• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI MANAJEMEN PENGELOLAAN BIPA SEBAGAI PELUANG INCOME GENERATING PERGURUAN TINGGI Wati Istanti, Yusro Edy Nugroho Universitas Negeri Semarang istanti_unnesyahoo.co.id Abstrak - OPTIMALISASI MANAJEMEN PENGELOLAAN BIPA SEBAGAI PELUANG INCOME GENERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMALISASI MANAJEMEN PENGELOLAAN BIPA SEBAGAI PELUANG INCOME GENERATING PERGURUAN TINGGI Wati Istanti, Yusro Edy Nugroho Universitas Negeri Semarang istanti_unnesyahoo.co.id Abstrak - OPTIMALISASI MANAJEMEN PENGELOLAAN BIPA SEBAGAI PELUANG INCOME GENERA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI MANAJEMEN PENGELOLAAN BIPA SEBAGAI PELUANG INCOME GENERATING PERGURUAN TINGGI

Wati Istanti, Yusro Edy Nugroho Universitas Negeri Semarang

istanti_unnes@yahoo.co.id

Abstrak

Di Jawa Tengah terdapat banyak lembaga yang menyelenggarakan program BIPA, mulai dari tingkat perguruan tinggi hingga ke lembaga-lembaga pendidikan milik swasta. Hal tersebut seiring dengan perkembangan program BIPA yang semakin banyak diminati oleh para penutur asing baik di Indonesia maupun di luar negeri. Banyak alasan para penutur asing belajar Bahasa Indonesia, mulai dari kepentingan bisnis, kegiatan akademik, kegiatan diplomatik, kepentingan personal dan keluarga, hingga sampai pada kepentingan transfer budaya. Berkaitan dengan itu, terbitnya Surat Edaran Gubernur Jateng Nomor 560/016667 Tanggal 23 Oktober 2015 mengenai kewajiban berbahasa Indonesia bagi tenaga kerja asing di Jawa Tengah per tanggal 1 Januari 2016 merupakan salah satu pendorong maraknya penyelenggaraan program BIPA di Jawa Tengah. Banyak permasalahan yang muncul terkait dengan dukungan pimpinan lembaga dan kurangnya manajemen yang baik terhadap pengelolaan program BIPA. Penyelenggaraan program BIPA dengan menejemen yang baik tentu akan berbanding lurus pada peningkatan income generating perguruan tinggi. Sehingga kesejahteraan bagi tiap civitas akademika yang terlibat dalam penyelenggaraan program BIPA juga ikut meningkat. Untuk itu, optimalisasi manajemen pengelolaan BIPA di perguruan tinggi harus segera didorong agar mampu menangkap peluang untuk meningkatkan income generating lembaga.

Kata kunci: optimalisasi, manajemen BIPA, peluang, income generating

A. Pengantar

Program BIPA adalah program khusus pembelajaran bahasa Indonesia

bagi penutur asing. Penyelenggaraan program ini membutuhkan persyaratan

yang cukup banyak terkait dengan sumber daya tenaga pengajar, penataan

kurikulum dan silabus, penyiapan materi ajar, promosi, perijinan, legalitas

dan tata kelola kelembagaan.

Saat ini kebutuhan masyarakat internasional terhadap

(2)

munculnya kebijakan pemerintah tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

yang mulai diterapkan di Indonesia. MEA merupakan kebijakan yang

diterapkan mulai tahun 2015 di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Setiap

pelaku usaha, khususnya di Asia, bebas mengalirkan barang, jasa, investasi,

permodalan, dan tenaga kerja ke wilayah Indonesia. Tingginya angka

investasi asing yang masuk ke Jawa Tengah juga diikuti dengan kenaikan

jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA). Jika di awal tahun 2016 ada 2.007 TKA,

di akhir tahun 2016 menjadi 1.986 TKA, dan sampai akhir 2017 lalu telah

mencapai 2.119 TKA, atau bertambah 112 TKA. TKA tersebar di 33

kabupaten dan kota. Sementara saat ini, jumlah TKA terbanyak terdapat di

Kota Semarang yang mencapai 181 orang, disusul Kabupaten Semarang,

Cilacap, Jepara, Batang. TKA tersebut berasal dari 53 negara dari seluruh

dunia. Namun demikian, mayoritas TKA di Jawa Tengah berasal dari

Tiongkok, yaitu sejumlah 381 TKA, lalu 207 TKA Korea Selatan, 105 TKA

Jepang,93 TKA Taiwan, dan 87 TKA India.

Sejalan dengan pergerakan ekonomi di Indonesia berkat adanya

MEA, barang dan jasa mengalir dari dan ke luar negeri secara cepat. Hal

tersebut mendorong kedudukan bahasa Indonesia menjadi semakin penting.

Bagi orang asing yang memiliki kepentingan di Indonesia, sudah selayaknya

mereka dituntut untuk mampu berbahasa Indonesia. Dalam hal pengawasan

mengenai Tenaga Kerja Asing, pemerintah provinsi Jawa Tengah mengacu

pada peraturan perundang–undangan yang berlaku yaitu Permenakertrans

Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Dalam Permenaker tersebut syarat kemampuan berbahasa Indonesia yang

dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat berbahasa Indonesia telah

dihilangkan, namun melalui Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah No.

560/016667 tanggal 23 Oktober 2015 mensyaratkan bahwa per tanggal 1

Januari 2016 setiap tenaga kerja asing yang akan memperpanjang masa kerja

di wilayah Provinsi Jawa Tengah wajib memiliki sertifikat berbahasa

Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat terjadi alih kemampuan

(3)

Surat edaran Gubernur Jawa Tengah tersebut menjadi dasar bagi

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Tengah untuk mengawasi TKA

di Jawa Tengah. Jawa Pos memberitakan bahwa Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Jawa Tengah mengklaim terlah menemukan 18 tenaga kerja

asing (TKA) yang tak berizin. Hasil ini ditemukan pascasidak yang dilakukan

ke PT Jiale Indonesia Textile dan PLTU Tanjung Jati B Jepara pada tanggal 1

Agustus 2018 lalu. Kepala Disnakertrans Jateng, Wika Bintang, menyatakan

bahwa belasan TKA tersebut merupakan para pekerja di PT Jiale Indonesia

Textile. Menurut data Kemenaker, perusahaan-perusahaan tersebut

mempekerjakan 137 TKA, akan tetapi, temuan menunjukkan bahwa hanya 34

di antaranya yang memiliki IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja

Asing). Kepala Disnarkertrans yang berkoordinasi dengan Ditjen Imigrasi

menyatakan bahwa apabila dokumen tidak segera diperbaiki, TKA yang tak

berizin akan dideportasi. Adapun jenis pelanggaran lain yang ditemukan yaitu

TKA yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut adalah tidak bisa atau

tidak fasih berbahasa Indonesia dan tidak memiliki sertifikat kemampuan

berbahasa Indonesia sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Gubernur tahun

2015. Sertifikat tersebut bisa diperoleh dangan mengikuti pelatihan dari

lembaga yang ditunjuk pemerintah, salah satunya Universitas Negeri

Semarang.

Berdasarkan beberapa fakta di atas, pengajaran BIPA masih memiliki

banyak potensi untuk dikembangkan. Salah satu upaya pengembangan

pengajaran BIPA yaitu membuka kursus-kursus Bahasa Indonesia bagi tenaga

kerja asing, sekaligus pelatihan dan ujian keterampilan bahasa Indonesia

(UKBIPA) bagi tenaga kerja asing yang membutuhkan sertifikat keterampilan

berbahasa Indonesia.

Beberapa tahun terakhir, Universitas Negeri Semarang tidak hanya

memfasilitasi pengajaran BIPA terhadap mahasiswa asing, tetapi juga

membuka kelas bagi para tenaga kerja asing yang ingin belajar bahasa

Indonesia dan mendapatkan sertifikat keterampilan bahasa Indonesia.

UNNES sebagai salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia selalu

(4)

Salah satu indikatornya adalah meningkatnya jumlah mahasiswa asing dan

juga pembelajar program BIPA. Sejak tahun 2005 progam pembelajaran

bahasa Indonesia bagi penutur asing telah dikembangkan di UNNES. Melalui

Program Darmasiswa, yaitu program bagi beasiswa bagi mahasiswa asing

untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia, Kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia bagi penutur asing di UNNES telah tumbuh dan berkembang. Hal

tersebut menunjukkan bahwa UNNES telah memiliki daya tarik tersendiri

bagi mahasiswa asing. Sebagai salah satu perguruan tinggi penyelenggara

program BIPA, UNNES juga diberi kepercayaan oleh Dinas Tenaga Kerja

Provinsi Jawa Tengah untuk menjadi lembaga yang dapat mengeluarkan

sertifikat keterampilan berbahasa Indonesia bagi tenaga kerja asing. Hingga

saat ini, sudah hampir 13 tahun lebih program BIPA telah dibangun dan

dikembangkan di UNNES. Namun demikian penataan manajemen dan

pengelolaan kelembagaan pun masih harus terus diperbaiki.

Upaya penataan manajemen dan tata kelola kelembagaan program

BIPA ternyata bukan hal yang mudah. Hampir banyak tempat di berbagai

perguruan tinggi penyelenggaraan program BIPA masih dilirik sebelah mata.

Manajemen pengelolaan program BIPA di perguruan tinggi masih menemui

banyak kendala. Kendala-kendala tersebut antara lain terbatasnya dukungan

dari pimpinan dan kurangnya manajemen yang baik terhadap pengelolaan

program BIPA. Selain itu, potensi besar yang dimiliki oleh pengajaran BIPA

belum dapat terwadahi dengan baik karena alasan penutur asing belajar BIPA

sangat beragam, yaitu dari alasan bisnis, diplomasi, kepentingan individu,

akademik, sampai pada transfer budaya. Banyaknya ragam kebutuhan para

pemelajar BIPA yang berbeda-beda tersebut menuntut manajemen

pengelolaan program BIPA yang baik di perguruan tinggi. Sejauh ini

manajemen pengelolaan progam BIPA di perguruan tinggi secara umum

belum mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan lembaga sehingga

manajemen pengelolaan BIPA tidak dapat berfungsi secara maksimal.

Pemimpin di setiap lembaga penyelenggara program BIPA perlu

meyakini bahwa penyelenggaraan BIPA dengan menejemen yang baik akan

(5)

Peningkatan penghasilan perguruan tinggi melalui pengajaran BIPA bukanlah

hal yang mustahil. Jumlah tenaga kerja asing di Jawa Tengah tergolong

tinggi. Apabila setiap perguruan tinggi secara aktif menjaring para TKA

dengan memberikan sosialisasi tentang pentingnya penguasaan keterampilan

bahasa Indonesia dan sertifikat keterampilan bahasa Indonesia bagi TKA,

maka upaya income generating perguruan tinggi melalui pengajaran BIPA

akan terwujud.

Para TKA yang mendaftar untuk mengikuti kursus, pelatihan, dan

ujian keterampilan bahasa Indonesia nantinya akan berdampak baik terhadap

kesejahteraan tiap civitas akademika di perguruan tinggi. Untuk itu,

optimalisasi manajemen pengelolaan BIPA di perguruan tinggi harus

didorong agar mampu menangkap peluang-peluang untuk meningkatkan

income generating bagi perguruan tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi berbagi

masalah yang dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk manajemen pengelolaan BIPA di perguruan tinggi

yang baik?

2. Apa sajakah kendala dalam optimalisasi manajemen pengelolaan BIPA

di perguruan tinggi?

Secara rinci kontribusi artikel konseptual ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pembangunan Pengembangan IPTEKS

Media Pengembangan IPTEKS khususnya dalam pengajaran

BIPA akan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi pengajaran dan

pelatihan BIPA bagi tenaga kerja asing.

2. Pengembangan Institusi

Kontribusi artikel konseptual dalam hal pengoptimalan

manajemen pengelolaan BIPA sebagai income generating di perguruan

tinggi ini akan sangat membantu dalam mengembangkan institusi atau

(6)

3. Kebutuhan Tenaga Kerja Asing

Jika manajemen pengelolaan BIPA dapat berfungsi secara

optimal maka pengajaran dan pelatihan BIPA akan dapat mewadahi

kebutuhan TKA dengan lebih baik.

B. Kajian Pustaka

Menurut White (1982) manajemen adalah segenap proses, biasanya

terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta,

sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan. Sementara

Gie (2000) menjelaskan bahwa manajemen adalah segenap proses

penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk

mencapai tujuan tertentu.

Dalam konsep manajemen modern terdapat tiga unsur penting, yaitu:

(a). usaha kerjasama, (b). oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian ini sudah menunjukkan

adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua

orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah

dari kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah

organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu.

Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam

organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.

Menurut George R. Terry, fungsi manajemen ada empat hal yaitu

fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi

pengendalian. Dalam dunia pendidikan, manajemen yang semestinya

dilakukan adalah proses berkesinambungan yang terdiri atas perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), dan

pengendalian sumber daya (controlling) untuk mencapai tujuan pendidikan

(7)

Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk

menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk

memenuhi tujuan itu. Perencanaan juga dapat didefinisikan sebagai

prosespenyusunan tujuan dan sasaran organisasi serta penyusunan “peta

kerja” yang memperlihatkan cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.

Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.

Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan

menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah

dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses penghimpunan SDM, modal dan

peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan upaya

pemaduan sumber daya.

Pengarahan (leading) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai

dengan perencanaan manajerial dan usaha. Pengarahan adalah proses

penggerakan orang-orang untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan

sehingga terwujud efisiensi proses dan efektivitas hasil kerja.

Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau

perbaikan jika diperlukan. Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh

rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan

diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang pendidikan yang

dihadapi. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian balikan

dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana

yang telah ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat

penyimpangan.

C. Pembahasan

Pembahasan yang akan dipaparkan dalam artikel ini ada dua hal, yaitu

(8)

kendala-kendala dalam mengoptimalisasikan manajemen pengelolaan program BIPA

di perguruan tinggi, Berikut jabaran lengkapnya.

1. Menuju Sehat Organisasi dalam Manajemen Pengelolaan Program BIPA di Perguruan Tinggi

Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen bertujuan

untuk menciptakan hubungan yang baik antar tiap bagian. Kehadiran

program BIPA di sebuah perguruan tinggi tentu saja memerlukan

dukungan semua pihak. Pondasi awal program BIPA di sebuah

perguruan tinggi adalah dapat dimulai dengan penataan payung hukum.

Keberadaan program BIPA perlu dilengkapi dengan peraturan rektor atau

penetapan dalam statuta. Selanjutnya perlu pula ditentukan dan ditunjuk

melalui SK Rektor tentang pengelola yang terdiri atas, pimpinan

program, penanggungjawab bidang akademik, penanggungjawab bidang

admistrasi dan keuangan, penanggungjawab bidang pelayanan, perijinan

dan imigrasi, serta penanggungjawab bidang promosi dan publikasi.

Penguatan sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan

pengadaan kegiatan pelatihan pengajaran BIPA bagi dosen, praktek

magang mahasiswa calon pengajar BIPA, rekruitmen pengajar BIPA,

peningkatan mutu pengajar BIPA melalui workshop penyegaran metode

dan strategi pengajaran, pengiriman dosen BIPA ke seminar kebipaan,

serta pengiriman pengajar BIPA ke luar negeri.

Pembangunan program BIPA di lembaga perguruan tinggi untuk

selanjutnya memerlukan penyiapan prasarana gedung beserta seluruh

perangkat pendukungnya, baik secara fisik maupun non fisik. Kebutuhan

ruang kelas yang memadai sesuai standart internasional, ruang dan

prasarana perkantoran menjadi modal yang utama. Hal ini juga terkait

dengan penganggaran pembiayaan.

Langkah selanjutnya adalah merencanakan atau menyempurnakan

kurikulum dengan pendekatan berbasis kompetensi yang dibutuhkan oleh

pembelajar. Kurikulum dan materi ajar yang dibangun tentu saja harus

sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Para tenaga kerja asing umumnya

(9)

bisnis. Sementara itu, dalam hubungannya dengan pertukaran mahasiswa

antarperguruan tinggi internasional, program BIPA yang dibutuhkan

adalah program BIPA untuk kepentingan kegiatan akademik yang di

dalamnya juga mencakup transfer kredit semester. Program BIPA yang

juga dibutuhkan oleh masyarakat luas adalah program BIPA dasar untuk

komunikasi sehari-hari. Program BIPA untuk kepentingan transfer

budaya jiga dapat dijadikan primadona pembelajaran di perguruan tinggi.

2. Kendala dalam Mengoptimalkan Manajemen Pengelolaan Program BIPA di Perguruan Tinggi.

Pengelolaan program BIPA di perguruan tinggi, baik itu di negeri

atau swasta tentu memiliki kendala-kendala alam proses manajemennya.

Kendala tersebut akan sangat berdampak pada pengembangan program

BIPA di perguruan tinggi. Adapun kendala-kendala tersebut, antara lain:

a. Kebijakan Pimpinan

Pimpinan sebagai pembuat kebijakan memiliki kekuatan

penuh terhadap rumusan kebijakan yang ditetapkan. Mereka sebagai

aktor kebijakan karena status formalnya. Sebagai contoh di sini

adalah ketua lembaga, administrator, hakim, jaksa, rektor perguruan

tinggi, gubernur bupati, pembuat undang-undang, dan sebagainya

(Danim, 2000: 11-12). Kenyataannya, tidak semua pimpinan

memberikan kebijakan terkaitan penyelenggaraan program BIPA di

tiap perguruan tinggi. Pola-pola pikir yang ingin menjadikan

universitas berkelas internasional seringkali mengesampingkan peran

bahasa negara itu sendiri. Penggunaan bahasa asing justru dikuatkan.

Padahal jika pimpinan perguruan tinggi membuat kebijakan terkait

dengan program BIPA, banyak sekali peluang yang bisa ditangkap.

Khususnya perguruan tinggi di daerah-daerah industri dengan jumlah

TKA yang sangat banyak. Misalnya saja Jawa Tengah, dan

khususnya di kota-kota besar seperti Solo, Semarang, Cilacap,

Purwokerto, Jepara. Kebijakan pimpinan (rektor) sangat berpengaruh

(10)

Harapannya tidak hanya sekadar lisan namun diterbitkan dengan

surat edaran atau surat keputusan (SK).

b. Manajemen pengelolaan yang meliputi ketersediaan pengajar,

kurikulum, dan sarana prasana.

Penyelenggaraan program BIPA sangat bergantung pada

pemantapan manajemen pengelolaannya. Pengelolaan dimaksudkan

pada pemanfaatan semua sumber daya dengan perencanaan untuk

mencapai sutau tujuan. Hal itu dimaksudkan bahwa pengelolaan

tidak sekadar menyelenggarakan program, tetapi bagaimana

memulai, mengelola, memasarkan, hingga melaksanakan dengan

baik program BIPA tersebut. Pengelolaan yang menjadi pusat kajian

adalah ketersediaan pengajar, kurikulum, dan sarana prasana.

Kehadiran pengajar yang terstandard dan berkompenten

sangat perlu dikelola dengan baik untuk memajukan

penyelenggaraan program BIPA di PT. Memanajemen dengan baik

kurikulum juga menjadi prioritas untuk meningkatkan

penyelenggaraan program BIPA. Kurikulum tersebut seperti silabus,

materi ajar, dan media pembelajaran. Semakin siap dan baik

kurikulum yang dirancang di PT akan semakin berkembang pula

program BIPA. Meskipun kurikulum BIPA telah terpusat dari

PPSDK, namun bagi PT tertentu diperbolehkan untuk menginovasi

kurikulum BIPA yang disesuaikan dengan kearifan lokal perguruan

tinggi itu bertempat.

c. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu sistem total dari yang dirancang

untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan

mendistribusikan barang- barang (jasa) yang dapat memuaskan

keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perguruan tinggi.

Pemasaran program BIPA terlebih dahulu dapat dilakukan

dengan membuat pemetaan kurikulum dengan harga. Berapa jumlah

jam yang ditawarkan dengan harga yang akan diberikan. Kemudian

(11)

termasuk foto kegiatan mahasiswa asing saat mengikuti program

BIPA. Pemasaran dapat dilakukan dengan membuat leaflet, web,

atau media sosial.

Gambar 1. Contoh leaflet BIPA UNNES

Dari paparan di atas terkait dengan adanya kendala-kendala

dalam penyelenggaraan program BIPA di perguruan tinggi maka perlu

adanya manajemen pengelolaan BIPA sebagai income generating

perguruan tinggi. Terbatasnya dukungan pimpinan lembaga dan

kurangnya manajemen yang baik terhadap pengelolaan program BIPA

adalah hal yang harus segera diatasi.

D. Simpulan

Program BIPA merupakan program pendidikan nonformal yang

diselenggara-kan bagi penutur asing yang ingin mem-pelajari bahasa

Indonesia dengan tujuan khusus. Dengan karakteristik tersebut, pengelola

BIPA harus berusaha menemukan desain pengelolaan program yang

benar-benar efektif dan sesuai untuk mencapai target pemelajar BIPA yang

beragam, antara lain pengajaran BIPA untuk bisnis, diplomasi, kepentingan

individu, akademik, hingga transfer budaya.

Manajemen pengelolaan BIPA perlu dioptimalkan agar dapat

memenuhi berbagai kebutuhan pemelajar BIPA yang beragam, khususnya

bagi tenaga kerja asing yang membutuhkan sertifikat keterampilan berbahasa

Indonesia. Apabila optimalisasi pengelolaan BIPA berhasil, maka secara

(12)

E. Daftar Pustaka

Carter, B. A. (2004). Some Trends and Issues in Foreign Language Education. Caribbean Journal of Education, 25(1), 37-63.

Danim, Sudarwan. 2000. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fisher, W. (1997). The Value of Professional Associations. Library Trends, 46(2), 320-331.

Hutton, J. (2013). Want To Study Indonesian In Jakarta? Few Schools Here May Make The Grade. Diakses dari http://indonesiaexpat.biz/other/want-to-study-indonesian-in-jakarta-few-schools-here-may-make-the-grade/.

Muliastuti, L. (2014). Strategi pengajar BIPA menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Prosiding PITABIPA 1, Unika Atma Jaya, Desember 2014.

Saputro, E.P. (2016) Keefektifan manajemen program pembelajaran BIPA di lembaga kursus BIPA kota Yogyakarta. Tesis S2, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudaryanto. (2014). BIPA di Mata Badan Bahasa: Pemutakhiran peta penyelenggara program BIPA di Tiongkok pada laman Badan Bahasa. Bahastra, Vol 32, 1, 2014.

Tim Penyusun Program BIPA FSUI. (1993). BIPA: Bahasa Indonesia untuk peserta asing. Depok: Program Pendidikan Profesional, Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Winardi. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta

__________. 2018. Tingkatkan Fungsi Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Internasional. (2003, Oktober 23). Kompas. Diakses dari http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/23/

1253102/BIPA.Tingkatkan.Fungsi.Bahasa.Indonesia.Menjadi.Bahasa.I nternasional.

_________. 2018. Suara Merdeka. https://www.jawapos.com/jpg-

today/02/08/2018/tak-berizin-belasan-tenaga-kerja-asing-di-jepara-terancam-ditendang pada 9 September 2018

Gambar

Gambar 1. Contoh leaflet BIPA UNNES

Referensi

Dokumen terkait

Berawal dari hobby lalu mereka menjadikan idola mereka sebagai suatu panutan, selain itu juga dalam keanggotaanya di dalam Group Cover Dance poison ini adalah ajang untuk eksis

Sebuah aplikasi text editor pada sistem operasi Microsoft Windows yang dapat dipergunakan untuk membuat halaman web adalah

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, dimana data yang diambil yaitu berupa data observasi melalui lembar

Tuntutan pekerjaan, konflik, kontrol pekerjaan dan kepuasan kerja berkaitan dengan nyeri kepala (Christensen,2012 Aktifitas fisik berat danprosedurpe manasan yang kurang

Dalam film televisi “Wandu” keterkaitan tokoh satu dengan yang lain ditunjukkan dengan tema persoalan yang mereka hadapi, yaitu krisisnya pengakuan masyarakat akan waria dan

mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Hal ini setelah

Dipilihnya panduan model pendidikan sa- dar lingkungan bermuatan potensi lokal me- ngenai pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran atas dasar pertimbangan:

Scanner adalah sebuah alat yang dapat berfungsi untuk meng-copy atau menyalin gambar atau teks yang kemudian disimpan ke dalam memori komputer. Dari memori komputer