• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Layout Fasilitas Produksi Optimal Bagi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Layout Fasilitas Produksi Optimal Bagi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Desain Layout Fasilitas Produksi Optimal

Bagi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Oleh

Niluh Putu Hariastuti, Suparjo Teknik Industri, ITATS Surabaya

putu_hrs@yahoo.com

ABSTRAK

Perancangan Layout fasilitas produksi bagi UKM merupakan suatu langkah awal untuk kemajuan kegiatan produksi UKM itu sendiri. Adanya penataan fasilitas produksi optimal akan berimbas kepada kemampuan produksi yang juga akan semakin meningkat. Hal ini pula yang terjadi pada UKM binaan produk tempe yang terletak ditengah kota, tepatnya di Daerah Kapas Jaya Surabaya. Proses Produksi yang terjadi selama ini dalam kondisi workshop lantai produksi yang jauh dari produksi bersih. Tidak adanya penataan yang terencana dengan baik menyebabkan proses produksi yang terjadi kurang optimal. Hal inilah yang menjadikan dasar utama kegiatan pendampingan sehingga melalui perancangan tata letak fasilitas produksi yang optimal akan dapat meningkatkan proses kerja karyawan menjadi lebih efektif dan kuantitas produksi yang dihasilkan pun dapat menjadi maksimal. Dari hasil analisa tata letak fasilitas berdasarkan metode ARC dan SLP diperoleh perubahan layout produksi optimal sesuai dengan analisa kedekatan yang diperlukan antar departemen yang ada.

Kata Kunci :ARC, SLP , Layout produksi, Tata letak fasilitas.

PENDAHULUAN

Unit Usaha Kecil Menengah (UKM), sebagai barometer perdagangan rakyat menjadi suatu unit usaha yang berperan penting terhadap peningkatan perekonomian negara. Unit usaha kecil akan dapat berkembang dengan pesat bila diikuti dengan adanya fasilitas pendukung produksi yang optimal yang mampu memberikan peningkatan nilai dari hasil produksi yang dihasilkan. Fasilitas produksi tidak hanya dari sisi kelengkapan peralatan produksi saja, namun juga perlu diperhatikan terhadap bagaimana tata letak dari fasilitas tersebut sehingga dengan tata letak yang efektif dan efisien akan dapat memberikan hasil produksi yang optimal.

Demikian pula UKM yang menjadi obyek penelitian ini, sebagai usaha kecil yang bergerak dibidang pembuatan produk makanan yaitu produk tempe, sangat membutuhkan adanya perbaikan layout fasilitas yang sebetulnya sangat jauh dari produksi bersih karena tata letak yang tidak tertata dengan baik dan sangat sembrawut. Dari segi sanitasi lingkungan produksi,dengan keterbatasan ruang produksi yang ada, mitra masih perlu mendapatkan pembinaan.Tata letak fasilitas produksi yang masih tidak tertata dengan baik, mengakibatkan sirkulasi udara sangatlah panas. Tungku perebusan bahan baku masih menggunakan kayu bakar sehingga panas yang ditimbulkan menyebar keseluruh ruangan, belum lagi proses pengemasan bahan setengah jadi berdampingan dengan tungku perebusan, mengakibatkan tenaga kerja yang kebanyakan adalah laki – laki lebih senang bertelanjang dada dalam melakukan aktivitas kerjanya. Hal ini tentunya sangat tidak sehat dan tidak baik untuk kesehatan dan kebersihan produk yang dihasilkan. Selain itu dengan kondisi yang tidak nyaman sangat memungkin tenaga kerja atau karyawan yang berada didalamnya menjadi tidak optimal dalam bekerja sehingga hasil produksi yang dihasilkan menjadi tidak maksimal.

Berangkat dari permasalahan yang ada dilapangan, maka dengan ini dapat diangkat suatu masalah dari penelitian ini yaitu :‘Bagaimanakah merancang suatu tata letak fasilitas produksi yang efektif dan efisien bagi sebuah UKM sehingga mampu menciptakan proses produksi yang optimal” ? Berdasarkan permasalahan yang ada, maka beberapa tujuan yang diharapkan dapat dihasilkan adalah :

(2)

2.Memberikan rekomendasi layout optimal bagi UKM berdasarkan atas metode tata letak fasilitas yang telah dilakukan.

BATASAN DAN ASUMSI:

1.Proses pengamatan hanya dilakukan di UD Tempe Mandiri yang bergerak di bidang pengolaham makanan yaitu produk tempe khususnya pada tata letak proses produksinya.

2.Pada saat penelitian berlangsung, proses produksi berjalan normal.

LANDASAN TEORI

Activity Relationship Analysis

Aplikasi penggambaran berdasarkan atas Analisis aliran material (Flow of Material Diagram) cenderung untuk mencari hubungan aktifitas pemindahan material dari satu fasilitas kerja ke fasilitas kerja yang lain dengan aspek kuantitatif sebagai tolok ukurnya (material handling cost) (Wignjosoebroto,.2009.). Selain factor material handling cost (kuantitatif) ada pula faktor-faktor lain yang bersifat kualitatif yang harus menjadi pertimbangan di dalam desain layout. Disini Activity Relationship Chart (ARC atau REL Chart singkatan dari Relationship Chat) bisa dipakai untuk analisa layout berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat kualitatif. REL atau ARC ini dikembangkan oleh Richard Muther (1973.) yang menggantikan angka-angka kuantitatif seperti pada From to Chart dengan suatu penilaian mengenai derajat keterdekatan (closeness) antara departemen satu dengan departemen lain yang cenderung bersifat kuantitatif.

Gambar 1. ARC untuk Suatu Aktifitas Produksi

Relationship Diagram

Dalam analisa desain layout, derajat hubungan aktifitas (activity relationship) sebagai faktor yang pokok untuk lebih diperhatikan sehingga perlu dibuat Activity Relationship Diagram

(ARC dan REL Diagram). Akan tetapi bilamana aliran material ternyata lebih dominan di dalam penganalisaan aspek kuantitatif maka akan lebih baik bila dibuat Flow Diagram.

(3)

Gambar 2. Diagram Activity Relationship Chart (ARC)

Dalam REL Diagram sebuah aktifitas digambarkan dalam bentuk persegi empat yang sama (disini untuk sementara luas area dari tiap-tiap departemen diabaikan). Kotak-kotak segi empat ini kemudian dihubungkan dengan sejumlah garis yang memiliki arti derajat hubungan yang dikehendaki. Dasar-dasar perancangan proses di sini merupakan perubahan input menjadi output yang dikehendaki memerlukan suatu proses pengerjaan bertahap yang memerlukan teknologi, mesin, peralatan dan/atau fasilitas produksi dan metode kerja guna melaksanakan operasi-operasi yang diperlukan.

Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi, pengaturan ini memanfaatkan luas area untuk penempatan fasilitas, kelancaran gerakkan material dan penyimpanan material (.muther Richard & Associated, 2005.). Tujuan utama didalam desain tata letak pabrik pada dasarnya adalah untuk meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen Biaya untuk kontruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin maupun fasilitas produksi lainnya, Biaya pemindahan bahan dan Biaya produksi, maintenance, safety stock. Beberapa keuntungan dari pada tata letak yang baik dalam sistem produksi adalah sebagai berikut :

1.Menaikkan out put produksi. 2.Mengurangi waktu tunggu.

3.Mengurangi proses pemindahan bahan.

4.Menghemat penggunaan areal untuk produksi , gudang dan service.

Pemindahan bahan adalah bagian dari sistem industri yang memberi pengaruh tentang hubungan dan kondisi fisik dari bahan terhadap proses produksi tanpa adanya perubahan-perubahan akan kondisi material itu sendiri.

METODOLOGI

Didalam menyelesaikan penelitian ini, penulis memerlukan beberapa langkah penyelesaian sehingga diperoleh suatu kesimpulan seperti yang diharapkan. Beberapa langkah penelitian ini mencakup:

Tahap Studi lapangan, merupakan tahap awal yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan mengetahui kondisi riil dilapangan.

Tahap Studi Literatur, sebagai langkah selanjutnya didalam melengkapi studi yang telah dilakukan sebelumnya berdasar kepada teori dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Tahap Perumusan Masalah dan Tujuan Masalah, dari studi lapangan yang telah dilengkapi dengan studi litelatur, maka dapat dilakukan proses identifikasi terhadap permasalahan dan penetapan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini. Dari apa yang telah diamati dilapangan,

II Pengukuran VI Finishing IX Kantor IV Penghalusan III Pemotonga n V Perakitan VII Gudang bahan jadi VIII Kantin I Gudang bahan baku

(4)

maka permasalahan layout dan kenyamanan workshop produksi sebagai tempat aktivitas produksi menjadi prioritas perbaikan yang akan diangkat

Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data, sebagai tahap inti dari penelitian maka setelah dirumuskan permasalahan dan tujuan penelitian, maka proses pengumpulan data dapat dilakukan. Proses pengumpulan data lebih banyak dilakukan melalui proses wawancara dan mengumpulkan data sekunder serta penyebaran form kuisioner didalam melihat seberapa jauh kedekatan antar departemen oleh pihak pengelola usaha yang secara langsung terlibat didalam proses produksi. Melalui data yang ada, maka proses pengolahan data dengan metode – metode yang relevan dalam tata letak fasilitas dapat dilakukan.

Tahap Perancangan dan Tata Letak Fasilitas, merupakan tahap keberlanjutan dari proses pengolahan data dimana proses perancangan yang dilakukan berdasar kepada metode kualitatif yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tahap Saran dan Kesimpulan , sebagai tahap akhir dari serangkaian tahap penelitian, maka tahap ini menjadi jawaban dari tujuan yang diharapkan. Berdasarkan kepada proses pengolahan dan perancangan yang telah dilakukan maka dapat diberikan kesimpulan perancangan tata letak fasilitas beserta saran- saran yang perlu diperhitungkan pihak UKM agar proses produksinya dapat menjadi lebih optimal.

ANALISIS HASIL

Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang.Tempe merupakan masakan asli Indonesia.Tempe sangat mudah di buat menjadi masakan apapun, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai pengganti daging. Industri kecil tahu dan tempe banyak tersebar di kawasan perkotaan sampai ke perdesaan. Usaha Kecil Membuat Tahu Tempe umumnya masih di buat dalam sekala kecil, begitu juga dengan penjualannya yang langsung di kirim ke pasar tradisional sekitar usaha. Mitra adalah usaha kecil menengah yang menghasilkan tempe dan terletak ditengah kota, terhimpit dengan derasnya arus metropolis di Kota Surabaya merupakan UKM yang menunjukkan keinginan untuk maju dalam usaha mengembangkan produk dan pasar yang selama ini telah mereka layani. Perluasan pasar yang terjadi tentunya harus didukung oleh kualitas produk yang dihasilkan yang sangat ditentukan dengan adanya tata letak produksi yang menunjang proses produksi bersih. Adanya perbaikan yang dilakukan tentunya diharapkan menghasilkan tata letak fasilitas yang betul – betul efektif dan efisien serta mampu memberikan kenyamanan bagi pekerja agar proses produksi yang berjalan dapat lebih optimal.Berikut adalah beberapa produk yang dihasilkan UKM.:

Gambar 3 Jenis Produk yang di hasilkan UD Tempe Mandiri

Agar dapat diketahui secara detail proses produksinya, maka diberikan flow proses produksi dari Proses pembuatan produk tempe, seperti pada gambar 4:

(5)

Gambar 4. Flow Proses Produksi Tempe

Berikut adalah bentuk Layout awal UD Tempe Mandiri .yang nantinya akan mendapatkan perbaikan tata letak fasilitas untuk menciptakan proses produksi bersih dan workshop kerja yang nyaman bagi para pekerja yang ada.

Gambar 5. Layout Awal Proses Produksi produk Tempe Rak fermenta si H pengemasan G Gudang B.Baku A Pengupasan kulit B Pembers ihan BB C Gudang bahan jadi I Perendaman BB D Pemasakan E Pendinginan +peragian F

(6)

Metode Kualitatif

Berikut diberikan standard derajat hubungan aktivitas yang digunakan dalam analisa ARC.

Tabel 1 Standart Penggambaran Derajat Hubungan Aktivitas DERAJAT (NILAI)

KEDEKATAN DESKRIPSI KODE GARIS KODE WARNA

A Mutlak Merah

E Sangat penting Oranye

I Penting Hijau

O Cukup / biasa Biru

U Tidak penting Tidak ada kode garis Tidak ada kode warna

X Tidak dikehendaki Coklat

Melalui proses pengamatan dan penyebaran kuisioner yang melibatkan pengelola usaha, maka dilakukan rekapitulasi terhadap lembar kerja yang dinilai berdasarkan atas faktor kedekatan dari keseluruhan departemen produksi yang ada. Hasil kuisioner dan pendampingan pengisian lembar kerja, dapat di nyatakan dalam berikut.

Tabel 2. Lembaran Kerja (Work Sheet) Pembuatan ARD Nomor & Nama

Departemen

Derajat Keterdekatan

A E I O U X

I Gudang BB II - III IV,V,VI - VII,VIII,IX

II Pembersihan I,III - V,IV VI VII,VIII IX

III Perendaman II,IV V I VI VII,VIII,IX -

IV Pengupasan III,V - II,VI I,VII,VIII IX -

V Pemasakan IV,VI III II,VII I,VIII.IX - -

VI Pendinginan V,VII - IV,VIII I,II,III,IX - - VII Peragian dan

pengemasan VI VIII V IV,IX II,III I

VIII Fermentasi IX VII VI IV,V II,III I

(7)

A.Gudang Bahan

Baku

B.Departemen

Pengupasan

C.Departemen

Pembersihan

D.Departemen

Perendaman

E.Departemen

Pemasakan

F.Departemen

Pendinginan

G.

Departemen Peragian dan pengemasan

H.Fermentasi &

Penyimpanan

I.Gudang Bahan Jadi

O 5,6 I 3,4,6 A 1,2,3 E 3,4 A 1,2,3 A 1,2,3 E 1,3,4 A 1,2,3 A 1,2,3 A 1,2,3 I 3,4,6 O 6 I 3,4 I 1,3,4 O 4,6 I 3,4,6 A 1,2,3 O 6 U 11,12 O 5,6 O 6 O 5,6 I 1,34 U 10,12 U 10,11 O 5,6 O 5,6 O 5,6 U 10,11,12 U 10,11,12 X 10,11 O 5,6 X 10,12 X 10,12 U 11,12 X 12

Gambar .6 Activity Relation Chart Proses Produksi Tempe

Deskripsi dari kode keterhubungan yang terjadi dari matriks ARC, diberikan seperti pada tabel 3

Tabel 3. Deskripsi alasan kode keterhubungan matriks ARC

Kode Alasan Deskripsi Alasan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Penggunaan catatan secara bersama Menggunakan tenaga kerja yang sama Menggunakan space area yang sama

Derajat kontak personel yang sering dilakukan Derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan Urutan aliran kerja

Melaksanakan kegiatan kerja yang sama Menggunakan peralatan kerja yang sama

Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan, ramai, dll Tidak adanya derajat kontak personel

Menggunakan peralatan kerja berbeda Menggunakan space berbeda

(8)

Berdasarkan atas keterhubungan antar departemen yang ada pada ARC maka dapat dibuat sistem lay out planning (SLP) yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan gambar layout usulan yang baru.

Gambar .7 System Layout Planning ( SLP )

Berdasarkan System Layout Planning yang ada di atas, maka dapat dinyatakan usulan perbaikan denah layout UD Tempe Mandiri sebagai berikut :

Gambar .8 Layout Usulan Proses Produksi Tempe

Dari layout usulan, terlihat bahwa adanya pemindahan terhadap departemen

pemasakan yang lebih di dekatkan dengan kegiatan pengupasan bahan baku. Hal ini

juga untuk menjaga terciptanya proses produksi bersih mengingat pada proses

Ferment

asi Peragian Pengupasan

Pembersi han Perendaman Pemasakan P end ing ina n Gudang BJ Gudang BB 1,45 m Pendinginan F Pengemasan G Gudang Bahan Baku A Gudang Barang Jadi I Rak fermentasi H Pemasakan E Pengupasan B Perendaman D 1,50 m Pembersihan C 3,90 m 3,90 m 80 cm 1,45 m 1,45 m 85 cm 80 cm 90 cm 90 cm 85 cm 90 cm 80 cm 1,20 m 90 cm 1,00 m 85cm cm

(9)

pengemasan produk, para pekerja sering melepas pakaian karena suhu panas yang

terimbas dari proses pemasakan. Selain itu pendampingan juga dilakukan terhadap

pelaksanaan kegiatan proses rabat lantai produksi sehingga kegiatan produksi menjadi

lebih bersih, terbebas dari debu dan kotoran tanah serta lantai yang becek karena proses

pencucian bahan baku.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Melalui analisa kualitatif dengan analisa ARC dan Sistem Layout Planning (SLP), maka terjadi perubahan layout fasilitas produksi sesuai dengan tingkat kedekatan yang diharapkan antar departemen proses produksi.

2. Rekomendasi rancangan layout fasilitas produksi diberikan berdasarkan atas analisa ARC dan LSP sehingga diharapkan dengan adanya penataan fasilitas sesuai dengan kebutuhannya sehingga mampu meningkatkan produksi secara optimal.

SARAN

UD Tempe Mandiri memiliki lahan yang cukup ringkas dan terbatas, perlu adanya kesadaran dan prilaku dari para pekerja didalam menjalankan proses produksi bersih sehingga dengan adanya tata letak fasilitas kerja yang efisien akan dapat memaksimalkan tingkat produksi agar sesuai dengan targetan pasar yang ingin diraih.

PUSTAKA

Buchari Alma, 2005, Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung.

Muther Richard& Associated, 2005, Overview of Systematic layout Planning, Marietta: Division Of High Performance Consepts inc. www.RichardMuther.com

Rika Ampuh Hadiguna, Heri Setiawan,. 2008. Tata Letak Pabrik. Guna Widya, Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, YLKI Minta BPOM Tindaklanjuti Temuan Pangan Tanpa Label, Selasa, 26 Oktober 2010

Rangkuti Freddy, 1997, Riset Pemasaran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sritomo Wignjosoebroto. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, cetakan keempat Guna Widya, Surabaya

Setiawan Heri, 2008, Tata Letak Pabrik, Andi Offsett, Jakarta.

Tri Radiyati et.al.1992, Pengolahan Kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI. www.caramembuattempe.com

(10)

http://jurnal.itats.ac.id/desain-layout-fasilitas-produksi-optimal-bagi-unit-usaha-kecil-dan-menengah-ukm/

Gambar

Gambar 1.  ARC untuk Suatu Aktifitas Produksi
Gambar 2. Diagram Activity Relationship Chart (ARC)
Gambar 3 Jenis Produk yang di hasilkan UD Tempe Mandiri
Gambar 4. Flow Proses Produksi Tempe
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari tiga bentuk komunikasi politik yang digunakan para pasangan calon kepala derah dalam pemilu kepala daerah di Bali pada tahun 2010, ternyata bentuk komunikasi

Kepercayaan merek mampu memberikan kesan yang baik bagi konsumen sehingga mendapat perhatian khusus dari konsumen.Dalam persaingan yang semakin ketat mendorong

Karena media pembelajaran dengan menggunakan media lagu daerah Sumbawa dapat membuat tampilan pembelajaran lebih menarik yang bisa membuat mata pelajaran bahasa

Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) 31-60 mA secara langsung dengan mikroskop cahaya.. Olympus

[r]

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yan g berjudul “Kecerdasan Spiritual Sebagai Pemoderasi Pengaruh Locus Of Control Internal, Gaji Auditor dan Gaya Kepemimpinan

< α (0,05) sehingga Ho ditolak (*), berarti rata-rata waktu hancur tablet dari keempat formula menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar formula

Meningkatnya kebutuhan akan sistem pembelajaran jarak jauh yang dapat mengatasi batasan waktu dan tempat lebih dikenal luas dengan istilah e-learning telah melahirkan banyak