• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

*Niken Meilani, Jurusan Kebidanan Poltekkes Yogyakarta,

nikenbundaqueena@gmail.com

ABSTRAK

Periode remaja adalah periode strum and drang yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang penuh gejolak. Remaja sangat membutuhkan informasi mengenai kesehatan reproduksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung Muntilan. Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design dengan jenis One Group Pre-test and Post-test design. Subyek penelitian ini siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah Tanjung Muntilan Magelang Jawa Tengah pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 61 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan angket. Analisis data menggunakan paired t test dengan taraf signifikansi <0.05. Didapatkan selisih rerata pengetahuan sebesar -9.07 dan p value sebesar 0,00 (ρ<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja. Melalui bimbingan kelompok guru dapat menyampaikan informasi dengan leluasa dan akan mendapatkan umpan balik yang jelas dari murid. Para peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya. Hal-hal yang disampaikan tersebut semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Bimbingan kelompok sangat tepat untuk menyampaikan materi-materi kepada remaja termasuk mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Kata kunci: Bimbingan Kelompok, KesehatanReproduksi Remaja

.

ABSTRACT

The Effect Of Group Counseling to Reproductive Health Knowledge Level of Junior High School students; The period of adolescence is a period of strum and drang that is the transition from childhood to adulthood. Teens need information about reproductive health. This study aims to determine the effect of group counseling on the level of knowledge about reproductive health in students of class VII SMP Muhammadiyah Tanjung Muntilan . This research is a kind of pre Experimental Design with One Group Pre -test and post - test design. The subjects of this study are students at VII class in SMP Tanjung Muntilan, Magelang, Central Java in the school year 2011/2012, amount 61 people . Data collection using questionnaires . Data analysis using a paired t test with a

significance level of <0.05.

Obtained a mean difference of -9.07 knowledge and p value of 0.00 (ρ< 0.05 ) . This suggests that the effect of group counseling on students' increased knowledge about adolescent reproductive health . Through the guidance of the teacher groups can submit information freely and will get clear feedback from the students . The participants free expression , responding, giving advice, and so forth . The things that are all delivered beneficial for the students' own self and for the other participants . Guidance group is apt to convey the material to teenagers including adolescent reproductive health issues.

(2)

2

.PENDAHULUAN

Sesuai hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 26,8% atau 63 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 233 juta jiwa adalah remaja dengan rentang usia10-24 tahun (BPS, 2010). Jumlah remaja yang cukup besar membutuhkan perhatian khusus berkaitan dengan beberapa masalah yang mengancamnya.

Masa remaja merupakan salah satu periode terpenting dalam kehidupan manusia. Pada tahap ini remaja akan mengalami kematangan alat-alat seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis atau dengan kata lain remaja berkembang dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual (Santrock, 2010; Hurlock, 2009).

Berbagai penelitian menunjukkan semakin meningkatnya perilaku seksual menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Salah satu masalah remaja yang krusial adalah adanya perilaku menyimpang yang semakin marak dilakukan oleh remaja. Data survei Kesehatan Reproduksi Remaja (15-19 tahun) oleh Badan Pusat Statistik tahun 2009 tentang perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi didapatkan fakta yang mencengangkan sekaligus memilukan. Data tersebut menyebutkan bahwa dari 10.833 remaja laki-laki yang disurvey, 72 persen mengaku telah berpacaran, diantaranya yaitu 10.2 persen mengaku telah berhubungan seks dan 62

persen mengaku telah melakukan petting. Sedangkan dari hasil survey terhadap 8.340 remaja putri diperoleh 77 persen mengaku sudah berpacaran, 6.3 persen mengaku telah melakukan seks dan 63 persen mengaku telah melakukan petting. Dan data menurut United NationsProgramme on HIV/AIDS tahun 2008 pada Global Report on the Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) Epidemic bahwa 45% dari kasus baru infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) adalah remaja yang berusia 15-24 tahun (PKBI, 2010; UNESCO, 2009). Berdasar data dan survei yang dilakukan Pusat Studi Seksualitas (PSS) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006 sebanyak 15% remaja telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sebanyak 85% dilakukan pertama pada usia 13-15 tahun. Hubungan seksual pada remaja dilakukan oleh 12,1% pelajar SMA dan 4,8% pelajar SMP di Yogyakarta (BPS, 2007; BPS, 2009; BKKBN, 2008).

Pendidikan kesehatan reproduksi sepatutnya diberikan secara berjenjang sejak SD sampai SLTA. Materi dasar yang diberikan dalam kesehatan reproduksi yaitu tumbuh kembang remaja termasuk pubertas didalamnya, kehamilan, persalinan, pendidikan seks bagi remaja, IMS dan HIV/ AIDS, kekerasan seksual, bahaya narkotika dan minuman keras, hak-hak reproduksi dan gender, dan kemampuan berkomunikasi (BKKBN, 2003).

(3)

3

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dalam membentuk sikap yang utuh. Pengetahuan tentang kesehatan akan membawa seseorang berpikir dan berusaha untuk mendapatkan sehat.

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno, 1995). Oleh karena itu dapat diartikan bahwa dalam kegiatan kelompok adanya interaksi antar semua peserta. Para peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya. Hal-hal yang disampaikan tersebut semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana

yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.

Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh Prayitno (1995): a) Mampu berbicara di depan orang banyak; b). Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak; c) Belajar menghargai pendapat orang lain; d) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya; e). Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif); f) Dapat bertenggang rasa; g) menjadi akrab satu sama lainnya; g). Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat (Zayiroh, 2007).

METODE

Desain penelitian Pre Eksperimental Design dengan jenis One Group Pre-test and Post-test design. Dalam penelitian ini manipulasi dilakukan dengan layanan bimbingan kelompok dan pengaruhnya dilihat setelah kegiatan bimbingan kelompok, sedangkan pengukurannya dilakukan sebelum dan sesudah bimbingan kelompok.

Peneliti membandingkan antara hasil pre test dan post test yang telah diberikan kepada kelompok eksperimen. Dalam desain ini subyek dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran.

(4)

4

Pengukuran yang pertama dilakukan sebelum layanan bimbingan kelompok diberikan dan pengukuran kedua dilakukan

setelah layanan bimbingan kelompok diberikan kepada subyek penelitian. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengukuran Pengukuran

(Pre test) Perlakuan (Post test)

T0 X T1

Keterangan:

T0: Pengukuran pertama tingkat pengetahuan siswa sebelum diberi perlakuan yang diukur dengan menggunakan kuesioner pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja

X: Pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap siswa VII SMP Muhammadiyah Tanjung Muntilan T1: Pengukuran kedua perilaku komunikasi antar pribadi siswa sesudah diberi perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dengan instrumen yang sama dengan pengukuran yang pertama. Dengan demikian, pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dengan menggunakan instrumen yang sama.

Perlakuan (treatment) yang diberikan adalah berupa layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok ini diberikan dengan tujuan meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi siswa dan untuk melihat keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan tingkat pengetahuan tentang pubertas pada siswa. Kegiatan kelompok merupakan milik semua anggota, sehingga segala aturan atau norma dibuat berdasarkan kesepakatan bersama. Pemimpin kelompok dalam hal ini berperan sebagai pengatur “lalu lintas” jalannya kegiatan kelompok, pendorong kerjasama dalam suasana kebersamaan, penjaga segala sesuatu yang berkembang dalam suasana kelompok. Pemimpin kelompok hanya sebagai fasilitator kegiatan bimbingan kelompok yang selalu mengawasi jalannya kegiatan dan memberi arah ketika pembicaraan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Muhammadiyah Tanjung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa dari kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung dengan asumsi bahwa kelas VII tersebut tersebut merupakan siswa-siswa yang masih dalam masa-masa pubertas awal. Untuk teknik sampling mempertimbangkan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik ini dipandang lebih efektif dan efisien, dimana teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah Tanjung pada bulan Juni s.d. Juli 2011.

Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah dengan menggunakan data primer yaitu data yang digali langsung oleh peneliti.

(5)

5

Langkah yang dilakukan peneliti yaitu: dilakukan penilain tingkat pengetahuan.

pre dan post dilakukannya bimbingan kelompok terstruktur setiap minggu sekali selama 1 bulan.

Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh layanan bimbingan kelompok

terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang pubertas dilihat dari skor pre dan post bimbingan kelompok dengan menggunakan paired t-test. Teknik analisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer.

HASIL

Karakteristik Responden

Responden penelitian ini terdiri dari semua siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung yang berumlah 61 siswa. Skor tingkat pengetahuan pada pretest paling rendah adalah 46.7 dan paling tinggi adalah 86.7 dengan rerata atau mean sebesar 74. 48. Adapun Skor

tingkat pengetahuan pada posttest paling rendah adalah 70.0 dan paling tinggi adalah 93.3 dengan rerata atau mean sebesar 83.55. Deskripsi karakteristik subyek penelitian yang meliputi umur, dan jenis kelamin siswa akan disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasar jenis kelamin dan Umur Karakteristik Responden Jumlah

(n) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 29 47.5 Perempuan 32 52.5 Jumlah 61 100 Umur 12 tahun 9 14.8 13 tahun 30 49.2 14 tahun 14 23 15 tahun 8 13 Jumlah 61 100

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini hampir seimbang yaitu 47.5% laki-laki dan 52.5% adalah perempuan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah remaja secara umum antara

laki-laki dan perempuan hampir sama, dan mereka sama-sama membutuhkan informasi mengenai kesehatan reproduksi agar keduanya dapat berhati-hati menjaga alat reproduksinya.

(6)

6

Tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja

Tingkat pengetahuan diukur sebelum dan sesudah perlakuan, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 2: Tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi menurut hasil pretest

Tingkat

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 34 55.7

Cukup 23 37.7

Kurang 4 6.6

Jumlah 61 100

Dari tabel 2 didapatkan bahwa pada pre test masih ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan pada kategori kurang

yaitu 6.6%, meskipun sebagian besar (55.7%) memiliki tingkat pengetahuan pada kategori baik.

Tabel 3: Tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi menurut hasil postest Tingkat

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 60 98.4

Cukup 1 1.6

Kurang 0 0

Jumlah 61 100

Dari tabel 3 didapatkan bahwa pada posttest atau pengukuran setelah dilakukannya bimbingan kelompok tentang kesehatan reproduksi tingkat pengetahuan siswa pada

kategori kurang sudah tidak ada dan sebagian besar (98.4%) ada pada kategori baik.

Tabel 4. Analisis Paired t test pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja Rerata

Pre Test Post Test Rerata Selisih rerata t-hitung p- value (95%CI)

74.48 83.55 -9.07 -7.78 0.00* Keterangan: CI=Confident Interval ρ = ρ value Signifikan * ρ<0,05

(7)

7

Berdasarkan hasil analisis Paired t test diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan yang dapat dilihat pada selisih rerata pengetahuan sebesar (-)9.07 yang dapat disimpulkan bahwa secara statistik menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna. Negatif pada rerata berarti bahwa pretest memiliki nilai yang lebih rendah

dibandingkan posttest. Kebermaknaan juga dapat dilihat dari taraf signifikansi atau p value sebesar 0,00 (ρ<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok berpengaruh terhadap peningkatan rata-rata tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja secara bermakna.

PEMBAHASAN

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa dalam kegiatan kelompok adanya interaksi antar semua peserta. Para peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya. Hal-hal yang disampaikan tersebut semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Untuk materi kesehatan reproduksi remaja, secara statistik bimbingan kelompok terbukti dapat meningkatkan skor pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dilihat dari skor pre dan post test atau sebelum dan sesudah siswa mendapat bimbingan kelompok. Pada pre test ada 6.6% siswa yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan pada post test sudah tidak ada siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok

efektif dapat digunakan di sekolah sebagai media untuk menyampaikan informasi yang bersifat privasi seperti mengenalkan organ reproduksi atau secara umum tentang kesehatan reproduksi remaja.

Dalam analisis juga didapatkan adanya mean atau rerata sebanyak -9.07, hal tersebut berarti skor pretest lebih rendah 9.07 point dibandingkan dengan skor post test. Bimbingan kelompok yang dilakukan selama empat kali terbukti sudah dapat meningkatkan tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut senada dengan Zayiroh (2007) yang menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

(8)

8

Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri siswa. Siswa juga diharapkan mampu mengutarakan apa yang terjadi tentang dirinya terutama mengenai masalah kesehatan

reproduksi yang sedang terjadi. Dengan sistem layanan bimbingan kelompok akan lebih memudahkan siswa untuk menyerap informasi yang diberikan guru dan juga menungkinkan siswa untuk menyatakan perasaan dan masalah-masalah yang dihadapi khususnya mengenai tetang kesehatan reproduksi.

KESIMPULAN

Dari penerlitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1) Ada beda rerata tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Tanjung Muntilan sebelum dan sesudah dilakukan bimbingan kelompok tentang kesehatan reproduksi remaja.

2) Adanya peningkatan skor pretest dan pretest tentang kesehatan reproduksi remaja sebesar 9.07 point.

3) Bimbingan kelompok secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2009). Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Maryland: BPS dan Macro International.

Badan Pusat Statistik. (2010). Sensus Penduduk 2010. Diunduh tanggal 5 Pebruari 2011 dari http://BPS.go.id

BKKBN. (2003). Kesehatan Reproduksi Penting dan Perlu. Diunduh tanggal 4 Januari 2010 dari http://ceria.bkkbn.go.id. BKKBN. (2003). Kesehatan Reproduksi

Penting dan Perlu. Diunduh

tanggal 4 Januari 2011 dari

http://ceria.bkkbn.go.id.

Hurlock EB. 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Notoatmojo, S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prayitno. 1995. “Layanan Bimbingan dan

Konseling Kelompok (Dasar dan Profil)” Jakarta: Ghalia Indonesia.

(9)

9

Santrock JW. 2010. Adolescent: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Zayiroh. (2007). Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ungaran Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

(10)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik responden berdasar jenis kelamin dan Umur  Karakteristik Responden  Jumlah
Tabel 4. Analisis Paired t test pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja  Rerata

Referensi

Dokumen terkait

Maka sekarang persoalan menjadi untuk tiap nilai

a) A.11.1 terkait kebijakan pengendalian akses, PT. CTP Line telah memiliki kebijakan mengenai pengendalian akses terkait pengendalian akses ke jaringan. b) A.11.6 terkait

Selain itu kerja monoton yang dilakukan secara repetitif juga berpeluang menimbulkan keluhan pada otot (keluhan muskuloskeletal). Perlu diterapkan istirahat pendek setiap satu

Permasalahan utama mebel ukir kayu di desa Banjar Agung mulai dari proses produksi lama, biaya tinggi per unit, kualitas produksi rendah, hasil di bawah target, rendahnya

Menjelaskan konsep strategi pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter pada pendidikan anak usia dini yang dikembangkan secara terinci dan

Tablo 4’te yer alan ilkokul dördüncü sınıf kazanımlarından “görsel sanat alanında ki etik kurallara uyar”, “gözleme dayalı çizimlerinde kontur çizgisini ve gölgeleme