• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT PENGUKUR DETAK JANTUNG DENGAN SENSOR FOTODIODA BERBASIS PHOTOPLETHYSMOGRAPHY (PPG) MENGGUNAKAN ATMEGA32A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN ALAT PENGUKUR DETAK JANTUNG DENGAN SENSOR FOTODIODA BERBASIS PHOTOPLETHYSMOGRAPHY (PPG) MENGGUNAKAN ATMEGA32A"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sidiq Hidayatulah

*)

, Munawar Agus R., and Darjat

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang

Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *)

E-mail: diqhida@gmail.com

Abstrak

Dalam dunia kesehatan salah satu organ yang sering mendapatkan perhatian adalah jantung. Jantung yang akan selalu berdetak setiap saat selama manusia hidup. Pengukuran detak jantung secara konvensional dilakukan dengan cara mendengarkan detakan jantung dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut nadi. Namun dalam pengukuran secara konvensional hasil dipengaruhi tingkat kepekaan orang yang mengukur dan juga harus memastikan waktu pengukuran tepat 1 menit. Pada penelitian ini, dibuat pengukuran detak jantung berdasarkan prinsip

photoplethysmography (PPG) menggunakan LED inframerah sebagai sumber cahaya, dan fotodioda sebagai detektor cahaya dengan mikrokontrloter ATmega32a sebagai pengolah data. Hasil validasi dengan pengukuran manual menunjukan angka yang hampir mendekati dengan rata-rata error 1,60%.

Kata Kunci :detak jantung, photoplethysmography (PPG), inframerah, fotodioda

Abstract

In medical world one of organs that often get attention is the heart. The heart always beats every time for a life of human. The conventional measurement of heart rate are using a stethoscope to hear heartbeat or feel the pulse. However, the conventional measurement result is influenced by the level of sensitivy of the measure and also must ensure the time of measurement proper one minute. At this research,has created a heartbeat measurement base on the principle of photoplethysmography (PPG) by using LED infrared as light source, and photodiode as light detector with microcontroler ATmega32a as a data processor. The validation result by manual methode shows number that almost close to the error average 1,60%.

Keywords: heartbeat, photoplethysmography (PPG), infrared, photodiode

1. Pendahuluan

Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Salah satu organ yang penting dalam kesehatan manusia adalah jantung. Jantung berfungsi untuk memompa darah dalam tubuh manusia. Jantung selalu berdetak selama manusia masih hidup dan akan berhenti setelah manusia meninggal dunia. Detak jantung dipengaruhi oleh usia dan kondisi tubuh seseorang. Ketika jantung tidak bisa lagi berfungsi secara normal maka akan menimbulkan kelainan pada tubuh seseorang. Untuk mengukur detak jantung dapat dilakukan dengan mendengar bunyi jantung berdenyut dengan menggunakan stetoskop ataupun meraba denyut nadi dan dihitung selama satu menit. Dari perhitungan tadi didapatkan frekuensi denyut jantung per

menit. Pada tabel 1 dapat dilihat denyut jantung normal saat beristirahat dalam "Beats per Minute" (BPM).[1]

Tabel 1 Jumlah denyut jantung normal (dalam BPM)[1]

Bayi baru lahir Bayi tahun pertama Bayi tahun kedua Anak-anak (5 tahun) Anak-anak (10 tahun) Dewasa 140 120 110 96-100 80-90 60-80

Selain dengan cara manual, pengukuran detak jantung juga dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan elektronik seperti elektrokardiograf dan pulse oxymeter. Elektrokardiograf (EKG) merupakan alat perekam sinyal jantung manusia berupa grafik yang didapatkan melalui penempelan elektroda di tubuh manusia. Standar EKG menggunakan 3, 5 atau 12 elektroda. Banyaknya elektroda yang digunakan menghasilkan lebih banyak

(2)

informasi EKG. Kekurangan dari alat ini antara lain: banyaknya elektroda yang digunakan, rentang terhadap

noise (bising) peralatan elektronik.[2]

Pulse oxymeter merupakan alat pengukuran non-invasif saturasi oksigen (SpO2). Saturasi oksigen didefinisikan

sebagai jumlah oksigen terurai dalam darah, berdasarkan deteksi penyerapan dan pelepasan hemoglobin. Selain dapat mengukur kandungan oksigen dalam darah juga dapat mengukur laju detak jantung.

Berdasarkan prinsip Photoplethysmography (PPG) yakni perubahan volume dan penyerapan cahaya pada proses pelepasan dan penyerapan oksigen dalam pembuluh darah, maka dirancang pengukuran laju detak jantung mengguakan ATmega32a. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh F. Dwi Putranto[3] dan Budi Harsono[4]. Pada penelitian ini dirancang alat pengukur laju detak jantung menggunakan inframerah dan fotodioda.

2.

Metode

2.1. Photoplethysmography (PPG)

Photoplethysmography (PPG) adalah sebuah teknik pengukuran optik yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan volume darah pada jaringan mikrovaskular. PPG berkembang pada aplikasi kesehatan, contohnya

pulse oxymeter, diagnosa pembuluh darah dan sistem pengukuran tekanan darah digital. Dasar dari teknologi PPG adalah elektronika optik, dengan sumber cahaya untuk menerangi pembuluh darah (misalnya kulit), dan foto detektor untuk mengukur perubahan variasi intensitas cahaya dengan perubahan volume. PPG lebih banyak bekerja non-invasif dan beroperasi pada panjang gelombang merah atau dekat inframerah. Bentuk gelombang seperti pulse dan sinkron dengan detak jantung.

Ada 2 konfigurasi utama pengoperasian PPG, mode pengoperasian transmisi dimana sample pembuluh darah berada diantara sumber cahaya dan fotodetektor, dan mode pengoperasian pantulan dimana sumber cahaya dan fotodetektor berada pada sisi yang sama. Pada mode transmisi lebih dibatasi dari pada mode pantulan untuk lokasi yang memungkinkan untuk dipelajari. Pengukuran paling mudah disekitar daun telinga, jari atau jari kaki. Hasil penerimaan cahaya pada fotodetektor adalah volume darah, gerakan dinding pembuluh darah dan orientasi sel darah merah (lihat gamgar 3).

2.2. Perancangan Sensor

Rangkaian sensor photoplethysmography (PPG) menggunakan metode pantulan, dimana led inframerah dan fotodioda diletakkan pada sisi yang sama. Keluaran dari fotodioda akan dimasukkan ke band pass filter (BPF) dan penguatan non-inverting. Diagram blok rangkaian sensor seperti gambar 1.

Band Pass Filter

+

Non-Inverting

Osiloskop Sensor

Gambar 1 Digram blok sensor PPG

Rangakaian LED inframerah dipasang forward bias

dengan resistor untuk membatasi arus yang mengalir pada LED, semantara untuk fotodioda dipasang secara reverse bias dan dipasang seri dengan resistor sebagai pembagi tegangan. Fotodioda mempunyai karakteristik nilai resistansinya akan semakin kecil jika terkena cahaya. Persamaan untuk menentukan tegangan keluaran dapat dimisalkan dengan rangakaian pembagi tegangan.

2.3. Perancangan Pengkondisi Sinyal

Band pass filter (BPF) yang digunakan terdiri dari high pass filter (HPF) dan low pass filter (LPF).[5] Dimana jangkauan frekuensi yang digunakan pada perancangan ini 0,796 Hz sampai dengan 3,388 Hz. Untuk menentukan frekuansi cut off dapat digunakan persamaan :

Selain menapis sinyal, juga memerlukan penguatan. Penguatan yang digunakan adalah penguatan non inverting. Penguatan dan penapisan sinyal dilakukan 2 kali agar sinyal dapat diproses di mikrokantroler. Rangakain pengakondisi sinyal seperti pada gambar 2.

LCD 16x2 A T m e g a 3 2 A PA0(ADC0) PA5(ADC5) PA4(ADC4) PA3(ADC3) PA2(ADC1) PA1(ADC1) PA7(ADC7) PA6(ADC6) PC7(TOSC2) AREF PB0(XCK/TO) PC6(TOSC1) GND AVCC PC5 PC4 PC3 PC2 PC1(SDA) PC0(SCL) PD7(OC2) PD6(ICP1) PD5(OC1A PD4(OC1B) PD3(INT1) PD2(INT0) PD1(TXD) PD0(RXD) XTAL1 XTAL2 GND VCC RESET PB7(SCK) PB6(MISO) PB5 (MOSI) PB4(SS) PB3(OC0/AON1 PB2(INT2/AIN0) PB1(T1) Out 100nF 10K 100nF 100nF 100nF 4,7K 47K 2 M L E D I n f r a m e r a h F o to d io d a 220 2 M LED 470K 470K

Gambar 2 Rangkain sensor pengukur detak jantung

2.4 Perancangan Program

Pada tugas akhir ini perhitungan detak jantung diproses oleh Atmega32a[6], melalui fitur ADC (analog to digital converter). Data dari pengkondisi sinyal akan diubah menjadi data digital yang kemudian akan diberikan nilai batas untuk menandai kondisi saat terjadi denyutan atau tidak. Program dibuat menggunakan bahasa C pemrograman CV AVR 2.05.3.[7] Flowchart kerja alat dapat dilihat pada gambar 3.

(3)

Mulai

Inisaialisasi I/O Register LCD

Timer aktif Waktu++

Waktu= 10 detik Sensor

aktif

Beat++

Kondisi++ Waktu=0

Kondisi=1 Kondisi=2 Kondisi=3 Kondisi=4 Kondisi=5 Kondisi=6

Data1= Beat ; Beat=0 Data2= Beat ; Beat=0 Data3= Beat ; Beat=0 Data4= Beat ; Beat=0 Data5= Beat ; Beat=0 Data6= Beat ; Beat=0; Kondisi=0;

Data1 ≠ 0; Data2 = 0; Data3 = 0; Data4 = 0; Data5 = 0; Data6 = 0

Tampilkan BPM “Detak Jantung" “...BPM” tidak ya ya ya ya ya ya ya ya

tidak tidak tidak tidak tidak

tidak

Data1 ≠ 0; Data2 ≠ 0; Data3 = 0;

Data4 = 0; Data5 = 0; Data6 = 0 BPM=(data1+data2)*3;

Data1 ≠ 0; Data2 ≠ 0; Data3 ≠ 0;

Data4 = 0; Data5 = 0; Data6 = 0 BPM=(data1+data2+data3)*2;

Data1 ≠ 0; Data2 ≠ 0; Data3 ≠ 0;

Data4 ≠ 0; Data5 = 0; Data6 = 0 BPM=(data2+data3+data4)*2;

Data1 ≠ 0; Data2 ≠ 0; Data3 ≠ 0;

Data4 ≠ 0; Data5 ≠ 0; Data6 = 0 BPM=(data3+data4+data5)*2;

Data1 ≠ 0; Data2 ≠ 0; Data3 ≠ 0;

Data4 ≠ 0; Data5 ≠ 0; Data6 ≠ 0 BPM=data1+data2+data3+data4+data5+data6;

Beat<6

Data1=0; Data2=0; Data3=0; Data4=0; Data5=0; Data6=0; Beat=0; Waktu=0; Kondisi=0; tidak ya Tampilkan “TIDAK TERDETEKSI” “Mohon Tunggu” ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak tidak Tampilkan BPM “PROSES” “Mohon Tunggu” ADC <10 Point =1 && ADC >70 LED ON; Point=1 LED OFF; Point =2 tidak tidak ya ya

Gambar 3 Flowchart pengukuran

3. Hasil dan Analisa

Pengujian sensor dilalukan dengan menguji sinyal keluaran sensor dengan osiloskop pada saat ada jari dan tidak ada jari. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk dan karakteristik sinyal keluaran dari bagian pengkondisi sinyal.

Gambar 4 menunjukan titik pengukuran yang akan dilakukan pada pengkondisi sinyal. Angka 1 menunjukan

sinyal keluaran pada fotodioda, angka 2 menunjukan sinyal keluaran dari high pass filter (HPF) 1, angka 3 menunjukan sinyal keluaran low pass filter (LPF) 1 dan penguataan non inverting pertama. Amgka 4 menunjukan sinyal keluaran high pass filter (HPF) 2, dan angka 5 menunjukan sinyal keluaran low pass filter (LPF) 2 dan penguatan non inverting kedua. Keluaran LPF 2 nantinya yang akan masuk pada mikrokontroler untuk diproses.

Gambar 4 Titik pengukuran pada pengkondisi sinyal

Gambar 5 Sinyal keluaran fotodioda keadaan tanpa jari (dititik 1)

denyutan

Gambar 6 Sinyal keluaran fotodioda ada jari (dititik 1)

Hasil pengukuran pada keluaran fotodioda pada kondisi tanpa jari dan saat ada jari menggunakan osiloskop pada gambar gambar 5 dan gambar 6. Pada gambar 6 menunjukan adanya perubahan sinyal saat terjadi

(4)

perubahan volume darah dan absorsi oksigen dan karbondioksida dalam darah pada jaringan mikrovaskular. Denyutan terjadi pada kondisi sinyal dibawah. Nilai rentang peraubahan sinyal yang masih terlalu kecil perlu dikuatkan dan ditapis dari gangguan elektomagnetik listrik PLN.

Sinyal dari fotodioda akan diberi tapis band pass filter

(BPF) dan penguatan non inverting. Hasil pengukuran pada pengkondisi sinyal dapat dilihat pada gambar 7 dan 8. Sinyal keluaran inilah yang akan masuk ke mikrokonrtoler untuk selanjutnya diproses untuk mendapatkan detakan jantung dalam 1 menit.

Selain mengunakan osiloskop pengukuran juga dilakukan dengan mikrokontrloler memanfaatkan fitur ADC. Karena nantinya data akan diproses pada mikrokontroler. Hasil pembacaan ADC dapat dilihat pada gambar 9.

Hasil pengambilan data antara osiloskop dan ADC mikrokontroler menunjukan nilai yang hampir sama. Detakan jantung dimulai dari kondisi rendah dibawah ADC 10, dan melewati nilai ADC 70 dapat dijadikan sebagai nilai batas untuk ADC.

Gambar 7 Sinyal keluaran pengkondisi sinyal keadaan tanpa jari (dititik 5)

Mulai

Inisialaisasi I/O Register dan LCD

Denyutan

Gambar 8 Sinyal keluaran pengkondisi sinyal keadaan ada jari (dititik 5)

Gambar 9 Sinyal keluaran ADC keadaan saat ada jari

Pengujian alat pengukuran detak jantung ini dilakukan untuk mngetahui keakuratan alat dalam mendeteksi detak jantung. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan dengan pengukuran manual selama 1 menit dan pengukuran menggunakan tensimeter digital yang dilengkapi dengan pengukuran detak jantung per menit. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Pengukuran denyut jantung alat dan manual

No Nama Umur Alat TA

Tensi-meter

Manual Tensi

dengan Error (%) Alat TA

(OMRON

HEM-7203) manual (%) Tensi meter Manual

1 Azan 22 74 70 71 1,41 5,71 4,23 L 78 75 76 1,32 4,00 2,63 2 Destini 22 78 75 76 1,32 4,00 2,63 P 69 72 72 0,00 4,17 4,17 3 Ibnu Salam 23 80 78 79 1,27 2,56 1,27 L 78 78 78 0,00 0,00 0,00 4 Intan 21 75 74 76 2,63 1,35 1,32 P 69 72 67 7,46 4,17 2,99 5 Marco 22 76 75 77 2,60 1,33 1,30 L 70 72 72 0,00 2,78 2,78 6 Mufti 24 56 53 56 5,36 5,66 0,00 L 70 67 69 2,90 4,48 1,45 7 Nunung 21 69 70 69 1,45 1,43 0,00 P 84 80 82 2,44 5,00 2,44 8 Satrio 23 86 84 86 2,33 2,38 0,00 L 84 87 87 0,00 3,45 3,45 9 Rico 21 80 80 79 1,27 0,00 1,27 L 72 72 72 0,00 0,00 0,00 10 Deny 20 98 99 98 1,02 1,01 0,00 L 86 87 86 1,16 1,15 0,00 Rata-rata error (%) 1,80 2,73 1,60 Dari tabel 2 diketahui bahwa hasil pengukuran alat hampir mendekati dengan pengukuran menggunakan tensimeter OMRON HEM-7203 dengan rata-rata error

2,73% dan pada pengukukuran manual rata-rata error

1,60 %. Namun masih ada nilai error yang cukup besar 5,71% dibandingkan dengan pengukuran menggunakan OMRON HEM-7203 dan 4,23% dibandingkan dengan pengukuaran manual. Hal ini dikarenakan faktor penjepit sensor pada ujung jari yang sensitif terhadap gerakan dan tekanan.

(5)

4.

Kesimpulan

Alat pengukur jumlah detak jantung berdasarkan prinsip

photoplethysmography (PPG) berfungsi dengan baik. Dari pengujian didapatkan nilai rata-rata error 2,73% dibandingkan dengan pengukuran Omron HEM-7203 dan 1,60% dibandingkan dengan pengukuran manual. Adanya perbedaan nilai yang terjadi antara penungukuran alat dengan tensimeter digital dan manual disebabkan penjepit sensor yang sensitif terhadap gerakan dan tekanan. Pada pengembangan lebih lanjut ada beberapa saran yang dapat dilakukan, pada pembuatan penjepit tanggan harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pengukuran. Membuat aplikasi databse penyimpanan data pengukuran.

Referensi

[1] E. C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, 31st ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. [2] O. College, Anatomy & physiology. Texas: OpenStax

College, 2013.

[3] F. D. Putranto, “Detektor Detak Jantung Untuk Aktivitas Olahraga,” Universitas Diponegoro, 2002.

[4] B. Harsono, “Rancang Bangun Alat Pemantau Detak Jantung Saat Latihan Fisik,” J. Tek. dan Ilmu Komput., vol. 1, no. 4, pp. 338–346, 2012.

[5] Zuhal and Zhanggischan, Prinsip Dasar Elektroteknik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

[6] Datasheet, “ATmega32a.” Atmel Corporation, California, 2014.

[7] H. Andrianto, Pemrograman mikrokontroler AVR ATmega16 menggunakan Bahasa C. Bandung: Informatika Bandung, 2013.

Gambar

Gambar 1 Digram blok sensor PPG
Gambar 3 Flowchart pengukuran 3.   Hasil dan Analisa
Gambar 8  Sinyal  keluaran  pengkondisi  sinyal  keadaan  ada   jari (dititik 5)

Referensi

Dokumen terkait

Tunggal, Amin Widjaja, 2010, Struktur Pengendalian Internal, Edisi Keenam, Cetakan Kedua, Penerbit Rineka

Penelitian ini dilakukan dengan pola pendekatan (1)mengenali fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan rumah sederhana pada konteks pasca bencana melalui kajian

C-1, Jakarta Selatan 12920, Indonesia, yang bertindak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri (selanjutnya disebut “Penerima Kuasa”).--- --- K H U S U S --- Untuk dan

Sebagai Jejaring sosial tidak hanya berfungsi sebagai media pertemanan namun juga sebagai media yang memudahkan penggunanya untuk mengakses dan membagikan informasi

Memproses nilai numerik menjadi alternatif terbaik. Formulasi Kebijakan Pengelolaan Sumber daya energi Panas Bumi di Kamojang, Jawa Barat.. panas bumi yang pertama kali di

Kajian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Jenis data yang di gunakan adalah data kualitatif , yaitu jenis data yang berupa pendapat, konsep atau

Setelah dilakukan pembelajaran pada masing-masing kelompok strategi terlihat bahwa hasil belajar dari ketiga kelompok strategi tersebut berbeda secara signifikan,

Hasil biji bawang merah TSS paling tinggi diperoleh dengan aplikasi naungan plastik trasparan + 200 ppm asam gibberelat, yaitu pada varietas Maja sebesar 16,11 kg/ha, Bima