• Tidak ada hasil yang ditemukan

PP 16 TAHUN 2010 TENTANG TATIB DPRD DALAM KORIDOR UU 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PP 16 TAHUN 2010 TENTANG TATIB DPRD DALAM KORIDOR UU 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD - Repository IPDN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PP 16 TAHUN 2010

TENTANG TATIB DPRD

DALAM KORIDOR UU 27 TAHUN 2009

TENTANG

MPR, DPR, DPD DAN DPRD

(2)

Biodata Narasumber

Nama

: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

Lahir

: Jambi, 4 Maret 1977

NIP

: 19770304 1995 11 1 001

Jabatan

: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat

: Pembina TK. I (IV/b)

Instansi

: Kampus IPDN Jatinangor

Alamat

: Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

(3)

3

M P R D P R PRESIDEN

DAERAH OTONOM DESENTRALISASI

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR & INSTANSI VERTIKAL DEKONSENTRASI BADAN PENGELOLA BUMN, OTORITA,DLL DELEGASI (DESENTRALISASI FUNGSIONAL) LEMBAGA NEGARA LAINNYA B P K M A M K

TUGAS PEMBANTUAN PEMERINTAHAN DAERAH/ PEMERINTAHAN DESA MENTERI2

MENTERI-2

2

(4)

4 TNI/POLRI dewan pertimbangan

KY

UUD 1945

Kementerian Negara PUSAT DAERAH TUN Militer Agama Umum Lingkungan Peradilan KAB/KOTA DPRD PEMDA KPU KPU BANK SENTRA L

DPR MPR DPD

PERWAKILAN BPK PROV

PRESIDEN/

WAPRES MA MK BPK

DPRD PEMDA

PROVINSI

(5)

SURAT EDARAN MDN 161/3926/SJ

9 NOPEMBER 2009

Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan dari beberapa

daerah mengenai pembentukan Badan Anggaran DPRD , terkait dgn pelakdsanaan tupoksi DPRD di bidang anggaran, dengan hormat disampaikan hal2 sbb:

1. Sesuai Pasal 325 (1) Jo Pasal 376 (1) UU 27/2009 antara lain

menyatakan bahwa Tata Tertib DPRD ditetapkan oleh DPRD dengan berpedoman kpd Peraturan Per-UU-an.

2. Sesuai Pasal 235 (3) huruf F Jo Pasal 376 (3) huruf f UU 27/2009

menegaskan bahwa Tata Tertib DPRD antara lain memuat

tentang Pembentukan, Susunan serta tugas dan wewenang alat kelengkapan DPRD.

3. Sesuai Pasal 302 ayat (1) Jo Pasal 353 ayat (1) UU 27/2009 menyatakan bahwa alat kelengkapan DPRD terdiri dari:

a. Pimpinan

(6)

SURAT EDARAN MDN 161/3926/SJ

9 NOPEMBER 2009

a. Komisi

b. Badan Legislasi Daerah

c. Badan Anggaran d. Badan Kehormatan

e. Alat kelengkapan lain yg diperlukan dan dibentuk oleh rapat

paripurna DPRD

4. Dengan demikian pembentukan Badan Anggaran DPRD diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD berpedoman pada peraturan per-UU-an 5. Sambil menunggu ditetapkannya PP tentang Pedoman Penyusunan

Tata Tertib DPRD, pembentukan Badan Anggaran dapat dilakukan melalui hal-hal sbb:

(7)

SURAT EDARAN MDN 161/3926/SJ

9 NOPEMBER 2009

b. Badan Anggaran DPRD terdiri atas Pimpinan dan anggota, anggota badan anggaran diusulkan dari masing2 fraksi DPRD berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan dengan memperhatikan

keanggotaannya dalam komisi.

c. Untuk sementara Pimpinan DPRD karena jabatannya dapat

ditetapkan sebagai pimpinan Badan Anggaran merangkap anggota

d. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan

Anggaran bukan anggota

6. Apabila PP tentang Tatib DPRD telah ditetapkan, dan ketentuan mengenai pembentukan Badan Anggaran DPRD ada yang tidak sesuai dengan PP tersebut, agar disesuaikan.

Demikian untuk menjadi perhatian dalam pelaksanaannya.

MENDAGRI,

(8)

SURAT EDARAN MDN 161/3405/SJ

24 SEPTEMBER 2009

1. Dengan telah diundangkannya UU 27/2009 dan dengan telah dilaksanakannya pengambilan sumpah/janji para anggota DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota periode 2009-2014, sambil menunggu

ditetapkannya PP pelaksanaan UU 27/2009 diminta kpd seluruh DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota agar:

2. Meminta kpd pimpinan parpol yg mempunyai wakil di DPRD membentuk fraksi sbg wadah berhimpun anggota DPRD dan melaporkan kpd

pimpinan sementara DPRD untuk diumumkan kpd seluruh anggota

DPRD dalam sidang paripurna DPRD. Parpol yg memiliki wakil di DPRD harus mendudukkan anggotanya dalam satu fraksi

3. Membentuk alat kelengkapan DPRD yg terdiri dari:

1. Pimpinan DPRD; meminta kpd pimpinan parpol yg berhak mengisi kursi

pimpinan DPRD agar mengusulkan calon pimpinan kpd Pimpinan Sementara DPRD untuk ditetapkan dalam sidang paripurna DPRD dan selanjutnya

(9)

SURAT EDARAN MDN 161/3405/SJ

24 SEPTEMBER 2009

b. Membentuk dan menetapkan komisi serta meminta kpd masing2 fraksi untuk mengusulkan dan menempatkan setiap anggotanya pada salah satu komisi tsb. Setiap anggota DPRD kecuali pimpinan DPRD wajib menjadi anggota salah satu Komisi. Ketua dan Wakil Ketua dan Sekretaris Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dan dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD

c. Memilih anggota Badan Musyawarah dari unsur2 fraksi dan menetapkan dalam sidang paripurna DPRD. Bamus terdiri dari unsur2 fraksi

berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan sebanyak-banyaknya tidak lebih dari setengah jumlah anggota DPRD. Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan Bamus merangkap anggota.

3. Menyusun dan Menyelesaikan Peraturan Tatib DPRD

(10)

SURAT EDARAN MDN 903/3179/SJ

31 AGUSTUS 2009

Dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan terkait dgn penetapan perubahan APBD TA 2009 dan penetapan APBD TA 2010, dengan berpedoman pada Pasal 185 dan Pasal 186 UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, bersama ini diberitahukan hal-hal sbb:

1. Ranperda tentang APBD yg telah disetujui bersama dan Ranperkada tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan, paling lambat 3 hari disampaikan kepada Mendagri bagi Provinsi dan kpd Gubernur bagi Kab/Kota untuk di evaluasi.

2. Apabila Mendagri atau Gubernur menyatakan hasil evaluasi bertentangan dgn

kepentingan umum dan peraturan per-UU-an yg lebih tinggi, Gub/Bupati/ Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lambat 7 hari sejak diterimanya hasil evaluasi.

3. Sehubungan berakhirnya masa jabatan anggota DPRD 2004-2009 maka:

1. Dalam hal panitia anggaran DPRD belum terbentuk, KDH melakukan penyempurnaan

hasil evaluasi dilakukan oleh KDH bersama pimpinan DPRD definitif

2. Dalam hal pimpinan DPRD definitif belum terbentuk, KDH melakukan

penyempurnaan hasil evaluasi dan menetapkan Perda tentang APBD.

(11)

SURAT EDARAN MDN 161/2898/SJ

5 AGUSTUS 2009

1. Sesuai Pasal 54 dan Pasal 70 UU 22/2003 tentang Susduk Jo Pasal 6 PP 25/2004 tentang Tatib DPRD ditegaskan bahwa masa jabatan

anggota DPRD adalah 5 tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPRD yg baru mengucapkan sumpah dan janji.

2. Pengucapan sumpah dan janji DPRD baru dilaksanakan dalam rapat

paripurna DPRD yg bersifat istimewa

3. Pasal 53 (2), Pasal 69 (2) UU 22/2003 Jo Pasal 3 (1) dan (2) PP

25/2004 menyatakan bahwa anggota DPRD Provinsi diresmikan oleh Mendagri atas nama Presiden berdasarkan usul Gubernur atas

laporan KPU Provinsi; sedangkan anggota DPRD Kab/Kota

diresmikan oleh Gubernur atas nama Presiden berdasarkan usul Bupati/Walikota atas laporan KPU Kab/Kota

(12)

SURAT EDARAN MDN 161/2898/SJ

5 AGUSTUS 2009 (lanjutan)

5. Pembentukan pimpinan DPRD yg definitif dilaksanakan dgn

mempedomani ketentuan UU tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD

6. Penyusunan Rancangan Tata Tertib DPRD dapat diproses namun penetapannya menunggu berlakunya Peraturan Per-uu-an yg baru

7. Pembentukan alat kelengkapan DPRD dapat diproses namun

(13)

DPRD KABUPATEN/KOTA

Susunan dan Kedudukan

DPRD Kab/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan

umum yang dipilih melalui pemilihan umum.

DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang

berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kab/Kota.

Fungsi

a. legislasi;

b. anggaran; dan c. pengawasan.

Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di daerah.

(14)

TUGAS DAN WEWENANG

membentuk peraturan daerah bersama Bupati/Walikota;

membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan

daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah yang diajukan oleh Bupati/Walikota

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan

daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah;

mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Walikota

dan/atau wakil Bupati/Walikota kepada Mendagri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan;

memilih wakil Bupati/Walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan

wakil Bupati/Walikota;

memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah

(15)

TUGAS DAN WEWENANG (

LANJUTAN

)

memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional

yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kab/Kota;

meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati/Walikota

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Kab/Kota;

memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah

lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas dan

(16)

KEANGGOTAAN

Anggota DPRD Kab/Koyta berjumlah paling sedikit 20 (dua

puluh) orang dan paling banyak 50 (lima puluh) orang.

Keanggotaan DPRD Kab/Kota diresmikan dengan keputusan

Gubernur.

Anggota DPRD Kab/Kota berdomisili di ibu kota Kab/Kota yang

bersangkutan.

(17)

KEANGGOTAAN (LANJUTAN)

DI DAERAH PEMEKARAN SETELAH PEMILU:

menetapkan jumlah kursi DPRD Kab/Kota induk dan Kab/Kota

yang dibentuk setelah pemilihan umum berdasarkan jumlah

penduduk sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD;

menetapkan perolehan suara partai politik dan calon anggota

DPRD Kab/Kota berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah

pemilihan Kab/Kota induk dan Kab/Kota yang dibentuk setelah

pemilihan umum;

menentukan bilangan pembagi pemilih berdasarkan hasil

(18)

KEANGGOTAAN (LANJUTAN)

DI DAERAH PEMEKARAN SETELAH PEMILU:

menentukan perolehan kursi partai politik peserta pemilihan

umum berdasarkan hasil pemilihan umum di daerah pemilihan

Kab/Kota induk dan Kab/Kota yang dibentuk setelah pemilihan

umum;

menetapkan calon terpilih dari daftar calon tetap untuk mengisi

kursi berdasarkan suara terbanyak.

Pengisian anggota DPRD Kab/Kota dilaksanakan oleh KPU

Kab/Kota induk.

(19)

KEANGGOTAAN (LANJUTAN)

DI DAERAH PEMEKARAN SETELAH PEMILU:

Masa jabatan anggota DPRD Kab/Kota berakhir

pada saat anggota DPRD Kab/Koya hasil

pemilihan umum berikutnya mengucapkan

sumpah/janji.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan

jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan

DPRD Kab/Kota induk dan Kab/Kota yang

dibentuk setelah pemilihan umum diatur dengan

peraturan KPU sesuai dengan ketentuan

(20)

HAK DPRD

DPRD Kab/Kota mempunyai hak:

a. interpelasi;

b. angket; dan

(21)

HAK DPRD (lanjutan)

Hak interpelasi adalah hak DPRD Kab/Kota untuk

meminta keterangan kepada Bupati/Walikota

mengenai kebijakan pemerintah Kab/Kota yang

penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Hak angket adalah hak DPRD Kab/Kota untuk

melakukan penyelidikan terhadap kebijakan

pemerintah Kab/Kota yang penting dan strategis

serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat,

daerah, dan negara yang diduga bertentangan

(22)

HAK DPRD (lanjutan)

Hak menyatakan pendapat adalah hak

DPRD Kab/Kota untuk menyatakan pendapat

terhadap kebijakan Bupati/Walikota atau

mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di

daerah disertai dengan rekomendasi

(23)

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Hak Anggota

mengajukan rancangan peraturan daerah Kab/Kota;

mengajukan pertanyaan;

menyampaikan usul dan pendapat;

memilih dan dipilih;

membela diri;

imunitas;

mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;

protokoler; dan

(24)

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Kewajiban Anggota:

memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;

melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan

perundang-undangan;

mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,

kelompok, dan golongan;

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;

menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

(25)

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (lanjutan)

Kewajiban Anggota:

menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan

lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

Kab/Kota;

menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui

kunjungan kerja secara berkala;

menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan

masyarakat; dan

(26)

FRAKSI

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas

dan wewenang DPRD Kab/Kota, serta hak dan

kewajiban anggota DPRD Kab/Kota, dibentuk fraksi

sebagai wadah berhimpun anggota DPRD Kab/Kota.

Setiap anggota DPRD Kab/Kota menjadi anggota

salah satu fraksi.

Setiap fraksi di DPRD Kab/Kota beranggotakan

paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD

Kab/Kota.

Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD Kab/

(27)

FRAKSI (lanjutan)

Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di

DPRD Kab/Kota tidak memenuhi jumlah komisi,

anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang

ada atau membentuk fraksi gabungan.

Dalam hal tidak ada satu partai politik yang

memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi

maka dibentuk fraksi gabungan.

Jumlah fraksi gabungan paling banyak 2 (dua)

fraksi.

Partai politik harus mendudukkan anggotanya

dalam satu fraksi.

(28)

FRAKSI (lanjutan)

Fraksi mempunyai sekretariat.

Sekretariat DPRD Kab/Kota menyediakan

sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna

kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai

dengan kebutuhan dan dengan

(29)

ALAT KELENGKAPAN DPRD

pimpinan;

Badan Musyawarah; komisi;

Badan Legislasi Daerah ;Badan Anggaran;

Badan Kehormatan; dan

alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat

paripurna.

Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh

sekretariat.

Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, susunan, serta tugas

(30)

PIMPINAN DPRD

Pimpinan DPRD Kab/Kota terdiri atas:

1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua untuk DPRD

Kab/Kota yang beranggotakan 45 (empat puluh lima) sampai

dengan 50 (lima puluh) orang;

(31)

PIMPINAN DPRD (lanjutan)

Pimpinan berasal dari partai politik berdasarkan urutan

perolehan kursi terbanyak di DPRD Kab/Kota.

Ketua DPRD Kab/Kota ialah anggota DPRD Kab/Kota yang

berasal dari partai politik yang memperolah kursi terbanyak

pertama di DPRD Kab/Kota.

Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang

memperoleh kursi terbanyak pertama, ketua DPRD Kab/Kota

ialah anggota DPRD Kab/Kota yang berasal dari partai politik

yang memperoleh suara terbanyak.

Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang

(32)

PIMPINAN DPRD (lanjutan)

Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh

kursi terbanyak pertama, wakil ketua DPRD Kab/Kota ialah anggota DPRD Kab/Kota yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak kedua, ketiga, dan/atau keempat.

Apabila masih terdapat kursi wakil ketua DPRD Kab/Kota yang

belum terisi, maka kursi wakil ketua diisi oleh anggota DPRD Kab/ Kota yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi

terbanyak kedua.

Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh

kursi terbanyak kedua sama, wakil ketua, ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak.

Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh

(33)

PIMPINAN DPRD SEMENTARA

Dalam hal pimpinan DPRD Kab/Kota belum terbentuk, DPRD Kab/Kota dipimpin

oleh pimpinan sementara DPRD Kab/Kota.

Pimpinan sementara DPRD Kab/Kota terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu)

orang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD Kab/Kota.

 Dalam hal terdapat lebih dari satu partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD Kab/Kota ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD Kab/Kota.

Ketua dan wakil ketua DPRD Kab/Kota diresmikan dengan keputusan Gubernur. Pimpinan DPRD Kab/Kota sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/

janji yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan DPRD Kab/Kota

(34)

JUMLAH KOMISI DPRD

DPRD

Kab/Kota

yang

beranggotakan 20 (dua puluh)

sampai dengan 35 (tiga puluh lima)

orang membentuk 3 (tiga) komisi;

(35)

HAK INTERPELASI

Hak interpelasi diusulkan oleh:

paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD Kab/Kota dan lebih dari 1

(satu) fraksi untuk DPRD Kab/Kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) orang sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang;

paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota DPRD Kab/Kota dan lebih dari

1 (satu) fraksi untuk DPRD Kab/Kota yang beranggotakan di atas 35 (tiga puluh lima) orang.

Usul diajukan kepada pimpinan DPRD Kab/Kota.

Usul menjadi hak interpelasi DPRD Kab/Kota apabila mendapat

persetujuan dari rapat paripurna DPRD Kab/Kota yang dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) jumlah anggota DPRD Kab/Kota dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah

anggota DPRD Kab/Kota yang hadir.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak

(36)

HAK ANGKET

Hak angket diusulkan oleh:

paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD Kab/Kota dan lebih

dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD Kab/Kota yang beranggotakan

20 (dua puluh) orang sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang;

paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota DPRD Kab/Kota dan lebih

dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD Kab/Kota yang beranggotakan

di atas 35 (tiga puluh lima) orang.

Usul diajukan kepada pimpinan DPRD Kab/Kota.

(37)

HAK ANGKET (lanjutan)

DPRD Kab/Kota memutuskan menerima atau

menolak usul hak angket

Dalam hal DPRD Kab/Kota menerima usul hak

angket, DPRD Kab/Kota membentuk panitia angket

yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD Kab/Kota

dengan keputusan DPRD Kab/Kota.

Dalam hal DPRD Kab/Kota menolak usul hak

(38)

HAK ANGKET (lanjutan)

Panitia angket, dalam melakukan penyelidikan, dapat memanggil pejabat

pemerintah Kab/Kota, badan hukum, atau warga masyarakat di Kab/Kota yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan serta untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki.

Pejabat pemerintah Kab/Kota, badan hukum, atau warga masyarakat di Kab/

Kota yang dipanggil, wajib memenuhi panggilan DPRD Kab/Kota, kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pejabat pemerintah Kab/Kota, badan hukum, atau warga

masyarakat di Kab/Kota telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan, DPRD Kab/Kota dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna

DPRD Kab/Kota paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya panitia angket.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak angket diatur

(39)

HAK MENYATAKAN PENDAPAT

Hak menyatakan pendapat diusulkan oleh:

paling sedikit 8 (delapan) orang anggota DPRD Kab/Kota dan lebih dari 1

(satu) fraksi untuk DPRD Kab/Kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) orang sampai dengan 35 (tiga puluh lima) orang;

paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota DPRD Kab/Kota dan lebih dari 1

(satu) fraksi untuk DPRD Kab/Kota yang beranggotakan di atas 35 (tiga puluh lima) orang.

Usul diajukan kepada pimpinan DPRD Kab/Kota.

Usul menjadi hak menyatakan pendapat DPRD Kab/Kota apabila

mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD Kab/Kota yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD Kab/ Kota dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD Kab/Kota yang hadir.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan hak menyatakan

pendapat diatur dengan peraturan DPRD Kab/Kota tentang tata tertib.

(40)

HAK PROTOKOLER ,KEUANGAN & ADM

Hak Protokoler

Pimpinan dan anggota DPRD Kab/Kota mempunyai hak protokoler.Hak protokoler diatur dalam peraturan pemerintah.

Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan anggota DPRD Kab/Kota mempunyai hak keuangan dan

administratif.

Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD Kab/Kota

diatur dengan peraturan pemerintah.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan dan anggota

DPRD Kab/Kota berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan daerah.

Pengelolaan keuangan dan tunjangan dilaksanakan oleh sekretariat

(41)

TATA TERTIB DAN KODE ETIK

 Tata tertib DPRD Kab/Kota ditetapkan oleh DPRD Kab/Kota dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

 Tata tertib berlaku di lingkungan internal DPRD Kab/Kota.

 Tata tertib DPRD Kab/Kota paling sedikit memuat ketentuan tentang:

pengucapan sumpah/janji; penetapan pimpinan;

pemberhentian dan penggantian pimpinan; jenis dan penyelenggaraan rapat;

pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang lembaga, serta hak dan kewajiban

anggota;

pembentukan, susunan, serta tugas dan wewenang alat kelengkapan; penggantian antarwaktu anggota;

pembuatan pengambilan keputusan;

pelaksanaan konsultasi antara DPRD Kab/Kota dan pemerintah daerah provinsi; penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi masyarakat;

pengaturan protokoler; dan

(42)

TATA TERTIB DAN KODE ETIK

(LANJUTAN)

Kode Etik

DPRD Kab/Kota menyusun kode etik yang berisi norma yang

wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan

(43)

LARANGAN DAN SANKSI

Anggota DPRD Kab/Kota dilarang merangkap jabatan sebagai:

pejabat negara atau pejabat daerah lainnya;hakim pada badan peradilan; atau

pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara

Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.

 Anggota DPRD Kab/Kota dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan,

advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas dan wewenang DPRD Kab/Kota serta hak sebagai anggota DPRD Kab/Kota.

Anggota DPRD Kab/Kota dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme,

(44)

PAW (PEMBERHENTIAN ANTAR WAKTU)

Anggota DPRD Kab/Kota berhenti antar waktu karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri; atauc. diberhentikan.

Anggota DPRD Kab/Kota diberhentikan apabila:

tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau

berhalangan tetap sebagai anggota DPRD Kab/Kota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;

melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD Kab/Kota; dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

(45)

PAW (lanjutan)

Anggota DPRD Kab/Kota berhenti antar waktu karena:

diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota

DPRD Kab/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai pemilihan umum;

melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini;

diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

atau

(46)

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW)

Anggota DPRD Kab/Kota yang berhenti antarwaktu digantikan

oleh calon anggota DPRD Kab/Kota yang memperoleh suara

terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan

suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang

sama.

Dalam hal calon anggota DPRD Kab/Kota yang memperoleh

suara terbanyak urutan berikutnya mengundurkan diri,

meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon

anggota DPRD Kab/Kota, digantikan oleh calon anggota DPRD

Kab/Kota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya

dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.

Masa jabatan anggota DPRD Kab/Kota pengganti antarwaktu

(47)

PEMBERHENTIAN SEMENTARA

Anggota DPRD Kab/Kota diberhentikan sementara karena:

menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam

dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; atau

menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.

Dalam hal anggota DPRD Kab/Kota dinyatakan terbukti bersalah karena

melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD Kab/Kota yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota DPRD Kab/Kota.

Dalam hal anggota DPRD Kab/Kota dinyatakan tidak terbukti melakukan

tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD Kab/Kota yang bersangkutan diaktifkan.

Anggota DPRD Kab/Kota yang diberhentikan sementara, tetap

mendapatkan hak keuangan tertentu.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian sementara

(48)

PENYIDIKAN

Pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan terhadap

anggota DPRD Kab/Kota yang diduga melakukan tindak pidana harus mendapat persetujuan tertulis dari Gubernur.

Dalam hal persetujuan tertulis tidak diberikan oleh Gubernur dalam

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan, proses pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan dapat dilakukan.

Ketentuan DIATAS tidak berlaku apabila anggota DPRD Kab/Kota :

a) tertangkap tangan melakukan tindak pidana;

b) disangka melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan dan keamanan negara berdasarkan bukti permulaan yang cukup; atau

(49)

KELOMPOK PAKAR/ TIM AHLI

Pasal 399

Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang

DPRD kabupaten/kota, dibentuk kelompok pakar atau

tim ahli.

Kelompok pakar atau tim ahli diangkat dan

diberhentikan dengan keputusan sekretaris DPRD

kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan atas usul

anggota dan kemampuan daerah.

Kelompok pakar atau tim ahli bekerja sesuai dengan

(50)

BADAN KEHORMATAN DPRD (Rancangan)

Badan kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat

kelengkapan DPRD yang bersifat tetap.

Pembentukan badan kehormatan ditetapkan dengan keputusan

DPRD.

Anggota badan kehormatan dipilih dari dan oleh anggota DPRD

dengan ketentuan :

untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan sampai

dengan 34 (tiga puluh empat) orang berjumlah 3 (tiga) orang, dan untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) orang sampai dengan 50 (lima puluh) orang

berjumlah 5 (lima) orang;

untuk DPRD provinsi yang beranggotakan sampai dengan 74

(tujuh puluh empat) orang berjumlah 5 (lima) orang, dan untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 75 (tujuh puluh lima) orang sampai dengan 100 (seratus) orang berjumlah 7 (tujuh) orang

(51)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Pimpinan badan kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1

(satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota badan kehormatan.

Anggota badan kehormatan dipilih dan ditetapkan dalam rapat

paripurna DPRD berdasarkan usul dari masing-masing fraksi.

Untuk memilih anggota badan kehormatan, masing-masing fraksi

berhak mengusulkan 1 (satu) orang calon anggota badan kehormatan.

Dalam hal di DPRD hanya terdapat 2 (dua) fraksi, fraksi yang memiliki

jumlah kursi lebih banyak berhak mengusulkan 2 (dua) orang calon anggota badan kehormatan.

Masa tugas anggota badan kehormatan paling lama 2½ (dua

setengah) tahun.

Anggota DPRD pengganti antarwaktu menduduki tempat anggota

badan kehormatan yang digantikan.

Badan kehormatan dibantu oleh sekretariat yang secara fungsional

(52)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Badan kehormatan DPRD mempunyai tugas :

memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan

terhadap moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD.

meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD

terhadap peraturan tata tertib dan/atau kode etik DPRD;

melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas

pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat; dan

melaporkan keputusan badan kehormatan atas hasil

penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi kepada rapat paripurna DPRD.

Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi

(53)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Untuk melaksanakan tugas, badan kehormatan DPRD berwenang:

memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan

pelanggaran kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan;

meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau

pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan

menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang

(54)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Badan kehormatan menjatuhkan sanksi kepada anggota

DPRD yang terbukti melanggar kode etik dan/atau

peraturan tata tertib DPRD berdasarkan hasil penyelidikan,

verifikasi dan klarifikasi oleh badan kehormatan.

Sanksidapat berupa:

teguran lisan;

teguran tertulis;

pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD;

atau

pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan

(55)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Keputusan badan kehormatan mengenai penjatuhan

sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau

pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan

DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada

anggota DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi,

dan pimpinan partai politik yang bersangkutan.

Keputusan badan kehormatan mengenai penjatuhan

sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota

(56)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Pengaduan disampaikan secara tertulis kepada pimpinan

DPRD disertai identitas pengadu yang jelas dengan

tembusan kepada badan kehormatan.

Pimpinan DPRD wajib menyampaikan pengaduan kepada

badan kehormatan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh)

hari kerja terhitung sejak tanggal pengaduan diterima.

Apabila dalam jangka waktu tersebut pimpinan DPRD tidak

menyampaikan pengaduan kepada badan kehormatan,

badan kehormatan menindaklanjuti pengaduan tersebut.

Dalam hal pengaduan tidak disertai dengan identitas

(57)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Setelah menerima pengaduan, badan kehormatan

melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi.

Penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasidilakukan dengan

cara meminta keterangan dan penjelasan kepada

pengadu, saksi, teradu, dan/atau pihak-pihak lain yang

terkait, dan/atau memverifikasi dokumen atau bukti lain

yang terkait.

Hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi badan

kehormatan dituangkan dalam berita acara

penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi.

Pimpinan DPRD dan/atau badan kehormatan menjamin

(58)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Dalam hal hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi

menyatakan bahwa teradu terbukti bersalah, badan

kehormatan menjatuhkan sanksi sesuai dengan tingkat

kesalahannya.

Sanksi ditetapkan dengan keputusan badan kehormatan

dan dilaporkan kepada rapat paripurna DPRD.

Dalam hal keputusan badan kehormatan menjatuhkan

sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD,

pimpinan DPRD menyampaikan keputusan tersebut

kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan.

Pimpinan partai politik dalam jangka waktu paling lama

30 (tiga puluh) hari sejak keputusan badan kehormatan

diterima, menyampaikan keputusan dan usul

(59)

BADAN KEHORMATAN DPRD (lanjutan)

Dalam hal pimpinan partai politik tidak menyampaikan

keputusan dan usul pemberhentian, pimpinan DPRD

menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD

tersebut berdasarkan keputusan badan kehormatan

kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur bagi

anggota DPRD provinsi, dan kepada gubernur melalui

bupati/walikota bagi anggota DPRD kabupaten/kota.

Menteri Dalam Negeri meresmikan pemberhentian

anggota DPRD provinsi dan gubernur meresmikan

pemberhentian anggota DPRD kabupaten/kota

(60)

KODE ETIK DPRD

KODE ETIK

:

TUJUAN :

TUJUAN :

Norma yang mengatur tentang

perilaku dan ucapan yang

diwajibkan dilarang atau tidak

patut dilakukan oleh Anggota

DPRD

(61)

APA SAJA YANG DIATUR DALAM KODE

ETIK

1.

KEPRIBADIAN DAN TANGGUNG JAWAB

2.

PERNYATAAN PENDAPAT

3.

KETENTUAN DALAM RAPAT

4.

PERJALANAN DINAS

5.

KEKAYAAN, IMBALAN, & PEMBERIAN HADIAH

6.

KONFLIK KEPENTINGAN DAN PERANGKAPAN

JABATAN

7.

RAHASIA

8.

HUBUNGAN DENGAN MITRA KERJA

(62)

PERGANTIAN KARENA MELANGGAR

KODE ETIK

1)

ADANYA PENGADUAN DARI MASYARAKAT

2)

BADAN KEHORMATAN MELAKUKAN PENYELIDIKAN,

VERIFIKASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

3)

APABILA TERBUKTI BERSALAH, BADAN KEHORMATAN

MENYAMPAIKAN KPD PIMPINAN DPRD UNTUK DITERUSKAN

PROSES PEMBERHENTIANNYA

4)

SEBELUM BADAN KEHORMATAN MENGAMBIL KEPUTUSAN,

ANGGOTA DPRD DIBERIKAN KESEMPATAN MEMBELA DIRI

5)

KEPUTUSAN DILAKUKAN DALAM SIDANG PLENO BADAN

(63)

PERGANTIAN ANTAR WAKTU DPRD

1.

MENINGGAL DUNIA;

2.

MENGUNDURKAN DIRI;

3.

DIUSULKAN OLEH PARPOLNYA (RECALL);

4.

DIBERHENTIKAN.

Berhalangan tetap;

Tidak Penuhi Syarat Sebagai Anggota;

Melanggar Sumpah/Janji, Kode Etik dan/atau

Kewajiban;

Bersalah Karena Melanggar Tindak Pidana

(64)

LARANGAN RANGKAP JABATAN DAN

PEKERJAAN

JABATAN YANG TIDAK BOLEH DIRANGKAP :

1.

Jabatan Negera Lainnya;

2.

Hakim Peradilan;

3.

PNS, Anggota TNI/Polri, Pegawai BUMN dan

BUMD;

4.

Badan Lain Yang Anggarannya Berasal Dari APBN/

APBD.

PEKERJAAN YANG TIDAK BOLEH DIRANGKAP :

Pejabat Struktural di Lembaga Pendidikan Swasta,

(65)

PERNYATAAN PENDAPAT

Anggota yang tidak hadir dalam rapat dilarang

menyampaikan hasil rapat kepada publik.

KETENTUAN DALAM RAPAT

Anggota yang tidak hadir dalam secara fisik 3 kali

berturut-turut dalam rapat sejenis tanpa izin Fraksi merupakan

pelanggaran Kode Etik.

PERJALANAN DINAS

(66)

Bagimu Negeri

Jiwa Raga Kami

Amiin.

Hatur Nuhun

Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang

Terbaik

Hatur Nuhun

Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang

(67)

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

Atas Perhatiannya

Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

Mohon Maaf Kalau

Referensi

Dokumen terkait

10 tahun 2008 tentang Pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Bagaimanakah proses penyelesaian pelanggaran tindak pidana pemilihan umum di Indonesia serta Bagaimanakah

BAB III PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD NOMOR 27 TAHUN 2009 DI LEMBAGA MAHKAMAH KONSTITUSI , yang terdiri dari : Subjectum litis dan Objectum litis

DRPD, diminta atau tidak diminta. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD. memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat. memberi

Ini didasari bahwa dalam Undang- Undang Pemilihan umum yang baru ini yaitu Undang-Undang Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2012 yang dijelaskan dalam Pasal 208 bahwa partai politik

Adapun tugas dan wewenang MPR seperti beri- kut: (1) Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) Melantik Presiden dan/atau

Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden merupakan dua lembaga negara yang berlainan akan tetapi dalam tugas legislatif,dua lembaga tersebut mempunyai tugas yang sama,

(1) Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dari setiap Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan atas seluruh hasil penghitungan suara

Sejak aturan PERKADA itu sudah disahkan, Bupati melakukan kegiatan program kerjanya tanpa adanya pengawasan dari kita sendiri dan ketika DPRD meminta pertanggungjawaban atau