• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efisiensi layout fasilitas produksi pada perusahaan roti ”satria bakery” di Karanganyar TA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efisiensi layout fasilitas produksi pada perusahaan roti ”satria bakery” di Karanganyar TA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam perkembangan perekonomian masa kini perusahaan dituntut mempunyai daya kompetensi tinggi. Perusahaan besar maupun kecil harus mempunyai strategi-strategi tersendiri agar dapat bertahan dan berkembang seiring perkembangan zaman. Strategi perusahaan sangat banyak dan bervariasi, selain strategi yang fokus pada kondisi didalam perusahaan juga strategi pada kondisi diluar perusahaan. Diluar perusahaan ada beberapa strategi yang dapat digunakan, misal strategi perolehan bahan baku maupun strategi pemasaran produk jadi ataupun produk setengah jadi. Didalam perusahaan, strategi juga banyak dilakukan , salah satunya adalah strategi pengaturan tata letak pabrik dan segala fasilitasnya, yang didalam bahasa perusahaan disebut layout fasilitas produksi.

(2)

mempengaruhi kegiatan produksi, disini menegaskan bahwa penataan layout fasilitas bukan masalah yang sepele.

Kurangnya kepedulian tentang penataan tata letak fasilitas dapat berakibat fatal. Akibat yang akan timbul bila tidak menerapkan penataan yang baik adalah kegiatan proses produksi yang terganggu, pembengkakan biaya produksi yang muncul dari aktifitas yang seharusnya tidak perlu, sampai titik akhir yaitu kebangkrutan perusahaan sampai tidak bisa menjalankan proses produksi lagi. Mengingat pentingnya masalah penataan layout fasilitas produksi, perusahaan harus senantiasa memikirkan hal ini agar tidak merugikan perusahaan baik kecil maupun besar. Pengelolaan tempat didalam perusahaan harus saling mendukung kelancaran segala aspek proses produksi. Penataan Layout fasilitas produksi memang sulit dilakukan, walaupun perusahaan telah melakukannya, tetap saja kesempurnaan tidak pernah ada, tapi diharapkan nantinya perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal.

(3)

daya kompetensi yang tinggi, dan selalu memperhatikan masalah layout yang sudah ada, agar mampu berkembang dan bersaing dipasar global yang tentunya menjadi leader perusahaan sejenis.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam menyusun Tugas Akhir penulis mengambil judul:

“ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI “SATRIA BAKERY” DIKARANGANYAR ”. B. Rumusan Masalah

Masalah pokok Perusahaan Roti “Satria Bakery” mengenai analisis layout untuk mencapai efisiensi adalah :

1. Bagaimana urutan proses produksi dari bahan baku menjadi produk jadi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”?

2. Bagaimana efisiensi layout fasilitas produksi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”?

3. Bagaimana revisi layout yang efisien bagi Perusahaan Roti “Satria Bakery” terhadap pelaksanaan layout yang kurang optimal ?

C. Batasan Masalah

Dalam pengamatan penelitian, penulis hanya mengamati urutan proses produksi, jarak antara stasiun kerja satu dengan yang lain, dan waktu yang digunakan tiap departemen.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui urutan proses produksi dari bahan baku menjadi produk jadi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.

(4)

3. Untuk mengetahui revisi layout yang efisien bagi Perusahaan Roti “Satria Bakery” terhadap pelaksanaan layout yang kurang optimal. E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara kebijakan yang digunakan selama ini dengan hasil penelitian. 2. Bagi Penulis

a. Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara pembuatan roti.

b. Penerapan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan. c. Mengetahui bagaimana kondisi dunia kerja yang sebanarnya. 3. Bagi pihak lain

a. Dapat dijadikan referensi untuk pemecahan kasus sejenis. b. Menambah pengetahuan khususnya bagaimana cara

(5)

F. Kerangka Pemikiran

Alur Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Langkah pertama untuk menentukan efektivitas dan efisiensi layout pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” adalah mengetahui terlebih dahulu posisi layout yang diterapkan perusahaan saat ini. Dengan data yang diperoleh dari pengamatan tesebut, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode Keseimbangan Lini, setelah pengolahan data dan mendapatkan hasil, maka hasil yang diperoleh tersebut digunakan sebagai acuan tentang berapa prosentase efisiensi layout yang diterapkan Perusahaan Roti “Satria Bakery” tersebut. Hasil tersebut juga digunakan untuk mengetahui apakah layout yang diterapkan oleh perusahaan tersebut masih bisa

Layout fasilitas produksi

Analisis Keseimbangan Lini

Efektivitas dan efisiensi

Kurang efisien Efisien

(6)

dipertahankan, atau harus dilakukan relayout untuk mendapatkan efisiensi yang maksimal.

G. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang penulis gunakan adalah desain kasus yang diperoleh dari penelitian tentang layout fasilitas produksi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” apakah layout yang diterapkan sudah maksimal apa belum. Serta dengan melihat hal tersebut apakah perusahaan perlu melakukan perubahan atau tetap mempertahankan penerapan layout yang sudah ada.

2. Obyek Penelitian

Tempat yang menjadi obyek penelitian adalah pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang berlokasi di Teken, Kecamatan Kaliwuluh, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

3. Sumber Data

Data diperoleh dengan penelitian dan pengamatan secara langsung yang dilakukan pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.

4. Jenis Data a Data Primer

(7)

b Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proses produksi dan tata letak/ layout fasilitas poduksi dengan membaca literatur, dokumen, buku-buku serta teori yang berhubungan dengan penelitian.

5. Metode Pengumpulan data a Wawancara

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan manajer, personalia, staf serta dengan karyawan perusahaan.

b Dokumentasi

Yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat atau mengcopy data dari perusahaan.

c Observasi

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung pada proses produksi dan layout fasilitas produksi yang diterapkan Perusahaan Roti “Satria Bakery”. 6. Metode Pembahasan

a Menginventariskan kegiatan yang ada.

Melakukan inventaris dengan membuat tabel yang berisi jenis kegiatan, kegiatan yang mendahului serta waktu penyelesaian pekerjaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan analisis dan pengolahan data.

(8)

Setelah menginventariskan kegiatan yang ada kemudian dibuat jaringan kerja untuk mempermudah dalam menentukan jumlah stasiun kerja .

c Melakukan analisis keseimbangan lini

Melakukan analisis keseimbangan lini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Menentukan cycle time.

Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat produk yang sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis produksi atau waktu terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian proses produksi yang harus dilalui suatu produk.

Rumus :

D t C 60

Keterangan :

C : cycle time atau waktu daur t : waktu kerja per hari

(9)

Sedangkan untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :

Maksimum output /hari =

unit c hari waktu / /

2) Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil Untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil dapat dicari

Rumus : N=

t T D   60 Keterangan

N : stasiun kerja yang dibuat. T : waktu proses total.

3) Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan kestasiun kerja dengan aturan LOT (Longest Operation Time).

Yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya dengan tetap memperhatikan urutan proses. Penundaan (balancing delay) dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja yang merupakan suatu indikator efisiensi.

4) Untuk mengetahui penundaan dapat dicari dengan rumus :

Total waktu yang menganggur

Penundaan = X100%

(10)

Keterangan :

Total waktu menganggur = Jumlah stasiun kerja X cycle time total waktu elemen pekerjaan.

Total waktu kerja = Jumlah stasiun kerja X cycle time

Tingkat efisiensi = 100% - balancing delay

5) Menentukan efektifitas Rumus :

Output perhari yang dicapai

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Proses Produksi.

Menurut Agus Ahyari ( 1994 : 12 ) proses adalah “cara, metode, maupun teknik untuk menyelenggarakan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan proses produksi adalah suatu cara, metode, maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan. Sedangkan menurut Sofjan Assauri ( 1997 : 83 ) proses produksi adalah “cara, metode dan teknik untuk menciptakan kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) yang ada”.

B. Pengertian Layout

Layout / Tata letak adalah landasan utama dalam industri. Pengertian Layout yang lebih detail adalah susunan letak fasilitas produksi didalam pabrik yang sangat perlu direncanakan dan diatur dengan baik sesuai dengan pelaksanaan produksi yang ada didalam pabrik tersebut. Agus Ahyari (1994 : 35)

(12)

Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang ekonomis dari orang-orang dan bahan –bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. (T. Hani Handoko, 1992 : 45)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Layout merupakan suatu desain penempatan fasilitas dalam perusahaan, agar produksi lancar dan biaya total semakin minimal sehingga keuntungan perusahaan meningkat.

Secara garis besar tujuan layout adalah mengatur area kerja dan penempatan segala macam produk serta fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi yang aman dan nyaman. Perencanaan layout merupakan perencanaan yang menyeluruh dari tata letak produksi yang ada, sehingga pelaksanaan layout ini akan senantiasa diperlukan masing-masing perusahaan. Karena perencanaan layout merupakan perencanaan dari pembagian dan penataan ruangan perusahaan sehingga pelaksanaan produksi dalam perusahaan tersebut bisa dilaksanakan seefisien mungkin. Suatu perencanaan layout akan selalu diperlukan disuatu perusahaan oleh karena adanya hal-hal berikut. Seperti yang diungkapkan Agus Ahyari dalam bukunya “Manajemen Produksi”, ada beberapa faktor yang mendorong perencanaan layout antara lain :

1. Adanya perubahan dari desain produksi. 2. Adanya produk baru.

3. Adanya perubahan volume permintaan. 4. Fasilitas yang sudah ada ketinggalan zaman. 5. Adanya kecelakaan dalam proses produksi. 6. Kondisi kerja yang tidak memuaskan.

(13)

Tujuan perencanaan layout antara lain :

1. Meminimalkan biaya material handling diantara fungsi berbeda. 2. Mengurangi kemacetan material dan tenaga kerja.

3. Menaikkan keamanan karyawan. 4. Menaikkan efisiensi tenaga kerja. 5. Memperbaiki moral

6. Memperindah komunikasi dan koordinasi bila diperlukan.

7. Meningkatkan kualitas lingkungan pekerjaan secara fisik ( sinar, temperatur, suara gaduh ) dan secara psikis ( sosial, dan

komunikasi ) (Atmaji, 1989 : 97 )

Didalam penyusunan perencanaan layout pabrik, sebelum ditentukan layout apa yang akan digunakan dalam pabrik tersebut terlebih dahulu harus diketahui seberapa besar atau berapa bagian yang akan terlibat dalam penerapan dari perencanaan layout yang akan disusun tersebut. Ada 4 macam klasifikasi layout, yaitu : 1) Adanya perubahan kecil dalam layout yang sudah ada. 2) Adanya penambahan fasilitas produksi yang baru.

3) Adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang baru.

4) Pembangunan pabrik baru. 5)

(14)

Layout proses atau layout fungsional adalah penyusunan tata letak dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Model ini cocok jika proses produksi tidak baku, yaitu perusahaan membuat berbagai jenis produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi dalam berbagai macam variasi.

Keuntungan tata letak proses menurut T. Hani Handoko yaitu :

a Memungkinkan utilisasi mesin yang tinggi

Memungkinkan penggunaan mesin-mesin yang multiguna sehingga dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi b Memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh

kerusakan mesin

c Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan peralatan d Memungkinkan spesialisasi supervise.

Kerugian tata letak proses :

a Meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran proses yang beragam dan tidak dapat digunakannya ban berjalan

b Pengawasan produksi yang lebih sulit

(15)

f Pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih sulit karena setiap ada order baru harus dilakukan perencanaan perhitungan kembali.

2. Layout Produk

Tata letak produk dipilih apabila proses produksinya telah distandarisasikan dan berproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap produk akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari awal sampai akhir.

Keuntungan model tata letak produk :

a Aliran material yang simpel dan langsung b Persediaan barang dalam proses yang rendah c Total waktu produksi per unit yang rendah d Tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi e Kebutuhan material handling yang rendah f Pengawasan proses produksi yang lebih mudah g Dapat menggunakan mesin khusus atau otomatis

h Dapat menggunakan ban berjalan karena aliran material sudah tertentu

i Kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan dengan lebih mudah

Kerugian model tata letak produk :

(16)

b Perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak efektifnya tata letak yang bersangkutan

c Biasanya memerlukan investasi mesin / peralatan yang besar

d Karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan pemborosan

3. Layout posisi tetap

Tata letak posisi tetap dipilih apabila karena ukuran, bentuk ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan. Dengan demikian produk tetap ditempat sedangkan peralatan dan tenaga kerja yang mendatangi produk.

Keuntungan tata letak posisi tetap : a Berkurangnya gerakan material

b Adanya kesempatan untuk melakukan pengayaan tugas

c Sangat fleksibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam desain produk, bauran produk ataupun volume produksi

d Memberikan kebanggaan pada pekerja karena dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan

Kerugian tata letak posisi tetap :

(17)

c Memerlukan tenaga kerja yang berketrampilan tinggi

d Memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang dalam proses yang tinggi

e Memerlukan koordinasi dalam penjadwalan produksi.

D. Prinsip Dasar Penyusunan Layout.

Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dapat diperolah dalam pengaturan tata letak fasilitas pabrik, dapat disimpulkan prinsip dasar penyusunan layout adalah sebagai berikut :

1. Integrasi secara total

2. Jarak perpindahan bahan paling minimum 3. Memperlancar aturan kerja

4. Kepuasan dan keselamatan kerja 5. Fleksibilitas

Pada dasarnya tahapan pengaturan semua fasilitas pabrik dapat dibedakan menjadi dua tahapan :

1. Mengatur tata letak mesin dan fasilitas produksi lainnya dalam setiap departemen

2. Mengatur tata letak departemen serta hubungannya dengan departemen yang lain dalam pabrik.

(18)

maupun masalah pengaturan fasilitas produksi dari pabrik baru adalah sebagai berikut :

1. Analisis produk dan proses produksi yang diperlukan 2. Penentuan jumlah mesin dan luas area yang dibutuhkah 3. Penentuan tipe layout yang dikehendaki

4. Penentuan aliran kerja dan bahan

5. Rencana secara detail layout yang dipilih

Dari langkah-langkah tersebut diatas pengaturan tata letak fasilitas harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut

1. Jenis produk yang dibuat, baik manyangkut desain maupun volume produksi yang dikehendaki.

2. Urutan proses, apakah atas dasar arus (flow) atau atas dasar proses.

3. Peralatan yang digunakan, baik menyangkut jenis teknologi, maupun kapasitas mesin.

4. Pemeliharaan dan penggantian (maintenance and replacement) 5. Keseimbangan kapasitas antar mesin atau antar departemen

(balancing capacity).

6. Area tenega kerja (employee area). 7. Area pelayanan (servica area) 8. Fleksibilitas (flexibility).

[Zulian Yamit, M. Si,. 1998 : 122]

(19)

Kerugian layout yang buruk adalah :

1. Bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat, dimana urutan proses berliku-liku karena susunan tata letak barang dan ruangan yang ada.

2. Ruangan produksi, mesin-mesin dan fasilitas lainnya disusun sacara tidak teratur (berserakan) sehingga mengganggu kelancaran produksi.

3. Service area sempit sekali dan letaknya tidak memuaskan.

4. Bahan-bahan/ produk-produk tidak dapat bergerak segera dikosongkan, sehingga memperlambat pembongkaran barang-barang yang tiba dipabrik. (Sofjan Assauri, 1996 : 45 ).

E. Cara melakukan Perencanaan Layout

Pekerjaan layout tidak dapat dikerjakan sendiri oleh satu orang. Dalam membuat layout yang baru, semua faktor-faktor yang disebutkan diatas harus diperhatikan benar-benar dan harus dipertimbangkan, terutama faktor-faktor yang penting, yaitu:

1. Flow material 2. Product

3. Peralatan/ Machine 4. Minimummovement

5. Sequence (urutan) dari operasi produksi

(20)

a Daftar mesin b Ukuran mesin

c Gambar-gambar mesin

2. Group outline

Didalam menggambar perlu diperhatikan macam-macam mesin serta kelompok yang terdiri dari mesin-mesin yang sama dan ukuran yang sama.

Alat-alat pembantu misal, lori (trailer), tool boxes standard dan lain-lain.

3. Method investigation

Dari hasil method study, layout suatu mesin, operator dan alat-alat pembantu digambar dan diskala.

4. Daerah mesin

Ruangan untuk maintenance harus ditambahkan pada ruangan kerja mesin, demikian pula dengan ruangan tempat hasil pembongkaran akibat perbaikan.

a Machine blok plan

Pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi terdiri dari kumpulan mesin-mesin sejenis atau sekelompok mesin.

b Shop floor layout

(21)

3) Dimensi machine shop

4) Kedudukan daripada penghalang-penghalang yang tidak dapat bergerak seperti tiang-tiang/ kolam.

5) Penempatan daripada gudang ( Sofjan Assauri, 1996 : 66). F. Keseimbangan Lini (Line Balancing)

Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan kedalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang ditugaskan kesetasiun-stasiun tersebut, sehingga dapat diperoleh jumlah waktu yang menganggur sedikit sehingga efisiensi proses produksi tinggi. Sedangkan secara umum penerapan keseimbangan lini bertujuan untuk meminimalkan jumlah waktu yang menganggur. Merencanakan suatu keseimbangan lintas kerja meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal dan tidak terjadi penghamburan kapasitas.

Tujuan tersebut akan tercapai apabila lintasan produksi bersifat seimbang, stasiun kerja berjumlah minimum, jumlah waktu yang menganggur disetiap stasiun kerja sepanjang lintasan produksi minimum.

(22)

ada hendaknya dilakukan agar tercapai keseimbangan antar stasiun kerja yang ada.

Untuk mencapai keseimbangan kapasitas yang baik maka hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain waktu yang dibutuhkan untuk melakukan keseluruhan proses produksi, urutan teknis dari pekerjaan dan kapasitas output yang diinginkan. Penentuan besarnya tingkat keseimbangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Menentukan cycle time.

Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat produk yang sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis produksi atau waktu terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian produksi yang harus dilalui suatu produk.

Rumus

D t C 60

C : cycle time

t : waktu kerja per hari D : permintaan per hari

Sedangkan untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :

Maksimum output/ per hari =

unit c hari waktu / /

2. Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil

Untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil dapat dicari dengan :

Rumus : N=

(23)

N : stasiun kerja yang dibuat. T : waktu proses total.

D : permintaan per hari.

3. Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan kestasiun kerja dengan aturan LOT (Longest Operation Time).

Yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya dengan tetap memperhatikan urutan proses. Penundaan (balancing delay) dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja yang merupakan suatu indikator efisiensi.

Untuk mengetahui penundaan dapat dicari dengan : Rumus :

Total waktu yang menganggur

Penundaan = X100%

Total waktu kerja

Total waktu kerja = Jumlah stasiun kerja X cycle time Tingkat efisiensi = 100% - balancing delay

G. Pengertian Efisiensi.

Efisiensi adalah usaha meminimalkan input dan berusaha mendapatkan ouput yang optimal.

(24)

konsep matematik atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input).

Menurut Atmaji (1989 : 7 ), Efektifitas adalah perbandingan ukuran output nyata dengan output yang direncanakan. Peningkatan produktivitas perusahaan tidak lepas dari kesempurnaan layout fasilitas yang diterapkan. Apabila layout yang diterapkan perusahaan terdapat sedikit jumlah waktu yang menganggur atau bahkan tidak ada, maka efisiensi produksi telah dicapai oleh perusahaan. Efisiensi tercapai bila terjadi keseimbangan antar stasiun kerja yang ada. Oleh karena itu perencanaan layout perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak perusahaan.

H. Cara melakukan Relayout

Untuk melakukan Relayout harus memperhatikan kriteria layout. Kriteria layout yang baik menurut James M. Apple (1994), yakni :

1. Aliran yang lurus dan langkah balik minimum. 2. Gang yang lurus.

3. Operasi pertama harus dekat dengan penerimaan bahan baku. 4. Operasi terakhir harus dekat dengan pengiriman produk.

5. Pemindahan antar operasi minimum. 6. Ruang penyimpanan yang cukup.

(25)

BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah dan perkembangan Perusahaan.

(26)

mampu berkembang dan bersaing dan sekarang perusahan ini mampu membuat beberapa jenis dan bentuk roti. Pada mulanya perusahaan ini berproduksi dengan spekulasi penjualan, ternyata produk roti yang dihasilkan perusahaan ini diterima pasar, dan mampu memikat hati konsumen, dan sekarang perusahaan sudah mempunyai pelanggan tetap yang disalurkan oleh distributor atau perusahaan sering menyebut sales tetap. Dengan sudahnya perusahaan mempunyai banyak distributor tetap, sekarang perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan oleh para distributor tersebut.

2. Pemilihan Lokasi Perusahaan a Harga Tanah

Harga tanah sangat mempengaruhi pembangunan suatu industri, Harga tanah perusahaan pada awalnya adalah 600.000 per meter, karena masih murahnya harga tanah, maka perusahaan mampu meminimalkan modal yang dikeluarkan guna membangun perusahaan tersebut.

b Tenaga Kerja

(27)

perusahaan lebih mudah menyeleksi para karyawan tersebut. Disamping alasan tersebut perusahaan ingin membangun desa sekitar perusahaan agar menjadi desa yang maju dengan membuka lapangan pekerjaan para pemuda-pemudi dan meminimalkan pengangguran. Walaupun perusahaan juga merekrut karyawan diluar daerah, perusahaan tetap memprioritaskan karyawan dari daerah sekitar.

c Transportasi

Jalur transportasi perusahaan tergolong mudah, karena hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dari jalur yang dilewati bus atau angkutan umum jurusan Sragen-Tawangmangu.

d Jaringan listrik dan telepon

(28)

3. Struktur Oganisasi Perusahaan Roti”Satria Bakery”

Gambar StrukturOranganisasi Perusahaan Roti “Satria Bakery” Gambar 3.1

Stuktur Oranganisasi

Perusahaan Roti “Satria Bakery”

Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”

4. Produksi

Direktur

Manajer Keuangan

Manajer Pemasaran

Karyawan Produksi Manajer Produksi

(29)

Perusahaan ini dalam satu kali produksi mampu menghasilkan roti sebanyak 12.500 bungkus roti dengan bentuk yang berbeda-beda.

a Jenis Produksi

Jenis produk yang dihasilkan perusahaan adalah produk roti siap saji

b Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Dalam pemilihan bahan baku, perusahaan mempunyai lebih dari satu alternatif pilihan kualitas dan perusahaan juga mempunyai lebih dari satu alternatif pilihan pemasok, hal itu dilakukan perusahan karena perusahan selalu antisipasi jika suatu saat terjadi kekosongan bahan baku ataupun terjadi hubungan yang tidak harmonis antara perusahaan dengan pemasok. Dalam pembuatan roti perusahaan menggunakan bahan baku dan bahan pembantu, antara lain :

1) Bahan Baku a) Gandum

(30)

apabila terjadi kekosongan bahan baku dan juga mengantisipasi apabila terjadi ketidakharmonisan hubungan dengan pemasok. Perlu diingat bahwa bahan baku yang berbeda-beda bukan berarti kualitas yang berbeda. Perusahaan tetap menjaga rasa dengan memberikan kepuasan konsumen. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan bahan baku gandum sebanyak 10 sak gandum dengan berat 250 Kg. b) Gula pasir.

Gula pasir juga merupakan bahan baku utama karena gula pasir adalah bahan baku yang wajib digunakan untuk proses pembuatan roti. Gula pasir didapat dari pemasok agen bahan baku. Gula pasir yang diperlukan dan dipesan akan diantar oleh agen keperusahaan. Hal itu akan lebih meminimalkan biaya transportasi, sehingga perusahaan akan mampu mamaksimalkan laba yang akan diperolehnya nanti. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan gula pasir sebanyak 2 sak, yang beratnya 100 Kg.

c) Mentega

(31)

bahan baku lebih dari satu pemasok. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan mentega sebanyak 4 karton mentega dengan berat 60 Kg.

2) Bahan pembantu

a) Obat pengempuk roti.

Obat pengempuk roti digunakan perusahaan agar roti yang diproduksinya bisa empuk dan tidak keras. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan obat pengempuk roti sebanyak 2,5 Kg.

b) Obat pengembang roti.

Obat pengembang roti digunakan perusahaan agar roti yang diproduksinya bisa terlihat besar-besar dan berisi. Perusahaan tidak mengharapkan roti yang diproduksinya tidak mengembang atau bantat. Dalam satu kali produksinya perusahaan mampu menghabiskan obat pengembang roti sebanyak 3 Kg.

c) Selay.

(32)

tidak bisa memaksimalkan labanya. Perusahaan membuat selay dengan roti yang tidak memenuhi standar kualitas kemudian diolah kembali menjadi selay roti buatan sendiri dengan rasa yang khas, karena selay tersebut merupakan cairan roti buatan sendiri dengan resep yang rahasia. d) Meses

Meses tidak digunakan pada semua jenis roti, karena itu meses merupakan bahan pembantu pada pembuatan roti ini. Pada satu kali produksi perusahaan meses sebanyak 3Kg.

e) Pisang

Perusahan menggunakan pisang didalam proses pembuatan roti ini. Pisang tersebut digunakan dalam pembuatan roti yang bernama roti isi pisang. Pisang tersebut didapat pemasok atau penjual pisang yang siap mengantar keperusahaan, hal itu akan menghemat biaya transportasi bagi perusahaan. Dalam pemilihan pisang perusahaan memilih pisang yang berkualitas, karena dalam pembuatan roti isi pisang jika menggunakan pisang yang berkualitas rendah maka roti yang dibuat tersebut akan cepat basi dan dapat mencoreng nama baik perusahaan.

(33)

Kelapa digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti tabur kelapa. Kelapa didapat dari pemasok yang siap mengantar keperusahaan. Dalam pemilihan kelapa, perusahaan memilih kelapa yang masih muda, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kelapa yang seperti itu merupakan rasa yang paling enak untuk taburan roti menurut perusahaan.

g) Cokelat

Cokelat digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti isi pisang. Cokelat didapat dari agen yang juga siap mengantar keperusahaan. Dalam satu kali produksi perusahaan mampu menghabiskan cokelat sebanyak 2 Kg.

h) Sokade

Sokade merupakan bahan pembantu yang digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti tabur sokade. Sokade adalah daging buah yang dibuat manisan. Sokade yang digunakan perusahaan adalah sokade yang berwarna-warni. Hal itu dilakukan perusahaan untuk menarik konsumen dengan pemberian warna yang agak mencolok dan memberi kesan enak jika dimakan.

5. Mesin dan Peralatan Produksi a Mesin/ Peralatan utama

(34)

Mesin pres rolling ini berfungsi untuk mencampurkan semua bahan yang digunakan dalam pembuatan roti, agar bercampur, dan bahan-bahan bercampur rata.

2) Mesin pengaduk

Mesin pengaduk ini berfungsi untuk mengaduk campuran pertama dalam pembuatan roti, hal ini dilakukan karena mengingat bahan yang dicampur terlalu banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan secara manual. Digunakan mesin ini dengan tujuan menghemat waktu serta tenaga kerja dapat dialokasikan kedepartemen tertentu.

3) Mesin oven

Mesin ini berfungsi untuk mengoven bahan roti menjadi roti siap saji. Mesin oven ini menggunakan kompor yang diatur suhunya.

4) Kompor

Kompor pada perusahaan ini berguna untuk memanggang mesin oven sehingga mesin oven bisa digunakan sebagaimana mestinya. Kompor yang digunakan pada perusahaan adalah jenis kompor dengan bahan minyak tanah.

(35)

Meja kerja pada perusahaan ini terbuat dari kayu, meja kerja ini digunakan untuk membentuk bahan roti seperti yang diinginkan para konsumen

6) Tong

Tong ini digunakan untuk mendidihkan air, dan diambil uapnya untuk ruang penguapan, sehingga bahan roti dapat mengembang seperti yang diharapkan.

7) Peralon penghubung

Peralon penghubung ini menghubungkan antara tong pendidih dengan ruang penguapan bahan roti.

b Peralatan Pembantu 1) Ember

Ember digunakan untuk wadah seley, margarin, atau bahan yang lainnya.

2) Timbangan

Timbangan digunakan untuk menimbang bahan roti, agar nantinya setelah dioven bentuk dan beratnya sama.

3) Kotak

(36)

Loyang adalah jenis wadah yang terbuat dari zeng, yang digunakan untuk wadah bahan roti yang akan melalui tahap oven.

5) Tenaga Penggerak a) Diesel

Diesel yang digunakan pada perusahaan ini adalah jenis diesel dengan daya 20 PK.

b) PLN

(37)
[image:37.595.166.512.301.842.2]

6. Proses Produksi

Gambar 3.2 Alur Proses Produksi

pengadukan

pengerolan

pembentukka n

pengembangan pencampuran

(38)

Sumber : Perusahaan roti “Satria Bakery”

a Pencampuran

Sebelum bahan baku akan diproses, maka terlebih dahulu bahan baku dilakukan pencampuran, pencampuran merupakan tahap awal dari seluruh proses produksi, pencampuran adalah dicampurnya semua bahan baku dengan takaran yang sudah ditentukan.

b Pengadukan

Setelah tahap pencampuran, kemudian selanjutnya bahan baku tersebut dilakukan pengadukan agar semua bahan baku tersebut bersatu dan bahan baku tersebut siap menjalani tahap selanjutnya.

c Pengerolan

Tahap selanjutnya setelah pengadukan yaitu tahap pengerolan. Pengerolan adalah tahap dimana bahan baku yang telah

melakukan pencampuran di padatkan dengan ukuran pemadatan yang telah diukur. Pada tahap ini hampir sama dengan pencampuran tetapi pada tahap ini bahan baku tersebut dihalusakan agar roti yang diproduksi nanti terlihat halus, mulus dan semua bahan baku telah benar-benar tercampur rata pada semua bagian roti nantinya.

d Pembentukan

(39)

Setelah bahan baku melalui tahap pengerolan, maka selanjutnya bahan baku tersebut melalui tahap pembentukan. Tahap pembentukan ini adalah tahap dimana bahan baku tersebut dibentuk seperti apa yang diinginkan. Sebelum dibentuk bahan baku tersebut dipotong dengan ukuran yang telah ditentukan dan ditimbang sekaligus dilakukan pengecekan apakah bahan tersebut bagus atau tidak, setelah di cek bahan tersebut. Pada perusahaan ini terdapat enam bentuk roti yang diproduksi. Diantaranya adalah roti semir, roti tabur sokade, roti isi pisang, roti tabur kelapa, roti isi coklat, roti tabur meses. Roti dibentuk menurut jadwal pembuatan roti apa yang sedang dilakukan. e Pengembangan

Setelah melalui tahap pembentukan, tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan roti. Tahap pengembangan roti adalah tahap dimana bahan roti yang telah dibentuk tersebut diletakkan pada ruangan isolasi. Ruang isolasi tersebut adalah ruang yang tertutup rapat kemudian dialiri uap air. Pada tahap ini adalah tahap yang paling lama dilakukan, karena dalam tahap pengembangan ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam lamanya. f Pengovenan

(40)

diruang yang panas dengan temperatur yang telah ditentukan selama waktu yang telah ditentukan pula. Tahap pengovenan ini memerlukan waktu sekitar 15 menit dalam satu kali pengovenan. g Pendinginan

Setelah dilakukan tahap pengovenan, bahan baku sudah menjadi produk jadi berupa roti, tetapi produk roti tersebut harus melalui terlebih dahulu tahap pendinginan, tahap pendinginan adalah tahap dimana setelah roti dioven dengan suhu yang panas maka roti harus didinginkan, agar roti bisa dikemas, pendinginan dilakukan agar roti tidak panas dan mudah untuk dikemas. Tahap pendinginan harus mendapat perhatian lebih bagi perusahaan, karena dalam pengemasan roti tidak boleh terlalu panas, dikarenakan roti akan menguap dan akan cepat menjadi basi dan akhirnya masa produktif roti akan terlalu pendek dan merugikan perusahaan.

h Pengemasan

Setelah roti melalui tahap pendinginan, kemudian roti dicek, apakah roti tersebut bisa keluar pasar. kemudian roti dikemas dengan wadah plastik yang telah ditentukan, dan roti sudah bisa dipasarkan.

7. Kondisi Karyawan a Aspek Tenaga Kerja

(41)
[image:41.595.217.419.363.487.2]

didapat tersebut lebih mudah, selain memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, Perusahaan juga mengharapkan kemajuan desa dengan meminimalkan pengangguran. Alasan yang lain adalah tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar lebih dapat datang tepat waktu karena dekat dengan lokasi perusahaan tersebut. Selain itu juga kemudahan perusahaan mengawasi segala bentuk sifat dan karakteristik tenaga kerja yang tentunya berkaitan dengan operasional perusahaan. Adapun jumlah dan pendidikan para karyawan sebagi berikut :

Tabel 3.1

Jumlah karyawan pada

Perusahaan Roti Satria Bakery Jenis pekerjaan jumlah

Staf 3

produksi 19

Packing 7

Pemasaran 21

total 50

(42)
[image:42.595.164.474.85.225.2]

Tabel 3.2

Pendidikan Karyawan Staf Perusahaan Roti “Satria Bakery”

Nama Karyawan Staf Pendidikan umur

Kris Widyo Prasetyo D3 30

Kris Wido Sulistyo D3 27

Kris Wido Utomo D3 24

Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”

Tabel 3.3

Pendidikan dan Umur Karyawan Produksi Perusahaan “Roti Satria”

Nama Karyawan Produksi

Pendidikan umur

Kar SD 44

Wiji SD 34

Sugiyarti SD 35

Sayem SD 45

Iyem SD 33

Parti SD 37

Mami SD 31

Nurul SD 33

Tugiyem SD 32

Wagiyem SD 17

Painem SD 40

Tini SD 40

Iyah SD 39

[image:42.595.165.468.283.735.2]
(43)

Tri SMP 17

Priyono SMP 19

Riyanto SMP 25

Agung SMP 19

Dodo SMP 18

[image:43.595.163.468.83.252.2]

Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”

Tabel 3.4

Pendidikan dan Umur Tenaga Pemasar Perusahaan Roti “Satria Bakery”

Nama Pendidikan Umur

Lanjar SMA 30

Gimin SMA 28

Rebo SMA 35

Sunar SMP 35

Yusi SMP 35

Hadi SD 45

Rahmat SMA 28

Sangat SMA 25

Jumadi SMA 20

Purwanto SMA 31

Ngadi SD 45

Hardi SMA 25

Mandor SMA 37

Sularto SMA 36

Narto SMA 27

Ngadiyo SD 46

Bani SMP 40

Darman SMP 25

Jum SMP 29

Joko S1 37

Wagimin SD 42

Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”

Tabel 3.5

[image:43.595.162.468.298.659.2]
(44)

Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”

b Hari dan Jam Kerja

Perusahaan roti “Satria Bakery” menetapkan jam kerja karyawan sebagai berikut :

Dalam satu minggu karyawan masuk enam hari. Perusahaan meliburkan karyawan pada hari minggu. Pembagian hari dan jam kerja adalah sebagai berikut :

Hari kerja : Senin – Sabtu Jam Kerja : 7 jam/ hari

Shif I : Senin – Sabtu : 07.00 – 14.00 Istirahat : 1 jam

Shif II : Senin – Sabtu : 15.00 – 22.00 Istirahat : 1 jam

c Sistem Pengupahan

Manajemen Perusahaan Roti “Satria Bakery” menerapkan tiga sistem pengupahan, yaitu sebagai berikut :

1) Upah Mingguan

Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” setiap satu minggu sekali. 2) Upah Lembur

Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan yang melakukan lemburan yang perhitungannya berdasarkan jam lembur. 3) Upah Borongan

(45)

4) Jaminan Sosial

Sebagai tambahan selain upah (gaji pokok), perusahaan juga memberikan sejumlah tunjangan guna mendorong semangat kerja karyawan. Tunjangan Tenaga Kerja tersebut adalah : a) Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dari

perusahaan

b) Dana kesehatan atau pengobatan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja.

c) Tunjangan Hari Raya (THR) kepada semua karyawan pada saat menjelang hari raya.

d) Rekreasi untuk semua karyawan. d Pemasaran

Perusahaan roti Satria Bakery juga menggunakan Tenaga pemasar untuk memasarkan hasil produksinya. Agar mampu memperoleh pasar yang cukup luas dan menjanjikan, perusahaan harus memilih tenaga pemasar yang tangguh, ulet , disiplin, tidak mudah putus asa. Oleh sebab itu perusahaan tidak sembarangan memilih tenaga kerja.

(46)

Magang kerja adalah salah satu kegiatan perkuliahan yang dilakukan mahasiswa diluar kampus secara berkelompok ataupun individu dengan terjun langsung dalam dunia kerja maupun dimasyarakat. Kegiatan magang kerja dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan data dalam membuat/ menyususn Tugas Akhir . 2. Tujuan magang kerja

a Memperoleh pengalaman kerja dengan terjun langsung kedunia kerja atau dalam masyarakat.

b Dapat menambah pengalaman, ilmu pengetahuan dan mengetahui kondisi kerja yang sebenarnya

c Agar mahasiswa mengetahui, memahami permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja.

3. Tempat dan waktu pelaksanaan magang kerja

Magang kerja dilakukan di Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang beralamat di Teken, Kebakkramat, Karanganyar. Adapun waktu pelaksanaan magang kerja selama satu bulan mulai tanggal 2 Oktober s/d 2 November 2007.

Magang kerja dilakukan dari tanggal 2 Oktober s/d 2 November selama 3 hari dalam seminggu dengan istirahat 2 jam dari pukul 11.00 s/d 13.00 WIB. Dan waktu magang dimulai pukul 08.00 s/d 15.00 WIB dengan rincian sebagai berikut :

(47)

Pada minggu petama magang kerja penulis melakukan tahap perkenalan pada semua bagian yang ada pada perusahaan roti “Satria Bakery”.

b. Minggu kedua

Pada minggu kedua kegiatan magang kerja yaitu mengamati proses produksi yang ada dan meninjau layout yang diterapkan perusahaan roti “Satria Bakery”, serta melakukan wawancara terhadap para karyawan perusahaan.

c. Minggu ketiga

Pada minggu ketiga kegiatan magang kerja, melakukan pencatatan data-data pada perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi perusahaan.

d. Minggu keempat

Pada minggu keempat kegiatan magang kerja, penulis melakukan evaluasi terhadap data-data yang telah diperoleh dan melengkapi kekurangan data yang diperlukan serta tahap perpisahan dengan seluruh karyawan perusahaan roti “Satria Bakery”.

C. Pembahasan

(48)

yang ada. Keseimbangan lini ini diperlukan untuk menentukan stasiun kerja yang seimbang. Apabila terjadi pembebanan waktu untuk setiap stasiun kerja, maka akan dapat menghambat proses produksi dan dapat mengurangi efisiensi.

Pembagian pekerjaan pada stasiun kerja dapat menghasilkan pembagian kerja yang lebih merata, dan untuk memperkecil jumlah waktu menganggur.

1. Data Urutan Proses Produksi

Langkah awal dalam menganalisis efektivitas dan efisiensi layout dengan metode line balancing adalah dengan menginventarisir pekerjaan, yaitu mencatat urutan proses pekerjaan yang ada. Dalam hal ini kita mencatat urutan pekerjaan beserta waktu tiap pekerjaan dan pekerjaan yang mendahului pada produksi roti. Langkah pertama untuk menganalisis layout perusahaan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui layout perusahaan saat ini. Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar layout perusaahaan saat ini seperti gambar berikut:

Gambar 3.3

[image:48.595.118.511.530.789.2]
(49)
[image:49.595.188.507.340.515.2]

Adapun urutan pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3.6

Urutan Pekerjaan dan Waktu penyelesaian produksi roti

“Satria Bakery”

Sumber : Perusahaan Roti Satria Bakery, Karanganyar

Dari tabel diatas, maka dapat dibuat jaringan kerja sebagai berikut :

Gambar 3.4 Jaringan Kerja Produksi Perusahaan Roti “Satria Bakery”

No pekerjaan simbol

pekerjaan yang

mendahului waktu

1 pencampuran A - 0,0064

2 Pengadukan B A 0,0128

3 pengerolan C B 0,0192

4 pembentukan D C 0,0192

5 pengembangan E D 0,0192

6 pengovenan F E 0.0096

7 Pendinginan G F 0,0128

8 Quality Control H G 0,0064

(50)

2. Analisis Keseimbangan Lini

Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan keseimbangan stasiun kerja pada proses produksi perusahaan, hal ini merupakan salah satu cara untuk mendapatkan proses produksi yang efisien dalam penerapan keseimbangan lini.

a Menentukan stasiun kerja terkecil dan cycletime yang dikehendaki

1) Menentukan stasiun kerja terkecil

Untuk menentukan banyaknya stasiun kerja yang ada dalam proses pekerjaan, maka digunakan rumus sebagai berikut:

N=

t T D

  60

Keterangan

N = Stasiun Kerja

D = Permintaan per hari T = Waktu proses produksi t = waktu kerja perhari

perusahaan menargetkan jumlah produksi roti per hari adalah 12.500 unit roti. Sehingga stasiun kerja yang dibuat adalah sebagai berikut :

(51)

N= t T D   60 N= 7 60 1248 , 0 500 . 12 X X N= 420 1560

N= 3,72 dibulatkan menjadi N= 4 stasiun kerja

[image:51.595.195.468.410.555.2]

Jadi jumlah stasiun kerja pada perusahaan roti satria Bakery adalah 4 stasiun kerja. Pengelompokkan elemen penugasan beserta jumlah waktu komulatif tiap stasiun kerja dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :

Gambar 3.5

Pengelompokkan Elemen-elemen Pekerjaan ( 4 Stasiun Kerja )

I II III IV

Elemen : A B C D E F G H I Kerja

Waktu : 0,0192 0,0384 0,0288 0,0384

2) Menentukan kapasitas maksimum dan siklus kerja (cycletime) yang diijinkan.

(52)
[image:52.595.169.510.278.506.2]

Tabel 3.7

Penugasan elemen-elemen pekerjaan kedalam stasiun kerja proses produksi roti Perusahaan Roti “Satria Bakery”

( dalam satuan menit )

Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”

No Pekerjaan Waktu StasiunKerja

Jumlah Waktu ( menit )

1 Pencampuran 0,0064 1

2 Pengadukan 0,0128 1 0,0192

3 Pengerolan 0,0192 2

4 Pembentukan 0,0192 2 0,0384

5 Pengembangan 0,0192 3

6 Pengovenan 0,0096 3 0,0288

7 Pendinginan 0,0128 4

8 QC 0,0064 4

9 Pengemasan 0,0192 4 0,0384

(53)

Untuk mengetahui kapasitas maksimum apabila perusahaan memakai siklus kerja 0,0384 menit adalah dengan perhitungan sebagai berikut:

Time perhari kerja Waktu max Cycle Q

Q max = 060,0384x7

Q max = 10938 roti 3) menghitung cycletime yang diijinkan

Waktu yang tersedia perhari

Cycletimeyang diijinkan =

Produksi perhari =

12500 7 60menitX jam

= 500 . 12 420 = 0,0336

b Analisis penugasan elemen pekerjaan dalam stasiun kerja

Setelah dibuat pengelompokkan elemen pekerjaan, mengetahui kapasitas maksimum dan cycletime yang diijinkan maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan penugasan elemen-elemen pekerjaan dalam stasiun kerja yang kita ketahui tersebut.

1) Analisis berdasarkan LOT (Longest Operations Time) pada siklus kerja sebagai dasar siklus kerja yang sitentukan oleh perusahaan

Tabel 3.8

(54)

Stasiun Kerja 1 2 3 4 Total Waktu Waktu Komulatif 0,0192 0,0384 0,0288 0,0384 0,1248 Siklus Kerja 0,0384 0,0384 0,0384 0,0384 0,1536 Waktu Menganggur 0,0192 0 0,0096 0 0,0288 Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang dianalisis

a) Perhitungan berdasarkan waktu siklus (cycletime) yang diijinkan yakni 0,0384

(1) Tingkat penundaan

siklus waktu total

menganggur waktu

total Penundaan

Penundaan = 00,,15360288x 100 %

Penundaan = 0,19 % = 19 %

(2) Tingkat efisiensi

Efisiensi = 100 % - penundaan = 100 % - 19 % = 81 %

[image:54.595.121.511.97.167.2]

b) Perhitungan berdasarkan waktu siklus yang diijinkan 0.0336 menit

Tabel 3.9

(55)

Sumber : Perusahan Roti Satria Bakery.

(1) Penundaan

Penundaan = 00,,13440096X 100 %

Penundaan = 0,07 % = 7% (2) Efisiensi

Efisiensi = 100 % - penundaan Efisiensi = 100 % - 7 %

= 93 % (3) Menghitung efektivitas

Efektivitas lininya adalah tingkat kapasitas yang diinginkan yang bisa dicapai, yaitu dengan siklus kerja 0,0336 menit. Total output perhari yang dapat dicapai adalah :

(a) Menghitung efektivitas berdasarkan cycletime yang diijinkan ( 0,0336 menit)

Stasiun Kerja 1 2 3 4 WaktuTotal

(56)

diharapkan yang perhari output 0384 , 0 420 perhari tersedia yang waktu dicapai yang perhari Output   % 100 % 100 1 % 100 500 . 12 500 . 12 % 100     x x x diharapkan yang perhari output dicapai yang perhari output s Efektifita perhari roti unit diharapkan yang perhari output 500 . 12 0336 , 0 420 perhari tersedia yang waktu dicapai yang perhari Output   

sehingga efektivitas dapat kita bandingkan dengan perhitungan sebagai berikut :

(57)

% 87 % 100 87 , 0 % 100 500 . 12 938 . 10 % 100     x x x diharapkan yang perhari output dicapai yang perhari output s Efektifita

dari perhitungan tersebut maka dapat kita lihat tingkat efektivitasnya adalah sebagai berikut:

3. Hasil analisis

Maka dari keseluruhan perhitungan diatas dapat kita rangkumkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.10

(58)

Sumber : Perusahaan Roti “Satria.Bakery”

Dari tabel diatas, kita dapat membandingkan antara penerapan kebijakan siklus kerja 0,0336 menit lebih menguntungkan daripada siklus kerja 0,0384 menit. Sehingga apabila siklus kerja 0,0336 diterapkan benar, maka keseimbangan lini kerja menjadi lebih optimal, dimana hal ini akan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dengan siklus kerja 0,0384 menit, menghasilkan waktu menganggur 0,0288 menit, tingkat efisiensi dan efektivitas yang rendah yaitu sebesar 81% dan 87% serta tingkat penundaan yang cukup besar yaitu sebesar 19%.

Berbeda dengan penerapan waktu siklus kerja 0,0336 menit, yang mana dari hasil analisis dapat dilihat lebih baik karena menghasilkan waktu menganggur lebih kecil daripada sebelumnya

Keterangan

Hasil Analisis Siklus Kerja

Perbedaan (selisih) Siklus

Kerja 0,0336

Siklus Kerja 0,0384 Total Waktu

Menganggur 0,0096 0,0288 0,0132

Efisiensi 93% 81% 7%

Efektivitas 100% 87% 13%

(59)

yaitu sebesar 0,0096 menit, sedangkan tingkat efisiensi dan efektivitasnya adalah sebesar 100% dan 93%, serta tingkat penundaan yang jauh lebih rendah yaitu 7%.

Selain itu, perusahaan harus juga memperhatikan beberapa faktor lainnya diantaranya kondisi peralatan produksi, kondisi karyawan, baik operator mesin maupun tenaga kerja yang lainnya karena selain faktor sistem, faktor-faktor pendukung lainnya juga sangat berpengaruh terhadap penerapan konsep line balancing. Dengan demikian semua aspek dalam perusahaan dapat berjalan seimbang baik sistem, peralatan serta karyawan perusahaan sehingga efisiensi dan efektivitas dapat berjalan dengan baik dan optimal.

(60)

Dengan alasan sebagai berikut:

a. Jarak yang ditempuh dari departemen sartu dengan yang lainnya diperpendek, sehingga mengurangi pergerakan karyawan yang seharusnya tidak perluy

b. Pengelompokkan pekerjaan disusun berdasarkan stasiun kerja yang dibuat,karena pengelompokkan tersebut berdasarkan waktu penyelesaian yang seimbang antar stasiun kerja

(61)

BAB IV PENUTUP

Berikut merupakan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tentang efektivitas dan efisiensi layout fasilitas produksi perusahaan roti “Satria Bakery”. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.

A. KESIMPULAN

1. Alur proses produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” di Karanganyar meliputi pencampuran, pengadukan, pengerolan, pembentukan, pengembangan, pengovenan, pendinginan, Quality Control, dan pengemasan.

2. Departemen produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” di Karanganyar memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi empat stasiun kerja, pekerjaan AB berada pada stasiun kerja I, pekerjaan CD berada pada stasiun kerja II, pekerjaan EF berada pada stasiun kerja III, pekerjaan GHI berada pada stasiun kerja IV. 3. Dari hasil analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektivitas layout

(62)

a. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0384 menit (siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 81%,dan menghasilkan waktu menganggur lebih besar yaitu sebesar 0,0288 menit, dan tingkat penundaan sebesar 19%, semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan. b. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0336 menit (siklus kerja

yang diijinkan), menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 93% dan efektivitas sebesar 100%.

4. Dari hasil analisis ditemukan pula waktu menganggur dan tingkat penundaan yang muncul pada layout produksi, yakni sebagai berikut :

a. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0384 menit, akan menghasilkan waktu menganggur lebih besar yaitu sebesar 0,0288 menit, dan tingkat penundaan sebesar 19%, semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan.

b. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0336 menit, akan menghasilkan waktu menganggur sebesar 0,0096 menit dan tingkat penundaan sebesar 7%.

(63)

B. SARAN

1. Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan manajemen perusahaan untuk proses produksi roti.

2. untuk meningkatkan keuntungan peruisahaan, penulis menyarankan untuk melakukan relayout perusahaan seperti gambar dibawah ini:

[image:63.595.114.510.279.571.2]

Gambar 3.6

Gambar Tata Letak Pabrik Apabila Dilakukan Relayout

Sumber: Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang dianalisis

(64)

D : pembentukan E : pembentukan F : pengovenan G : pendinginan H: Quality Control I : pengemasan

Keuntungan yang akan diperoleh adalah :

a. Pembuatan stasiun kerja akan berpengaruh pada keseimbangan aliran bahan.

b. Jarak antar depertemen harus dekat sehingga mengurangi pergerakan yang tidak perlu, dan akan memaksimalkan pergerakan karyawan untuk melakukan pekerjaannya

c. Akan menghemat waktu, karena dengan pengurangan pergerakan yang tidak perlu, maka akan memaksimalkan waktu yang disediakan untuk karyawan.

d. Akan menghemat listrik, karena dengan penyelesaian proses produksi yang cepat, maka perusahaan bisa mematikan aliran listrik yang tidak perlu digunakan lagi, seperti penerangan, listrik sanyo penyedot air, dll.

(65)

3. Agar tidak terjadi tingkat penundaan yang tinggi pada proses perpindaahan material sebaiknya peralatan pendukung pada setiap stasiun kerja ditempatkan sesuai dengan fungsinya.

4. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja yang kecil sehingga perusahaan mendapatkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih baik.

5. Untuk dapat menggunakan siklus kerja yang kecil, maka perlu dilakukan evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kndisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan permasalahan yang ada pada perusahaan.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Ahyari .1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE

Atmaji. 1989. Pokok-Pokok Manajemen Produksi Dan Operasi (Lanjutan Ke-1). Surakarta : UNS

James M. Apple. 1994. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Bandung : ITB

Sofjan, Assauri. 1996. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: FEUI.

. 1997. Manajemen Produksi. Jakarta: FEUI.

T. Hani Handoko. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.

. 1997. Manajemen. Edisi kedua Yogyakarta: BPFE.

(67)
(68)
(69)
[image:69.595.113.506.152.385.2]

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2 Alur Proses Produksi
Tabel 3.1Jumlah karyawan pada
Tabel 3.2Pendidikan Karyawan Staf
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang paling tepat untuk dilakukan perusahaan Brenda Roti dalam menghadapi permintaan pasar yang berfluktuasi, dengan

Judul Analisis Network Dalam Proses Produksi Roti Kecik Pada Perusahaan Roti Ganep Solo ini dapat diselesaikan dengan baik.. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1).Untuk mengetahui tingkat kerusakan produk roti kecik jenis lonjong selama bulan Januari 2013 pada Perusahaan Roti Ganep’s. Untuk

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana alur proses produksi pengerjaan sablon pada perusahaan sablon “CV.. KENCANA PRINT”, bagaimana

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan efisiensi dapat dicapai perusahaan apabila menggunakan 3 stasiun kerja dengan siklus kerja waktu proses

Kusumahadi Santosa adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri tekstil dengan hasil produksi berupa kain Grey, kain cambrics (kain putih), kain

Tabel 4.16 Pengendalian Mutu Produk Akhir Roti Gaplek...80 KONSEP CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK (CPPB) PADA PEMBUATAN ROTI GAPLEK ( Cassava cookies ) DI UKM MUTIARA PRIMA

Pengurangan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan pemeliharaan preventif dan pengontrolan / pengawasan secara rutin terhadap jadwal produksi, dimana