• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 04/01/32/Th. XVIII, 4 Januari 2016 1  Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat

pada bulan September 2015 sebesar 4.485.654 orang (9,57 persen). Dibandingkan dengan bulan bulan Maret 2015 sebesar 4.435.699 orang (9,53 persen), jumlah penduduk miskin bulan September 2015 mengalami kenaikan sebesar 49.955 orang (1,13 persen).

 Jumlah penduduk miskin bulan September 2015 untuk daerah perkotaan sebanyak 2.706.520 orang (8,58 persen terhadap jumlah penduduk perkotaan) sedangkan di daerah perdesaan sebanyak 1.779.134 orang (11,61 persen terhadap total penduduk perdesaan).` Dibandingkan dengan Maret 2015 terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,15 persen poin yaitu dari 8,43 persen menjadi 8,58 persen. Dan di perdesaan terjadi penurunan sebesar -0,21 persen poin yaitu dari 11,82 persen menjadi 11,61 persen.

 Garis kemiskinan Jawa Barat bulan September 2015 sebesar Rp. 318.602,- atau mengalami peningkatan sebesar 3,82 persen dibandingkan dengan garis kemiskinan bulan Maret 2015 sebesar Rp. 306.876,-.

 Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan bulan September 2015 sebesar Rp. 318.297,- atau naik 3,52 persen dari kondisi Maret 2015 sebesar Rp. 307.487. Garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu 4,45 persen menjadi sebesar Rp. 319.228,- dibandingkan dengan kondisi Maret 2015 yaitu sebesar Rp. 305.618,-

 Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 70,33 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 75,54 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 72,03 persen.

 Pada periode Maret 2015 - September 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung melebar, terutama Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,628 pada keadaaan Maret 2015 menjadi 1,674 pada keadaaan September 2015 sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan dari 0,435 pada keadaaan Maret 2015 menjadi 0,491 pada keadaaan September 2015. Sementara di daerah perdesaaan kondisinya semakin parah karena baik P1 maupun P2 mengalami kenaikan yang sangat signifikan, yaitu P1 meningkat dari 1,875 menjadi 2,233 dan P2 meningkat dari 0,469 menjadi 0,678. Hal ini mengindikasikan kondisi penduduk miskin semakin parah.

No. 04/01/32/Th. XVIII, 4 Januari 2016

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

(2)

1.

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA BARAT

SEPTEMBER 2014 – MARET 2015

Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat pada bulan September 2015 sebesar 4.485.654 orang (9,57 persen). Mengalami kenaikan sebesar 49.955 orang (1,13 persen) dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2015 sebesar 4.435.699 orang (9,53 persen).

Dalam kurun waktu enam bulan terakhir persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan turun sebesar -0,21 persen poin (11,82 persen menjadi 11,61 persen) sedangkan di daerah perkotaan naik 0,15 persen poin (dari 8,43 persen menjadi 8,58 persen). Secara absolut selama periode Maret 2015 – September 2015, penduduk miskin di perdesaan berkurang 18.182 orang (dari 1.797.316 orang menjadi 1.779.134 orang) sementara di perkotaan bertambah sebanyak 68.137 orang (dari 2.638.383 orang menjadi 2.706.520 orang).

Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan pada bulan September 2015 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 39,66 persen. Ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2015 (40,52 %).

Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perkotaan pada bulan September 2015 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 60,34 persen. Ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Maret 2015 (59,48 %).

Tabel 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Barat

Menurut Daerah Maret 2015 – September 2015

Daerah/Tahun

Garis Kemiskian (Rp/kapita/bulan) Jumlah Persentase

Makanan Bukan

Makanan Total

Penduduk Penduduk Miskin

(%) Miskin [1] [2] [3] [4] [5] [6] Perkotaan Maret 2015 213.479 94.009 307.487 2.638.383 8,43 September 2015 223.843 94.454 318.297 2.706.520 8,58 Perdesaan Maret 2015 231.259 74.358 305.618 1.797.316 11,82 September 2015 241.132 78.096 319.228 1.779.134 11,61 Perkotaan + Desa Maret 2015 219.290 87.586 306.876 4.435.699 9,53 September 2015 229.494 89.107 318.602 4.485.654 9,57 Sumber : Susenas 2015

(3)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 04/01/32/Th. XVIII, 4 Januari 2016 3

Grafik 1.

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 – September 2015

Sumber : Susenas 2015

2. PERUBAHAN GARIS KEMISKINAN MARET 2015 - SEPTEMBER 2015

Dalam proses penghitungan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Batasan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama Maret 2015 – September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,82 persen yaitu dari Rp. 306.876,- pada Maret 2015 menjadi Rp. 318.602,- pada September 2015. Dengan memperhatikan Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari GK Daerah Perkotaan dan Perdesaan, terlihat bahwa GK perkotaan naik sebesar 3,52 persen yaitu dari Rp. 307.487,- pada Maret 2015 menjadi Rp. 318.297,- pada September 2015. Sedangkan GK perdesaan mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu sebesar 4,45 persen dari Rp 305.618,- menjadi Rp. 319.228,-

Pada September 2015, Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 229.494,- sedangkan jika dibedakan antara perkotaan dan perdesaan, Garis Kemiskinan Makanan di perdesaan (Rp 241.132,-) lebih tinggi dibandingkan Garis Kemiskinan Makanan di perkotaan (Rp 223.843,-). Tetapi sebaliknya, untuk Garis Kemiskinan Non Makanan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Rp 94.454,-) berbanding Rp 78.096,-. Garis Kemiskinan Non Makanan secara total sebesar Rp 89.107,-.

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan sangat dominan dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah lebih dominan untuk pengeluaran kebutuhan makanan dibandingkan non makanan. Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM)

49.955

(4)

terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 70,33 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 75,54 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 72,03 persen.

Grafik 2. Garis Kemiskinan Maret 2015 - September 2015

Sumber : Susenas 2015

Grafik 3. Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan Terhadap Garis Kemiskinan September 2015

(5)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 04/01/32/Th. XVIII, 4 Januari 2016 5

Tabel 2

Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Dirinci Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan Di

Provinsi Jawa Barat Bulan Maret 2015 dan September 2015

Bulan Kota Desa Kota+Desa

P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Maret 2015 8,43 1,509 0,418 11,82 1,875 0,469 9,53 1,628 0,435

September 2015 8,58 1,402 0,400 11,61 2,233 0,678 9,57 1,674 0,491

Sumber : Susenas 2015

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2015- September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,628 pada keadaaan Maret 2015 menjadi 1,674 pada keadaaan September 2015 sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan peningkatan dari 0,435 pada keadaaan Maret 2015 menjadi 0,491 pada keadaaan September 2015. Peningkatan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari garis kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin juga cenderung melebar. Jika dibedakan anatara daerah perdesaan dan perkotaan, kondisi penduduk miskin di perdesaan cenderung lebih terpuruk dibanding penduduk miskin di perkotaan. Hal ini tampak dari kenaikan P1 dan P2 yang sangat signifikan di daerah perdesaan yaitu dari 1,875 menjadi 2,233untuk P1 dan untuk P2 naik dari 0,469 menjadi 0,678, sebaliknya di perkotaan untuk P1 maupun P2 mengalami penurunan (tabel 2).

Gambar

Grafik 3. Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan  Terhadap Garis Kemiskinan September 2015

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan

Dari keseluruhan nilai rata-rata TCR dari kedua kantor camat di kabupaten Rokan Hulu tersebut dapat disimpulkan bahwa perbandingan kinerja pegawai dikantor camat

jadi begini seorang atasan itu harus bisa ee mensupport bawahan ketika bawahan itu mempunyai sesuatu yang sifatnya harus didukung oleh atasan itu atasan harus memperjuangkannya

Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh informasi, data-data, dan peneliti-peneliti terdahulu yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan terkait dalam tradisi

4. Kurangnya fasilitas dan dana dalam menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Hasanah.. viii

Berkaitan dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi, beberapa hal yang merupakan faktor- faktor pendukung maupun kendala

Sistematika penulisan artikel hasil penelitian empiris (berbasis riset) terdiri dari Judul, Nama Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan