• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi pemeliharaan Jaringan irigasi sungkur Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur Binder1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi pemeliharaan Jaringan irigasi sungkur Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur Binder1"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EVALUASI PEMELIHARAAN

JARINGAN IRIGASI SUNGKUR

KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR

The Evaluation of Sungkur Irrigation System Maintenance

Ponorogo East Java Province

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Gelar Magister Teknik

Disusun Oleh :

SUCIPTO

S940809111

M A G I S T E R T E K N I K S I P I L K O N S E N T R A S I

TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

(2)

commit to user

EVALUASI PEMELIHARAAN

JARINGAN IRIGASI SUNGKUR

KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR

Disusun Oleh :

SUCIPTO

S 940809111

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Tim Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001

……….. ……….

Pembimbing II Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc Nip. 196308221989031002

……….. ……….

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001

(3)

commit to user

EVALUASI PEMELIHARAAN

JARINGAN IRIGASI SUNGKUR

KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR

Disusun Oleh :

SUCIPTO

S 940809111

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis

Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari , 2011

Dewan penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip.

………..

Sekretaris Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS

Nip. ………..

Penguji I Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS

Nip. 194804221985032001 ………..

Penguji II Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc

Nip. 196308221989031002 ……….. Mengetahui :

Direktur Program Pascasarjana

Prof. Drs. Suranto, MSc,PhD Nip. 195708201985031004

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS Nip. 194804221985032001

(4)

commit to user

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : SUCIPTO N I M : S 940809111

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :

EVALUASI PEMELIHARAAN

JARINGAN IRIGASI SUNGKUR

KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR

Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari gelar tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

SUCIPTO

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul EVALUASI PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SUNGKUR KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR. Tesis ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana pada bidang keahlian Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini mengangkat permasalahan tentang kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dengan melakukan penilaian terhadap komponen dan sub komponen bangunan Jaringan Irigasi Sungkur selama tiga tahun, mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kondisi pada komponen dan sub komponen bangunan Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun ke tahun.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

(6)

commit to user

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Evaluasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Sobriyah,M.S, selaku Ketua Program studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing utama yang telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan.

4. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), selaku Sekretaris Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ir. Agus Hari Wahyudi, M.Sc selaku pembimbing pendamping

6. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama menempuh perkuliahan.

7. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Departemen Pekerjaan Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis.

8. Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pekerjaan Umum yang telah memberikan ijin dalam menempuh pendidikan Pasca Sarjana.

9. Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Program Studi Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan Tahun 2009.

10. Istriku tercinta LESTARI DEWI UTAMI, SH serta anakku tersayang LEXIANO ATHA KENZIATAMA yang telah memberikan banyak pengertian, pengorbanan dan dukungan selama masa tugas belajar.

11. Orang tua tercinta Bapak KOESNO MIHARDJO dan IBU WIDJI atas dukungan dan doa restunya.

(7)

commit to user

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah bapak – ibu berikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T Amin.

Penulis

(8)

commit to user

ABSTRAK

Infrastruktur bidang irigasi tidak bertahan lama tanpa didukung oleh kegiatan pemeliharaan yang berkesinambungan. Banyaknya kerusakan pada suatu jaringan irigasi menjadi penyebab menurunnya fungsi jaringan irigasi tersebut. Hal ini terjadi pula pada jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d tahun 2009, mengetahui apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d tahun 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur dan terakhir untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 s/d tahun 2009. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kondisi jaringan irigasi Sungkur secara nyata, sehingga bisa menjadi masukan instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan pemeliharaan dimasa mendatang untuk tetap bisa menjaga dan juga meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur.

Metode penelitian dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan nilai nyata kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2009. Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2009 digunakan sebagai acuan estimasi nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 dengan didukung data catatan kerusakan jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 dan data kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun tersebut. Hasil penilaian tahun 2008 digunakan untuk mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 dengan pertimbangan pada data catatan kerusakan tahun 2007 dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tahun tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur pada tahun 2007 kondisinya 70,26%, tahun 2008 kondisinya 68,76% dan tahun 2009 kondisinya 65,40%. Atau tingkat kerusakan yang terjadi pada tahun 2007 sebesar 29,74%, tahun 2008 sebesar 31,24%, dan tahun 2009 sebesar 34,60%. Hasil penelitian juga menunjukkan bawa kecenderungan kondisi komponen dan sub komponen bangunan pada jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 kecenderungannya mengalami penurunan. Untuk meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur maka direkomendasikan adanya pemeliharaan yang maksimal dengan cara menginventarisasi semua komponen bangunan yang rusak dan secepatnya diperbaiki dengan harapan kondisi jaringan irigasi Sungkur yang telah mengalami penurunan kondisi dari tahun ke tahun dapat dikembalikan fungsinya.

Kata Kunci : Penilaian Jaringan Irigasi, Pemeliharaan

(9)

commit to user

ABSTRACT

The irrigation infrastructures that have been build not operate for longer time without the support of sustainable maintenance activities. The number of damage an irrigation is the cause of decreased function of the irrigation. This happens also on Sungkur irrigation on Ponorogo Distric. This study aimed to obtain the value of the condition of Sungkur irrigation from 2007 to 2009, to find out of maintenance activities are carried out from 2007 until 2009 to improve the function of Sungkur irrigation and the last is to know the tendency of the condition of Sungkur irrigation after the maintenance of over 2007 until in 2009. It is expected that this research can provide information on the condition of the Sungkur irrigation in the real condition, so that it could be relevant for Public Work Agencies input to determine the future direction of maintenance policies to be able to maintain and also improve the irrigation conditions.

The research method is start from direct observation on the field to get the real value of the Sungkur irrigation conditions in 2009. The value of irrigation Sungkur conditions in 2009 is used as the reference value to estimate conditions in 2008 supported by data records of damages of Sungkur irrigation in 2008 and data maintenance activities conducted in that year. The result of the assessment year 2008 used to obtain the value of Sungkur irrigation conditions in 2007 with consideration of the data records of damage in 2007 and maintenance activities conducted in that year.

The research result showes the condition of Sungkur irrigation is 70.26 % in 2007, 68.76% in 2008 and the condition is 65.40% in 2009. While the decreasing conditions that occurred in 2007 is 29.74%, in 2008 is 31.24%, and in 2009 is 34.60%. The result showes the tendency of condition each components and sub components on Sungkur Irrigation is become to decreased. To improve the condition of the Sungkur irrigation will require heavy maintenance. To inventory of all components of the irrigations structures are damaged, and repaired as soon as possible. So that the Sungkur irrigation which has suffered deterioration from year to year can be restored function.

Keywords: Assessment of Irrigation, Maintenance

(10)
(11)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di ex Karisidenan Madiun mempunyai luas 1.371,78 km² yang terletak antara 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo teletak pada ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut dimana 60% daerahnya merupakan dataran tinggi. Mayoritas mata pencaharian dibidang pertanian sehingga keberadaan air sangat dibutuhkan sebagai sarana irigasi. Kabupaten Ponorogo terbagi atas 32 Daerah Irigasi yang tersebar di 21 Kecamatan. (Anonim, 2008). Letak Kabupaten Ponorogo berbatasan langsung dengan Kabupaten Madiun sebelah Utara, sebelah Timur Kabupaten Trenggalek, sebelah Selatan Kabupaten Pacitan dan sebelah Barat Kabupaten Wonogiri, untuk jelasnya seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Ponorogo (Anonim, 2008)

(12)

commit to user

Pemerintah Pusat melalui Sumber Dana Anggaran Pembangunan Belanja Nasional (APBN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 bertanggung jawab atas pembiayaan areal irigasi diatas 3.000 Ha yaitu pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (TPOP) Jaringan Irigasi didanai oleh Pemerintah Pusat dan dilaksanakan oleh masing – masing Pemerintah Kabupaten. Kabupaten Ponorogo mempunyai Daerah Irigasi dengan luasan diatas 3.000 Ha yaitu Dareah Irigasi Sungkur dengan Luas Areal 3.065 Ha. (Anonim, 2008). Pemeliharaan jaringan irigasi adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan kondisi jaringan irigasi dalam keadaan mantap siap untuk mendistribusikan air irigasi sehingga pelayanan terhadap masyarakat pemakai air tidak terhambat. Dengan adanya kerusakan–kerusakan kecil yang dapat menghilangkan debit air pada jaringan irigasi tersebut. Jaringan irigasi sebagai faktor utama dalam melayani masyarakat dalam pendistribusian air irigasi, sehingga perlu dipeliharan secara rutin dan berkesinambungan.

(13)

commit to user

Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kerusakan dan upaya pemeliharaan pada Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Diharapkan akan diketahui kecenderungan kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Diketahuinya kecenderungan kondisi ini bisa menjadi masukan khususnya bagi Dinas Pekerjaan Umum Kab. Ponorogo untuk menentukan arah kebijakan dimasa yang akan datang.

1.2

Rumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dari tahun 2007 s/d 2009 ?

2. Apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur?

3. Bagaimanakah kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo dari tahun 2007 s/d 2009.

2. Mengetahui apakah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dari tahun 2007 s/d 2009 dapat meningkatkan kondisi jaringan irigasi Sungkur.

3. Mengetahui kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 .

1.4

Batasan Masalah

Agar tinjauan studi ini tidak meluas dan menyimpang dari masalah diatas, maka batasan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian dipilih wilayah kerja Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Sumoroto.

(14)

commit to user

3. Penilaian kondisi jaringan irigasi Sungkur mengacu kepada Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air, Jakarta, 1999.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberi informasi kondisi jaringan irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo secara nyata dengan mengacu standar penilaian yang telah ditetapkan

(15)
(16)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.

Tinjauan Pustaka

Bambang Basuki Hartanto (2009) dalam penelitiannya menulis kerusakan komponen bangunan jaringan irigasi merupakan salah satu penyebab menurunya fungsi dan kinerja jaringan irigasi, hal ini terjadi pula pada jaringan irigasi Jetu. Fungsi jaringan irigasi Jetu untuk melayani pengairan irigasi sawah di kecamatan Karanganyar dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan komponen bangunan jaringan irigasi, juga untuk mengetahui kondisi existing jaringan irigasi, guna menentukan tindak lanjut pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi Jetu. Dengan keterbatasan anggaran dana yang ada diharapkan perbaikan jaringan irigasi, mampu meningkatkan kinerja jaringan irigasi. Penghitungan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menghitung kebutuhan biaya pemeliharaan yang terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan pemeliharaan darurat. Untuk menentukan biaya pemeliharaan Jaringan Irigasi disesuaikan dengan kebutuhan nyata pengelolaan irigasi. Penelitian ini menggunakan studi kasus di Daerah Irigasi Tempuran Kabupaten Blora sebagai tempat penelitian. Hasil penelusuran jaringan menunjukkan bahwa kondisi jaringan mengalami kerusakan akibat kurang pemeliharaan. Kerusakan berat terjadi pada saluran yaitu tertutupnya saluran dengan sedimen, kerusakan bangunan sadap dan tidak berfungsinya pintu air. Hasil hitungan biaya pengelolaan jaringan irigasi D.I. Tempuran adalah sebagai berikut biaya Operasi Jaringan irigasi Rp. 53.286.620,- pemeliharaan jaringan irigasi sebesar Rp. 60.497.195,- . Pemeliharaan berat sebesar Rp. 481.547.870,-. Jadi biaya O & P sebesar Rp. 138.811,53/Ha/Th ( Suluh Jatmiko, 2007).

(17)

commit to user

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang dijabarkan dalam PP Nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi, pada pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Penelitian Agus Suman (2010) membahas tentang hubungan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan instansi pengelola (petugas irigasi) terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan. Irigasi di Kabupaten Poso berjumlah 105 dengan luas keseluruhan 24.264 ha. Kondisi jaringan irigasi belum terpelihara dengan baik sehingga tidak dapat mengairi seluruh areal persawahan dan menyebabkan produksi pertanian berkurang. Kegiatan operasi dan pemeliharaan ini dipengaruhi oleh kinerja petugas irigasi dan kinerja P3A. Kegiatan para stakeholder belum berjalan dengan baik sehingga kinerja jaringan irigasi belum berfungsi dengan baik. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi melalui kinerja P3A dan kinerja instansi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Poso dengan pertimbangan belum ada penelitian mengenai pengaruh kinerja P3A dan kinerja instansi terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pengaruh kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap kinerja jaringan irigasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan kuisioner. Data yang diperoleh dari 10 kecamatan dengan 138 P3A dan 92 petugas irigasi diolah menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan teknik perhitungan secara statistik. Hasil analisis diperoleh 56,60% kinerja P3A dan 82,40% kinerja instansi berpengaruh terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan. Pengaruh kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap kinerja jaringan irigasi primer dan sekunder 41,45% dan jaringan irigasi tersier 56,03%. Untuk meningkatkan kinerja P3A dan kinerja instansi diperlukan pembenahan organisasi dan kepengurusan serta perlunya penyuluhan dan pelatihan tentang masalah pengelolaan irigasi, sehingga kegiatan operasi dan pemeliharaan bisa berjalan lebih baik dan kondisi jaringan irigasi berfungsi dengan baik (Agus Suman, 2010 ).

(18)

commit to user

disimpulkan bahwa ketersediaan air di Sungai Banjaran masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada D.I Banjaran, pemanfaatan Jaringan Irigasi untuk pelayanan air irigasi kurang maksimal sehingga mengakibatkan efisiensi penggunaan air yang rendah. Pemakaian air dibagian hulu dan tengah sangat berlebihan sedangkan bagian hilir kekurangan sehingga perlu dilakukan penyuluhan/pembinaan kepada petani yang tergabung dalam perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dari instansi terkait mengenai pengelolaan air secara efektif dan efisien. Perlunya penegakan hukum kepada oknum yang melakukan pelanggaran perundang-undangan kususnya berkaitan dengan Undang-Undang Sumber Daya Air no.7 tahun 2004 dan terakhir perlu adanya penelitian lanjutan untuk optimasi pengelolaan air irigasi di Daerah Irigasi (DI) Banjaran (Suroso dkk, 2007)

Degradasi kinerja terjadi akibat pengaruh simultan dari degradasi pengaruh fisik jaringan dan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan. Sebagian besar degradasi kondisi fisik jaringan terkait dengan kerusakan saluran irigasi, banyaknya pintu-pintu air yang rusak dan sedimentasi pada saluran pembuang terutama pada tingkat tersier. Rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan terkait dengan terbatasnya anggaran operasi dan pemeliharaan dari pemerintah yang jauh dari mencukupi, sementara swadaya dari petani dalam memupuk dana OP sangat terbatas.

(19)

commit to user

iuran irigasi dan ketrampilan untuk mencegah/memecahkan konflik internal organisasi P3A atau dengan pihak lain.

Kendala lain dalam OP adalah terletak pada kebijakan pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan antisipasi terhadap dinamika budaya dan perkembangan wilayah, serta konsistensi dalam pengembangan dan pendayagunaan irigasi Sehingga dari kesimpulan diatas disarankan untuk meningkatkan kinerja OP jaringan irigasi harus dimulai dengan pemahaman paradigma dan konsistensi kebijakan sumber daya air baik oleh pemerintah pusat maupun daerah sehingga kebijakan yang dikeluarkan telah mampu mempertimbangkan kendala dan potensi kelembagaan pengelola jaringan irigasi serta dinamika masyarakat dapat berjalan dengan arah yang tepat dan konsisten. Selain itu diperlukan adanya peningkatan kemampuan swadaya petani dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan dalam jangka panjang dibutuhkan adanya peningkatan anggaran operasi dan pemeliharaan irigasi dan biaya rehabilitasi irigasi baik tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten dimana pengelolaannya tertuang dalam UU No.7 Tahun 2004 secepatnya ditindaklanjuti dalam bentuk petunjuk teknis dan siap dioperasionalkan agar degradasi kinerja jaringan irigasi tidak terus berlanjut (Sumaryanto dkk, 2006).

(20)

commit to user

Saat ini perubahan besar dalam tata kelola sistem irigasi sedang terjadi di banyak negara, terutama negara berkembang. Dengan adanya tata kelola sistem irigasi yang baik akan mengurangi beban anggaran negara. Makalah ini memberikan kontribusi berarti bagi pemerintahan dalam bentuk lima komponen utama dan tiga dampak pokok untuk bisa menjadi bahan evaluasi menuju tata pemerintahan yang baik. Banyak contoh di berbagai negara setelah diadakan suatu evaluasi terjadi suatu ketidakseimbangan/kontras antara biaya yamg telah dikeluarkan dengan hasil yang dicapai. Sejak tahun 1850, telah terjadi peningkatan besar dalam pembangunan negara. Saat ini terjadi gelombang proyek-proyek untuk merubah manajemen irigasi dan ini mencerminkan bahwa beban keuangan negara yang dimiliki sangat besar, terjadi pemborosan anggaran di banyak negara, sehingga menjadi berlebihan, yang menyebabkan penurunan system kinerja sistim irigasi dan ini terus berlanjut. Efek ini, setidaknya bias dicegah, karena awal tahun 1960-an sistem bantuan pembangunan internasional, jauh lebih siap untuk membiayai pembangunan atau perluasan irigasi daripada biaya pemeliharaan selanjutnya. Transisi yang terjadi sekarang ini, tentu melibatkan peran serta pemerintah. Sejarawan irigasi didesak untuk mencari contoh-contoh masa lalu yang mungkin membantu menunjukkan bagaimana mencapai hasil ini ( Abernethy, 2010 )

(21)

commit to user

fase percobaan awal, yang juga menyebabkan pembentukan unit pengolahan data yang bertugas mengelola sistem informasi di Mali. Seluruh masalah yang berkaitan dengan pelatihan, komitmen karyawan serta yang berkaitan dengan organisasi yang berhubungan dengan operasi pemeliharaaan jaringan irigasi dapat tertangani dengan menggunakan perangkat lunak yang ada di Mali ( Passouant et al , 2009)

Penilaian kinerja dalam suatu sistem irigasi sangat perlu dilakukan saat ini. Tujuan penilaian mengusulkan beberapa indikator untuk membandingkan antara kinerja aktual dengan kriteria desain yang telah ditetapkan. Khusus untuk irigasi

sprinkler, evaluasi kerugian karena kondisi lingkungan dapat dianggap sebagai indikator penting dalam kinerja sistem irigasi. Masalah ini memerlukan penjelasan analitis aliran air dan limbah melalui suatu penelitian/ eksperimen serta teori yang mendukung. Pada awalnya akan ada kesulitan pengukuran untuk identifikasi, kontribusi hasil akhir masing-masing-masing parameter, hubungan non-linear di antara variabel-variabel, sehingga akan membuat kesulitan untuk memperoleh gambaran lengkap dari proses analisa. Studi penelitian dan kajian teoritis banyak telah dilakukan baru-baru ini dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih dalam fenomena ini, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Telah disajikan sebuah model matematika untuk irigasi sprinkle dengan menggunakan tetes penyiraman balistik, didasarkan pada pendekatan dinamis yang sudah disederhanakan kemudian dibandingkan dengan hasil kinematis. Penelitian dan percobaan lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari permasalahan ini ( Lorenzini et al, 2005)

(22)

commit to user

simulasi dan adanya evaluasi di lapangan. Sistem baru menunjukkan distribusi yang lebih adil. Pra-intervensi rata-rata rasio supply-demand yang berkisar antara 1,68-2,51 berkurang menjadi 1,20 untuk aliran terus-menerus dan 1,17 untuk operasi rotasi. Suatu analisis komprehensif realokasi air dengan sistem Cu Chi perlu dilakukan juga untuk mengantisipasi kebutuhan air di Ho Chi Minh City sebagai kota industri sehingga pasokan air relatif aman ketersediaannya ( George et al, 2004)

2.2 . Landasan Teori

Irigasi merupakan bagian dari pengetahuan teknik sipil yang khusus membahas tentang pengairan. Dalam arti yang luas irigasi adalah suatu usaha pengairan yang menggunakan saluran buatan untuk keperluan produksi pertanian dengan memanfaatkan dan mengatur air yang mencakup bidang irigasi, drainase, reklamasi dan pengaturan banjir. Dan arti yang khusus irigasi adalah suatu usaha untuk mengatur dan memanfaatkan air yang tersedia baik disungai, mata air, waduk dengan menggunakan jaringan irigasi dan bangunan-bangunannya untuk kepentingan pertanian.

Negara Indonesia merupakan Negara agraris, dimana salah satu ciri negara agraris adalah sebagian besar penduduknya bermatapencaharian bercocok tanam (bertani). Maka sudah merupakan kewajiban bagi Pemerintah Indonesia membantu penduduknya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cara memberikan air irigasi dengan baik. Maksud dari pemberian air irigasi dengan baik adalah pemberian air irigasi secara tepat guna dan tepat waktu agar air yang diberikan itu cukup dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman dan tidak berlebihan yang mengakibatkan pemborosan air. Untuk itu pemerintah berkewajiban utuk menyediakan Prasarana Irigasi yang merupakan jaringan/saluran irigasi dan bangunan irigasi agar pemberian air irigasi dapat lebih adil dan merata sehingga sawah yang lokasinya jauh dari sungai dapat menerima air seperti halnya sawah yang dekat sungai.

2.2.1. Jaringan Irigasi

(23)

commit to user

irigasi beserta pembuangannya, untuk lebih jelsnya beberapa pengertian irigasi adalah sebagai berikut,

Beberapa pengertian dalam konteks irigasi :

1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

2. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

3. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya.

4. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.

5. Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.

6. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi.

7. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama

Jaringan irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi KP-01 yang didasarkan pada cara pengaturan, pengukiran aliran air dan lengkapnya fasilitas maka dapat dibedakan kedalam tiga tingkatan yaitu:

1. Jaringan Irigasi Teknis

(24)

commit to user

diukur dengan baik. Keadaan saluran dan bangunan telah permanen, pada daerah yang airnya melimpah jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan saluran pembuang yang biasanya air buangan tersebut dipakai untuk suplesi ke daerah irigasi yang kurang airnya.

2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan irigasi semi teknis adalah jaringan irigasi dimana saluran telah ada dan berfungsi dengan baik akan tetapi bangunan-bangunannya belum dilengkapi pintu pengatur air, sehingga pembagian airnya hanya dapat diatur tidak dapat diukur.

3. Jaringan Irigasi Non Teknis/Alam

Jaringan Irigasi non teknis merupakan jaringan irigasi yang sudah dilengkapi dengan saluran akan tetapi tidak dilengkapi dengan bangunan-bangunan pembagi air sehingga kondisinya tidak permanen. Jaringan irigasi non teknis ini pembagian airnya tidak dapat diatur dan tidak dapat diukur. Jaringan sederhana ini mudah diorganisasi tetapi mempunyai kelemahan yaitu pemborosan air karena terbuang percuma.

Jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu:

1. Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk.

2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak tersier. 3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan

kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.

4. Sistem pembuang yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

Jaringan Irigasi ditinjau dari segi pengelolan terdiri dari: 1. Jaringan irigasi utama

Pengelolaan jaringan irigasi utama dilaksanakan oleh Dinas Pengairan, yang meliputi tingkat saluran utama yaitu saluran primer dan saluran sekunder serta saluran tersier sejauh 50 meter dibawah bangunan ukur.

(25)

commit to user

Pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier ditangani oleh para petani dibawah bimbingan Dinas Pengairan.

Dalam suatu jaringan irigasi akan dikenal beberapa macam saluran, yaitu: 1. Saluran Pembawa

Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bangunan pengambilan sampai petak-petak sawah, pada saluran pembawa terdiri dari saluran yang mempunyai dimensi berbeda-beda, hal ini ditentukan dari jenis saluran dan luas daerah irigasi serta beberapa faktor yang dominan yang mempengaruhi dimensi saluran.

Macam-macam saluran pembawa yang dapat dijumpai pada jaringan irigasi adalah:

a. Saluran Primer, b. Saluran Sekunder, c. Saluran Tersier, d. Saluran Sub-Tersier, e. Saluran Kwarter, f. Saluran Cadangan. 2. Saluran Pembuang

Saluran pembuang adalah saluran yang berfungsi untuk membuang atau mengalirkan kelebihan air dari petak sawah. Meluapnya air akibat hujan yang biasanya terjadi pada saluran kwarter sampai pada saluran pembuang utama sehingga tidak akan merusak tanamn pertanian. Dalam perencanaan saluran pembuang biasanya dengan cara pembatasan pada sub surface / permukaan drainase yang di dalam tanah dengan jalan peresapan.

3. Saluran Campuran

(26)

commit to user 2.2.2. Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi adalah infrastruktur prasarana irigasi yang merupakan suatu kelengkapan jaringan irigasi teknis yang terletak pada jaringan irigasi dan berfungsi sebagai pengatur dan pengukur pemberian dan pembagian air irigasi ke areal pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Bangunan Utama

Bangunan utama adalah bangunan-bangunan irigasi yang harus ada dan berperan inti dalam pembagian air irigasi mulai dari pengambilan sumber air sampai pada persilangan saluran. Bangunan utama tersebut meliputi:

a. Bangunan Pengambilan

Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil atau menyadap air dari sumber air yang berupa mata air, sungai, waduk dan sumur. Bangunan pengambilan ada dua macam yaitu banguna pengambilan berpintu (intake) dan bangunan pengambilan bebas (free intake). Infrastruktur bangunan pengambilan berupa bendungan utama yaitu Dam.

b. Bangunan Pembagi

Bangunan pembagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi untuk membagi air irigasi ke daerah-daerah yang membutuhkan. Dengan adanya bangunan bagi ini akan didapatkan keseimbangan dalam pemberian air irigasi sesuai dengan tingkat kebutuhan air di areal sawah. Terdapat beberapa banguna pembagi yaitu bangunan pembagi yang terdapat pada saluran primer disebut bangunan bagi, bangunan pembagi yang terdapat pada saluran sekunder disebut bangunan sadap atau banguna bagi sadap, dan bangunan pembagi yang terdapat pada saluran tersier dan kwarter disebut box tersier dan box kwarter.

2. Bangunan Pelengkap

Bangunan Pelengkap di dalam jaringan irigasi adalah infrastruktur Prasarana irigasi yang harus dibangun. yang diakibatkan keadaan atau kondisi lapangan yang mengharuskan adanya bangunan tersebut. Yang termasuk banguna pelengkap adalah:

a. Bangunan Persilangan

(27)

commit to user

rel kereta api, lembah atau jurang. Bangunan persilangan dapat dibuat dalam bebagai bentuk tergantung pada kondisi lapangan. Bentuk dari bangunan persilangan adalah:

1. Bangunan Talang

Bangunan talang adalah suatu konstruksi jembatan yang dibuat melintas di atas perlintasan jalan raya, rel kereta api, sungai jurang atau lembah. Talang ini dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya.

2. Bangunan Gorong-Gorong

Gorong-gorong adalah suatu konstruksi persilangan yang paling sederhan yang melintas di bawah jalan raya, rel kereta, tanggul dan bangunan-bangunan lain. Aliran gorong-gorong dapat berupa aliran bebas dan aliran bertekanan.

3. Bangunan Siphon

Siphon adalah konstruksi persilangan berupa saluran tertutup berbentuk bundar atau persegi yang mengalirkan air melalui profil penuh saluran tertutup dan ada dibawah tekanan. Siphon mengalirkan air dari saluran melintas di bawah jalan raya, rel kereta api, sungai dan jurang atau lembah dibawah tekanan hidrostatik. 4. Bangunan Terjun

Bangunan terjun adalah konstruksi bangunan irigasi yang berfungsi untuk menurunkan tinggi muka air dimana kemiringan dasar saluran jauh lebih landai dari kemiringan medan lapangan. Tipe bangunan terjun ada dua macam yaitu bangunan terjun dengan bidang tegak yang dibangun bila ketinggian tidak besar, dan bangunan terjun dengan bidang miring apabila tinggi terjun terlalu besar. b. Bangunan Penurunan Mendadak

Bangunan penurunan mendadak adalah bangunan untuk mengatasi penurunan permukaan air secara mendadak. Bangunan ini dapat berupa pelimpah atau got miring.

c. Bangunan Pembuang Air Hujan

(28)

commit to user

Bangunan bocoran dan gerusan adalah bangunan untuk mengatasi terjadinya kebocoran pada saluran dan gerusan yang berlebihan pada saluran. Bangunan ini dapat berupa turap dan bronjong.

Bangunan irigasi yang belum dijelaskan di atas yang masih merupakan inventarisasi prasarana irigasi adalah:

1. Bangunan Ukur

Bangunan ukur berfungsi sebagai pengukur debit air yang mengalir pada saluran irigasi. Bangunan ukur biasanya dibangun setelah intake dan bangunan bagi, bangunan sadap dan box tersier dan kuarter. Bangunan ukur yang dijumpai pada jaringan irigasi di Kabupaten Ponorogo adalah bangunan ukur Cipoletty bentuk penampang trapesium dan bangunan ukur Met Drempel bentuk penampang persegi panjang.

2. Jalan Inspeksi

Jalan inspeksi ternasuk dalam inventarisasi prasarana irigasi. Jalan inspeksi akan dijumpai pada daerah bendung utama yang berfungsi sebagai sarana petugas (PPA dan Juru serta pengawas) untuk mengatur dan mengawasi pintu air dan akan dijumpai disekitar bangunan-bangunan pembagi serta disamping saluran sebagai sarana inspeksi dan pengawasan petugas.

3. Rumah Pengatur Pintu Air

Rumah pengatur pintu air juga termasuk dalam inventaris prasarana irigasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau posko pengawasan. Biasanya rumah pengatur pintu air ini berada disekitar Dam.

2.3 Tata Cara Pemeliharaan

(29)

commit to user

a. Mencegah agar hewan tidak masuk ke dalam saluran,

b. Melarang penggarapan sawah yang terlalu dekat dengan tanggul sehingga dapat mengakibatan ketidksetabilan tanggul,

c. Melarang kendaraan yang lewat diatas tanggul, untuk itu perlu dibuatkan jalan inspeksi ditepi saluran irigasi karena jalan inspeksi tersebut diperlukan pada saat kegiatan monitoring dan pemeliharaan,

d. Melarang pendirian bangunan atau penanaman pohon yang terlalu dekat tanggul,

e. Melarang kegiatan-kegiatan lain yang diperkirakan dapat merusak tanggul saluran.

Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada tanggul dan salauran irigasi, dan sekaligus untuk menjaga keselamatan manusia dan hewan ada beberapa cara pengamanan yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Pemagaran di tempat-tempat yang berbahaya, seperti disekitar bendung, ruas saluran yang cukup dalam,

b. Pemasangan tanda-tanda larangan dengan jelas posisinya dan mudah dibaca huruf/gambarnya,

c. Penyediaan tempat mandi hewan,

d. Penyediaan tempat penyeberangan hewan ternak.

Berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan maka dapat ditentukan jenis penanganan pemeliharaan yang sesuai. Secara umum kegiatan pemeliharaan dibagi menjadi :

2.3.1 Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin yang termasuk didalamnya adalah:

1. Pembabatan rumput dan tumbuhan air, kegiatannya meliputi antara lain: a. Rumput yang panjang dan tidak teratur yang tumbuh dilereng saluran

harus dipotong secara teratur,

b. Hasil pembabatan harus dibuang jauh dari lokasi semula. 2. Pembersihan sampah/kotoran

(30)

commit to user

b. Pembersihan sampah/kotoran dapat dilakukan bersama-sama pada saat pembabatan rumput.

3. Pencabutan alang-alang semak belukar dan pepohonan liar, saluran yang kegiatannya antara lain:

a. Alang-alang, semak belukar dan pepohonan liar yang tumbuh dilereng saluran terutama sisi bagian dalan harus dicabut sampai keakar-akarnya, b. Hasil pencabutan, harus dibuang jauh –jauh dari tanggul dan sebaiknya

dibakar.

4. Penanaman gebalan rumput

a. Tanggul dan lereng saluran yang tidak selalu terendam air perlu ditanami rumput yang baik untuk membantu stabilitas lereng saluran agar tidak mudah longsor karena terkena aliran dan gerusan air irigasi, b. Secara teknis, untuk mendapatkan lereng yang lebih stabil, rumput yang

akan ditanam terleih dulu diberi perkuatan dengan pasak bambu pada tanah mediannya.

2.3.2 Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala dilakukan untuk mempertahankan mutu saluran dan bangunan biasanya tanpa ada bagian konstruksi yang dirubah / diganti dan dikerjakan secara berkala. Kegiatan pemeliharaan secara berkala antara lain:

1. Menutup lubang-lubang tanggul saluran yang dsebabkan oleh pengambilan air yang tidak bertanggung jawab,

2. Menanggulangi rembesan/bocoran air yang berasal dari dalam saluran yaitu dengan cara menggali bagian tengah tanggul dan mengisinya dengan tanah tumbuk,

3. Memotong pohon-pohon yang dapat merusak tanggul/bangunan, 4. Memperkuat urugan tanah di belakang pasangan semula,

5. Segera melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan kepada kondisi semula 6. Mengeruk lumpur, dimaksudkan untuk menjaga kapasitas daya tampung

(31)

commit to user 2.3.3 Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan supaya saluran dan bangunan yang rusak di jaringan irigasi dapat segera difungsikan. Hal ini terutama dilakukan pada kerusakan akibat bencana alam khususnya pada musim penghujan sehingga mengakibatkan tanggul atau saluran menjadi longsor atau putus dan bangunan yang kritis. Kegiatan ini bisa dilakukan secara swakelola maupun dikontrakkan. Anggaran perbaikan darurat bisa dipenuhi dari anggaran bencana alam yang telah dianggarkan maupun bantuan dari APBD Provinsi atau APBN. Perbaikan darurat secara swakelola bisa dilaksanakan oleh Dinas maupun petani / Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dengan stimulan berupa karung banjir atau matras bronjong yang tersedia di dinas.

2.4

Sistem Pemeliharaan Jaringan Irigasi

2.4.1 Tahap perencanaan

Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, meliputi:

1) Inspeksi Lapangan

Pelaksanaan kegiatan inspeksi lapangan berupa kegiatan-kegiatan berikut:

(a) Mantri/juru pengairan secara rutin harus memeriksa jaringan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya. Kerusakan saluran pembawa/pembuang dan bangunan dilaporkan dengan mengisi Formulir Pemeliharaan Laporan Kerusakan Jaringan Dan Fasilitas Irigasi dalam kategori berat, sedang, dan ringan. Isian formulir dan lampirannya diserahkan kepada Kepala Ranting Dinas pada awal bulan berikutnya.

(b) Staf bagian pemeliharaan/pengamat harus mengadakan pengecekan lapangan bulanan kemudian membuat ringkasan pekerjaan yang diperlukan dan diusulkan dengan mengisi Formulir Pemeliharaan Laporan Skala Prioritas Kerusakan Jaringan Dan Fasilitas Irigasi dan dikirimkan ke cabang dinas setiap bulan.

(32)

commit to user

(d) Cabang dinas atau instansi yang berwenang harus segera meneruskan laporan ke Dinas/Sub Dinas Pengairan, dan atau instansi lain yang berwenang serta terkait dengan mengacu pada struktur organisasi yang berlaku.

Inspeksi lapangan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.

2) Survei dan Desain

Kegiatan survey dan desain yang dilakukan berupa:

(a) Kepala ranting dinas menghitung kebutuhan bahan cat dan pelumas menggunakan Formulir Pemeliharaan Daftar Kebutuhan Bahan Cat Dan Pelumas Pintu Air, upah dan bahan untuk swakelola menggunakan Formulir Pemeliharaan Daftar Kebutuhan Upah Dan Bahan Untuk Swakelola, selanjutnya dilaporkan ke Cabang Dinas Pengairan setiap awal triwulan II, untuk bahan pembuatan usulan anggaran tahunan.

(33)

commit to user

(c) Formulir Pemeliharaan Laporan Pelaksanaan Survei Dan Disain Pekerjaan Pemeliharaan Dan Sarana Irigasi dikirim ke Dinas/Sub Dinas PU Pengairan paling lambat bulan Maret tiap tahun. Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan harus diserahkan lewat Kantor Koordinator/Wilayah dan tiba di kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan dalam bulan Juni tahun anggaran sebelumnya agar anggaran pemeliharaan keseluruhan untuk tahun berikutnya dapat direncanakan tepat waktu.

Survey dan desain pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.

3) Penyusunan Program

Setelah anggaran tahunan (DIP/DIPDA) diserahkan oleh Dinas/Sub Dinas Kepala Cabang Dinas, maka hasil survey dan desain pekerjaan yang pernah diselesaikan dan dilaporkan dalam Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Daftar Usulan Skala Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Yang Diborongkan di analisa kembali dengan skala prioritas. Selanjutnya disusun program pekerjaan berkala yang di swakelolakan dalam Formulir Pemeliharaan: Program Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan program pekerjaan berkala yang diborongkan dalam Formulir Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan oleh cabang dinas. Formulir Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Program Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan dikirimkan oleh cabang dinas kepada Kantor Propinsi/Pusat lewat Koordinator/Wilayah di bulan Nopember tahun anggaran yang bersangkutan.

(34)

commit to user

2.4.2 Tahap Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan pemeliharaan dibagi dalam tahap persiapan dan tahap pelaksanaan :

1) Persiapan

Pekerjaan yang diborongkan mencakup : (a) Persiapan dokumen pelelangan, (b) Pelaksanaan lelang,

(c) Pembuatan kontrak kerja. Pekerjaan swakelola mencakup :

(a) Pengajuan dari ranting dinas atas Daftar Kebutuhan Bahan Cat dan Pelumas Pintu Air dan Daftar Kebutuhan Upah Dan Bahan Untuk Di Swakelolakan, (b) Penunjukan pelaksana,

2) Pelaksanaan.

(a) Pelaksanaan perawatan rutin dilaksanakan oleh petugas pengairan setempat sebagai bagian tugas pokoknya dan dapat dilaksanakan secara swakelola. Hasil kerja yang dicapai harus dilaporkan setiap bulan dengan Formulir Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kegiatan perawatan rutin antara lain adalah:

(1) Membabat rumput pada tanggul dan tebing saluran,

(2) Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu (ganggang, eceng gondok, dan lain-lain) yang berada di saluran,

(3) Menutup lubang-lubang pada tanggul saluran (lubang ini biasanya dibuat oleh ketam, tikus, dan lain-lain),

(4) Memperbaiki longsoran-longsoran kecil yang terjadi pada tanggul dan lereng saluran,

(35)

commit to user

(6) Membersihkan sampah/endapan di sekitar pintu air, alat pengukur debit, dan lain-lain,

(7) Mencabut tanaman yang tumbuh pada bangunan air (biasanya pada sayap bangunan tumbuh tanaman liar),

(8) Memangkas dahan pohon yang mengganggu jaringan telepon,

(9) Memperbaiki kerusakan kecil bangunan dan prasarana pelengkapnya,

(10) Memberi pelumas pada pintu-pintu air .

(b) Pelaksanaan pekerjaan berkala swakelola (Formulir Pemeliharaan: Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan). Untuk pekerjaan swakelola, Kepala/Staf Ranting Dinas ditugaskan sebagai pelaksana dengan surat penugasan dari Kepala Cabang Dinas. Ranting Dinas sebagai pelaksana wajib melaporkan setiap 2 (dua) minggu tentang progres pembayaran upah dan bahan, serta pelaksanaan fisik. (c) Pelaksana pekerjaan berkala yang di swakelolakan juga bertanggungjawab

terhadap mutu dan volume pekerjaan swakelola yang diselesaikan. Dalam Formulir Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan disampaikan kepada Kepala Cabang Dinas oleh pelaksana pada hari Selasa setiap minggu pada periode laporan itu. Staf pemeliharaan cabang dinas menyusun laporan bulanan mengenai progres semua pemeliharaan swakelola berdasarkan informasi dari Formulir Pemeliharaan Laporan 2 Mingguan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan disusun dalam Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Pelaksanaan Pekerjaan Berkala Yang Di Swakelolakan dan harus disampaikan ke Kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan pada awal bulan berikutnya.

(36)

commit to user

Diborongkan. Formulir ini diisi berdasarkan informasi yang dicatat di lapangan. Laporan ini diserahkan kepada cabang dinas pada hari Senin setiap minggu.

(e) Pembuatan gambar purna laksana (as-built drawings). Setelah pekerjaan pemeliharan dinyatakan selesai, khususnya bagian-bagian yang menyangkut perubahan dalam pelaksanaan harus dibuat gambar purna laksana (as-built drawings) oleh pelaksana dan diserahkan ke cabang dinas.

Tahapan pelaksanaan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu pada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.

2.4.3 Pemantauan dan Evaluasi

Prosedur yang dilakukan pada kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk bangunan irigasi mencakup :

1) Pemantauan pengadaan dan penggunaan bahan swakelola (Formulir Pemeliharaan : Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola dan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola) dan lampiran Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kasi Pemeliharaan Cabang Dinas harus memantau setiap bulan pengadaan dan penggunaan bahan pekerjaan swakelola dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Pengadaan Bahan Pekerjaan Swakelola dan Formulir Pemeliharaan: Pemantauan Bulanan Penggunaan Bahan Pekerjaan Swakelola. Kedua formulir ini diserahkan kepada Kantor Dinas/Sub Dinas PU Pengairan tiap awal bulan berikutnya. Bagi bangunan khusus yang memerlukan upah dan bahan agak besar tiap tahun, perlu dicatat penggunaan dan sisanya di dalam Formulir Pemeliharaan Pemantauan Bulanan Penggunaan Cat Dan Pelumas Pintu Bendung/Bangunan Bagi Besar oleh Kepala Ranting Dinas. Lampiran formulir ini lalu diperiksa oleh kepada Kantor Dinas/Sub Dinas Pengairan.

(37)

commit to user

dilaksanakan untuk setiap paket pekerjaan. Keseluruhan paket pekerjaan dilaporkan dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Bulanan Realisasi Pekerjaan Berkala Yang Diborongkan. Formulir ini perlu disampaikan kepada Kantor Dinas/Sub Dinas Pengairan pada awal bulan berikutnya.

3) Evaluasi pekerjaan pemeliharaan Formulir Pemeliharaan Laporan Tahunan Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan pada tiap akhir tahun anggaran hasil pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan termasuk pekerjaan swakelola dan pekerjaan yang diborongkan harus di evaluasi oleh Cabang Dinas dengan menggunakan Formulir Pemeliharaan Laporan Tahunan Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan. Formulir ini kemudian dikirim ke Kantor Dinas/Sub Dinas setiap bulan Januari tahun anggaran berikutnya.

Pemantauan dan evaluasi pada kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk bangunan irigasi berpedoman dan mengacu kepada SNI T-03-2002, tentang Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.

2.5

Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi

(38)
[image:38.595.98.508.110.619.2]

commit to user

Tabel 2.1. Penilaian Fisik Komponen Bangunan Utama Bendung Pada Jaringan Irigasi (Anonim, 1999)

No Bangunan Kondisi Bangunan

Baik Cukup Rusak

1 Bangunan Pengambilan - Pintu

Pengambilan (Intake)

- Semua pintu dapat dioperasikan dengan baik, secara mekanis dan hidrolis - Terdapat atap

pelindung pintu - Pengaman pintu

dan tembok penahan banjir - Semua daun pintu

yang terpasang tidak bocor - Terdapat petunjuk

manual operasi bendung. - Kondisi rata-rata

aspek di atas 80% - 100%

- Sebagian pintu tidak dapat dioperasikan dengan lancar - Atap pelindung dan

pengaman pintu sebagian ada yang rusak

- Daun pintu yang terpasang dijumpai kebocoran

- Kondisi rata-rata aspek di atas 50%-79%

- Semua pintu tidak dioperasikan dengan lancar - Tidak terdapat atap

pelindung dan pengaman pintu pengambilan (intake)

- Kondisi rata-rata aspek di atas 0% - 49%

- Endapan / Lumpur

- Endapan di depan pintu tidak setinggi ambang pintu pengambilan (intake) - Mudah / selalu

dikurus secara berkala

- Kondisi rata-rata aspek di atas 80%-100%

- Endapan di depan pintu mencapai tinggi ambang pintu pengambilan (intake) - Tidak selalu dikuras

secara berkala - Kondisi rata-rata

aspek di atas 50%-70%

- Endapan sering melampaui ambang pintu pengambilan (intake)

- Sulit/tidak pernah/ jarang dikuras - Kondisi rata-rata

aspek di atas 0%-49% - Papan Operasi Bendung (Papan Eksploitasi)

- Terdapat papan operasi bendung yang masih baik - Papan tersebut

selalu diisi data yang benar - Kondisi rata-rata

aspek diatas 80%-100%

- Terdapat papan operasi bendung - Papan tersebut tidak /

jarang diisi data yang benar

- Kondisi rata-rata aspek diatas 50%-70%

- Tidak terdapat papan operasi bendung - Kondisi rata-rata

aspek diatas

Penilaian fisik komponen pada jaringan irigasi secara lengkap ditunjukkan pada Lampiran LP (1-7)

Keadaan khusus

Khusus untuk bendung gerak dan waduk yang besar, penilaian kondisi dilaksanakan oleh staf cabang dinas unit pengelola bending dan waduk.

(39)

commit to user

1. Bangunan bagi / bagi-sadap / sadap, 2. Ruas saluran pembawa

Pada jaringan yang bersangkutan tidak diperlukan (tidak ada), maka perhitungan nilai kondisi terhitung dilaksanakan sebagai berikut :

a. Bila luas rencana >150 Ha, maka kondisi dinilai sesuai keadaan

b. Bila luas rencana <150 Ha, maka kondisi dinilai dengan cara memaksimalkan (Anonim, 1999)

2.6. Penilaian Komponen dan Pembobotan

Setiap komponen utama dibagi menjadi beberapa komponen yang lebih kecil, yang masing-masing perlu dinilai kondisinya. Setiap komponen akan memberikan kontribusi nilai kondisi terhadap kondisi fisik jaringan irigasi secara keseluruhan. Kontribusi setiap komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi mempunyai bobot yang tidak sama. Bobot setiap komponen disusun atas dasar besarnya pengaruh setiap komponen tersebut terhadap terjaminnya pelayanan air irigasi. Bobot setiap komponen utama dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel. 2.2. Bobot Komponen Utama Jaringan Irigasi (Anonim, 1999)

No KOMPONEN BOBOT (%)

1 Bangunan Utama 35

2 Saluran Pembawa 25

3 Bangunan Bagi / Sadap 25

4 Saluran Pembuang 10

5 Bangunan Pada Saluran Pembuang 5

Jumlah: 100

(40)
[image:40.595.118.499.71.714.2]

commit to user

Gambar 2.1. Distribusi Komponen dan Bobot Pada Jaringan Irigasi (Bendung Tetap atau Bendung Gerak) (Anonim, 1999

5% 3% 3% 1% 4% 2% 5% 4% 1% 2% 2% 1% Endapan/lumpur Pintu/pintu banjir Papan eksploitasi Pengukur debit Endapan/lumpur Pintu Mercu Papan Skala Ruang olakan Koperan Sayap Jembatan Utama Gawat Banjir

Rumah PPA 1%

(41)

commit to user

[image:41.595.166.462.141.564.2]

Distribusi komponen dan bobot pada bangunan utama standar dari Subdit. Bina Program Ditjen. Air (1999), untuk free intake, bendungan dan pompa disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Distribusi Komponen dan Bobot Pada Bangunan Utama (Untuk Free Intake, Bendungan dan Pompa) (Anonim, 1999)

2.7

Metode Perhitungan Penilaian Kondisi Jaringan Irigasi.

Penilaian kondisi jaringan irigasi keseluruhan dilakukan dengan menghitung kondisi bangunan utama (%), saluran pembawa (%), bangunan bagi, bagisadap (%), saluran pembuang (%), dan bangunan sepanjang saluran pembuang (%), dengan metode perhitungan sebagai berikut:

25% Pintu Intake

10% Regime Sungai

Bocoran 35%

Free Intake

9% Pintu Intake

2% Pintu Penguras

8% Pelimpah/

Spilway

3% Endapan

5% Tanggul

Banjir

3% Bangunan pelengkap 30%

Bendungan

25% Mekanis

10% Bangunan

Sipil 35%

(42)

commit to user

Kondisi Jaringan Irigasi dihitung dengan rumus:

KJ = Kbu + Kbbs + Ksbw + Ksbg + Kbsbg...(2.1) dengan:

KJ = Kondisi Jaringan (%)

Kbu = Kondisi bangunan utama (%)

Kbbs = Kondisi bangunan bagi atau sadap (%)

Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%)

Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%)

Kbsbg = Kondisi bangunan sepanjang saluran pembuang (%) Kondisi bangunan utama dihitung sebagaimana rumus berikut:

Kbu = Kb(bu) 1 + Kb(bu) 2 + Kb(bu)(n)...(2.2) dengan:

Kbu = Kondisi bangunan utama (%)

Kb(bu) 1 = Kondisi rata-rata bangunan utama 1 (%)

Kb(bu) 2 = Kondisi rata-rata bangunan utama 2 (%)

Kb(bu) (n) = Kondisi rata-rata bangunan utama (n) (%) Kondisi Bangunan bagi/sadap dihitung sebagaimana rumus berikut:

Kbbs = Kb(kbbs) 1 + Kb(kbbs) 2 + Kb(kbbs) (n)...(2.3) dengan:

Kbbs = Kondisi bangunan bagi/sadap (%)

Kb(kbbs) 1 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 1 (%)

Kb(kbbs) 2 = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap 2 (%)

Kb(kbbs) (n) = Kondisi rata-rata bangunan bagi/sadap (n) (%) Kondisi Saluran pembawa dihitung sebagaimana rumus berikut:

Ksbw = Ks(ksbw) 1 + Ks(ksbw) 2 + Ks(ksbw)(n)...(2.4) dengan:

Ksbw = Kondisi saluran pembawa (%)

Ks(ksbw)1 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 1 (%)

Ks(ksbw)2 = Kondisi rata-rata saluran pembawa 2 (%)

Ks(ksbw)(n) = Kondisi rata-rata salurah pembawa (n) (%) Kondisi saluran pembuang dihitung sebagaimana rumus berikut:

Ksbg = Ks(ksbg) 1 + Ks(ksbg) 2 + Ks(ksbg)(n) ...(2.5) dengan:

Ksbg = Kondisi saluran pembuang (%)

Ks(ksbg) 1 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 1 (%)

Ks(ksbg) 2 = Kondisi rata-rata saluran pembuang 2 (%)

(43)

commit to user

Kondisi bangunan disepanjang saluran pembuang dihitung sebagaimana rumus berikut:

Kbsbg = Kb(kbsbg) 1 + Kb(kbsbg) 2 + Kb(kbsbg) (n)...(2.6)

dengan:

Kbsbg = Kondisi bangunan pembuang (%)

Kb(kbsbg) 1 = Kondisi rata-rata bangunan pembuang 1 (%)

Kb(kbsbg) 2 = Kondisi rata-rata bangunan pembuang 2 (%)

(44)

commit to user

BAB. III

METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur berada dibawah pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air dibawah pengawasan langsung Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Sumoroto. Jaringan Irigasi Sungkur mempunyai luas areal 3065 Ha yang tersebar dibeberapa Kecamatan dan beberapa Kalurahan/Desa di Kabupaten Ponorogo. Penelitian mengambil lokasi di Jaerah Irigasi Sungkur karena belum ada penelitian sebelumnya mengenai kondisi Jaringan irigasi ini. Jaringan Irigasi sungkur merupakan satu-satunya jaringan irigasi di Ponorogo yang penanganannya ditangani langsung oleh pemerintah pusat yang kegiatan operasi dan pemeliharaannya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) Jaringan Irigasi. Lokasi penelitian dijelaskan pada Gambar 3.1 dan Skema JI Sungkur pada Gambar 3.2

(45)

commit to user

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian (Anonim, 2008)

(46)

commit to user

Gambar 3.2 Skema Jaringan Irigasi Sungkur (Anonim, 2008) Bendung Duncak

Intake Sungkur

(47)

commit to user

3.2 Metode Penelitian

Metode yang diterapkan dalam studi ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu mangadakan penelitian menggunakan data primer (data primer yaitu data yang di kumpulkan langsung dari objek yang diteliti dan berasal dari situasi aktual dimana suatu peristiwa terjadi) dan data sekunder (data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber tertentu yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan yaitu Dinas pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo.

Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah, yaitu:

3.2.1 Pengumpulan Data.

a. Data Sekunder meluputi:

1) Data Skema Jaringan Irigasi Sungkur Kabupaten Ponorogo, 2) Data Catatan Kerusakan JI Sungkur,

3) Laporan TPOP JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2007, 4) Laporan TPOP JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2008, 5) Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) JI Sungkur

Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2007,

6) Angka Kebutuhan Nyata Operasi & Pemeliharaan (AKNOP) JI Sungkur Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2008,

7) Foto dokumentasi dan Peraturan Perundang-undangan. b. Data Primer meliputi:

1) Observasi lapangan.

3.2.2. Teknis Pengambilan Data

a. Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat dari dekat tentang kondisi jaringan irigasi. Teknik observasi dilakukan dengan cara pengambilan dokumentasi.

b. Data sekunder diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo. c. Studi kepustakaan yaitu melakukan pencarian sumber-sumber informasi dari

(48)

commit to user

3.3 Analisis

Analisis penelitian terbagi menjadi tiga langkah pelaksanaan, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.

3.3.1 Analisis Kondisi jaringan Irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian adalah:

a. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

b. Melakukan survei untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Sungkur pada tahun 2009.

c. Melakukan analisa penilaian kondisi Jaringan Irigasi Sungkur pada tahun 2009 dengan menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999.

d. Komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi mempunyai bobot berbeda.

e. Bobot setiap komponen disusun atas dasar besarnya pengaruh setiap komponen tersebut terhadap terjaminnya pelayanan air irigasi.

f. Pembobotan dilakukan terhadap komponen utama jaringan irigasi meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi/sadap, saluran pembuang dan bangunan pada saluran.

g. Bobot untuk setiap komponen utama tersebut merupakan gabungan dari masing-masing komponen penyusunnya/sub komponen.

h. Bobot sub komponen dikalikan dengan kondisi fisik yang ada maka dihasilkan penilaiann sub komponen tersebut, kemudian sub komponen dijumlah untuk mengetahui total kondisi sub komponen.

i. Hasil pengurangan Komponen utama dengan nilai total sub komponen menunjukkan kondisi/nilai dari komponen tersebut dan seterusnya sehingga didapatkan kondisi Jaringan irigasi Sungkur aktual tahun 2009.

(49)

commit to user

k. Kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2008 yang telah diketahui digunakan sebagai acuan untuk penilaian kondisi jaringan tahun 2007 dengan cara seperti yang dilakukan pada poin j.

l. Hasil akhir diketahui nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

3.3.2 Analisis Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Hasil Kegiatan Pemeliharaan tahun 2007 s/d 2009

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan hubungan antara peningkatan kondisi jaringan irigasi Sungkur dan hasil pemeliharaan adalah sebagai berikut:

a. Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009 didapatkan dari Sub Bab 3.3.1

b. Berdasarkan laporan kegiatan TPOP diketahui kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahu yaitu tahun 2008 dan tahun 2007. c. Pada komponen bangunan irigasi yang dilakukan pemeliharaan dibandingkan

sebelum pemeliharaan maka prosentase kondisi jaringan irigasi akan naik. d. Selisih sebelum pemeliharaan dengan sesudah pemeliharaan pada komponen

jaringan irigasi didapatkan prosentase pemeliharaan komponen bangunan irigasi.

e. Prosentase pemeliharaan komponen yang mendapatkan pemeliharaan dikalikan dengan bobot komponennya didapatkan bobot akhir pemeliharaan.

f. Bobot akhir komponen yang mendapatkan pemeliharaan ini dijumlah maka didapatkan prosentase pemeliharaan yang dilaksanakan selama dua tahun yaitu pemeliharaan tahun 2007 dan tahun 2008.

3.3.3 Analisis Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur dari tahun 2007 s/d 2009 setelah adanya pemeliharaan dari tahun 2007 s/d 2009

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan kecenderungan kondisi jaringan irigasi Sungkur adalah sebagai berikut:

a. Analisis dari rumusan masalah yang pertama didapatkan nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur tahun 2007 s/d 2009.

(50)

commit to user

c. Dari Nilai kondisi jaringan irigasi Sungkur rumusan masalah pertama dan nilai pemeliharaan maka didapatkan persamaan linier dari kedua nilai tersebut. d. Didapatkan grafik hubungan antara nilai kondisi dengan nilai pemeliharaan

jaringan irigasi Sungkur.

(51)

commit to user

Gb.3.3 Bagan Alir Rancangan Penelitian Pembobotan dan

Evaluasi Hasil Analisa

Mulai

Data Sekunder 2007,2008,2009 Pengumpulan Data

JI Sungkur

Selesai Kondisi JI

Sungkur 2009 Survei Kondisi JI

2009

Data Pemeliharaan

2008

Data Pemeliharaan

2007

Kondisi Jaringan th 2009 = Kondisi Jaringan th 2010 sebelum ada pemeliharaan

Analisa :

Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999

Kondisi JI Sungkur

2008

Kondisi JI Sungkur

2007

(52)

commit to user

Input Proses Output Goal

Gb.3.2 Matrik Penelitian

- Observasi Lapangan - Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2009

- Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2009

- DIPA 2008 - Laporan TPOP

2008

- Data Kerusakan - AKNOP 2008

- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2008

- Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2008

- DIPA 2007 - Laporan TPOP

2007

- Data Kerusakan - AKNOP 2007

- Penilaian kondisi Jaringan Irigasi menggunakan pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit Bina Program Ditjen Air,Jakarta, 1999 Nilai Kondisi Jaringan Irigasi Sungkur Tahun 2007

(53)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Profil Pengairan, Dinas Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Kabupaten Ponorogo.

______, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, www.dpuairjatim.org/data/.../Permen%20PU%20no.32%202007.pdf,

Oktober, 16, 2008.

______, 2006, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008.

______, 2004, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2006/20TAHUN2006PP.htm, Oktober, 16, 2008.

______, 1999, Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi Subdit Bina Program Ditjen Air. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

______, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia

Abernethy, C.L., 2010. Governance of irrigation systems: Does history offer lessons for today, Journal. ICID

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.552/abstract

Agus Hari Wahyudi, 2009, Materi Kuliah Sistem Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Air ” Konsep Pemeliharaan Irigasi SNI”, Surakarta.

Agus Suman, 2010. Evaluasi Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Di Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Bambang Basuki Hartanto, 2009. Evaluasi Kerusakan Dan Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi Jetu. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta

George, Biju A., Malano, Hector M., Vo Khac Tri, Turral, Hugh, 2004. Using modelling to improve operational performance in the Cu Chi irrigation system,

Vietnam, Journal. ICID

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ird.109/abstract

Jatmiko Suluh, 2007. Kajian Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Tempuran Di Kabupaten Blora. Tesis (Tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

(54)

commit to user

Lorenzini, Giulio and Wrachien, Daniele De,

Gambar

Tabel 2.1.  Penilaian Fisik Komponen Bangunan Utama Bendung Pada Jaringan  Irigasi (Anonim, 1999)
Gambar 2.1.   Distribusi Komponen dan Bobot Pada Jaringan Irigasi (Bendung Tetap atau Bendung Gerak) (Anonim, 1999 commit to user
Gambar 2.2.
Tabel 4.7 Bobot Kondisi Endapan/Erosi Saluran Sungkur Kiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pada pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi terjadi keragaman (deviasi) tiap kuartal dari kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008 yang

Dari grafik diatas menunjukan jika memakai formula yang diusulkan mengalami penurunan yang dignifikan daripada menggunakan KM 35 tahun 2007 karena di KM 35 tahun 2007

Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh derajat Master pada Magister Teknik Sipil Konsentrasi Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Program

• Dibanding tahun 2008 produksi kacang tanah pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 12,51 persen dan kacang hijau menurun 12,59 persen, disebabkan oleh turunnya luas panen

Dari hasil evaluasi, didapatkan besarnya intensitas tanam padi pada Jaringan Irigasi Sumber Bendo Jeruk adalah 117,63% melebihi intensitas rencana tanam padi yang

Mega Auto Finance sama halnya dengan perputaran piutang yang pada 2007-2008 mengalami kenaikan dan kemudian tiga tahun berikutnya dari tahun 2009 hingga 2011 mengalami penurunan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Dan

Dari hasil analisis terhadap sifat kimia air irigasi diketahui bahwa pH air mengalami penurunan selama empat musim tanam, daya hantar listrik mengalami peningkatan pada