PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ALIFATUL LATIFAH
NIM. 11113026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ALIFATUL LATIFAH
NIM. 11113026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
(Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
ALIFATUL LATIFAH
NIM. 11113026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vii MOTTO
“SESUNGGUHNYA ILMU ITU ADALAH CAHAYA YANG ALLAH CURAHKAN
DI HATI SEORANG HAMBA, DAN MAKSIYAT MEMATIKAN CAHAYA
TERSEBUT”
(IBNU QAYYIM)
“MELAKUKAN SESUATU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA DIAM DAN HANYA BERANGAN ATAU BERMIMPI TANPA MELAKUKAN APAPUN”
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis persembahkan
skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibundaku tercinta, bapak Ngajiyanto dan Ibu Istiniah yang tak
hentinya memberikan dukungan baik dukungan materiil maupun non materiil, trimaksih tak terhingga aku ucapkan sehingga bisa menyelesaikan tugas akhirku dengan baik
2. Adik-adikku tersayang adik muhammad khoir dzikron dan robeth ibadillah kalian yang membuatku menjadikan rasa tanggung jawab yang lebih agar
cepat menyelesaikan tugas akhir ini karena menjadikan seorang kakak yang harus menggantikan perjuangan bapak dan ibu kelak untuk pendidikan kalin di masa depan
3. Teman-teman seperjuangan ku mbak siti zuliyanah, mbak dian vera rahmawati, inggi putri pradana, tak lupa teman ku yang satu mbak Devye
Anandari yang selalu mensuport dan membantu dalam bentuk apapun itu hingga terselesaikan skripsi ini
4. Teman seperjuangan di Yayasan Darul ilmi mbak Nina Desyana dan mbak
Nur Istiqomah, trimakasih karena sudah mengganggu dan merepotkan kalian. Adik-adik rumah tahfid yang selalu menyemangatiku, “SEMANGAT
-SEMANGAT”.
ix
6. Kakak-kakak alumni Darul Ilmi, mbak nafis, mabak merry dan mbak vina yang sudah memberi dukungan meski dari jauh tapi masih ingat dengan kabar
skripsi penulis.
7. Kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan do‟a kepada penulis
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt.
Atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
KARAKTER (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)”.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan baginda Rasulullah SAW, manusi inspirasi penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan
syafa‟atnya dihari kiamat. Tidak lupa shalawat serta salam juga disampaikan
kepada kuluarga sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini tidak akan selesai tanpa motifasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucpakan trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan trimaksih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang senantiasa memberi wejangan inspirasinya.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan
xi
3. Ibu Siti Ruhayati, M. Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.
4. Abi Hamdani Bakhrani Bakhran Adz-Dzakiy dan Bp. Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. yang sudah membimbing dan banyak sekali memberi inspirasi dan
cerita-cerita spiritual yang membuat penulis semakin banyak wawasan dalam membuat skripsi ini. Dan trimaksih yang tak terkira karena sudah dengan sabar dalam membimbing penulis.
5. Bapak Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag (alm) selaku dosen pembimbing Dosen akademik yang telah membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN
Salatiga, yang baru saja beliau meninggalkan kita semua karena telah dipanggil oleh Allah SWT, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga
“Khusnul Khotimah”, Amin.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberi layanan serta bantuan. 8. Sahabat-sahabatku mba vera, mba zuli, inggi teman-teman KKN dan PPL trimakasih atas dukungan dan motifasi dan inspirasinya. Tidak lupa kepada
teman satu rumah ku di RT mbak Nina Desyana Farikhah dan mb Nur Istiqomah yang selalu memberi semangat kepada ku agar segera
menyelesaikan tugas akhir ini
9. Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2013 khususnya PAI kelas A.
10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian
xii
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amin. Peneliti sadar bahwa
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, denagn kerendahan hati peneliti mohon saran dan kritik yang
sifatnya membangaun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya maupun pada pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia
pendidikan. Amin ya robbal „alamin.
Wasslamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 28 Agustus 2017
xiii ABSTRAK
Latifah, Alifatul. 2017. Psikoterapi Islam Dan Implikasinya Dalam Penddikan Karakter Studi Pemikiran Hamdani Bakran Dalam Buku Konseling Dan Psikoterapi Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Imu Keguruan. Institut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sulthoni, M. Pd.
Kata Kunci: Psikoterapi Islam, Pendidikan Karakter.
Latar belakang penelitian ini dimulai dari dampak modernisasi teknologi yang dapat mengakses informasi secara bebas, hal ini manusia berlomba-lomba dalam mencari keuntungan, peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk menggapai segala keinginannya. Kebebasan informasi itu menyebabkan interaksi sosial semakin kompleks, dan menyebabkan gangguan mental dan spiritual. Fokus penelitian yang akan dikaji adalah (1) Bagaimana Konsep Psikoterapi Islam menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey?, (2) Bagaimana implikasi Konsep Psikoterapi Islam dalam pendidikan karakter?.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library research). Sumber data penelitian ini adalah Buku Konseling dan Psikoterapi islam karya Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey. Analisa menggunakan metode analisis isi (content analysis); Metode ini merupakan analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah pemikiran.
Hasil penelitian ini meninjukkan: 1) Psikoterapi Islam adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kebatinan melalui teknik dan metode yang dilaksanakan dengan ajaran Islam yaitu Al Qur‟an, As Sunah dan empiric (pengalaman). Objeknya gangguan mental dan spiritual. Metode Psikoterapi Islam yang digunakan yaitu 1)Takhalli, Tahalli, Tajallli. 2) Implikasi Psikoterapi Islam dalam pendidikan karakter adalah keterlibatan seorang guru professional yaitu untuk membimbing dan mendidiknya dengan menggunakan metode psikoterapi Hamdani Bakran Adz-Dzakiey yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Tiga metode itu menjadi penyempurna dalam pendidikan karakter, agar peserta didik siap dalam menghadapi segala ganggaun mental dan spiritualnya. Dengan konsep ketaatan dalam agama yang ditawarkan dalam psikoterapi Islam diharapkan akan melahirkan generasi-generasi yang terampil, cerdas, brilian dan bijaksana.
xiv DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
DEKLARASI ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penenlitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Penegasan Istilah ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 12
xv
B. Latar Belakang Pendidikan ... 15
C. Karir Hamdani Bakhran Adz-dzakiey ... 17
D. Karya-Karyanya ... 20
BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN TOKOH A. Pengertian Psikoterapi Islam ... 22
B. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam ... 27
C. Objek Psikoterapi Islam ... 38
D. Dasar Paradigma Psikoterapi Islam... 45
E. Metode Psikoterapi Islam ... 50
F. Peta Konsep Pskoterap Islam Hamdani Bakran Adz-Dzakiey ... 62
BAB IV : ANALISIS PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER A. Analisis Psikiterapi Islam Hamdani Bakran Adz-Dzakiey ... 63
B. Implikasi Psikoterapi Islam dalam Pendidikan Karakter ... 77
BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN ... 93
B. SARAN ... 94
C. PENUTUP ... 94 DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nilai SKK
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 4 Lembar Wawancara
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di era modern ini sudah sangat menjamur hingga merambat dalam berbagai bidang ekonomi, pendidikan, budaya, dan masih banyak lagi. Dewasa ini hampir setiap segi kehidupa kita telah terkait
dengan teknologi. Sejak bangun di pagi hari kita melihat jam dinding untuk mengetahui waktu dengan tepat agar kita tidak terlambat melakukan kegiatan.
Jam dinding, pakaian, alat transportasi untuk pergi ke kantor atau ke sekolah, peralatan kantor untuk melaksanakan tugas kita merupakan produk teknologi. Di dalam rumah tangga produk teknologi juga merupakan bagian dari
kehidupan kita (B Uno dan Nina, 2011: 50). Diantara produk yang sangat banyak diminati oleh masayaraka adalah Televisi, telephone, tablet, smartphone adalah barang-barang untuk memudahkan kegiatan kita
sehari-hari yang semuanya sangat mudah terkoneksi dengan internet.
Manuasia dapat mencari informasi, mengunduh segala hal dengan
waktu yang singkat dalam mengerjakannya, kebebasan dalam akses informasi ini membuahkan manusia berlomba-lomba dalam mencari keuntungan, peluang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk menggapai
segala keinginan manusia. Akan tetapi di balik dari sisi positifnya ada juga berdampak negatifnya bagi kehidupan manusia yang merusak akhlak para
2
dapat mengakses berbagai situs tanpa adanya filter dalam diri yang akan mengendalikan mereka dalam melakukan sesuatu hal. Teknologi tersebut
membuat manusia terlena dan berlebihan dalam menggunakan teknologi. Sebagian dari mereka rela berjam-jam menghabiskan waktu untuk “bermain”
dengan teknologi dengan mengunduh banyaknya apliksi yang tersedia di internet yang demikian itu sedikit banyak telah menggeser aspek spiritual mereka. Kemajuan teknologi yang memudahkan manusia telah menjadi salah
satu penghalang religius dan psikologi manusia, sehingga banyak dari mereka jatuh dalam penyakit hati dan mendapatkan gangguan mental dan spiritual.
Menurut hamdani, terjadinya stres dan depresi karena manusia tidak mempunyai daya tahan mental dan spiritual yang tangguh. Baginya keimanan merupakan basis utama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kuatnya
iman akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dalam menghadapi problematika kehidupan (Adz-Dzakiey, 2008: 2).
Penggunaan internet yang tidak terkontrol dan pengaruh globalisasi ini akan mengganggu kejiwaan seseorang karena tidak setabilnya antara ketajaman EQ (emosional quotien) yaitu kemampuan untuk merasa, kunci
kecerdasan emosi adalah pada kejujuran dan suara hati. Suara hati itulah yang itulah yang harusnya dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa
aman, pedoman, kekuatan, serta kebijaksanaan. Disini adalah sebuah anugrah bagi seseorang yaitu kesadaran diri (self awareness), untuk memeriksa diri seseorang, jika seseorang menghargai prinsip dan kenyataan di mana suara
3
mendefinisikan SQ (spiritual quotient), sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. IQ (intelekual quotient) adalah kemampuan yang mengandalkan kecerdasan otak. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsian IQ dan EQ secara efektif.
Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. (Agustian, 2007: 42-47) Islam telah mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia
dengan akhirat. Konsep keseimbangan akan mengarahkan manusia dalam hal kedamaina, dan keselarasan. Islam sebagai ajaran agama yang memuat nilai dan mengatur segala bentuk perbuatan yang dapat di jadikan pedoman bagi
para pemeluknya agar tidak salah jalan dan menemukan jalan yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Agama islam menawarkan bimbingan
dan tuntunan agar manusia senantiasa menjaga kefitrahanya pada jalan lurus yang di tunjukkan oleh Tuhan (Adz-Dzakiey, 2008: 3). Fitrah yang dimiliki manusia sejak lahir menjadi penunjuk atau kompas dalam kehidupannya saat
manusia itu lalai atau jauh dari Tuhannya untuk kembali ke jalan yang baik lagi.
Psikoterapi merupakan kajian yang mendasar dalam kajian psikologi. Aliran-aliran dalam psikologi tidak lepas dari praktek dan teori psikoterapi. Psikoterapi selalu berusaha menyelesaikan masalah kejiwaan manusia.
4
jiwa manusia jika tanpa sentuhan iman saat manusia di hadapkan dengan permasalahan untuk menyelesaikannya dengan baik.
Dalam masyarakat islam, psikoterapi telah diterapkan bahkan sudah memiliki lembagakan tersendiri. Fungsi sebagai psikoterapis atau konselor
banyak diperankan oleh para tokoh agama dan ulama, guru sufi atau tarekat atau kiyai yang dianggap punya kelebihan spiritual atau supra natural. Metode dan teknik yang dipakai pun tidak keluar dari ajaran islam, yaitu yang
bersumber dari Al Qur‟an dan As-Sunnah. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk lebih mengingatkan manusia kepada Sang Maha Menyembuhkan
(Subandi Ed, 2001: 92).
Mengingat Psikoterapi Islam sangat berperan dalam menyehatkan mental, maka sangat relevan apabila psikoterapi di terapkan dalam
pendidikan karakter, karena pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk memanusiakan manusia, bertanggung jawab dan kedudukannya di bumi
sebagai kholifatul fil ardh atau sebagai pemimpin di muka bumi ini.
Maraknya remaja yang berlaku menyimpang menunujukkan bahwa jiwanya sedang mengalami gangguan masalah, tidak terarah, tidak seimbang,
perasaan gelisah bahkan mencapai rasa ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tindakan antisipasi yang
5
Kesehatan mental seseorang sangat penting maka harus dijaga, sebab perkembangan mental jika sejak awal sudah baik maka akan berlangsung baik
begitu juga sebaliknya, saat mental mengalami kerusakan dan tidak segera di benahi maka akan sulit untuk disembuhkan.
Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti mengenai Psikoterapi Islam dalam rangka mengatasi problem kesehatan mental melalui pendidikan karakter. Penulis ingin mewujudkan salah satu pemikiran tentang konsep
psikoterapi berwawasan Islam dengan menggunakan metode Psikoterapi Islam. Langkah ini penulis sandarkan pada apa yang pernah dikatan oleh
Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey bahwa beliau berpendapat “banyak
permasalahan psikologi yang terus bermunculan di Indonesia namun psikologi Barat belum mampu memberikan solusi secara komprehensif”.
Oleh karena itu beliau mengungkapkan sedikit dari sekian banyak keagungan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh yang memiliki eksistensi, potensi dan
kepribadian Rabbani yang sempurna sehingga esensi dan citra kenabian beliau menjadi keteladanan khususnya untuk umat islam dalam seluruh aspek kehidupannya. Islam yang bersumber pada Al Qur‟an dan As-Sunnah sebagai
ajaran yang lengkap dan solusif terhadap berbagai persoalan kehidupan. Islam datang ke tengah-tengah ummat manusia dalam rangka ingin menyelamatkan
6
Mengingat bahwa karakter merupaka salah satu pilar dalam pendidikan yang harus dimiliki oleh seseorang yang berilmu, maka penulis
menentukan judul penelitian ini pada “PSIKOTERAPI ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey dalam Buku Konseling dan Psikoterapi Islam)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka mendapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Psikoterapi Islam menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey?
2. Bagaimana implikasi psikoterapi islam dalam pendidikan karakter?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep psokoterapi dalam islam yang digunakan sebagai
terapi menurut pemikiran Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey
7 D. Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi yaitu
secara teoritis dan praktis: 1. Secara teoritis
Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk dunia pendidikan dan dapat menambah khasanah ke ilmuan yang menekankan pada nilai-nilai aklak.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan
akhlak yang dilihat dalam kacamata psikoterapi islam.
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap seseorang terutama orang yang mengalami gangguan
psikologis baik mental maupun spiritual dengan mengunakan psikoterapi sebagai satu dari model pengobatanya dan akan
teraplikasikan paada prilakunya.
c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk penelitian yang relevan dimasa yang akan datang
8 E. Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah
suatu cara atau jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah dan keabsahannya (Ruslan, 2010:14).
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian studi pustaka (Library
Research). Studi pustaka adalah penelitian yang teknik pengumpulan datanya dilakukan di lapangan (perpustakaan) dengan didasarkan atas
pembacaan-pembacaan terhadap beberapa literature yang memiliki informasi serta memiliki relevansi dengan topik penelitian (Sukardi, 2010:35).
Alasannya dipilihnya jenis penelitian studi pustaka karena topik penelitian ini merupakan studi pemikiran. Oleh karenanya yang relevan
adalah menggunakan jenis penelitian studi pustaka. Bukan jenis penelitian kuantitatif yang masalahnya sudah jelas dan ingin mencari hubungan kausalitas dalam rangka untuk mengenalisir, ataupun bukan jenis
penelitian kualitatif yang hendak meneliti suatu kasus tertentu (Furqon, 2013: 20).
2. Metode pengumpulan data a. Metode Library Research
Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka, maka metode
9
berkaitan dengan topik penelitian. Metode pengumpulan data demikian dapat juga disebut dengan metode dokumentasi (Sugiyono, 2010: 329).
Metode dokumentasi ini dapat dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur dapat berupa buku, jurnal, artikel, majalah
ilmiah, surat kabar, hasil seminar, dan sejenisnya yang berbentuk tulisan. Dari pencarian data model metode dokumentasi tersebut diharapkan dapat terkumpulnya data sehingga dapat melengkapi dan memperkuat penelitian.
b.Metode Wawancara
Penelitian ini merupakan kajian tentang pemikiran seorang tokoh,
maka sangat perlu sekali apabila penulis melakukan wawancara guna mancari kevalitan data. Jenis wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin dimana pertanyaan yang akan diajukan sudah dipersiapkan
terlebih dahulu. Pihak yang diwawancarai dalam hal ini adalah beliau Hamdani Bakhran Adz- Dzakiey karena beliau masih dapat penulis temui
secara langsung. 3. Sumber data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa
sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Secara garis besar terdapat dua sumber dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder:
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber kajian utama dalam penelitian ini. Literature tersebut adalah: Hamdani Bakran Adz-Dzaky,
10
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan
dan relevan dengan objek penelitian. Sumber primer dalam penelitian adalah: AKH Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani
(Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa). Dan berbagai artikel, jurnal, dan blok internet dan karya tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya khasanah keilmuan dalam kajian dan
analisis.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis isi (Content Analysis); metode ini merupakan analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah pemikiran dan hasil penelitian
mempunyai sumbangan teoristik (Muhadjir, 1998: 94).
Dalam konteks ini penulis berangkat dari pemikiran tokoh yang
11 F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis
kemukakan pengertian dan penegasan judul ini sebagai berikut: 1. Psikoterapi Islam
Kata Psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan
therapy yang mempunyai arti pengobatan dan pencegahan (Sadari, 2015:72). Psikoterapi menurut Al-Ghazali adalah meninggalkan semua
prilaku yang buruk dan rendah, yang mengotori jiwa manusia, serta melaksanakan perintah yang baik untuk membersihkannya (Rahayu, 2009:
217-218).
Psikoterapi yaitu proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui
bimbingan Al Qur‟an dan As-Sunnah. Atau secara empiris adalah melalui bimbingan dan ajaran Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, dan rasul-Nya
(Adz-Dzakiey, 2015: 228). Kata Islam adalah kata yang mensifati kata Psikoterapi tersebut, agar Psikoterapi dapat dilaksanakan sesuai dengan ajaran dan norma Islam.
Jadi Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi berdasarkan ajaran dan
12 2. Implikasi
Implikasi berasal dari bahsa ingris “implicate” yaitu
menyangkutkan (Enchols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti menghubungkan, sehingga dapat dikatakan bahwa impliksi adalah
hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak positif maupun negatif). Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan
terubah, pelibatan, penyelipan masalah (Ramayulis, 1994:149).
Jadi implikasi adalah suatu keterlibatan atau keadaan terubah yang
menghubungkan antara satu dengan yang lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat membawa pengaruh positif maupun negatif.
3. Pendidikan karakter
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan pelatihan (Almutaqi, 2103: 11).
Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat
mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang. Sering orang menyebutnya dengan tabiat atau
perangai (Majid, 2013: 12).
Jadi pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap pada manusia, sehingga
13 G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari
lima bab. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini akan memuat tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II : BIOGRAFI
Bab ini memuat tentang biografi penulis dari buku induk penelitian ini yaitu konseling dan psikoterapi islam, yang mencakup latar belakang kehidupan, pendidikan, karir dan
karya Hamdani Bakhran Adz-Dzakiey.
BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN
Bab ini akan dikemukaan tentang psikoterapi islam yang meliputi: definisi psikoterapi (baik psikoterapi secara khusus maupun umum), dasar dan tujuan psikoterapi islam,
14
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini akan memuat tentang bagaimana implikasi
psikoterapi dalam pendidikan karakter, meliputi Psikoterapi Islam dengan dunia pendidikan dan pentingnya Psikoterapi
Islam terhadap pendidikan karakter.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian akhir adalah
15 BAB II
BIOGRAFI HAMDANI BAKRAN ADZ-DZAKIEY
A. Latar Belakang Kehidupan
Drs. H. M Hamdani Bakhran Adz-Dzaky, dikenal sebagai guru spiritual. Lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 3 Mei 1960. Beliau
juga secara otodidak mempelajari Psikologi Psikodiagnostik dan psikoterapi berdasarkan ajaran islam melalui pendekatan sufistik.
Sedangkan pendidikan spiritual ia dapatkan antara lain dari ayahandanya sendiri Tuan Guru Bakhran Adz-Dzaky bin Abdul Karim
al-Banjari; Tuan Guru Al-Hajj Rusdi bin Muchtar al-Banjary yang sekaligus sebagai mertuanya; Sayyid Abdurrahman As-Segaff dari Bantul Yogyakarta; K. H. Hasan Asykari yang lebih dikenal dengan Mbah Maghli
dari Magelang, Tuan Guru Yahya Khalil dari Lombok Timur Mataram; Syaikh Romadlon As-Somaliy, di Kalimantan Barat; dan K. H. Idhaman
Khalid dari Jakarta.
Setelah lulus sarjana, penggemar musik jazz-yang disebutnya sebagai musik para sufi-ini aktif mengajar diberbagai sekolah islam di
Yogyakarta dan sekitarnya. Namun kini ia lebih memfokuskan untuk membina pondok pesantrennya, PP Raudhatul Muttaqien, di Babadan,
Purmowartini, Kalasan, Sleman, sekaligus sebagai konsultan persoalan-persoalan spiritual. Ia juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Klaten, dan fakultas agama Islam Universiatas
16 B. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan dasar dan menengah dijalani di kota kelahirannya,
kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Cokrominoto (tidak selesai), dan Fakultas
Syari‟ah IAN Sunan Kalijaga (lulus 1986).
Meski pendidikanya secara formal hanya sampai jenjang strata satu, dan itu pun tidak terkait secara langsung dengan ilmu kejiwaan
(psikologi), namun secar otodidak K.H Hamdani mendalami dengan penuh keseriusan bidang kejiwaan, khususnya psikodiagnostik dan psikoterapi
berdasarkan ajaran islam. K.H. Hamdani sendiri menjelaskan bahwa metode yang digunakan oleh para ilmuan muslim dahulu, yakni dengan bertemu langsung (talaqqi) kepada sang guru besar dan meminta pelajaran
imu darinya. Dalam hal ini K. H. Hamdani sangat diuntungkan dengan kondisi Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang melimpah dengan para
pakar pada bidang ilmu.
Beliau Tuan Guru Bakran Adz-Dzakiey bin Abdul Karim Banjari yang juga merupakan ayah mertua memerankan peran yang tidak kalah
penting. Pembimbing ruhani beliau lainnya yaitu Sayyid Abdurrahman Al
Ba‟bud dari bantul Yogyakata; kemudian K. H. Hasan Asykari ysng lebih
dikenal dengan Mbah Magli dari Magelang; selain itu ada Tuan Guru Yahya Khalil dari Lombok Timur Mataram; tidak ketinggalan Syaikh Romadlon As-Somaliy, di kalimantan Barat; dan K. H. Idham Khalid dari
17
Pendidikan ruhani bukanlah pembelajaran yang teoritis yang dapat diperoleh dari pembacaan terhadap berbagai buku. Pendidikan ruhani
adalah bagian dari “mengalami”, terhadap pengalaman keagamaan, yang
umumnya diberikan dari usia yang sangat dini. Diantara hal ringan dan
mendasar yang menurut K. H. Hamdani merupakan proses awal dalam memasuki alam ketuhanan dan hakikat, yaitu berupa ketaatan kepada orang tua. Dinyatakan oleh K. H. Hamdani:
“Sejak kecil, penulis sejak kecil selalu ditanamkan oleh guru-guru ruhani penulis, bahwa ketaatan kepada kedua orang tua merupakan pintu memasuki alam ketuhanan yang hakikat. Para guru penulis tersebut
senantiasa pesan: “Wahai ananda, janganlah engkau menyakiti hati kedua
orang tuamu, janganlah engkau berkata “tidak” terhadap apa yang mereka katakan; dan berprasangka baiklah kepada mereka berdua.”
C. Karir Hamdani Bakran Adz-Dzakiey 1. Kyai Pesantren
Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesanteren Raudhatul
Muttaqien, yang berada di Babadan, Purmowartini, Kalasan, Sleman. Beliau mempunyai seorang istri yang sevisi dengan beliau sehingga sangat membantu perkembangan spiritual beliau. Istrinya yang
bernama Risty Bulqis pada banyak hal, turut memberikan kontribusi dalam upaya mengarungi samudra spiritual yang beliau jalani (Abidin,
2012: 41).
2. Dosen
Beliau K. H. Hamdani juga pernah menjadi dosen di Sekolah
18
Universiatas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia, Magister
Profesi Fakultas Psikologi UII Yogyakarta, Fakultas agama Islalm dan Ekonomi Universitas Cokroaminoto. Saat ini KH. Hamdani sudah
tidak lagi mengajar di beberapa perguruan tinggi tersebut, melainkan memfokuskan diri di pesanteren yang diasuhnya. Materi yang diajarkan di pesanteren tersebut adalah Psikoterapi Islam yang berbasis
prophetic teori dan prakteknya. (Abidin, 2013:42) 3. Konsultan Spiritual
Dengan bekal pengalaman dibidang tasawuf, K. H. Hamdani cukup mendapatkan tempat di dalam diskursus keilmuan psikologi di Indonesia. Selain profesi utamanya sebagai pengasuh pada Pondok
Pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan, Purwomartini, Kalasan Sleman, Yogyakarta, K. H. Hamadni juga pernah aktif sebagai
konsultan Pusat Psikologi Terapi Fakultas Psikologi UII Yogyakarta. Beberapa tahun tarakhir, K. H. Hamdani giat mengembangkan konsep kecerdasan kenabian dan psikologi kenabain di bawah Centere
of Prophetic Intelligence. Lembaga ini merupakan sebuah bidang kerja di bawah Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien yang bertugas
melaksanakan program pendidikan pelatihan dan pengembangan mental moral spiritual dan sosial (Personal Mastery) umat yang berparadigma pada Prophetic Intelligence (Kecerdasan kenabian) yaitu
19
dengan lingkungan vertikal maupun horizontal serta memahami, mengambil manfaat dan hikmah dari berbagai persoalan hidup.
(Abidin, 2013: 42) 4. Psikoterapis/Konselor.
Selain sebagai pengasuh pondok, aktif mengajar dan konsultan spiritual juga dikenal sebagai psikoterapis atau konselor, dalam buku beliau telah dijelaskan beberapa syarat-syarat menjadi Konselor
diantaranya dilihat dalam beberapa aspek yaitu: aspek spiritualitas, aspek moralitas, aspek keilmuan dan skill. Dari tiga aspek itu di
simpulkan Oleh Hamdani Bakran Adz-Dzakiey (2013:332) syarat-syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang psikoterapis/konselor adalah:
a. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb,nya, yang hal itu diperoleh melalui ketaatannya melaksanakan
perintah-Nya manjauhi larangannya;
b. Adanya kualitas moral atau akhlak islamiyah yang baik dan benar secara otomatis dari nurani bukan karena rekayasa dan tuntutan
profesionalisme;
c. Adanya pendidikan yang cukup dan menguasai teori konseling,
psikodiagnostik dan psikoterapi islam maupun umum
d. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam melakukan proses konseling, psikodiagnostik dan terapi dengan motede ilmiah,
20 D. Karya-Karyanya
Diantara karya beliau yang telah terbit adalah Wihdah As-Sujud
(1989), Metodologi Psikologi Islam (2000), Pendidikan Ketuhanan dalam Islam (2001), Akidah dalam Aplikasi Empirik; Psikologi Kesehatan
Rohani, serta Psikologi Etika Pendidikan; Kecerdasan Kenabian Prophetic Intelligence. Pada buku psikologi kenabian pada tahun 2008 telah memasuki cetakan ketiga sedangkan buku pada buku Prophetic
Intelligence sampai tahun 2008 telah mengalami empat kali naik cetak sejak terbit pertama kali tahun 2004. Selanjutnya buku yang paling
belakangan beliau tulis, yang oleh beliau dinyatakan sebagai buah dari psikologi profetik, yaitu buku yang berjudul Kepemimpinan Kenabian: Prophetic Leadership, yang terbit untuk edisi pertamanya pada bulan
September 2009.
Buku Prophetic Intellegence (kecerdasan kenabian) memiliki
pengertian dan keunikan tersendiri yang menjadikan berbeda dan memiliki signifikasi tersendiri dari model kecerdasan. Kecerdasan kenabian yang diusung oleh K.H Hamdani bertumpu pada nurani yang bersih dari
penyakit-penyakit ruhaniyah seperti; syirik, kufur, nifaq, fasiq, dan lain-lain. Kondisi nurani yang sehat Allah akan menurunkan rasa percaya,
21
Salah satu buku beliau yang diracik dengan formulasi teoritis yang bersifat intuitif ilahiyah, nuansa parkatis yang sangat terasa dalam setiap
lembarnya. Buku ini ingin meluruskan bahwa pemahaman yang telah terpatri lewat kemasan rasionalistik semata, seperti ala barat tersebut harus
di pertanyakan, dan kemudian mengasah potensi-potensi kecerdasan kenabian dapat dipahami sebagai potensi untuk berinteraksi, beradaptasi, memahami, dan mengambi hikmah dari kehidupan langi dan bumi, ruhani
dan jasmani lahir dan batin, serta dunia dan akhirat.
Buku yang terdiri dari 14 bab dan 783 halaman ini secara umum
membahas tentang prinsip-prinsip keislaman dan keimanan yang sudah sering dikeahui, namun tema-tema dari prinsip tersebut dibaca dengan perspektif ruhaniah-batiniah dengan metode ilahiyah-mukasyifah yang
akhirnya mencuatkan wawasan-wawasan baru, sebagaimana kita
meyakini, shalat, do‟a, dan seluruh aktifitas yang kita niatkan sebagai
22 BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN HAMDANI BAKRAN ADZ-DZAKIEY
A. Pengertian Psikoterapi Islam
Psikoterapi (Psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak
dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (Guidance
and counseling), kerja sosial (Case Work), pendidikan dan ilmu agama (Rahayu, 2009: 191).
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata
“psyche” dan “therapy” . Psyche mempunyai beberapa arti, antara lain:
1. Jiwa dan hati
2. Dalam mitologi yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang
bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa di gambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol keabadian.
3. Ruh, akal dan diri.
4. Meneurut Freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan
psikologis, terdiri dari bagian dasar (Conscious) dan bagian tidak sadar
(Unconsious).
5. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jamaknya “anfus” atau “nufus”. Ia memiliki beberapa arti,
23
Dari beberapa arti secara etimologis tersebut, dapat dipahami bahwa
psyche atau nufs adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang lebih
bersifat rohaniyah dan paling tidak lebih banyak menyinggung sisi yang dalam dari eksistensi manusia, ketimbang fisik atau jasmaniyahnya.
Firman Allah SWT, sebagai berikut:
puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku”. (Al Fajr, 89: 27-30).
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” (Al A‟raf, 7: 205).
Kata “nafs” dalam ayat 205 dari surat al-A‟raf di atas dapat
diartikan dengan bebrapa arti, seperti diri, ruh, jiwa dan nafsu. Jadi dzikir,
sebutan atau ingatan ialah bukan saja pada lisan, tetapi seluruh unsur dan komponen keinsanan yang hidup, yaitu berdzikir daam diri, jasad, jiwa,
24
Adapun kata “therapy” (dalam bahasa inggris) bermakna
pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahsa Arab kata therapy
sepadan dengan ء افشتسلآا yang berasal dari ء افش – ىفشى -ىف ش, yang artinya menyembuhkan.
Firman Allah SWT yang memuat kata syifa:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Yunus, 10: 57) menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al Isra, 17: 82).
Psikoterapi (psychotherapy) ialah pengobaan penyakit dengan cara
kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau penyembuhan lewat keyakinan agama, dan disisi personal dengan para
25
Pengertian psikoterapi secara istilah, ada beberapa pendapat yang
dikemukakan para ahli (Rahayu, 2009:192-195) diantaranya:
1. Corsini, definisi psikoterapi sukar dirumuskan. Meskipun demikian itu merumuskan psikoterapi sebagai suatu proses formal dari interaksi antara dua pihak, masing-masing pihak biasanya terdiri satu orang,
tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih. Proses ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan
(distress) pada salah satu dari kedua belah pihak karena ketidak mampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:
fungsi kognitif (kelalaian pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenagkan) atau fungsi perilaku (ketidak tepatan perilaku) dengan terapis yang
memiliki teori tentang asal usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa
metode perawatan berdasarkan teori dan profesi yang diakui secara resmi untuk bertindak sebagai terapis.
2. Prawitasari (2002) mendefinisian psikoterapi sebagai proses formal
interaksi antara dua orang atau lebih, dengan salah satu berposisi
sebagai “penolong” dan yang lain sebagai “yang ditolong” dengan
tujuan perubahan. Sedangkan Frank (1982 dalam Phares dan Trull, 2001) mendefinisikan psikoterapi sebagai interaksi yang terencana antara seorang yang terlatih dan memiliki kewenangan sosial untuk
26
meringankan penderitaan si penderita melalui komunikasi dengan
tujuan simbolis khususnya kata-kata maupun aktifitas fisik.
3. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada
mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarka pendapat Jung ini,
bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif
(penyembuhan), juga berfungsi prefentiv (pencegahan) dan konsruktif
(pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seorang dengan kondisi sakit.
Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang
sempurna
Lewis R. Wolberg. Mo (1997) dalam bukunya yang berjudul THE TECHNIQUE OF PSYCHOTHERAPY yang mengatakan
bahwa:
Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat
psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan
27
1. Menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang
ada,
2. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan
3. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang
positif
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey dalam buku Konseling dan Psikoterapi Islam (2008) mengemukakan bahwa Psikoterapi Islam
adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui bimbingan Al
Qur‟an dan As-Sunnah Nabi SAW. Atau secara empirik adalah melalui
bimbingan dan pengajaran Allah SWT. Malaikat-malaikatnya Nabi
dan Rasulnya atau ahli waris para Nabi-Nya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit
kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi. Kata islam adalah kata yang mensifati dari kata psikoterapi tersebut dilaksanakan sesuai
dengan ajaran dan norma islam.
B. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam 1. Fungsi Psikoterapi Islam
28 a. Fungsi Pencegahan (Prevention)
Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan
ilmu ini, seseorang akan dapat terhindar dari hal-hal, keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya. Melalui fungsi ini terapis
memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. b. Fungsi penyembuhan atau perawatan (Kuratif)
Psikoterapi ini akan membantu seseorang melakukan, penyembuhan dan perawatan terhadap gangguan masalah, baik
menyangkut aspek pribadi maupun social.
c. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat
(Konstruktif)
Fungsi ini untuk membantu klien supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi klien agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri (Sudrajad: 2014)
Menurut Carl Gustav Jung Psikoterapi selain digunakan untuk fungsi: kuratif (penyembuhan), juga berfungsi kuratif
(pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi kepada psikoterpis tidak hanya
29
ijka dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.
(Zainuri: 2017)
Sebagai suatu ilmu tentu saja Psikoterapi Islam mempunyai
fungsi dan tujuan yang komplit, nyata dan mulia (Adz-Dzakiey, 2015: 270) :
a. Fungsi Pemahaman (Understanding)
Fungsi yang memberikan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan
kehidupan serta bagaimana mencari solusi dari problematika itu secara baik, benar dan mulia. Khususnya terhadap gangguan mental, serta problematika-problematika lahiriyah maupun
batiniyah pada umumnya. Memberikan pemahaman pula bahwasanya ajaran Islam (Al Qur‟an dan As-Sunnah)
merupakan sumber yang paling lengkap, benar dan suci untuk menyelesaikan berbagai problematika yang berkaitan dengan pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia dengan
dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan
keluarganya, pribadi manusia dengan lingkungan sosialnya.
Firman-Nya:
30
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka”. (An nisa, 4:80)
b. Fungsi pengendalian (Control)
Memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktifitas
setiap hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan Allah Ta‟ala. Sehingga tidak akan keluar dari hal kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan. Cita-cita dan tujuan
hidup dan kehidupan akan dapat tercapai dengan sukses; eksistensi dan esensi dari senantiasa mengalami kemajuan dan
perkembangan yang positif serta terjadinya keselarasan dan harmoni dalam kehidupan bersosialisasi, baik secara vertikal
maupun horizontal.
Potensi pengendalian diri itu dapat difahami secara tersirat dari pesan-pesan ayat Allah:
31
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila suatu bencana telah menimpa mereka, mereka mengatakan, sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami hanya
kepadaNya-lah akan kembali.” (Al Baqarah, 02: 155-156).
Seseorang yang telah memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, apabila ia ditimpa ujian, musibah atau bencana, maka secara otomstis ia akan dengan segera menggembalikan hal itu
semua kepada Allah Ta‟ala. Emosional dan kepribadiannya
tetap terkendali dan stabil dalam hal bimbingan, tuntunan dan
perlindungan-Nya.
c. Fungsi peramalan atau Analisa ke depan (Prediction).
Sesungguhnya dengan ilmu ini seseorang akan memiliki
potensi dasar untuk dapat melakukan analisa ke depan tentang segala peristiwa, kejadian dan perkembangan. Hal itu dapat
dibaca dan dianalisa berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu dan sedang atau akan terjadi. Sebagaimana Nabi Yusuf as. Pernah menganalisa suatu peristiwa yang akan terjadi
berdasarkan analisa dari suatu mimpi tentang “tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor lembu
yang kurus-kurus dan tujuh butir (Gandum) yang hijau dan
tujuh butir (gandum) lainnya yang kering”. Beliau menjelaskan
bahwa negara akan dilanda kekeringan tujuh tahun dan setelah
32
Hal itu semua semata-mata karena bimbingan, tuntunan
dan pengajaran dari Allah Ta‟ala. Seseorang tidak akan
mungkin dapat melakukannya, melainkan semata-mata karena pertolongan-Nya.
senantiasa mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Al Baqarah, 2: 282)
Dengan mengetahui sesuatu yang akan terjadi, maka seseorang akan dapat mempersiapkan diri untuk tindakan
antisipasi, jika peristiwa itu akan membawa manfaat atau tidak, kebaikan atau tidak, kebenaran atau tidak dan sebagainya. Dan
akhirnya banyak mengundang hikmah dan kebaikan bagi kehidupan manusia.
d. Fungsi pengembangan (Development)
Mengembangkan Ilmu keislaman, khususnya tentang manusia dan seluk beluknya, baik yang berhubungan dengan
problematika Ketuhanan menuju keinsanan; baik yang bersifat teoritis, aplikatif, maupun empirik. Bahkan bagi yang mempelajari dan mengaplikasikan ilmu ini, ia pun berarti
33
mendapat kemenangan.” (At Taubah, 9: 20)
e. Fungsi Pendidikan (Education)
Hakikat pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, misalnya dari keadaan tidak tahu manjadi tahu, dari buruk menjadi baik, atau dari yang sudah
baik menjadi lebih baik lagi
Fungsi utama datangnya para Nabi dan Rasul adalah
memberikan pendidikan kepada seluruh umat manusia, agar menjadi pandai, kritis dan brilian. Dengan potensi itu seorang
manusia akan dapat manjadi seorang manusia yang unggul dan sempurna (insan kamil) dimata Tuhannya. Dengan adanya As Sunnah Nabi-Nya SAW; maka seluruh isi Al Qur‟an dapat
34
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al Jumuah, 62:2).
Psikoterapi islam memberikan bimbingan dalam proses pendidikan melepaskan diri dari bekasan-bekasan dosa dan
kedurhakaan serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya; yang senantiasa dapat mengganggu eksistensi kepribadian yang fitri,
yaitu suatu kepribadian yang selalu cenderung berbuat baik dan kemaslahatan kepada sesama makhluk dan lingkungannya.
Untuk melepaskan diri dari lingkaran setan itu, maka perlu adanya perjuangan dan kesungguhan yang tinggi dengan metode, teknik dan strategi yang akurat, seperti yang sering
dilakukan dalam kerja psikologi umumnya, seperti perlu adanya:
1) Pemahaman diri (Self Insigt)
35
4) Penyelesaian masalah (Problem Solving) 5) Penerimaan diri (Self Acceptance)
Dalam ajaran spiritual islam lebih dikenal dengan istilah, Mujahadah (kesungguhan diri), riyadhah (mengolah
diri), muraqabah (pengamatan diri), wara (bersikap hati-hati) dan sebagainya dengan melakukan ibadah utama dan sunat,
seperti salat, puasa dzikirullah, do‟a, membaca Al Qur‟an dan
shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Tujuan Psikoterapi
Berikut ini diuraikan mengenai tujuan, dari psikoterapi secara khusus yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al
(1987):
a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut
Ivey, at al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun
sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada
36
atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik .
c. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan
utnuk mengganti dengan pola-pola perilakuyang lebih bias menyesuaikan.
d. Sehubugan dengan teori behavioristik ini, Ivey, et al (1987)
menjelaskan mengenai tujuan pada teori kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri,
mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan
oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan
seseorang.
Sedangkan tujuan Psikoterapi Menurut Corey (1991):
a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi , menurut
Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yangdisadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. b. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut
37
mengekplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-halyang mencegah pertumbuhan dan bisa mengalami aspek-aspek
pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
c. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan
sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup
secara rasional dan toleran.
d. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien
memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.
Untuk merangsang menerima ketergantungannya terhadap
dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain:
1) Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi) 2) Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat )
3) Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka
panjang)
4) Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus
38
Adapun tujuan dari Psikoterapi Islam ialah (Adz-Dzakiey, 2015: 278) :
a) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmaniyah dan rohaniyah, atau sehat mental, spiritual dan
moral, atau sehat jiwa dan raganya.
b) Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani, mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi
dalam kepribadian dan etos kerja
c) Meningkatkan kualitas keimanan, keihsanan dan ketauhidan
dalam kehidupan sehari-hari dan nyata
d) Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta dzat yang
Maha Suci yaitu Allah Ta‟ala Rabbal „Alamin.
C. Objek Psikoterapi Isalam
Sasaran atau obyek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan atau pengobatan dari Psikoterapi Islam adalah manusia (insan) secara utuh,
yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan gangguan pada (Adz-Dzakiey: 2015: 237) :
1. Mental
Mental merupakan sesuatu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan
39
berkonsentrasi, picik tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan
antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang madharat serta yang hak dan yang bathil.
mengetahuinya.” (Al Baqarah, 2:42).
Bagi manusia yang memiliki mental yang lemah bahkan
mungkin kotor dan bernajis, apakah mungkin ia dapat berfikir dan menerangkan semua dari ayat-ayat Nya yang menerangkan tentang
berbagai rahasia dan hikmahnya yang dalam dan tinggi. Seperti Firman Nya: Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar.” (Al Baqarah, 2:9)
“Dan mereka tidak melakukan penyesatkan melainan dirinya sendiri, sedangkan merekat idak menyadarinya.” (Ali Imran, 3: 69)
“Dan mereka tidak berbuat kebinasaan melainkan kepada diri mereka
40
Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang kesadarannya terganggu, sehingga ia tidak dapat menyadari bahawa
segala perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang dapat mengganggu, membinasakan dan merugikan dirinya sendiri, orang
lain maupun lingkungannya. 2. Spiritual
Spiritual yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh,
semangat atau jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalihan, dan menyangkut nilai-nilai Transsedental.
Seperti syirik (menduakan Allah), nifaq, fasiq, dan kufur; lemah keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malaikat dan lam ghaib semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada
Allah. mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa, 4:48).
41
parah spiritualnya. Bahkan Allah Ta‟ala menyebutkan mereka sebagai
orang-orang yang:
a. Tidak mendapatkan ampunan selama perbuatan syirik itu belum ditinggalkan
b. Keluar dari bimbingan dan hidayah Allah
c. Diharamkan syurga dan dihalalkan neraka baginya d. Menddapatkan siksa yang pedih
e. Terombang ambing dalam kegelisahan, kebimbangan dan
kegalauan kehidupan
f. Dihukumi sebagai najis atau kotoran
g. Diharamkan untuk dinikahi oleh orang yang mukmin h. Dicampakkan dan dijauhkan dari rahmat-Nya
Nifaq adalah penyakit spiritual yang juga sangat berbahaya. Yaitu sifat yang mendua dan tidak integrited. Dalam hati ia sangat
menentang kebenaran dari Allah, tetapi lisannya melantunkan kata-kata dan kalimat kebaikan, kebenaran dan ketaqwaan.
Allah Ta‟ala menerangkan tentang karakter dari orang-orang
yang munafik sebagai:
1) Pendusta dan pembohong
42
Rasulullah SAW, menerangkan bahwa tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga; jika ia berkata ia berdusta, jika ia berjanji ia tidak
menepatinya (ingkar) dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim ari Abu Hurairah RA).
Nifaq adalah perbuatan sedangkan munafiq adalah orang yang melakukan kemunafikan adalah orang yang secara lahiriyah ia mengaku sebagai orang muslim sedangkan kondisi bahtiniyah ingkar.
Walaupun ia menampakkan kemuslimannya dengan melakuan shalat, puasa dan perbuatan ibadah lainnya.
Demikian pula penyakit bahtiniyah yang lain seperti fasiq, yaitu sifat atau sikap menganggap enteng hukum-hukum dan hak-hak
Allah Ta‟ala. Suka menunda-nunda untuk melakukan
perbuatan-perbuatan kebenaran dan kebaikan. Menganggap enteng perkara-perkara yang berhubungan dengan akhlak dan moral. Sehingga tidak
dapat melihat kebenaran ketuhanan, tidak dapat mengatakan kebenaran dengan kebenaran Ketuhanan.
Bahkan yang paling parah adalah Allah Ta‟ala mencabut
potensi Ilahiyah-Nya yang Dia anugrahkan kepada setiap hamba, yaitu potensi akal, indrawi dan qalbu. Sehingga akal fikiran sudah tidak
dapat merenungkan dan menganalisa esensi dari rahasia-rahasia ayat-ayat Nya, hukum-hukum Nya dan eksistensi diri Nya. Indrawi pun tidak dapat menangkap pesan-pesan tersurat yang terhampar di
43
dapat menangkap pesan-pesan, isyarat isyarat hidayah dan ilham kewahyuan secara bashirah (penglihatan batin) dan mukasyafah
(ketersingkapan hakekat kebenaran). 3. Moral (akhlak),
Moral adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian; atau sikap
mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.
Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan
tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek , bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma
agama (islam) dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti liar, pemarah, sembrono, dengki, dendam, suka mengambil hak milik orang lain, berprasangka buruk, pemalas, mudah
putus asa dan sebagainya. Dalam ajaran islam sikap dan tingkah laku seperti itu merupakan perbuatan tercela dan di murkai oleh Allah dan
Rasul-Nya.
44
merupakan keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi manusia,
oleh karena itulah Allah Ta‟ala berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak megingat Allah.” (Al Ahzab, 33: 21).
Fungsi dan tujuan kedatangan para nabi dan rasul itu adalah
sebagai pendidik, pensuci dan penyembuhan terhadap berbagai penyakit yag terdapat ditengah-tengah umat, agar mereka menjadi hamba-hamba Allah yang benar-benar memiliki kesehatan dan
kemuliaan di hadapan Nya maupun dihadapan makhluk Nya. 4. Fisik
Fisik atau (Jasmaniyah), tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan Psikoterapi Islam, kecuali memang ada izin Allah SWT. Terapi fisik (jasmaniyah) yang paling berat dilakukan oleh
psikoterapi islam, apabila penyakit itu disebabkan oleh dosa-dosa dan kedurhakaan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang,
seperti, wajah dan kulit tampak hitam bahkan mungkin mengalami pembengkakan, luka dan sebagainya. Padahal mereka telah melakukan
berbagai upaya dan ihtiyar, tetapi tidak kunjung sembuh.
45
spiritual. Karena murka Allah yang sangat besar, seperti pernah terjadi pada masa kenabian dan umat-umat terdahulu yaitu wabah penyakit
yang dapat setiap saat merenggut jiwa seseorang pada mada masa Nabi
Musa as. Atas pembangkangan Fir‟aun.
D. Dasar Paradigma Psikoterapi Isalam
Paradigma adalah sistem atau model konseptual yang
menggambarkan suatu aspek kenyataan dimana nantinya dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan tentang bagaimana atau apa langkah-langkah yang
harus diambil untuk menjalankan suatu penelitian.
Islam sebagai agama yang mengajarkan banyak hal, masih sedikit kurang mengembangkan sebuah riset terkait dengan psikoterapi. Untuk
melihat konsep psikoterapi harus merujuk pada pedoman ayat-ayat
Al-Qur‟an, sehingga akan segera mengetahui bentuk dan teknik psikoterapi
islam itu seperti apa.
Ali Ibnu Sahal Rabbani Ath-Thabari sebagai pencetus terapi jiwa di dunia islam, bukunya yang berjudul Al Firdaus AL Hikmah merupakan
salah satu tulisan terlengkap dan tertua berbahsa Arab tentang obat-obatan. Melalui bukunya itu Al Thabari menjelakan bidang terapi jiwa
sebagai teknik penyembuhan pasien, ia melakukannya melalui konseling. Ia berpendapat, pasien gangguan kesehatan fisik dan jiwa sangat membutuhkan pendamping atau konseling. Hal ini perlu kesabaran dan
46
Metode semacam itu pada era modern disebut dengan psikoterapi. Ia menyebut metodenya dengan istilah konseling bijak atau ilaj al nafs.
Menurutnya seorang yang sakit adakalanya disebabkan imajinasi atau masalah psikis berat. Untuk itu, langkah penyembuhannya hanya bisa
dilakukan dengan konseling tadi.
Melalui terapi itu, diharapkan pasien bersedia mengungkapkan perasaanya, penyebab masalahnya dan segala isi hatinya. Kemudian
Psikoterapis dapat memberikan saran atau solusi terbaik yang bisa di tempuh. Hal ini dapat membantu pasien keluar dari masalah jiwa yang
membelenggunya. Ia meyakini cara ini efektif menyembuhkan penyakit. Lebih lanjut, al Thabari mengatakan bahwa Psikoterapis yang bijak, komnikatif dan punya selera humor sanggup mempraktikkan metode
psikoterapi dengan baik. Ia menduga beberapa sifat manusia yang bisa menggiringnya kepada gangguan jiwa antara lain; tamak, dengki, iri,
benci, tidak peduli dan suka berkhayal. Pengobatan terbaik adalah melalui cara prefentif, tentunya dengan menjauhi sifat-sifat tadi, menjalani pola hidup sehat, dan menjalankan ajaran agama
Pemikiran Al Tahabari mengenai Psikoterapi menjadi sumber rujukan. Pada masa selanjutnya, buka yang ditulis dalam bahasa Arab itu
diterjemahkan kedalam bahasa lainnya. Risalah hasil pemikirannya kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Oxford, Ingris.
Psikoterapi Islam jelas berakar pada Al-Qur‟an dan As Sunah
47 1. Al-Qur‟an
Bahwasanya konsep penyembuhan, pengobatan atau perawatan dari
suatu penyakit ysng terdapat mengandung makna ntuk: a. Menguatkan keimanan dengan Al-Qur‟an
b. Membenarkan suatu keyakinan bahwa barang siapa ditimpa suatu penyakit, maka sesungguhnya ia mampu mengobati penyakit itu kapan saja ia kehendaki dengan mencari metode atau
penyembuhan
c. Keyakinan orang yang mempercayai (beriman) kepada Rasulullah
SAW., bahwa Tuhannya telah memberi petunjuk kepadanya mengenai pelajaran-pelajaran tentang rahasia-rahasia Al Qur‟an dan dari padanya terdapat rahsia pengobatan atau penyembuhan
yang bermakna.
Adapun arti penyembuhan/obat (syifa) yang terdapat dalam
Al-Qur‟an menunjukkan bahwa Al Al-Qur‟an itu ialah akal dan
penyembuhan bagi siapa saja yang meyakininya. Dalam hal itu Al
Qur‟an sebagai penyembuh atau dibagi mejadi dua Bagian:
Pertama, bersifat umum; seluruh isi Al Qur‟an secara maknawi, surat-surat, ayat-ayat maupun hurufnya adalah memiliki
potensi penyembuhan atau obat.
Kedua, bersifat khusus yakni bukan seluruh Al-Qur‟an, melainkan hanya sebagian, bahwa ada dari ayat-ayat atau surat-surat