• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) PADA RUANG DIMENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) PADA RUANG DIMENSI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

PENDEKATAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION

(AIR) PADA RUANG DIMENSI

Ni Made Asih1§, Desak Putu Eka Nilakusmawati2§

1Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Udayana

Email: asihmath77@gmail.com

2Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas

Email: nilakusmawati@unud.ac.id

§ Penulis Korespondesi

ABSTRACT

The classic problem of low student learning outcomes on the subject of two-dimensional and three-two-dimensional shapes is caused by low mastery of basic concepts and misconceptions experienced by elementary school students in general. SD N 4 Keramas at fifth grade by implementing a cooperative model with the approach of Auditory Intellectually Repetition (AIR), with the aim of this research was to determine the effect of the implementation of cooperative model with AIR approach in improving student learning outcomes. The study design using the design model of action research, with the source of data is a fifth grade elementary school students, SDN 4 Keramas, Blahbatuh Gianyar. The procedure is designed in two cycles of action. Based on the results of the evaluation of the cycle I is known that an increase in the average value of student learning outcomes from 53.72 into 64.29, with an average percentage increase in learning outcomes between early action and action cycle I of 20.51%. Meanwhile, after being given the action on the cycle II an increase in the average value of the learning outcomes from 64.29 to 77.18, with an average percentage increase of 20.60%, conclusion obtained approach of AIR can improve student learning outcomes.

Keywords: Auditory Intellectually Repetition, AIR, cooperative model, learning outcomes, two-dimensional shapes, three-dimensional shapes

1. PENDAHULUAN

Permasalahan klasik rendahnya nilai matematika disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep dasar dan adanya miskonsepsi yang dialami siswa SD pada umumnya. Kenyataan membuktikan bahwa hasil ulangan harian pelajaran matematika per pokok bahasan selalu dibawah rata-rata mata pelajaran lainnya, khususnya pokok bahasan bangun ruang. Bertolak dari kenyataan tersebut di atas, maka penetapan proses pembelajaran yang tepat

(2)

sangat penting untuk dilakukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dari proses pembelajaran yang berkualitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan implementasi model kooperatif dengan pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Schull [6], mengungkapkan bahwa kesalahpahaman yang umum terjadi pada pembelajaran kooperatif adalah keyakinan bahwa semua jenis kerja kelompok adalah pembelajaran kooperatif namun sebenarnya tidak. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota dalam kelompok harus saling bantu, bekerjasama, dan dapat memotivasi teman. Penghargaan yang diberikan bukanlah terhadap individu namun penghargaan diberikan terhadap kelompok. Tujuan pokok belajar kooperatif menurut Johnson, et al [2] adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Pembaharuan dalam pembelajaran sains menurut Trianto [8] sangat dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang dipadukan dengan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat menyenangkan, dapat membantu siswa untuk aktif dan terlibat secara mental, serta mendorong siswa mampu membagi pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga interaksi antar siswa dengan siswa bisa terjadi ketika proses pembelajaran serta keterampilan siswa menjadi lebih baik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Pendekatan AIR bermakna tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually dan Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar menjadi lebih paham. Menurut Riyanto [5], melalui pendekatan ini siswa dibiasakan untuk menggunakan indera telinga dan kemampuan berpikirnya untuk melakukan pemecahan masalah dan berdasarkan hukum latihan dan pengulangan (law of exercise and repetition) yang dikemukakan dalam teori Thorndike menyatakan proses itu akan sangat kuat bila sering dilakukan latihan dan pengulangan. Melalui model pembelajaran kooperatif dipadukan dengan pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR), diharapkan siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk berinteraksi dengan temannya maupun dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

Keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi, karena evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, adalah: (1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok

(3)

(kognitif); (2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/TIK telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal (afektif). Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari keduanya adalah daya serap siswa terhadap pelajarannya.

Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika materi Bangun Datar dan Bangun Ruang siswa kelas V SD melalui implementasi model kooperatif dengan pendekatan AIR. Oleh karena itu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi model kooperatif dengan pendekatan AIR dalam meningkatan hasil belajar siswa.

2. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, agar dapat menggambarkan latar dan interaksi yang kompleks secara alamiah dari siswa sebagai sumber data penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan partisipan, karena peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian dari awal sampai berakhirnya penelitian. Penelitian melibatkan guru mata pelajaran sebagai praktisi, sehingga dalam memecahkan permasalahan terjadi kolaborasi antara guru mata pelajaran dan peneliti. Rancangan penelitian ini menggunakan model rancangan penelitian tindakan.

Sumber data penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas V, SDN 4 Keramas, Blahbatuh Gianyar, dengan mengambil materi Bangun Datar dan Bangun Ruang. Prosedur tindakan dirancang dalam dua siklus. Pada akhir tindakan siklus dilakukan pemantauan dan evaluasi yang selanjutnya hasil evaluasi direfleksikan untuk perencanaan tindakan berikutnya. Pemantauan dilakukan menggunakan teknis observasi, wawancara, dan tes mata pelajaran matematika pokok bahasan Bangun Datar dan Bangun Ruang. Siklus penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi model Kemmis [3]. Ketuntasan individual atau daya serap siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan, jika daya serap seorang siswa mencapai ≥ 65% dan secara klasikal menurut Arikunto [1] dikatakan tuntas apabila ketuntasan klasikal mencapai ≥ 85%.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan pemberian test pra tindakan kepada seluruh siswa kelas V SDN 4 Keramas, Blahbatuh Gianyar sebanyak 40 siswa. Berdasarkan nilai test pada pra tindakan, diperoleh 32 orang siswa dari 40 siswa, masih berada di bawah nilai 65 dari nilai Kriteria Ketuntasan Mininal (KKM). Ini membuktikan bahwa penguasaan siswa pada materi bangun datar dan bangun ruang dalam pemecahan masalah masih rendah. Selanjutnya 32 orang siswa tersebut akan dijadikan kasus dalam penelitian ini, untuk selanjutnya diberikan tindakan model pembelajaran AIR pada setiap siklus, hasil dari pendataan tiap siklus disajikan pada pembahasan berikut.

(4)

3.1 Hasil Tindakan Siklus I

Analisis hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 64,29. Ketuntasan klasikal sebesar 37,50% (belum tuntas). Distribusi hasil belajar siswa pada siklus I disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Tingkat Penguasaan Jumlah Siswa Presentase % Kualifikasi 1 85 – 100 - - Sangat Baik 2 70 – 84 9 28,12 Baik 3 55 – 69 22 68,75 Cukup 4 40 – 54 1 3,13 Kurang 5 0 – 39 - - Sangat Kurang

Sumber: Data primer, 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 9 orang (28,12%) siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik, 22 orang siswa (68,75%) pada kategori cukup, dan 1 orang siswa (3,13%) yang memperoleh hasil kurang baik. Jadi, pada siklus I ini masih didominasi oleh siswa yang mendapatkan nilai pada kategori cukup. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif dengan pendekatan AIR di SDN Keramas, Blahbatuh Gianyar secara maksimal belum berhasil.

Persentase Penguasaan materi bangun datar dan bangun ruang dalam mata pelajaran matematika siswa kelas V SD sebelum dan sesudah pemberian metode AIR siklus I disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari 53,718 menjadi 64,293, dengan rata-rata persentase peningkatan hasil belajar antara awal tindakan dan siklus I sebesar 20,51%.

Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus I, hasil penerapan pembelajaran masih kurang dari harapan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya beberapa hambatan yang ditemukan pada saat pembelajaran antara lain: (1) siswa belum mempunyai pengalaman dalam mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif dengan pendekatan AIR, sehingga siswa belum mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan, (2) pada saat diskusi, dalam penyelesaian masalah yang diberikan, siswa cenderung mengerjakan LKS secara individual sehingga pelaksanaan diskusi tidak sesuai dengan yang diharapkan, (3) siswa masih kebingungan dan kurang terbiasa dalam berdiskusi, sehingga waktu yang dipakai untuk berdiskusi kurang dimanfaatkan secara efektif.

(5)

Tabel 2. Persentase Penguasaan Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD pada Pra Siklus dan Siklus I

Sumber: Data primer, 2016

Untuk mengatasi kendala tersebut, hal yang dilakukan adalah: (1) menjelaskan kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan AIR secara lebih rinci, (2) menjelaskan kepada siswa bahwa pada saat diskusi siswa harus berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan permasalahan yang diberikan agar didapatkan

No Nama Siswa

Skor Hasil Belajar

Pra siklus Siklus I Persentase

Peningkatan (%) 1 Siswa 01 50.00 53.30 6.60 2 Siswa 02 55.00 63.30 15.09 3 Siswa 04 55.00 70.00 27.27 4 Siswa 05 50.00 60.00 20.00 5 Siswa 05 60.00 56.60 -5.67 6 Siswa 06 50.00 60.00 20.00 7 Siswa 07 55.00 76.60 39.27 8 Siswa 08 55.00 63.30 15.09 9 Siswa 09 50.00 76.60 53.20 10 Siswa 10 55.00 60.00 9.09 11 Siswa 11 45.00 66.60 48.00 12 Siswa 12 50.00 73.30 46.60 13 Siswa 13 50.00 60.00 20.00 14 Siswa 14 50.00 76.60 53.20 15 Siswa 15 50.00 56.60 13.20 16 Siswa 16 58.00 60.00 3.45 17 Siswa 17 55.00 66.60 21.09 18 Siswa 18 48.00 60.00 25.00 19 Siswa 19 60.00 60.00 0.00 20 Siswa 20 55.00 63.30 15.09 21 Siswa 21 60.00 73.30 22.17 22 Siswa 22 63.00 65.00 3.17 23 Siswa 23 50.00 73.30 46.60 24 Siswa 24 50.00 56.60 13.20 25 Siswa 25 50.00 73.30 46.60 26 Siswa 26 60.00 60.00 0.00 27 Siswa 27 55.00 60.00 9.09 28 Siswa 28 55.00 60.00 9.09 29 Siswa 29 60.00 60.00 0.00 30 Siswa 30 50.00 60.00 20.00 31 Siswa 31 50.00 56.60 13.20 32 Siswa 32 60.00 76.60 27.67 Jumlah 1719 2057.4 656.3714 Rata-rata 53,718 64.293 20.511

(6)

suatu penyelesaian yang tepat dan semua anggota kelompok nantinya dapat memahami materi yang diberikan, (3) membagikan LKS jauh hari sebelum jadwal pembelajaran akan dilaksanakan, hal ini dilakukan untuk mengefektifkan waktu.

3.2 Hasil Tindakan Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini merupakan perbaikan untuk penyempurnaan hambatan-hambatan yang ditemukan pada pelaksanaan siklus I. Hasil siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 77,34 dengan ketuntasan klasikal sebesar 93,75%. Rata-rata nilai hasil belajar dan ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II ini menunjukkan bahwa secara klasikal belajar siswa sudah tuntas. Distribusi hasil belajar siswa pada siklus II disajikan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Tingkat Penguasaan Jumlah

Siswa Presentase % Kualifikasi 1 85 – 100 8 25.00 Sangat Baik 2 70 – 84 21 65,63 Baik 3 55 – 69 3 9,37 Cukup baik 4 40 – 54 - - Kurang baik

5 0 – 39 - - Sangat Kurang baik

Sumber: Data primer, 2016

Dari tabel distribusi hasil belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 21 orang siswa (65,63%) yang memperoleh hasil belajar tergolong pada kualifikasi baik. Delapan orang siswa (25,00%) yang memperoleh hasil sangat baik, dan hanya 3 siswa (9,37%) yang memperoleh nilai cukup baik. Dapat dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan AIR pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

Persentase Penguasaan materi bangun datar dan bangun ruang dalam mata pelajaran matematika siswa kelas V SD pada siklus I dan siklus II seperti disajikan pada Tabel 4, menunjukkan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari 64,29 menjadi 77,18, dengan rata-rata persentase peningkatan hasil belajar antara tindakan siklus I dan tindakan siklus II sebesar 20,60%.

Tabel 4. Persentase Penguasaan Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang dalam Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD pada Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa

Skor Hasil Belajar

Skor Siklus I Skor Siklus II Persentase

Peningkatan (%) 1 Siswa 01 53.30 70.00 31.33 2 Siswa 02 63.30 75.00 18.48 3 Siswa 04 70.00 85.00 21.43 4 Siswa 05 60.00 70.00 16.67 5 Siswa 05 56.60 60.00 6.00

(7)

Sumber: Data primer, 2016

Nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk masing-masing siklus (Tabel 5), menunjukkan pada siklus I sebanyak 12 siswa (37,50%) hasil belajarnya tergolong tuntas. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 30 orang (93,75%). Ketuntasan klasikal meningkat dari 37,50% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II. Dari data pada tabel 5 tersebut, dapat dijelaskan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah dituntut. Ketuntasan klasikal baru bisa diperoleh setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II. Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan AIR pada pelajaran matematika, pokok bahasan bangun ruang dan bangun datar di kelas V SDN 4 Keramas, Blahbatuh Gianyar memperoleh ketuntasan klasikal sebesar 93,75%.

6 Siswa 06 60.00 80.00 33.33 7 Siswa 07 76.60 85.00 10.96 8 Siswa 08 63.30 70.00 10.58 9 Siswa 09 76.60 85.00 10.97 10 Siswa 10 60.00 80.00 33.33 11 Siswa 11 66.60 75.00 12.61 12 Siswa 12 73.30 80.00 9.14 13 Siswa 13 60.00 80.00 33.33 14 Siswa 14 76.60 85.00 10.97 15 Siswa 15 56.60 60.00 6.00 16 Siswa 16 60.00 65.00 8.33 17 Siswa 17 66.60 75.00 12.61 18 Siswa 18 60.00 75.00 25.00 19 Siswa 19 60.00 80.00 33.33 20 Siswa 20 63.30 75.00 18.48 21 Siswa 21 73.30 85.00 15.96 22 Siswa 22 65.00 80.00 23.08 23 Siswa 23 73.30 85.00 15.96 24 Siswa 24 56.60 70.00 23.67 25 Siswa 25 73.30 85.00 15.96 26 Siswa 26 60.00 80.00 33.33 27 Siswa 27 60.00 80.00 33.33 28 Siswa 28 60.00 80.00 33.33 29 Siswa 29 60.00 80.00 33.33 30 Siswa 30 60.00 75.00 25.00 31 Siswa 31 56.60 75.00 32.51 32 Siswa 32 76.60 85.00 10.97 Jumlah 2057.40 2470.00 659.3688 Rata-rata 64.293 77.1875 20.60528

(8)

Tabel 5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I & II

No Indikator Siklus

I II

1 Jumlah siswa 32 32

2 Rata-rata nilai 64,29 77.18

3 Jumlah siswa tuntas 12 30

4 Ketuntasan klasikal 37,50% 93,75 %

Kualifikasi Belum tuntas Tuntas

Sumber: Data primer, 2016

4. SIMPULAN DAN SARAN

Penerapan pembelajaran model kooperatif dengan pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR), dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 4 Keramas, Blahbatuh Gianyar dalam pembelajaran matematika materi bangun datar dan bangun ruang. Hal ini terlihat dari nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dengan nilai rata-rata 64,29 dan ketuntasan klasikal sebesar 37,50 % (belum tuntas) meningkat menjadi rata-rata 77,18 dengan ketuntasan klasikal 93,75% (tuntas) pada siklus II.

Berdasarkan hasil refleksi secara umum terhadap implementasi model pembelajaran pada penelitian ini maka diajukan saran-saran yaitu ditambahkan indicator Verbal, Somantic, Dan Kinestetic sebagai data pantauan skill siswa yang lain dari panca indra siswa. Pembelajaran dengan model kooperatif dengan pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR), dapat melatih siswa untuk pengembangan keterampilan sosial, bertanggung jawab serta bersikap terbuka terhadap orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2002. [2] Johnson, D.W., R.T. Johnson, and K. Smtih. The State of Cooperative Learning in

Postsecondary and Profesional Settings. Educational Phychology Review 19; 15-29, 2007. [3] Kemmis, S and Taggret, R., The Action Research Planeer. Geelong Victoria: Deakin

University Press, 1988. [4] [5] [6] [7] [8]

Meier, Dave. The Accelates Learning Handbook, terj. Rahmi Astuti. Bandung: Kaifa, 2002. Riyanto, Yatim., Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009

Schull, James. E., Revising Old Friend: The Practice and Promise of Cooperative Learning for Twenty-First Century. Journal The Social Studies 102, pp 88-93, 2011.

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002.

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Gambar

Tabel 1. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 2. Persentase Penguasaan  Materi Bangun Datar dan Bangun Ruang dalam Mata  Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD pada Pra Siklus dan Siklus I
Tabel 3. Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tabel 5.  Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I & II

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan macromedia flash MX yang memiliki kemampuan yang dibuat dengan teknologi vector graphics yang mendeskripsikan gembar memakai garis dan

[r]

Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.494 yang berarti 49,4% faktor-faktor keputusan pembelian secara online pada ibu muda kelas menengah di Perumahan Johor Indah Permai 1

Jika ditekan tombol LANJUT , maka program akan menampilkan jendela utama yang berisi program pengenalan pola yang digunakan untuk mendeteksi objek, dimana objek yang akan

[r]

Based on the background above, the research problem is “ How is the profile of students’ creativity and concept understanding on science mini- project activity in

Sebagai uji kompetensi atau pengetahuan, guru dapat dilakukan dalam bentuk penugasan, untuk menjawab atau melengkapi pertanyaan yang terdapat dalam Tugas Mandiri

Pola keruntuhan yang terjadi pada semua balok uji dengan penambahan CFRP adalah debonding failure yaitu lepasnya ikatan antara beton dengan CFRP, sehingga dapat dikatakan