup legitium / kuncup tunas primer. Kuncup reproduksi tersusun 4 – 5 mata di ketiak daun pada batang. Dalam pertumbuhannya akan memproduksi cabang seperti batang aslinya yang disebut cabang orthotrop/cabang reproduksi. Jadi cabang reproduksi tumbuh dari kuncup atau mata reproduksi. Kuncup legitium berada beberapa milimeter di atas mata reproduksi. Kuncup ini tumbuh menjadi cabang plagiotrop/cabang primer. Tanaman yang masih muda, pasangan ketiak daun di atas leher akar, dalam keadaan normal tidak akan tumbuh cabang primer maupun cabang yang vertikal. Pada umumnya cabang primer ini baru tumbuh pada ketiak pasangan daun yang kelima atau keenam. Cabang primer dari setiap ketiak daun hanya tumbuh sekali saja

(AAK, 1988). Menurut Najiyati dan Danarti (2008), cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder sedangkan cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya cukup kuat. Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dana arah pertumbuhannya menuju ke dalam mahkota tajuk. Sedangkan cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta ruas daun relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.

Tanaman kopi berbunga setelah berumur 2 tahun. Mula – mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi namun biasanya bunga tersebut tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas dan hanya dihasilkan oleh tanaman yang masih sangat

(20)

muda. Jumlah bunga yang banyak akan keluar dari ketiak daun pada cabang primer yang berasal dari kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsi menjadi kuncup bunga yang berkembang menjadi bunga yang tumbuh bergerombol. Ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga tidak akan menghasilkan bunga lagi, namun cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun baru. Batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga tanaman terus menghasilkan bunga. Bunga tersusun dalam kelompok yang masing – masing terdiri dari 4 – 6 kuntum bunga. Tiap ketiak daun dapat menghasilka 2 – 3 kelompok bunga sehingga setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8 – 18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Bunga kopi berukuran kecil, berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5 – 7 tangkai berukuran pendek. Terjadi penyerbukan dengan ciri – ciri mahkota bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang berwarna hijau semakin membesar, bila sudah tua menjadi menguning dan merah tua. Waktu yang diperlukan bunga menjadi buah sekitar 6 – 11 bulan, untuk kopi robusta 8 -11 bulan. Bunga kopi mekar pada awal musim kemarau dan pada akhir musim kemarau berkembang menjadi buah yang siap petik. Pada awal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang (Najiyati dan Danarti,2008).

Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga bagian, yaitu : lapisan kulit luar (eksocarp), lapisan daging buah (mesocarp) dan lapisan kulit tanduk (endocarp) yang tipis tetapi keras. Biji terdiri dari

(21)

kulit biji dan lembaga (endosperm) merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk membuat minuman kopi (Najiyati dan Danarti,2008).

4. Klon Tanaman Kopi

Klon adalah “keturunan” yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga ciri – ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri – ciri dari tanaman induknya (Setyamidjaja, 1993).

Deskripsi kopi robusta adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan kekar.

2. Cara penyerbukan silang. 3. Mulai berbuah umur ± 3 tahun. 4. Pemasakan buah 8 – 11 bulan. 5. Ukuran buah kecil.

6. Aromanya kurang tajam.

7. Cara perbanyakan secara generatif dan vegetatif. 8. Tahan terhadap penyakit karat daun.

Ciri – ciri suatu klon kadang –kadang berubah. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh, seperti jenis tanah, kesuburan tanah, tinggi tempat, iklim, kekurangan unsur hara tertentu, lindungan dan lain sebagainya. Untuk dapat menunjukkan adanya perbedaan satu klon dengan klon lainnya memerlukan deskripsi yang jelas tentang ciri – ciri klon tersebut (Usman, 1989).

(22)

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Syarat – syarat tumbuh tanaman kopi adalah sebagai berikut : 1. Iklim

Faktor iklim mencakup adalah daerah penyebaran, tinggi tempat, suhu. Curah hujan dalam satu tahun, angin dan pengaruh iklim terhadap produksi tanaman (AAK, 1988).

Daerah penyebaran, tinggi tempat dan suhu untuk tanaman kopi robusta tidak membutuhkan tempat yang khusus dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jenis tanaman robusta ini aslinya tumbuh di hutan belantara dengan keadaan tanaman yang sangat padat dan dapat hidup dari permukaan laut sampai pada ketinggian 1.500 m. Di Jawa tanaman ini tumbuh optimal sekitar ketinggian 300 – 700 m, sedangkan di tanah asalnya sampai ketinggian 1.200 m dpl. Temperatur yang dikehendaki sekitar 21°C – 24°C. Adanya musim kering dengan temperatur yang tinggi sangat diperlukan untuk persiapan pembungaan dan pembentukan buah, tetapi pada mekarnya bunga menghendaki curah hujan secukupnya (AAK, 1988).

Pengaruh curah hujan terhadap tanaman kopi yang penting bukan banyaknya melainkan pemerataan atau pembagian curah hujan tersebut dalam satu tahun. Batas minimal dalam satu tahun sekitar 1.000 – 2.000 mm sedangkan ya ng optimal sekitar 1.750 – 2.500 mm. Di Indonesia curah hujan dapat mencapai 2.500 – 3.500 mm. Curah hujan yang melampaui batas itu juga baik, akan tetapi bila letak daerah itu semakin tinggi, biasanya musim keringnya amat pendek. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3 – 4 bulan. Akan tetapi pada waktu itu sering terdapat hujan yang cukup minimal 80 mm/bulan atau dengan frekuensi 2 – 3 kali. Tanaman kopi memerlukan

(23)

musim kering maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedang masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi 2 minggu (AAK, 1988).

Pohon kopi tidak tahan terhadap hembusan angin kencang, terutama di musim kemarau karena akan mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi sehingga dapat merusakan tanaman di bawahnya. Maka perlu ditanami pohon penahan angin di tepi perkebunan (AAK, 1988). Pengaruh iklim terhadap produksi tanaman ditentukan oleh banyak atau lamanya penyinaran merup akan stimulan bagi besar dan kecilnya persiapan pembungaan pada cabang – cabang primer (plagiotrop) yang sudah dewasa. Oleh karena itu, semakin banyak penyinaran, maka persiapan pembentukan bunga pun akan semakin cepat. Sebaliknya bila penyinaran berkurang, persiapan menjadi lambat dan jumlah persiapan bunga juga rendah (AAK, 1988).

2. Tanah

Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik seperti tanah yang berasal dari abu gunung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Kedalaman air tanah minimal 3 m dari permukaannya. pH 5,5 – 6,5. Hasil Yang baik sering diperoleh pada tanah yang lebih asam dengan catatan keadaan fisisnya baik dengan daun – daun cukup Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup (AAK, 1988).

(24)

C. Perkecambahan

1. Tipe Perkecambahan

Perkecambahan terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman yaitu:

a. Tipe epigeal (Epigeous) di mana munculnya radikel diikutui dengan memanjangnya hopokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.

b. Tipe hipogeal (Hypogeous) di mana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hopokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada didalam kulit biji di bawah permukaan tanah.

2. Metabolisme Perkecambahan

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk melarut dan ditranslokasikan ketitik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.

(25)

Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.

Presentase kecambah yang didapat pada metode uji daya kecambah dilaboratorium mempunyai korelasi positif diantaranya 90% dikatakan sangat baik, 80% baik atau sedang, dan 65% kurang baik.

D. Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive

Pengertian Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisio logis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman bagi kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya zat pengatur tumbuh berarti tidak ada pertumbuhan. Ada lima penggolongan zat pengatur tumbuh dalam tanaman, yaitu ; auksin, giberelin, sitokinin atau zeatin, ethylene dan inhibitor(Abidin, 1985).

Sedangkan pengertian hormon menurut Abidin (1985), hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Kemudian ditambahkan oleh Kusnadi dan Santoso

(1996), hormon adalah senyawa-senyawa organik yang aktif pada konsentrasi rendah, diproduksi di dalam sel pada bagian tertentu tumbuhan, dan ditranslokasikan ke bagian lain dalam tumbuhan tersebut dimana dihasilkan suatu tumbuhan fisiologis yang khusus.

Satu diantara hormon yang terdapat di pasaran adalah Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive. Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Menurut Mutiara

(26)

Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia (2010), Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive terbuat dari tumbuhan alami (herbal) berbentuk cream cait/pekat berwarna putih kelabu yang digunakan dengan cara penyemprotan. Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive menjadikan tanaman mempunyai daya tahan dan melebihi perkembangan standar. Terutama pada daun menjadi lebar padat berisi, tunas akan bermunculan, bunga akan muncul dari semua pori-pori pohon, buah akan padat berisi, batang akan mengalami pemerkaran sel-selnya, akar akan berkembang pesat.

Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive mengandung kadar kandungan hormon ; GA3 : 98,37 ppm, GA5 : 107,13 ppm, GA7 : 131,46 ppm, Auksin IAA : 156,35 ppm dan Sitokinin (Kinetin : 128,04 ppm dan Zeatin : 106,45 ppm). Kadar kandungan pupuk ; N : 63, P : 6, K : 14, Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, Pb (Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia,

2010). Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive mengandung pupuk. unsur hara dan air yang cukup dan seimbang diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Unsur hara yang berlebihan sangat merugikan karena bukan saja kondisi yang mubajir tetapi juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman akibat terhambatnya ketersediaan unsur hara lain/terjadinya keracunan tanaman (Islami dan Utomo, 1995). Fungsi unsur N menurut Sutedjo (1992) adalah untuk merangsang pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, akar dan batang.

Manfaat dan kelebihan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive menurut Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia (2010) adalah sebagai berikut :

(27)

1. Daun : Mempercepat pertumbuhan daun jadi lebat, keras, padat, lebar, tebal, padat berisi, mengkilap. Muncul warna asli dan tidak mudah rontok.

2. Batang : Mempercepat perkembangan batang dalam melakukan pembelahan sel sehingga cepat besar, kokoh dan berurat.

3. Bunga : Mempercepat keluarnya bunga, kuncup di setiap pori pembungaan dan tidak mudah gugur.

4. Buah : Mempercepat putik bunga menjadi buah. buah lebih padat, besar dan berisi. Buah semakin lezat dan beraroma.

5. Akar : Mempercepat pertumbuhan akar baru dan kokoh.

6. Tunas : Mempercepat keluarnya tunas-tunas dan anakan baru pada setiap pori-pori.

7. Tanah : Memperbaiki struktur tanah yang rusak.

Waktu aplikasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive menurut

Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia (2010) pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 atau sore hari pukul 16.00-18.00 dengan konsentrasi dan interval aplikasi sebagai berikut :

1. Jenis sayur mayur : Penyemprotan dengan konsentrasi aplikasi 2 ml/L setiap 7-10 hari sekali.

2. Jenis tanaman buah batang merambat : Penyemprotan dengan konsentrasi aplikasi 2 ml/L setiap 7-10 hari sekali pada bulan pertama. Pada bulan selanjutnya dengan konsentrasi aplikasi 2 ml/L setiap 10-20 hari sekali. 3. Jenis tanaman buah batang keras : Penyemprotan dengan konsentrasi aplikasi 5 ml/L setiap 7-10 hari sekali pada bulan pertama. Pada bulan selanjutnya dengan konsentrasi aplikasi 5 ml/L setiap 20-30 hari sekali. Pada saat berbuah dengan konsentrasi aplikasi 5 ml/L setiap 10 hari sekali.

(28)

4. Jenis tanaman palawija : Penyemprotan dengan konsentrasi aplikasi 4 ml/L setiap 7-10 hari sekali pada bulan pertama. Pada bulan selanjutnya dengan konsentrasi aplikasi 4 ml/L setiap 15-20 hari sekali.

5. Jenis tanaman perkebunan : Penyemprotan dengan konsentrasi aplikasi 5 ml/L setiap 7-10 hari sekali pada bulan pertama. Pada bulan selanjutnya dengan konsentrasi aplikasi 5 ml/L setiap 20-30 hari sekali.

Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive adalah satu-satunya hormon tanaman yang melingkupi semua organ tanaman dan terbuat dari bahan herbal serta tidak beracun (Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia, 2010). Aplikasi untuk tanaman kopi yang termasuk jenis tanaman perkebunan maka konsentrasi anjur annya adalah penyemprotan dengan konsentrasi aplikasi 5 ml/L setiap 7 hari sekali dengan waktu aplikasi pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00.

(29)

III.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah : - Alat dokumentasi

- Gelas ukur - Alat tulis menulis - Bak semai

- Ember - Gembor - Handsprayer

- Parang

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Air

- Benih kopi Robusta - Daun alang-alang

- Fungisida Topsin 70WP

- Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive

- Insektisida curacron - Pasir

C. Perlakuan Penelitian

Penelitian ini disusun dalam empat taraf perlakuan dimana tiap perlakuan terdiri dari 100 benih dalam pengamatan perkecambahan yang terdiri dari : k0 : Tanpa perendaman hormon tanaman unggul multiguna exclusive

k1 : Konsentrasi perendaman 2 ml hormon tanaman unggul multiguna

exclusive/l air

k2 : Konsentrasi perendaman 5 ml hormon tanaman unggul multiguna

exclusive/l air

k3 : Konsentrasi perendaman 8 ml hormon tanaman unggul multiguna

(30)

D. Prosedur Penelitian

1. Penyiapan benih kopi

Jenis benih kopi yang di amb il yaitu BP 104. a. Pemetikan cherry

1) Cherry adalah buah kopi yang telah masak secara fisiologis yang ditandai dengan warna buah kopi yang merah merata atau hitam segar.

2) Pemetikan cherry dilakukan secara selektif pada pagi hari.

3) Buah kopi yang berwarna hijau atau merah tidak merata serta hitam abnormal tidak diikutkan dalam prosesing selanjutnya.

b. Pulping

1) Pulping adalah kegiatan untuk mengupas kulit cherry secara manual dengan menggunakan tangan.

2) Setelah kulit cherry dikupas kemudian dipisahkan antara kulit dengan biji kopi .

c. Washing

1) Washing adalah kegiatan untuk membuang lendir dan kulit ari dari biji kopi hasil pulping.

2) Washing yaitu pencucian biji kopi.

3) Fermentasi dilakukan selama 24 jam dalam ember.

4) Pencucian dilakukan dengan air sampai lendir pada biji kopi hilang. d. Drying

(31)

2) Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur biji kopi dibawah sinar matahari selama 5 hari.

e. Hulling

Hulling adalah kegiatan untuk mengupas kulit tanduk pada biji kopi secara manual dengan menggunakan tangan.

f. Grading

1) Grading adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan mutu biji kopi berdasarkan ukuran besar kecilnya biji kopi.

2) Grading dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran besarnya.

g. Sorting

1) Sorting adalah kegiatan untuk menyeleksi biji kopi berdasarkan standar kualitas biji kopi.

2) Sorting dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia yang terdiri dari 2 tahap kegiatan dimana sortasi pertama dilakukan untuk menghilangkan kotoran sedangkan sortasi selanjutnya untuk menyeleksi biji kopi berdasarkan cacat yang ada pada biji kopi.

2. Persiapan media perkecambahan a. Kotak media

1) Papan yang dipilih memiliki lebar 10 cm.

2) Pemotongan papan menggunakan gergaji kayu dengan panjang papan 1 meter sebanyak 2 potong dan 0.5 meter sebanyak 2 potong. 3) Menempelkan potongan papan tersebut menggunakan paku hingga

(32)

b. Pasir

1) Pasir yang diambil betul – betul pasir tanpa ada campuran (pasir murni).

2) Masukan pasir tersebut kedalam kotak media yang sudah tersedia hingga batas 3 cm dari tepi papan.

3. Perlakuan benih terhadap hormon tanaman unggul multiguna exclusive a. Larutan hormon dibuat dengan melarutkan hormon tanaman unggul

multiguna exclusive dalam gelas ukur dan ditambahkan air kemudian diaduk hingga merata hingga konsentrasi larutan menjadi 2 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air (k1), 5 ml Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air (k2) dan 8 ml Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air (k3).

b. Benih kopi hasil sorting diambil sebanyak 100 benih untuk tiap perlakuan, jadi dibutuhkan 400 benih untuk 4 taraf perlakuan.

c. Kemudian tiap 100 benih kopi direndam ke dalam larutan hormon selama 15 menit sesuai dengan perlakuan.

d. Benih hasil perendaman kemudian disemaikan dalam bak semai dengan media pasir dengan teknik larikan menggunakan jarak semai 2 cm x 2 cm kemudian ditutup dengan mulsa daun alang-alang yang telah dipotong-potong sepanjang 1 cm.

e. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari dengan menggunakan gembor untuk menjaga kelembapan media tanam.

4. Pemeliharaan di persemaian a. Penyiraman

(33)

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dengan menggunakan gembor. Butiran air siraman diusahakan halus (kecil) dan tidak terlalu deras. Penyiraman tergantung pada kondisi kelembapan media tanam jika media tanam masih lembap maka tidak perlu dilakukan penyiraman.

b. Penyiangan

Penyiangan dalam bak semai dilakukan dengan cara mencabut gulma yang ada dalam bak semai sedangkan gulma yang tumbuh di tempat penelitian di luar bak semai dikendalikan secara manual dengan menggunakan cangkul.

c. Pengendalian hama dan penyakit

Benih kopi dalam bak semai disemprot larutan fungisida dan larutan insektisida setiap 2 minggu sekali selama pengamatan. Selain secara kimia, pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan tempat penelitian.

E. Pengambilan dan Pengolahan Data 1. Pengambilan data

a. Kecepatan Perkecambahan (hari)

Pengambilan data Kecepatan Perkecambahan dilakukan secara visual yang dihitung dari saat penyemaian benih.

b. Persentase perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan dihitung pada saat kecambah kopi yang telah berumur 1 bulan (stadia kepelan) atau pada saat kecambah kopi telah berumur 4 minggu setelah semai.

(34)

2. Pengolahan data

Untuk menghitung nilai persentase perkecambahan yang menunjukan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan menggunakan rumus nilai persentase perkecambahan, sebagai berikut :

% 100 ? ?

?

?

b a P dimana : P = Persentase perkecambahan a = Tanaman yang hidup b = Benih yang disemaikan

(35)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kecepatan Perkecambahan (hari)

Berdasarkan hasil pengamatan kecepatan perkecambahan benih tanaman kopi menunjukkan bahwa perlakuan k2 (Konsentrasi 5,0 ml Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air) menghasilkan kecepatan perkecambahan yaitu 9 hari setelah semai. Perlakuan k3 (Konsentrasi 8,0 ml

Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air) menghasilkan kecepatan perkecambahan yaitu 10 hari setelah semai. Perlakuan k1

(Konsentrasi 2,0 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air) menghasilkan kecepatan perkecambahan yaitu 11 hari setelah semai. Sedangkan perlakuan k0 (Kontrol) menghasilkan kecepatan perkecambahan

yaitu 12 hari setelah semai.

Data pengamatan kecepatan perkecambahan benih tanaman kopi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengaruh konsentrasi hormon tanaman unggul multiguna exclusive terhadap saat munculnya tunas benih tanaman kopi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kecepatan PerkecambahTunas Benih Kopi

No. Perlakuan Kecepatan Perkecambahan 1 k0 12 hari setelah semai

2 k1 11 hari setelah semai

3 k2 9 hari setelah semai

4 k3 10 hari setelah semai

Berdasarkan data kecepatan perkecambahan benih tanaman kopi dapat ditunjukkan dengan grafik kecepatan perkecambahan pada Gambar 1.

(36)

Gambar 1. Grafik Kecepatan Perkecambahan tunas dan jumlah Benih yang berkecambah

Berdasarkan data grafik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan k2 menghasilkan kecepatan perkecambahan yang lebih cepat jika

dibandingkan dengan perlakuan k0, k1 dan k3. 2. Persentase Perkecambahan (%)

Berdasarkan hasil penghitungan persentase perkecambahan benih tanaman kopi menunjukkan bahwa perlakua n k2 (Konsentrasi 5,0 ml Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air) menghasilkan persentase perkecambahan yaitu 94%. Perlakuan k3 (Konsentrasi 8,0 ml Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air) menghasilkan persentase perkecambahan yaitu 89%. Perlakuan k1 (Konsentrasi 2,0 ml Hormon

Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air) menghasilkan persentase perkecambahan yaitu 91%. Sedangkan perlakuan k0 (Kontrol) menghasilkan

persentase perkecambahan yaitu 83%. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Benih

Hari Setelah Semai

Grafik Kecepatan perkecambahan tunas dan Jumlah Benih yang Berkecambah

(37)

Data pengamatan persentase perkecambahan benih tanaman kopi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengaruh konsentrasi hormon tanaman unggul multiguna exclusive terhadap persentase perkecambahan benih tanaman kopi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Perkecambahan Benih Kopi

No. Perlakuan Persentase Perkecambahan

1 k0 83%

2 k1 91%

3 k2 94%

4 k3 89%

Berdasarkan data persentase perkecambahan benih tanaman kopi dapat ditunjukkan dengan grafik pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Persentase Perkecambahan Benih Tanaman Kopi

Berdasarkan data grafik pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan k2 menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih besar jika

dibandingkan dengan perlakuan k0, k1 dan k3.

76% 78% 80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94% 96% k0 k1 k2 k3 Persentase Perkecambahan

(38)

B. Pembahasan

1. Kecepatan Perkecambahan (hari)

Berdasarkan hasil pengamatan Kecepatan Perkecambahan pada Tabel 1 menunjukan bahwa Kecepatan Perkecambahan berdasarkan perlakuan konsentrasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive berturut-turut adalah 12 hari setelah semai (k0), 11 hari setelah semai (k1), 9 hari setelah

semai (k2) dan 10 hari setelah semai (k3).

Perlakuan k2 menghasilkan Kecepatan Perkecambahan yang tercepat

dibandingkan dengan perlakuan k0, k1 dan k3. Hal ini diduga bahwa dengan

perlakuan k2 telah mampu mencukupi kebutuhan hormon yang diperlukan

benih kopi dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan benih. Konsentrasi 5,0 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/liter air pada perlakuan k2 dengan kadar kandungan hormon ; GA3

: 98,37 ppm, GA5 : 107,13 ppm, GA7 : 131,46 ppm, Auksin IAA : 156,35 ppm dan Sitokinin (Kinetin : 128,04 ppm dan Zeatin : 106,45 ppm) (Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia, 2010) telah mampu mencukupi kebutuhan hormon dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan benih kopi. Efek zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada konsentrasinya. Sesuai dengan pendapat

Kusumo (1984) bahwa efektifitas penggunaan zat pengatur tumbuh tergantung pada konsentrasi pemakaiannya. Menurut Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia (2010) yang menyatakan bahwa manfaat dan kelebihan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive adalah mempercepat pertumbuhan akar baru.

(39)

2. Persentase Perkecambahan (%)

Berdasarkan hasil penghitungan persentase perkecambahan pada Tabel 2 menunjukan bahwa persentase perkecambahan berdasarkan perlakuan konsentrasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive berturut-turut adalah 83% (k0), 91% (k1), 94% (k2) dan 89% (k3).

Perlakuan k2 menghasilkan persentase perkecambahan yang terbesar

dibandingkan dengan perlakuan k0, k1 dan k3. Hal ini diduga bahwa dengan

perlakuan k2 telah mampu mencukupi kebutuhan hormon yang diperlukan

benih kopi dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan benih. Sesuai dengan pendapat Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia (2010) yang menyatakan bahwa manfaat dan kelebihan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive adalah mempercepat keluarnya tunas-tunas dan anakan baru. Kemudian diperjelas oleh Lingga (1991) yang menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman kopi maka hal yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan tanaman kopi dengan pemberian hormon pertumbuhan dengan konsentrasi yang tepat. Menurut Abidin (1985), hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Satu diantara hormon yang terdapat di pasaran adalah Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive. Menurut Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia (2010), Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive memiliki manfaat mempercepat pertumbuhan akar baru dan keluarnya tunas-tunas dan anakan baru pada setiap pori-pori serta mempercepat pertumbuhan daun dan

(40)

perkembangan batang dalam melakukan pembelahan sel sehingga cepat besar, kokoh dan berurat.

(41)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengamatan saat pertama kali munculnya kecambah benih kopi dengan pemberian hormon tanaman unggul mutliguna exclusive bahwa perlakuan K2 (konsentrasi 5,0 ml) tunas muncul terlebih dahulu pada hari ke-9, diikuti oleh perlakuan K3 (konsentrasi 8,0 ml) pada hari ke-10, diikuti lagi oleh perlakuan K1 (konsentrasi 2,0 ml) pada hari ke-11, dan kontrol pada hari ke-12.

Perhitungan persentasi perkecambahan benih dapat disimpulkan bahwa perlakuan K2 (konsentrasi 5,0 ml) persentasi perkecambahan benih terbanyak yaitu 94%, diikuti perlakuan K1 (konsentrasi 2,0 ml) sebanyak 91%, diikuti perlakuan K3 (konsentrasi 8,0 ml) sebanyak 89%, dan kontrol 83%.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti banyaknya jumlah daun dan tinggi bibit tanaman untuk mengetahui efektivitas penggunaan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive terhadap pertumbuhan bibit tanaman kopi robusta untuk melengkapi informasi mengenai efektivitas penggunaan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive dalam budidaya tanaman kopi.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.

Abidin Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahua n Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.

Hulupi R., 2001. Klon – Klon Unggul Kopi Robusta dan Beberapa Pilihan Komposisi Klon Berdasarkan Kondisi Lingkungan, Leaflet. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.

Islami T. dan Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman, IKIP Semarang Press, Semarang.

Kusnadi dan Santoso. 1996. Kamus Istilah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Kusumo. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Yasaguna. Bandung.

Lingga. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia. 2010. Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive. Leaflet. Mutiara Keraton-Jimmy & Co. Tran’s Bisnis Indonesia. Bogor.

Najiyati S dan Danarti, 2008. Kopi : Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Negoro ST dan Harahap B. 2001. Ensiklopedia Matematika. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Setyamidjaja, 1993. Karet, Kanisius, Yogyakarta.

Sutedjo, 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutopo L, 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Usman N., 1989. Pedoman Praktis Budidaya Tanaman Perkebunan, Mahkota, Jakarta.

(43)

36 Lampiran 1. k0 k1 k2 k3 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 4 0 0 0 0 5 0 0 0 0 6 0 0 0 0 7 0 0 0 0 8 0 0 0 0 9 0 0 7 0 10 0 0 12 4 11 0 4 15 7 12 3 8 16 12 13 6 11 14 14 14 7 13 14 12 15 12 14 11 12 16 14 11 4 10 17 13 10 1 8 18 11 9 0 5 19 9 9 0 3 20 8 2 0 2 21 0 0 0 0 ? 83 91 94 89 % 83% 91% 94% 89% Keterangan : k0 : Kontrol

k1 : Konsentrasi 2,0 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclisive / Liter air k2 : Konsentrasi 5,0 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclisive / Liter air k3 : Konsentrasi 8,0 ml Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclisive / Liter air

Hasil Pengamatan Konsentrasi Perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive Pada Perkecambahan Benih Kopi (Coffea canephora)

Jumlah Benih yang Berkecambah Perlakuan

(44)

76% 78% 80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94% 96% k0 k1 k2 k3 Persentase Perkecambahan

Perlakuan Konsentrasi Hormon Grafik Persentase Perkecambahan

(45)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Benih

Hari Setelah Semai

Grafik Saat Munculnya Tunas dan Jumlah Benih yang Berkecambah

(46)

Lampiran 2. Proses pengupasan kulit tanduk biji kopi yang siap untuk

direndam Dengan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive

Lampiran 3. Pengukuran konsentrasi perendaman Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive pada benih kopi

(47)

Lampiran 4. Proses perendaman benih kopi terhadap konsentrasi Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive/Liter air.

Lampiran 5. Proses penyemaian benih kopi yang sudah direndam dengan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive di dalam bak penyemaian.

(48)

Lampiran 6. Tempat penyusunan benih kopi yang sudah direndam dengan Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive

Lampiran 7. Kecambah yang berumur 2 bulan setelah tanam, dan siap untuk dipindahkan ke polybag

(49)

Gambar

Tabel 1.  Kecepatan PerkecambahTunas Benih Kopi
Gambar 1.  Grafik  Kecepatan Perkecambahan tunas dan jumlah Benih  yang berkecambah
Gambar 2.  Grafik Persentase Perkecambahan Benih Tanaman Kopi
Grafik Saat Munculnya Tunas dan Jumlah Benih  yang Berkecambah

Referensi

Dokumen terkait

Dilaksanakan dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam perjanjian kerjasama baik regional maupun internasional terkait standardisasi (AFTA dan MEA 2015),

Apa yang dilakukan oleh Hiromi Fujii dalam menciptakan bentuk dan ruang dalam salah satu proyek rancangannya dilakukan dengan cara sebaliknya melalui proses fragmentasi terhadap

Berikut ini adalah desain halaman depan user pada sistem informasi geografis lokasi akademi kebidanan di kota Medan dapat dilihat pada gambar III.71. berikut

Alasan pemilihan topik ini karena budaya minum teh dalam masyarakat Cina memiliki banyak sekali hal-hal yang menarik yang mengemukakan bahwa tradisi minum teh di Cina

dimiliki Ubеr, Grab dan Go Jеk pada bеbеrapa indikator dalam valu е proposition dilihat dari pеmеtaan pеrcеptual mapping.. Jеnis pеnеlitian yang digunakan

Hasil yang dicapai adalah Performans sapi Bali secara umum ditunjukkan dengan rataan bobot lahir, bobot sapih, lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan, sedangkan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal usahaa pengolahan minyak karo putihuntuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal. Kekuatan yang