• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA (Di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA (Di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA

(Studi Di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang)

PUPUT NURIMAH 143210135

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA

(Studi Di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang

PUPUT NURIMAH 143210135

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Puput Nurimah

NIM : 143210135

Tempat, tanggal Lahir : Lumajang, 0 5 Juli 1996

Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes ICME Jombang

Menyatan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Kejadian Demensia Pada lansia (Studi di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang)”. Adapun skripsi ini bukan milik orang lain

baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumber.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Jombang, 07 September 2018

Puput Nurimah

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 05 Juli 1996 dengan jenis kelamin perempuan. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SDN 03 Sumberwuluh Lumajang, Tahun 2011 penulis lulus dari SMPN 01 Candipuro Lumajang, Tahun 2014 penulis lulus dari SMKN 01 Pasirian Lumajang, Tahun 2014 sampai

sekarang penulis mengikuti pendidikan Prodi S1 Ilmu Keperawatan di STIKES ICME Jombang.

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jombang, 07 September 2018

(8)

PERSEMBAHAN

Seiring doa dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :

1. Allah SWT, karena atas ijin dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang meridhoi dan mengabulkan segala doa.

2. Bapak dan ibuku tersayang, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya.

3. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya.

4. Teman seperjuangan (S1 Ilmu Keperawatan kelas 8C), tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin sampai disini, terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir perjuangan selama kurang lebih 4 tahun ini.

5. Sahabat-sahabatku tersayang Kost Elit (Yeni, Niki, Eni, Elis, Ayik, Karinda, Rum dan Yumnun), Terimakasih atas segala dukungan, semangat, dan motivasi selama ini.

(9)

MOTTO

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Kejadian Demensia Pada Lansia ( Studi di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang)” ini dengan

sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat H.imam Fatoni, S.KM.,MM selaku ketua STIKes ICME Jombang, ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan, Bapak Dr. Hariyono, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini, ibu Maharani Tri Puspitasari, S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini. Kepala Desa Peterongan Kabupaten Jombang yang telah memberikan ijin penelitian, serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Jombang, 07 September 2018

(11)

ABSTRAK

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA

(Di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang)

Oleh : PUPUT NURIMAH

143210135

Hipertensi merupakan kejadian peningkatan tekanan darah dan sementara tekanan darah terus menerus meningkat yang dapat membuat kerusakan lebih besar pada tubuh. Lansia akan lebih mudah terkena hipertensi karena terjadi banyak perubahan fungsi dan struktur dalam tubuhnya. Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama kini dapat mempengaruhi gangguan penurunan fungsi kognitif pada lansia salah satunya yaitu fungsi memori yang bila dibiarkan secara kronis akan menyebabkan demensia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

Desain penelitian ini yang digunakan adalah analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan kusioner dan test mini mental examination dengan menggunakan uji statistik rank spearman.

Hasil penelitian menunjukkan 54 responden diketahui bahwa responden mengalami lama menderita hipertensi durasi sedang (6-10 tahun) sejumlah 28 (51.9%), responden mengalami lama menderita hipertensi durasi ringan (1-5 tahun) sejumlah 24 (44.4%), responden mengalami lama menderita hipertensi panjang (>10 tahun) sejumlah 2 (3.7%) dan kejadian demensia sedang sejumlah 26 (48.1%), kejadian demensia ringan sejumlah 18 (33.3%), kejadian demensia normal sejumlah 10 (18.5%) dengan hasil uji rank spearman dengan nilai p=0,000

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

(12)

ABSTRACT

RELATION OF LENGTH OF SUFFERING HYPERTENSION TO DEMENTIA OF ELDERLY

(At Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang)

By :

PUPUT NURIMAH 143210135

Hypertension is an occurrence of an increase in blood pressure and while blood pressure continues to increase which can make greater damage to the body. Elderly will be more susceptible to hypertension because there are many changes in function and structure in the body. Hypertension that occurs over a long period of time can affect impaired of cognitive function to elderly, one of which is a memory function that if it left out chronically will cause dementia. The purpose of this study to determine the Relation of Length of suffering Hypertension to Dementia of Elderly Dusun Pajaran, Peterongan Village, Kab Jombang.

Research design used was correlation analytic. The population in this research were the elderly in Dusun Pajaran, Peterongan Village, Kab Jombang. In this research the sampling technique used was Simple Random Sampling. Data collection using questionnaire and test mini mental examination by using rank spearman statistical test.

The results showed 54 respondents were known that respondents experienced Length of suffering Hypertension (6-10 years) a number of 28 (51.9%), respondents experienced Length of suffering Hypertension in a mild duration (1-5 years) a number of 24 (44.4%), respondents experienced Length of suffering Hypertension in long-term hypertension (> 10 years) of 2 (3.7%) and the incidence of moderate dementia was 26 (48.1%), the incidence of mild dementia was 18 (33.3%), the incidence of normal dementia was 10 (18.5%) with the results of the Spearman rank test with p value = 0,000

The conclusion says that there is a Relation of Length of suffering Hypertension to Dementia of Elderly at Dusun Pajaran, Peterongan Village, Kab Jombang.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... ... 3

1.3. Tujuan... ... 3

1.4. Manfaat... ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Konsep Hipertensi... ... 5

2.2 Konsep Demensia ... 12

2.3 Konsep MMSE ... 17

2.4 Konsep Lansia ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual... .. 31

3.2 Hipotesis Penelitian... ... 32

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 4.1 Jenis Penelitian... .... 33

4.2 Rancangan Penelitian ... ... 33

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... .. 33

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling ... .. 34

4.5 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja) ... ... 36

4.6 Identifikasi Variabel ... ... 37

4.7 Definisi Operasional ... ... 37

4.8 Pengumpulan Data dan Analisa Data... ... 38

4.9 Etika Penelitian ... 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 5.1 Hasil Penelitian... ... 45

5.2 Pembahasan... ... 50

BAB 6 HASIL KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 59

(14)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Daftar Tabel Halaman

1 Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi……….. 6 2 Tabel 2.3 Pemeriksaan MMSE……….... 19 3 Tabel 4.2 Definisi Operasional Hubungan Lama Menderita Hipertensi

Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran Desa Peterongan Kabupaten Jombang……….... 38 4 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Dusun

Pajaran Desa Peterongan Kabupaten Jombang………... 46 5 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di

Dusun Pajaran Desa Peterongan Kabupaten Jombang……… 46 6 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di

Dusun Pajaran Desa Peterongan Kabupaten Jombang……… 47 7 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan genetik di

Dusun Pajaran Desa Peterongan Kabupaten Jombang…….... 47 8 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan olahraga di

Dusun Pajaran Desa Peterongan Kabupaten Jombang…….... 47 9 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama menderita

hipertensi di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten

Jombang………... 48 10 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian

demensi pada lansia di Dusun Pajaran Desa Peterongan

Kabupaten Jombang……… 48

11 Tabel 5.8 Tabulasi silang Hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa

(15)

DAFTAR GAMBAR

No.Daftar Gambar Daftar Gambar Halaman

1. Gambar 3.1 Kerang konseptual Hubungan Lama Menderita Hipertensi Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran

Desa Peterongan Kabupaten Jombang……… 31 2. Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Lama Menderita Hipertensi

Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 2 : Surat Pernyataan Perpustakaan Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Balasan

Lampiran 5 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 6 : Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7 : Kusioner

Lampiran 8 : Kisi-kisi Kusioner

Lampiran 9 : Tabulasi Data Umum Responden Lampiran 10 : Tabulasi Data Khusus Responden Lampiran 11 : Hasil Uji SPSS

(17)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

DAFTAR LAMBANG

1. H1 : Hipotesis alternatif 2. % : Prosentase

3. ρ : Rho (tingkat signifikasi) 4. N : Jumlah populasi

5. n : Besar sampel yang dibutuhkan 6. d : Tingkat kepercayaan

7. > : lebih besar 8. < : lebih kecil 9. f : Frekuensi

10.∑f : Jumlah skor yang diperoleh 11.ɑ : Alpha

DAFTAR SINGKATAN

STIKes : Sekolah Tinggi IlmuKesehatan ICMe : Insan Cendekia Medika

(18)

1

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pola gaya hidup masa kini yang semakin berkembang menyebabkan meningkatnya angka kejadian penyakit degeneratif seperti hipertensi. Hipertensi atau yang dikenal dengan darah tinggi merupakan kejadian peningkatan tekanan darah dan menimbulkan gejala tertentu yang mampu membuat kerusakan yang lebih besar pada tubuh dan otak seperti kerusakan sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan fungsi kognitif yang dapat menyebabkan demensia. Demensia terjadi pada lansia yang mengalami hipertensi dalam jangka waktu yang lama. Semakin tekanan darah meningkat dalam kurun waktu yang cukup lama maka hal tersebut menjadi pemicu terjadinya demensia yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan dalam mengingat dan menyerap informasi, yang tentunya akan sangat menggangu kualitas hidup lansia (Matius D, 2015:4).

(19)

Data WHO (2011), didapatkan 1 milyar lansia menderita hipertensi dari 2/3 diantaranya berada dinegara berkembang. Prevelensi hipertensi diperkirakan semakin meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau milyar lansia diseluruh dunia menderita hipertensi, sedang di indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi, data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk lansia di asia tenggara mengalami hipertensi. Sedangkan jumlah penduduk lansia di Jawa Timur 2015 mengalami kenaikan sekitar 0,1% atau 90.484 jiwa. Hal ini menunjukkan kenaikan di bandingkan tahun 2014 lalu dimana tahun 2015 berjumlah 3.832.295 jiwa sedangkan 2014 berjumlah 3.741.811 jiwa (Trimarjono, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang jumlah lansia tahun 2016 sebanyak 182.096 lansia. Jumlah penyakit Hipertensi di kabupaten jombang menduduki peringkat ke 3 dengan jumlah kasus sebesar 35.130 lansia (11,29%) (Dinkes Jombang, 2016).

(20)

tersebut pada akhirnya akan membuat sel neuron mati dan menimbulkan gangguan penurunan fungsi kognitif, salah satunya fungsi memori yang bila dibiarkan secara kronis dapat menyebabkan demensia (Baars LMaE, 2010:110). Demensia sangat menganggu kualitas hidup penderita dan akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang, dimana berbagai fungsi mulai menurun, meningkatnya risiko menurunnya daya ingat, kemampuan mengurus diri sendiri yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari (Gloria V, 2016:2).

Masalah lansia dengan hipertensi menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi kognitif terutama fungsi memori (demensia). Dalam mengatasi kejadian demensia, maka harus dilakukan kegiatan mengingat, berbicara, berpikir, konseling untuk lansia maupun keluarganya, menciptakan lingkungan yang membuat penerimaan lebih baik te:rhadap perawatan agar lansia dapat tetap mandiri dan produktif (Maryam S, 2015:45)

1.2Rumusan Masalah

(21)

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian lama menderita hipertensi pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

b. Mengidentifikasi kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

c. Mengidentifikasi hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi landasan dalam menambah khasanah pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan keperawatan khususnya.

1.4.2 Praktis

(22)

5

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah perisisten dimana tekanan sisitolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg (Majority J, 2015:10).

Hipertensi adalah suatu penyakit yang biasanya tidak menimbulkan gejala, dan sementara tekanan darah terus menerus menigkat dalam jangka waktu lama yang bisa menyebabkan komplikasi seperti gangguang fungsi kognitif, stroke dll (Jannifer, 2016:68).

American Sosiety of Hypertension (ASH) menyebutkan hipertensi adalah suatu penyakit atau kumpulan gejala gangguan kardiovaskuler progresif yang terjadi sebagai akibat dari kondisi penyakit kompleks yang saling berhubungan (Nuraini, 2015:12).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan pada system kardiovaskuler.

b. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaksuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan dan gangguan dari organ lain.

(23)

Bianti N (2015) menyebutkan klasifikasi hipertensi dibagi menjadi 4, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik

Normal < 120 mmHg > 80 mmHg

Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80 – 89 mmHg

Hipertensi Stage 1 140-159 mmHg 80-99 mmHg

Hipertensi Stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Sumber : Majority J, 2015:11 2.1.3 Etiologi Hipertensi

Pada umumnya penyebab hipertensi masih belum diketahui secara spesifik. Hipertensi terjadi karena peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan darah perifer. Namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain :

a. Genetik

Di dapatkan 70-80% kasus hipertensi diakibatkan karena faktor keturunan. Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi maka dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada keluarga yang tidak memiliki riwayat hipertensi (Situmorang P, 2015:68).

b. Obesitas

(24)

c. Stres

Tekanan darah sewaktu-waktu dapat meningkat jika seseorang mengalami stres. Ketika stres, hormon adrenalin pada tubuh akan mengalami peningkatan sehingga menyebabkan kerja jantung dalam memompah darah lebih cepat dan tekanan darah pun meningkat (Majoritiy J, 2015:12).

d. Kurang olahraga

Kurangnya olahraga atau aktivitas fisik dapat mengakibatkan risiko hipertensi dikarenakan bertambah pula risiko kegemukan. Seseorang yang tidak aktif cenderung kerja jantung akan semakin cepat dan otot jantung juga harus bekerja lebih keras dalam setiap kontraksi, semakin besar untuk memompah maka kemungkinan besar kekuatan yang mendesak arteri (Situmorang P, 2015:13).

e. Kebiasaan merokok

Merokok menjadi salah satu penyebab penyakit jantung. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah karena kandungan nikotin yang mempengaruhi peredaran darah dalam tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pembuluh darah (Situmorang P, 2015:69). f. Pola makan yang salah

(25)

yang berlebih akan menggumpal pada dinding pembuluh darah sehingga menyumbat aliran darah (Situmorang P, 2015:69).

2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Penelitian yang dilakukan oleh FKUI dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) didapatkan bahwa hipertensi kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Namun, terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epistaksis (Sharif La, 2012:245).

Rina P. Situmorang (2015) menyebutkan gejala hipertensi pada masing-masing individu bervariasi, antara lain :

a. Sakit kepala

b. Jantung berdebar dan gelisah

c. Sulit bernafas setelah beraktivitas berat d. Mudah lelah

e. Penglihatan kabur f. Epistaksis

g. Sering buang air kecil terutama saat malam hari h. Terasa berputar-putar (vertigo)

i. Kesemutan pada kaki dan tangan j. Lemas (Mujahidullah K, 2012:106).

(26)

hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) (Depkes RI, 2013).

2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini saraf simpatik yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui syaraf simpatis. Pada titik ganglion ini neuron prebanglio melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paksa ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya nere freneprine mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Sharif La, 2012:244).

(27)

merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi (Sharif La, 2012:244).

2.1.6 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang ditimbulkan apabila hipertensi tidak segera ditangani, yaitu :

a. Otak

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan stroke dan demensia. Tekanan darah yang tinggi akan merusak dinding pembuluh darah sehingga lama kelamaan dinding pembuluh darah semakin sempit..

b. Kardiovaskular: infark miokard, gagal jantung. c. Ginjal: penyakit ginjal kronik.

d. Mata : retinopati (Majority J, 2015:14).

(28)

2.1.7 Pencegahan Hipertensi

a. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain : tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebih dianjurkan untuk :

1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabete mellitus, dan sebagainya. 2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3. Mengubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

4. Melakukan olahraga untuk mengendalikan berat badan (Mujahidullah K, 2012:108).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa :

1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

2. Faktor resiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol. 3. Batasi aktivitas (Mujahidullah K, 2012:109).

(29)

a. Perubahan pola makan

b. Pembatasan penggunaan garam, bumbu penyedap dan makanan berpengawet

c. Membatasi konsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi d. Menghentikan kebiasaan merokok

e. Melakukan olahraga secara teratur

f. Menghindari stress (Majority J, 2015:17).

2.1.8 Cara menghitung dan kategori lama menderita hipertensi

Menghitung Rentang waktu responden yang menderita hipertensi, dihitung mulai pertama kali terdiagnosa sampai dilakukan penelitian, dihitung dalam satuan tahun. Sedangkan kategori lama menderita hipertensi menurut Wardah (2015) dibagi menjadi 3, yaitu 1-5 tahun (durasi pendek), 6-10 tahun (durasi sedang) dang > 10 tahun (durasi panjang)

2.2Konsep Demensia

2.2.1 Definisi Demensia

(30)

Demensia adalah gangguan memori yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku yang mengganggu atau tidak menggangu. Demensia bukan penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala dari beberapa penyakit atau berbagai kondisi tertentu sehingga menunjukkan adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku (Effendi et al, 2014:333).

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif dan global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley M, 2007:467).

2.2.2 Etiologi Demensia

Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan : a. Intoksikasi obat (obat, termasuk alkohol, dan lain-lain) b. Infeksi susunan saraf pusat

c. Gangguan metabolik d. Gangguan nutrisi

e. Gangguan vaskuler (demensia multi infark) (Mujahadullah K, 2012:32)

Penyakit degenerative progresif : a. Penyakit pick

b. Penyakit Parkinson

(31)

Penyakit demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui, karena dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup sehari-hari yang normal. Penyebab demensia yang lain, yaitu

D– Drugs (obat-obatan)

E– Emotional (gangguan emosi, missal depresi) M– Metabolic (Endokrin)

E – Eye and Ear (disfungsi mata dan telinga) N– Nutrition

T – Tumor dan Trauma I – Infection

A– Aterosclerotic (Komplikasi penyakit aterosklerosis) (Mujahidullah K, 2012:32).

2.2.3 Faktor Resiko Demensia

Faktor resiko terjadinya demensia, antara lain : a. Usia

Umur akan mempengaruhi terjadinya demensia, dengan bertambahnya umur maka resiko demensia juga semakin bertambah. Peningkatan demensia dua kali lipat setelah melewati umur 60 tahun (Wreksoatmodjo, 2014:11).

b. Gender

(32)

c. Ras

Penelitian di Amerika menyatakan bahwa kejadian demensia dua kali lebih tinggi terjadi pada kalangan ras berkulit putih. Di Negara Asia prevelensi demensia lebih rendah (Wreksoatmodjo, 2014:12).

d. Tekanan Darah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada usia 35-75 tahun dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif dan peningkatan terjadinya demensia. Tekanan darah tinggi yang terjadi pada usia lanjut akan meningkatkan aterosklerosis, jumlah lesi iskemik otak, jumlah plak di korteks dan atrofi hippocampus (pusat memori) (Poulin et al, 2011:12).

2.2.4 Tanda Dan Gejala Demensia

Alzheimer's Disease and Related Disorders Association (2007),

tanda dan gejala demensia, antara lain

a. Hilang ingatan

b. Aprakxia (Penderita mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari)

c. Gangguan bahasa (Penderita sulit mengungkapkan kata dalam mengungkapkan isi pikirnya, semakin parah penyakitnya maka ucapannya semakin sulit dimengerti)

d. Disfungsi visuo-spatial (disorientasi waktu dan tempat) e. Salah menempatkan segala sesuatu

(33)

h. Kehilangan inisiatif atau apatis (Nugroho W, 2012:14). 2.2.5 Tahapan Demensia

Khalid Mujahidullah (2012) menyebutkan tahapan demensia dibagi menjadi 3, antara lain :

a. Tahapan Awal (Ringan)

Ditandai dengan gangguan memori subjektif, konsentrasi buruk dan gangguan visuo-spatial, disorientasi waktu dan tempat. Penderita mungkin mengeluh agnosia kanan-kiri serta mengalami perubahan kepribadian (Mujahidullah K, 2012:33).

b. Tahap Pertengahan (Sedang)

Terjadi tanda yang mengarah kekerusakan fokal-kortikal, walaupun tidak terlihat pola defisit yang khas. Gejala yang disebabkan oleh disfungsi lobus parietalis (missal agnosia, dispraksia, dan akalkulia) sering terjadi. Gejala neurologic mungkin termasuk antara lain tanggapan ekstensor dan plantaris sera beberapa kelemahan fasial. Delusi dan halusinasi mungkin terjadi, walaupun pembicaraan mungkin masih kelihatan normal (Mujahidullah K, 2012:34).

c. Tahap Akhir (Berat)

(34)

langkah, tonus oot, gambaran yang mengarah pada sindrom kluver-bucy (apatis, gangguan pengenalan, gerak mulut tak terkontrol, amnesia) (Mujahidullah K, 2012:34).

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Demensia

a. Pemeriksaan fisik dan neurologis

Pemeriksaan fisik dan neurologis pada demensia dilakukan untuk mencari keterlibatan sistem saraf dan penyakit sistemik yang mungkin dapat dihubungkan dengan gangguan kognitifnya. (Rochmah, 2009:15).

b. Pemeriksaan kognitif dan neuropsikiatrik

Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi penurunan fungsi kognitif adalah Mini-Mental State Examination (MMSE), yang dapat pula digunakan untuk memantau perjalanan penyakit (Perdossi, 2013:16).

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada pasien demensia tidak dilakukan sertamerta pada semua kasus. Pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan adalah CT/MRI kepala (Rochmah, 2009:18).

2.3Konsep MMSE (Mini-Mental State Examination)

2.3.1 Definisi MMSE

(35)

perubahan dalam fungsi kognitif dari waktu ke waktu, dan seringkali untuk menilai efek dari agen terapeutik pada fungsi kognitif. Sensitivitas dan spesifisitas MMSE memuaskan dengan rincian sensitivitas 83% dan spesifisitas 87%. Instrumen pemeriksaan ini disebut mini karena hanya focus pada aspek kognitif dan fungsi mental tanpa menanyakan tentang polapikiran dan mood (Kochhann, 2009:22).

Mini Mental State Examination adalah salah satu tes yang sering digunakan dalam pengobatan klinis untuk menilai fungsi kognitif subyek secara keseluruhan, secara signifikan terhadap memori dan perhatian (Meloh et al, 2015:322).

2.3.2 Skoring dan Interpretasi MMSE

Hasil skor pada MMSE dipengaruhi oleh variabel demografi. Skor cenderung rendah pada lansia dan tingkat pendidikan yang rendah. Namun, skor MMSE yang rendah ketika faktor usia dan tingkat pendidikan dikontrol memiliki interpretasi yang mengarah kepada demensia (Kamajaya D, 2014:23).

(36)

Total skor pada MMSE jika semua jawaban benar adalah 30. Berdasarkan skor pada MMSE, status demensia pasien dapat digolongkan menjadi:

a. Normal : skor 25-30 b. Demensia ringan : skor 20-24 c. Demensia sedang : skor 13-19

d. Demensia berat : skor 0-12 (Kamajaya D, 2014:23) Tabel 2.3 Pemeriksaan MMSE

Tes MMSE Skor

Orientasi 1. Sebutkan :

a. tahun berapa sekarang b. musim apa

c. tanggal d. bulan e. hari

2. Sebutkan di mana kita sekarang a. negara

3. Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda dengan antara 1 detik waktu menyebut nama benda tersebut (misalnya : buku, mangkok, payung). Setelah slesai suruh penderita menyebutkannya. Beri angka 1 untuk tiap jawaban yang betul. Kemudian, bila salah suruh ulang sampai betul semua. Perhatian dan kalkulasi

4. Hitungan kurang 7. Misalnya 100 – 7, pendapatannya (hasilnya) dikurang lagi dengan 7, demikian seterusnya sampai 5 jawaban. Jadi : 100 -7 = 93 – 7 = 86 – 7 = 79; 72; 65. Beri angka 1 bagi tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini dapat di ganti dengan tes meng – eja, yaitu mengeja mundur kata : kartu (utrak). menyebutkan nama benda yang anda tunjuk.

7. Suruh pasien mengulang kalimat berikut : “Tanpa kalau, dan

atau tetapi “

8. Suruh pasien melakukan 3 tingkat, yaitu :

(37)

a. Ambil kertas dengan tangan kanan b. Lipat kedua kertas itu

c. Letakkan kertas itu di lantai

9. Anda tulis kalimat suruhan dan suruh pasien melakukannya : “Tutup mata”

10. Suruh penderita menulis satu kalimat pilihannya sendiri (kalimat harus mengandung subyek dan obyek dan harus mempunyai makna. Salah eja tidak diperhitungkan bila memberi skor).

11. Pasien disuruh menulis dengan spontan, Pasien di suruh menggambar bentuk di bawah ini:

3

1

1

1

Skor Total 30

Sumber : Lumbantobing S.M, 2011:68 Keterangan :

Depkes R1 tahun 2005 menyebutkan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.

(38)

WHO (2015) mengemukakan bahwa lansia adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam ukuran, fungsi dan telah menunjukkan perubahan seiring berjalannya waktu (Dewi S, 2016:14). Setiap orang akan mengalami proses menjadi tua, pada masa tua seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011:10).

2.4.2 Batasan Lansia

World health organization (WHO) menyebutkan ada empat tahapan usia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

Batasan lansia dapat ditinjau dari aspek biologi, sosial, dan usia atau batasan usia yaitu :

a. Aspek Biologi

(39)

b. Aspek Sosial

Dari sudut pandang sosial, lansia merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Bagi masyarakat tradisional Asia, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat (Notoatmojo S, 2007:21).

c. Aspek Umur

Dari kedua aspek diatas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan lansia secara tepat (Notoatmojo S, 2007:21).

2.4.3 Teori-teori Proses Menua

a. Teori Biologis 1. Teori genetik

Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik. Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi spontan yang tidak dapat terakumulasi seiring dengan usia. Sebagai contoh yaitu mutasi pada sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Aru et al., 2009:15).

2. Teori Imunologis

(40)

menyebabkan sistem imun tidak mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Darmajo, 2009:16).

3. Teori Stress

Teori stress menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lemah (Darmajo, 2009:16).

b. Teori Psikososial

1. Teori Penarikan Diri

(41)

2. Teori Aktivitas

Teori aktivitas menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah lansia yang aktif dan dapat melakukan berbagai kegiatan serta dapat mempertahankan kegiatannya sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri (Stanley, 2010:19).

3. Teori Interaksi Sosial

Teori interaksi sosial ini menjelaskan bahwa lansia dapat mempertatankan kemampuan berinteraksi dengan cara tetap menjalin komunikasi dengan baik dan dapat mempertahankan status sosialnya (Stanley, 2010:19).

4. Teori Perkembangan

Teori perkembangan menjelaskan mengenai bagaimana proses menjadi tua, karena menjadi suatu tantangan dan bagaimana lansia mengatasi tantangan tersebut, sehingga lansia dapat memberikan penilaian posotif ataupun negative (Stanley, 2010:20).

2.4.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Mujahidullah (2012) menyebutkan ada beberapa perubahan yang terjadi padalansia yaitu :

a. Perubahan Fisik 1. Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya. b) Lebih besar ukurannya.

(42)

2. Sistem persyarafan

a) Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

b) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dangan stres.

c) Mengecilnya syaraf panca indra (Mujahidullah K, 2012:15). 3. Sistem pendengaran

a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi ;suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebebkan otosklerosis. c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kerati (Mujahidullah K, 2012:15). 4. Sistem penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk sferis (bola). b) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

c) Meningkatnya ambang pengamatan sinar: adanya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

d) Menurunnya lapang pandang: berkurang luas pandangan. e) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada

(43)

5. Sistem kardiovaskular

a) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

b) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer: sistol normal 170 mmHg dan diastol normal 95 mmHg (Mujahidullah K, 2012:16).

6. Sistem respirasi

a) Otot –otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. b) Paru-paru kehilangan elastisitas: kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

c) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg dan karbondioksida tidak berganti.

d) Kemampuan untuk batuk berkurang (Mujahidullah K, 2012:16).

7. Sistem gastrointestinal

a) Kehilangan gigi : penyebab utamanya adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun.

(44)

c) Esofagus melebar.

d) Lambung : rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f) Liver (hati): makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah (Mujahidullah K, 2012:16).

8. Sistem genito urinaria

a) Vesika urinari atau kandung kemih : otot-otot menjadi lemah kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

b) Pembesaran prostat  75% yang dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.

c) Vagina :selaput lendir menjadi kering elastisitas menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, terjadi perubahan warna.

(45)

9. Sistem endokrin

a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b) Menurunnya aktivitas tyroid : menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), menurunnya daya pertukaran zat.

c) Menurunnya sekresi hormon kelamin misal : progesteron, estrogen, testosteron (Mujahidullah K, 2012:17).

10.Sistem kulit

a) Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. c) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

d) Berkurangnya elastisitas akibat dari penurunan cairan dan vaskularisasi.

e) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

f) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. g) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya

(Mujahidullah K, 2012:17). 11.Sistem muskuloskeletal

a) Atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabu-serabut otot mengecil sehngga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

b) Tulang kehilangan (cairan ) dan makin rapuh. c) Kifosis.

(46)

e) Persendian membesar dan menjadi kaku (Mujahidullah K, 2012:15).

b. Perubahan-Perubahan Mental

1. Faktor-faktor yang memperngaruhi perubahan mental a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan d) Keturunan

e) Lingkungan (Mujahidullah K, 2012:18) 2. Perubahan kepribadian yang drastis

Keadaan ini jarang terjadi, lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit (Mujahidullah K, 2012:18) 3. Kenangan (memori)

(47)

4. IQ (Interlgentia Quantion)

a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

(48)

31

31 BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

Faktor Resiko

(49)

Penjelasan Kerangka Konseptual

Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa :

Faktor resiko Hipertensi terdiri dari : genetik, obesitas, kurang olahraga, kebiasaan merokok, dan pola makan yang salah, dari faktor resiko hipertensi bisa mengakibatkan gangguang vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Dari hipertensi dapat diketahui tentang lama menderita hipertensi, dibagi menjadi 3 yaitu Durasi pendek 1- 5 tahun, Durasi sedang 6 - 10 tahun, Durasi panjang >10 tahun. Lama menderita hipertensi dapat menyebabkan demensia. Demensia dibagi menjadi 4 kategori yaitu demensia normal, ringan, sedang dan berat.

Hubungan kekuatan antara kedua variabel independen dan dependen akan dibuktikan pada penelitian ini. Dalam hal ini peneliti ingin menganalisis hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

3.2Hipotesis Penelitian

Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2012:105).

(50)

33

33 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

4.2Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu jenis penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek meliputi variabel bebas dan variabel terikat yang diukur sekaligus dalam suatu waktu (Notoatmodjo, 2012:37).

4.3Waktu dan Tempat Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang. Pemilihan lokasi ini dikarenakan banyaknya lansia yang mengalami hipertensi.

4.3.2 Waktu Penelitian

(51)

4.4Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh objek penelitian (Arikunto, 2013:173). Populasi dalam penelitian ini adalah 120 lansia yang ada di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013:174). Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2010:115), sebagai berikut:

n = N

N (𝑑)2 + 1 n = 120

120 (0,1)² + 1 = 54

Keterangan:

n = Besar sampel yang dibutuhkan N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10%=0,1) Berdasarkan rumus diatas maka sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang ada di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang yang berjumlah 54 lansia.

4.4.3 Sampling

(52)

randem sampling yaitu pengambilan sampel dengan jenis probability yang sederhana untuk mencampai sampling ini, secara elemen diseleksi secara acak.

Kriteria sampel adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013) 1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan criteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2013:92). Kriteriaa inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Lansia yang mengalami hipertensi sudah lama b. Lansia yang bersedia menjadi responden penelitian

c. Lansia tidak mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan d. Lansia tidak bekerja

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi criteria inklusi dari studi karena sebab (Nurslam, 2013:92). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden

(53)

4.5Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja)

Gambar 4.1 Kerangka operasional hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Populasi

120 jiwa jumlah lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling

Sampel

54 Lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang

Desain Penelitian

Analitik korelasi pendekatan cross sectional

Pengumpulan Data Lama Menderita Hipertensi

Kusioner

Hasil dan Pembahasan

Pengumpulan Data Demensia

Kusioner MMSE

Pengelohan Data

Editing, coding, skoring, tabulating

Analisa Data Spearman Rank

(54)

4.6Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012:103). Dalam penelitian ini variabel dibedakan menjadi :

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya mempengaruhi variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam,2013:115). Dalam penelitian ini variabel independen yaitu Lama Menderita Hipertensi.

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel – variabel lain (Nursalam, 2013:115). Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu Kejadian Demensia pada Lansia. 4.7Definisi Operasional

(55)

Table 4.2 Definisi operasional penelitian Hubungan lama menderita Hipertensi dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

Variabel Definisi Operasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor/ Katergori

Variabel

Kusioner Ordinal Kategorik : 1. Durasi

Ordinal Kategorik : 1. Normal 25-30

4.8Pengumpulan dan Analisa Data

4.8.1 Instrumen

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dan kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis (Sugiyono, 2015:40).

(56)

perhatian dan kalkulasi, recalling, bahasa dan copying. dengan nilai antara 0-30 untuk mengetahui apakah sampel menderita demensia atau tidak.

Pada penelitian ini, responden harus mengisi lembar kusioner MMSE. Nilai yang diperoleh akan dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi nilai total. Nilai total inilah yang akan ditafsirkan sebagai posisi responden.

4.8.2 Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data adalah suatu pendektan kepada subjek dan pengumpulan karakteristik subjek yang dilakukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013:125).

Dalam penelitian ini prosedur yang di tetapkan adalah sebagai berikut :

a. Perizinan

1. Tahap awal prosedur pengambilan data dilakukan dengan meminta surat perizinan pengantar Pre Survey data dan Studi Pendahuluan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

2. Perizinan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. 3. Perizinan Kepada Kepala Puskesmas Peterongan Kabupaten

Jombang

(57)

b. Pengambilan Sampel

1. Upaya untuk menentukan responden yang sesuai kriteria Lansia yang mengalami hipertensi.

2. Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Lama Menderita Hipertensi

dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

3. Memberikan informen consent pada responden

Peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden kepada responden.

4. Responden menandatangani surat persetjuan menjadi responden. 5. Mengidentifikasi responden dengan menggunakan kusioner. 6. Selanjutnya melakukan Editing, Coding, Skoring dan Tabulating. 4.8.3 Pengolaan Data

Pada persiapan analisa data, dilakukan pengolaan data melalui tahap Editing, Coding, Skoring dan Tabulating (Notoatmodjo, 2012:174):

1. Editing merupakan kegiatan cek data dan memperbaiki instrument 2. Coding adalah pengubah data menjadi angka atau kode untuk

mempermudah pengelompokan data. a. Data Umum Responden

1. Usia Responden

(58)

2. Pendidikan Responden

SD = 1

SMP = 2

SMA/SMK = 3

PT = 4

3. Jenis Kelamin Responden

Laki-laki = 1

Perempuan = 2

4. Genetik atau Keturunan

Ya = 1

Tidak = 2

5. Olahraga

Sering = 1

Kadang-kadang = 2 Tidak Pernah = 3 b. Data Khusus Responden

1. Lama Menderita Hipertensi Durasi Pendek = 1 Durasi Sedang = 2 Durasi Panjang = 3 2. Kejadian Demensia

Normal = 1

Ringan = 2

(59)

Berat = 4

3. Skoring adalah pemberian nama pada masing-masing jawaban yang dipilih responden sesuai kriteria instrumen

a. Lama Menderita Hipertensi

Durasi Pendek = 1-5 tahaun Durasi Sedang = 6-10 tahun Durasi Panjang = >10 tahun b. Kejadian Demensia

Normal = skor 25-30

Ringan = skor 20-24

Sedang = skor 13-19

Berat = skor 0-12

4. Tabulating, untuk memudahkan analisa data maka data dikelompokkan ke dalam tabel kerja.

4.8.4 Cara Analisa Data

Pada analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang dilakukan analisis univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

(60)

Langkah-langkah analisis univariat adalah sebagai berikut :

a) Distribusi frekuensi P = f × 100% n

Keterangan : P = Proporsi

f = Frekuensi kategori n = Jumlah sampel

Setelah data terkumpul melalui observasi dan kusioner kemudian dikelompokkan dalam tabulasi sesuai karakteristik : 100% : Seluruhnya dari responden

76%-99% : Hampir seluruhnya dari responden 51%-75% : Sebagian besar dari responden 50% : Setengahnya dari responden

26%-49% : Hampir setengahnya dari responden 1%-25% : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden (Notoatmodjo, 2012:183).

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012:183).

(61)

menggunakan uji rank spearman dengan software SPSS 21, dimana P< 0,05 maka ada Hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang sedangkan P> 0,05 tidak ada Hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Desa Candimulyo Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang (Sugiyono 2013:357).

4.9 Etika Penelitian

a. Lembar Persetujuan Responden (Informent Consent)

Lembar persetujuan responden menjadi responden akan diberikan subjek yang diteliti, menjelaskan selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut jika calon responden menolak untuk diteliti maka penelitian tidak boleh memakai hak-hak klien.

b. Tanpa Nama (Anonimyty)

Persetujuan untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

c. Kerahasiaan (Confidentality)

(62)

45

45 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang pada tanggal 11 Juli 2018 dengan responden 54 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, genetik dan olahraga. Data khusus terdiri dari lama menderita hipertensi dan kejadian demensia serta hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang tahun 2018.

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang. Dusun Pajaran terletak pada dataran rendah, sebagian besar wilayah desa adalah tanah pertanian dan pemukiman warga. Jarak desa dengan pusat pemerintah kabupaten ± 4 km.

(63)

5.1.2 Data umum

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tanggal 11 Juli 2018 di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang diperoleh data sebagai berikut :

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan usia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Usia Frekuensi Persentase

1 60-65 tahun 21 38.9

2 66-75 tahun 33 61.1

Total 54 100.0

Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berumur 66-75 tahun sejumlah 33 orang (61.1%).

b. Karakteristik reponden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.2 Karakteristiki frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 32 59.3

2 SMP 17 31.5

3 SMA 5 9.3

4 PT 0 0

Total 54 100.0

Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden pendidikan SD sejumlah 32 orang (59.3%).

c. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.3 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 16 29.6

2 Perempuan 38 70.4

Total 54 100.0

(64)

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berjenis kelamin perempuan sejumlah 38 orang (70.4%).

d. Karakteristik responden berdasarkan genetik

Tabel 5.4 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan genetik di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Genetik Frekuensi Persentase

1 Ya 28 51.9

2 Tidak 26 48.1

Total 54 100.0

Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden memiliki keturunan atau genetik dengan hipertensi sejumlah 28 orang (51.9%).

e. Karakteristik responden berdasarkan olahraga

Tabel 5.5 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan olahraga di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Olahraga Frekuensi Persentase

1 Sering 14 25.9

2 Kadang-kadang 17 31.5

3 Tidak Pernah 23 42.6

Total 54 100.0

Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari responden tidak pernah olahraga sejumlah 38 orang (42.6%).

5.1.3 Data Khusus

a. Lama menderita hipertensi

Tabel 5.6 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan lama menderita hipertensi di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Lama menderita Hipertensi frekuensi Persentase

1 Durasi Pendek (1-5 tahun) 24 44.4

2 Durasi Sedang (6-10 tahun) 28 51.9 3 Durasi Panjang (>10 tahun) 2 3.7

Total 54 100.0

(65)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden mengalami lama menderita hipertensi durasi sedang (6-10 tahun) sejumlah 28 orang (51.9%).

b. Kejadian demensia pada lansia

Tabel 5.7 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Kejadian demensia Frekuensi Persentase

1 Normal 10 18.5

2 Ringan 18 33.3

3 Sedang 26 48.1

4 Berat 0 0

Total 54 100.0

Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami kejadian demensia sedang sejumlah 26 orang (48.1%). c. Hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada

lansia

Tabel 5.8 Tabulasi silang Hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang tanggal 11 Juli 2018

No Lama Menderita Hipertensi

Kejadian demensia pada lansia

Normal

(66)

mengalami demensia ringan yaitu sebanyak 2 responden (3.7%), dan mengalami lama menderita hipertensi sedang (6-10 tahun) mengalami kejadian demensia normal sebanyak 2 responden (3.7%).

Hasil uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau nilai p (ρ value=0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05

atau menunjukkan bahwa hubungan antara lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia bermakna (p < a). Nilai korelasi Spearman sebesar 0.785 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat kuat (Najmah, 2011:154). Maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.

5.2Pembahasan

5.2.1 Lama Menderita Hipertensi di Dusun Pajaran, Desa Peterongan,

Kabupaten Jombang

Berdasarkan tabel 5.6 hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui dari 54 responden, sebagian besar lansia mengalami lama menderita hipertensi durasi sedang (6-10 tahun) sebanyak 28 responden (51.9%).

(67)

mempengaruhi responden mengalami hipertensi durasi sedang diantaranya yaitu genetik, pola makan, dan olahraga.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit yang biasanya tidak menimbulkan gejala, dan tekanan darah dapat terus menerus meningkat dalam jangka waktu yang lama (Anita, 2015).

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berusia 66-75 tahun sejumlah 33 responden (61.1%).

Peneliti berpendapat bahwa usia 66-75 tahun menjadi salah satu pemicu hipertensi. Tekanan darah usia tersebut akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi. Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah meningkat, Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah.

Bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Usia adalah umum individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin tua usia seseorang, tingkat pengetahuan dan cara berfikir juga semakin berkurang (Khasanah, 2012).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan sejumlah 38 responden (70.4%).

(68)

umumnya wanita mulai memasuki masa menopause, maka terjadi penurunan hormon estrogen secara tajam. Akibatnya, pembuluh darah arterial menjadi kaku, serta merusak lapisan sel dinding pembuluh darah (endotil). Keadaan itu dapat memicu terjadinya pembentukan plak dan mengaktivasi sistem tubuh yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sumantummkul (2014) yang menyatakan bahwa perempuan mengalami perubahan hormonal yaitu terjadinya penurunan perbandingan esterogen dan anderogen yang menyebabkan peningkatan pelepasan rennin, sehingga memicu peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki keturunan hipertensi sejumlah 28 responden (51.9%).

Peneliti berpendapat bahwa ada beberapa faktor resiko lama menderita hipertensi yang tidak bisa diubah salah satunya yaitu riwayat keluarga. Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan menjadi pemicu utama terjadinya hipertensi dalam kurun waktu lama.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Situmorang (2015) yang menyatakan bahwa keluarga yang memiliki riwayat hipertensi maka dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada keluarga yang tidak memiliki riwayat hipertensi (Situmorang P, 2015).

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir setengahnya lansia tidak pernah olahraga sejumlah 23 responden (42.6%).

(69)

mereka tidak melakukan olahraga karena malas, mudah capek dan keadaan fisiknya yang tidak memungkinkan.

Kurangnya olahraga dapat mengakibatkan hipertensi menjadi semakin lama, seseorang yang tidak aktif cenderung kerja jantung akan semakin cepat dan otot jantung juga harus bekerja lebih keras dalam setiap kontraksi, semakin besar untuk memompah maka kemungkinan semakin besar kekuatan yang mendesak arteri (Situmorang, 2015).

5.2.2 Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan,

Kabupaten Jombang

Berdasarkan tabel 5.7 hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui dari 54 responden, hampir setengah lansia mengalami kejadian demensia sedang sebanyak 26 (48.1%) responden. Pada kusioner tes mini mental examination hasil yang didapatkan untuk parameter mengingat merupakan rata-rata skor yang paling rendah yaitu 1,27. Hal ini menunjukkan bahwa lansia sudah mulai susah untuk mengingat hal yang baru ataupun hal yang sudah lama.

Peneliti berpendapat bahwa hampir setengah dari responden mengalami kejadian demensia sedang dikarenakan ada banyak responden yang tidak dapat menjawab semua pertanyaan yang peneliti berikan. Selain itu, kejadian demensia dipengaruhi oleh usia, pendidikan yang rendah serta lama hipertensi yang diderita.

(70)

hanya ingatan, namun juga bahasa, kemampuan kognitif, dan kemampuan visuospasial dan kepribadian. kelima komponen tersebut tidak harus terganggu seluruhnya, namun pada sebagian besar kelima komponen ini memang terganggu dengan derajat yang bervariasi.

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berusia 66-75 tahun sejumlah 33 responden (61.1%).

Peneliti berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi demensia salah satunya yaitu usia, dimana demensia umumnya terjadi pada lansia di atas 65 tahun. Pada usia tersebut seluruh organ akan mengalami penurunan salah satunya lansia akan susah untuk mengingat hal-hal yang baru ataupun hal-hal yang lama dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosita (2014) bahwa faktor usia sangat berpengaruh terhadap kejadian demensia pada lansia, dikarenakan terbentuknya flag disekitar otak yang menyebabkan sel mitokondria otak lebih mudah rusak dan berpengaruh juga terhadap terjadinya peningkatan inflamasi (Yuanita dan Riza, 2012).

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berpendidikan SD sejumlah 32 responden (59,3%).

(71)

berpendidikan lebih lanjut, memiliki berat otak yang lebih dan mampu menghadapi perbaikan kognitif serta neurodegenerative dibandingkan orang yang berpendidikan rendah

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mongisidi (2012) menyatakan bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap demensia pada lansia dikarenakan lansia pada jaman dahulu hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah sampai kejenjang yang lebih tinggi sehingga tingkat pendidikan yang rendah mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya demensia (Noorkasiani, 2012).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan sejumlah 38 responden (70.4%).

Peneliti berpendapat bahwa hal ini sesuai dengan faktor yang mempengaruhi kejadian demensia yaitu jenis kelamin, dimana besarnya resiko perempuan dengan kejadian demensia yang buruk dibandingkan laki-laki yang disebabkan oleh hormon esterogen pada perempuan yang mengalami penurunan saat perempuan mengalami masa menopause.

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang
Gambar 4.1 Kerangka operasional hubungan lama menderita hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang
Table 4.2 Definisi operasional penelitian Hubungan lama menderita Hipertensi dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang
+3

Referensi

Dokumen terkait

kehamilan karena merupakan penanda penting pada preeklampsia Tanda dari preeklampsia adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), edema dan protein urin, Sehingga

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi berbasis teori

Hipertensi masih menjadi masalah terbesar bagi kesehatan terutama pada lansia, karena hipertensi lebih banyak dialami oleh lansia dibandingkam dengan para usia

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di Dusun Mojongapit Desa Mojongapit

Menurut peneliti hasil peneltian pengaruh hipnoterapi terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Jombatan wilayah kerja puskesmas Jabon bahwasanya terdapat 2

Tema yang dipilih dalam skripsi ini adalah “ Pengaruh dosis pemberian terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi ( studi

Pendahuluan Ketidaktahuan ibu akan pentingnya pemeriksaan kehamilan membuat ibu tidak teratur memeriksakan kehamilannya yang bisa membuat tidak dapat diketahuinya

Daun sirih ini memiliki kandungan zat seperti minyak atsiri, fenol, kavikol, alkaloid, tannin, dan flavonoid yang mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri