• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

MUIHAMMAD BAKRI

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan argumentasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diawali dengan perencanaan, observasi, tindakan, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 88.24% atau 30 siswa yang mencapai nilai 70 ke atas, kemudian 11.76% atau 4 siswa yang memperoleh nilai di bawah 70. Jadi, hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi melalui pendekatan kontekstual.

Kata kunci : Menulis, karangan, argumentasi, pendekatan, kontekstual. *(Dosen DPK. FKIP Universitas 45 Makassar)

(2)

PENDAHULUAN

Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan kepada pengajaran keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Kemampuan berbahasa, khususnya berbahasa Indonesia sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan siswa berbahasa secara kreatif. Salah satu saran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam berbahasa adalah melalui tulisan atau kegiatan menulis.

Berbicara tentang menulis dalam berbahasa bukan hal yang baru bagi kehidupan manusia. Setiap manusia beraktivitas pasti memahami dan menggunakan bahasa dalam menyampaikan informasi, baik secara lisan maupun tertulis. Jadi, dapat dipertegas bahwa menulis merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia karena dengan menulis, seseorang dapat menyampaikan informasi kepada orang lain secara tertulis, terutama pada jarak jauh. Sebab pada saat seseorang menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain yang berjauhan, informasi bisa disampaikan dalam bentuk tulisan. Jika ditinjau secara umum, tulisan dapat diartikan sebagai alat komunikasi secara tertulis. Dengan tulisan orang dapat menyampaikan ucapan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Jadi, keterampilan menulis itu sangat penting bagi manusia. Maka dari itu,

sejak orang masuk sekolah, sudah diajarkancara menulis dan pentingnya keterampilan menulis.

Pada zaman modern sekarang ini, teknologi berkembang secara cepatdan sangat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi. Melalui hasil teknologi tersebut, orang dapat berkomunikasi secara lisan dengan siapa saja sangat mudah walaupun dalam jarak yang sangat jauh. Mereka cukup mengangkat gagang telepon dan menekan nomorlalu berkomunikasi langsung. Namun, adanya kemajuan teknologi elektronik tidak mengurangi peranan tulisan. Bahkan sebaliknya, fungsi keduanya saling menguatkan sebab melalui tulisan, orang dapat melestarikan, menciptakan, dan mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan itu sendiri atau dengan media komunikasi elektronik lainnya.

Tulisan merupakan salah satu alat komunikasi karena tulisan adalah hasil suatu kegiatan menulis. Dengan demikian, tulisan merupakan salah satu alat komunikasi dengan menggunakan media bahasa tulis. Walaupun saling berkaitan dengan bahasa lainnya, kegiatan menulis dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu menulis bersifat ekspresif, menulis bersifat produktif, dan menulis bersifat aktif. Oleh karena itu, komunikasi melalui tulisan itu bersifat tidak langsung, sehingga penulis tidak dapat menjelaskan sesuatu yang diekspresikan dengan unsur-unsur pembantu komunikasi lainnya.

(3)

Ketidaklangsungan komunikasi antara penulis dan pembaca tersebut mereka dapat menuntut kemampuan yang tinggi pada penulis untuk memunculkan pemahaman pada benak pembaca hanya dengan menggunakan sistem lambang atau tanda permainan angka dan kata secara tertulis. Dalam kegiatan menulis, khususnya di SMP, keterampilan menulis sangat diharapkan. Karena sekarang ini, banyak siswa yang tidak terampil dalam kegiatan menulis karena dipengaruhi oleh alat media seperti komputer atau laptop. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah tingkat SMP, khususnya mata pelajaran keterampilan menulis, guru belum menggunakan pendekatan kontekstual. Karena itu, peneliti menggunakan pendekatan kontekstual untuk meneliti kemampuan menulis siswa SMP. Karena menulis merupakan sebuah keterampilan dimana kemampuan menulis akan meningkat apabila sering berlatih.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dirumuskan permasalahannya, yaitu apakah dengan menggunakan pendekatan kontekstual keterampilan menulis karangan argumrntasi siswa SMP dapat meningkat?

PEMBAHASAN

Keterampilan berbahasa terdiri atas beberapa aspek, yaitu menyimak/ mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis.

Perkembangan berbahasa terus meningkat sejalan dengan umur dan pengalaman dalam lingkungan dan disekolah. Awal masuk sekolah dasar seseorang sudah diajarkan keterampilan menulis, karena menulis adalah suatu alat komunikasi secara tertulis. Menulis merupakan suatu proses kreatifitas menuangkan gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan tujuan tertentu. Menulis adalah suatu bentuk berfikir yang dituangkan dalam kata-kata yang mudah dipahami dan mudah dimengerti.

Menulis tidak jauh berbeda dengan mengarang, kedua-duanya sama-sama pengungkapan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menurut Mc Crimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141), menulis merupakan sebagai kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tanda konfensional.

Istilah menulis didekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah sedangkan istilah mengarang didekatkan pada proses kreatif yang berjenis kreatif nonilmiah. Kegiatan menulis dan mengarang pada

(4)

dasarnya sama karena menulis sama dengan mengarang karena seseorang dapat menyusun atau merangkai kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang menyusun pokok persoalan. Di dalam tulisan terdapat pokok persoalan yang disebut gagasan atau pikiran gagasan tersebut menjadi dasar berkembangnya sebuah tulisan. Gagasan dalam tulisan bermacam-macam, tergantung dari keinginan seorang penulis. Melalui tulisan seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, pendapat, kehendak, dan pengalamannya pada orang lain, dalam hal seorang pembaca.

Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media dalam bentuk tulisan. Setiap penulis pasti memiliki tujuan seperti mengajak, menginformasikan, meyakinkan, membujuk atau menghibur pembaca. Dalam menulis harus ada keterampilan sama halnya dengan kecakapan atau cekatan. Keterampilan menulis adalah keterampilan mengekspresikan pikiran melalui lambang-lambang tulisan, keterampilan menulis termasuk jenis keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan kepada pembaca. Keterampilan ini cukup sulit karena melibatkan olah

pikler, pilihan kata, susunan bahasa, gaya kepenulisan sehingga tidak terjadi “mis- komunikasi” antara penulis dan pembaca.

Secara umum menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami. Menulis juga merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Dapat dikatakan bahwa menyalin atau mengkopi huruf-huruf ataupun dalam menyusun suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak memahami tersebut beserta representasinya (Tarigan, 2008: 22).

Pada prinsipnya fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan pada pelajar berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan seseorang merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi seseorang dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Tulisan dapat membantu seseorang untuk menyelesaikan pikiran-pikiran mereka tidak jalan, seseorang menemukan apa yang sebenarnya mereka pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual. Menulis adalah suatu bentuk berpikir tetapi

(5)

justru berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu-waktu tertentu. Salah satu tugas-tugas terpenting penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting diantara prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan susunan, dan gaya. Secara singkat belajar menulis adalah belajar berpikir dalam atau dengan cara tertentu. Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah: (a) Maksud dan tujuan sang penulis (Perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca). (b) Pembaca atau penulis (apakah pembaca itu orang tua, kenalan, atau teman sang penulis sendiri). (c) Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan sebagainya) (Hendry Guntur Tarigan, 2000: 23).

Pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga metode ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Akibatnya sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah Pendekatan Kontekstual. Dalam pembelajaran

keterampilan menulis terhadap siswa SMP digunakan pembelajaran kontekstual dengan model pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada informasi. Guru hanya mengolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Convered daripada Teacher Convered.

Menurut Komalasari (2010) pendekatan kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor-faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Menurut Suyanto (2003:1), CTL dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang

(6)

diperoleh dikelas dengan konteks situasi kehidupan nyata.

Pendekatan kontekstual secara umum adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar proses lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan, baik disekolah maupun diluar sekolah (Nurhadi dan Sendok 2003: 5). Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membentuk siswa mencapai tujuannya. Dalam kelas guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Dalam pembelajaran kontekstual ada tujuh prinsip pendekatan kontekstual, yaitu kontrutivisme, inquiry, questioning, learning community, modelling, refleksi, dan penilaian autentik.

HASIL PENELITIAN

Pada aspek ketuntasan belajar, yaitu persentase peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siklus I sebesar 55,88% atau 19 siswa yang

mencapai nilai 70 ke atas, kemudian 50,69% atau 15 siswa yang memperoleh nilai di bawah 70. Data dari siklus I masih perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu nilai 70 ke atas dengan niali kelasikal 85%.

Sedangkan pada sisklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 88,24% atau 30 siswa yang mencapai nilai 70 ke atas, kemudian 11,76% atau 4 siswa yang memperoleh nilai di bawah 70. Jadi, pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi melalui pendekatan kontekstual mengalami peningkatan yang signifikan,

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran menulis karangan Argumentasi.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa SMP pada siklus I belum meningkat, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan proses pembelajaran pada sisklus II menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 88,24% atau 30 siswa yang mencapai nilai 70 ke atas, kemudian 11,76% atau 4 siswa yang

(7)

memperoleh nilai di bawah 70. Jadi, hasil tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi melalui pendekatan kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA

Anggaraini. 2006. Karangan Argumentasi. Jakarta; Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Blanchard. A. 2001. Contextual Teaching and Learning. Online. http: /www. Horiszonsheipr. org/contextual.htm. 8 k (17 Maret 2003). Ditjen Dikdasmen Depdiknas RI. 2003. Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Rafika Aditama. Mahmud, Saifuddin. 2003. Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching Learning). Banda Ace: Dinas Pendidikan NAD dan Universitas Syiah Kuala. Masnur, Muslich. 2012. Melaksanakan PTK itu mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyati, Yeti. 2008. Keterampilan

Berbahasa Indonesia SD.

Universitas Terbuka. Nurhadi dan Senduk .2003. Pembelajaran

Kontekstual dan penerapannya

dalam KBK. Jakarta: Bumi Aksara. Semi, A. Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Tarigan, Handry, Guntur. 2008. Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Artinya semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan karena laba yang tinggi akan memberikan indikasi prospek yang baik sehingga

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Dengan Paradigma Agribisnis?. Universitas

Ayat di atas sebagai penutup dari pembahasan ini. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan, agar manusia dapat saling mengasihi, dan merasakan

Ketika mahasiswa pribumi yang memiliki latar belakang budaya asli Indonesia dihadapkan pada realitas bahwa ia menjadi kelompok minoritas bagi Tionghoa yang juga memiliki

Kedua, upaya perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah melalui BBPOM yaitu berupa pembinaan kepada konsumen dan pelaku usaha dan melalui pengawasan baik

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada Pokja

Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mengenai masalah hukum nikah siri dan implikasinya terhadap pembagian harta bersama menurut Enakmen Keluarga Islam Negeri Kedah

Tampak pada termogram adanya suatu reaksi endotermis pembentukan dari fasa- ke fasa- pada suhu 159,63 o C, sedangkan pada suhu 549,67 o C, AgI mengalami suatu reaksi endotermis