• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Minat

Minat merupakan masalah yang paling penting di dalam pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat yang ada pada diri seseorang akan memberi gambaran dalam aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Tampubolon (1991: 41) mengatakan bahwa minat adalah suatu perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (1984: 46) berpendapat bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat sangat besar pangaruhnya dalam mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan mungkin orang yang tidak berminat terhadap suatu pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek (Mohamad Surya, 2003: 100).

Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap sesuatu objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (1995: 180) yang menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa lebih

(2)

suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, sekain besar minat. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melelui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam satu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Menurut W.S. Winkel (1983: 30) bahwa minat adalah kecenderungan merasa senang berkecimpung pada bidang atau hal tertentu dan merasa tertarik pada bidang atau hal itu. Sedangkan menurut Effendi (1985 : 123) mendefinisikan minat adalah kecenderungan yang timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Menurut Sadirman (1990: 76) minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan. Sedangkan menurut Sumadi Suryobroto (1983: 7) juga menyatakan minat adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek serta banyak sedikitnya kekuatan yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Kemudian

(3)

Agus Sujanto (1983: 101) juga mendefinisiksan minat sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Minat merupakan kecenderungan pada seseorang yang ditandai dengan rasa senang atau ketertarikan pada objek tertentu disertai dengan adanya pemusatan perhatian kepada objek tersebut dan keinginan untuk terlibat dalam aktivitas objek tertentu, sehingga mengakibatkan seseorang memiliki keinginan untuk terlibat secara langsung dalam suatu objek atau aktivitas tertentu, karena dirasakan bermakna bagi dirinya dan ada harapan yang di tuju.

2. Pentingnya Minat

Elizabeth B. Hurlock (1993: 214) mengatakan bahwa pada semua usia, minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap, terutama selama masa kanak-kanak. Karena jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan oleh minat yang berkembang selama masa kanak-kanak. Disamping itu pengalaman belajar dari anak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan minat anak.

Minat besar pengaruhnya terhadap proses dan pencapaian hasil belajar, karena materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya. Tidak ada daya tarik bagi siswa mengakibatkan keengganan belajar.

(4)

Keengganan belajar mengakibatkan tidak adanya kepuasan dari pelajaran tersebut. Namun sebaliknya, pelajaran yang menarik siswa, lebih mudah direncanakan karena minat menambah aktivitas belajar.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka dapatlah diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar. Caranya yaitu dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan. Kita juga dapat menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita kaitannya dengan materi pelajaran yang dipelajari. 3. Ciri-ciri Minat Anak

Elizabeth B. Hurlock (1993: 117) mengatakan bahwa cirri-ciri minat yaitu:

1). Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, karena sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

2). Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sebelum mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut. Dengan begitu kita dapat mendorong minat siswa sejak dini, disamping bisa mengeluarkan bakat sesungguhnya dari anak.

3). Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah. Minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan

(5)

bertambah luasnya lingkup sosial mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.

4). Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas akan membatasi minat anak. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai faktor dan keadaan anak. Misalnya anak yang cacat fisik, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

5). Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Rata-rata seorang anak akan mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja tentang kelompok budaya mereka. Mereka menganggap minat yang anaknya inginkan sesuai dengan kebiasaan dan adat. Tidak ada kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

6). Minat berbobot emosional

Bobot emosional – aspek afektif – dari minat menemukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat seseorang. Sedangkan bobot emosional yang menyenangkan akan memperkuatnya.

7). Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika sering berlandaskan dengan keyakinan, kepandaian di bidang matematika di sekolah merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan di dunia usaha. Hal tersebut tidak hanya satu bidang saja, hal lain juga masih banyak selain bidang matematika.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intern) maupun yang datang dari dalam diri individu itu sediri (faktor ekstern). Gunarsa (1980: 68) mengatakan bahwa minat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor dari dalam (intern) seperti rasa senang/tertarik (gembira, semangat), perhatian (ketertarikan, intensitas,

(6)

frekuensi , dan persepsi (kesan positif, pemahaman), sedangkan faktor dari luar (ekstern) lingkungan (masyarakat, keluarga, sekolah) dan sistem pengajaran (materi pembelajaran, metode). Syukur (1996:17) menyatakan bahwa faktor intern merupakan kecenderungan seseorang untuk berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih aktivitas tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan orang tertentu.

Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intern) dan faktor dari luar individu (faktor ekstern). Faktor intern yaitu faktor yang berhubungan dengan minat itu sendiri dengan minat yang lebih mendasar atau asli. Faktor ekstern yaitu faktor yang berkaitan dengan lingkungan.

1). Rasa Tertarik

Menurut Sadirman (1984: 36) ketertarikan adalah proses yang dialami setiap individu tetapi sulit dijelaskan. Dakir (1992: 216) menyampaikan, tertarik adalah suka atau senang, tetapi belum melakukan aktivitas. Sedangkan Winkell (1983: 30) mendefinisikan rasa tertarik sebagai penilaian positif terhadap suatu obyek. Berdasarkan tiga pendapat ini, disimpulkan bahwa rasa tertarik merupakan rasa yang dimiliki setiap individu dalam ungkapan suka,

(7)

senang dan simrpati kepada sesuatu sebelum melakukan aktivitas, sebagai penilian positif atau suatu obyek.

2). Perhatian

Perhatian didefinisikan oleh Sumadi Suryabrata (1989: 14) sebagai frekuensi dan kuantitas kesadaran yang menyertai aktivitas seseorang, sedangkan Dakir (1993: 144) mendefinisikan minat perhatian sebagai keaktifan peningkatan kesadaran seluruh jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, dan Walgito (2002: 98) mendefinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek. Berdasarkan tiga definisi tersebut, disimpulkan perhatian merupakan pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu objek, atau frekuensi dan kuantitas kesadaran peningkatan kesadaran seluruh jiwa.

Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara intern maupun ekstern. Secara intern adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa itu sendiri. Iklim sosial psikologis ekstern adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luas.

(8)

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu (Slameto, 2003: 54).

Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah dapat berupa faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis dapat berupa intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan serta kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan dapat berupa kelelahan secara jasmaniah maupun rohani.

Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Keadaan sosial ekonomi, serta cara orang tua mendidik anak merupakan sebagian contoh faktor keluarga yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Kurikulum, metode mengajar yang digunakan guru, serta disiplin sekolah merupakan bagian dari faktor sekolah. Adapun faktor masyarakat meliputi teman bergaul serta kegiatan siswa di masyarakat.

Paparan tersebut mendeskripsikan bahwa keberhasilan siswa dalam pembelajaran dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan siswa. Meskipun demikian tugas dan tanggung jawab guru adalah mendidik,

(9)

membimbing, serta berperan aktif dalam memotifasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. 5. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Depdikbud (1994:6), bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan olahraga yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan olahraga. Kegiatan ini biasanya bisa diperuntukan pada mata pelajaran penjasorkes, seni, dan pelajaran lainnya yang tidak dibatasi guna memperluas pengetahuan dan penyaluran bakat. Jadi Ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk waktu libur) yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai jenis pengetahuan, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Dasar dilaksanakannya ekstrakurikuler olahraga terdapat dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani (Dikbud, 1994: 4) sebagai berikut: mengingat terbatasnya jumlah jam pelajaran setiap minggu serta tidak adanya program kurikuler perlu disusun program ekstrakurikuler yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah. Program ekstrakurikuler lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan kemampuan dan keterampilan cabang-cabang olahraga serta kebiasaan hidup sehat. Program

(10)

ekstrakurikuler diperuntukan bagi siswa yang ingin mengembangkan bakat dan kegemaran dalam cabang olahraga serta lebih membiasakan hidup sehat.

Kegiatan ekstrakurikuler ini dianggap perlu sebab sangat menunjang keberhasilan belajar siswa sehubungan dengan adanya keterbatasan waktu belajar pada setiap mata pelajaran sehingga perlu adanya tambahan jam pelajaran sekaligus untuk mengembangkan diri dengan kegiatan yang positif. Iwan D (1991: 33) menyatakan bahwa ekstrakurikuler olahraga merupakan salah satu bentuk kegiatan yang tergolong ekstra sehingga peran olahraga disini antara lain sebagai salah satu cara pembinaan fisik, mental dan sosial yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang positif. Selanjutnya dikatakan bahwa olahraga dapat menumbuhkan disiplin diri, mengetahui kewajiban dalam menghadapi tugas sehari-hari, hal tersebut erat kaitannya dengan pembinaan mental.

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan. Penyaluran bakat-bakkat alami, dan penyempurnaan pengetahuan tentang apa yang ingin dimiliki siswa. Di dalam kegiatan ini juga terkandung nilai-nilai dan memiliki aspek seperti disiplin, keberanian, kerjasama, tolong menolong dan terbinanya sportifitas.

(11)

Kegiatan ekstrakurikuler adalah tempat atau wahana kegiatan siswa untuk menampung, menyalurkan, dan pembinaan minat, bakat serta kegemaran yang berkaitan dengan program kurikulum dan dilaksakan di luar jam pelajaran sekolah. Sebagai guru yang baik hendaknya kita mampu untuk memberikan pembelajaran kegiatan ekstrakurikuler dengan baik kepada setiap siswanya. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 2 Kedungbenda adalah ekstrakurikuler bolavoli.

Siswa Sekolah Dasar sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya dalam kategori anak-anak. Pada masa anak-anak biasanya mereka masih menyukai hal-hal yang mengarah ke permainan. Dengan demikian agar mereka dalam bermain lebih terarah dan tidak menimbulkan bahaya bagi diri anak, maka upaya yang dilakukan diantaranya dengan mengarahkan waktu luang mereka dengan kegiatan yang positif yaitu dengan berolahraga. Dalam hal ini sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga, salah satunya adalah ekstrakurikuler bolavoli. Dengan kegiatan ekstrakurikuler bolavoli siswa akan mendapatkan nilai positif yaitu pengembangan bakat dan minat, memupuk mental siswa, dan pengisian waktu luang yang positif. 6. Pengertian Bolavoli

Menurut persatuan bolavoli seluruh indonesia (2004-2008 : 7) “bolavoli adalah olah raga yang di mainkan oleh dua tim dalam setiap lapangan dengan di pisahkan oleh sebuah net”. Tujuan dari permainan adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai

(12)

lawan. Setiap tim dapat memeinkan tiga kali pantulan untuk mengembalikan bola.

Menurut Aip Syaifudin Muhadi (1991:183) “permainan bolavoli di mainkan oleh dua regu masing-masing regu terdiri atas 6 orang pemain, setiap regu berusaha untuk dapat memukul dan menjatuhkan bola ke dalam lapangan melewati di atas net dan mencegah pihak lawan dapat memukul dan menjatuhkan bola ke dalam lapangan. Menurut Machfud Irsyada (1991:183) “permainan bolavoli adalah permainan beregu dimana melibatkan lebih dari satu oarang pemain”. Sedangkan menurut peraturan permainan bola voli internasional hasil kongres moskow (1980:1) “Bola voli adalah olah raga beregu yang di mainkan oleh dua regu yang masing-masing regu dengan 6 (enam) orang pemain pada lapangan yang berukuran 18 meter X 9 meter”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa permainan bolavoli adalah olahraga tim yang dimainkan oleh dua tim yang dipisahkan oleh net dengan tujuan menyeberangkan atau melewatkan bola melewati net agar dapat jatuh menyentuh lantai di daerah lawan dan mencegah agar bola yang sama tidak menyentuh lantai dalam lapangan sendiri dan masing-masing kelompok terdiri dari enam orang pemain. Lapangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 18 meter x 9 meter. Setiap tim berhak memainkan bola dengan tiga kali sentuhan kecuali perkenaan pada waktu membendung (blok). Kemenangan didapatkan jika tim yang mendapatkan angka 25 atau

(13)

selisih 2 setelah deuce. Sedangkan pada set kelima permainan berakhir pada angka 158 dan deuce terjadi pada angka 14 untuk menentukan kemenangan dari set pertama sampai set terakhir, bila terjadi deuce akan dilakukan pertandingan hingga mencapai selisih dua angka dengan sistemrally point.

7. Ekstrakurikuler Bolavoli

“Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang di atur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan”. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kunjungan studi ke tempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu (Depdiknas, 2003: 16).

Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah tempat atau wahana kegiatan bagi siswa untuk menampung, menyalurkan dan pembinaan minat, bakat serta kegemaran yang berkaitan dengan program kurikulum dan dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah. Banyak cara untuk menyalurkan minat dan bakat para siswa, salah satunya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah yang mengadakan ekstrakurikuler adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada siswanya untuk lebih meningkatkan prestasi dalam bidangnya.

Siswa Sekolah Dasar sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya dalam kategori anak-anak. Pada masa anak-anak

(14)

mereka masih menyukai hal-hal yang mengarah permainan. Dengan demikian agar mereka dalam bermain lebih terarah dan tidak menimbulkan pemborosan dan bahaya bagi diri anak, upaya yang dilakukan dengan mengarahkan waktu luang mereka dengan kegiatan yang positif yaitu dengan berolahraga. Dalam hal ini sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler bolavoli. Dengan kegiatan ekstrakurikuler bolavoli siswa akan mendapatkan nilai positif yaitu pengembangan bakat dan minat, memupuk mental siswa, dan pengisian waktu luang yang positif.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bolavoli di SD Negeri 2 Kedungbenda Kemangkon Purbalingga dilaksanakan secara bertahap dengan jangka waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak cepat bosan dan selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Pelaksanaan ekstrakurikuler dilakukan setiap hari Rabu, Jum’at, dan Minggu. Pembelajaran ekstrakurikuler dimulai dari pukul 15.00 sampai dengan pukul 16.30 WIB. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bolavoli dipimpin oleh guru penjaskes.

8. Karakteristik Siswa Kelas Atas di SD

Siswa kelas atas adalah siswa dengan rentang umur 10-13 tahun. Menurut J. Matakupan (1994: 107)” Usia kelas empat merupakan masa peralihan dari dunia khayal menuju dunia nyata”. Menurut Rusli Lutan (2001: 100) usia usia sekitar 11 tahun adalah tahap kongkrit

(15)

operasional. Pada tahap ini kemampuan kognitif anak berkembang dan memungkinkan untuk merencana dan melaksanakan gagasan kongkrit.

Pada anak usia kelas 5 dan 6 mulai kelihatan bahwa anak selalu mencari teman sesamanya. Ototnya semakin besar dan kekuatannya makin besar. Masih memerlukan latihan koordinasi untuk otot-otot kecil. Pertumbuhan anak cepat. Perkembangan jantung dan paru-parunya tidak lama dengan pertumbuhan fisiknya. Mulai kelihatan perhatiannya terhadap kegiatan olahraga. Anak memiliki cabang olahraga yang diminatinya. Anak kecil suka pada permainan yang berbahaya dan tantangan kepada dirinya. (Harsuki, 2003:78-79).

Karakteristik fisiologis anak kelas 5 dan 6 sekitar usia 11 dan 12 tahun. Menurut Annarino Cowel dan Hazelton yang dikutip oleh Rochman Devi Yusliyanti (2006: 13) disebutkan bahwa, otot penunjang lebih berkembang dari usia sebelumnya. Makin menyadari keadaan tubuh sendiri. Permainan aktif lebih disukai. Perkembangan kekuatan ototnya belum sejalan dengan laju pertumbuhannya. Reaksi geraknya membaik minat terhadap olahraga kompetitif mulai bangkit. Perbedaan anak laki-laki dan perempuan makin tampak jelas. Penampilan tubuhnya tampak sehat dan kuat. Koordinasi geraknya baik. Perkembangan tungkai lebih cepat dari pada anggota badan bagian atas. Kekuatan otot anak laki-laki dan perempuan makin tampak perbedaannya. Siswa memiliki sifat kejiwaan yang mendukung keterlibatan siswa yang lebih jauh dalam olahraga prestasi. Minat siswa

(16)

pada olahraga makin tampak. Siswa mulai memahami dan menyadari keadaan dirinya sendiri baik kelebihan maupu kekurangan yang dimiliki. Mereka memiliki cabang olahraga yang disukai dan menghindari aktifitas yang kurang disukai. Siswa lebih suka permainan yang berbahaya yang merupakan tantangan bagi dirinya.

Jadi siswa kelas 4 adalah adalah siswa dengan rentang 10-11 tahun yang merupakan masa peralihan dari dunia khayal menuju dunia nyata (merupakan tahap kongkrit operasional). Siswa kelas 4 dan 5 SD adalah siswa dengan rentang umur 11-12 tahun. Minat siswa pada olahraga makin tampak. Mereka sudah memiliki cabang olahraga yang disukai dan menghindari aktifitas yang kurang disukai. Siswa lebih suka permainan aktif dan berbahaya yang merupakan tantangan bagi dirinya.

Siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri 2 Kedungbenda Kemangkon Purbalingga mempunyai karakteristik yang suka bergerak dan bermain. Siswa cenderung lebih suka bermain di alam dibandingkan dengan permainan-permainan yang hanya terpaku di tempat saja seperti permainan-permainan game modern pada saat ini. Jika ada kegiatan yang menyangkut gerak seperti penjasorkes, maka akan lebih menarik minat siswa dengan karakteristik yang suka bergerak tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ponidi (2008) dengan judul “Minat Siswa SD Negeri Jejeran Wonokromo Pleret Bantul terhadap Ekstrakurikuler Bolavoli”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat

(17)

siswa SD Negeri Jejeran Wonokromo Pleret Bantul terhadap Ekstrakurikuler bolavoli menunjukkan 42,0 % mempunyai minat tinggi, 56,0 % mempunyai minat sedang, dan 2,0 % mempunyai minat rendah. Dari penelitian tersebut terdapat kesamaan bentuk penelitian yaitu penelitian deskriptif.

2. Penelitian ini dilaksanakan oleh Endang Sucihati (2009), yang berjudul “Minat Siswa kelas atas SD Negeri I Karangsari kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas terhadap pendidikan jasmani”. Populasi siswa SD Negeri I Karangsari kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas, dengan jumlah siswa 44 anak. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik angket, adapun hasil penelitian 12 (27,27%) dinyatakan tinggi, 25 (56,82%) dinyatakan cukup dan 7 (15,91%) rendah. Dari penelitian tersebut terdapat kesamaan dalam hal teknik pengumpulan data dan teknik analisis datanya.

C. Kerangka Berpikir

Minat sangat berperan penting dalam pencapaian hasil belajar dalam proses ekstrakurikuler bolavoli. Keberhasilan dalam ekstrakurikuler bolavoli ditentukan oleh beberapa faktor, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Sebuah proses pembelajaran akan dapat berhasil apabila berbagai faktor yang berpengaruh dapat mendukung proses belajar siswa. Salah satu faktor intern adalah minat siswa dalam ekstrakurikuler bolavoli.

Faktor intern yang mempengaruhi minat siswa SD terhadap ekstrakurikuler bolavoli terdiri atas rasa tertarik, perhatian, dan aktivitas.

(18)

Rasa tertarik merupakan rasa yang dimiliki siswa dalam ungkapan suka, senang, dan simpati kepada permainan bolavoli, perhatian merupakan pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa dari siswa terhadap permainan bolavoli. Faktor ekstern yang mempengaruhi adalah lingkungan (masyarakat, keluarga, sekolah) dan sistem pengajaran (materi pembelajaran, metode). Dari penjelasan di atas, peneliti berusaha untuk mengkaji seberapa besar minat siswa kelas IV dan V terhadap kegiatan ekstrakurikuler bolavoli di sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

23 Melihat realita perkembangan perbankan yang sangat kompetitif, menuntut para karyawan untuk melakukan peningkatan kinerja atau prestasi baru dengan menggunakan

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno, 1995). Oleh karena itu dapat diartikan

Beberapa penelitian empiris yang telah dilakukan seperti penelitian Zmijewski (1983) dan Mas’ud Machfoed (1994) telah membuktikan bahwa makin tinggi likuiditas suatu

Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak mengeluh mengantuk di siang hari. Namun, mereka mengeluhkan rasa lelah dan letih, dengan konsentrasi

Pada penelitian ini kelompok ayam yang mendapat vaksinasi AI subtipe H5N1 ketika terinfeksi dengan virus tantang HPAI A/chicken/West Java/Smi-Pat/2006

Dalam penelitian tersebut memiliki arti bahwa kesadaran merek dan citra merek memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap niat beli yang menunjukkan bahwa niat beli

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang usaha atau cara yang ditempuh bila perusahaan dalam mengkaji ulang manajemen pemasarannya