• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Petunjuk Teknis Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

1

Petunjuk Teknis Pengawasan

Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,

Pengelolaan Kualitas Air dan Udara

Skala Nasional melalui PROPER

(2)

2

DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan ...

4

A.

Latar Belakang ...

4

B.

Tujuan ...

5

C.

Ruang Lingkup ...

5

BAB II Dekonsentrasi PROPER 2012 ...

6

BAB III Tahap Persiapan ...

9

A.

Penyusunan Tim Pelaksana PROPER ...

9

B.

Penguatan Kapasitas ...

9

C.

Sosialisasi ...

10

BAB IV Inspeksi Lapangan dan Supervisi ...

11

A.

Pengumpulan Data Awal ...

11

B.

Pelaksanaan Inspeksi ...

11

C.

Penyusunan Laporan Inspeksi ...

13

D.

Supervisi ...

14

BAB V Pemeringkatan ...

16

A.

Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER

(Rapor) Sementara ...

16

B.

Pemberitahuan Hasil Peringkat Sementara ...

17

C.

Sanggahan/Klarifikasi ...

18

D.

Review

hasil sanggahan oleh Dewan PROPER ...

19

BAB VI Peningkatan Kapasitas Kabupaten/Kota ...

20

BAB VII Jadual Kegiatan Proper 2012 ...

21

(3)

3

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, Petunjuk Teknis

Kegiatan Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,

Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, Tahun

2012 dapat kami susun tepat pada waktunya.

Dalam rangka menjawab pengelolaan lingkungan yang lebih baik, Deputi

Pengendalian Pencemaran Lingkungan mengupayakan perencanaan program dan

kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air

dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, dapat dilaksanakan secara

terarah dan terukur oleh Pemerintah Provinsi sesuai sasaran kinerja Kementerian

Lingkungan Hidup.

Petunjuk teknis ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi dalam

melaksanakan kegiatan dekonsentrasi di daerah dalam upaya meningkatkan ketaatan

perusahaan terhadap lingkungan hidup dan menjaga agar pencemaran lingkungan

hidup dapat dicegah sejak dini.

Akhir kata kami berharap Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi para pihak dalam

mengupayakan perbaikan kualitas lingkungan demi terwujudnya pembangunan yang

berkelanjutan. Saran dan masukan terhadap Petunjuk Teknis ini akan sangat

bermanfaat dalam meningkatkan kinerja PROPER.

Jakarta, 5 Desember 2011

Deputi MENLH Bidang

Pengendalian Pencemaran Lingkungan

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar belakang

Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan

Pemerintahan di Indonesia, pada hakekatnya dimaknai sebagai bentuk kepedulian

Pemerintah Pusat terhadap Daerah melalui pendelegasian kewenangan yang dimiliki

dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah agar

terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan utama penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas perbantuan adalah untuk

mempercepat kesejahteraan masyarakat di daerah, sebagaimana dimaksud dalam

konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, serta

penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, telah menetapkan urusan bidang lingkungan hidup yang menjadi

Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

berdasarkan kriteria eksternal, akuntabilitas dan efisiensi.

Dalam pelaksanaan urusan pemerintah di bidang lingkungan hidup, Menteri

memandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup

kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.

Dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat meningkatkan

kapasitas daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian

sasaran prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingkungan Hidup yang diukur berdasarkan indikator kinerja utama

meningkatnya pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi;

menurunnya pencemaran lingkungan pada air, udara, sampah, dan limbah B3;

memastikan penghentian kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS);

tersedianya kebijakan di bidang perlindungan atmosfir dan pengendalian dampak

perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup.

Pengawasan pengendalian pencemaran air dan udara serta limbah B3 melalui

mekanisme PROPER merupakan satu dari Program Nasional yang dilaksanakan

secara dekonsentrasi. Untuk menstandarkan pelaksanaan dekonsentrasi tersebut perlu

disusun petunjuk teknis yang akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah

(5)

5

(SKPD) Provinsi dalam melaksanakan lingkup penyelenggaraan dekonsentrasi bidang

lingkungan hidup.

B.

Tujuan

Tujuan petunjuk teknis ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi institusi

pengelola lingkungan hidup tingkat Provinsi dalam melaksanakan tugas

dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas

Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER.

C.

Ruang Lingkup

Petunjuk teknis dekonsentrasi ini memuat langkah-langkah dan standar teknis

pelaksanaan PROPER di Provinsi. Petunjuk teknis terdiri dari BAB I Pendahuluan

yang menjelaskan mekanisme umum Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan

Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui

PROPER. BAB II Mekanisme Pelaksanaan Proper Dekonsentrasi 2012, BAB III

menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk persiapan pelaksanaan

PROPER. BAB IV menjelaskan tentang mekanisme dan prosedur pelaksanaan inspeksi

lapangan dan supervisi. Langkah setelah inspeksi lapangan dan supervisi dijelaskan

dalam BAB V tentang Pemeringkatan. Salah satu tugas dekonsentrasi adalah

peningkatan kapasitas Kabupaten/Kota. Langkah-langkah peningkatan kapasitas di

jelaskan pada Bab VI. Sedangkan Bab VII menjelaskan tentang Jadual Pelaksanaan dan

selanjutnya pada Bab VIII dijelaskan tentang Evaluasi & Pelaporan. Untuk kepraktisan

buku ini, maka Lampiran-lampiran dipisahkan dari Buku Petunjuk Teknis.

(6)

6

BAB II

DEKONSENTRASI PROPER 2012

Pelaksanaan PROPER periode 2011-2012 ditargetkan untuk melakukan pengawasan

terhadap 1355 perusahaan dengan ketentuan:

a.

860 pengawasan penaatan PROPER dilakukan oleh 21 Provinsi.

b.

495 perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup.

c.

Pengawasan dan usulan peringkat Biru, Merah dan Hitam dilakukan oleh 21

Provinsi dan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.

d.

Penilaian Hijau dan Emas dilakukan oleh Tim Teknis PROPER Kementerian

Lingkungan Hidup.

e.

Penetapan peringkat dilakukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Proses penetapan provinsi yang berperan serta pada pelaksanaan Dekonsentrasi

PROPER 2012 telah ditentukan melalui Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pengendalian

Pencemaran yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 26-27 Juli 2011. Pada Rakernis

tersebut telah disetujui jumlah dan nama perusahaan yang akan dilakukan

pengawasan penaatan oleh 21 Provinsi. Untuk memperbaharui data perusahaan yang

mutakhir, Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan telah mengirimkan

surat No. B-9991/Dep.II/LH/11/2001 Perihal Industri Dekon 2012 untuk meminta

masing-masing Provinsi mengajukan daftar nama perusahaan yang akan di PROPER

pada periode 2011-2012. Seluruh provinsi telah memberikan respon dengan

rekapitulasi jumlah industri yang diusulkan sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi perusahaan peserta PROPER melalui mekanisme dekonsentrasi.

No.

PROVINSI

RAKERNIS 2011

USULAN PROVINSI 2012

MPJ

PEM

AGRO

TOTAL

MPJ

PEM

AGRO

TOTAL

1 Bali

19

6

0

25

19

6

0

25

2 Banten

70

6

19

95

73

8

14

95

3 Bengkulu

0

4

9

13

0

6

9

15

4 D.I. Yogyakarta

15

2

4

21

15

2

4

21

5 Jambi

5

10

18

33

6

15

18

39

6 Jawa Barat

61

23

12

96

60

23

32

115

7 Jawa Tengah

37

16

21

74

37

14

11

62

8 Jawa Timur

40

18

17

75

20

16

36

72

9 Kalimantan Barat

1

11

11

23

2

4

24

30

10 Kalimantan Selatan

4

20

16

40

7

20

13

40

11 Kep. Bangka Belitung

0

10

8

18

0

10

9

19

12 Lampung

4

2

31

37

5

2

30

37

13 Maluku

1

4

4

9

1

4

4

9

14 NTB

15

9

1

25

17

8

1

26

15 Riau

2

13

46

61

5

19

35

59

16 Sulawesi Selatan

10

8

9

27

8

9

4

21

17 Sulawesi Tengah

1

2

3

6

1

2

3

6

18 Sulawesi Utara

6

8

17

31

11

8

12

31

19 Sumatera Barat

5

4

15

24

5

4

15

24

(7)

7

No.

PROVINSI

RAKERNIS 2011

USULAN PROVINSI 2012

MPJ

PEM

AGRO

TOTAL

MPJ

PEM

AGRO

TOTAL

20 Sumatera Selatan

7

27

17

51

7

27

17

51

21 Sumatera Utara

25

13

25

63

24

13

26

63

Jumlah

328

216

303

847

323

220

317

860

Keterangan : MPJ = Sektor Manufaktur Prasarana Jasa; PEM = Sektor Pertambangan Energi Migas; AGRO = Sektor Agroindustri

Adapun daftar lengkap perusahaan peserta PROPER yang didekonsentrasikan kepada

Provinsi terdapat pada Lampiran 2.

Dekonsentrasi PROPER dilaksanakan dengan melaksanakan 4 tahapan pelaksanaan

PROPER sebagai berikut :

1.

Persiapan

2.

Inspeksi Lapangan dan Supervisi

3.

Pemeringkatan Penaatan

4.

Peningkatan Kapasitas

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2012

PENETAPAN TIM TEKNIS & TIM

PELAKSANA PENGUATAN KAPASITAS SOSIALISASI

PERSIAPAN

PENGUMPULAN DATA PENYUSUNAN RAPORT SEMENTARA REVIEW PERINGKAT TAHAP I PENENTUAN PERINGKAT SEMENTARA PEMBERITAHUAN PERINGKAT SEMENTARA MASA SANGGAHAN REVIEW SANGGAHAN REVIEW PERINGKAT TAHAP II

PEMERINGKATAN PENAATAN

INSPEKSI TAHAP I SUPERVISI TAHAP I INSPEKSI TAHAP II SUPERVISI TAHAP II INSPEKSI TAHAP III SUPERVISI TAHAP III

INSPEKSI LAPANGAN & SUPERVISI

USULAN PERINGKAT PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN / KOTA

PENINGKATAN KAPASITAS

(8)

8

Dalam melaksanakan dekonsentrasi PROPER terdapat beberapa prinsip dasar yang

digunakan sebagai pedoman pelaksanaannya. Salah satu prinsip dasar adalah

pelaksanaan PROPER yang didekonsentrasikan kepada 21 Provinsi tersebut di atas,

Kriteria Penilaian PROPER dan Mekanisme Pelaksanaan PROPER wajib mengikuti

ketentuan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. Kriteria penilaian PROPER

adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.

Untuk menjamin kredibilitas dan akuntabilitas pelaksanaan PROPER, semua aparat

yang terlibat dalam pelaksanaan PROPER wajib melaksanakan etika Pejabat

Pengawas Lingkungan Hidup, yakni:

1.

Menaati semua ketentuan disiplin dan sumpah pegawai negeri;

2.

Menghindari setiap pertentangan kepentingan karena faktor finansial atau

kepentingan lainnya yang berkaitan dengan hasil pengawasan;

3.

Berkomunikasi secara sopan dan profesional dengan petugas dari penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan;

4.

Menguasai dan menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) selama

melaksanakan pengawasan;

5.

Melaporkan fakta-fakta hasil pengawasan secara lengkap, akurat, dan obyektif;

6.

Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan profesional dan keterampilan teknis;

7.

Berpenampilan pantas termasuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung

untuk keselamatan kerja;

8.

Melengkapi diri dengan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan

pengawasan yang mudah dibawa untuk menghindari hutang budi terhadap usaha

dan atau kegiatan.

(9)

9

BAB III

TAHAP PERSIAPAN

Tahap persiapan pada dasarnya adalah persiapan untuk melaksanakan kegiatan

PROPER selanjutnya. Perangkat lunak seperti Kriteria Penilaian, perusahaan yang

akan di PROPER, Sumberdaya manusia yang akan melaksanakan PROPER perlu

disiapkan agar pelaksanaan PROPER sesuai dengan target dan jadual yang ditetapkan.

Adapun langkah-langkah tahap persiapan antara lain adalah:

A.

Penyusunan Tim Pelaksana PROPER

Tahap pertama dalam persiapan pelaksanaan dekonsentrasi PROPER 2012 adalah

melakukan penyusunan Tim Pelaksana PORPER Provinsi. Langkah-langkah

penyusunan tim adalah sebagai berikut :

1.

Kepala Institusi Lingkungan Hidup Provinsi menetapkan susunan Tim Pelaksana

PROPER Provinsi dalam suatu surat keputusan dengan susunan sebagai berikut:

a.

Ketua Tim Pelaksana PROPER, adalah Kepala Bidang yang menangani

pengawasan.

b.

Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi:

1)

Staf administrasi yang bertugas menyelesaikan urusan administrasi dan

keuangan.

2)

Tim Pengolah Data yang bertugas mengelola data hasil pengawasan

lapangan dan menyiapkan Rapor, Tim Pengolah Data harus menguasai

komputer terutama aplikasi Ms Word dan Ms Excel.

c.

Tim Inspeksi PROPER Provinsi, adalah pejabat pengawas lingkungan hidup

daerah atau staf teknis yang memperoleh pelatihan pengawasan PROPER.

d.

Khusus untuk penilaian aspek kerusakan lingkungan kegiatan pertambangan

dapat dilakukan bekerjasama dengan inspektur tambang pada instansi

pertambangan Provinsi.

2.

Kepala Intitusi Lingkungan Hidup Provinsi menyampaikan Surat Keputusan Tim

Pelaksana PROPER Provinsi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui

Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.

B.

Penguatan Kapasitas

Dalam rangka menjaga kualitas pelaksanaan PROPER, maka sumberdaya manusia

pelaksana harus memenuhi persyaratan kompetensi yang standar. Untuk mencapai

tujuan tersebut maka dilakukan penguatan kapasitas dengan ketentuan:

(10)

10

1.

Tim teknis PROPER melakukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia kepada

Tim Pelaksana PROPER Provinsi.

2.

Sekretariat PROPER mengkoordinasikan pelaksanaan penguatan kapasitas dan

sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER.

3.

Sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER didasarkan atas uji kompetensi dan tingkat

kehadiran peserta dalam kegiatan peningkatan kapasitas.

4.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi yang telah memperoleh sertifikasi melakukan

peningkatan kapasitas kepada Tim Pelaksana PROPER Kabupaten/Kota dengan

menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh Tim Teknis PROPER.

Output kegiatan:

1.

Jumlah orang yang dilatih

2.

Jumlah orang yang mendapat sertifikat

3.

Laporan pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas

C.

Sosialisasi

Dalam rangka menginformasikan keikutsertaan dan kriteria serta mekanisme PROPER

kepada perusahaan maka Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengadakan sosialisasi

PROPER dengan ketentuan:

1.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengundang perusahaan peserta PROPER

tahun 2012 di wilayahnya dan perusahaan lain yang diproyeksikan akan

diikutsertakan dalam PROPER tahun berikutnya.

2.

Pelaksanaan Sosialisasi menggunakan narasumber dari Unit Teknis Kementerian

Lingkungan Hidup yang menangani PROPER.

3.

Tidak diperkenankan memungut anggaran dari perusahaan atau peserta untuk

pelaksanaan sosialisasi.

4.

Sekretariat PROPER Provinsi mendokumentasikan jumlah dan kehadiran

perusahaan yang memperoleh sosialisasi, peserta sosialisasi dan menyelesaikan

laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat melaksanakan sosialisasi kepada pemangku

kepentingan lain dalam rangka mendukung pelaksanaan PROPER melalui berbagai

metode seperti pencetakan dan penyebaran leaflet dan booklet, seminar dan workshop,

dan kegiatan dengan media massa.

Output:

1.

Jumlah perusahaan yang memperoleh sosiaslisasi

2.

Jumlah peserta sosialisasi

(11)

11

BAB IV

INSPEKSI LAPANGAN DAN SUPERVISI

A.

Pengumpulan Data Awal

Pengumpulan data awal bertujuan mengumpulkan informasi awal, yang digunakan

untuk menyusun strategi inspeksi lapangan. Persiapan yang baik dengan informasi

awal yang lengkap merupakan faktor penentu utama pelaksanaan inspeksi yang

efektif dan efisien.

Pengumpulan data awal dilaksanakan dengan ketentuan :

1.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengumpulkan data awal berupa :

a.

Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan

PROPER bagi perusahaan yang telah diperingkat periode penilaian

sebelumnya.

b.

Laporan Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL/UPL.

c.

Laporan Pelaksanaan Izin.

d.

Profil Perusahaan yang memuat informasi dasar seperti nama dan alamat

perusahaan, kapasitas produksi atau jasa, proses produksi atau jasa, upaya

pengendalian penemaran yang dilakukan dan upaya penanganan limbah B3.

2.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat mengumpulkan data dengan kuisioner dan

menyampaikan hasil kusioner kepada Sekretariat PROPER.

Output:

Data kuisioner yang telah diisi oleh usaha dan/atau kegiatan.

B.

Pelaksanaan inspeksi

Dalam rangka rangka pengambilan data sekunder dan primer Tim Pelaksana PROPER

melakukan inspeksi lapangan dengan ketentuan:

1.

Setiap Tim Inspeksi terdiri dari:

a.

Pengawas PROPER Provinsi : 2 (dua) orang untuk pengawasan Aspek Air,

Udara dan Pengelolaan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan

(kegiatan pertambangan);

b.

Pengawas PROPER Kabupaten/Kota : 1 (satu) orang Pejabat Pengawas

Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota atau staf teknis yang sudah mendapat

pelatihan PROPER;

(12)

12

2.

Ketua tim inspeksi Provinsi harus Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah

atau Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi,

3.

Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan:

a.

Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum

dalam SK Tim Inspeksi PROPER Provinsi.

b.

Nama petugas yang menandatangani Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER

harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.

4.

Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi

PROPER.

5.

Pelaksanaan inspeksi dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:

a.

Tahap I : 5 Maret s/d 6 April 2012;

b.

Tahap II : 16 April s/d 1 Juni 2012;

c.

Tahap III : 11 Juni s/d 3 Agustus 2012.

6.

Pada setiap akhir tahap inspeksi, Tim Pelaksana PROPER Provinsi sudah harus

menyelesaikan inspeksi dengan target sebagai berikut :

Tabel 2. Tahapan Inspeksi

TAHAP

INSPEKSI

TARGET

INSPEKSI

KETERANGAN

I

25 %

II

70 %

III

100 %

7.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan inspeksi

kepada Sektretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup setiap bulan.

8.

Setiap pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan oleh petugas laboratorium

yang terakreditasi.

9.

Lokasi pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan pada titik penaatan.

10.

Seluruh biaya pelaksanaan inspeksi ditanggung oleh biaya APBN Kementerian

Lingkungan Hidup melalui dana dekonsentrasi.

11.

Pada akhir pengawasan harus disusun Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER,

yang didalamnya paling tidak memuat informasi :

a.

Informasi umum usaha dan atau kegiatan yang dinilai;

b.

Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran air;

c.

Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran udara;

d.

Kinerja penaatan pengelolaan limbah B3;

e.

Pelaksanaan AMDAL, UKL/UPL;

f.

Perizinan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan;

g.

Kinerja penaatan dalam pengendalian kerusakan lingkungan (khusus untuk

kegiatan pertambangan);

(13)

13

h.

Foto-foto hasil pengawasan lapangan;

i.

Lampiran data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang

dinilai;

j.

Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3;

k.

Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan

Lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan).

12.

Format Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER mengacu pada Lampiran 3.

13.

Jika perusahaan menolak untuk dilakukan pengawasan, Tim Inspeksi Lapangan

wajib membuat Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER.

14.

Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis Berita

Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan

PROPER.

Sekretariat

PROPER

Provinsi

sangat

dianjurkan

untuk

mendokumentasikan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara

Penolakan Pengawasan PROPER dalam bentuk data elektronik (discan) selain tetap

mendokumentasikan berkas dalam bentuk manual (hard copy).

15.

Satu copy Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER wajib disampaikan kepada

Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. Jika tersedia data elektronik

maka Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat menyerahkan data elektronik.

16.

Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai hak penuh

untuk mengakses dokumentasi Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita

Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan

PROPER.

Output kegiatan:

1.

Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER atau Berita Acara Penolakan Pengawasan

PROPER;

2.

Foto-foto hasil pengawasan lapangan;

3.

Data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai;

4.

Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup daerah;

5.

Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3;

6.

Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan;

C.

Penyusunan Laporan Inspeksi

Laporan inspeksi adalah laporan Tim Inspeksi lapangan kepada atasan masing-masing

untuk melaporkan hasil pengawasannya sehingga atasan dapat segera mengambil

tindakan jika ditemukan hasil pengawasan yang berpotensi atau telah melanggar

peraturan lingkungan hidup dan berpotensi atau telah menyebabkan terjadinya

pencemaran dan kerusakan lingkungan. Laporan inspeksi disusun dengan ketentuan:

(14)

14

1.

Pada setiap akhir kunjungan inspeksi lapangan, petugas inspeksi wajib

menyelesaikan laporan inspeksi berupa ringkasan ketaatan perusahaan dalam

aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan

limbah B3, dan pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan

pertambangan) serta hal-hal yang perlu mendapat perhatian kepada atasan

masing-masing dengan dilampiri oleh:

a.

Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER.

b.

Foto-foto hasil pengawasan lapangan.

c.

Data Swapantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai.

d.

Data hasil pengambilan sampel oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi

1

.

e.

Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3.

f.

Hasil Pengisian Daftas Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan.

2.

Format ringkasan ketaatan perusahaan sesuai Lampiran .

3.

Laporan inspeksi wajib didokumentasikan oleh Sekretariat Tim Pelaksana PROPER

Provinsi secara sistematis sehingga mudah ditelusuri. Tim Teknis PROPER

Kementerian Lingkungan Hidup memiliki hak penuh untuk mengakses laporan

inspeksi ini.

Output Kegiatan:

Dokumentasi laporan inspeksi lapangan

D.

Supervisi

Kegiatan Supervisi dilakukan untuk merekapitulasi hasil inspeksi dan menyusun

Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Supervisi dilaksanakan

secara bertahap pada setiap akhir tahapan inspeksi lapangan dengan jadual

pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 3. Tahapan Supervisi

SUPERVISI

TANGGAL

Tahap I

9-13 April 2012

Tahap II

4-8 Juni 2012

Tahap III

6-10 Agustus 2012

Pelaksanaan Supervisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1

(15)

15

1.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi menyiapkan bahan bahan supervisi sebagai

berikut :

a.

Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan

Pengawasan PROPER beserta lampirannya.

b.

Laporan hasil inspeksi.

c.

Data-data kualitas air limbah, emisi dan pengelolaan limbah B3 harus sudah

dalam format seperti yang terdapat pada Lampiran 4.

d.

Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Format dan

ketentuan tentang Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara

mengacu kepada Sub Bab Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan

PROPER (Rapor) Sementara pada bagian selanjutnya petunjuk teknis ini.

2.

Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi

terhadap proses penyusunan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER

Sementara.

3.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER

Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rekapitulasi Status Penaatan Awal

Perusahaan dan Berita Acara Supervisi.

4.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi melaporkan hasil supervisi kepada Kepala

Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, sedangkan Tim Teknis PROPER Kementerian

Lingkungan Hidup melaporkan hasil supervisi kepada Ketua Tim Teknis PROPER

melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.

5.

Sekretariat PROPER Provinsi dan Kementerian Lingkungan Hidup wajib

mendokumentasikan Laporan Hasil Supervisi.

Output kegiatan:

1.

Kumpulan Hasil Inspeksi.

2.

Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara.

3.

Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan

(16)

16

BAB V

PEMERINGKATAN

A.

Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara

Langkah pertama untuk pemeringkatan adalah penyusunan Rapor semetara. Pada

tahapan ini sebenarnya adalah tahapan untuk memutakhirkan Draft Hasil Evaluasi

Kinerja Penaatan PROPER Sementara yang telah disusun pada saat supervisi dengan

memasukkan data-data pemantauan dan neraca limbah B3 yang terbaru. Adapun

pelaksanaan penyusunan Rapor Sementara dilakukan dengan ketentuan :

1.

Petugas inspeksi PROPER wajib menyelesaikan Rapor Sementara berdasarkan

Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, foto-foto hasil pengawasan lapangan,

Data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai, Data hasil

pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup, Hasil Pengisian Daftar Isian

penilaian Pengelolaan Limbah B3, Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria

Potensi Kerusakan Lahan dan progress perbaikan yang telah dilakukan usaha dan

atau kegiatan yang dinilai.

2.

Rapor Sementara adalah penilaian sementara kinerja pengelolaan lingkungan

aspek AMDAL/UKL-UPL, Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian

Pencemaran Udara, Pengelolaan limbah B3 sesuai dengan kriteria penilaian

PROPER yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5.

3.

Format Rapor Sementara yang memuat kinerja perusahaan dalam pengendalian

pencemaran air, udara dan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan

(khusus kegiatan pertambangan) mengacu pada :

a.

Format Rapor Sementara yang ditetapkan oleh Tim Teknis;

b.

Dihitung dengan menggunakan spreadsheet analisa kinerja yang telah

ditetapkan.

4.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi kemudian menyusun status penaatan/peringkat

awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai, yang merupakan hasil rekapitulasi dari

Rapor Sementara sesuai Lampiran 6.

5.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi selanjutnya melaporkan secara tertulis hasil status

penaatan / peringkat awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai kepada Kepala

instansi lingkungan hidup Provinsi, untuk kemudian disampaikan kepada

Sekretariat PROPER.

(17)

17

6.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peer review dalam penyusunan Rapor

Sementara.

7.

Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi kepada

Tim Pelaksana PROPER Provinsi untuk memastikan kesesuaian Rapor Sementera

dengan kriteria penilaian PROPER, validitas data dan menjamin kredibilitas

pelaksanaan PROPER serta kesesuaian dengan jadual pelaksanaan PROPER yang

ditelah ditetapkan.

8.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER

Kementerian Lingkungan Hidup menyusun status penaatan/peringkat awal usaha

dan atau kegiatan yang dinilai, yang merupakan hasil rekapitulasi dari rapot

sementara dan Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara.

Output kegiatan:

1.

Rapor Sementara hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER;

2.

Rekapitulasi status penaatan;

3.

Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara;

4.

Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan

peringkat awal usaha dan atau kegiatan.

B.

Pemberitahuan hasil peringkat sementara

Setelah Rapor Sementara diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menyampaikan

Rapor tersebut kepada perusahaan untuk memperoleh tanggapan. Langkah langkah

untuk memberitahukan hasil peringkat sementara adalah sebagai berikut :

1.

Kepala institusi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan secara tertulis hasil

status sementara penaatan Perusahaan beserta Rapor Sementara kepada Ketua

Tim Teknis melalui Sekretariat PROPER tanggal 31 Agustus 2012.

2.

Rapor Sementara disampaikan kepada Perusahaan pada tanggal 10 s/d 14

September 2012.

3.

Pemberitahuan peringkat sementara secara tertulis ke Perusahaan dilakukan

melalui surat Kepala instansi lingkungan hidup dengan tembusan Ketua Tim

Teknis PROPER.

4.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib memiliki sistem untuk memastikan

Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara dapat diterima oleh

Perusahaan yang dinilai.

5.

Pemberitahunan secara tertulis kepada perusahaan harus mencantumkan tanggal

dan tempat untuk menyampaikan sanggahan atau klarifikasi terhadap Rapor

sementara.

(18)

18

Output kegiatan:

1.

Berita acara penerimaan Rapor Sementara

2.

Tanda terima pengiriman dokumen

C.

Sanggahan/Klarifikasi

Untuk menciptakan keadilan dalam pelaksanaan PROPER, Perusahaan yang dinilai

diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan terhadap hasil penilaian

peringkat kinerja sementara. Langkah-langkah untuk menampung dan menanggapi

sanggahan perusahaan adalah sebagai berikut :

1.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi menerima sanggahan tertulis dari Perusahaan

pada tanggal 2 s/d 5 Oktober 2012.

2.

Sanggahan ini harus dalam bentuk tertulis yang diantar langsung ataupun dikirim

melalui fax dan pos untuk selanjutnya mendapat bukti tanda terima dokumen

sanggah. Apabila tidak ada sanggahan dalam jangka waktu 2 s/d 5 Oktober 2012,

maka Perusahaan dianggap menerima hasil Peringkat Kinerja Sementara dan

Rapor Kinerja Sementara.

3.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen

sanggahan pada tanggal 8 s/d 10 Oktober 2012. Hasil evaluasi dokumen sanggahan

didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER untuk menyepakati usulan peringkat

akhir pada tanggal 11 s/d 12 Oktober 2012.

4.

Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi wajib menjawab sanggahan secara

tertulis kepada Perusahaan yang melakukan sanggahan tentang:

c.

Perbaikan peringkat Perusahaan atau,

d.

Sanggahan akan didiskusikan lebih lanjut dengan Tim Teknis PROPER.

5.

Perbaikan peringkat perusahaan hanya dapat dilakukan jika :

a.

terdapat kesalahan data yang dimasukkan kedalam Rapor sementara oleh Tim

Pelaksana PROPER Provinsi,

b.

melengkapi data yang masih belum dimasukkan oleh Tim Pelaksana PROPER

Provinsi.

6.

Jika terdapat sanggahan yang tidak berkaitan dengan ketentuan angka 5, maka

wajib didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup

untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan peringkat perusahaan.

(19)

19

7.

Jawaban sanggahan paling lambat 16 Oktober 2012 dengan tembusan kepada

Ketua Tim Teknis PROPER.

Output kegiatan:

1.

Tanda terima dokumen sanggahan;

2.

Jawaban atas sanggahan.

D.

Review hasil sanggahan oleh Dewan PROPER

Berdasarkan hasil verifikasi sanggahan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana PROPER

Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER. Adapun langkah-langkah review hasil

sanggahan adalah sebagai berikut :

i.

Dewan pertimbangan akan melakukan review terhadap usulan peringkat akhir

Perusahaan.

ii.

Dalam melakukan review terhadap usulan peringkat akhir Perusahaan, Dewan

Pertimbangan dapat melakukan verifikasi langsung ke Perusahaan yang

bersangkutan.

iii.

Ketua Tim Teknis menetapkan daftar usulan peringkat akhir PROPER dan daftar

kandidat Hijau dan Emas PROPER dari hasil review Dewan Pertimbangan

PROPER.

(20)

20

BAB VI

PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN/KOTA

Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peningkatan kapasitas kepada aparat

pengawas lingkungan hidup Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi

yang ditetapkan oleh Ketua Tim Teknis PROPER.

Lingkup penguatan kapasitas mencakup :

a.

Kriteria dan mekanisme pelaksanaan PROPER;

b.

Tata cara pengawasan penaatan lingkungan hidup (pengendalian pencemaran air,

pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, serta pengendalian

kerusakan lingkungan, khusus kegiatan pertambangan);

c.

Cara penyusunan Berita Acara Hasil Pengawasan;

d.

Cara pengolahan data hasil pengawasan;

e.

Cara penyusunan Rapor Sementara dan,

f.

Cara penyusunan Rapor final.

Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi memberikan sertifikat kepada para peserta

penguatan kapasitas yang lulus.

Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

penguatan kapasitas kepada Ketua Tim Teknis PROPER.

Output kegiatan:

1.

Jumlah orang yang dilatih;

2.

Jumlah orang yang mendapat sertifikat;

(21)

21

BAB VII

JADUAL KEGIATAN PROPER 2012

Pelaksanaan kegiatan PROPER periode 2011 – 2012 dilaksanakan dengan jadual

sebagai berikut :

No

Tahapan

Waktu

1

Persiapan

1 Januari s/d 26 Februari 2012

2

Peningkatan Kapasitas

2Februari s/d 26 Februari

3

Inspeksi Tahap I

5 Maret s/d 6 April

4

Supervisi Tahap I

9 April s/d 13April

5

Inspeksi Tahap II

16 April s/d 1 Juni

6

Supervisi Tahap II

4 Juni s/d 8 Juni

7

Inspeksi Tahap III

11 Juni s/d 3 Agustus

8

Supervisi Tahap III

6 Agustus s/d 10 Agustus

9

Raport Sementara

13 Agustus s/d 31 Agustus

10 Pemeringkatan Sementara

Agustus 2012

11 Pengiriman Raport

10 September s/d 14 September

2012

12 Masa Sanggah

2 Okrober s/d 5 Oktober 2012

13 Evaluasi Dokumen Sanggahan

8 Oktober s/d 10 Oktober 2012

14 Jawaban Sanggahan

16 Oktober

15

Evaluasi Dokumen Hijau & Emas

Oktober 2012

16 Menyepakati Usulan Peringkat Akhir

Oktober 2012

17 Draft SK MENLH Siap

Oktober 2012

18 Design Buku Proper

Oktober 2012

19 Konsultasi Publik

Oktober 2012

20 Persiapan MAL WAPRES

Oktober – November 2012

21 Kunjungan Lapangan

Oktober – November 12

22 Review ESELON I

November 2012

23 Rapat ESELON I

November 2012

24 DEWAN PROPER

November 2012

25 Peringkat Hijau Final

November 2012

26 Pengumuman PROPER

30 November 2012

(22)

22

BAB VIII

EVALUASI DAN PELAPORAN

Laporan manajerial dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,

Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER mengacu

kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2009

tentang Urusan Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup yang Dapat

Didekonsentrasikan.

Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis

semua output tahapan kegiatan dan Tim PROPER Kementerian Lingkungan Hidup

berhak secara penuh untuk mengakses dokumentasi pelaksanaan PROPER.

(23)

23

Sekretariat PROPER

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan

Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui

PROPER, dapat menghubungi:

Sekretariat PROPER

Telp./Fax. : (021) 8520-886

Email: dekonproper@gmail.com

(24)

1

LAMPIRAN 1

KRITERIA PENILAIAN KETAATAN PROPER 2011-2012

KRITERIA PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN (PROPER) BIRU, MERAH, DAN HITAM A. PELAKSANAAN AMDAL ATAU UKL/UPL

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

1. Pelaksanaan Amdal/UKL-UPL 1. Memiliki Amdal/UKL-UPL 2. Melaksanakan ketentuan dalam: a. SK Kelayakan Lingkugan b. ANDAL, RKL-RPL c. UKL UPL 3. Melaporkan pelaksanaan RKL-RPL/ UKL -UPL 1. Tidak Melaksanakan ketentuan dalam: a. SK Kelayakan Lingkungan b. ANDAL, RKL-RPL c. UKL-UPL 2. Tidak Melaporkan pelaksanaan RKL-RPL/ UKL-UPL Tidak Memiliki Amdal/ UKL-UPL

B. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

1. Ketaatan Terhadap Titik Penaatan

Memantau seluruh titik penaatan dan/atau air buangan yang harus dikelola sesuai dengan peraturan.

Terdapat titik

penaatan dan/atau air buangan yang

tidak pernah dipantau selama periode penilaian 2. Ketaatan Terhadap Parameter yang dipantau 1. Memantau seluruh parameter yang dipersyaratkan sesuai dengan: a. IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair) b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi c. Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk aplikasi pada tanah

2. Ketaatan diukur berdasarkan peraturan/persyarata n yang lebih ketat. 3. Khusus Industri

Sawit yang menerapkan Land Aplication parameter yang tidak ada baku mutunya tingkat ketaatan >=80% 4. Tidak memantau seluruh parameter yang sesuai persyaratan baku mutu yang dipersyaratkan sesuai dengan: a. IPLC b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi c. Khusus untuk Industri Sawit parameter yang tidak ada baku mutunya <80% Tidak pernah melakukan pemantauan parameter yang sesuai dengan: a. IPLC b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi c. Izin Pemanfaatan (land aplication) Catatan:

1. Khusus Rumah Sakit jumlah parameter yang dipersyaratkan sebanyak 5 parameter: pH, BOD, COD, TSS, E-Coli

2. Khusus Industri MPJ belum memiliki baku mutu spesifik menggunakan baku mutu yang ada di AMDAL dan UKL/UPL. Jika baku mutu tidak tercantum dalam dokumen Amdal dan UKL/UPL maka menggunakan baku mutu pada Kepmen 51 Tahun lampiran C Golongan 1

3. Khusus Industri Agro yang belum memiliki baku mutu spesifik wajib mengukur BOD, COD, pH, TSS, Minyak dan Lemak.

(25)

2

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

Tambang yang sejenis.

3. Ketaatan terhadap

jumlah data yang dilaporkan

Melaporkan data secara lengkap sesuai dengan yang dipersyaratkan >90% sebagai berikut:

1. Pemantauan kualitas air limbah 2. Produksi bulanan

(riil) atau bahan baku

3. Catatan debit harian air limbah yang dibuang

Melaporkan data sesuai dengan yang dipersyaratkan < 90% sebagai berikut: 1. Pemantauan kualitas air limbah 2. Produksi bulanan (riil) atau bahan baku; 3. Catatan debit harian air limbah yang dibuang Melaporkan data palsu. Catatan:

1. Data pemantauan harian parameter COD dan pH untuk Industri petrokimia

2. Data pemantauan harian parameter pH dan TSS atau debit untuk Industri pertambangan 3. Data pemantauan harian parameter pH untuk Industri Agro sesuai yang dipersyaratkan

4. Bagi Industri yang pengelolaan air limbahnya diserahkan ke kawasan industri pengolah air limbah tingkat ketaatan 100%.

5. Bagi Industri Migas yang telah melakukan 100% injeksi maka tingkat ketaatan 100%

6. Bagi industri yang menggunakan kembali (reuse/recycle) 100% air limbahnya maka tingkat ketaatan 100%

4. Ketaatan Terhadap

Baku Mutu

Data hasil pemantauan memenuhi 90 % baku mutu dalam satu periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter dan data 6 bulan terakhir dalam periode penilaian memenuhi baku mutu.

Data hasil pemantauan memenuhi <90 % baku mutu dalam satu periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter

Data hasil

pemantauan melebihi 500% BMAL selama 50% periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter

Catatan:

Hasil data primer akan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 5. Ketaatan Terhadap Izin 1. Mempunyai izin

pembuangan limbah cair (IPLC) ke badan air / Laut / Land Application; 2. Izin dalam proses akhir (persyaratan izin sudah lengkap)

Tidak

mempunyai izin pembuangan air limbah (IPLC) ke badan air / Laut / LA ;

Catatan:

Untuk daerah yang belum mempunyai Perda yang mengatur perizinan tidak dinilai dalam ketaatan terhadap izin 6. Ketaatan Terhadap Ketentuan Teknis 1. Menggunakan jasa laboratorium eksternal/internal yang sudah; terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur;

2. Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan;

3. Membuat saluran air limbah yang kedap air ; 4. Memasang alat pengukur debit (flowmeter); 5. Tidak melakukan pengenceran; 6. Tidak melakukan by

pass air limbah; 7. Memenuhi seluruh A. Tidak memenuhi salah satu persyaratan teknis dibawah ini: 1. Menggunakan jasa laboratorium eksternal/inte rnal yang sudah; terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur; 2. Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan; 3. Membuat saluran air 1. Tidak memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi; 2. Melakukan by pass.

(26)

3

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi. limbah yang kedap air ; 4. Memasang alat pengukur debit (flowmeter); 5. Tidak melakukan pengenceran. B. Memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi;

C. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

1. Ketaatan Terhadap Sumber Emisi

A. Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik: Memantau semua sumber emisi, kecuali:

1. Internal Combustion Engine (Genset, Transfer Pump Engine) : a. kapasitas < 100 HP (76,5 KVA) dan beroperasi < 1000 jam/tahun; b. yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan, kegiatan pemeliharaan < 200 jam/tahun; c. yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las 2. Exhaust Laboratorium Fire Assay

3. Khusus Rumah Sakit dan Hotel tidak diwajibkan memantau sumber emisi yg beroperasi < 1000 jam/tahun B. Sumber emisi yang belum mempunyai baku mutu emisi spesifik (non proses pembakaran). sumber emisi yang dipantau diwakili satu cerobong dari tiap unit produksi dan dilakukan secara bergantian sehingga semua sumber emisi dapat dipantau

Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik:

Tidak semua sumber emisi dipantau

Tidak pernah

melakukan pemantauan sumber emisi pada periode penilaian

Catatan:

(27)

4

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

2. Ketaatan Terhadap Parameter 1. Memantau seluruh parameter yang dipersyaratkan : a. Untuk sektor yang mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada Baku Mutu Emisi Spesifik. b. Untuk sektor yang belum mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada baku mutu Amdal/ UKL-UPL, jika dokumen Amdal/ UKL-UPL tidak mencantumkan baku mutu maka menggunakan baku mutu Lampiran V B Kepmen 13/1995, kecuali Genset mengacu kepada PerMenLH 21 Tahun 2008 Lampiran IVA 2. Bagi emisi yang

bersumber dari proses pembakaran dengan kapasitas < 25 MW atau satuan lain yang setara yang menggunakan bahan bakar gas, tidak wajib mengukur parameter sulfur dioksida jika kandungan sulfur dalam bahan bakar kurang dari atau sama dengan 0,5% berat dan tidak mengukur parameter total partikulat.

Terdapat parameter yang tidak diukur sesuai persyaratan

baku mutu

Lampiran VB

Kepmen 13/1995 atau Baku Mutu Spesifik

Tidak pernah memantau

parameter yang

dipersyaratkan sesuai dengan baku mutu

3. Ketaatan terhadap jumlah data yang dilaporkan 1. Melaporkan data secara periodik: a. Pemantauan CEMS, setiap 3 bulan tersedia data minimal 75% dari seluruh data pemantauan rata-rata harian. (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran)

Pelaporan data tidak lengkap sesuai dengan peraturan baik data pemantauan manual maupun CEM

1. Tidak ada data pemantauan manual atau CEMS.

2. Melaporkan data pemantauan palsu

(28)

5

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

b. Pemantauan Manual, setiap 6 bulan minimal 1 data, kecuali proses pembakaran dengan: 1. Kapasitas desain < 570 KW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. 2. kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. 3. kapasitas desain > 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. c. Pelaporan unit

Ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pengujian minimal 1 kali dalam 1 tahun. 4. Ketaatan Terhadap Baku Mutu 1. Memenuhi BMEU 100% untuk pemantauan manual; 2. Bagi pemantauan yang wajib CEMS,

Data hasil

pemantauan dapat dilampaui sampai batas 5% dari data rata-rata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu operasi; 1. Pemantauan manual : Tidak memenuhi baku mutu 2. Pemantauan CEMS : a. data hasil pemantauan melebihi 5% dari data rata-rata harian selama 3 bulan waktu operasi b. jumlah data rata-rata harian kurang dari 75% (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran)

1. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan manual Melebihi Baku Mutu > 500% 2. Dalam satu periode

penilaian 25% data CEMS > 500% Baku Mutu

(29)

6

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

5. Ketaatan Terhadap Ketentuan Teknis 1. Memasang dan mengoperasikan CEM bagi industri : a. Unit Regenerator Katalis (unit Perengkahan katalitik alir) b. Unit Pentawaran Sulfur c. Proses pembakaran dengan kapasitas > 25 MW dan apabila kandungan sulfur > dari 2% untuk seluruh kapasitas d. Peleburan Baja e. Pulp & Kertas f. Pupuk g. Semen 2. Peralatan CEM beroperasi normal; 3. Menaati semua persyaratan teknis cerobong

4. Semua sumber emisi non fugitive emisi

harus dibuang melalui Cerobong 5. Menggunakan jasa laboratorium eksternal yang ditunjuk oleh Gubernur; 6. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan 1. Tidak menaati semua persyaratan teknis cerobong 2. Tidak memasang CEMS

1. Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong; 2. Tidak memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi;

D. KRITERIA PENGELOLAAN LIMBAH B3

No. ASPEK

PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

1. Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan : - Identifikasi jenis Limbah B3 - Pencatatan Jenis Limbah B3 yang dihasilkan - Melakukan Pengelolaan Lanjutan (pengelolaan setelah penyimpanan)

Semua terpenuhi 1. Tidak seluruh limbah teridentifikasi 2. Tidak rutin melakukan Pencatatan jenis LB3 yang dihasilkan 3. Tidak seluruh LB3 dilakukan Pengelolaan lanjutan 1. Tidak melakukan identifikasi LB3 2. Tidak melakukan pencatatan jenis LB3 yang dihasilkan 3. Tidak melakukan pengelolaan lanjutan terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan 4. Tidak memiliki manifest yang sesuai dengan limbah B3 yang dikelola 2. Perizinan : -Izin pengelolaan Limbah B3

-Masa berlaku izin (kadaluarsa)

1. Memiliki izin PLB3 yang dipersyaratkan dan izin tersebut masih berlaku

2. Telah mengajukan izin PLB3 dan secara teknis

telah memenuhi

ketentuan

(berdasarkan hasil

1. Izin telah habis masa berlaku dan tidak mengajukan perpanjangan izin 2. Telah mengajukan

izin, namun belum menyelesaikan persyaratan teknis dan ditemukan

Tidak memiliki salah satu izin pengelolaan limbah B3.

(30)

7

No. ASPEK

PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

verifikasi tim Proper) penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatannya. 3. Pelaksanaan Ketentuan Izin: Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu(kecuali

Baku Mutu

Lingkungan seperti Emisi, Effluent dan standard mutu)

Memenuhi > 90% dari ketentuan izin. (10% hanya diperuntukkan bagi kesalahan-kesalahan

minor misalnya

simbol/label, lampu penerangan, APAR (alat pemadam kebakaran) dalam penyimpanan Limbah B3.) Memenuhi 90% > x > 50% dari ketentuan izin PLB3 Memenuhi < 50% dari ketentuan izin PLB3 a. Emisi (Insinerator dan atau bahan bakar pembantu) 1. Pemenuhan terhadap BME 2. Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa 1. Seluruh parameter memenuhi BME, dan 2. Mengukur seluruh parameter, dan 3. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku 1. Tidak semua parameter memenuhi BME, atau 2. Tidak mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan, atau 3. Frekuensi pengukuran tidak sesuai dengan izin

1. Tidak pernah melakukan

pengukuran emisi 2. Dalam satu periode

penilaian semua data pemantauan tidak memenuhi baku mutu 3. Melebihi baku mutu untuk parameter yang sama selama 3 kali berturut-turut b. Effluent (Pengolahan air limbah B3, Pengolahan air lindi, sumur pantau) 1. Pemenuhan terhadal BMAL 2. Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa 1. Seluruh parameter memenuhi BMAL, dan 2. Mengukur seluruh parameter, dan 3. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku 1. Tidak semua parameter memenuhi BMAL, atau 2. Tidak mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan, atau 3. Frekuensi pengukuran tidak sesuai dengan izin

1. Tidak pernah melakukan

pengukuran kualitas air limbah 2. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan tidak memenuhi baku mutu 3. Melebihi baku mutu untuk parameter yang sama selama 3 kali berturut-turut c. Standar Mutu produk atau material limbah B3 yang akan dimanfaatkan Frekuensi pengukuran 1. Parameter yang diukur (contoh kuat tekan, kualitas pelumas bekas yang akan dibakar, dll) 1. Seluruh persyaratan standar mutu memenuhi ketentuan izin, dan 2. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku

Tidak memenuhi salah satu persyaratan standar mutu

Tidak melakukan pengukuran standar mutu sesuai dengan ketentuan

izin/peraturan yang berlaku.

4. Open dumping dan Pengelolaan tumpahan dan tanah terkontaminasi limbah B3 1. Rencana Pengelolaan 2. Pengelolaan ceceran 3. Jumlah ceceran 1. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan tumpahan (spill). 2. Pengelolaan tanah terkontaminasi akibat operasi dilakukan sesuai dengan rencana pengelolaan.

3. Clean up tumpahan (spill) diselesaikan dalam waktu satu bulan. 1. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan tumpahan (spill). 2. Pengelolaan tanah terkontaminasi hasil clean tidak sesuai dengan rencana pengelolaan. 3. Clean up tumpahan (spill) Tidak melakukan clean up

(31)

8

No. ASPEK

PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

4. Jumlah/volume tumpahan (spill) tercatat dengan baik.

diselesaikan lebih dari satu bulan. 4. Jumlah/volume tanah terkontaminasi tidak tercatat dengan baik. 5. Jumlah Limbah B3

yang dikelola sesuai dengan peraturan (%) 1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola 100 % dengan pengelolaan lanjutan sesuai dengan ketentuan

2. Seluruh jenis limbah

B3 dilakukan pengelolaan 1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola 100% > x > 50%, atau 2. Tidak seluruh jenis

limbah B3 dilakukan pengelolaan 1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola < 50%, atau 2. seluruh limbah B3 tidak dilakukan pengelolaan 6. Pengelolaan limbah B3

oleh pihak ke-3 dan pengangkutan limbah B3 1. Pihak ke-3 (pengumpul) yang ditunjuk : a. mempunyai izin yang masih berlaku

b. Jenis limbah yang dikumpul sesuai dengan izin yang berlaku c. memiliki kontrak kerjasama yang sah antara pengumpul dengan pihak pemanfaat atau pengolah d. tidak dalam masalah pencemaran lingkungan 2. Pihak ke-3 Jasa

Pengangkutan limbah B3 memiliki izin dari Kementerian

Perhubungan dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang diizinkan.

(Izin yang dimaksud juga terkait dengan pemindahan/pengangk utan limbah B3 internal perusahaan yang melintasi wilayah/sarana publik) 3. Dokumen limbah B3 (manifest) yang dimiliki oleh penghasil

sesuai dengan ketentuan Kepdal 02/1995 1. Pihak ke-3 (pengumpul) yang ditunjuk : a. Izin habis masa berlaku b. Tidak memiliki kontrak kerjasama yang sah dengan pihak pemanfaat atau pengolah c. sedang dalam masalah pencemaran lingkungan 2. Tidak memiliki izin

untuk Pengangkutan internal limbah B3 untuk pemindahan limbah B3 yang melintasi sarana publik 3. Dokumen limbah B3 (manifest) yang dimiliki oleh penghasil tidak sesuai dengan ketentuan Kepdal 02/1995 1. Pihak ke-3 Pengumpul Limbah B3 tidak memiliki izin. 2. Jasa Pengangkutan limbah B3 tidak memiliki izin dari Kementerian Perhubungan

7. Dumping, open burning dan

pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu: 1. Izin dumping 2. Jumlah/volume

LB3 yang di

dumping

1. Memiliki izin dengan cara tertentu dari

instansi yang

berwenang

2. Tidak melakukan kegiatan open burning 3. Telah menghentikan kegiatan open burning dan mengolah limbah tersebut sesuai dengan rencana detil

1. Telah mengajukan izin, namun belum menyelesaikan persyaratan teknis dan ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatannya 2. Telah menghentikan 1. Melakukan Dumping tanpa izin 2. Dengan sengaja melakukan kegiatan open burning

(32)

9

No. ASPEK

PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

penyelesaian dalam kurun waktu tertentu serta melakukan sesuai dengan rencana tersebut kegiatan open burning dan mengolah limbah tersebut namun tidak sesuai dengan rencana detil penyelesaian dalam kurun waktu tertentu

(33)

10

E. KRITERIA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Kriteria Proper Aspek Pengendalian kerusakan lingkungan didasarkan pada hasil penilaian semua tahapan/lokasi tambang dengan menggunakan kriteria potensi kerusakan lahan pada kegiatan pertambangan. Nilai Total yang didapat untuk masing-masing tahapan memberikan kesimpulan dan status pengelolaan lingkungan untuk aspek pengendalian kerusakan lahan.

No. ASPEK PERINGKAT

BIRU MERAH HITAM

1. Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Semua tahapan/lokasi tambang atau 100% dengan Nilai Total dari Penilaian Aspek Potensi kerusakan lingkungan adalah lebih besar atau sama dengan 80.

Tidak semua tahapan/ lokasi tambang dengan Nilai Total dari Penilaian Aspek Potensi kerusakan lingkungan untuk lebih besar atau sama dengan 80.

Lebih dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang mendapatkan Nilai Total lebih kecil 55

Kurang dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang mendapatkan Nilai Total lebih kecil 55

Status aktivitas: Pembersihan Lahan/Pengupasan Tanah Pucuk/Penggalian Tanah Penutup/Penambangan/Penimbunan/Reklamasi

Kriteria Parameter Standar Evaluasi Nilai Ket A S P E K M A N A J E M E N K1 1. Peta Rencana >= Skala 1 : 2.000

10 a. Peta untuk lokasi yang dinilai (masing-masing lokasi atau peta keseluruhan)

b. Ada peta minimal skala 1: 2000, Peta ini biasanya merupakan peta kerja 1: 5000 di lapangan. Jika diperlukan 1: 2000 bisa dalam bentuk digital. c. Peta menggambarkan: Interval kontur, Pola

drainase, dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang)

d. Tanggal pengesahan peta sebelum penilaian dilakukan

< Skala 1 : 2.000 5 a. Peta untuk lokasi yang dinilai (masing-masing lokasi atau peta keseluruhan)

b. Ada peta dengan skala diatas 1: 2000.

c. Peta menggambarkan: Interval kontur, Pola drainase, dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang)

d. Tanggal pengesahan peta sebelum penilaian dilakukan

tidak tersedia peta

0 Tidak ada peta perencanaan

2. Persetuju an

Ada 6 a. Ada persetujuan oleh instansi teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang (KTT)

b. Untuk peta kerja /sequent (1 : 2000), dapat disetujui oleh manager/kepala lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi

Tidak Ada 0 a. Tidak ada persetujuan oleh instansi teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang (KTT)

b. Untuk peta kerja /sequent (1 : 2000), tidak ada persetujuan oleh manager/kepala lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi

3. Kemajuan luasan

sesuai rencana 2 a. realisasi sama atau lebih kecil dari luasan rencana, dilihat dari realisasi Triwulanan.

b. Pada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis

c. Membandingkan laporan realisasi kemajuan tahapan pertambangan (laporan lapangan, laporan triwulanan) dan prakiraan lapangan dengan

(34)

11

Kriteria Parameter Standar Evaluasi

Nilai Ket

rencana dalam dokumen RKTTL >luas rencana 0

4. Jadwal

sesuai rencana 2 a. Realisasi sesuai jadwal rencana

b. Ada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis

c. Jadwal pelaksanaan realisasi tahapan pertambangan dibandingkan dengan jadwal rencana pertambangan dalam dokumen RKTTL tidak sesuai a. Realisasi tidak sesuai jadwal rencana

b. Tidak ada persetujuan perubahan rencana dari instansi teknis

Aktifitas ada

aktifitas/kontin u

10 a. Ada aktifitas dilapangan

b. Aktifitas termasuk pemompaan di Pit atau perawatan kolam

tidak ada

aktifitas 3 bulan s/d 1 tahun

5 a. Terlihat tidak ada aktifitas dilapangan

b. Lamanya ditinggal 3 bulan s/d 1 tahun, dilihat dari data rencana kerja dan realisasi Triwulanan c. Lahan ditinggal > 1 Tahun, tetapi ada persetujuan

dari instansi terkait

tidak ada

aktifitas > 1 tahun

0 a. Tidak ada aktifitas lebih dari 1 tahun

b. tidak ada persetujuan instansi terkait terhadap lahan tersebut ditinggalkan sementaras

K3 Potensi

Longsor

Besar 0 a. Lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang atau overall > 50 dari rekomendasi kajian geoteknik

yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)

b. Kemiringan atau tinggi Lereng dibuat berdasarkan rekomendasi kajian geoteknik namun tidak dimintakan persetujuan Pemerintah

c. Ada longsoran atau guguran batuan diarea tambang, meskipun kemiringan lereng sesuai rekomendasi kajian geoteknik

d. Ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng dengan area lebih dari sepertiga bagian lereng; atau

e. Ada gejala pergerakan tanah yang terlihat di lapangan dengan luas zona lebih dari seperempat bagian lereng

Sedang 5 a. Lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang/overall sampai dengan 50 dari rekomendasi

kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri) b. Ada retakan pada lereng maupun pada puncak

lereng dengan area kurang dari sepertiga bagian lereng

c. Ada gejala pergerakan tanah yang terlihat dilapangan dengan luas zona kurang dari seperempat bagian lereng

Kecil 10 a. Sudut kemiringan lereng jenjang atau overall sama atau lebih kecil dari rekomendasi kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)

b. Tidak ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng

c. Tidak ada gejala pergerakan tanah yang terlihat di lapangan K4 Upaya penanganan batuan yang berpotensi pencemar

Ada 10 a. Dilakukan analisis geokimia (pengkarakteristikan batuan limbah) untuk memastikan ada tidaknya batuan yang berpotensi menimbulkan pencemaran (potensi asam atau PAF atau yang lainnya). Lampiran : dokumen studi pengkajian batuan potensi dan tidak potensi asam

b. Ada perlakuan terhadap batuan potensi asam (SOP pemberlakuan batuan potensi asam dan tidak potensi asam)

Gambar

Tabel 1.  Distribusi perusahaan peserta PROPER melalui mekanisme dekonsentrasi.
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2012
Tabel Parameter SO 2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memberikan sanksi ataupun hukuman kepada anggota kepolisian yang terbukti menggunakan narkoba dikatakan cukup rendah sehingga hal ini juga menjadi faktor penyebab

Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan perhatian,aktivitas dan kerja sama diantara anggota kelompok serta menunbuhkan keberanian

Nilai Maturitas SPIP adalah nilai yang diberikan oleh BPKP atas penerapan sistem pengendalian internal di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Berdasarkan pemaparan fenomena bahwa menstruasi pada mahasiswa angkatan A Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menyebabkan

Gambar 6 menunjukkan bahwa untuk relawan berusia &gt;30 tahun, konsentrasi etilen terendah didapatkan pada relawan wanita usia 33 tahun sebesar 0.742 ±0,05 ppm pada

Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini

Hal tersebut menunjukkan bahwa teori determinasi teknologi dan konsep komunikasi instrumental terbukti mampu menjelaskan pengaruh antara intensitas penggunaan

Komponen jembatan suspension terdiri dari menara (pylon), gelagar memanjang (stringer), gelagar melintang (cross beam), kabel utama (main cable), kabel penggantung (hanger),