• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA SEKOLAH DASAR

Ni Putu Candra Lestari1 , Gd. Sedanayasa2 , Desak Pt. Parmiti3 1Jurusan PGSD, 2 Jurusan BK, 3 Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: candralestari2@gmail.com1 , gede_sedanayasa@yahoo.co.id 2, dskpt_parmiti@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu yang menggunakan desain non- equivalent posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus V dan sampel penelitian adalah SDN 3 Tukadaya dan SDN 5 Tukadaya. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes dengan instrument tes hasil belajar IPA. Analisis data menggunakan uji-t tidak berkorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis dan model pembelajaran konvensional. Hal ini diketahui dari hasil analisis hipotesis dengan uji-t, thitung > ttabel (thitung =5,25>ttabel=2,021) dan skor rata-rata siswa yang belajar dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis lebih tinggi yaitu 22, sedangkan skor rata-rata siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional yaitu 16,43. Jadi, model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: TTW, Hasil Belajar, IPA

Abstract

The aim of this research to determine the difference the learning result of Natural Science student that learning with model Think Talk Write (TTW) assisted the graphic media and student that learning with conventional learning model in fifth grade Elementary School students in Five Cluster Melaya District, Jembrana Regency, in academic year 2015/2016. This research including quasi experimental research that use non-equivalent posttest only control group design. This research population is all of fifth grade Elementary School in Five Cluster and esearch sample is Elementary School 3 Tukadaya and Elementary School 5 Tukadaya. Method of data collection done with a test method with the test instrument of learning result. The data using analysis t-test not correlated. The result of research showed there were differences in Natural Science learning result between students that studied with learning model Think Talk Write (TTW) assisted graphic media and conventional learning model. It is known from the analysis result of t-test, tcount > ttable (tcount = 5,25 > ttable = 2.021) and students score that study with TTW learning model assisted graphic media more to be high that is 22, whereas students score that learning with conventional learning model more to be lower that is 16,43. So, the Think Talk Write (TTW) learning model assisted graphic media has an influence to the learning result of Natural Science subject in fifth grade Elementary School students in Cluster V Melaya District, Jembrana Regency, in academic year 2015/2016.

(2)

2

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. “Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya” (Susanto, 2013:85).

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk dapat membentuk peradaban bangsa yang bermartabat maka pendidikan harus menjadi prioritas pertama dan utama.Sukses atau tidaknya suatu pendidikan tergantung pada semua komponen yang terlibat dalam suatu pendidikan. Komponen pendidikan terdiri dari pemerintah, guru, perangkat pembelajaran, dan peserta didik.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia jauh lebih mendesak untuk segera direliasikan terutama dalam menghadapi persaingan global. Pendidikan yang berkualiats akan berpengaruh pada kemajuan diberbagai bidang. Di samping mengusahakan pendidikan yang berkualitas, pemerintah perlu melakukan perataan pendidikan dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, agar mampu berperan serta dalam memajukan kehidupan bangsa.

Kegiatan dalam pendidikan bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Selain itu pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian pendidikan saat ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, berdaya saing tinggi, berbudaya, dan merespon secara proaktif berbagai perkembangan IPTEKS.

Salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan di Sekolah Dasar yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pengembangan IPTEKS adalah mata pelajaran IPA. Pengembangan IPTEKS

sangat ditentukan oleh penguasaan sains (Ilmu Pengetahuan Alam). Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan pondasi awal menciptakan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. Pembelejaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta dan konsep-konsep saja melainkan juga proses penyelidikan dan penemuan. Dengan demikian seharusnya siswa menemukan sendiri suatu konsep agar konsep tersebut bertahan lama pada diri siswa. Mengacu pada hal tersebut perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif, selalu ingin tahu dan menemukan sendiri suatu konsep. Proses pembelajaran IPA akan berhasil dengan baik jika hubungan harmonis antara pembelajar dengan pebelajar dapat tercipta. Susanto (2013:86) menyatakan bahwa, “Guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan”. Kesepuluh prinsip tersebut antar lain : (1) prinsip motivasi, (2) prinsip latar belakang, (3) prinsip pemusatan perhatian, (4) prinsip keterpaduan, (5) prinsip pemecahan masalah, (6) prinsip menemukan, (7) prinsip belajar sambil bekerja, (8) prinsip belajar sambil bermain, (9) prinsip perbedaaan individu, dan (10) prinsip hubungan sosial. Jika dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bisa menerapkan sebagian atau semua prinsip

(3)

3 tersebut maka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat berjalan secara maksimal.

Kenyataannya, pembelajaran IPA di SD masih mengajarkan asumsi-asumsi saja yang akhirnya melahirkan siswa yang tidak memiliki pemahaman tentang manfaat IPA bagi kehidupannya. Siswa hanya menghafal istilah-istilah tanpa tahu bagaimana cara mengaplikasikannya dilingkungan, sehingga siswa menganggap IPA sebagai mata pelajaran yang sulit karena identik dengan hafalan dan hanya berpedoman pada buku. Bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya di SD yang berada pada gugus V Kecamatan Melaya, masih beranggapan bahwa belajar adalah transfer pengetahuan dari guru ke siswa, melalui pemberian konsep-konsep yang sudah jadi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan cara ceramah. Siswa kurang menunjukkan aktivitas untuk mengeksplorasi konsep-konsep atau gagasan yang dapat mengkonstruksi struktur kognitif yang memang telah ada pada benak siswa. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Dari data hasil UTS siswa kelas V pada semester 1 yang diperoleh, rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya pada SD yang berada di gugus V Kecamatan Melaya masih rendah. Rata-rata nilai siswa kelas V masih di bawah KKM yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Senin, 7 Desember 2015 dengan 3 orang guru mata pelajaran IPA siswa kelas V di gugus V Kecamatan Melaya, diperoleh informasi bahwa hasil belajar IPA masih rendah. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013). Nilai yang diperoleh siswa dilihat berdasarkan UTS masih berada di bawah KKM. Ini menunjukkan hasil belajar yang dicapai siswa pada pelajaran IPA belum mencapai KKM. Hal tersebut

diakibatkan karena beberapa hal diantaranya yaitu sebagai berikut.

Pertama, pembelajaran masih

berpusat pada guru. Guru hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa sehingga siswa hanya menerima tanpa menemukan langsung. Pembelajaran di kelas tersebut akan mendorong anak untuk menghafal materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal tersebut akan cenderung membuat siswa pasif, sihingga niat untuk belajar akan semakin menurun.

Kedua, keterlibatan siswa dalam

pembelajaran masih pasif. Hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya dan menjawab saat pembelajaran berlangsung.Siswa masih takut salah dalam menjawab dan masih belum bisa mengemukakan pendapat dengan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti. Proses pembelajaran seperti ini, memungkinkan terdapat beberapa siswa yang mendominasi proses pembelajaran, baik dalam mengajukan pendapat atau bertanya saat proses pembelajaran berlangsung.

Ketiga, kurangnya penggunaan

media pembelajaran. Guru jarang memperlihatkan media yang berhubungan dengan materi kepada siswa. Sehingga siswa hanya bisa menghayal pada saat guru menjelaskan benda-benda atau peristiwa yang belum diketahui oleh siswa. Hal ini membuat siswa kurang memahami materi pelajaran. Siswa membutuhkan media agar siswa mengetahui dengan jelas konsep-konsep yang belum mereka ketahui.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya penyempurnaan dalam proses pembelajaran, untuk mengatasi permasalahan yang ada di SD Gugus V Kecamatan Melaya. Guru perlu mengkombinasikan beberapa media yang menarik dengan model pembelajaran yang inovatif agar pembelajaran lebih bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan. Dan terlebih lagi agar nilai siswa dapat memenuhi KKM yang ada. Untuk mengembangkan potensi siswa perlu diterapkan sebuah model pembelajaran yang inovatif dan konstruktif.Ahmadi dan Amri (2014:58) menyatakan bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan sebagai

(4)

4 pedoman dalam melaksanakan pembelajaran, merancang bahan, dan membimbing tindakan/aksi pengajar dalam

settingpembelajaran di kelas atau setting

lainnya”.

Salah satu inovasi model pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa dapat ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus V Kecamatan Jembrana adalah menggunakan model Think Talk

Write (TTW). Ngalimun (2014:170)

menyatahakan bahwa, “Model Think Talk

Write (TTW) dimulai dengan berpikir melalui

bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian buat laporan hasil presentasi”.

Dalam model Think Talk Write

(TTW) siswa dituntut agar berpikir secara mandiri dan mengungkapkan hasil pemikirannya melalui diskusi. Melalui model ini siswa akan terbiasa berpikir sendiri, bekerja sama, berdiskusi dan berinteraksi dengan teman sekelompoknya masing-masing. Alur model TTW yaitu, “Informasi,

kelompok (membaca, mencatat, menandai), presentasi, diskusi, melaporkan” (Ngalimun, 2014:170). Model Think Talk Write (TTW) ini memacu siswa untuk berpikir, berbicara dan mencatat suatu topik tertentu. Model

Think Talk Write (TTW) ini juga dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran yang melekat dari hasil penyelidikan, menyimpulkan serta meningkatkan minat, partisipasi dan pemahaman daya ingat.

Pembelajaran akan menjadi lebih menarik jika dalam pengimplementasiannya menggunakan bantuan media ketika pelajaran IPA disampaikan. Ahmadi dan Amri (2014:237) menyatakn bahwa,“Media sebagai komponen dalam pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin disalurkan kepada penerima pesan, dan materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai adalah proses pembelajaran”. Agar pesan dapat sampai kepada siswa dengan baik maka diperlukan pemilihan media yang

sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang digunakan adalah media grafis.

Media grafis ( grafhic materials) adalah, “Suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan atau simbol visual yang lain dengan maksud mengikhtisarkan, menggambarkan dan merangkum suatu ide, data atau kejadian” (Tegeh, 2008:71). Media grafis tersebut akan berperan pada tahap Think yaitu siswa mengamati media yang diperlihatkan oleh guru, kemudian siswa mengungkapkan isi dari apa yang telah diperlihatkan oleh guru dan tahapan selajutnya siswa menulis isi dari media yang telah diperlihatkan.

Beberapa jenis media grafis yang digunakan dalam pembelajaran yaitu peta, atlas, sketsa, bagan, grafik, gambar, poster, kartun, komik, karikatur dan media cetak (Tegeh, 2008). Peta dan atlas biasa digunakan dalam pembelajaran IPS. Jenis media grafis yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu sketsa, bagan, gambar dan grafik. Penggunaan media grafis dalam pembelajaran disesuaikan dengan materi pelajaran.

Beberapa penelitian yang terkait dengan penggunaan model pembelajaran

Think Talk write (TTW) telah dilakukan oleh

Suma Pariana (2013), yang melakukan penelitian pada siswa kelas V SDN 2 dan 3 Kaliuntu Kabupaten Buleleng. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran TTW dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa, kemampuan berpikir dan aktivitas belajar. Selain itu Susma Indrayani(2014) melakukan penelitian pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model TTW dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran

TTW efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat

(5)

5 meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu model TTW juga dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi

eksperimen). Penelitian ini dilakukan pada

siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu semester II (genap) tahun pelajaran 2015/2016.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di gugus V Kecamatan Melaya. Dua kelas yang diambil dapat dikatakan memiliki kemampuan akademik yang relatif sama jika dilihat dari perolehan nilai UTS siswa. Untuk mengetahui bahwa sampel benar-benar setara, dilakukan uji Analisis Varian Satu Jalur (ANAVA).

Dalam pemilihan sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen, digunakan teknik Random

Sampling yaitu pengambilan sampel

anggota populasi secara undian. Berdasarkan hasil pengundian maka ditetapkan SDN 3 Tukadaya sebagai kelas Eksperimen dan SDN 5 Tukadaya sebagai kelas kontrol. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

Think Talk Write berbantuan media grafis

sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Penerapan Model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media grafis sebagai variabel bebas disebut juga sebagai variabel eksperimen atau perlakuan (treatment), yaitu sejumlah gejala (kondisi) yang sengaja ditimbulkan dan diubah serta dikenakan atau diberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen. Perlakuan ini merupakan sebab yang hendak diamati pengaruhnya terhadap subjek penelitian. Hasil belajar sebagai variabel terikat merupakan akibat dari perlakuan yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan diteliti perubahannya.

Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah

NonequivalentPosttest Only Control Group

Design, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

Eksperimen X O1

Kontrol - O2

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. “Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)” Agung (2011:60). Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban (a,b,c,dan d). Soal yang digunakan berjumlah 30 butir soal.

Instrumen penelitian tersebut terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan uji validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran, dan daya beda tes. Berdasarkan hasil validitas butir soal yang

dilakukan di 4 SD yaitu, SDN 2 Tukadaya, SDN 3 Tukadaya, SDN 4 Tukadaya, dan SDN 5 Tukadaya dengan jumlah responden 80 orang diperoleh jumlah butir soal yang valid adalah 32 dari 40 soal yang diujicobakan. Butir tes yang valid digunakan sebagai post-test. Berdasarkan hasil uji daya beda tes diperoleh Dp= 0,39, termasuk dalam kategori cukup baik. Uji taraf kesukaran tes diperoleh Pp= 0,30 sehingga tingkat kesukaran tes berada pada kategori sedang. Berdasarkan uji reliabilitas tes, didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,836. Hal ini berarti, tes yang diuji termasuk ke dalam kriteria reliabilitas sangat tinggi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik

(6)

6 deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung mean, median, modus, standar deviasi, varians skor maksimum dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk garfik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (separated varians). Sebelum melakukan analisis data, terlebih

dahulu data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2. Deskripsi data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil Belajar IPA Siswa

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M) 22 16,43 Median (Md) 22,18 16 Modus (Mo) 22,51 15,63 Varians 11,76 9,73 Standar Deviasi 3,43 3,12 Nilai Tertinggi 29 25 Nilai Terendah 15 12

Berdasarkan tabel di atas, diketahui kelompok eksperimen memiliki mean = 22, median = 22,18, modus = 22,51 yang berarti mean lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari modus (Mo>Md>M). Digambarnya dalam grafik poligon membentuk kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Adapun kurva disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Poligon Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil konversi, diketahui bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan M= 22 tergolong kriteria tinggi.

Sedangkan kelompok kontrol memiliki mean= 16,43, median=16, dan

modus=15,63 yang berarti mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Digambarkan dalam grafik poligon membentuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung sedang. Adapun grafik disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Poligon Hasil Belajar Kelompok Kontrol.

Berdasarkan hasil konversi, diketahui bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol dengan M= 16,43 tergolong kriteria sedang.

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Namun sebelum itu dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15-17 18-20 21-23 24-26 27-29 Fr ek u en si Interval 0 2 4 6 8 10 12--14 15-17 18-20 21-23 24-26 Fr ek u en si Interval

(7)

7 distribusi frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Chi-Kuadrat, diperoleh

2hithasil post-test kelompok eksperimen adalah 0,851 dan

2tabpada taraf signifikansi 5% dan dk = 2 adalah 5,591. Hal ini berarti,

2hithasil

post-testkelompok eksperimen lebih kecil dari tab

2

(0,851 < 5,591) sehingga data hasil

post-testkelompok eksperimen berdistribusi

normal.Pada kelompok kontrol,

2hithasil

post-test adalah 4,194 dan

2tabdengan

taraf signifikansi 5% dan dk = 2 adalah 5,591. Hal ini berarti,

2hit hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari

2tab (4,194 < 5,591) sehingga data hasil

post-test kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung< Ftabel.Diketahui Fhit data hasil

post-test kelompok eksperimen dan kontrol

adalah 0,827, sedangkan Ftab pada dbpembilang = 20, dbpenyebut = 20, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,12. Hal ini berarti, varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus

separated varians. Kriteria pengujian

adalah tolak H0 jika thitung> ttabel , dimana ttabel diperoleh dari tabel distribusi t pada tarafsignifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = (n1 + n2) – 2. Hasil perhitungan uji-t disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji-t Sumber Data Mean Varian (s2) t

hitung ttabel Status

Post-test kelompok eksperimen 22 11,76

5,52 2,021 Ho ditolak

Post-test kelompok kontrol 16,43 9,73

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t,

dapat diketahuit

hitung

= 5,52 dan t

tabel

= 2,021

untuk db = 40 pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan kriteria

pengujian, karena thitung> ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) berbantuan media grafis dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/ 2016.

PEMBAHASAN

Hasil analisis data hasil belajar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Think Talk Write (TTW) berbantuan media

grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA dan kecenderungan skor hasil belajar IPA. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 22 yang berada pada kategori tinggi. Sementara itu, skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 16,43 yang berada pada kategori sedang.

Perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan pada model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) melibatkan siswa secara penuh

dalam pembelajaran dan memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Model pembelajaran Think Talk Write

(8)

8 pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik melalui tahapan Think

(berpikir), Talk (berbisara), dan Write

(menulis). Hal itu sesuai dengan yang disampaikan Huinker&Laughlin (dalam Shoimin, 2014) yang menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan untuk menumbuh kembangkan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik adalah dengan penerapan model pembelajaran Think Talk

Write (TTW), dimana tahapannya dibagi

menjadi tiga yaitu think (berpikir), talk

(berbicara), dan write (menulis).

Dalam tahap think (berpikir) siswa diberi kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berupa lembar kerja yang dilakukan secara berkelompok. Pada tahap talk (berbicara) siswa diajak berdiskusi dan bertukar pendapat. Setelah diorganisasikan ke dalam kelompok, siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam berdiskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan. Pada tahap ini siswa saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota kelompoknya masing-masing. Dalam tahap write (menulis) siswa diminta untuk menulis dengan bahasa sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang diperolehnya.

Model pembelajaran Think Talk

Write (TTW) dapat mengubah siswa

menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, terutama saat mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Pernyataan tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Shoimin (20014:215), yang menyatakan, “Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar”. Model pembelajaran Think Talk

Write (TTW) memberikan kesempatan

untuk seluruh anggota kelompok memberikan kontribusi dalam menyampaikan ataupun mendengarkan pendapat saat menyelesaikan suatu tugas. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan (La Iru dan La Ode, 2012) bahwa dalam model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa dibiarkan berpikir secara individu, bertukar pendapat dengan teman kelompoknya dan kemudian menuliskan hasil diskusi lalu mempresentasikannya di depan kelas dengan harapan siswa saling dapat

membantu dan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan, media grafis juga mempengaruhi keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan media grafis dalam pembelajaran IPA berguna sebagai alat bantu dalam pembelajaran dan meningkatkan ketertarikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Media dapat merangsang perhatian dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Hal ini didukung oleh pendapat Arsyad (2002) yang menyatakan bahwa media dalam pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dan dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

Dilihat dari proses pembelajaran, aktivitas siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) berbantuan media grafis lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa secara penuh terlibat dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berpusat kepada siswa dan guru sebagai fasilitator. Siswa tidak akan merasa bosan dalam pembelajaran karena merekan dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Dalam model TTW siswa diajak bekerja sama dalam satu kelompok untuk bersama-sama memecahkan suatu permasalahan yang diberikan. Dalam melakukan diskusi kelompok masing-masing siswa harus menyampaikan pendapat yang mereka miliki. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Saat berdiskusi siswa dapat bertanya kepada teman yang lain jika belum memahami materi yang dipelajari. Interaksi siswa dan guru berlangsung secara baik dan bersifat dua arah. Guru selalu membimbing dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran.

Jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis lebih menarik minat siswa karena dalam model

(9)

9 pembelajaran TTW dimulai dari kegiatan siswa dalam berpikir, berdialog dengan temannya setelah membaca, selanjutnya menuliskan hal-hal yang didapatkan setelah berbicara dengan temannya. Model pembelajaran TTW dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan konsep kerjasama dalam kelompok.

Berbeda halnya pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional, yakni guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran (teacher centered). Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Rasana (2009) bahwa pembelajaran konvensional merupakan sebuah model pembelajaran yang ditandai dengan penyajian langsung konsep-konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian ceramah oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti oleh siswa. Hal tersebut cenderung membuat siswa pasif dan hanya mencatat, menghafal, mengerjakan tugas, dan mendengarkan sesuai perintah guru tanpa berupaya menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Pembelajaran yang demikian kurang memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi siswa sehingga siswa cepat merasa bosan dalam pembelajaran sehingga akan berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. Sama halnya dengan penelitian ini, dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) berbantuan media grafis lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas,dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) berbantuan media grafis dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya

Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan pada hasil hipotesis uji-t yang diketahui bahwa thitung= 5,52 >ttabel = 2,021 berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis menunjukkan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V SD di Gugus V Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana (M = 22 > M = 16,43). Adanya perbedaan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa penerapan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional.

Secara umun terdapat dua saran yang disampaikan dari penelitian ini. Adapun kedua saran tersebut yaitu secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis Model Pembelajaran Think Talk Write

(TTW) berbantuan media grafis dapat dijadikan sebagai salah satu pengembangan proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan dapat menemukan sendiri sebuah konsep. Perpaduan antara model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) dan media grafis dalam belajar dapat menimbulkan ketertarikan siswa dalam belajar, sehingga model ini perlu dikembangkan lagi dalam pendidikan.

Secara praktis disampaikan kepada: 1) peserta didik agar memiliki pemahaman yang mendalam tentang model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media grafis dan saling bekerjasama dalam memecahkan masalah serta menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal, 2) para guru agar menggunakan model pembelajaranThink Talk Write (TTW) berbantuan media grafis khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui model pembelajaran Think Talk Write (TTW) kemampuan siswa dalam memahami suatu

(10)

10 konsep akan meningkat karena model TTW

memfasilitasi siswa untuk berpikir, berbicara dan menulis, 3) kepala sekolah agar membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan 4) peneliti lain agar dapat menggunakan laporan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

Daftar Rujukan

Agung. A A Gede. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan

Ahmadi, Amri. 2014. Pengembangan dan

Model Pembelajaran Tematik.

Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Arsyad, azhar . 2002. Media Pembelajaran.

Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Indrayani, Putu Susma. 2014. Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Berbasis Kearifan Lokal Tri Kaya Parisudha terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD di Gugus III

Kecamatan Sukasada Tahun

Pelajaran 2013/2014. Skripsi (Tidak

diterbitkan). Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

La Iru & La Ode. 2012. Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model Model

Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Presindo

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model

Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo

Pariana, I Dewa Made. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Talk Write (TTW)

Berbantuan Media Gambar

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V Semester Genap Tahun

Pelajaran 2012/2013 Di SDN 2

dan 3 Kaliuntu Kabupaten Buleleng .

Skripsi (Tidak

diterbitkan).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009.

Model-Model Pembelajaran. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan

Sugiono. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Bandung.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Gambar

Gambar  1.  Grafik  Poligon  Hasil  Belajar  Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan dalam Waserda Koperasi Unit Desa Pakis, dengan cara mengidentifikasi faktor

[LAMPIRAN ] 13 Shrinkage Limit Test. Sumber

Dari penelitian yang telah dilakukan pada pelat paduan Cu-Zn70/30 di atas diperoleh kesimpulan bahwa, dari semua parameter yang digunakan dalam penelitian ini,

(1) Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok memimpin, membina dan mengendalikan pengoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan tugas meliputi

[r]

Dengan demikian, penjelasan tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan penegasan kembali tentang visi dan misi RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2014-2019 secara

U NDANG -U NDANG Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemera- taan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan

 Klik shape tool lalu klik objek yang akan di duplikat.  Klik menu Arrange dilanjutkan dengan mengklik Transformation lalu klik Position.  Pastikan yang aktif bagian