ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN
DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
ROFITA MELIYANA NIM : A01401960
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
4. Proses Terjadinya Skizofrenia ... 8
5. Skizofrenia dengan Retardasi Mental ... 8
B. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan pada Skizofrenia . 8 1. Pengertian Halusinasi Penglihatan ... .8
2. Faktor yang MenyebabkanHalusinasiPenglihatan ... 9
3. Akibat yang ditimbulkandariHalusinasiPenglihatan ... 10
4. Proses TerjadinyaHalusinasiPenglihatan ... 11
5. Rentang Respon Halusinasi Penglihatan ... 11
6. Penatalaksanaan pada Klien Halusinasi Penglihatan ... 12
C. Asuhan Keperawatan ... 13
BAB III METODE STUDI KASUS A. Jenis Studi Kasus ... 22
B. Subyek Studi Kasus ... 22
C. Fokus Studi Kasus ... 23
D. Definisi Operasional ... 23
E. Instrumen Studi Kasus ... 23
F. Metode Pengumpulan Data ... 24
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 25
I. Etika Studi Kasus ... 26
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Kasus ... 29
1. Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien 1 ... 29
2. Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien 2 ... 37
B. Pemabahasan ... 44
C. Keterbatasan Studi Kasus ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan pengetahuan selama penerapan dan penulisan Karya Tulis Ilmiahini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia dengan Perubahan Persepsi Sensori : Hlusinasi Penglihatan diwilayah Puskesmas Gombong II”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setulus tulusnya kepada:
1. Herniyatun, M. Kep. Sp. Kep selaku ketua STIKes Muhammadiyah Gombong, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keperawatan
2. Nurlaila, S.Kep. Ns.M.Kep. selaku ketua prodi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong
3. Tri Sumarsih,MNS. selaku pembimbing penulisan karya tulis komprehensif yang telah membimbing penulis
4. Arnika Dwi Asti, M. Kep. Selaku penguji penulisan karya tulis komprehensif yang telah menguji penulis
5. Teman - teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII Keperawatan yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat, serta do’a untuk kelancaran tugas akhir ini.
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017
Rofita Meliyana1, Tri Sumarsih2
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI PENGLIHATAN DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II
Latar belakang: skizofrenia merupakan bentuk psikosis terberat dimana klien tidak memiliki hubungan dengan kenyataan sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan merupakan respon persepsi panca indra (penglihatan) yang dialami oleh seseorang tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain, halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa berat yang prevalensinya sebesar 90% pada halusinasi penglihatan sebesar 20%.
Tujuan penulisan: untuk menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan menggunakan proses keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan secara komprehensif.
Asuhan keperawatan: saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil klien melihat bayangan, sulit tidur, melamun, gelisah, bicara dan tertawa sendiri. Masalah keperawatan yang muncul yaitu perubahan persepsi sensori halusinasi penglihatan. intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan membantu klien mengenal halusinasi, menghardik, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas. Evaluasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan didapatkan masalah halusinasi penglihatan belum teratasi. Tindakan terapi individu dengan menggunakan Strategi Pelaksanaan dapat mengontrol halusinasi
DIPLOMA NURSING STUDY PROGRAM STIKES MuhammadiyahGombong
Scientific Work Papers, July 2017 RofitaMeliyana1, Tri Sumarsih2
ABSTRACT
ASSURANCE OF NURSING IN SKIZOFRENIA CLIENTS WITH CHANGE OF PERCEPTION SENSOR:
HALUSINATION OF VIEWS
IN THE PUSKESMAS GOMBONG II AREA
Background: Schizophrenia is the toughest form of psychosis in which the client has no connection with reality so that his thinking and behavior are abnormal. Sensory perception changes: visual hallucinations are perceptual sensory responses experienced by a person without external stimuli and are not experienced by others, hallucinations are a symptom of severe mental disorder whose prevalence is 90% in visual hallucinations of 20%
General Objectives: to describe the Nursing Care of the Soul on the Schizophrenic Client with the Sensory Perception of Perception The Hallucinations of Vision use the nursing process of the Comprehensive Implementation Strategy approach.
Nursing care: when the assessment is obtained the client's results see the shadows, difficulty sleeping, daydreaming, anxiety, talk and laugh alone. The nursing problem that arises is the change of sensory perception of hallucinations of vision. Intervention and Implementation has been done in the form of helping clients recognize hallucinations, scolding, conversing, and doing activities. Evaluation done during 4 times meeting got problem Hallucinations of vision have not been resolved. The act of using individual therapy with an implementation strategy can control hallucinations of vision.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang bertujuaan untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien dalam menjalankan peran dan fungsi yang terintregasi (Stuart, 2007). Seseorang dengan gangguan jiwa di sebabkan oleh gangguan bio – psiko – sosial. Penderita gangguan jiwa di dunia di perkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius. Skizofrenia merupakan permasalahan kesehatan yang di sebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik fisik atau kimiawi dengan jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun ke tahun (WHO, 2015).
Prevalensi gangguan jiwa di dunia pada tahun 2014 di perkirakan mencapai 516 juta jiwa (WHO, 2015). Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia berdasar data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 1,7 per mil. Kasus gangguan jiwa di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 34.571 orang. Gangguan jiwa dapat berupa depresi, gangguan afektif bipolar, dimensia, cacat intelektual, gangguan perkembangan termasuk autisme dan skizofrenia (WHO, 2015). Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun (WHO, 2015). Skizofrenia ditandai dengan pikiran yang tidak koheren atau pikiran yang tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh, delusi dan halusinasi (APA, 2015). Gangguan jiwa berat di kenal dengan istilah psikosis, salah satu contoh dari psikosis adalah skizofrenia. Gangguan jiwa berat memiliki gejala antara lain halusinasi, waham, gangguan proses pikir, ilusi, kemampuan berpikir, dan tingkah laku aneh seperti agresivitas atau katatonik.
2
gangguan jiwa terbesar yaitu urutan pertama DI Yogyakarta (0,27%), urutan kedua Aceh (0,27%), urutan ketiga Sulawesi Selatan (0,26%), Bali menempati urutan keempat (0,23%), dan Jawa Tengah menempati posisi kelima (0.23%). Berarti bahwa provinsi Jawa Tengah menempati urutan kelima (Riskesdas, 2013). Penduduk Jawa Tengah yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia mulai muncul pada usia sekitar 15 -35 tahun. Cakupan kesehatan jiwa Kabupaten Kebumen di puskesmas pada tahun 2015 tercatat 6.293 jiwa (laki – laki 3.559 jiwa dan perempuan 2.734 jiwa), Kabupaten Kebumen menduduki peringkat kedua sebagai wilayah dengan penderita gangguan jiwa terbanyak setelah Kabupaten Semarang. Hasil pendaan di 35 puskesmas di Kabupaten Kebumen dari 26 kecamatan tercatat 773 warga mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan catatan rekam medis Puskesmas Gombong II, selama tahun 2007 telah mengirimkan rujukan ke RS Jiwa Magelang dan Banyumas sebanyak 10 orang. Untuk klien jiwa yang teratur berobat sebanyak 5 orang. Dari penulusuran di 9 desa yang berada dilingkup kerja Puskesmas Gombong II, terdapat sekitar 47 pasien gangguan jiwa, mayoritas dari mereka hidup serumah dengan keluarganya. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita skizofrenia serta anggota keluarga yang bertanggung jawab merawata penderita skizofrenia dilingkup wilayah kerja Puskesmas Gombong II, Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen yaitu sebanyak 35 orang. Puskesmas merupakan pelayanan pertama atau pelayanan primer pada masyarakat untuk meningkatkan angka klien dengan skizofrenia, pelayanan puskesmas sangat minim Oleh sebab itu,diperlukan intervensi dini yang komprehensif seperti pengobatan medis dan asuhan keperawatan sangat penting untuk di lakukan agar dapat meningkatkan angka kesembuhan skizofrenia khususnya pasien dengan halusinasi.
3
mekanisme koping yang ada pada diri pasien. Sementara pendapat lain, mengatakan bahwa halusinasi yang terjadi pada pasien skizofrenia halusinasi isi kejaran atau kebesaran dan gangguan alam perasaan dan perilaku kecemasan yang tidak menentu, kemarahan, suka bertengkar, berdebat, dan tindak kekerasan (Hawari, 2014). Skizofrenia adalah salah satu jenis psikotik yang menunjukan gejala waham dan halusinasi (Towsend, 2011). Pada pasien yang mengalami skizofrenia paranoid memiliki gejala halusinasi yang menonjol (Stuart, 2014). Dilihat dari gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak di temukan.Pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi yaitu lebih dari 90% (Maramis, 2009). Sekitar 70% halusinasi yang dialami pasien adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan sekitar 20%, halusinasi perabaan, pengecapan, dan penciuman hanya 10% (Yosep, 2011).
Data kunjungan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari – April 2013 didapat 785 orang dan data pasien dengan Halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44% atau berjumlah 345 orang.Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliat, 2011). Klasifikasi halusinasi menurut Dermawan dan (Rusdi, 2013) terdiri dari halusinasi non patologis dan halusinasi patologis. Halusinasi non patologis meliputi halusinasi hipnogenik dan halusinasi hipnopomik. Sedangkan halusinasi patologis meliputi halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan(visual), halusinasi penciuman (alfactory), halusinasi pengecapan (gusfactory), halusinasi perabaan (taktil).
4
Rusdi, 2013) yaitu halusinasi di sebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak memuaskan akibat dari hilangnya kontrol terhadap diri, harga diri, maupun interaksi dalam dunia nyata terjadi koping penurunan sehingga pasien cenderung menyendiri dan hanya tertuju pada diri sendiri. Halusinasi dapat berakibat menjadikan klien melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain (Townsend, M.C). Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, di tandai oleh terjadinya kendala ketrampilan selama masa perkembangan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan pada anak secara menyeluruh, misalnya kemampuan aspek kognitif, bahasa, motorik, dan sosial (Maslim, 2011).
Pentingnya terapi individu pada pasien halusinasi dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam rangka penyembuhan pasien baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal, untuk mendapatkan keberhasilan dalam proses penyembuhan pasien, agar pasien dapat membina hubungan saling percaya, mencapai tujuan personal yang realitas dan meningkatkan hubungan interpersonsal (Afnuhazi, 2015). Tindakan keperawatan menggunakan standar praktek asuhan keperawatan klinis kesehatan jiwa yaitu keperawatan jiwa (Stuart, 2007). Peran perawat jiwa dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan memerlukan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah kegiatan yang di bakukan. Hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan memenuhi standar pelayanan. Salah satu jenis SOP yang di gunakan adalah SOP tentang strategi pelaksaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP tindakan keperawatan merupaka standar model pendekatan asuhan keperawatan untu klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah psien yang mengalami masalah utama halusinasi (Fitri, 2009).
5
= 0,00 (p<0,05) Ho ditolak. Adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum di berikan terapi individu dengan pendekatan sp dengan setelah di berikan terapi. Namun tidak semua pasien halusinasi menunjukan adanya perubahan frekuensi seperti di sebutkan di atas. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimanaan terhadap penderita yang sakit.Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional (Friedman, 2010). Dengan demikian perawat memiliki tanggung jawab yang signifikan untuk klien, keluarga, dan masyarakat untuk mendidik, mengadvokasi, dan mempromosikan strategi pelaksanaan yang efektif untuk penyakit neurobiologis. Adapun bagi pelayanan kesehatan untuk bersama – sama mengembangkan dan menerapkan teknik manajemen gejala yang dapat mencegah kekambuhan dan meningkatkan pemulihan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan klien dengan skizofrenia dalam mengontrol halusinasi penglihatan secara mandiri ?
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan jiwa dengan strategi pelaksanaan
2. Tujuan khusus
6
b. Menggambarkan hasil analisa data dan diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan di wilayah Puskesmas Gombong II.
c. Menggambarkan masalah keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan di wilayah Puskesmas Gombong II.
d. Menggambarkan tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan di wilayah Puskesmas Gombong II.
e. Menggambarkan evaluasi pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan di wilayah Puskesmas Gombong II.
D. Manfaat Penulisan
Asuhan keperawatan ini di harapkan memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman masyarakat dalam menanganI masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasaan ilmu dan teknologi bidang keperawatan dalam upaya pengurangan klien perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan.
3. Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Teraupetik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
APA (2015). Schizophrenia and Other Psychotic Disorders.Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV – Text Revision (DSM IV – TR). Washington CD: American Pshyciatric Association
Asmad (2008), Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Davidson, GC. (2010). psikologi abnormal. Jakarta: PT Rajagrafindo permai Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan keperawatan Jiwa. Gosyem Publishing: Yogyakarta
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2013). www.dinaskesehatanjawatengah.go.id. Diperoleh tanggal 2 JUni 2017
Elyani. (2011). Penelitian yang Terkait dengan Pengaruh Terapi Individu Terhadap Frekuensi Halusinasi.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Laporan Pendahuluan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman M. M., Bowden, V. R dan Joner, E. G (2010). Buku Ajar Keperawatan Riset, Teori Praktek. Jakarta: EGC
Friedman, M. M, Bowden, V. R Jones, E. G. (2010). Family Nursing: research,theory, &practice (5th Ed). Alih bahasa oleh Achir Yani, S. H, dkk. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset Teori & Praktik. Jakarta: EGC
Hawari, (2014). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Jakarta: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hermawan, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Hutahean, Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Keliat, Budi Anna, dkk. (2011). Manjaemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediet Course). EGC: Jakarta
Keliat, Budi Anna. (2016). Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Jakarta: Elsevier
Keliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusumawati. F dan Hartono Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional. (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI
.
Nursalam, (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika
O’Brien, G.P., Kennedy, Z.W.M., & Ballard, A.K. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Praktek Psikiatrik. Jakarta: EGC.
Prihantini, B.A. (2010). Hubungan tingkat kepatuhan kontrol dengan tingkat kekambuhan klien gangguan jiwa di poliklinik Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta.
Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengerahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Suliswati, dkk. (2015). Konsep Dasra Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta Smith, S., dan Suto, M.J., (2012). Religious and or spiritual paractise: extending spiritual freedom to people with schizophrenia. Canada Journal Occupational Therapy, 79(2), 77-85
Stuart, Gall W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC Videbeck, S.L.. (2009). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari &
Lampiran 1
INTERAKSI KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KLIEN DAN KELUARGA
PENGERTIAN Suatu petunjuk yang harus di lakukan jika akan melakukan komunikasi teraupetik dengan klien dan keluarga untuk setiap pertemuan
TUJUAN 1. Menstandarkan cara melakukan interaksi dengan komunikasi teraupetik supaya prosedur di lakukan dengan baik
2. Menstandar kan sikap komunikasi terapeutik 3. Menstandarkan tehnik komunikasi terapeutik KEBIJAKAN
PETUGAS
ISO 9001 : 2000 1. Dosen pengajar
2. Petugas piket laboratorium PERALATAN 1. Alat tulis
2. Kertas
PROSEDUR A. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
a. Memperkenal kan diri perawat dan nama klien b. Memanggil nama panggilan yang di sukai c. Menyampaikan tujuan interaksi (membantu
mengatasi masalah)
2. Melakukan evaluasi dan validasi data a. Menanyakan perasaan klien hari ini
b. Memvalidasi / mengevaluasi / mengklarifikasi masalah klien
3. Melakukan kontrak
b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan c. Menyepakati lamanya waktu yang akan di
bicarakan B. Fase Kerja
Melaksanakan kegiatan sesuai topik yang di rencanakan
Memberikan pujian / reinforcement yang realistik C. Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
Menanyakan perasaan klien setelah berbincang – bincang
2. Evaluasi Objektif
Meminta klien untuk menjelaskan kembali inti pembicaraan yang telah di lakukan
3. Rencana Tindak Lanjut
Meminta klien untuk mengingat aspek positif yang belum di sebutkan
4. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan c. Menyepakati lamanya waktu yang akan di
bicarakan D. Sikap Terapeutik
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata 2. Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka
ada rileks
3. Mempertahankan jarak terapeutik E. Tehnik Komunikasi
EGC, Jakarta
Keliat B.A, Dkk. 2014. Proses Keperawatan Jiwa EdI. EGC.Jakarta
Lampiran 2
INSTRUMEN PENGKAJIAN
Ada 7 item hasil wawancara atau data subjektif klien dan ada 7 item tanda dari hasil observasi atau data objektifklien di komunitas.
Tanda dan Gejala Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
No Data Subyektif : Ya Tidak
1 Klien mengatakan melihat bayangan – bayangan (sinar, bentuk geometris, bentuk kartun)
2 Klien mengatakan melihat hantu atau Monster
3 Klien mengatakan melihat bayangan yang mengajak bercakap
– cakap
4 Klien mengatakan melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
5 Klien mengatakan merasa senang atau takut dengan halusinasinya
6 Klien mengatakan sering melihat sesuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian
7 Klien mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasinya
No Data Obyektif : Ya Tidak
1 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri 2 Klien terlihat marah – marah tanpa sebab
3 Klien terlihat memaling kan muka ke arah tertentu 4 Klien terlihat menutup mata
Keterangan :
Keterangan :
Tulis pada kolom keterangan apabila dilakukan dengan cara M = Mandiri
B = Dibantu