i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA PARANOID
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL “MENARIK DIRI”
DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
OLEH:
NUR ZAHROTUL WACHIDAH 141210028
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA PARANOID
DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL “MENARIK DIRI”
DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Program Study Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia medika Jombang
OLEH:
NUR ZAHROTUL WACHIDAH 141210028
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Zahrotul Wachidah
NIM : 14.121.002.8
Tempat Tanggal Lahir : Sidoarjo, 21 April 1996
Institusi : STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Paranoid Dengan Masalah Isolasi Sosial”Menarik Diri”
Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Jombang , Januari 2017 Penulis
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama Mahasiswa : Nur Zahrotul Wachidah
NIM : 141210028
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Paranoid Dengan Masalah Isolasi Sosial “Menarik Diri Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Telah di setujui untuk di ujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Progam Studi Diploma III Keperawan STIKes ICMe Jombang
Mengetahui
Komisi Pembimbing
Ruliati, SKM.,M.Kes Pembimbing Utama
Agus Muslim, S.Kep.,Ns. Pembimbing Kedua
Mengetahui,
H. Bambang Tutuko,SH,.S.Kep,.Ns,.MH
Ketua STIKes ICMe
Maharani Tri P. S.Kep,Ns. MM.
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Nur Zahrotul Wachidah
NIM : 141210028
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Paranoid Dengan Masalah Isolasi Sosial “Menarik Diri Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima Sebagai salah satu syarat untuk menyelsaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III keperawatan
STIKes ICMe Jombang
Komisi Dewan Penguji
1. Penguji Utama : Maharani Tri P, S.Kep.,Ns.,MM ( )
2. Penguji Anggota 1 : Ruliati, SKM.,M.Kes ( )
3. Penguji Anggota 2 : Agus Muslim, S.Kep.,Ns. ( )
Ditetapkan di : JOMBANG
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoarjo, 21 April 1996 dari keluarga bapak Abdul rochman dan ibu Fatimah.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara
Tahun 2002 penulis lulus dari TK Aisyah ngaban sidoarjo, tahun 2008 penulis lulus dari SD
Muhammadiyah 9 ngaban tanggulangin sidoarjo, tahun 2011 penulis lulus dari Smp Muhammadiyah
tulangan sidoarjo dan tahun 2014 penulis lulus dari SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika
Mojokerto, tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes ”Insan Cendekia Medika” Jombang
melalui jalur PMDK gelombang 1. Penulis memilih program Studi D3 Keperawatan dari lima pilihan
program studi yang ada di STIKes “ICME” Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya
Jombang, 3 januari 2017
Penulis
vi
MOTTO
“Jadilah kalah karena mengalah, bukan kalah karena menyerah
Jadilah pemenang karena kemampuan, bukan menang karena kecurangan”
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT. Atas karunia serta
kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat
terselesaikan.
Aku persembahkan karya tulis ini untuk seseorang yang selalu senantiasa merawatku,
membesarkanku, memberikanku banyak pendidikan mulai dari tidak mengerti sampai
umurku sekarang terimakasih abah dan ibu karena selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu
sehingga karya tulis ini terselesaikan.
Terima kasih juga buat teman-teman ku di kos candy yang mensuport dan
mendengarkan keluh kesahku saat mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Serta teman-teman D3 Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi teman-teman yang
luar biasa selama 3 tahun ini, tawa, canda, tangis sudah pernah kita rasakan aku pasti akan
rindu dengan kalian semua.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Paranoid dengan Gangguan Isolasi Sosial”Menarik Diri” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Karya Tulis Ilmiah Studi kasus ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi kasus ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat H. Bambang Tutuko, S. Kep., Ns., M. H selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang. Maharani Tri P., S.Kep Ns., MM. selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes ICMe Jombang dan dosen pembimbing H. Bambang Tutuko, SH.,S. Kep., Ns.,MH, selaku dosen pembimbing Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis teliti. Kepala Diklat RSJ Menur Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data dan menyelesaikan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, motivasi, kekuatan, dan nasehat selama menempuh pendidikan di STIKes ICMe Jombang hingga terselesainya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam menyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulis sangat diharapkan demi kesempurnaan penulis di masa yang akan dating.
viii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Menarik Diri ... 7
2.1.1 Definisi Menarik Diri ... 7
2.1.2 Rentang Respon Sosial ... 7
2.1.3 Perkembangan Hubungan Sosial ... 8
ix
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian ... 16
2.3.2 Diagnosa keperawatan ... 23
2.3.3 Intervensi keperawatan ... 24
2.3.4 Implementasi ... 26
2.3.5 Evaluasi ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ... 34
4.4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 34
4.4.2 Pengkajian ... 35
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan ... 42
J. Pengetahuan Kurang tentang ... 43
K. Aspek Medik ... 43
L. Daftar Masalah Keperawatan ... 44
M. Daftar Diagnosa Keperawatan ... 44
4.2Analisa Data ... 54
x
4.4Evaluasi Keperawatan ... 47
4.5Intervensi Keperawatan ... 48
2. Klien II (Ny. S) ... 50
A. Identitas Klien ... 50
B. Alasan masuk ... 50
C. Faktor Predisposisi ... 50
D. Pemeriksaan Fisik... 51
E. Psikososial ... 52
F. Status Mental ... 54
G. Kebutuhan Persiapan Pulang ... 56
H. Mekanisme Koping ... 57
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan ... 58
J. Pengetahuan Kurang tentang ... 59
K. Aspek Medik ... 59
L. Daftar Masalah Keperawatan ... 59
M. Daftar Diagnosa Keperawatan... 59
4.6Analisa Data ... 60
4.7Implementasi Keperawatan ... 61
4.8Evaluasi Keperawatan ... 62
BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 74
A. Pengkajian ... 74
B. Diagnosa Keperawatan ... 74
C. Rencana Keperawatan ... 74
D. Implementasi Keperawatan ... 75
E. Evaluasi Keperawatan ... 75
5.2 Saran ... 76
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel Analisa data ... 25
2. Tabel Rencana Tindakan Keperawatan... 25
3. Tabel Pemeriksaan Fisik klien I... 36
4. Tabel Analisa Data klien I... 45
5. Tabel Implementasi klien I... 46
6. Tabel Evaluasi klien I... 48
7. Tabel Pemeriksaan Fisik klien II... 50
8. Tabel Analisa Data klien II... 59
9. Tabel Implementasi klien II... 60
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus
Lampiran 2 Format Pengkajian Keperawatan Jiwa
Lampiran 3 Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 4 Lembar persetujuan menjadi responden
xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
SINGKATAN
1. WHO : World Health Organitation
2. RSJ : Rumah Sakit Jiwa
3. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
4. Icme : Insan Cendekia Medika
5. Riskesda : Riset Kesehatan Daerah
6. TIK : Tekanan Intrakranial
xvi
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL “MENARIK DIRI” DI RUANG
FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
Oleh :
Nur Zahrotul Wachida
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, Salah satu gejala umum dari skizofrenia paranoid adalah adanya kekerasan, berdebat dengan orang lain, merasa dirinya penting atau memandang orang lain rendah, dan pikiran serta perilaku menuju kekerasan atau bunuh diri. Pada pederita skizofrenia akan mengalami gangguan dalam kognitif, emosional, persepsi serta gangguan dalam tingkah laku.
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode penelitian yaitu studi kasus. Subyek dalam studi kasus ini menggunakan 2 klien/pasien dengan kasus isolasi sosial “menarik diri” di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Teknik pengumpulan data di deskripsikan secara naratif dan dilakukan dengan teknik wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu), serta observasi atau pemeriksaan fisik.
Hasil dari penelitian ini yang di lakukan pada klien I (Ny.N) dan klien II (Ny.S) dengan isolasi sosial , pada penelitian ini di dapatkan satu diagnose yang prioritas yaitu Skizofrenia paranoid. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, klien 1 masih sulit untuk di ajak komunikasi dan belum dapat dapat mengenal penyebab isolasi social sedangkan pada klien II sudah bisa di ajak komunikasi dan bisa mengurangi perilaku menarik diri.
Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik dapat mendorong klien lebih kooperatif, peran keluarga sangat penting dalam merawat klien dengan isolasi social: menarik diri
ii ABSTRACT
NURSING INSURANCE IN CLIENTS SKIZOFRENIA PARANOID WITH PROBLEMS OF NURSING SOCIAL ISOLATION "SELF-INTERESTED" IN THE FLAMBOYAN ROOM
HOSPITAL SURABAYA By:
Nur Zahrotul Wachida
Mental disorder is a change in the function of the soul that causes a disruption in the function of the soul, which cause the suffering of the individual or obstacles in carrying out social roles. A healthy individual soul includes fully aware of his / her own abilities. One of the common symptoms of paranoid schizophrenia is the presence of violence, arguing with others, feeling important or looking down on others, and thoughts and behavior toward violence or suicide. In schizophrenic sufferers will experience disturbances in the cognitive, emotional, perceptions and disorders in behavior.
The design of this research is descriptive by using research method that is case study. Subjects in this case study used 2 clients / patients with social isolation cases "withdraw" at Flamboyan Room of Mental Hospital Menur Surabaya. Data collection techniques are described narratively and done by interview techniques (the anamnesis contains the identity of the client, the main complaint, the history of current and past diseases), as well as observation or physical examination.
The results of this study are done on client I (Ny.N) and client II (Ny.S) with social isolation, in this study got a prior diagnosis of paranoid schizophrenia. After nursing care for 3x24 hours, client 1 is still difficult to invite communication and can not be able to recognize the cause of social isolation while the client II can already invite communication and can reduce the behavior withdraw.
Cooperation between the health team and client or client's family is indispensable for the success of nursing care on the client, therapeutic communication can encourage more cooperative clients, family role is very important in caring for clients with social isolation: withdraw
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya, mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar, mampu bekerja
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan
merasa nyaman bersama dengan orang lain (Keliat dkk, 2011). Menarik diri
adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain. Menurut depkes RI tahun 2013,
menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,
gerakan dan perilaku aneh dan terganggu. Skizofrenia merupakan suatu
penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh yang terganggu (keliat dkk, 2012).
Skizofrenia paranoid atau bisa disebut waham adalah suatu gangguan mental
dimana seseorang kehilangan persepsi dalam membedakan antar kenyataan/
orang lain, merasa dirinya penting atau memandang orang lain rendah, dan
pikiran serta perilaku menuju kekerasan atau bunuh diri.
Menurut WHO memperkirakan 450 juta orang seluruh dunia
mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, angka rata-rata
nasional gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas
yaitu 6%, angka ini setara dengan 14 juta penduduk. Sedangkan gangguan
jiwa berat, rata-rata sebesar 0,17% atau setara dengan 400.000 penduduk.
Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang
mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta
orang diperkirakan terdapat 200.000 kasus baru yang di diagnosa skizofrenia
setiap tahun di United States,dan 2 juta diseluruh dunia. Kira-kira sekitar 1%
dari populasi di United States menderita skizofrenia. Angka kejadian
skizofrenia biasanya terjadi pada remaja tua dan dewasa muda, dan angka itu
kadang-kadang terjadi setelah usia 50 tahun, walaupun lebih jarang. 50%
klien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri. Dari data di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya, 2013 didapatkan data dari bulan Januari sampai
Februari 2014 tercatat jumlah pasien rawat inap 403 orang. Sedangkan
jumlah kasus yang ada pada semua pasien baik rawat inap maupun rawat
jalan kasus halusinasi mencapai 5077 kasus, perilaku kekerasan 4074 kasus,
isolasi sosial: menarik diri 1617 kasus, harga diri rendah 1087 kasus dan
perbulan, klien mengalami halusinasi mencapai 90 orang (60%), kerusakan
interaksi dan gangguan konsep diri mencapai 38 orang (25%), perilaku
kekerasan mencapai 15 orang (10%), dan klien dengan waham sekitar 8 orang
(5%).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh
yang terganggu (keliat dkk, 2012). Salah satu gejala umum dari skizofrenia
paranoid adanya adanya kekerasan, berdebat dengan orang lain, merasa
dirinya penting atau memandang orang lain rendah, dan pikiran serta perilaku
menuju kekerasan atau bunuh diri. Pada pederita skizofrenia akan mengalami
gangguan dalam kognitif, emosional, persepsi serta gangguan dalam tingkah
laku. Pasien skizofrenia kronis pada umumnya tidak mampu melaksanakan
fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri, penampilan dan
sosialisasi. Pasien skizofrenia mengalami kemunduran dalam fungsi
psikososialnya. Mereka mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak
dan berkomunikasi dengan orang lain, serta tidak mampu menghadapi
realitas.
Upaya optimalisasi penatalaksanaan klien dengan skizofrenia dalam
menangani gangguan persepsi sensori (Skrizofenia) dirumah sakit antara lain
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok
dan melatih keluarga untuk merawat pasien dengan Skrizofenia. Standar
Asuhan Keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan. Strategi
pelaksanaan pada pasien mencakup kegiatan mengenal Skrizofenia,
dengan orang lain saat muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk
mencegah Skrizofernia (Keliat dkk, 2010). Jika klien sudah pulang maka
anjurkan pasien untuk membuat jadwal kegiatan harian dirumah sesuai
dengan kegiatan sehari – hari untuk mengurangi terjadinya perilaku menarik
diri, anjurkan klien untuk minum obat tepat waktu, dan anjurkan klien untuk
konsultasi kepada dokter sesuaidengan jadwal yang sudah di anjurkan.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik mengambil masalah tentang Asuhan Keperawatan pada klien gangguan isolasi sosial “ menarik diri”
dengan masalah keperawatan skizofrenia paranoid (waham).
1.2Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada : Asuhan Keperawatan Klien skrizofrenia paranoid dengan gangguan isolasi sosial “Menarik Diri” Di
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
1.3Rumusan Masalah
“Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien skrizofrenia
paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri’’?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada klien skizofrenia paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri” di ruang flamboyan RSJ
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian pada klien Skizofrenia paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri” di ruang flamboyan RSJ Menur
Surabaya.
b. Merumuskan Diagnosa keperawatan pada klien Skizofrenia paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri” di ruang flamboyan RSJ
Menur Surabaya.
c. Menyusun Rencana Keperawatan pada klien Skizofrenia paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri” di ruang flamboyan RSJ
Menur Surabaya.
d. Melakukan Implementasikan pada klien Skizofrenia paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri” di ruang flamboyan RSJ Menur
Surabaya.
e. Melakukan Evaluasi tindakan keperawatan pada klien Skizofrenia
paranoid dengan gangguan isolasi sosial”menarik diri” di ruang
flamboyan RSJ Menur Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah keilmuan sehingga meningkatkan ilmu
pengetahuan dalam mencari pemecahan permasalahan pada klien
dengan gangguan Isolasi Sosial “Menarik Diri”
2. Manfaat Praktis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang
telah dipelajari dalam penanganan kasus jiwa yang dialami dengan
kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti bagaimana cara
untuk mengatasi perilaku menarik diri.
b. Bagi Perawat
Asuhan keperawatan ini menjadi dasar informasi dan
pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan serta
perilaku dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien gangguan isolasi sosial “ menarik diri’.
c. Bagi Institusi Pendidikan STIKes ICMe
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan
referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan pada klien dengan gangguan isolasi sosial “ menarik diri”.
d. Bagi Peneliti selanjutnya.
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar informasi dan
pertimbangan peneliti selanjutnya untuk menambah pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Menarik Diri
2.1.1 Definisi
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan orang lain (Abdul
Muhith,2015)
Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan
melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan
sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara ataupun menetap.
Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap (Abdul
Muhith,2015)
2.1.2 Rentang Respon Sosial
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang
respon yang adaptif sampai dengan maladaptif sampai dengan. Respon
adaptif merupakan respon yang dapat di terima oleh norma norma sosial
dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang di lakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat di terima oleh norma sosial dan budaya setempat.
Respon sosial yang maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari
hari adalah menarik diri, tergantung (dependen) ,manipulasi, curiga,
gangguan komunikasi, dan komunikasi (Abdul Muhith,2015)
2.1.3 Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Rentang Respon Perilaku Sosial “ Menarik Diri”
2.1.4 Perkembangan Hubungan Sosial
Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas
perkembangan sepanjang daur kehidupan di harapkan di lalui dengan
sukses sehingga kemampuan membina hubungan sosial dapat
menghasilkan kepuasan dalam individu (Abdul muhith,2015)
1. Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam memenuhi
kebutuhan biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan
komunikasi yang sangat sederhana dalam menyampaikan
kebutuhannya, misalnya menangis untuk semua kebutuhan. Konsisten
ibu dan anak seperti stimulus sentuhan, kontak mata, komunikasi yang
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Saling tergantung
merasa sendiri
menarik diri
tergantung
Manipulasi
Inpulsif
hangat merupakan aspek penting yang harus di bina sejak dini karena
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada
orang lain kan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan
orang lain serta menarik diri(Abdul Muhith,2015).
2. Prasekolah
Materson menamakan masa antara usia 18 bulan – 3 tahun yang
merupakan taraf masa pemisahan pribadi. Anak prasekolah mulai
memperluas hubungan sosialnya di luar lingkungan
keluarga,khususnya ibu (pengasuh). Anak menggunakan kemampuan
berhubungan yang telah di miliki untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini,anak membutuhkan
dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan
yang positif terhadap perilaku yang adaptif. Hal ini merupakan dasar
otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan kemampuan
hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan
lingkungannya disertai respon keluarga yang negatif akan
mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri ,tidak
mandiri, ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri,
pesimis, takut perilakunya salah(Abdul Muhith,2015)
3. Anak anak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang
mandiri dan mulai mengenal lingkungan lebih luas,dimana anak mulai
mengenal kerjasama, kompetisi, dan kompromi. Konflik sering terjadi
dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak
konsisten. Teman dengan orang dewasa di luar keluarga (guru,orang
tua teman) merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.
Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman di sekolah,
kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak
konsisten dari orang tua mengakibatkan frustasi terhadap
kemampuannya , putus asa,merasa tidak mampu, dan menarik diri dari
lingkungan(Abdul muhith,2015)
4. Remaja
Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan
interdependen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar
mengalami keputusan dengan mempertahatikan saran dan pendapat
orang lain seperti memilih pekerjaan,memilih karier,dan
melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu menghindari
hubungan intim,menjauhi orang lain, dan putus asa akan karier.
5. Dewasa Muda
Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan
interdependen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar
mengambil keputusan dengan mempertahatikan saran dan pendapat
orang lain, seperti memilih pekerjaan,memilih karier, dan
melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam melanjutkan
sekolah,pekerjaan,pernikahan mengakibatkan individu menghindari
6. Dewasa Tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat
tinggal dengan orang tua, khususnya individu telah menikah. Jika ia
telah menikah,maka peran menjadi orang tua dan mempunyai
hubungan antar orang dewasa merupakan situasi tempat menguji
kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan pisah tempat tinggal
dengan orang tua,membina hubungan yang baru dan tidak
mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan
perhatian hanya tertuju pada diri sendiri,produktivitas dan kreativitas
berkurang, dan perhatian pada orang lain berkurang.
7. Dewasa Lanjut
Pada masa ini,individu akan mengalami kehilangan,baik
kehilangan fungsi fisik,kegiatan,pekerjaan,teman hidup(teman sebaya
dan pasangan),anggota keluarga(kematian orang tua). Individu tetap
memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu
yang mempunyai perkembangan yang baik dapat menerima
kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa
dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi
kehilangannya. Kegagalan dalam masa ini dapat menyebabkan
individu merasa tidak berguna,tidak di hargai, dan hal lain dapat
membuat individu menarik diri dan rendah diri(Abdul muhith,2015)
2.1.5 Penyebab Menarik Diri
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
mencapai keinginan,yang di tandai dengan adanya perasaan malu terhadap
diri sendiri,rasa bersalah terhadap diri sendiri,gangguan hubungan
sosial,merendahkan martabat,percaya diri kurang,dan juga dapat
mencederai diri(Abdul muhith,2015)
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi(pendukung) terjadi gangguan hubungan
sosial yaitu:
a. Faktor perkembangan, kemampuan membina hubungan yang
sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh
kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang
harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat di penuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,kasih
sayang,perhatian,dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa tidak percaya.
b. Faktor biologis, genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak seperti atropi,pembesaran
ventrikel,penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosial dan budaya, faktor sosial budaya dapat menjadi
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan
dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak
2. Stressor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya, stressor sosial budaya dapat
menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan
dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil yang
di rawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologis, tingkat kecemasan yang berat akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
2.1.6 Tanda dan Gejala
Kurang spontan, apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan),ekspresi
wajah kurang berseri(ekspresi sedih),efek tumpul,tidak merawat dan
memperhatikan kebersihan diri,komunikasi verbal menurun atau tidak
ada.klien tidak bercakap cakap dengan klien lain/perawat,mengisolasi
diri(menyendiri),tidak atau kurang sadar dengan lingkungan
sekitarnya,pemasukan makan dan minuman terganggu,retensi urin dan
feses,aktivitas menurun,kurang energi,harga diri rendah,posisi janin pada
2.2 Konsep Skizofrenia
2.2.1 Definisi
Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya
(Melinda Hermann, 2008).
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek/ emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai
dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara
jelas.
2.2.2 Jenis Skizofrenia
a. Skizofrenia simplex: dengan gejala utama kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan.
b. Skizofrenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir gangguan
kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi.
c. Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti
stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
d. Skizofrenia paranoid, dengan gejala utama kecurigaan yang ekstrim
a. Episode skizofrenia akut (lir skizofrenia), adalah kondisi akut
mendadak disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin
berkabut.
b. Skizofrenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama skizofrenia yang
menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania.
c. Skizofrenia residual adalah skizofrenia dengan gejala-gejala primernya
dan muncul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.
2.2.3 Gejala Skizofrenia
1. Gejala primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling
menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi.
b. Gangguan afek emosi.
c. Terjadi kedangkalan afek emosi.
d. Paramimi dan paratimi (incongruity of affect/ inadekuat).
e. Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan.
f. Emosi berlebihan.
g. Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik.
h. Gangguan kemauan. Gangguan ini meliputi :
1. Terjadi kelemahan kemauan.
2. Perilaku negativisme atas permintaan.
3. Otomatisme: merasa pikiran/ perbuatannya dipengaruhi oleh orang
2. Gejala psikomotor
a. Stupor atau hiperkinesia, longorea dan neologisme
b. Stereotipi
c. Katelepsi: mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
d. Echolalia dan echopraxia
e. Autisme
3. Gejala sekunder.
a. Waham
b. Halusinasi.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Skizofrenia Paranoid
dengan Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
1. Identitas Klien
Identitas ditulis lengkap meliputi nama, usia dalam tahun, alamat,
pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomer
rekam medis dan diagnosa medisnya.
2. Alasan Masuk
Menanyakan kepada klien/ keluarga/ pihak yang berkaitan dan tulis
hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, apa yang
sudah dilakukan oleh klien/ keluarga sebelumnya atau dirumah untuk
mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya. Klien dengan halusinasi
biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa klien sering melamun, menyendiri
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini,
penyebab munculnya gejala, upaya yang dilakukan keluarga untuk
mengatasi dan bagaimana hasilnya.
4. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu, pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa
lalu, faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan.
5. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/ berat
badan, ada/ tidak keluhan fisik seperti nyeri dan lain-lain.
6. Pengkajian Psikososial
a. Genogram
Membuat genogram beserta keterangannya untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat genetik yang menyebabkan/ menurunkan
gangguan jiwa.
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuhnya yang paling/ tidak disukai.
2) Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut,
3) Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/ peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat
dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran
tersebut.
4) Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/ peran dan harapan klien terhadap lingkungan.
5) Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana
penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.
c. Hubungan Sosial
Mengkaji siapa orang yang berarti/ terdekat dengan klien,
bagaimana peran serta dalam kegiatan dalam kelompok/ masyarakat serta
ada/ tidak hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Spiritual
Apa agama/ keyakinan klien. Bagaimana persepsi, nilai, norma,
pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa sesui dengan norma budaya dan agama yang
dianut.
e. Status Mental
1. Penampilan
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara
berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah,
2. Pembicaraan
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah
cepat, keras. Gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dan
lain-lain.
3. Aktivitas motorik (psikomotor)
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu
dicacat dalam hal tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi),
jenis (TIK, tremor) dan isyarat tubuh yang tidak wajar.
4. Afek dan emosi
Afek merupakan nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif
lama dan dengan sedikit komponen fisiologis/ fisik serta bangga,
kecewa. Emosi merupakan manifestasi afek yang ditampilkan/
diekspresikan keluar, disertai banyak komponen fisiologis dan
berlangsung relatif lebih singkat/ spontan seperti sedih, ketakutan,
putus asa, kuatir atau gembira berlebihan.
5. Interaksi selama wawancara
Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak,
bagaimana kontak mata dengan perawat dan lain-lain.
6. Persepsi sensori
Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “apakah anda
sering mendengar suara saat tidak ada orang? Apa anda mendengar
suara yang tidak dapat anda lihat? Apa yang anda lakukan oleh suara
7. Proses pikir
Bagaimana proses pikir klien, bagaimana alur pikirnya
(koheren/inkoheren), bagaimana isi pikirannya realitas/ tidak.
8. Kesadaran
Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.
9. Orientasi.
Bagaimana orientasi klien terhadap waktu, tempat dan orang
10. Memori
Apakah klien mengalami gangguan daya ingat, seperti: efek
samping dari obat dan dari psikologis.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi,
bagaimana kemampuan berhitung klien, seperti: disaat ditanya
apakah klien menjawab pentanyaan sesuai dengan yang ditanyakan
oleh observer.
Standart asuhan keperawatan atau standart praktik keperawatan
mengacu pada standart praktik professional dan standart kinerja
professional. Standart praktik professional di indonesia telah di jabarkan
oleh(PPNI 2009), standart praktik professional tersebut juga mengacu pada
proses keperwatan jiwa yang terdiri dari lima tahap standart yaitu: 1)
pengkajian,2) diagnosis, 3) perencanaan, 4) pelaksanaan(implementasi), dan
7. Masalah keperawatan:
a. Gangguan hubungan sosial: menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Personal Approach
1. Memenuhi kebutuhan biologis
a. Memonitor pemasukan dan pengeluaran
b. Memperhatikan kebersihan klien
c. Mempertahankan sikap empati dan kesabaran perawat
untuk mengenali kebutuhan klien.
2. Komunikasi verbal dan nonverbal
a. Pilih topik pembicaraan yang disukai
b. Gunakan pertanyaan terbuka
c. Kaji bahasa tubuh klien
d. Pertahankan kontak mata antara perawat dan klien
e. Sentuhan halus dapat mempererat hubungan antara
perawat dan klien
f. Tatap klien waktu berbicara,badan agak membungkuk ke
depan untuk memperlihatkan bahwa perawat siap untuk
membantu klien
3. Melibatkan orang lain dengan klien
Di awali dengan membina hubungan perawat-klien secara one
to one kemudian di lanjutkan dan di tingkatkan dengan orang
4. Intervensi keluarga
a. Bantu keluarga untuk mengerti kebutuhan klien
b. Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan
dengan klien
c. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun
klien mengenai proses pengobatan
5. Terminasi
Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatan berfokus pada
perawat dan klien. Berfokus pada perawat:evaluasi diri
sendiri(selft evaluation) dan supervisi oleh perawat lain yang
lebih berpengalaman.
Berfokus pada klien:
a. Perilaku klien berubah,validasi dengan klien
b. Dengan komunikasi non verbal:kontak mata,sentuhan
c. Klien dapat memulai percakapan
d. Klien mampu mengambil keputusan dan mengemukakan
pendapat sehingga harga diri dan rasa percaya diri klien
meningkat
1. Patofisiologi
Dari masalah yang di dapat prioritas utama yaitu isolasi sosial
menarik diri perumusan masalah diatas didapatkan pohon masalah
sebagai berikut :
Defisit perawatan diri (akibat)
Isolasi sosial menarik diri (core problem)
2. Analisa Data
Tabel 2.3.3 Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Subyektif :
1. Klien hanya diam saja tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Obyektif :
1. Klien tampak diam, tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
2. Pasien tampak menyendiri. 3. Pasien tampak tidak kooperatif.
Gangguan Isolasi Sosial “ Menarik Diri”
.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan isolasi sosial”menarik diri” berhubungan dengan
skizofrenia paranoid.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan isolasi sosial”menarik diri” berhubungan dengan skizofrenia paranoid
Tujuan umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga
tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional. Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
Tindakan. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal. 2.Perkenalkan diri dengan sopan
3.Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai 4.Jelaskan tujuan pertemuan
5.Jujur dan menepati janji
6.Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7.Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien Tujuan khusus. Klien dapat menyebutkan penyebab menerik diri
Rasional. Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan menarik diri
Tindakan. 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Tujuan khusus. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Rasional. 1. Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain 2. Untuk mengetahui akibat yang di rasakan setelah menarik diri Tindakan. 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orangg lain
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
Tujuan khusus. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Rasional 1. Mengekspresikan perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.
2. Untuk mengetahui perilaku menarik diri dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan 1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain. 2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai. 4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
lain.
5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
Tujuan khusus klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Rasional Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
2. Diskusikan dengan klien tetang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan denganorang lain.
yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya.
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : a. Salam, perkenalan diri.
b. Jelaskan tujuan. c. Buat kontrak waktu. d. Eksplorasi perasaan klien.
2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : a. Perilaku menarik diri.
b. Penyebab perilaku menarik diri.
c. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi. d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
5. Beri reinforcement positif aras hal – hal yang telah di capai oleh keluarga.
6. Implementasi
Strategi pelaksanaan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial
menarik diri yang pertama untuk pasien isolasi sosial menarik diri
antara lain mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
pasien,mendiskusikan dengan pasien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain,mendiskusikan kerugian perilaku menarik diri dan
tidak berinteraksi dengan orang lain,mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan orang lain,menganjurkan memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan seharian,memberi kesempatan pada pasien
mempratekkan cara berkenalan dengan satu orang,membantu pasien
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien,memberikan
kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau
lebih,menganjurkan memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan pertama pada keluarga mendiskusikan
masalah yang di alami keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial
menarik diri,menjelaskan pengertian tanda dan gejala isolasi sosial
yang di alami pasien,menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial
menarik diri. Strategi pelaksanaan kedua keluarga,melatih keluarga
mempratekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial menarik
diri,melatih keluarga secara langsung cara merawat pasien dengan
isolasi sosial menarik diri(Keliat,2015)
7. Evaluasi
Waktu. Tindakan keperawatan. Evaluasi.
S: respon subyek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
O: respon obyek klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
A: analisa terhadap data subyek untuk menyimpulkan apakah masalah masih ada/telah teratasi atau muncul masalah baru
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus
yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien Skizofrenia
paranoid dengan masalah keperawatan gangguan isolasi sosial menarik diri.
3.2. Batasan Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahi judul penelitian, maka
peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
3.2.1 Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan
pada reaksi dan respons untuk individu pada suatu kelompok atau
perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual
maupun potensial.
3.2.2 Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan orang lain
(Abdul Muhith,2015)
3.2.3 Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya
(Melinda Hermann, 2008).
3.2.4 Masalah: Diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek,
antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.
3.3 Partisipan
Partisipan dalam keperawatan adalah pasien dan keluarga. Subyek
yang digunakan adalah 2 klien (2 kasus). Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dewasa lanjut dengan masalah keperawatan dan
diagnose medis yang sama, yaitu klien Gangguan insolasi sosial : menarik
diri dengan masalah Skizofrenia paranoid
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
Studi kasus ini dilaksanakan di ruang Flamboyan RSJ Menur
Surabaya.
3.4.2 Waktu
Waktu yang ditetapkan pada saat klien MRS sampai klien
pulang atau klien dirawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari klien
sudah pulang, maka perlu penggantian klien dan bila perlu
dilanjutkan dalam bentuk home care.
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2011). Dalam studi kasus ini menggunakan metode
1. Wawancara
Wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang
dilakukan dengan subjek (klien) dan aloanamnesa (wawancara dengan
keluarga klien).
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Pengamatan dapat
dilakukan dengan seluruh alat indra, tidak terbatas hanya pada apa yang
dilihat (Saryono, 2013). Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil
observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,
kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau
kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku
manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Observasi ini menggunakan observasi partisipasi (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data studi kasus melalui pengamatan.Pemeriksaan pada studi
kasus ini dengan pendekatan komunikasi terapeutik pada klien.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel
notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi
dokumentasi adalah benda mati (Saryono, 2013). Dalam studi kasus ini
menggunakan studi dokumentasi berupa catatan hasil dari pemeriksaan
diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menghasilkan validitas data
studi kasus yang tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti
menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan sampai kegiatan studi kasus
berakhir dan memperoleh validitas tinggi. Dalam studi kasus ini waktu
yang tentukan adalah 3 hari akan tetapi apabila belum mencapai validitas
data yang diinginkan maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus
diperpanjang satu hari, sehingga waktu yang diperlukan dalam studi
kasus adalah 4 hari.
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
data utama yaitu klien, keluarga dan perawat.
3.7 Analisa data
Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan selanjutnya membandingkan dengan teori yang
ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis
yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh
menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara
observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu :
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, obsrevasi, dokumentasi)
hasil studi di tempat pengambilan studi kasus. Hasil ditulis dalam bentuk
catatan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan tersruktur).
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara seluruh data yang diperoleh dari lapangan ditelaah,
dicatat kembali dalam bentuk uraian atau laporan yang lebih rinci dan
sistematis dan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan
menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif.Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas
dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi.
3.8 Etika Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Memberikan bentuk persetujuan antara dan responden studi kasus
dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed Consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara memberikan
atau menempatkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Pada studi kasus ini penelitian di lakukan di Ruang Flamboyan Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya yang beralamat di Jl.Menur No.120 Surabaya,Jawa
Timur.RSJ Menur Surabaya adalah rumah sakit negeri kelas A, di RSJ
Menur Surabaya sudah memiliki banyak dokter spesialis mulai dari spesialis
umum,spesialis gigi dan spesialis bedah.Ruang Flamboyan merupakan
ruang kelas III khusus perempuan yang memiliki 2 ruangan yang pertama
dengan 20 bed,yang kedua dengan 30 bed,kasus yang sering di temukan di
ruang flamboyan adalah gangguan persepsi sensori mulai dari halusinasi
pendengaran , halusinasi pengelihatan,halusinasi pengecapan,perilaku
Pengkajian pada klien II (Ny.S)
Ruangan Rawat : Flamboyan Tanggal Di rawat : 03 September 2016
A.IDENTITAS KLIEN
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2017
Inisial : Ny”N” (P)
Umur : 24Tahun
RM No. :029XXX
Informan : Rekam medik
B.ALASAN MASUK
Saat di rumah klien sering menendang- nendang pintu rumah hingga rusak lalu
di pasung oleh orang tuanya selama 7 thn sebelumnya pasien bekerja di toko
C.FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? : tidak.
2. Pengobatan sebelumnya. :
-3. klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual,penolakan dan kekerasan
keluarga.
Jelaskan No. 1, 2, 3 : klien mengatakan belum pernah di rawat di rawat
di RS dan tidaak pernah mengalami sakit seperti ini.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan / perawatan
Tidak ada anggota keluarga Yang mengalami gangguan jiwa.
tidak ada gejala gangguan jiwa
tidak ada riwayat pengobatan / perawatan jiwa pada keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Klien merasa kehilangan saat di tinggal suaminya menikah lagi
Masalah Keperawatan: Respon Pasca Trauma
D.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Hasil
Tanda – tanda vital TD: 120/80 mmhg
Nadi: 94x/menit
Suhu: 36,50C
RR: 20x/menit
Ideal Tubuh TB: 153 cm
BB: 37 kg
Keluhan Fisik Tidak ada
Jelaskan : saat pengkajian tidak ditemukan keluhan
E.PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Masalah Keperawatan : belum terkaji
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien hanya diam
b. Identitas : klien hanya diam
c. Peran : klien hanya diam
d. Ideal diri : klien hanya diam
e. Harga diri : klien hanya diam
Masalah Keperawatan : menarik diri
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien hanya diam
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien kooperatif
selalu mengikuti kegiatan yang diadakan mahasiswa seperti TAK dan
selalu ikut rehabilitasi.
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : klien hanya diam dan
tidak mau menjawab jika di ajak bicara
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : hanya diam.
b. Kegiatan ibadah : klien hanya diam.
Masalah Keperawatan: belum terkaji
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan : penampilan klien sedikit kotor, sedikit berantakan.
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri.
2. Pembicaraa : hanya diam dan tidak menjawab jika di tanya.
Masalah Keperawan : isolasi sosial.
3. Aktivitas Motorik : klien sering mondar mandir.
Masalah Keperawatan : belum terkaji
4. Alam perasaaan : klien hanya diam
Masalah Keperawatan : belum terkaji.
5. Afek : klien hanya diam saat di ajak bicara.
Masalah Keperawatan : menarik diri
6. lnteraksi selama wawancara : tidak kooperatif dan tidak mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
7. Persepsi Isolasi sosial : klien tidak menjawab saat di tanya dengan perawat
Masalah Keperawatan : belum terkaji
8. Proses Pikir : klien menjawab saat ditanya dengan perawat.
Masalah Keperawatan : belum terkaji.
9. Isi Pikir : klien hanya diam
Masalah Keperawatan : belum terkaji
10. Tingkat kesadaran : klien dapat mengetahui waktu dan tempat dimana
klien sekarang.
Masalah Keperawatan : disorientasi waktu dan tempat
11. Memori : tidak ada gangguan daya ingat
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : konsentrasi klien masih baik dan klien
mampu berhitung.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
13. Kemampuan penilaian : klien hanya diam dan tidak mau bicara
Masalah Keperawatan : menarik diri
14.Daya tilik diri : klien hanya diam
G. Kebutuhan Persiapan Pulang.
1. Makan : tanpa bantuan / mandiri.
2. BAB/BAK : tanpa bantuan / mandiri
Jelaskan : klien mampu melakukan kebutuhan persiapan pulang dengan mandiri
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi : klien mandi dengan mandiri
4. Berpakaian/berhias : klien berpakaian /berhias sendiri tanpa
bantuan orang lain
5. Istirahat dan tidur :
a, Tidur siang lama : 13:30 s/d 14:30.
b. Tidur malam lama : 22:00 s/d 04:00.
c. Kegiatan sebelum / sesudah tidur : klien sebelum tidur biasanya
membaca komik dan minum susu, kegiatan setelah bangun tidur
saat pagi hari yaitu berolahraga pagi..
6. Penggunaan obat : bantuan minimal.
7. Pemeliharaan Kesehatan :
a. Perawatan lanjutan :Ya.
b. Perawatan pendukung :Ya.
a. Mempersiapkan makanan :Ya.
b. Menjaga kerapihan rumah :Ya.
c. Mencuci pakaian : Ya.
d. Pengaturan keuangan : tidak.
9. Kegiatan di luar rumah :
a. Belanja :Ya.
b. Transportasi :Ya
c. Lain-lain : Ya
Jelaskan : klien mengatakan jika dirumah melakukan kegiatan seperti mengajar
mengaji
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
H. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
Olahraga mencederai diri
Lainnya lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada masalah dengan
dukungan kelompok.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mampu
berhubungan baik dengan lingkungan ruangan flamboyan RSJ Menur
surabaya..
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik: klien lulus sekolah sampai SMA.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien sebelumnya mengajar ngaji di
rumahnya
5. Masalah dengan perumahan, spesifik: klien tinggal bersama ibu dan
ayahnya.
6. Masalah ekonomi, spesifik: klien tidak bekerja karena sakit gangguan
jiwa.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: klien tidak mengalami
masalah pada pelayanan kesehatan.
8. Masalah lainnya, spesifik: klien tidak mempunyai masalah lainnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Pengetahuan Kurang Tentang:
a. Penyakit jiwa system pendukung
b. Faktor presipitasi penyakit fisik
c. Koping obat-obatan
Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan
10. Aspek Medik
11. Diagnosa Medik : F.20.5 (skizofrenia simplek).
12. Terapi Medik : CPZ (0-0-1)
Clozapin 2 x 25 mg.
THD 2 X 5 mg
13. Daftar Masalah Keperawatan
1. Regimen terapi in efektif.
2. Respon pasca trauma.
3. Resiko tinggi jatuh
4. Harga diri rendah.
5. Gangguan alam pikir
6. Gangguan komunikasi.
7. Isolasi sosial.
8. Kurang pengetahuan.
14. Daftar Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
NAMA: Ny”N” NIRM: 029XXX RUANGAN: FLAMBOYAN
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH T.T
23/01/17 Ds: Klien diam saja tidak mau di ajak berbicara
I:
F:kadang-kadang
T: di saat melamun dan sendiri
R:klien merasa gelisah Do:
1. klien sering menyendiri
2. Klien terkadang merasa sedih
3. Gelisah
-Gangguan konsep diri:harga diri rendah.
Mekanisme koping tidak efektif.
Isolasi sosial : menarik diri.
lisasiden ganteman temannya di ruangfla mboyan 4.Mengajarkan pasienberken alan a. Mengaja
kpasienb erkenalan
rkanpasi enberken alan
10:45
12:00
1. Mengevaluasi masalahdanlati hansebelumny 2. Mengajarkanp