1
Petunjuk Teknis Pengawasan
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,
Pengelolaan Kualitas Air dan Udara
Skala Nasional melalui PROPER
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ...
4
A.
Latar Belakang ...
4
B.
Tujuan ...
5
C.
Ruang Lingkup ...
5
BAB II Dekonsentrasi PROPER 2012 ...
6
BAB III Tahap Persiapan ...
9
A.
Penyusunan Tim Pelaksana PROPER ...
9
B.
Penguatan Kapasitas ...
9
C.
Sosialisasi ...
10
BAB IV Inspeksi Lapangan dan Supervisi ...
11
A.
Pengumpulan Data Awal ...
11
B.
Pelaksanaan Inspeksi ...
11
C.
Penyusunan Laporan Inspeksi ...
13
D.
Supervisi ...
14
BAB V Pemeringkatan ...
16
A.
Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER
(Rapor) Sementara ...
16
B.
Pemberitahuan Hasil Peringkat Sementara ...
17
C.
Sanggahan/Klarifikasi ...
18
D.
Review
hasil sanggahan oleh Dewan PROPER ...
19
BAB VI Peningkatan Kapasitas Kabupaten/Kota ...
20
BAB VII Jadual Kegiatan Proper 2012 ...
21
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, Petunjuk Teknis
Kegiatan Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,
Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, Tahun
2012 dapat kami susun tepat pada waktunya.
Dalam rangka menjawab pengelolaan lingkungan yang lebih baik, Deputi
Pengendalian Pencemaran Lingkungan mengupayakan perencanaan program dan
kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air
dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, dapat dilaksanakan secara
terarah dan terukur oleh Pemerintah Provinsi sesuai sasaran kinerja Kementerian
Lingkungan Hidup.
Petunjuk teknis ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi dalam
melaksanakan kegiatan dekonsentrasi di daerah dalam upaya meningkatkan ketaatan
perusahaan terhadap lingkungan hidup dan menjaga agar pencemaran lingkungan
hidup dapat dicegah sejak dini.
Akhir kata kami berharap Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi para pihak dalam
mengupayakan perbaikan kualitas lingkungan demi terwujudnya pembangunan yang
berkelanjutan. Saran dan masukan terhadap Petunjuk Teknis ini akan sangat
bermanfaat dalam meningkatkan kinerja PROPER.
Jakarta, 5 Desember 2011
Deputi MENLH Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan
4
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan
Pemerintahan di Indonesia, pada hakekatnya dimaknai sebagai bentuk kepedulian
Pemerintah Pusat terhadap Daerah melalui pendelegasian kewenangan yang dimiliki
dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah agar
terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan utama penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas perbantuan adalah untuk
mempercepat kesejahteraan masyarakat di daerah, sebagaimana dimaksud dalam
konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, serta
penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, telah menetapkan urusan bidang lingkungan hidup yang menjadi
Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
berdasarkan kriteria eksternal, akuntabilitas dan efisiensi.
Dalam pelaksanaan urusan pemerintah di bidang lingkungan hidup, Menteri
memandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup
kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.
Dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kapasitas daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian
sasaran prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Hidup yang diukur berdasarkan indikator kinerja utama
meningkatnya pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi;
menurunnya pencemaran lingkungan pada air, udara, sampah, dan limbah B3;
memastikan penghentian kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS);
tersedianya kebijakan di bidang perlindungan atmosfir dan pengendalian dampak
perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
Pengawasan pengendalian pencemaran air dan udara serta limbah B3 melalui
mekanisme PROPER merupakan satu dari Program Nasional yang dilaksanakan
secara dekonsentrasi. Untuk menstandarkan pelaksanaan dekonsentrasi tersebut perlu
disusun petunjuk teknis yang akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah
5
(SKPD) Provinsi dalam melaksanakan lingkup penyelenggaraan dekonsentrasi bidang
lingkungan hidup.
B.
Tujuan
Tujuan petunjuk teknis ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi institusi
pengelola lingkungan hidup tingkat Provinsi dalam melaksanakan tugas
dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas
Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER.
C.
Ruang Lingkup
Petunjuk teknis dekonsentrasi ini memuat langkah-langkah dan standar teknis
pelaksanaan PROPER di Provinsi. Petunjuk teknis terdiri dari BAB I Pendahuluan
yang menjelaskan mekanisme umum Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui
PROPER. BAB II Mekanisme Pelaksanaan Proper Dekonsentrasi 2012, BAB III
menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk persiapan pelaksanaan
PROPER. BAB IV menjelaskan tentang mekanisme dan prosedur pelaksanaan inspeksi
lapangan dan supervisi. Langkah setelah inspeksi lapangan dan supervisi dijelaskan
dalam BAB V tentang Pemeringkatan. Salah satu tugas dekonsentrasi adalah
peningkatan kapasitas Kabupaten/Kota. Langkah-langkah peningkatan kapasitas di
jelaskan pada Bab VI. Sedangkan Bab VII menjelaskan tentang Jadual Pelaksanaan dan
selanjutnya pada Bab VIII dijelaskan tentang Evaluasi & Pelaporan. Untuk kepraktisan
buku ini, maka Lampiran-lampiran dipisahkan dari Buku Petunjuk Teknis.
6
BAB II
DEKONSENTRASI PROPER 2012
Pelaksanaan PROPER periode 2011-2012 ditargetkan untuk melakukan pengawasan
terhadap 1355 perusahaan dengan ketentuan:
a.
860 pengawasan penaatan PROPER dilakukan oleh 21 Provinsi.
b.
495 perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup.
c.
Pengawasan dan usulan peringkat Biru, Merah dan Hitam dilakukan oleh 21
Provinsi dan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
d.
Penilaian Hijau dan Emas dilakukan oleh Tim Teknis PROPER Kementerian
Lingkungan Hidup.
e.
Penetapan peringkat dilakukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Proses penetapan provinsi yang berperan serta pada pelaksanaan Dekonsentrasi
PROPER 2012 telah ditentukan melalui Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pengendalian
Pencemaran yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 26-27 Juli 2011. Pada Rakernis
tersebut telah disetujui jumlah dan nama perusahaan yang akan dilakukan
pengawasan penaatan oleh 21 Provinsi. Untuk memperbaharui data perusahaan yang
mutakhir, Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan telah mengirimkan
surat No. B-9991/Dep.II/LH/11/2001 Perihal Industri Dekon 2012 untuk meminta
masing-masing Provinsi mengajukan daftar nama perusahaan yang akan di PROPER
pada periode 2011-2012. Seluruh provinsi telah memberikan respon dengan
rekapitulasi jumlah industri yang diusulkan sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi perusahaan peserta PROPER melalui mekanisme dekonsentrasi.
No.
PROVINSI
RAKERNIS 2011
USULAN PROVINSI 2012
MPJ
PEM
AGRO
TOTAL
MPJ
PEM
AGRO
TOTAL
1 Bali
19
6
0
25
19
6
0
25
2 Banten
70
6
19
95
73
8
14
95
3 Bengkulu
0
4
9
13
0
6
9
15
4 D.I. Yogyakarta
15
2
4
21
15
2
4
21
5 Jambi
5
10
18
33
6
15
18
39
6 Jawa Barat
61
23
12
96
60
23
32
115
7 Jawa Tengah
37
16
21
74
37
14
11
62
8 Jawa Timur
40
18
17
75
20
16
36
72
9 Kalimantan Barat
1
11
11
23
2
4
24
30
10 Kalimantan Selatan
4
20
16
40
7
20
13
40
11 Kep. Bangka Belitung
0
10
8
18
0
10
9
19
12 Lampung
4
2
31
37
5
2
30
37
13 Maluku
1
4
4
9
1
4
4
9
14 NTB
15
9
1
25
17
8
1
26
15 Riau
2
13
46
61
5
19
35
59
16 Sulawesi Selatan
10
8
9
27
8
9
4
21
17 Sulawesi Tengah
1
2
3
6
1
2
3
6
18 Sulawesi Utara
6
8
17
31
11
8
12
31
19 Sumatera Barat
5
4
15
24
5
4
15
24
7
No.
PROVINSI
RAKERNIS 2011
USULAN PROVINSI 2012
MPJ
PEM
AGRO
TOTAL
MPJ
PEM
AGRO
TOTAL
20 Sumatera Selatan
7
27
17
51
7
27
17
51
21 Sumatera Utara
25
13
25
63
24
13
26
63
Jumlah
328
216
303
847
323
220
317
860
Keterangan : MPJ = Sektor Manufaktur Prasarana Jasa; PEM = Sektor Pertambangan Energi Migas; AGRO = Sektor Agroindustri
Adapun daftar lengkap perusahaan peserta PROPER yang didekonsentrasikan kepada
Provinsi terdapat pada Lampiran 2.
Dekonsentrasi PROPER dilaksanakan dengan melaksanakan 4 tahapan pelaksanaan
PROPER sebagai berikut :
1.
Persiapan
2.
Inspeksi Lapangan dan Supervisi
3.
Pemeringkatan Penaatan
4.
Peningkatan Kapasitas
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2012
PENETAPAN TIM TEKNIS & TIM
PELAKSANA PENGUATAN KAPASITAS SOSIALISASI
PERSIAPAN
PENGUMPULAN DATA PENYUSUNAN RAPORT SEMENTARA REVIEW PERINGKAT TAHAP I PENENTUAN PERINGKAT SEMENTARA PEMBERITAHUAN PERINGKAT SEMENTARA MASA SANGGAHAN REVIEW SANGGAHAN REVIEW PERINGKAT TAHAP IIPEMERINGKATAN PENAATAN
INSPEKSI TAHAP I SUPERVISI TAHAP I INSPEKSI TAHAP II SUPERVISI TAHAP II INSPEKSI TAHAP III SUPERVISI TAHAP IIIINSPEKSI LAPANGAN & SUPERVISI
USULAN PERINGKAT PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN / KOTA
PENINGKATAN KAPASITAS
8
Dalam melaksanakan dekonsentrasi PROPER terdapat beberapa prinsip dasar yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaannya. Salah satu prinsip dasar adalah
pelaksanaan PROPER yang didekonsentrasikan kepada 21 Provinsi tersebut di atas,
Kriteria Penilaian PROPER dan Mekanisme Pelaksanaan PROPER wajib mengikuti
ketentuan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. Kriteria penilaian PROPER
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.
Untuk menjamin kredibilitas dan akuntabilitas pelaksanaan PROPER, semua aparat
yang terlibat dalam pelaksanaan PROPER wajib melaksanakan etika Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup, yakni:
1.
Menaati semua ketentuan disiplin dan sumpah pegawai negeri;
2.
Menghindari setiap pertentangan kepentingan karena faktor finansial atau
kepentingan lainnya yang berkaitan dengan hasil pengawasan;
3.
Berkomunikasi secara sopan dan profesional dengan petugas dari penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan;
4.
Menguasai dan menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) selama
melaksanakan pengawasan;
5.
Melaporkan fakta-fakta hasil pengawasan secara lengkap, akurat, dan obyektif;
6.
Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan profesional dan keterampilan teknis;
7.
Berpenampilan pantas termasuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung
untuk keselamatan kerja;
8.
Melengkapi diri dengan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengawasan yang mudah dibawa untuk menghindari hutang budi terhadap usaha
dan atau kegiatan.
9
BAB III
TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan pada dasarnya adalah persiapan untuk melaksanakan kegiatan
PROPER selanjutnya. Perangkat lunak seperti Kriteria Penilaian, perusahaan yang
akan di PROPER, Sumberdaya manusia yang akan melaksanakan PROPER perlu
disiapkan agar pelaksanaan PROPER sesuai dengan target dan jadual yang ditetapkan.
Adapun langkah-langkah tahap persiapan antara lain adalah:
A.
Penyusunan Tim Pelaksana PROPER
Tahap pertama dalam persiapan pelaksanaan dekonsentrasi PROPER 2012 adalah
melakukan penyusunan Tim Pelaksana PORPER Provinsi. Langkah-langkah
penyusunan tim adalah sebagai berikut :
1.
Kepala Institusi Lingkungan Hidup Provinsi menetapkan susunan Tim Pelaksana
PROPER Provinsi dalam suatu surat keputusan dengan susunan sebagai berikut:
a.
Ketua Tim Pelaksana PROPER, adalah Kepala Bidang yang menangani
pengawasan.
b.
Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi:
1)
Staf administrasi yang bertugas menyelesaikan urusan administrasi dan
keuangan.
2)
Tim Pengolah Data yang bertugas mengelola data hasil pengawasan
lapangan dan menyiapkan Rapor, Tim Pengolah Data harus menguasai
komputer terutama aplikasi Ms Word dan Ms Excel.
c.
Tim Inspeksi PROPER Provinsi, adalah pejabat pengawas lingkungan hidup
daerah atau staf teknis yang memperoleh pelatihan pengawasan PROPER.
d.
Khusus untuk penilaian aspek kerusakan lingkungan kegiatan pertambangan
dapat dilakukan bekerjasama dengan inspektur tambang pada instansi
pertambangan Provinsi.
2.
Kepala Intitusi Lingkungan Hidup Provinsi menyampaikan Surat Keputusan Tim
Pelaksana PROPER Provinsi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui
Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
B.
Penguatan Kapasitas
Dalam rangka menjaga kualitas pelaksanaan PROPER, maka sumberdaya manusia
pelaksana harus memenuhi persyaratan kompetensi yang standar. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka dilakukan penguatan kapasitas dengan ketentuan:
10
1.
Tim teknis PROPER melakukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia kepada
Tim Pelaksana PROPER Provinsi.
2.
Sekretariat PROPER mengkoordinasikan pelaksanaan penguatan kapasitas dan
sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER.
3.
Sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER didasarkan atas uji kompetensi dan tingkat
kehadiran peserta dalam kegiatan peningkatan kapasitas.
4.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi yang telah memperoleh sertifikasi melakukan
peningkatan kapasitas kepada Tim Pelaksana PROPER Kabupaten/Kota dengan
menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh Tim Teknis PROPER.
Output kegiatan:
1.
Jumlah orang yang dilatih
2.
Jumlah orang yang mendapat sertifikat
3.
Laporan pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas
C.
Sosialisasi
Dalam rangka menginformasikan keikutsertaan dan kriteria serta mekanisme PROPER
kepada perusahaan maka Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengadakan sosialisasi
PROPER dengan ketentuan:
1.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengundang perusahaan peserta PROPER
tahun 2012 di wilayahnya dan perusahaan lain yang diproyeksikan akan
diikutsertakan dalam PROPER tahun berikutnya.
2.
Pelaksanaan Sosialisasi menggunakan narasumber dari Unit Teknis Kementerian
Lingkungan Hidup yang menangani PROPER.
3.
Tidak diperkenankan memungut anggaran dari perusahaan atau peserta untuk
pelaksanaan sosialisasi.
4.
Sekretariat PROPER Provinsi mendokumentasikan jumlah dan kehadiran
perusahaan yang memperoleh sosialisasi, peserta sosialisasi dan menyelesaikan
laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat melaksanakan sosialisasi kepada pemangku
kepentingan lain dalam rangka mendukung pelaksanaan PROPER melalui berbagai
metode seperti pencetakan dan penyebaran leaflet dan booklet, seminar dan workshop,
dan kegiatan dengan media massa.
Output:
1.
Jumlah perusahaan yang memperoleh sosiaslisasi
2.
Jumlah peserta sosialisasi
11
BAB IV
INSPEKSI LAPANGAN DAN SUPERVISI
A.
Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal bertujuan mengumpulkan informasi awal, yang digunakan
untuk menyusun strategi inspeksi lapangan. Persiapan yang baik dengan informasi
awal yang lengkap merupakan faktor penentu utama pelaksanaan inspeksi yang
efektif dan efisien.
Pengumpulan data awal dilaksanakan dengan ketentuan :
1.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengumpulkan data awal berupa :
a.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan
PROPER bagi perusahaan yang telah diperingkat periode penilaian
sebelumnya.
b.
Laporan Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL/UPL.
c.
Laporan Pelaksanaan Izin.
d.
Profil Perusahaan yang memuat informasi dasar seperti nama dan alamat
perusahaan, kapasitas produksi atau jasa, proses produksi atau jasa, upaya
pengendalian penemaran yang dilakukan dan upaya penanganan limbah B3.
2.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat mengumpulkan data dengan kuisioner dan
menyampaikan hasil kusioner kepada Sekretariat PROPER.
Output:
Data kuisioner yang telah diisi oleh usaha dan/atau kegiatan.
B.
Pelaksanaan inspeksi
Dalam rangka rangka pengambilan data sekunder dan primer Tim Pelaksana PROPER
melakukan inspeksi lapangan dengan ketentuan:
1.
Setiap Tim Inspeksi terdiri dari:
a.
Pengawas PROPER Provinsi : 2 (dua) orang untuk pengawasan Aspek Air,
Udara dan Pengelolaan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan
(kegiatan pertambangan);
b.
Pengawas PROPER Kabupaten/Kota : 1 (satu) orang Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota atau staf teknis yang sudah mendapat
pelatihan PROPER;
12
2.
Ketua tim inspeksi Provinsi harus Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
atau Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi,
3.
Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan:
a.
Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam SK Tim Inspeksi PROPER Provinsi.
b.
Nama petugas yang menandatangani Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER
harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.
4.
Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi
PROPER.
5.
Pelaksanaan inspeksi dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
a.
Tahap I : 5 Maret s/d 6 April 2012;
b.
Tahap II : 16 April s/d 1 Juni 2012;
c.
Tahap III : 11 Juni s/d 3 Agustus 2012.
6.
Pada setiap akhir tahap inspeksi, Tim Pelaksana PROPER Provinsi sudah harus
menyelesaikan inspeksi dengan target sebagai berikut :
Tabel 2. Tahapan Inspeksi
TAHAP
INSPEKSI
TARGET
INSPEKSI
KETERANGAN
I
25 %
II
70 %
III
100 %
7.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan inspeksi
kepada Sektretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup setiap bulan.
8.
Setiap pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan oleh petugas laboratorium
yang terakreditasi.
9.
Lokasi pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan pada titik penaatan.
10.
Seluruh biaya pelaksanaan inspeksi ditanggung oleh biaya APBN Kementerian
Lingkungan Hidup melalui dana dekonsentrasi.
11.
Pada akhir pengawasan harus disusun Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER,
yang didalamnya paling tidak memuat informasi :
a.
Informasi umum usaha dan atau kegiatan yang dinilai;
b.
Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran air;
c.
Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran udara;
d.
Kinerja penaatan pengelolaan limbah B3;
e.
Pelaksanaan AMDAL, UKL/UPL;
f.
Perizinan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan;
g.
Kinerja penaatan dalam pengendalian kerusakan lingkungan (khusus untuk
kegiatan pertambangan);
13
h.
Foto-foto hasil pengawasan lapangan;
i.
Lampiran data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang
dinilai;
j.
Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3;
k.
Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan
Lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan).
12.
Format Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER mengacu pada Lampiran 3.
13.
Jika perusahaan menolak untuk dilakukan pengawasan, Tim Inspeksi Lapangan
wajib membuat Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER.
14.
Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis Berita
Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan
PROPER.
Sekretariat
PROPER
Provinsi
sangat
dianjurkan
untuk
mendokumentasikan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara
Penolakan Pengawasan PROPER dalam bentuk data elektronik (discan) selain tetap
mendokumentasikan berkas dalam bentuk manual (hard copy).
15.
Satu copy Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER wajib disampaikan kepada
Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. Jika tersedia data elektronik
maka Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat menyerahkan data elektronik.
16.
Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai hak penuh
untuk mengakses dokumentasi Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita
Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan
PROPER.
Output kegiatan:
1.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER atau Berita Acara Penolakan Pengawasan
PROPER;
2.
Foto-foto hasil pengawasan lapangan;
3.
Data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai;
4.
Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup daerah;
5.
Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3;
6.
Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan;
C.
Penyusunan Laporan Inspeksi
Laporan inspeksi adalah laporan Tim Inspeksi lapangan kepada atasan masing-masing
untuk melaporkan hasil pengawasannya sehingga atasan dapat segera mengambil
tindakan jika ditemukan hasil pengawasan yang berpotensi atau telah melanggar
peraturan lingkungan hidup dan berpotensi atau telah menyebabkan terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Laporan inspeksi disusun dengan ketentuan:
14
1.
Pada setiap akhir kunjungan inspeksi lapangan, petugas inspeksi wajib
menyelesaikan laporan inspeksi berupa ringkasan ketaatan perusahaan dalam
aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan
limbah B3, dan pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan
pertambangan) serta hal-hal yang perlu mendapat perhatian kepada atasan
masing-masing dengan dilampiri oleh:
a.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER.
b.
Foto-foto hasil pengawasan lapangan.
c.
Data Swapantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai.
d.
Data hasil pengambilan sampel oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi
1.
e.
Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3.
f.
Hasil Pengisian Daftas Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan.
2.
Format ringkasan ketaatan perusahaan sesuai Lampiran .
3.
Laporan inspeksi wajib didokumentasikan oleh Sekretariat Tim Pelaksana PROPER
Provinsi secara sistematis sehingga mudah ditelusuri. Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup memiliki hak penuh untuk mengakses laporan
inspeksi ini.
Output Kegiatan:
Dokumentasi laporan inspeksi lapangan
D.
Supervisi
Kegiatan Supervisi dilakukan untuk merekapitulasi hasil inspeksi dan menyusun
Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Supervisi dilaksanakan
secara bertahap pada setiap akhir tahapan inspeksi lapangan dengan jadual
pelaksanaan sebagai berikut:
Tabel 3. Tahapan Supervisi
SUPERVISI
TANGGAL
Tahap I
9-13 April 2012
Tahap II
4-8 Juni 2012
Tahap III
6-10 Agustus 2012
Pelaksanaan Supervisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1
15
1.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi menyiapkan bahan bahan supervisi sebagai
berikut :
a.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER beserta lampirannya.
b.
Laporan hasil inspeksi.
c.
Data-data kualitas air limbah, emisi dan pengelolaan limbah B3 harus sudah
dalam format seperti yang terdapat pada Lampiran 4.
d.
Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Format dan
ketentuan tentang Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara
mengacu kepada Sub Bab Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan
PROPER (Rapor) Sementara pada bagian selanjutnya petunjuk teknis ini.
2.
Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi
terhadap proses penyusunan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER
Sementara.
3.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rekapitulasi Status Penaatan Awal
Perusahaan dan Berita Acara Supervisi.
4.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi melaporkan hasil supervisi kepada Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, sedangkan Tim Teknis PROPER Kementerian
Lingkungan Hidup melaporkan hasil supervisi kepada Ketua Tim Teknis PROPER
melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
5.
Sekretariat PROPER Provinsi dan Kementerian Lingkungan Hidup wajib
mendokumentasikan Laporan Hasil Supervisi.
Output kegiatan:
1.
Kumpulan Hasil Inspeksi.
2.
Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara.
3.
Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan
16
BAB V
PEMERINGKATAN
A.
Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara
Langkah pertama untuk pemeringkatan adalah penyusunan Rapor semetara. Pada
tahapan ini sebenarnya adalah tahapan untuk memutakhirkan Draft Hasil Evaluasi
Kinerja Penaatan PROPER Sementara yang telah disusun pada saat supervisi dengan
memasukkan data-data pemantauan dan neraca limbah B3 yang terbaru. Adapun
pelaksanaan penyusunan Rapor Sementara dilakukan dengan ketentuan :
1.
Petugas inspeksi PROPER wajib menyelesaikan Rapor Sementara berdasarkan
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, foto-foto hasil pengawasan lapangan,
Data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai, Data hasil
pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup, Hasil Pengisian Daftar Isian
penilaian Pengelolaan Limbah B3, Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria
Potensi Kerusakan Lahan dan progress perbaikan yang telah dilakukan usaha dan
atau kegiatan yang dinilai.
2.
Rapor Sementara adalah penilaian sementara kinerja pengelolaan lingkungan
aspek AMDAL/UKL-UPL, Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian
Pencemaran Udara, Pengelolaan limbah B3 sesuai dengan kriteria penilaian
PROPER yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5.
3.
Format Rapor Sementara yang memuat kinerja perusahaan dalam pengendalian
pencemaran air, udara dan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan
(khusus kegiatan pertambangan) mengacu pada :
a.
Format Rapor Sementara yang ditetapkan oleh Tim Teknis;
b.
Dihitung dengan menggunakan spreadsheet analisa kinerja yang telah
ditetapkan.
4.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi kemudian menyusun status penaatan/peringkat
awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai, yang merupakan hasil rekapitulasi dari
Rapor Sementara sesuai Lampiran 6.
5.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi selanjutnya melaporkan secara tertulis hasil status
penaatan / peringkat awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai kepada Kepala
instansi lingkungan hidup Provinsi, untuk kemudian disampaikan kepada
Sekretariat PROPER.
17
6.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peer review dalam penyusunan Rapor
Sementara.
7.
Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi kepada
Tim Pelaksana PROPER Provinsi untuk memastikan kesesuaian Rapor Sementera
dengan kriteria penilaian PROPER, validitas data dan menjamin kredibilitas
pelaksanaan PROPER serta kesesuaian dengan jadual pelaksanaan PROPER yang
ditelah ditetapkan.
8.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup menyusun status penaatan/peringkat awal usaha
dan atau kegiatan yang dinilai, yang merupakan hasil rekapitulasi dari rapot
sementara dan Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara.
Output kegiatan:
1.
Rapor Sementara hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER;
2.
Rekapitulasi status penaatan;
3.
Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara;
4.
Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan
peringkat awal usaha dan atau kegiatan.
B.
Pemberitahuan hasil peringkat sementara
Setelah Rapor Sementara diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menyampaikan
Rapor tersebut kepada perusahaan untuk memperoleh tanggapan. Langkah langkah
untuk memberitahukan hasil peringkat sementara adalah sebagai berikut :
1.
Kepala institusi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan secara tertulis hasil
status sementara penaatan Perusahaan beserta Rapor Sementara kepada Ketua
Tim Teknis melalui Sekretariat PROPER tanggal 31 Agustus 2012.
2.
Rapor Sementara disampaikan kepada Perusahaan pada tanggal 10 s/d 14
September 2012.
3.
Pemberitahuan peringkat sementara secara tertulis ke Perusahaan dilakukan
melalui surat Kepala instansi lingkungan hidup dengan tembusan Ketua Tim
Teknis PROPER.
4.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib memiliki sistem untuk memastikan
Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara dapat diterima oleh
Perusahaan yang dinilai.
5.
Pemberitahunan secara tertulis kepada perusahaan harus mencantumkan tanggal
dan tempat untuk menyampaikan sanggahan atau klarifikasi terhadap Rapor
sementara.
18
Output kegiatan:
1.
Berita acara penerimaan Rapor Sementara
2.
Tanda terima pengiriman dokumen
C.
Sanggahan/Klarifikasi
Untuk menciptakan keadilan dalam pelaksanaan PROPER, Perusahaan yang dinilai
diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan terhadap hasil penilaian
peringkat kinerja sementara. Langkah-langkah untuk menampung dan menanggapi
sanggahan perusahaan adalah sebagai berikut :
1.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi menerima sanggahan tertulis dari Perusahaan
pada tanggal 2 s/d 5 Oktober 2012.
2.
Sanggahan ini harus dalam bentuk tertulis yang diantar langsung ataupun dikirim
melalui fax dan pos untuk selanjutnya mendapat bukti tanda terima dokumen
sanggah. Apabila tidak ada sanggahan dalam jangka waktu 2 s/d 5 Oktober 2012,
maka Perusahaan dianggap menerima hasil Peringkat Kinerja Sementara dan
Rapor Kinerja Sementara.
3.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen
sanggahan pada tanggal 8 s/d 10 Oktober 2012. Hasil evaluasi dokumen sanggahan
didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER untuk menyepakati usulan peringkat
akhir pada tanggal 11 s/d 12 Oktober 2012.
4.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi wajib menjawab sanggahan secara
tertulis kepada Perusahaan yang melakukan sanggahan tentang:
c.
Perbaikan peringkat Perusahaan atau,
d.
Sanggahan akan didiskusikan lebih lanjut dengan Tim Teknis PROPER.
5.
Perbaikan peringkat perusahaan hanya dapat dilakukan jika :
a.
terdapat kesalahan data yang dimasukkan kedalam Rapor sementara oleh Tim
Pelaksana PROPER Provinsi,
b.
melengkapi data yang masih belum dimasukkan oleh Tim Pelaksana PROPER
Provinsi.
6.
Jika terdapat sanggahan yang tidak berkaitan dengan ketentuan angka 5, maka
wajib didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup
untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan peringkat perusahaan.
19
7.
Jawaban sanggahan paling lambat 16 Oktober 2012 dengan tembusan kepada
Ketua Tim Teknis PROPER.
Output kegiatan:
1.
Tanda terima dokumen sanggahan;
2.
Jawaban atas sanggahan.
D.
Review hasil sanggahan oleh Dewan PROPER
Berdasarkan hasil verifikasi sanggahan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana PROPER
Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER. Adapun langkah-langkah review hasil
sanggahan adalah sebagai berikut :
i.
Dewan pertimbangan akan melakukan review terhadap usulan peringkat akhir
Perusahaan.
ii.
Dalam melakukan review terhadap usulan peringkat akhir Perusahaan, Dewan
Pertimbangan dapat melakukan verifikasi langsung ke Perusahaan yang
bersangkutan.
iii.
Ketua Tim Teknis menetapkan daftar usulan peringkat akhir PROPER dan daftar
kandidat Hijau dan Emas PROPER dari hasil review Dewan Pertimbangan
PROPER.
20
BAB VI
PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN/KOTA
Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peningkatan kapasitas kepada aparat
pengawas lingkungan hidup Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi
yang ditetapkan oleh Ketua Tim Teknis PROPER.
Lingkup penguatan kapasitas mencakup :
a.
Kriteria dan mekanisme pelaksanaan PROPER;
b.
Tata cara pengawasan penaatan lingkungan hidup (pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, serta pengendalian
kerusakan lingkungan, khusus kegiatan pertambangan);
c.
Cara penyusunan Berita Acara Hasil Pengawasan;
d.
Cara pengolahan data hasil pengawasan;
e.
Cara penyusunan Rapor Sementara dan,
f.
Cara penyusunan Rapor final.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi memberikan sertifikat kepada para peserta
penguatan kapasitas yang lulus.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
penguatan kapasitas kepada Ketua Tim Teknis PROPER.
Output kegiatan:
1.
Jumlah orang yang dilatih;
2.
Jumlah orang yang mendapat sertifikat;
21
BAB VII
JADUAL KEGIATAN PROPER 2012
Pelaksanaan kegiatan PROPER periode 2011 – 2012 dilaksanakan dengan jadual
sebagai berikut :
No
Tahapan
Waktu
1
Persiapan
1 Januari s/d 26 Februari 2012
2
Peningkatan Kapasitas
2Februari s/d 26 Februari
3
Inspeksi Tahap I
5 Maret s/d 6 April
4
Supervisi Tahap I
9 April s/d 13April
5
Inspeksi Tahap II
16 April s/d 1 Juni
6
Supervisi Tahap II
4 Juni s/d 8 Juni
7
Inspeksi Tahap III
11 Juni s/d 3 Agustus
8
Supervisi Tahap III
6 Agustus s/d 10 Agustus
9
Raport Sementara
13 Agustus s/d 31 Agustus
10 Pemeringkatan Sementara
Agustus 2012
11 Pengiriman Raport
10 September s/d 14 September
2012
12 Masa Sanggah
2 Okrober s/d 5 Oktober 2012
13 Evaluasi Dokumen Sanggahan
8 Oktober s/d 10 Oktober 2012
14 Jawaban Sanggahan
16 Oktober
15
Evaluasi Dokumen Hijau & Emas
Oktober 2012
16 Menyepakati Usulan Peringkat Akhir
Oktober 2012
17 Draft SK MENLH Siap
Oktober 2012
18 Design Buku Proper
Oktober 2012
19 Konsultasi Publik
Oktober 2012
20 Persiapan MAL WAPRES
Oktober – November 2012
21 Kunjungan Lapangan
Oktober – November 12
22 Review ESELON I
November 2012
23 Rapat ESELON I
November 2012
24 DEWAN PROPER
November 2012
25 Peringkat Hijau Final
November 2012
26 Pengumuman PROPER
30 November 2012
22
BAB VIII
EVALUASI DAN PELAPORAN
Laporan manajerial dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,
Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER mengacu
kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2009
tentang Urusan Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup yang Dapat
Didekonsentrasikan.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis
semua output tahapan kegiatan dan Tim PROPER Kementerian Lingkungan Hidup
berhak secara penuh untuk mengakses dokumentasi pelaksanaan PROPER.
23
Sekretariat PROPER
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui
PROPER, dapat menghubungi:
Sekretariat PROPER
Telp./Fax. : (021) 8520-886
Email: dekonproper@gmail.com
1
LAMPIRAN 1
KRITERIA PENILAIAN KETAATAN PROPER 2011-2012
KRITERIA PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN (PROPER) BIRU, MERAH, DAN HITAM A. PELAKSANAAN AMDAL ATAU UKL/UPL
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
1. Pelaksanaan Amdal/UKL-UPL 1. Memiliki Amdal/UKL-UPL 2. Melaksanakan ketentuan dalam: a. SK Kelayakan Lingkugan b. ANDAL, RKL-RPL c. UKL UPL 3. Melaporkan pelaksanaan RKL-RPL/ UKL -UPL 1. Tidak Melaksanakan ketentuan dalam: a. SK Kelayakan Lingkungan b. ANDAL, RKL-RPL c. UKL-UPL 2. Tidak Melaporkan pelaksanaan RKL-RPL/ UKL-UPL Tidak Memiliki Amdal/ UKL-UPL
B. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
1. Ketaatan Terhadap Titik Penaatan
Memantau seluruh titik penaatan dan/atau air buangan yang harus dikelola sesuai dengan peraturan.
Terdapat titik
penaatan dan/atau air buangan yang
tidak pernah dipantau selama periode penilaian 2. Ketaatan Terhadap Parameter yang dipantau 1. Memantau seluruh parameter yang dipersyaratkan sesuai dengan: a. IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair) b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi c. Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk aplikasi pada tanah
2. Ketaatan diukur berdasarkan peraturan/persyarata n yang lebih ketat. 3. Khusus Industri
Sawit yang menerapkan Land Aplication parameter yang tidak ada baku mutunya tingkat ketaatan >=80% 4. Tidak memantau seluruh parameter yang sesuai persyaratan baku mutu yang dipersyaratkan sesuai dengan: a. IPLC b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi c. Khusus untuk Industri Sawit parameter yang tidak ada baku mutunya <80% Tidak pernah melakukan pemantauan parameter yang sesuai dengan: a. IPLC b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi c. Izin Pemanfaatan (land aplication) Catatan:
1. Khusus Rumah Sakit jumlah parameter yang dipersyaratkan sebanyak 5 parameter: pH, BOD, COD, TSS, E-Coli
2. Khusus Industri MPJ belum memiliki baku mutu spesifik menggunakan baku mutu yang ada di AMDAL dan UKL/UPL. Jika baku mutu tidak tercantum dalam dokumen Amdal dan UKL/UPL maka menggunakan baku mutu pada Kepmen 51 Tahun lampiran C Golongan 1
3. Khusus Industri Agro yang belum memiliki baku mutu spesifik wajib mengukur BOD, COD, pH, TSS, Minyak dan Lemak.
2
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
Tambang yang sejenis.
3. Ketaatan terhadap
jumlah data yang dilaporkan
Melaporkan data secara lengkap sesuai dengan yang dipersyaratkan >90% sebagai berikut:
1. Pemantauan kualitas air limbah 2. Produksi bulanan
(riil) atau bahan baku
3. Catatan debit harian air limbah yang dibuang
Melaporkan data sesuai dengan yang dipersyaratkan < 90% sebagai berikut: 1. Pemantauan kualitas air limbah 2. Produksi bulanan (riil) atau bahan baku; 3. Catatan debit harian air limbah yang dibuang Melaporkan data palsu. Catatan:
1. Data pemantauan harian parameter COD dan pH untuk Industri petrokimia
2. Data pemantauan harian parameter pH dan TSS atau debit untuk Industri pertambangan 3. Data pemantauan harian parameter pH untuk Industri Agro sesuai yang dipersyaratkan
4. Bagi Industri yang pengelolaan air limbahnya diserahkan ke kawasan industri pengolah air limbah tingkat ketaatan 100%.
5. Bagi Industri Migas yang telah melakukan 100% injeksi maka tingkat ketaatan 100%
6. Bagi industri yang menggunakan kembali (reuse/recycle) 100% air limbahnya maka tingkat ketaatan 100%
4. Ketaatan Terhadap
Baku Mutu
Data hasil pemantauan memenuhi 90 % baku mutu dalam satu periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter dan data 6 bulan terakhir dalam periode penilaian memenuhi baku mutu.
Data hasil pemantauan memenuhi <90 % baku mutu dalam satu periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter
Data hasil
pemantauan melebihi 500% BMAL selama 50% periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter
Catatan:
Hasil data primer akan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 5. Ketaatan Terhadap Izin 1. Mempunyai izin
pembuangan limbah cair (IPLC) ke badan air / Laut / Land Application; 2. Izin dalam proses akhir (persyaratan izin sudah lengkap)
Tidak
mempunyai izin pembuangan air limbah (IPLC) ke badan air / Laut / LA ;
Catatan:
Untuk daerah yang belum mempunyai Perda yang mengatur perizinan tidak dinilai dalam ketaatan terhadap izin 6. Ketaatan Terhadap Ketentuan Teknis 1. Menggunakan jasa laboratorium eksternal/internal yang sudah; terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur;
2. Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan;
3. Membuat saluran air limbah yang kedap air ; 4. Memasang alat pengukur debit (flowmeter); 5. Tidak melakukan pengenceran; 6. Tidak melakukan by
pass air limbah; 7. Memenuhi seluruh A. Tidak memenuhi salah satu persyaratan teknis dibawah ini: 1. Menggunakan jasa laboratorium eksternal/inte rnal yang sudah; terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur; 2. Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan; 3. Membuat saluran air 1. Tidak memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi; 2. Melakukan by pass.
3
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi. limbah yang kedap air ; 4. Memasang alat pengukur debit (flowmeter); 5. Tidak melakukan pengenceran. B. Memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi;
C. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
1. Ketaatan Terhadap Sumber Emisi
A. Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik: Memantau semua sumber emisi, kecuali:
1. Internal Combustion Engine (Genset, Transfer Pump Engine) : a. kapasitas < 100 HP (76,5 KVA) dan beroperasi < 1000 jam/tahun; b. yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan, kegiatan pemeliharaan < 200 jam/tahun; c. yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las 2. Exhaust Laboratorium Fire Assay
3. Khusus Rumah Sakit dan Hotel tidak diwajibkan memantau sumber emisi yg beroperasi < 1000 jam/tahun B. Sumber emisi yang belum mempunyai baku mutu emisi spesifik (non proses pembakaran). sumber emisi yang dipantau diwakili satu cerobong dari tiap unit produksi dan dilakukan secara bergantian sehingga semua sumber emisi dapat dipantau
Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik:
Tidak semua sumber emisi dipantau
Tidak pernah
melakukan pemantauan sumber emisi pada periode penilaian
Catatan:
4
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
2. Ketaatan Terhadap Parameter 1. Memantau seluruh parameter yang dipersyaratkan : a. Untuk sektor yang mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada Baku Mutu Emisi Spesifik. b. Untuk sektor yang belum mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada baku mutu Amdal/ UKL-UPL, jika dokumen Amdal/ UKL-UPL tidak mencantumkan baku mutu maka menggunakan baku mutu Lampiran V B Kepmen 13/1995, kecuali Genset mengacu kepada PerMenLH 21 Tahun 2008 Lampiran IVA 2. Bagi emisi yang
bersumber dari proses pembakaran dengan kapasitas < 25 MW atau satuan lain yang setara yang menggunakan bahan bakar gas, tidak wajib mengukur parameter sulfur dioksida jika kandungan sulfur dalam bahan bakar kurang dari atau sama dengan 0,5% berat dan tidak mengukur parameter total partikulat.
Terdapat parameter yang tidak diukur sesuai persyaratan
baku mutu
Lampiran VB
Kepmen 13/1995 atau Baku Mutu Spesifik
Tidak pernah memantau
parameter yang
dipersyaratkan sesuai dengan baku mutu
3. Ketaatan terhadap jumlah data yang dilaporkan 1. Melaporkan data secara periodik: a. Pemantauan CEMS, setiap 3 bulan tersedia data minimal 75% dari seluruh data pemantauan rata-rata harian. (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran)
Pelaporan data tidak lengkap sesuai dengan peraturan baik data pemantauan manual maupun CEM
1. Tidak ada data pemantauan manual atau CEMS.
2. Melaporkan data pemantauan palsu
5
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
b. Pemantauan Manual, setiap 6 bulan minimal 1 data, kecuali proses pembakaran dengan: 1. Kapasitas desain < 570 KW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. 2. kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. 3. kapasitas desain > 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. c. Pelaporan unit
Ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pengujian minimal 1 kali dalam 1 tahun. 4. Ketaatan Terhadap Baku Mutu 1. Memenuhi BMEU 100% untuk pemantauan manual; 2. Bagi pemantauan yang wajib CEMS,
Data hasil
pemantauan dapat dilampaui sampai batas 5% dari data rata-rata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu operasi; 1. Pemantauan manual : Tidak memenuhi baku mutu 2. Pemantauan CEMS : a. data hasil pemantauan melebihi 5% dari data rata-rata harian selama 3 bulan waktu operasi b. jumlah data rata-rata harian kurang dari 75% (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran)
1. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan manual Melebihi Baku Mutu > 500% 2. Dalam satu periode
penilaian 25% data CEMS > 500% Baku Mutu
6
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
5. Ketaatan Terhadap Ketentuan Teknis 1. Memasang dan mengoperasikan CEM bagi industri : a. Unit Regenerator Katalis (unit Perengkahan katalitik alir) b. Unit Pentawaran Sulfur c. Proses pembakaran dengan kapasitas > 25 MW dan apabila kandungan sulfur > dari 2% untuk seluruh kapasitas d. Peleburan Baja e. Pulp & Kertas f. Pupuk g. Semen 2. Peralatan CEM beroperasi normal; 3. Menaati semua persyaratan teknis cerobong
4. Semua sumber emisi non fugitive emisi
harus dibuang melalui Cerobong 5. Menggunakan jasa laboratorium eksternal yang ditunjuk oleh Gubernur; 6. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan 1. Tidak menaati semua persyaratan teknis cerobong 2. Tidak memasang CEMS
1. Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong; 2. Tidak memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi;
D. KRITERIA PENGELOLAAN LIMBAH B3
No. ASPEK
PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
1. Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan : - Identifikasi jenis Limbah B3 - Pencatatan Jenis Limbah B3 yang dihasilkan - Melakukan Pengelolaan Lanjutan (pengelolaan setelah penyimpanan)
Semua terpenuhi 1. Tidak seluruh limbah teridentifikasi 2. Tidak rutin melakukan Pencatatan jenis LB3 yang dihasilkan 3. Tidak seluruh LB3 dilakukan Pengelolaan lanjutan 1. Tidak melakukan identifikasi LB3 2. Tidak melakukan pencatatan jenis LB3 yang dihasilkan 3. Tidak melakukan pengelolaan lanjutan terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan 4. Tidak memiliki manifest yang sesuai dengan limbah B3 yang dikelola 2. Perizinan : -Izin pengelolaan Limbah B3
-Masa berlaku izin (kadaluarsa)
1. Memiliki izin PLB3 yang dipersyaratkan dan izin tersebut masih berlaku
2. Telah mengajukan izin PLB3 dan secara teknis
telah memenuhi
ketentuan
(berdasarkan hasil
1. Izin telah habis masa berlaku dan tidak mengajukan perpanjangan izin 2. Telah mengajukan
izin, namun belum menyelesaikan persyaratan teknis dan ditemukan
Tidak memiliki salah satu izin pengelolaan limbah B3.
7
No. ASPEKPERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
verifikasi tim Proper) penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatannya. 3. Pelaksanaan Ketentuan Izin: Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu(kecuali
Baku Mutu
Lingkungan seperti Emisi, Effluent dan standard mutu)
Memenuhi > 90% dari ketentuan izin. (10% hanya diperuntukkan bagi kesalahan-kesalahan
minor misalnya
simbol/label, lampu penerangan, APAR (alat pemadam kebakaran) dalam penyimpanan Limbah B3.) Memenuhi 90% > x > 50% dari ketentuan izin PLB3 Memenuhi < 50% dari ketentuan izin PLB3 a. Emisi (Insinerator dan atau bahan bakar pembantu) 1. Pemenuhan terhadap BME 2. Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa 1. Seluruh parameter memenuhi BME, dan 2. Mengukur seluruh parameter, dan 3. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku 1. Tidak semua parameter memenuhi BME, atau 2. Tidak mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan, atau 3. Frekuensi pengukuran tidak sesuai dengan izin
1. Tidak pernah melakukan
pengukuran emisi 2. Dalam satu periode
penilaian semua data pemantauan tidak memenuhi baku mutu 3. Melebihi baku mutu untuk parameter yang sama selama 3 kali berturut-turut b. Effluent (Pengolahan air limbah B3, Pengolahan air lindi, sumur pantau) 1. Pemenuhan terhadal BMAL 2. Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa 1. Seluruh parameter memenuhi BMAL, dan 2. Mengukur seluruh parameter, dan 3. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku 1. Tidak semua parameter memenuhi BMAL, atau 2. Tidak mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan, atau 3. Frekuensi pengukuran tidak sesuai dengan izin
1. Tidak pernah melakukan
pengukuran kualitas air limbah 2. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan tidak memenuhi baku mutu 3. Melebihi baku mutu untuk parameter yang sama selama 3 kali berturut-turut c. Standar Mutu produk atau material limbah B3 yang akan dimanfaatkan Frekuensi pengukuran 1. Parameter yang diukur (contoh kuat tekan, kualitas pelumas bekas yang akan dibakar, dll) 1. Seluruh persyaratan standar mutu memenuhi ketentuan izin, dan 2. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku
Tidak memenuhi salah satu persyaratan standar mutu
Tidak melakukan pengukuran standar mutu sesuai dengan ketentuan
izin/peraturan yang berlaku.
4. Open dumping dan Pengelolaan tumpahan dan tanah terkontaminasi limbah B3 1. Rencana Pengelolaan 2. Pengelolaan ceceran 3. Jumlah ceceran 1. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan tumpahan (spill). 2. Pengelolaan tanah terkontaminasi akibat operasi dilakukan sesuai dengan rencana pengelolaan.
3. Clean up tumpahan (spill) diselesaikan dalam waktu satu bulan. 1. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan tumpahan (spill). 2. Pengelolaan tanah terkontaminasi hasil clean tidak sesuai dengan rencana pengelolaan. 3. Clean up tumpahan (spill) Tidak melakukan clean up
8
No. ASPEKPERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
4. Jumlah/volume tumpahan (spill) tercatat dengan baik.
diselesaikan lebih dari satu bulan. 4. Jumlah/volume tanah terkontaminasi tidak tercatat dengan baik. 5. Jumlah Limbah B3
yang dikelola sesuai dengan peraturan (%) 1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola 100 % dengan pengelolaan lanjutan sesuai dengan ketentuan
2. Seluruh jenis limbah
B3 dilakukan pengelolaan 1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola 100% > x > 50%, atau 2. Tidak seluruh jenis
limbah B3 dilakukan pengelolaan 1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola < 50%, atau 2. seluruh limbah B3 tidak dilakukan pengelolaan 6. Pengelolaan limbah B3
oleh pihak ke-3 dan pengangkutan limbah B3 1. Pihak ke-3 (pengumpul) yang ditunjuk : a. mempunyai izin yang masih berlaku
b. Jenis limbah yang dikumpul sesuai dengan izin yang berlaku c. memiliki kontrak kerjasama yang sah antara pengumpul dengan pihak pemanfaat atau pengolah d. tidak dalam masalah pencemaran lingkungan 2. Pihak ke-3 Jasa
Pengangkutan limbah B3 memiliki izin dari Kementerian
Perhubungan dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang diizinkan.
(Izin yang dimaksud juga terkait dengan pemindahan/pengangk utan limbah B3 internal perusahaan yang melintasi wilayah/sarana publik) 3. Dokumen limbah B3 (manifest) yang dimiliki oleh penghasil
sesuai dengan ketentuan Kepdal 02/1995 1. Pihak ke-3 (pengumpul) yang ditunjuk : a. Izin habis masa berlaku b. Tidak memiliki kontrak kerjasama yang sah dengan pihak pemanfaat atau pengolah c. sedang dalam masalah pencemaran lingkungan 2. Tidak memiliki izin
untuk Pengangkutan internal limbah B3 untuk pemindahan limbah B3 yang melintasi sarana publik 3. Dokumen limbah B3 (manifest) yang dimiliki oleh penghasil tidak sesuai dengan ketentuan Kepdal 02/1995 1. Pihak ke-3 Pengumpul Limbah B3 tidak memiliki izin. 2. Jasa Pengangkutan limbah B3 tidak memiliki izin dari Kementerian Perhubungan
7. Dumping, open burning dan
pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu: 1. Izin dumping 2. Jumlah/volume
LB3 yang di
dumping
1. Memiliki izin dengan cara tertentu dari
instansi yang
berwenang
2. Tidak melakukan kegiatan open burning 3. Telah menghentikan kegiatan open burning dan mengolah limbah tersebut sesuai dengan rencana detil
1. Telah mengajukan izin, namun belum menyelesaikan persyaratan teknis dan ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatannya 2. Telah menghentikan 1. Melakukan Dumping tanpa izin 2. Dengan sengaja melakukan kegiatan open burning
9
No. ASPEKPERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
penyelesaian dalam kurun waktu tertentu serta melakukan sesuai dengan rencana tersebut kegiatan open burning dan mengolah limbah tersebut namun tidak sesuai dengan rencana detil penyelesaian dalam kurun waktu tertentu
10
E. KRITERIA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Kriteria Proper Aspek Pengendalian kerusakan lingkungan didasarkan pada hasil penilaian semua tahapan/lokasi tambang dengan menggunakan kriteria potensi kerusakan lahan pada kegiatan pertambangan. Nilai Total yang didapat untuk masing-masing tahapan memberikan kesimpulan dan status pengelolaan lingkungan untuk aspek pengendalian kerusakan lahan.
No. ASPEK PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
1. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
Semua tahapan/lokasi tambang atau 100% dengan Nilai Total dari Penilaian Aspek Potensi kerusakan lingkungan adalah lebih besar atau sama dengan 80.
Tidak semua tahapan/ lokasi tambang dengan Nilai Total dari Penilaian Aspek Potensi kerusakan lingkungan untuk lebih besar atau sama dengan 80.
Lebih dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang mendapatkan Nilai Total lebih kecil 55
Kurang dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang mendapatkan Nilai Total lebih kecil 55
Status aktivitas: Pembersihan Lahan/Pengupasan Tanah Pucuk/Penggalian Tanah Penutup/Penambangan/Penimbunan/Reklamasi
Kriteria Parameter Standar Evaluasi Nilai Ket A S P E K M A N A J E M E N K1 1. Peta Rencana >= Skala 1 : 2.000
10 a. Peta untuk lokasi yang dinilai (masing-masing lokasi atau peta keseluruhan)
b. Ada peta minimal skala 1: 2000, Peta ini biasanya merupakan peta kerja 1: 5000 di lapangan. Jika diperlukan 1: 2000 bisa dalam bentuk digital. c. Peta menggambarkan: Interval kontur, Pola
drainase, dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang)
d. Tanggal pengesahan peta sebelum penilaian dilakukan
< Skala 1 : 2.000 5 a. Peta untuk lokasi yang dinilai (masing-masing lokasi atau peta keseluruhan)
b. Ada peta dengan skala diatas 1: 2000.
c. Peta menggambarkan: Interval kontur, Pola drainase, dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang)
d. Tanggal pengesahan peta sebelum penilaian dilakukan
tidak tersedia peta
0 Tidak ada peta perencanaan
2. Persetuju an
Ada 6 a. Ada persetujuan oleh instansi teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang (KTT)
b. Untuk peta kerja /sequent (1 : 2000), dapat disetujui oleh manager/kepala lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi
Tidak Ada 0 a. Tidak ada persetujuan oleh instansi teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang (KTT)
b. Untuk peta kerja /sequent (1 : 2000), tidak ada persetujuan oleh manager/kepala lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi
3. Kemajuan luasan
sesuai rencana 2 a. realisasi sama atau lebih kecil dari luasan rencana, dilihat dari realisasi Triwulanan.
b. Pada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis
c. Membandingkan laporan realisasi kemajuan tahapan pertambangan (laporan lapangan, laporan triwulanan) dan prakiraan lapangan dengan
11
Kriteria Parameter Standar Evaluasi
Nilai Ket
rencana dalam dokumen RKTTL >luas rencana 0
4. Jadwal
sesuai rencana 2 a. Realisasi sesuai jadwal rencana
b. Ada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis
c. Jadwal pelaksanaan realisasi tahapan pertambangan dibandingkan dengan jadwal rencana pertambangan dalam dokumen RKTTL tidak sesuai a. Realisasi tidak sesuai jadwal rencana
b. Tidak ada persetujuan perubahan rencana dari instansi teknis
Aktifitas ada
aktifitas/kontin u
10 a. Ada aktifitas dilapangan
b. Aktifitas termasuk pemompaan di Pit atau perawatan kolam
tidak ada
aktifitas 3 bulan s/d 1 tahun
5 a. Terlihat tidak ada aktifitas dilapangan
b. Lamanya ditinggal 3 bulan s/d 1 tahun, dilihat dari data rencana kerja dan realisasi Triwulanan c. Lahan ditinggal > 1 Tahun, tetapi ada persetujuan
dari instansi terkait
tidak ada
aktifitas > 1 tahun
0 a. Tidak ada aktifitas lebih dari 1 tahun
b. tidak ada persetujuan instansi terkait terhadap lahan tersebut ditinggalkan sementaras
K3 Potensi
Longsor
Besar 0 a. Lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang atau overall > 50 dari rekomendasi kajian geoteknik
yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)
b. Kemiringan atau tinggi Lereng dibuat berdasarkan rekomendasi kajian geoteknik namun tidak dimintakan persetujuan Pemerintah
c. Ada longsoran atau guguran batuan diarea tambang, meskipun kemiringan lereng sesuai rekomendasi kajian geoteknik
d. Ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng dengan area lebih dari sepertiga bagian lereng; atau
e. Ada gejala pergerakan tanah yang terlihat di lapangan dengan luas zona lebih dari seperempat bagian lereng
Sedang 5 a. Lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang/overall sampai dengan 50 dari rekomendasi
kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri) b. Ada retakan pada lereng maupun pada puncak
lereng dengan area kurang dari sepertiga bagian lereng
c. Ada gejala pergerakan tanah yang terlihat dilapangan dengan luas zona kurang dari seperempat bagian lereng
Kecil 10 a. Sudut kemiringan lereng jenjang atau overall sama atau lebih kecil dari rekomendasi kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)
b. Tidak ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng
c. Tidak ada gejala pergerakan tanah yang terlihat di lapangan K4 Upaya penanganan batuan yang berpotensi pencemar
Ada 10 a. Dilakukan analisis geokimia (pengkarakteristikan batuan limbah) untuk memastikan ada tidaknya batuan yang berpotensi menimbulkan pencemaran (potensi asam atau PAF atau yang lainnya). Lampiran : dokumen studi pengkajian batuan potensi dan tidak potensi asam
b. Ada perlakuan terhadap batuan potensi asam (SOP pemberlakuan batuan potensi asam dan tidak potensi asam)