• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA PELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA PELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI

PADA PELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

Oleh : Agus Patriot Buwono, S.Pd.* Abstraksi

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan siswa dalam memahami pokok bahasan laju reaksi pada pelajaran Kimia di kelas XI IPA SMAN 1 Ngrambe. PTK ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan :1) Penggunaan metode demonstrasi dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Hal ini dapat dilihat: pada kondisi awal diperoleh hasil yang tidak memuaskan dimana sebanyak 16 siswa atau 57,1% tidak tuntas karena nilai prestasi belajarnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Sedangkan siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa atau 42,9%. . Hasil siklus I adalah sebanyak 20 siswa atau 71,4% tuntas, sedangkan 8 siswa atau 28,6% siswa tidak tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Tetapi tingkat ketuntasan ini masih di bawah 75%. Hasil yang dicapai pada siklus II adalah sebanyak 25 siswa atau 89,2% tuntas berada di atas 75% dan nilai rata-rata secara klasikal diperoleh hasil 69,0 berada di atas rata-rata 65. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan 89,2% yang berada di atas 75% menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode demonstrasi telah berhasil. 2) Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas, hipotesis tindakan: “Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar Kimia pada pokok bahasan Laju reaksi siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013”, terbukti kebenarannya.

*)Guru Kimia SMAN 1 Ngrambe

PENDAHULUAN

Di SMAN 1 Ngrambe Kabupaten Ngawi, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai kimia khususnya pokok bahasan laju reaksi di bawah KKM. Faktor utama penyebab masalah ini adalah motivasi belajar siswa yang relatif rendah. Rendahnya motivasi ini disebabkan oleh daya saing siswa kurang, metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik, dan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran terkesan membosankan. Di sini, siswa tampak belum dapat menghitung laju reaksi demikian juga dengan kecepatan reaksi. Untuk menghitung dan menentukan konsentrasi suatu zat, siswa juga masih banyak yang melakukan kesalahan. Dalam menghitung laju reaksi pada tiap waktu atau waktu tertentu, siswa

(2)

juga masih banyak yang belum mampu.

Berdasarkan kajian latar belakang masalah tersebut , ditemukan permasalahan dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri I Ngrambe sebagai berikut: 1) Prestasi belajar kimia siswa SMA Negeri I Ngrambe masih tergolong rendah, 2) Pelajaran kimia belum memiliki makna sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari, 3) Pelajaran kimia masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, 4) Pembelajaran kimia yang dilaksanakan oleh guru masih bersifat konvensional, 5) Minimnya penerapan metode pembelajaran kimia yang bervariasi dan menyenangkan khususnya pada pokok bahasan Laju reaksi.

Dengan metode demonstrasi, dominasi guru akan lebih berkurang. Ciri metode demonstrasi tampak dengan adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan, misalnya kemampuan guru membuktikan dalil, atau menurunkan rumus, atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan alat, maka guru dan murid sama-sama berperan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar Kimia pokok bahasan Laju reaksi pada siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013?”

Adapun tujuan penelitian yang penulis harapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: “agar prestasi belajar Kimia pada pokok bahasan Laju reaksi siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013 meningkat melalui metode demonstrasi”

Sebelum kita bahas lebih lanjut, perlu ada teori-teori yang digunakan sebagai dasar penulisan penelitian ini. Winkel (1991:36), menjelaskan bahwa, “Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”. Sedangkan menurut Conny Semiawan (1992:2) berpendapat bahwa, “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat adanya interaksi antara individu dan individu dan lingkungan”. Nasution (1992 : 3) berpendapat bahwa, “Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri yang berlajar baik aktual maupun potensial. Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan itu terjadi karena usaha”. Menurut Djauzak Ahmad (1994 : 2) berpendapat bahwa, “Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar baik potensial maupun ekternal”. Sedangkan menurut Ngalim Purwoko (1997:84), mengatakan bahwa “belajar adalah suatu stimulus bersama dengan isi ingatan pengetahuan siswa sedemikian rupa (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”. Dimyati Mahmud (1989:121-122) menyatakan bahwa, “belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman”.

Menurut ketiga pendapat tersebut, dapat penulis ungkapkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu baik ingatan, pengatahuan baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati

(3)

secara langsung dikarenakan oleh pengalaman.

Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam atau sains (Inggris: science) yang perhatian utamanya tertuju pada apa dan bagaimana materi atau zat itu. Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam atau sains yang mempelajari sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan, dan energi yang menyertai perubahan materi. (Unggul Sudarmo, 2012 : 2) Menurut Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi (2007 : 81), laju reaksi adalah perubahan konsentrasi molar zat-zat yang bereaksi pada setiap waktu (laju reaksi sesaat), sedangkan kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi molar zat-zat yang bereaksi pada selang waktu tertentu (laju reaksi rata-rata). Laju reaksi memberikan informasi tentang perubahan konsentrasi reaksi setiap waktu. Perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi dapat diukur setiap saat, misalnya setiap detik, menit, jam, dan seterusnya.

Metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar-mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa.

Tujuan dan fungsi metode demonstrasi a) Mengajarkan suatu tindakan, proses, atau prosedur ketrampilan-ketrampilan fisik / motorik, b) Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para siswa secara bersama-sama, c) Mengkonkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa.

Berdasarkan permasalahan dan uraian tersebut, dapat diambil hipotesis tindakan sebagai berikut : “Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar Kimia pada pokok bahasan Laju reaksi siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013”.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi. Kelas yang diteliti adalah kelas XI IPA 2. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan :1) Peneliti adalah guru kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi Tahun Pelajaran 2012-2013, 2) Adanya permasalahan terhadap prestasi belajar yang rendah dalam pembelajaran Kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu mulai dilaksanakan tanggal 5 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 5 November 2012.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa 28 orang terdiri dari 9 laki-laki dan 19 perempuan. Dengan perkataan lain, Kelas XI IPA 2 ditetapkan sebagai subjek penelitian. Sementara itu guru yang dijadikan subjek penelitian adalah peneliti sendiri dengan dibantu dengan teman sejawat yang juga megampu mata pelajaran Kimia pada sekolah yang sama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam postes yang diadakan sebelum perbaikan (pra siklus) siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi mengalami kesulitan dalam pembelajaran Kimia khususnya dalam hal pemahaman terhadap Pokok Bahasan Laju reaksi, dalam ulangan harian rata-rata nilai yang dicapai adalah 59,7 di bawah rata-rata kelas yang ditetapkan yaitu 65. Siswa yang berhasil mencapai KKM yaitu nilainya > 65 sebanyak 12 dari 28

(4)

siswa atau 42,9%. Sementara siswa yang hasil prestasinya di bawah KKM yaitu < 65 terdapat 16 siswa atau 57,1%.

Ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran kimia ini dikarenakan siswa kurang paham dengan penjelasan dari guru yang menerangkan berdasarkan teks yang terdapat dalam buku pegangan. Sementara guru kurang dalam memberikan peragaan cara penyelesaian terhadap pokok bahasan Laju reaksi yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak tertarik memperhatikan penjelasan guru yang akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang rendah.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi adalah 65. Siswa yang belum memenuhi KKM (< 65) adalah sebanyak 16 siswa atau 57,1% sedangkan yang sudah memenuhi KKM (>65) adalah sebanyak 12 siswa atau 42,9%. Dengan demikian tingkat ketuntasan siswa masih kurang dari 75% sehingga memerlukan tindakan perbaikan pembelajaran agar tingkat ketuntasan siswa dalam Pokok Bahasan Laju reaksi dapat meningkat.

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 75. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi prestasi belajar Kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi yang dibagi ke dalam lima interval kelas sebagai berikut :

Tabel 1. Sebaran Frekuensi Hasil Belajar Mata Pelajaran Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi Pra Siklus

No Nilai Pra Siklus

Jumlah Siswa Persentase

1 35 s/d 44 3 10,7% 2 45 s/d 54 5 17,9% 3 55 s/d 64 8 28,6% 4 65 s/d 74 11 39,3% 5 75 s/d 84 1 3,6% Jumlah 28 100%

Adapun hasil dari proses pembelajaran Kimia pada kondisi awal sebelum siklus (pra siklus) dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut :

Gambar 2

Diagram Batang Hasil

(5)

Berdasarkan diagram batang pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Siswa yang mendapatkan nilai 35 s/d 44 sebanyak 3 anak atau 10,7%; 2) Siswa yang mendapatkan nilai 45 s/d 54 sebanyak 5 anak atau 17,9%; 3) Siswa yang mendapatkan nilai 55 s/d 64 sebanyak 8 anak atau 28,6%; 4) Siswa yang mendapatkan nilai 65 s/d 74 sebanyak 11 anak atau 39,3%; 5) Siswa yang mendapatkan nilai 75 s/d 84 sebanyak 1 anak atau 3,6%.

Berdasarkan data pada prasiklus, siklus I dilaksanakan dengan langkah-langkah : 1) Mendemonstrasikan pokok bahasan Laju reaksi di hadapan siswa, 2) Membentuk kelompok kecil satu bangku, 3) Secara individu siswa diberi tugas soal-soal pokok bahasan Laju reaksi, 4) Beberapa siswa mendemonstrasikan jawaban soal di papan tulis, 5) Memberi tes akhir, 6) Menilai hasil tes akhir, 7) Refleksi.

Hasil nilai siswa yang diperoleh pada tindakan siklus I sebagai berikut : Nilai rata-rata : 64,3, Nilai tertinggi : 75, Nilai terendah : 50. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi hasil prestasi belajar Kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi yang dibagi ke dalam empat interval kelas sebagai berikut :

Tabel 2. Sebaran Frekuensi Prestasi Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi pada Siklus I

No Nilai Siklus I

Jumlah Siswa Persentase

1 45 s/d 54 1 3.6%

2 55 s/d 64 7 25.0%

3 65 s/d 74 19 67.9%

4 75 s/d 84 1 3.6%

Jumlah 28 100%

Adapun hasil dari perbaikan pembelajaran Kimia pada Siklus I dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut :

(6)

Pada Siklus I terjadi peningkatan prestasi belajar Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi, dimana sebelum perbaikan rata-rata yang dicapai adalah 59,7 meningkat menjadi 64,3. Kriteria Ketuntasan Minimal pada pelajaran Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi adalah 65. Nilai rata-rata secara klasikal sebesar 64,3 masih di bawah indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran yaitu 65, sehingga dianggap masih gagal. Siswa yang belum memenuhi KKM (< 65) adalah 8 siswa atau 28,6% sedangkan yang sudah memenuhi KKM (>65) adalah 20 siswa atau 71,4%.

Berdasarkan perbaikan Siklus I terjadi peningkatan hasil belajar, dimana pada Pra Siklus yang tidak memenuhi KKM sebanyak 16 siswa pada Siklus I berkurang menjadi 8 siswa. Hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% (71,4% < 75%). Sementara rata-rata nilai prestasi belajar masih di bawah 65 yaitu 64,3 sehingga Siklus I dianggap gagal. Kegagalan ini dikarenakan siswa belum aktif dalam memperhatikan guru saat demonstrasi. Untuk menyikapi hal ini, maka peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran Siklus II agar pembelajaran Kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi dapat memenuhi KKM yang ditetapkan.

Dengan melihat kenyataan ini, perlu diadakan perbaikan pembelajaran dengan Siklus II untuk meningkatkan prestasi belajar Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi dengan menggunakan metode demonstrasi dengan langkah sebagai berikut: 1) Mempersiapkan perangkat pembelajaran, 2) Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru mengelola kelas sehingga kelas menjadi kondusif. 3) Guru menjelaskan pokok bahasan Laju reaksi dengan metode demonstrasi. 4) Membentuk kelompok kecil teman sebangku. 5) Guru memberi tugas kepada siswa dan secara bergantian siswa maju ke depan untuk mendemonstrasikan jawaban soal yang telah dikerjakannya. 6) Memberi penguatan dengan perijinan dan acungan jempol kepada siswa yang menjawab dengan benar. 7) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi. 8) Memberi tes akhir. Secara individu siswa yang belum tuntas diberi soal perbaikan dan siswa yang sudah tuntas diberi soal pengayaan. 9) Menilai hasil tes akhir. 10) Refleksi.

Pada siklus II, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 65 dan nilai tertinggi adalah 77, sedangkan nilai rata-rata 6,9. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi prestasi belajar Kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi yang dibagi ke dalam dua interval kelas sebagai berikut :

Tabel 3. Sebaran Frekuensi Prestasi Belajar Kimia Laju reaksi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi pada Siklus II

No Nilai Siklus II

Jumlah Siswa Persentase

1 Kurang dari 65 3 10,8%

2 65 s/d 74 24 85,6%

3 75 s/d 84 1 3,6%

(7)

Pada Siklus II ini hasil prestasi belajar tidak terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 65 sedangkan 25 siswa atau 89,2% siswa telah memenuhi KKM. Tingkat ketuntasan siswa sebesar 89,2% melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu di atas 75%, dan rata-rata yang diperoleh 69,0 melebihi rata-rata 65 maka perbaikan pembelajaran Siklus II dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini dikarenakan siswa aktif dalam pembelajaran yaitu dengan metode demonstrasi yang diperagakan oleh guru. Dengan demonstrasi yang dilakukan guru siswa tertarik untuk memperhatikan sehingga mengetahui cara penyelesaian masalah dalam soal kimia. Setiap peragaan yang dilakukan oleh guru siswa memperhatikan, apabila dirasa ada yang kurang jelas, maka guru kembali menerangkan sambil mendemonstrasikan kembali hal-hal yang dirasa kurang jelas oleh murid, sehingga pembelajaran menjadi hidup dan siswa menjadi paham terhadap materi yang diajarkan. Disamping itu pada siklus II ini, siswa berani untuk mendemonstrasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Hal ini karena guru memberikan motivasi dan penguatan sehingga siswa lain yang tidak belum mendemonstrasikan pekerjaannya termotivasi untuk tampil ke depan.

Berdasarkan data-data di atas, dapat dijelaskan perolehan data sebagai berikut : Pada masa pra siklus nilai rata-rata adalah 59,7. Siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM (< 65) sebanyak 16 anak atau 57,1% dan yang mencapai KKM (> 65) sebanyak 12 anak atau 42,9%. Dengan demikian kondisi awal prestasi belajar siwa adalah rendah dimana rata-rata nilai siswa 59,75 di bawah 65 dan persentase keberhasilan siswa secara klasikal sebesar 57,1% berada di bawah KKM yang ditentukan yaitu 75%.

Pada siklus I, siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM sebanyak 8 atau 28,6% sedangkan yang sudah memenuhi KKM (> 65) adalah 20 siswa atau 71,4%, sehingga belum mencapai indikator keberhasilan yaitu lebih besar dari 75%. Sementara rata-rata prestasi belajar yang diperoleh yaitu 64,3 masih kurang dari rata-rata-rata-rata 65. Untuk itu perlu diadakan kembali perbaikan pembelajaran Siklus II.

Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 69,0 melebihi rata-rata 65. Semua siswa telah mencapai KKM sehingga 89,2% siswa tuntas dalam pembelajaran siklus II ini. Sebanyak 25 anak atau 89,2% sehingga telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu lebih besar dari 75%. Jadi pada siklus II perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil.

Berdasarkan data nilai yang diperoleh dari hasil evaluasi sebelum perbaikan (pra siklus) dan setelah diadakan perbaikan pada Siklus I dan Siklus II dapat dibuat rekapitulasi nilai evaluasi pelajaran Kimia siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi Tahun Pelajaran 2012-2013 sebagai berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Evaluasi Pelajaran Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II

N Persen N Persen N Persen

(8)

2 45 s/d 54 5 17,9% 1 3,6% 0 0%

3 55 s/d 64 8 28,6% 7 25,0% 0 0%

4 65 s/d 74 11 39,3% 19 67,8% 27 96,4%

5 75 s/d 84 1 3,6% 1 3,6% 1 3,6%

Jumlah 28 100% 28 100% 28 100%

Dari tabel 4 di atas, dapat dijelaskan bahwa pada proses pembelajaran Kimia Kelas XI IPA 2 dengan Pokok Bahasan Laju reaksi, setelah diadakan evaluasi pada kondisi awal diperoleh hasil yang tidak memuaskan dimana sebanyak 16 siswa atau 57,1% tidak tuntas karena nilai prestasi belajarnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Sedangkan siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa atau 42,9%.

Hasil siklus I adalah sebanyak 20 siswa atau 71,4% tuntas, sedangkan 8 siswa atau 28,6% siswa tidak tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Tetapi tingkat ketuntasan ini masih di bawah 75%. Sementara rata-rata prestasi belajar 64,3 masih berada di bawah rata-rata sesuai indikator keberhasilan yaitu 65. Hasil yang dicapai pada siklus II adalah sebanyak 25 siswa atau 89,2% tuntas dan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa sebesar 89,2% yang berada di atas 75% dan rata-rata nilai sebesar 69,0 yang berada di atas 65, menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode demonstrasi telah berhasil.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut maka dapat untuk menjawab hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar Kimia pada pokok bahasan Laju reaksi siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013”, terbukti kebenarannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan :1) Penggunaan metode demonstrasi dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran kimia pada Pokok Bahasan Laju reaksi sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Hal ini dapat dilihat: pada kondisi awal diperoleh hasil yang tidak memuaskan dimana sebanyak 16 siswa atau 57,1% tidak tuntas karena nilai prestasi belajarnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Sedangkan siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa atau 42,9%. . Hasil siklus I adalah sebanyak 20 siswa atau 71,4% tuntas, sedangkan 8 siswa atau 28,6% siswa tidak tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Tetapi tingkat ketuntasan ini masih di bawah 75%. Hasil yang dicapai pada siklus II adalah sebanyak 25 siswa atau 89,2% tuntas berada di atas 75% dan nilai rata secara klasikal diperoleh hasil 69,0 berada di atas rata-rata 65. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan 89,2% yang berada di atas 75% menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada

(9)

siklus II dengan menggunakan metode demonstrasi telah berhasil. 2) Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas, hipotesis tindakan: “Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar Kimia pada pokok bahasan Laju reaksi siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013”, terbukti kebenarannya.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat dibuat saran sebagai berikut: 1) Guru perlu menggunakan variasi metode dalam mengajar seperti misalnya metode demonstrasi. Perlu dikembangkan lagi metode-metode lain yang disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan diajarkan. 2) Dalam pembelajaran dengan metode demonstrasi hendaknya Guru mengarahkan agar semua siswa berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar, karena siswa yang tidak memperhatikan akan ketinggalan terhadap materi yang disampaikan. 3) Siswa hendaknya benar-benar memahami tujuan dari dibentuknya demonstrasi yaitu agar pengetahuannya meningkat dan dapat aktif memecahkan masalah dengan mudah sesuai dengan demo yang diperagakan oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas Dirjend Pendidikan Dasar Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.

Conny Semiawan, Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : Rajawali

Dimyati Mahmud 1989. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka. Djauzak Ahmad. 1994. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud. Ngalim Purwoko. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Suharsini, Maria. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup untuk SMA XI. Jakarta : Ganesha Exact.

Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI. Surakarta : Phibeta. Winkel. W.S 1991. Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Gramedia

Yayan Sunarya, dkk . 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI. Bandung : PT Setia Purna Inves

Gambar

Tabel 1. Sebaran Frekuensi Hasil Belajar Mata Pelajaran Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA  Negeri 1 Ngrambe Ngawi Pra Siklus
Tabel 2.  Sebaran Frekuensi Prestasi Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi Siswa  Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi  pada Siklus I
Tabel 3. Sebaran Frekuensi Prestasi Belajar Kimia Laju reaksi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi  pada Siklus II
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Evaluasi Pelajaran Kimia Pokok Bahasan Laju reaksi Kelas XI  IPA 2 SMA Negeri 1 Ngrambe Ngawi  pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kontrak ini pembuat barang ( shani’ ) menerima pesanan dari pembeli ( mustashna’ ) untuk membuat barang dengan spesifikasi yang telah disepakati kedua belah

Untuk mengoptimalkan tanah Jembul yang subur, maka dilakukan pengembangan desa wisata dengan penanaman tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai salah satu taman Edukasi.. Taman Edukasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh baik dari hasil angket maupun observasi dapat disimpulkan bahwa penerapan model CUPs yang telah diterapkan pada siswa kelas VII

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan uji skrining menggunakan bakteri uji Escherichia coli , Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginos, Salmonella typhi,

Tabel 5 menggambarkan bahwa kategori keluarga sedang mendominasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 28 orang (52, 83%) dengan jumlah tanggungan antara 3-4 orang, diikuti oleh

Dibandingkan dengan beras, jawawut memiliki beberapa keunggulan yakni memiliki nilai gizi yang cukup tinggi (karbohidrat, lemak, protein), tahan kekeringan,

Meningkatnya Perolehan Indeks Prestasi (IP&lt;2,00) pada mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes Prima Jambi T.A 2009/2010 dari semester I, II dan III ketika mengikuti sistem

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) keadaan sosial petani bunga mawar potong di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu mayoritas berumur 35–44 tahun,