• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

POTONG ANGGREK Dendrobium ‘Woxinia’

Oleh

Nurcahyawati

A34304043

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

POTONG ANGGREK Dendrobium ‘Woxinia’

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Nurcahyawati

A34304043

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

CaCl2 terhadap Kualitas Pascapanen Bunga Potong Anggrek Dendrobium

‘Woxinia’. Dibimbing oleh DEWI SUKMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari konsentrasi CaCl2, lama waktu

perendaman tangkai bunga dalam larutan CaCl2 dan interaksi antara keduanya

terhadap kualitas pascapanen bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2008.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 4 taraf konsentrasi kalsium (CaCl2)

yaitu 0 ppm, 80 ppm, 160 ppm dan 240 ppm. Faktor kedua terdiri dari 4 taraf lama waktu perendaman kalsium (CaCl2) yaitu 30 menit, 60 menit, 90 menit dan

120 menit. Perlakuan yang dicobakan sebanyak 16 kombinasi perlakuan. Bahan tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jumlah kuntum bunga. Kelompok pertama berjumlah 5 – 10 kuntum, kelompok kedua berjumlah 11–15 kuntum, dan kelompok ketiga berjumlah 16 – 20 kuntum. Setiap kelompok dijadikan sebagai ulangan dan setiap ulangan perlakuan terdiri dari 3 tangkai bunga, sehingga jumlah tangkai bunga yang direndam dan diamati sebanyak 144 tangkai.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama waktu perendaman CaCl2 tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase

kuntum bunga mekar (9.2;83.9%), jumlah dan persentase kuntum bunga layu (0.5;5.0%), jumlah dan persentase kuntum bunga gugur (0.4;5.7%), masa kesegaran bunga (vase life) (26 hari), volume larutan pengawet yang terserap (26.4 ml), dan hama penyakit pada larutan dan tangkai bunga (28.9 hari). Perlakuan larutan pengawet (holding solution) berupa sukrosa 3% ditambah asam salisilat 150 ppm sudah cukup efektif untuk mendapatkan vase life hingga 27. 4 hari. Uji tingkat kesukaan oleh panelis perempuan dan laki-laki umumnya menyukai penampilan keseluruhan bunga (overall) pada perlakuan perendaman CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit.

(4)

POTONG ANGGREK Dendrobium ‘Woxinia’

Nama : Nurcahyawati NRP : A34304043

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Sukma, SP. MSi

NIP. 19700404 199702 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP. 19571222 198203 1 002

(5)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 07 November 1985. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Dachlan (Alm) dan Ibu Hindun.

Tahun 1998 penulis lulus dari SDN Pasirgintung I Nanggung, Bogor. Tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTPN I Leuwiliang, Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN I Leuwiliang, Bogor pada tahun 2004 dan diterima di IPB melalui jalur USMI pada program studi Hortikultura, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tahun 2005 sampai 2008 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam di IPB. Penulis aktif dalam organisasi kerohanian Islam DKM Al-Hurriyyah IPB sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan Dewan Pembinaan Umat (DPU) pada periode 2005-2007. Penulis juga aktif dalam organisasi sosial pengabdian masyarakat Program Kakak Asuh pada periode 2007-2009. Selain itu penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitian besar kampus IPB yaitu Open House Asrama TPB IPB pada tahun 2005, Masa Perkenalan Mahasiswa Baru, Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2006-2008, Penyambutan Mahasiswa Baru SALAM ISC DKM Al-Hurriyyah pada tahun 2006 dan Kepanitian Festival Tanaman XXVI Himagron pada tahun 2005. Semasa kuliah penulis mendapat beasiswa dari POM, LAZ Alhurriyyah dan Yayasan Karya Salemba Empat.

(6)

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Perendaman Tangkai Bunga dalam CaCl2

terhadap Kualitas Pascapanen Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’. Bunga anggrek dapat dinikmati keindahannya baik sebagai tanaman hias dalam pot maupun sebagai bunga potong penghias ruangan seperti rangkaian bunga dan ucapan pada acara-acara tertentu. Meski begitu ketahanan kualitas bunga potong anggrektidak sebaik ketahanan bunga anggrek dalam pot. Oleh karena itu, penulis mempelajari kemungkinan penggunaan CaCl2 untuk meningkatkan kualitas

pascapanen bunga potong anggrek Dendrobium ‘Woxinia’. Penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr Dewi Sukma, SP. MSi selaku pembimbing yang telah membimbing selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr Ir Winarso D. Widodo, MS dan Diny Dinarty, SP. MSi selaku dosen penguji

3. Orang tua dan keluarga besar Hana Minang yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’a yang tidak terputus kepada penulis. 4. Petugas laboratorium pendidikan Hortikultura atas bantuannya.

5. Keluarga besar Wisma Al-Iffah atas do’a, kebersamaan, dan bantuannya. 6. Keluarga besar ikhwah IPB, ikhwah Faperta, dan ikhwah 41 atas do’a dan

dukungannya

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2010

(7)

Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Anggrek Dendrobium Sp ... 4

Bunga Potong Anggrek ... 6

Peran Kalsium Bagi Tanaman ... 7

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

Kondisi Umum ... 15

Kualitas Bunga ... 17

Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga... 17

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar ... 21

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu ... 23

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur ... 24

Masa Pajang (Vase Life) Kesegaran Bunga ... 26

Volume Larutan Terserap ... 27

Waktu Terserang Hama dan Penyakit ... 28

Uji Hedonik ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(8)

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 17

2. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Kuncup di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 18

3. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 18

4. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 21

5. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Mekar 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 22

6. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu 1-29 HSP pada

berbagai Perlakuan CaCl2 ... 23

7. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Layu 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 24

8. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 25

9. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Gugur 1-29 HSP pada

berbagai Perlakuan CaCl2 ... 25

10. Uji Lanjut Duncan taraf 5 % terhadap Vase Life Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada berbagai Perlakuan CaCl2 .. 26

11.Volume Larutan Terserap 29 HSP dikurangi 1 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2 ... 27

12.Waktu Terserang Penyakit 1- 29 HSP pada berbagai Perlakuan

(9)

1. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman

CaCl2 terhadap Jumlah Kuntum Bunga Mekar ... 39

2. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Persentase Kuntum Bunga Mekar ... 39

3. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Jumlah Kuntum Bunga Layu ... 40

4. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Persentase Kuntum Bunga Layu ... 40

5. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Jumlah Kuntum Bunga Gugur ... 41

6. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Persentase Kuntum Bunga Gugur ... 41

7. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi CaCl2 dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Vase Life Bunga ... 42

8. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Volume Larutan Terserap pada Bunga ... 42

9. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Lama Waktu Perendaman CaCl2 terhadap Penyakit pada Bunga... 42

10.Uji Hedonik pada Warna Bunga oleh Panelis Perempuan ... 44

11.Uji Hedonik pada Aroma Bunga oleh Panelis Perempuan ... 45

12.Uji Hedonik pada Kesegran Bunga oleh Panelis Perempuan ... 46

13.Uji Hedonik pada Overall Bunga oleh Panelis Perempuan ... 47

14.Uji Hedonik pada Warna Bunga oleh Panelis Laki-laki ... 48

15.Uji Hedonik pada Aroma Bunga oleh Panelis Laki-laki ... 49

16.Uji Hedonik pada Kesegaran Bunga oleh Panelis Laki-laki ... 50

(10)

Nomor Halaman

Teks

1. Bentuk dan Bagian-Bagian Bunga Anggrek Dendrobium

’Woxinia’ ... 6 2. Penempatan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’

dalam Botol Pajangan untuk Pengamatan Pascapanen ... 14 3. Kondisi Ruangan setiap Kelompok yang Digunakan dalam

Penelitian ... 16 4. Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’

pada 8 HSP ... 19 5. Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’

(11)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang banyak disukai oleh masyarakat karena memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan dengan tanaman hias lainnya. Daya tarik tersebut diantaranya adalah bentuk bunga yang unik dan indah, warna yang beraneka ragam, dan proses persilangannya yang mudah (Parnata, 2005). Anggrek juga memiliki peluang yang besar dalam proses pengembangan agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor anggrek pada tahun 2008 (1.710 kg dengan nilai US $ 12.085) bila dibandingkan dengan nilai impor anggrek (100 kg dengan nilai US $ 50) (Ditjen Hortikultura, 2008). Dengan kata lain anggrek memiliki potensi pasar internasional yang tinggi. Anggrek yang disukai sebagian besar masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26%), Cattleya (20%), Vanda (17 %) serta anggrek lainnya (3 %) (Litbang Deptan, 2007).

Data diatas menunjukan bahwa Dendrobium merupakan jenis anggrek yang paling banyak disukai masyarakat. Hal tersebut disebabkan Dendrobium

memiliki keindahan, ketahanan, pertumbuhan yang relatif cepat dan cara budidaya yang relatif mudah dibandingkan dengan anggrek lainnya. Anggrek Dendrobium

dapat dinikmati keindahannya baik sebagai tanaman hias dalam pot maupun sebagai bunga potong penghias ruangan seperti rangkaian bunga dan ucapan pada acara-acara tertentu. Meski begitu ketahanan kualitas bunga potong anggrek

Dendrobium tidak sebaik ketahanan bunga anggrek Dendrobium dalam pot. Menurut Suyanti (2002) penurunan ketahanan kualitas bunga potong itu disebabkan oleh proses respirasi dan tranpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam masa pajang, oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan ketahanan kualitas bunga potong anggrek Dendrobium. Upaya tersebut dapat dilakukan pada saat sebelum dipanen (prapanen) atau setelah dipanen (pascapanen).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada saat pascapanen adalah memberikan larutan pengawet dengan metode pulsing dan holding. Halevy dan Mayak (1981) menyatakan bahwa pulsing adalah metode perendaman dengan

(12)

konsentrasi sukrosa tinggi atau dengan larutan lain dan digunakan sampai batas waktu bunga potong tersebut direndam dalam larutan holding. Kader (1992) menyatakan bahwa holding adalah larutan dengan konsentrasi sukrosa rendah yang digunakan selama masa pajang yang telah dirangkai dalam vas bunga. Menurut Halevy dan Mayak (1981) pengawetan bunga dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan pengawet yang terdiri dari air, gula, germisida, hormon tumbuh dan bahan pengasam. Nurfitria (2004) melaporkan bahwa komposisi larutan pengawet terbaik untuk memperpanjang umur kesegaran (vase life) bunga potong anggrek Dendrobium varietas ’Parung Diamond’ adalah larutan

holding sukrosa 3% + ditambah asam salisilat 150 ppm yang dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 21 hari.

Kalsium merupakan salah satu unsur yang dapat menjaga keseimbangan permeabialitas differensial dari membran sel (Prawiranata et al., 1994). Menurut Mc. Anish et al. (1997) kalsium juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga turgor dinding sel dan pembukaan stomata. Kalsium terbukti dapat menghambat proses senesen pada beberapa jenis buah dan sayuran seperti pada tomat, lettuce dan kembang kol (Kader, 1992). Sriatun (2007) menyatakan bahwa perendaman tomat dalam kalsium dapat menghambat pelunakan pada daging buah tomat.

Halevy et al. (1979) mengemukakan bahwa perlakuan CaCl2 pada bunga

potong mawar dapat mendorong pemekaran kuntum bunga mawar dan menghambat terjadinya senesen. Sementara itu, penyemprotan CaCl2 terhadap

anggrek Dendrobium saat prapanen tidak mampu meningkatkan kualitas pasca panen dan memperpanjang vase life bunga potong anggrek Dendrobium ’Burana Strip’ (Mardiansyah, 2007). Penelitian ini lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh perendaman tangkai bunga anggrek Dendrobium ’Woxinia’ dalam larutan CaCl2 yang diberikan saat pascapanen sebagai larutan pulsing.

Perlakuan ini dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas bunga potong anggrek

(13)

Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap vase life dan kualitas

bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’

2. Mempelajari pengaruh lama waktu perendaman tangkai bunga dalam larutan CaCl2 terhadap vase life dan kualitas bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’

3. Mempelajari pengaruh interaksi antara konsentrasi CaCl2 dengan lama

waktu perendaman tangkai bunga dalam larutan CaCl2 terhadap vase life

dan kualitas bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’

Hipotesis

1. Terdapat konsentrasi CaCl2 tertentu yang optimal untuk meningkatkan vase life dan kualitas bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’ 2. Terdapat lama waktu perendaman tangkai bunga dalam larutan CaCl2

tertentu yang optimal untuk meningkatkan vase life dan kualitas bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’

3. Terdapat konsentrasi CaCl2 dengan lama waktu perendaman tangkai bunga

dalam larutan CaCl2 tertentu yang optimal untuk meningkatkan vase life

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek Dendrobium sp

Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan famili Orchidaceae. Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25.000 spesies (Llamas, 2003). Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia cukup besar, dari 25.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6.000 diantaranya hasil silangan atau hibrida dan diperkirakan setiap tahun dihasilkan 1.000 hibrida baru (Sandra, 2005). Dendrobium adalah salah satu genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia. Diperkirakan anggrek ini terdiri atas 1600 spesies. Anggrek

Dendrobium ditemukan pada tahun 1800 oleh seorang ahli botani yang terkenal yaitu Olof Swartz. Dendrobium berasal dari bahasa latin, Dendron yang berarti pohon dan Bios yang berarti hidup, sehingga Dendrobium berarti hidup di pohon (Williams et al., 1989).

Puspitaningtyas et al. (2003) mengklasifikasikan anggrek Dendrobium sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium sp

Anggrek Dendrobium sebagian besar cara hidupnya bersifat epifit yaitu tumbuh menumpang pada batang pohon lainnya tetapi tidak merugikan pohon yang ditumpanginya. Selain itu, ada juga beberapa spesies yang hidup litofit yaitu tumbuh menempel pada batu serta ada juga yang bersifat terestrial atau hidup dengan mengambil nutrisi dari dalam tanah (Williams et al., 1989). Pola pertumbuhan batang

Dendrobium bertipe simpodial, yaitu anggrek dengan pertumbuhan ujung batang (pseudobulb) terhenti jika telah mencapai batas maksimum, kemudian pertumbuhan dilanjutkan oleh anakan baru.

(15)

Gunadi (1977) menyatakan bahwa akar anggrek Dendrobium adalah akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk melekatkan tanaman pada media atau substratnya, sedangkan akar udara berfungsi sebagai pengambil hara atau air dari lingkungan tumbuhnya. Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin, dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara (Puspaningtyas et.al., 2003). Akar anggrek memiliki lapisan velamen yang berongga (spongy) seperti jaringan bunga karang. Velamen merupakan bagian terluar dari penyusun akar, berupa kumpulan sel yang tebal terdiri atas 2-8 lapisan sel (Dressler, 1990). Velamen pada akar berfungsi untuk melindungi lapisan bawah korteks dari dehidrasi, melindungi jaringan lapisan bawah dari kerusakan mekanis dan mencegah pengeringan dengan peningkatan lapisan pembatas disekeliling akar (Sinclair, 1990).

Batang anggrek yang menyerupai umbi biasa disebut umbi semu atau

pseudobulb. Umbi ini berfungsi untuk menyimpan air dan makanan sehingga dapat bertahan dalam kondisi kering. Menurut Bose dan Battcharjee (1980), pada anggrek simpodial pertumbuhan baru umumnya dimulai dengan terbentuknya tunas muda dengan daun-daun seperti sisik yang akhirnya tumbuh menjadi daun-daun yang sempurna.

Daun anggrek Dendrobium berbentuk lanset dengan ujung tidak simetris, tersusun dalam dua baris berhadapan dan bersilangan. (Sastrapadja, et.al., 1979). Hew dan Yong (1998) menambahkan bahwa Dendrobium memiliki daun yang tebal. Selain itu, Dendrobium memiliki tiga tipe dalam pertumbuhan daunnya yaitu tipe evergreen

atau tidak menggugurkan daunnya, tipe menggugurkan daunnya setelah satu musim, dan tipe yang tetap dorman selama periode kering. (Williams, et al., 1989).

Organ reproduktif pada anggrek terdiri dari pollinia atau alat kelamin jantan dan gymnostenum atau alat kelamin betina. Bunga angrek Dendrobium

termasuk bunga biseksual dimana putik dan benang sari terdapat dalam satu bunga yang terdiri dari dua lingkaran (Paul, 1963). Lingkaran luar berbentuk sepal atau kelopak bunga dan lingkaran dalam yang berbentuk petal atau mahkota bunga. Satu petalnya berdiferensiasi menjadi labellum atau bibir bunga. Pada umummnya bunga muncul pada tunas ujung atau apikal, namun pada tanaman dewasa bunga muncul diketiak daun (Sandra, 2005).

(16)

Gambar 1. Bentuk dan Bagian-Bagian Bunga Anggrek Dendrobium

Bunga Potong Anggrek

Tahapan penanganan pascapanen bunga potong meliputi pemetikan, pembersihan, pengemasan, pengangkutan, pengawetan, dan penyimpanan. Tujuan penanganan pascapanen adalah memperkecil respirasi, memperkecil transpirasi, mencegah infeksi atau luka, memelihara estetika, dan memperoleh harga yang tinggi. Bunga anggrek yang dipanen harus berasal dari tanaman yang sehat dan sudah dewasa. Pemanenan bunga anggrek dilakukan saat proses transpirasi tidak terlalu besar, yakni pagi pukul 08.00-10.00 atau sore setelah pukul 16.00. Tujuan pemanenan pada pagi atau sore hari adalah untuk menurunkan tingkat kerusakan bunga akibat panas dan kekurangan air (Sandra, 2005).

Menurut Nurfitria (2004), penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (a) Ketidakmampuan tangkai bunga untuk mengabsorpsi air yang disebabkan oleh adanya hambatan dari bakteri, cendawan, atau mikroorganisme lain; (b) Terlalu banyak kehilangan air akibat suhu lingkungan yang tinggi; (c) Kadar karbohidrat yang rendah sehingga kurang memadai untuk mendukung respirasi; (d) Hama dan penyakit; (e) Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak.

Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa kesegaran dan kualitas bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan yaitu menambah nutrisi, menambah keasaman air, dan menghambat

Petal

Labellum Pollinia Sepal tengah

(17)

jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 1999). Zat pengawet digunakan pada empat macam metode perlakuan yaitu conditioning, pulsing, pembukaan kuncup dan

holding. Halevy dan Mayak (1981) menyatakan bahwa pulsing adalah metode perendaman dengan konsentrasi sukrosa tinggi atau dengan konsentrasi larutan lain dan digunakan sampai batas waktu bunga potong tersebut direndam dalam larutan holding. Kader (1992) menyatakan bahwa holding adalah larutan dengan konsentrasi sukrosa rendah yang digunakan selama masa peragaan yang telah dirangkai dalam vas bunga.

Sukrosa atau gula pasir merupakan salah satu unsur yang umum digunakan untuk memperpanjang masa kesegaran beberapa jenis bunga potong karena sukrosa berfungsi sebagai sumber energi dan substrat respirasi (Deptan, 2006). Menurut Reid (1992) gula merupakan komponen penting dalam larutan pengawet untuk meningkatkan mekarnya kuncup bunga. Tirtosoekotjo (1996) menyatakan bahwa larutan sukrosa mulai dari 2-3 % yang digunakan sebagai sumber energi dan substrat respirasi terkonsumsi oleh bunga potong mawar secara perlahan-perlahan dan yang terbaik adalah pada larutan sukrosa 3 % terkonsumsi sampai pada hari ke-80.

Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat dapat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Pan et al., 1998). Menurut Nurfitria (2004) perlakuan larutan pengawet dengan sukrosa 3 % + asam salisilat dalam 150 ppm dapat mempertahankan kesegaran bunga anggrek sampai 21 hari HSP (Hari Setelah Perlakuan). Kandungan asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar. Selain itu penggunaan asam salisilat lebih aman karena asam salisilat merupakan bahan organik yang aman bagi lingkungan.

Peran Kalsium Bagi Tanaman

Kalsium merupakan unsur utama yang mengendalikan proses fisiologi tanaman termasuk pada dinding sel, membran dan kromosom (Rigney & Wills, 1981). Sedangkan menurut Prawinata et al. (1994) kalsium merupakan elemen yang terlibat dalam pembentukan dinding sel. Kalsium berfungsi untuk memperkuat dinding sel dengan membentuk kalsium pektat. Kalsium pektat banyak ditemukan dalam lamela

(18)

tengah sel. Salunkhe et al. (1991) menyatakan bahwa pektat banyak disimpan di dalam dinding sel dan lamela tengah. Kalsium dapat mempertahankan rigiditas dinding sel dengan ikatan pektat.

Kalsium berperan penting dalam menjaga keseimbangan permeabilitas diferensial membran sel (Prawiranata et al., 1994). Mc. Ainish et al. (1997) menyatakan bahwa kalsium berperan sangat penting dalam menjaga turgor dinding sel dan pembukaan stomata. Kalsium berikatan dengan pektat dalam lamela dan membran tengah serta mencegah kerusakan karena struktur yang kuat pada sel. Pektat adalah bahan utama penyusun dinding sel.

Menurut Prawiranata et al. (1994), permeabilitas membran sel sangat erat kaitannya dengan ketahanan dinding sel dan kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti transpirasi dan evaporasi. Sel dengan permeabilitas tinggi umumnya memiliki kandungan kalsium yang rendah. Permeabilitas yang tinggi menyebabkan sel mudah mengalami kekurangan air dan mati.

Fergusson dan Drobak (1998) menyatakan bahwa menurunnya kandungan kalsium dalam dinding sel dapat meningkatkan aktifitas enzim perusak dinding sel seperti poligalakturonase. Kader (1992) menyatakan bahwa pada tomat, lettuce

dan kembang kol, senesen dapat ditunda dengan pemberian kalsium sedangkan Sriatun (2007) menambahkan bahwa perendaman tomat dalam kalsium dapat menghambat pelunakan daging buah tomat.

Gejala pada tanaman yang kekurangan kalsium dapat dilihat pada kecepatan tumbuh jaringan yang semakin rendah dan perkembangan daun, bunga, buah dan akar yang terganggu. Beberapa gejala akibat kekurangan unsur kalsium tersebut atara lain terjadinya nekrosis pada daun muda Chrysanthemum dan

Petunia, terjadinya kekeringan jaringan yang menyebabkan ujung daun muda menjadi putih dan mati pada anyelir, ujung daun terbakar dan mati pada

Lisianthus, pucuk dan mahkota menjadi berwarna merah kecoklatan pada bunga sedap malam, nekrosis pada Sinningia, bracth necrosis pada Poinsettia, dan terjadinya bent neck, yaitu kondisi dimana tangkai bunga menjadi roboh dan melipat pada bunga tulip (Cresswell and Weir, 1997). Halevy et al. (1979) mengemukakan bahwa perlakuan CaCl2 pada bunga potong mawar dapat

(19)

Tanaman anggrek yang kekurangan unsur kalsium akan menujukkan gejala ujung-ujung daun menghitam dan lama-kelamaan bercak hitam ini akan menyebar ke seluruh daun dan selanjutnya menyebabkan daun-daun tersebut gugur. Pada Cattleya, gejala kekurangan unsur kalsium tersebut seperti terjadinya gejala serangan virus mozaik pada tembakau (TMV) yang menyebabkan daun-daun menjadi hitam dan berguguran. Ujung-ujung daun-daun yang menghitam tersebut merupakan gejala kekurangan unsur kalsium yang berdampak pada tekanan turgor di dalam sel menjadi sangat rendah sehingga tanaman tersebut tidak mampu mengangkut/mendorong unsur hara hingga ke ujung daun (Rooyen, 2006).

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2008.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’, aquades, sukrosa 3%, asam salisilat 150 ppm, CaCl2, air hangat, lilin malam, kapas, plastik, kapur serangga, dan karet.

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, gunting stek, corong, gelas ukur 100 dan 500 ml, sudip, termometer, pisau cutter, botol peraga dan penggaris.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 4 taraf konsentrasi Kalsium (CaCl2)

yaitu 0 ppm, 80 ppm, 160 ppm dan 240 ppm. Faktor kedua terdiri dari 4 taraf lama waktu perendaman kalsium (CaCl2) yaitu 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120

menit. Dengan demikian banyaknya perlakuan yang dicobakan sebanyak 16 kombinasi perlakuan. Bahan tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jumlah kuntum bunga. Kelompok pertama berjumlah 5 – 10 kuntum, kelompok kedua berjumlah 11 – 15 kuntum, dan kelompok ketiga berjumlah 16 – 20 kuntum. Setiap kelompok dijadikan sebagai ulangan dan setiap ulangan perlakuan terdiri dari 3 tangkai bunga, sehingga jumlah tangkai bunga yang diamati sebanyak 144 tangkai. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam, dan jika perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji Duncan pada taraf 5 %.

Model matematikanya sebagai berikut : Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ck +ijk

(21)

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor konsentrasi CaCl2 taraf ke-i, faktor lama

waktu perendaman CaCl2 taraf ke-j dan jumlah kuntum bunga ke-k.

µ = nilai rata-rata yang sesungguhnya

Ai = Pengaruh utama faktor konsentrasi CaCl2 taraf ke-i

Bj = Pengaruh utama faktor lama waktu perendaman CaCl2 taraf ke-j

( AB )ij = Pengaruh interaksi dari faktor konsentrasi CaCl2 taraf ke-i dan faktor

perendaman CaCl2 taraf ke-j

Ck = Pengaruh jumlah kuntum bunga ke-k

ij = Pengaruh acak yang menyebar normal

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan bunga potong

Bunga anggrek sebanyak 144 tangkai dipanen dari kebun petani yang berada di daerah Pamulang, Banten. Tangkai bunga yang sudah dipanen kemudian dicelupkan ke dalam ember yang berisi air, tujuannya untuk menghilangkan panas lapang. Bunga dipisahkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jumlah kuntum bunga, pertama kelompok yang berjumlah 5 – 10 kuntum, kedua kelompok yang berjumlah 11 – 15 kuntum, dan ketiga kelompok yang berjumlah 16 – 20 kuntum. Selanjutnya bunga diangkut ke laboratorium. Sebelum tangkai bunga dimasukan ke dalam botol peraga berisi perlakuan konsentrasi larutan CaCl2 dengan lama waktu perendaman tertentu, tangkai bunga dipotong

sepanjang 1-2 cm dalam air hangat (410C) untuk mencegah terjadinya

embolism.

2. Perendaman dalam perlakuan konsentrasi larutan CaCl2 dengan lama

waktu perendaman tertentu

Tangkai bunga yang sudah dipisahkan sesuai kelompok dan dipotong dalam air hangat, kemudian dimasukan ke dalam botol peraga yang sudah berisi 350 ml perlakuan konsentrasi CaCl2 dengan lama waktu

perendaman 30, 60, 90 dan 120 menit. Masing-masing botol berisi 1 tangkai bunga.

(22)

3. Perendaman dalam Larutan Pengawet

Setiap bunga yang sudah mengalami proses perendaman pada perlakuan konsentrasi CaCl dengan lama waktu perendaman tertentu,

kemudian dimasukan kedalam botol peraga yang berisi larutan pengawet yang terdiri dari larutan sukrosa 3% dan asam salisilat 150 ppm, seperti terlihat pada Gambar 2.

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap suhu ruang dan volume larutan terserap yang diukur dari pengurangan volume awal dengan volume akhir. Selain itu, pengamatan setiap 2 hari sekali dilakukan terhadap peubah :

 Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga

Jumlah keseluruhan kuntum bunga pada satu tangkai bunga anggrek, terdiri atas jumlah kuntum bunga yang masih kuncup dan jumlah kuntum bunga yang sudah mekar.

 Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Mekar

Jumlah kuntum bunga yang sudah mekar pada satu tangkai bunga anggrek. Penentuan persentase kuntum bunga mekar menggunakan rumus sebagai berikut :

Persen Kuntum Bunga Mekar = Jumlah Kuntum Bunga Mekar x 100% Jumlah Total Kuntum Bunga

 Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Layu

Jumlah kuntum bunga yang telah layu pada satu tangkai bunga anggrek. Penentuan persentase kuntum bunga layu menggunakan rumus sebagai berikut :

Persen Kuntum Bunga Layu = Jumlah Kuntum Bunga Layu x 100% Jumlah Total Kuntum Bunga

 Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Gugur

Jumlah kuntum bunga yang telah gugur pada satu tangkai bunga anggrek. Penentuan persentase kuntum bunga gugur menggunakan rumus sebagai berikut :

Persen Kuntum Bunga Gugur = Jumlah Kuntum Bunga Gugur x 100% Jumlah Total Kuntum Bunga

(23)

Vase life

Vase life bunga potong merupakan lamanya umur relatif bunga potong dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya (Wiryanto, 1993). Vase life bunga potong anggrek dihitung sejak bunga mulai dipanen sampai 50 % dari total kuntum bunga dalam setiap tangkai yang mengalami kelayuan.

 Hama dan penyakit pada bunga

Pengamatan hama dan penyakit dilakukan dengan melihat perkembangan hama dan penyakit pada tangkai dan kuntum bunga.

 Uji Hedonik

Uji hedonik adalah uji kesukaan (Soekarto, 1981). Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau kebalikannya (ketidaksukaan) Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan oleh panelis tidak terlatih sebanyak 50 orang yang terdiri dari 25 panelis laki-laki dan 25 panelis perempuan. Skala hedonik pada penelitian ini adalah :

Sangat tidak suka : 1 Tidak Suka : 2 Kurang suka : 3 Suka : 4 Sangat suka : 5

(24)

Gambar 2. Penempatan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ dalam Botol Pajangan untuk Pengamatan Pascapanen

Kuntum bunga anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ Volume larutan pengawet 350 ml Botol pajangan Lilin malam untuk penutup mulut botol Plastik diikat karet

untuk penutup mulut botol

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-200 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat proses transpirasi, sehingga proses kemunduran bunga menjadi lambat dan bunga tidak cepat layu. Suhu ruangan yang tinggi akan meningkatkan laju transpirasi, sehingga volume jumlah total larutan peraga akan berkurang. Selain itu, semakin tinggi suhu ruangan akan mendorong peningkatan produksi etilen. Etilen ini dapat menyebabkan bunga menjadi cepat matang dan layu, sehingga kisaran suhu pada penelitian ini baik untuk proses vase life bunga potong. Menurut Reid (1992) beberapa tanaman tropis seperti Anthurium dan beberapa genus anggrek sebaiknya berada pada suhu yang tidak terlalu dingin atau suhu lebih dari 10 0 C agar tidak terjadi chilling injury atau kerusakan pada suhu rendah.

Derajat keasaman larutan holding (sukrosa 3% + asam salisilat 150 ppm) pada awal penelitian (1 HSP) menurut Nurfitria (2004) adalah 3.83, sedangkan pada akhir penelitian (29 HSP) adalah 3.66. Kisaran pH yang baik untuk bunga potong yaitu 3.5 – 5.0 (Gast, 2000). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap pH larutan karena pH larutan awal pada penelitian sebelumnya sama dengan penelitian ini.

Gangguan yang terjadi pada bunga potong dalam penelitian ini adalah terdapatnya semut yang masuk kedalam botol larutan pengawet karena adanya gula pada larutan. Gangguan semut dapat diatasi dengan pemberian kapur serangga pada meja yang digunakan untuk tempat menyimpan botol perlakuan.

Kondisi ruang penelitian untuk meletakan posisi masing-masing kelompok percobaan yaitu kelompok 1 terletak pada posisi dekat rak meja laboratorium dan berdekatan dengan AC. Kelompok 2 terletak diantara pada posisi dekat rak meja laboratorium dan berada ditengah-tengah kelompok 1 dan 3, sedangkan kelompok 3 terletak pada posisi pinggir dekat jendela. Cahaya matahari yang masuk pada ruangan ini cukup banyak, namun tidak dilakukan pengukuran cahaya. Kondisi ruangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

(26)

Kelompok 1 (5-10 kuntum bunga)

Kelompok 2 (11-15 kuntum bunga)

Kelompok 3 (16-20 kuntum bunga)

(27)

Kualitas Bunga

Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga

Bunga potong pada awal penelitian secara visual terlihat baik, karena tidak mengalami kelayuan dan gugur. Hal ini disebabkan pada saat pengangkutan bunga dari lapang sampai laboratorium dilakukan upaya pencelupan tangkai bunga anggrek kedalam ember yang berisi air. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat panas lapang, sehingga bunga anggrek tetap terlihat segar selama dalam perjalanan menuju laboratorium sampai pada saat dimulainya penelitian. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga anggrek pada awal percobaan dapat dilihat dari Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Total Kuntum Bunga di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----kuntum bunga---- 30 13.9 (100%) 13.7 (100%) 13.9 (100%) 14.3 (100%) 13.9 (100%) 60 13.3 (100%) 13.6 (100%) 12.6 (100%) 14.0 (100%) 13.4 (100%) 90 13.7 (100%) 12.9 (100%) 14.2 (100%) 13.4 (100%) 13.6 (100%) 120 13.2 (100%) 13.8 (100%) 13.9 (100%) 14.4 (100%) 13.8 (100%) Rata-rata konsentrasi 13.5 (100%) 13.5 (100%) 13.7 (100%) 14.0 (100%) 13.7 (100%)

Total jumlah kuntum bunga merupakan penjumlahan dari jumlah bunga yang masih kuncup dengan bunga yang sudah mekar di awal percobaan. Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata jumlah total kuntum bunga pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 13.7 kuntum dengan nilai persentase 100%. Rata-rata jumlah kuntum ini baik untuk bunga potong karena jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, bila tangkai bunga terlalu banyak kuntum kemungkinan posisi tangkainya tidak akan tegak saat di pajang, sementara bila jumlah kuntum terlalu sedikit kemungkinan masa kesegarannya tidak tahan lama.

(28)

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Masih Kuncup di Awal Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----kuntum bunga---- 30 8.2 (58.9%) 8.3 (60.6%) 9.7 (69.8%) 8.6 (60.1%) 8.7 (62.4%) 60 8.6 (64.7%) 7.9 (58.1%) 7.9 (62.7%) 9.3 (66.4%) 8.4 (62.9%) 90 8.8 (64.2%) 8.7 (67.4%) 8.9 (62.7%) 8.9 (66.4%) 8.8 (65.0%) 120 7.4 (56.9%) 8.2 (59.4%) 10.1 (72.6%) 9.9 (68.8%) 8.9 (64.4%) Rata-rata konsentrasi 8.3 (60.9%) 8.3 (61.3%) 9.1 (67.0%) 9.2 (65.4%) 8.7 (63.7%) Tabel 3. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga yang Sudah Mekar di Awal

Percobaan pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----kuntum bunga---- 30 5.7 (41.1%) 5.4 (39.4%) 4.2 (30.2%) 5.8 (39.9%) 5.2 (37.6%) 60 4.8 (35.3%) 5.7 (41.9%) 4.7 (37.3%) 4.7 (33.6%) 5.0 (37.1%) 90 4.9 (35.8%) 4.2 (32.6%) 5.6 (37.3%) 4.6 (33.6%) 4.8 (35.0%) 120 5.8 (43.1%) 5.6 (40.6%) 3.8 (27.4%) 4.6 (31.2%) 5.0 (35.6%) Rata-rata konsentrasi 5.3 (39.1%) 5.2 (38.7%) 4.6 (33.0%) 4.9 (34.6%) 5.0 (36.3%)

Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga yang masih kuncup pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 8.7 kuntum dengan nilai persentase 63.7 %, sedangkan tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga yang sudah mekar pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 5 kuntum dengan nilai persentase 36.3%. Kondisi awal percobaan ini mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya kuntum bunga baru yang mekar, layu, gugur dan terserang hama penyakit pada saat penelitian.

(29)

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Gambar 4. Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’ pada 8 HSP, Beberapa Perlakuan Sudah Mengalami Kelayuan pada Kuntum Bunga yang Paling Bawah.

CaCl2 Aquades CaCl2 0 ppm CaCl2 80 ppm CaCl2 160 ppm CaCl2 240 ppm CaCl2 Aquades CaCl2 0 ppm 80 ppm CaCl2 CaCl2 160 ppm 240 ppm CaCl2 CaCl2 Aquades CaCl2 0 ppm CaCl2 80 ppm CaCl2 160 ppm CaCl2 240 ppm

(30)

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Gambar 5. Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’ Pada 22 HSP, Bunga yang Gugur Terdapat di Tangkai Bawah dan Tangkai Tengah Bunga pada Beberapa Perlakuan CaCl2 Aquades CaCl2 0 ppm CaCl2 80 ppm CaCl2 160 ppm CaCl2 240 ppm CaCl2 Aquades CaCl2 0 ppm CaCl2 80 ppm CaCl2 160 ppm CaCl2 240 ppm CaCl2 Aquades CaCl2 0 ppm CaCl2 80 ppm CaCl2 160 ppm CaCl2 240 ppm

(31)

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar

Hasil sidik ragam pada lampiran 1 dan 2 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2 dan interaksi antara keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga mekar, sedangkan kelompok berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga mekar. Hal ini disebabkan pada setiap pengelompokkan jumlah awal kuntum bunga berbeda-beda. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga mekar 1 - 29 HSP dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar 1 - 29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----kuntum bunga mekar----

30 9.3 (78.4%) 8.8 (82.0%) 9.5 (85.8%) 10.4 (86.3%) 9.5 (83.1%) 60 9.7 (86.9%) 8.5 (79.8%) 8.3 (81.7%) 10.1 (88.9%) 9.1 (84.3%) 90 9.3 (85.9%) 8.1 (86.9%) 9.3 (80.6%) 8.7 (84.9%) 8.8 (84.6%) 120 8.3 (78.7%) 9.2 (78.7%) 11.1 (90.2%) 9.1 (87.4%) 9.4 (83.8%) Rata-rata Konsentrasi 9.2 (82.5%) 8.6 (81.9%) 9.5 (84.6%) 9.6 (86.9%) 9.2 (83.9%)

Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah dan persentase kuntum bunga mekar dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 9.2 kuntum mekar atau 83.9%. Jumlah kuntum bunga mekar dari awal sampai akhir pengamatan (1-29 HSP) hanya mengalami kenaikan 47.6% dari jumlah awal kuntum bunga mekar (36.3%), sehingga kuntum bunga tidak mekar sampai maksimal (100%). Hal ini disebabkan perlakuan CaCl2 tidak memberikan

pengaruh dalam mendorong pemekaran kuntum bunga, diduga larutan CaCl2

tidak terserap optimal oleh jaringan kuntum bunga karena metode perendamannya hanya dilakukan pada tangkai bunga saja, bukan pada bunga secara keseluruhan atau tidak dilakukan penyemprotan larutan CaCl2 langsung pada kuntum bunga.

(32)

Selama pengamatan jumlah kuntum bunga mekar mengalami perubahan dari 1 – 29 HSP. Perubahan itu dapat dilihat pada Tabel 5 .

Tabel 5. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Mekar 1 - 29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Perlakuan HSP

1 7 15 21 29

---kuntum bunga mekar--- Konsentrasi CaCl2 (ppm) 0 8.3 10.1 10.0 9.3 6.9 80 8.3 9.9 9.4 8.4 6.3 160 9.1 10.8 10.5 9.3 6.8 240 9.2 10.9 10.3 7.1 7.1 Waktu (menit) 30 8.7 10.4 10.2 9.8 7.4 60 8.4 9.9 10.1 9.2 6.8 90 8.8 10.4 9.7 8.4 5.9 120 8.9 10.8 10.3 9.2 7.0

Tabel 5 menunjukan bahwa selama penelitian, kuntum bunga mekar mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Rata-rata jumlah kuntum bunga mekar mengalami peningkatan pada 7 dan 15 HSP, selanjutnya kuntum bunga mekar terus mengalami penurunan sampai 29 HSP. Hal ini disebabkan sebagian bunga tersebut mengalami layu dan gugur.

Pemanenan menentukan tingkat kemekaran bunga. Jumlah bunga mekar yang terlalu banyak pada saat panen, mengakibatkan bunga cepat mengalami kelayuan. Hal ini disebabkan cadangan energi yang terdapat dalam bunga sudah mulai berkurang saat digunakan selama pemekaran. Begitu juga sebaliknya apabila bunga yang dipanen masih kuncup atau belum ada bunga yang mekar, dimana persediaan gula atau karbohidrat sedikit diproduksi, maka bunga tidak akan dapat melakukan pemekaran. Hal ini disebabkan energi yang tersimpan hanyalah sedikit saat digunakan selama pemekaran, sehingga umur simpan bunga semakin pendek.

(33)

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu

Hasil sidik ragam pada lampiran 3 dan 4 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2 dan interaksi antara keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga layu, sedangkan pengaruh kelompok sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga layu. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga layu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu (menit)

Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

0 80 160 240 Waktu ----kuntum bunga layu----

30 0.6 (4.7%) 0.5 (5.1%) 0.6 (7.0%) 0.4 (3.0%) 0.5 (5.0%) 60 0.4 (2.8%) 0.5 (5.2%) 0.5 (5.2%) 0.5 (4.1%) 0.5 (4.3%) 90 0.6 (5.5%) 0.6 (7.5%) 0.5 (5.0%) 0.6 (5.5%) 0.6 (5.9%) 120 0.6 (5.4%) 0.5 (4.7%) 0.3 (2.7%) 0.8 (6.9%) 0.5 (4.9%) Rata-rata Konsentrasi 0.6 (4.6%) 0.5 (5.6%) 0.5 (5.0%) 0.6 (4.9%) 0.5 (5.0%)

Tabel 6 menunjukan bahwa jumlah dan persentase kuntum bunga layu dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 0.5 kuntum layu atau 5.0 %. Selama penelitian, kuntum bunga layu mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian.

Tabel 7 menunjukan bahwa selama penelitian kuntum bunga layu mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Rata-rata jumlah kuntum bunga layu mengalami peningkatan pada 7 HSP, selanjutnya kuntum bunga layu terus mengalami penurunan sampai 29 HSP. Hal ini dapat dikatakan bahwa bunga mengalami tingkat kelayuan maksimal pada 7 HSP. Penurunan bunga layu disebabkan oleh banyaknya bunga yang mengalami gugur dan mekar selama masa peragaan.

(34)

Tabel 7. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Layu 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Perlakuan HSP

1 7 15 21 29

---kuntum bunga layu--- Konsentrasi CaCl2 (ppm) 0 0 0.9 0.9 0.7 0.4 80 0 1.3 0.7 0.4 0.4 160 0 0.9 0.5 0.5 0.3 240 0 1.3 0.6 0.5 0.3 Waktu (menit) 30 0 0.9 0.4 0.8 0.4 60 0 0.7 0.8 0.4 0.3 90 0 1.4 0.8 0.4 0.3 120 0 1.3 0.8 0.5 0.3

Bunga mengalami kelayuan karena terjadi kerusakan akibat jaringan pada bunga mengalami kematangan. Selain itu kelayuan pada bunga dapat terjadi karena pasokan air yang tidak lancar atau tertutupnya tangkai atau batang bunga karena mengalami kontaminasi oleh mikroorganisme sehingga penyerapan air terganggu. Layu adalah terkulai atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunya tegangan turgor. Kelayuan berhubungan dengan potensial air pada jaringan (Halevy and Mayak, 1979).

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur

Hasil sidik ragam pada lampiran 5 dan 6 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2, lama waktu perendaman CaCl2 dan interaksi antara keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga gugur, sedangkan pengaruh kelompok berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga gugur, tetapi pada persentase kuntum bunga gugur tidak berpengaruh nyata. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga gugur dapat lihat pada Tabel 8.

(35)

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----kuntum bunga gugur----

30 0.4 (4.1%) 0.4 (5.9%) 0.4 (8.0%) 0.3 (2.7%) 0.4 (5.2%) 60 0.4 (4.9%) 0.4 (5.4%) 0.4 (6.0%) 0.4 (4.9%) 0.4 (5.3%) 90 0.4 (4.8%) 0.5 (8.6%) 0.5 (6.4%) 0.5 (6.5%) 0.5 (6.6%) 120 0.4 (4.8%) 0.4 (5.6%) 0.4 (5.0%) 0.5 (7.0%) 0.4 (5.6%) Rata-rata Konsentrasi 0.4 (4.7%) 0.4 (6.4%) 0.4 (6.4%) 0.4 (5.3%) 0.4 (5.7%)

Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah dan persentase kuntum bunga gugur dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 0.4 kuntum gugur atau 5.7 %. Selama penelitian, kuntum bunga gugur mengalami perubahan dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Perubahan jumlah kuntum bunga gugur dapat dilihat pada Tabel 9 .

Tabel 9. Perubahan Jumlah Kuntum Bunga Gugur 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Perlakuan HSP

1 7 15 21 29

---kuntum bunga gugur--- Konsentrasi CaCl2 (ppm) 0 0 0.3 0.4 0.1 0.9 80 0 0.2 0.6 0.4 0.9 160 0 0.1 0.4 0.6 0.9 240 0 0.1 0.2 0.4 0.7 Waktu (menit) 30 0 0.3 0.3 0.4 0.8 60 0 0.1 0.4 0.4 0.8 90 0 0.2 0.5 0.2 0.8 120 0 0.1 0.4 0.4 0.9

(36)

Tabel 9 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga mulai gugur pada 7 HSP, kemudian terus meningkat sampai 29 HSP. Peningkatan jumlah kuntum gugur bunga dari 1-29 HSP disebabkan terdapatnya kuntum yang sudah layu karena faktor umur bunga semakin tua selama penelitian dan gugurnya kuncup bunga yang masih muda yang tidak mengalami proses pemekaran. Rata-rata bunga mengalami gugur setelah melalui fase layu dan kering terlebih dahulu, sehingga gugurnya bunga berlangsung normal.

Masa Pajang (Vase Life) Bunga

Masa pajang (vase life) bunga potong merupakan lamanya umur relatif bunga potong dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya (Wiryanto, 1993). Vase life bunga potong anggrek dihitung sejak bunga mulai dipanen sampai 50 persen dari total bunga mengalami kelayuan. Hasil sidik ragam pada lampiran 7 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi CaCl2 dengan

lama waktu perendaman CaCl2 dan kelompok berpengaruh nyata terhadap vase life bunga potong anggrek, sehingga dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %. Hasil uji lanjut interaksi antara konsentrasi dan lama waktu perendaman CaCl2

dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji Lanjut Duncan Taraf 5 % terhadap Vase Life Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘ Woxinia’ pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----hari---- 30 28.8 a 26.8 a 23.9 ba 29.0 a 27.1 a 60 26.8 a 25.9 a 23.7 ba 27.0 a 25.8 ab 90 27.2 a 18.9 b 27.2a 26.1 a 24.9 ab 120 26.8 a 26.5 a 27.9 a 23.4ab 26.2 ab Rata-rata Konsentrasi 27.4 a 24.5 ab 25.7 ba 26.4 ab 26.0 ab Keterangan :

Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom dan baris sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji lanjut Duncan pada taraf 5 %

(37)

Tabel 10 menunjukan bahwa masa pajang (vase life) dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal hingga akhir pengamatan (1-29 HSP) yaitu 26 hari. Pada perlakuan konsentrasi CaCl2 80 ppm dengan lama waktu perendaman

90 menit hasilnya terlihat berbeda nyata dengan perlakuan yang lain yaitu 18.9 hari. Pada perlakuan kontrol atau konsentrasi 0 ppm (tanpa perendaman CaCl2)

hasil rata-ratanya sedikit lebih besar daripada yang menggunakan perendaman CaCl2, sehingga perlakuan CaCl2 hanya sedikit memberikan pengaruh dalam

memperpanjang vase life bunga. Hal ini diduga larutan CaCl2 tidak terserap

optimal oleh jaringan kuntum bunga, karena metode perendamannya hanya dilakukan pada tangkai bunga saja bukan pada bunga secara keseluruhan.

Rendahnya vase life bunga potong anggrek pada perlakuan konsentrasi CaCl2 80 ppm dengan lama waktu perendaman 90 menit diduga bahwa proses

metabolisme bunga ini berlangsung lebih tinggi sehingga cadangan energi yang tersimpan digunakan lebih banyak yang menyebabkan energi pada bunga habis terpakai.

Volume Larutan Terserap

Hasil sidik ragam pada lampiran 8 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2,

lama waktu perendaman CaCl2, interaksi, dan kelompok tidak berpengaruh nyata

terhadap volume larutan yang terserap pada taraf 5 %. Rata-rata data volume yang terserap pada bunga potong anggrek dapat dilihat dari Tabel 11.

Tabel 11. Volume Larutan Terserap 29 HSP dikurangi 1 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----ml---- 30 26.7 25.0 21.1 27.8 25.1 60 31.7 23.3 30.0 23.9 27.1 90 28.9 25.6 21.1 28.9 26.1 120 27.2 28.9 28.9 23.3 27.1 Rata-rata Konsentrasi 28.6 25.7 25.3 26.0 26.4

(38)

Tabel 11 menunjukan bahwa volume larutan terserap pada kuntum bunga dari semua perlakuan rata-ratanya relatif sama dari awal pengamatan (1 HSP) dikurangi akhir pengamatan (29 HSP) yaitu 26.4 ml. Perlakuan CaCl2 tidak

memberikan pengaruh dalam meningkatkan volume larutan yang terserap. Hal ini disebabkan CaCl2 tidak dapat mempercepat proses tranpirasi pada bunga.

Bunga akan mengalami transpirasi atau kehilangan air dalam melakukan aktivitas metabolismenya. Transpirasi merupakan proses hilangnya air karena adanya penguapan dari jaringan bunga selama melakukan aktivitasnya. Semakin lama bunga melakukan kegiatan respirasi dan aktivitas lainnya maka semakin banyak terjadinya transpirasi dari bunga, karena makin banyak terjadi transpirasi pada bunga maka larutan yang terserap selama masa keragaan makin banyak pula. Dengan demikian bunga yang makin banyak menyerap larutan mampu bertahan hidup lebih lama karena dapat menggantikan air yang hilang selama proses hidupnya.

Waktu Terserang Hama dan Penyakit

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hama yang menyerang bunga. Kemungkinan hal ini terjadi karena penelitian ini dilakukan dalam ruangan laboratorium yang steril dari hama. Selain itu, diduga konsentrasi perlakuan dapat mempertahankan bunga dari serangan hama.

Hasil sidik ragam pada lampiran 9 menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2,

lama waktu perendaman CaCl2, interaksi, dan kelompok tidak berpengaruh nyata

terhadap waktu terserang penyakit sehingga hasil analisis tidak dapat di uji lanjut. Hal ini berarti setiap perlakuan memiliki pertahanan yang baik terhadap serangan penyakit tanaman. Rata-rata waktu terserang penyakit tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

(39)

Tabel 12. Waktu Terserang Penyakit 1-29 HSP pada berbagai Perlakuan CaCl2

Waktu Konsentrasi CaCl2 (ppm) Rata-rata

(menit) 0 80 160 240 Waktu ----hari---- 30 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0 60 28.8 27.9 29.0 29.0 28.7 90 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0 120 29.0 29.0 29.0 29.0 29.0 Rata-rata Konsentrasi 28.9 28.7 29.0 29.0 28.9

Tabel 12 menunjukan bahwa pada umumnya setiap perlakuan relatif aman dari serangan penyakit, hanya ada 2 perlakuan yang terserang penyakit yaitu pada perlakuan konsentrasi CaCl2 0 dan 80 ppm dengan lama waktu perendaman

selama 60 menit. Perlakuan tersebut mulai terserang penyakit pada hari ke-28.8 dan 27.9. Rata-rata serangan penyakit mulai terjadi pada hari ke 28.9, akan tetapi ada beberapa perlakuan yang tidak terserang penyakit sampai akhir pengamatan. Rendahnya serangan penyakit disebabkan oleh kondisi alat-alat yang digunakan saat penelitian bersih, suhu ruangan yang baik untuk menghambat pertumbuhan penyakit dan kondisi awal bunga anggrek pada saat prapanen relatif bebas dari penyakit.

Penyakit yang menyerang pada bunga potong ini adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Cendawan yang tumbuh pada bunga botong dalam penelitian diduga jenis Corticium salmonicolor (jamur upas), berdasarkan ciri-ciri yang tampak yaitu hifa atau miselia cendawan berwarna putih kemerahan. Ciri-ciri jamur upas adalah miselia tampak seperti sarang laba-laba/sutera mengkilap yang kemudian warnanya berubah menjadi merah jambu (Deptan, 2009).

Uji Hedonik

Uji hedonik adalah uji tingkat kesukaan (Soekarto, 1981). Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik dapat direntangkan menurut

(40)

rentangan skala yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan, dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis secara statistik.

Uji hedonik dilakukan diakhir pengamatan yaitu pada hari ke 29. Jumlah panelis pada uji hedonik ini berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 25 mahasiswa putra dan 25 mahasiswa putri. Seluruh panelis memberikan skor tingkat kesukaannya kepada masing-masing sampel bunga yang mewakili setiap perlakuan. Tingkat kesukaan pada uji ini dilakuakn terhadap warna, aroma, kesegaran dan overall atau penampilan menyeluruh bunga potong. Pengolahan data pada uji hedonik dari penelitian ini menggunakan metode uji Friedman.

1. Hasil Uji dari Panelis Perempuan a. Warna

Hasil uji Friedman untuk warna pada lampiran 10 menunjukkan bahwa warna bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah warna bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 0 ppm dengan lama waktu perendaman 90

menit. Fungsi uji warna pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan warna bunga yang paling disukai panelis. Warna bunga anggrek pada penelitian ini umunya berwarna putih cerah, namun selama penelitian, tingkatan kecerahan warna bunga anggrek ini berbeda-beda. Tingkat kecerahan warna terjadi karena adanya bunga yang masih putih cerah dan ada juga yang mengalami proses pencoklatan pada kuntum bunga akibat bunga tersebut mengalami kelayuan. b. Aroma

Hasil uji Friedman untuk aroma pada lampiran 11 menunjukkan bahwa aroma bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah aroma bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 240 ppm dengan lama waktu perendaman 90

menit. Fungsi uji aroma pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keharuman bunga yang paling disukai panelis dari setiap perlakuan. Pada awal penelitian (1 HSP) rata-rata kuntum bunga memiliki tingkat aroma harum yang sama, namun selama penelitian tingkat keharuman dari setiap perlakuan bunga berbeda-beda.

(41)

c. Kesegaran

Hasil uji Friedman untuk kesegaran pada lampiran 12 menunjukkan bahwa kesegaran bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah kesegaran bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu 60 menit.

d. Penampilan Keseluruhan Bunga (Overall)

Hasil uji Friedman untuk overall pada lampiran 13 menunjukkan bahwa penampilan keseluruhan bunga yang paling banyak disukai panelis perempuan adalah bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu

perendaman 120 menit.

2. Hasil Uji dari Panelis Laki-laki a. Warna

Hasil uji Friedman untuk warna pada lampiran 14 menunjukkan bahwa warna bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah warna bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120

menit. Fungsi uji warna pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan warna bunga yang paling disukai panelis. Warna bunga anggrek pada penelitian ini umunya berwarna putih cerah, namun selama penelitian, tingkatan kecerahan warna bunga anggrek ini berbeda-beda. Tingkat kecerahan warna terjadi karena adanya bunga yang masih putih cerah dan ada juga yang mengalami proses pencoklatan pada kuntum bunga akibat bunga tersebut mengalami kelayuan. b. Aroma

Hasil uji Friedman untuk aroma pada lampiran 15 menunjukkan bahwa aroma bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah aroma bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 80 ppm dengan lama waktu perendaman 120

menit. Fungsi uji aroma pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keharuman bunga yang paling disukai panelis dari setiap perlakuan. Pada awal penelitian (1 HSP) rata-rata kuntum bunga memiliki tingkat aroma harum yang sama, namun selama penelitian tingkat keharuman dari setiap perlakuan bunga berbeda-beda.

(42)

c. Kesegaran

Hasil uji Friedman untuk kesegaran pada lampiran 16 menunjukkan bahwa kesegaran bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah kesegaran bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu

perendaman 120 menit.

d. Penampilan Keseluruhan Bunga (Overall)

Hasil uji Friedman untuk overall pada lampiran 17 menunjukkan penampilan keseluruhan bunga yang paling banyak disukai panelis laki-laki adalah bunga pada perlakuan konsentrasi CaCl2 160 ppm dengan lama waktu

perendaman 120 menit.

Hasil uji hedonik panelis perempuan menunjukan bahwa warna, aroma, kesegaran dan penampakan keseluruhan bunga (overall) masing-masing memiliki tingkat kesukaan yang berbeda dari setiap perlakuan. Sementara panelis laki-laki memberikan hasil bahwa warna, kesegaran dan overall memiliki tingkat kesukaan yang sama yaitu pada perlakuan 160 ppm dengan lama waktu 120 menit, sedangkan pada aroma berbeda. Rata-rata laki-laki menyukai bunga pada perlakuan 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit. Pada penampakan keseluruhan bunga dari panelis laki-laki dan peremuan menunjukan hasil bahwa perlakuan 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit merupakan perlakuan yang paling banyak disukai oleh seluruh panelis.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian perlakuan konsentrasi dan lama waktu perendaman CaCl2 tidak

dapat meningkatkan vase life dan kualitas bunga potong anggrek Dendrobium

’Woxinia’. Rata-rata vase life pada bunga potong anggrek Dendrobium ’Woxinia’ adalah 26 hari. Perlakuan larutan pengawet (holding solution) berupa sukrosa 3% ditambah asam salisilat 150 ppm sudah cukup efektif untuk mendapatkan vase life

hingga 27. 4 hari.

Uji tingkat kesukaan oleh panelis perempuan dan laki-laki umumnya menyukai penampilan keseluruhan bunga (overall) pada perlakuan perendaman CaCl2 160 ppm dengan lama waktu perendaman 120 menit.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut megenai cara perlakuan CaCl2 yang efektif

untuk meningkatkan kualitas bunga, yaitu dengan perendaman bunga secara keseluruhan dan penyemprotan langsung pada kuntum bunga.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Amiarsi D., Sjaifullah, dan Yulianingsih. 1999. Komposisi terbaik untuk larutan perendam bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia Deep Pink’. J. Hort.9 (1) : 45-50.

Bose T. K. and Battcharjee. 1980. Orchids of Indis. Naya Prakash. Calcuta. 538 p.

Cresswell, G. C. and R. G. Weir. 1997. Plant Nutritient Disorders 5; Ornamental Plants and Shurbs. Reed International Books Australia Trading as Inkata Press. Australia.

Departemen Pertanian. 2006. Anggrek potong tetap segar hingga 21 hari. http:// www.pustakadeptan.go.id/inovasi/kl060416.pdf. [27 Desember 2009]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan arah

Pengembangan agribisnis anggrek.http://www.litbang.deptan.go.id/special/ publikasi/doc_hortikultura/anggrek/anggrek-bagian-a.pdf. [25 November 2009].

Departemen Pertanian. 2009. Jamur upas (pink disease). http://www.bkp-

pangkalpinang.deptan.go.id/download/Jamur%20Upas.pdf. [09 Desember 2009].

Direktorat Jendral Hortikultura. 2008. Data Base Ekspor-Impor Anggrek. Jakarta: Direktorat Jendral Hortikultura.

Dressler R. L. 1990. The Orchids : Natural History and Clasiffication. First Harvard University Press. London. 332 p.

Fergusson I. B. and B. K. Drobak. 1998. Calcium and regulation of plant growth and senescence. Hort. 23 (2) : 262 – 266.

Gast K. L. B. 2000.Water quality why it is important for florist. Department of Horticulture, Forestry and Recreation Resources. Kansas State University.http://www.oznet.ksu.edu/library/hort2/mf2436. [25 November 2009].

Gunadi T. 1977. Mengenali Anggrek. PAI Cabang Bandung. Bandung. 128 hal. Halevy, A. H. and S, Mayak. 1979. Senescence and postharvest physiology of cut

flower-part 1. Hal. In J Janick (ed). Horticultura Reviews 1 : 204-236. The AVI Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.

(45)

Halevy, A. H. and S, Mayak. 1981. Senescence and postharvest physiology of cut flower-part 2. Hal. In J. Janick (ed). Horticultura Reviews 3 : 39-143. The AVI Publishing Co. Inc., Westport, Connecticut.

Hew C. S. and J. W. H. Young. 1996. The Pshysiology of Tropical Orchids in Relation to The Industry. Dept. of Botany. National University of Singapore. Singapore. 331 p.

Kader, A. A. 1992. Postharvest Biology and Technology : an Overview. P. 15-20. In : Kader, A. A (Ed.). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Pub. 3311. University of California. California.

Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek : Permata Belantara Indonesia. Sumur Bandung. Bandung. 446 hal.

Llamas K. A. 2003. Tropical Flowering Plant A Guide to Identification and Cultivation. Timber Press, Inc. Oregon.

Mardiansah G. 2007. Pengaruh aplikasi kalsium (CaCl2) prapanen terhadap

kualitas bunga potong anggrek Dendrobium ‘Burana strip’. [Skripsi]. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 44 hal. Mc. Anish, R.M., C. Brownleee and A. M. Hetherington. 1997. Calsium Ions As

Second Messengers in Guard Cell Signal Tranduction. Physiol. Plant. 100: 16-29.

Nurfitria, M. 2004. Pengaruh komposisi larutan pengawet terhadap vase life bunga anggrek dendrobium. [Skripsi]. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 37 hal.

Pan, Z., B. Camara, H. W. Gardner and R. A. Backhous. 1998. Aspirin inhibition and acetylation of the plan cytochrome p450, allene oxide synthase, resemble that of animal prostglandin endoperoxide h syntase. J. Biol. Chem. Vol. (273) : Issue 29. 18139-18145. http://www.inti.joc.org/cgi/content/full/273/29/18139 [01 November 2006].

Parnata, A. S. 2005. Panduan Budi Daya dan Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. 182 hal.

Paul, M. 1963. Orchids Care and Growth. Universe Books, Inc., New York. 135 p Prawiranata, S. Haran dan P. Tjondronegoro. 1994. Dasar-dasar Fisiologi

Tumbuhan. Jurusan Biologi. Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.

(46)

Puspitaningtyas D. M., S. Mursidawati, Sutrisno dan J. Asikin. 2003. Anggrek Alam di Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor. 164 hal. Reid, M. S. 1992. Post harvest handling systems : ornamental crops. P201 – 213.

In Kader, A. A. ( Ed. ) Postharvest Technology of Horticultural Crops. The regents of The University of California. United State of America.

Rigney, C. J and R. B. H Wills. 1981. Calcium movement, a regulating factor in the initiation of tomato fruit ripening. Hort. Sci. 16 (4) : 550-551.

Rooyen V. A. 2009. Growing orchids. http : // www. Orchidssa.co.za / growing. Htm [16 November 2009].

Salunkhe D. K, H. R. Bolin and N. R. Reddy. 1991. Storage, Processing and Nutritional Quality of Fruits and Vegetables. CRC Press, Inc. Oregon. Sandra E. 2005. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka. Jakarta.

85 hal.

Sastrapadja, S., D. Gandawidjaja, M. Imelda dan R. E Nasution. 1976. Anggrek Indonesia. PN. Balai Pustaka. Jakarta.

Sinclair, R. 1990. Water relationship in orchids. P : 63-119. In J. Arditi (ed). Orchid Biology : Reviews and Perspective. Timber Press, Inc. Oregon. Soekarto, T. S. 1981. Penilaian Organoleptik. Jurusan Ilmu dan Teknologi

Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Sriatun. 2007. Pengaruh pemberian beberapa jenis garam terhadap kualitas buah tomat Lycopersicon esculentum Mill. [Skripsi]. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Suyanti. 2002. Teknologi pasca panen bunga sedap malam. Jurnal Litbang Pertanian Vol 21 (1). Balai Penelitian Tanaman Hias. Cianjur.

Tirtosoekotjo, M. S. 1996. Peranan larutan sukrosa terhadap kesegaran bunga mawar selama penyimpangan suhu dingin. J. Hort. 6 (1) : 100-104.

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuh-tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 479 hal.

Whealy, C. A. 1992. Carnations. P43-65. In Larson, R. A (ed). Introduction to Floriculture. Academy press Inc. New York.

Williams, B. 1989. Orchids for Everyone. Gallery Book Inc. New York.

(47)

Wiryanto, K. 1993. Penanganan pascapanen bunga anggrek. Dalam Buletin Anggrek No. 06 Th. II November 1993 : 20.

(48)

Gambar

Gambar 1. Bentuk dan Bagian-Bagian Bunga Anggrek Dendrobium
Gambar 2. Penempatan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’                   dalam  Botol Pajangan  untuk Pengamatan Pascapanen
Tabel  2  menunjukan  bahwa  rata-rata  jumlah  kuntum  bunga  yang  masih  kuncup pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 8.7 kuntum dengan nilai  persentase 63.7 %, sedangkan tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum  bunga  yang  sudah  m
Gambar 4.  Penampilan Bunga Potong Anggrek Dendrobium ’Woxinia’  pada 8  HSP, Beberapa Perlakuan Sudah Mengalami Kelayuan  pada Kuntum Bunga yang Paling Bawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Pegawai Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Menurut Kualifi ksi Pendidikan Number of State Tertiary Education of Religious Studies Employees by Educational Qualifi cation. Tahun

1) Komunikasi. Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Faktor pertama yang mendukung

Sampai dengan tanggal 30 September 2010, opsi yang telah dieksekusi dari MSOP Tahap 2 adalah sebesar 311.713.697 lembar saham sehingga mengakibatkan penambahan Modal Ditempatkan

Sudetan hanya dilakukan pada alur sungai yang berkelok-kelok sangat kritis dan dimaksudkan agar banjir dapat mencapai bagian hilir atau laut dengan cepat, dengan mempertimbangkan

Kaidah Hukum Islam “Pada asasnya perjanjian (akad) itu adalah kesepakatan para pihak dan akibat hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan melalui janji”.. Asas ini

Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah ibu balita yang tinggal di wilayah Posyandu Anggrek VII Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga minimal sudah 6

Berangkat dari uraian tersebut, maka dipiihlah tema Simbiosis Arsitektur sebagai landasan perancangan Tourism Centre di Singosari.Tema Arsitektur Simbiosis sangat cocok untuk

 perasaan menyenangkan ketika online 1.3 ketidakmampu an mengatur aktivitas  game online 1.4 Adanya  perubahan gaya hidup dari meliputi : - Merasakan  bergairah - Merasakan gembira