Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 1 / 49
1.1 Latar Belakang
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan program bersama lintas sektor dan lintas departemen yang tergabung dalam Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), mempersiapkan skenario besar berupa replikasi penyusunan strategi pembangunan sanitasi di 330 kota/kabupaten agar pembangunan di daerah berjalan dengan efektif, bersifat menyeluruh, dan berkelanjutan. Dalam skala nasional, target PPSP sebagaimana tercantum dalam RPJMN Tahun 2010‐2014 bidang sanitasi meliputi :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2014;
2. Penanganan sampah melalui pengurangan timbulan dari sumber dan penerapan sistem sanitary landfill untuk TPA dengan prioritas di 240 kota, tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di kawasan perkotaan; dan
3. Pengurangan genangan air di 100 kota/kawasan strategis perkotaan seluas 22.500 Ha. PPSP Kabupaten Grobogan mulai dilaksanakan Tahun 2012 sebagai implementasi dari Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 660/4500/VI/Bangda Tanggal 26 September 2011 Perihal: Penetapan Kabupaten/Kota sebagai Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2012. Pemerintah Kabupaten Grobogan telah membentuk Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Grobogan. Pokja sanitasi Kabupaten Grobogan melakukan pertemuan untuk mengkaji, menganalisa, dan mengumpulkan data sekunder dan primer untuk memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Grobogan.
Tahapan‐tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Terkait dengan hal itu pemerintah mendorong kabupaten/kota untuk menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten/Perkotaan (SSK) yang memiliki prinsip (1) berdasarkan data aktual, (2) berskala kota, (3) disusun sendiri oleh kota: dari, oleh, dan untuk kota, (4) menggabungkan pendekatan bottom‐up dan top‐down. Untuk menghasilkan SSK yang demikian, kabupaten/kota harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi (Buku Putih Sanitasi) yang baik hanya bisa dibuat apabila kabupaten/kota mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK. Penyusunan BPS menjadi tahap awal dalam pelaksanaan program pembangunan sanitasi sehingga dapat digunakan secara efektif, tepat tujuan, tepat sasaran dan layak dimanfaatkan.
1.2.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: 1) air limbah; 2) persampahan; dan 3) drainase.
Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Salah satu jenis air limbah adalah air limbah rumah tangga yang merupakan air sisa proses dari kegiatan rumah tangga.
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 2 / 49 kegiatan sehari‐hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Undang‐Undang No. 18/2008).
Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara natural maupun dibuat oleh manusia.
Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor‐sektor yang terkait dengan sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Sehingga dalam pembahasannya, air bersih/air minum menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pembahasan permasalahan sanitasi pada umumnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan adalah untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi (pemetaan) sanitasi Kabupaten Grobogan saat ini sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa yang akan datang.
Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Kabupaten Grobogan adalah : 1. Memberikan informasi sarana sanitasi yang ada saat ini:
2. Menyediakan data sebagai dasar analisis situasi dilihat dari segala aspek, sehingga zona sanitasi prioritas dapat ditetapkan berdasarkan urutan potensi Risiko kesehatan lingkungan /area Risiko sanitasi
3. Memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam bersinergi dan menjalankan perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi ke depan;
4. Memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama.
1.3 Metodologi
Metode yang dipakai dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan bertumpu pada prinsip partisipasif masyarakat melalui lokakarya, observasi lapangan serta diskusi yang difasilitasi oleh Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Grobogan.
Kegiatan yang dilakukan pada awal pelaksanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman dalam tahap penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah koordinasi, lokakarya, dialog, pertemuan dengan masyarakat, pemangku kepentingan dan lembaga yang terlibat.
1.4 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain
Buku Putih Sanitasi (BPS) menyediakan data dasar yang essensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Grobogan. Hakekat BPS adalah memberikan
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 3 / 49
gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas/arah pengembangan kabupaten dan masyarakat pada saat ini.
Di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi berpijak pada beberapa peraturan perundang‐undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, provinsi maupun daerah. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Grobogan didasarkan pada aturan dan produk hukum (PERDA).
2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Ruang lingkup wilayah dalam kegiatan ini adalah wilayah Kabupaten Grobogan secara keseluruhan yang terletak di sebelah timur dari Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Kota Semarang) dan berada diantara dua pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur. Secara geografis, Kabupaten Grobogan terletak diantara 110° 15' Bujur Timur ‐ 111° 25' Bujur Timur dan 7° ‐ 7° 30' Lintang Selatan. Adapun batas‐batas administrasi sebagai berikut : ‐ Sebelah Utara : Kabupaten Demak, Pati, Kudus dan Blora. ‐ Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang, Boyolali, Sragen dan Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur). ‐ Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Demak. ‐ Sebelah Timur : Kabupaten Blora.
Secara administratif Kabupaten Grobogan memiliki 19 Kecamatan dan 280 Desa/Kelurahan serta memiliki luas wilayah meliputi 197.589.511 ha.
2.2 Demografi
Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2010 adalah sebesar 1.413.336 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,61 persen. Kepadatan penduduk di Kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Wilayah terpadat tercatat di Kecamatan Purwodadi, Gubug dan Godong masing‐masing dengan kepadatan 1.688 jiwa/km, 1.072 jiwa/km dan 1.016 jiwa/km.
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah memberikan gambaran tren yang positif dengan rata‐rata kenaikan sebesar 13,34 %.
Kontribusi PAD pada pembentukan Pendapatan Daerah secara keseluruhan selama tahun 2007 – 2012 dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Rasio PAD terhadap Pendapatan Daerah ini menunjukkan rasio kemampuan keuangan daerah atau Derajat Desentralisasi Fiskal
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 4 / 49 (DDF) daerah.
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan selama tahun 2007 – 2012 mendominasi walaupun perkembangannya berfluktuasi dan cenderung menurun.
Kontribusi Pajak Daerah selama tahun 2007 – 2012 juga cenderung mengalami penurunan terutama pada tahun 2007 – 2009.
Kontribusi sumber PAD yang berasal dari Lain‐lain PAD yang sah selama tahun 2007 – 2012 juga mengalami perkembangan yang fluktuatif.
Pada sisi Belanja Daerah Kabupaten Grobogan, nampak bahwa perkembangan Belanja Tidak Langsung Daerah cenderung lebih cepat dibandingkan laju perkembangan Pendapatan Daerah. Selama tahun 2007 – 2012, pertumbuhan Belanja Tidak Langsung Kabupaten Grobogan meningkat rata‐rata sebesar 14,59 persen per tahun. Pada sisi lain perkembangan Belanja Langsung Daerah selama kurun waktu yang sama mengalami peningkatan rata‐rata sebesar 9,65 persen per tahun, sehingga secara keseluruhan Belanja Daerah Kabupaten Grobogan selama tahun 2007 – 2012 meningkat rata‐rata sebesar 12,27 persen per tahun.
Gambaran perkembangan struktur pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun 2007 – 2012 dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 5 / 49 Tabel 2.1: Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir No Anggaran 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) A Pendapatan 1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 53.458.621.480 59.924.849.995 76.776.418.078 78.364.888.399 67.718.517.560 84.755.391.000 1.1 Pajak Daerah 9.431.471.476 9.164.095.556 11.169.301.732 15.104.906.059 13.547.700.000 13.822.500.000 1.2 Retribusi Daerah 28.111.719.413 29.910.218.734 45.107.615.394 48.712.800.832 8.938.760.000 16.187.218.000 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.345.158.147 2.445.426.705 2.838.319.156 2.942.439.032 3.256.592.000 5.354.700.000 1.4 Lain‐lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 13.570.272.444 17.405.109.000 17.661.181.796 11.604.742.476 41.975.463.000 49.390.973.000 2 Dana Perimbangan (Transfer) 631.220.514.573 688.986.155.873 713.129.581.551 746.052.421.038 798.314.694.120 972.655.932.000 2.1 Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 57.196.514.573 53.944.198.873 53.918.290.551 60.752.838.038 50.673.794.000 62.610.172.223 2.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 563.699.000.000 615.030.004.000 614.891166.000 617.827.183.000 669.380.100.000 812.990.740.000 2.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 10.325.000.000 10.325.000.000 26.808.000.000 67.472.400.000 78.260.800.000 97.055.020.000 2.4 Dana Perimbangan dari Provinsi ‐ 9.686.953.000 ‐ ‐ ‐ 3 Lain‐lain Pendapatan yang Sah 65.826.437.772 64.165.806.639 52.971.292.647 119.548.293.707 202.495.501.000 172.080.004.000 3.1 Dana Hibah 10.000.000.000 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 3.2 Dana Darurat ‐ 14.300.000.000 ‐ ‐ ‐ ‐
3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 25.641.843.012 32.167.322.389 ‐ 37.955.403.707 145.291.107.000 95.557.802.000 3.4 Dana bagi Hasil pajak dari Prov. 10.000.000.000 ‐ 40.747.992.647 59.847.060.000 36.510.059.000 38.766.652.000 3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemda Lain 20.184.594.760 17.698.484.250 12.233.300.000 21.745.830.000 20.694.335.000 37.755.550.000 Jumlah Pendapatan 750.505.573.825 813.076.812.507 842.877.292.300 943.965.603.144 1.068.528.710.000 1.229.491327.000 B Belanja 1 Belanja Tidak Langsung 419.787.946.791 508.440.114.095 555.190.632.467 642.416.058.857 726.514.428.710 770.640.130.000 1.1 Belanja Pegawai 372.017.122.881 447.885.987.549 486.853.346.004 553.408.923.631 628.985.122.710 692.466.673.000
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 6 / 49 No Anggaran 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) 1.2 Belanja Bunga 82.115.035 641.661.259 3.955.243.628 2.261.205.632 340.258.000 47.179.000 1.3 Belanja Subsidi ‐ ‐ ‐ 31.425.159.609 ‐ 300.000.000 1.4 Belanja Hibah 400.000.000 12.489.000.000 22.434.565.000 28.255.753.480 36.776.768.000 30.623.248.000 1.5 Belanja Bantuan Sosial 25.378.514.855 22.519.381.937 15.624.735.859 740.832.000 27.146.130.000 13.536.880.000 1.6 Belanja Bagi Hasil 799.956.100 740.737.100 740.832.000 26.160.548.141 1.100.000.000 1.350.000.000 1.7 Belanja Bantuan Keuangan 20.667.156.894 24.138.326.250 23.683.296.420 163.636.364 30.666.150.000 30.316.150.000 1.8 Belanja Tidak Terduga 443.0810.025 25.020.000 1.898.613.555 ‐ 1.500.000.000 2.000.000.000 2 Belanja Langsung 319.906.379.419 362.211.946.229 258.149.064.414 259.722.699.159 426.167.940.290 490.734.045.000 2.1 Belanja Pegawai 42.105.694.666 41.148.353.703 43.072.762.117 37.405.738.955 51.636.314.160 37.537.316.221 2.2 Belanja Barang dan Jasa 117.392.031.548 138.009.347.307 117.604.406.627 130.717.703.081 189.604.511.839 193.767.925.410 2.3 Belanja Modal 160.408.653.205 183.054.245.219 97.471.895.670 91.599.257.123 184.927.114.291 259.428.803.368 Jumlah Belanja 739.694.326.210 870.652.060.324 813.339.696.881 902.138.758.016 1.009702.082.525 1.261.374.175.000 Surplus/Defisit Anggaran 10.811.247.615 57.575.247.817 29.840.779.498 41.826.845.128 (84.153.659.000) (31.882.848.000) Sumber : APBD Kabupaten Grobogan 2007 ‐ 2012
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 7 / 49 Tabel 2.2: Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir No Subsektor/SKPD 2008 2009 2010 2011 2012 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) A Air Limbah 1.568.055.000 1.577.200.000 2.202.910.000 2.866.731.000 1 Dinas Pengairan ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2 Dinas Cipta Karya Tata Ruang & Kebersihan 137.000.000 360.000.000 1.935.410.000 1.671.541.000 3 Badan Lingkungan Hidup 1.227.405.000 1,122,200,000 ‐ 730.190.000 4 Dinas Kesehatan 94.250.000 ‐ ‐ ‐ 5 Bappeda 49.400.000 ‐ 242.500.000 350.000.000 6 Bapermas 60.000.000 95,000,000 25.000.000 115.000.000 B Persampahan 4.847.515.900 2.321.000.000 1.727.466.000 9.638.075.000 C Drainase 369.400.000 1.129.500.000 284.566.000 1.292.450.000 D Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) 722.000.000 1.098.000.000 593.000.000 1.211.000.000 E Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) 7.506.970.900 6.125.700.000 4.807.942.000 15.008.256.000 F Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping) G Total Belanja APBD 870.652.060.324 813.339.696.881 902.138.758.016 1.009702.082.525 1.261.374.175.000 H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%) 0,9% 0,7% 0,4% 1,2% I Jumlah penduduk 1.394.480 1.404.770 1.413.336 1.421.816 1.430.347 J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) 5,344 4,334 3,402 10,493 Ket: belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan) Sumber:APBD Kabupaten Grobogan
2.4 Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Grobogan Tahun 2011‐2031 telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan No. 7 Tahun 2012. Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan ruang Kabupaten yang produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan sebagai pusat pertumbuhan wilayah di bagian timur Jawa Tengah dengan berbasis sektor pertanian dan didukung oleh sektor perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan pariwisata. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten, meliputi:
a. pengembangan sistem pusat pelayanan dengan mengintegrasikan pusat pelayanan perkotaan dan perdesaan di seluruh wilayah Kabupaten terutama dalam koridor pengembangan Kedungsepur;
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana wilayah secara terpadu guna mendukung posisi strategis Kabupaten di bagian timur Jawa Tengah;
c. pengembangan kawasan peruntukan industri dan kawasan agropolitan Kutosaringan yang berdaya saing dalam skala pelayanan nasional;
d. pengembangan sentra pemasaran hasil komoditas unggulan Kabupaten yang didukung peningkatan produktifitas hasil komoditasnya;
e. pengelolaan fungsi kawasan sesuai daya dukung lahan, daya tampung kawasan, dan konservasi sumberdaya alam demi pengembangan wilayah berkelanjutan;
f. pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam mendukung ketahanan pangan nasional; dan
g. peningkatan fungsi kawasan untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara.
2.5 Sosial dan Budaya
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan adalah terpenuhinya sarana pendidikan seperti jumlah sekolah dan juga tenaga pendidik. Pada tingkat pendidikan SD diketahui ada 851 Sekolah Dasar yang dilayani oleh 4733 guru. Sekolah Dasar yang ada tersebut secara akumulasi memiliki 146.151 murid, yang berarti rata‐rata setiap Sekolah Dasar memiliki 172 murid.
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Grobogan antara lain meliputi Rumah Sakit baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Apotek dan Posyandu. Jika dilihat dari jumlah eksisting fasilitas kesehatan masih belum optimal pelayanannya dan dari segi jumlahnya masih sangat kurang. Fasilitas kesehatan terbesar yaitu rumah sakit jumlahnya hanya 4 (empat) unit dan terletak di Kecamatan Purwodadi. Untuk fasilitas puskesmas persebarannya merata di seluruh kecamatan.
Jenis rumah di Kabupaten Grobogan pada tahun 2009 terdiri dari rumah permanen, semi permanen dan non permanen. Jumlah jenis rumah terbanyak didominasi rumah non permanen dengan jumlah 240.080 unit, sedangkan untuk jenis permanen dan semi permanen berturut‐
turut sebesar 35.019 dan 106.134 unit rumah.
Mengacu pada hasil Studi Identifikasi Kawasan Kumuh di Perkotaan yang merupakan kegiatan Dinas Cipta Karya Tata Ruang & Kebersihan Kabupaten Grobogan Tahun 2011 diperoleh kawasan kumuh di 4 (empat) Kawasan Perkotaan seluas 117,987 hektar dengan perincian sebagaimana berikut :
Ringkasan Eksekutif Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan 9 / 49 1. Kawasan kumuh di kawasan perkotaan Godong seluas 17 hektar meliputi Desa Bugel, Desa Godong, Desa Ketitang dan Desa Klampok; 2. Kawasan kumuh di kawasan perkotaan Gubug seluas 11 hektar meliputi Desa Gubug, Desa Kemiri, Desa Kuwaron dan Desa Pranten; 3. Kawasan kumuh di kawasan perkotaan Purwodadi seluas 60,936 hektar meliputi Kelurahan
Kuripan, Kelurahan Danyang, Kelurahan Purwodadi, sebagian Desa Ngraji, sebagian Desa
Karanganyar, sebagian Desa Getasrejo dan sebagian Desa Menduran;
4. Kawasan kumuh di kawasan perkotaan Wirosari seluas 29,051 hektar meliputi Desa
Kelurahan Wirosari dan Kelurahan Kunden.
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait sanitasi terdapat pada bagan berikut ini:
Gambar 2.1 : Bagan Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan & Pengelolaan Sanitasi di Kabupaten Grobogan
3. Profil Sanitasi Wilayah Secara Umum 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga
Berdasarkan data hasil Pelaksanaan Survei EHRA di Kabupaten Grobogan Tahun 2012, dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden yang telah memanfaatkan jamban pribadi sebesar 82,1%, diikuti
dengan melakukan BAB di sungai 5,4%, dan ke lubang galian 5,4%.
2. Sebagian besar responden memanfaatkan kloset jongkok leher angsa
(70,4%), cemplung 18,7%, dan tidak punya kloset sebanyak 8,9%.
3. Sebagian besar responden telah memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah
domestik (SPAL) berupa tangki septik 68,0%, cubluk/lubang tanah 21% dan sungai 5 %.
4. Sebagian besar responden yang mempunyai tangki septic merupakan tangki
septic aman sebesar 71%.
5. Sebagian besar responden pengolahan sampahnya dengan dibakar sebanyak
65,4%, diikuti dengan Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 11,6% dan Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 11,2 %.
6. Sebagian besar pada responden terdapat pencemaran karena SPAL 52,7%,
sedangkan yang tidak tercemar 47,3%.
7. Pada sektor persampahan, sebagian besar responden tidah melakukan
pengolahan setempat sebesar 98,2%, yang melakukan pengolahan sampah hanya 1,7%.
8. Sebagian besar responden menjawab tidak terdapat genangan air sebanyak
60,7% sedangkan yang terdapat genangan sebanyak 39,3%.
9. Sebagian besar responden tidak melakukan CTPS di lima waktu penting
sebanyak 87,2%, hanya 12,8% responden melakukan CTPS.
10. Sebagian besar pada responden, waktu dilakukan pengamatan lapangan terdapat sabun di dalam jamban sebanyak 62,%.
11. Sebagian besar pada responden, berperilaku BABS sebanyak 74,8%.
3.1.2 Tatanan Sekolah
Perilaku hidup besih dan sehat di sekolah di Kabupaten Grobogan telah dilakukan penilaian di 20 ( dua puluh ) SD yang tersebar di 10 (sepuluh Kecamatan). Penilaian dilakukan oleh NGO Plan International Indonesia yang telah melakukan assesment sanitasi sekolah sejak tahun 2010. Adapun hasil dari penilaian PHBS tatanan institusi Sekolah di Kabupaten Grobogan sebagai berikut:
1. Sekolah yang menggunakan sumber air untuk KM/WC PDAM (16,67%), SPT (16,67%), dan SGL (66,67%).
2. Sekolah yang sudah menyediakan fasilitas sabun untuk CTPS (Cuci tangan pakai sabun) sebanyak 66,67% 3. Sekolah yang menyediakan dana untuk sanitasi sebanyak 16,67% 4. Sekolah yang melakukan pengolahan sampah dengan hanya dikumpulkan sebanyak 72,2%, dipisahkan 22,2%, dan tidak ada yang dibuat kompos. 5. Sekolah yang melakukan pengurasan septic tank sebanyak 0%. 6. Sekolah yang lingkungan sekolahnya higienis/bersih sebanyak 88,9%
3.2 Air Limbah Domestik.
3.2.1 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.2.1.1 Sistem Terpusat/Off‐site System
Kabupaten Grobogan tidak memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat (IPAL terpusat). Hal ini disebabkan kepadatan penduduk dan kondisi topografi Kabupaten Grobogan tidak memungkinkan untuk dibangunnya sarana IPAL terpusat.
Kabupaten Grobogan sudah mempunyai Unit Pengolah Lumpur Tinja (IPLT), IPLT ini dibangun pada tahun 1999 di area TPA Ngembak. IPLT Ngembak didesain mampu mengolah limbah lumpur tinja sebanyak 15 m3/hari. Jumlah ini hanya mampu melayani sekitar 15% dari jumlah penduduk Kabupaten Grobogan. Sistem Pengolahan lumpur tinja di IPLT Grobogan menggunakan rangkaian pengolahan fisik‐ biologis, dengan unit pengolahan tangki imhoff, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam maturasi, dan bak pengering lumpur. Kondisi pelayanan di IPLT Ngembak belum optimal, dimana masih dijumpai kerusakan/retak bangunan pada beberapa bagian.
3.2.1.2 Sistem IPAL Komunal
IPAL dengan sistem komunal tidak terlalu banyak terdapat di Grobogan. Paling tidak ada 5 (lima) Kecamatan di Grobogan. Kelima lokasi tersebut dibangun dengan skema Pembangunan Sarana Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM).
3.2.1.3 Sistem setempat/on‐site system
Berdasarkan survey EHRA, Untuk pembuangan air kotor atau limbah tinja manusia diketahui bahwa masyarakat sudah buang air besar di jamban pribadi 82,1%, Sungai 5,4%, lubang galian 5,4%, kebun 3,2%. Sedangkan jenis kloset yang dipakai didominasi oleh kloset jongkok leher angsa sebesar 70,4%, berturut‐turut diikuti dengan cemplung 18,7%, tidak punya kloset 3,9%, plengsengan 1,1%. Lebih lengkapnya dapat dilihat dari Gambar 3.1 dan Gambar 3.1. dibawah ini :
Sedangkan untuk tempat penyaluran buangan tinja, berdasarkan survey EHRA dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk menggunakan tangki septik sebagai tempat penyaluran buangan tinja (68%), kemudian diikuti ke cubluk (21%), sungai (5%), kebun (1,4%). Untuk pengurasan atau pengosongan tangki septik. Hasil survey menunjukan Jenis Kloset Yang Dipakai 70,4 ,9 1,1 18,7 8,9 ,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 Kloset jongkok leher angsa Kloset duduk siram leher angsa Plengsengan Cemplung Tidak punya kloset Gambar 3.2 Jenis Kloset yang digunakan 82,1 ,9 ,7 5,4 3,2 ,2 5,4 2,9 ,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian H. Lainnya, Gambar 3.1. Tempat Anggota Keluarga Yang Sudah Besar BAB
bahwa pengosongan tangki septik didominasi oleh tangki septik yang tidak pernah dikosongkan sebanyak 72,3 %, dikosongkan 1 – 5 tahun yang lalu sebanyak 11,4%, menjawab tidak tahu 7,8%, lebih dari 5‐10 tahun yang lalu 1,4%. Dari hasil tersebut, mengindikasikan bahwa tangki septik yang ada belum memenuhi persyaratan teknis yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tangki septik yang tidak dikuras, padahal septik tank dengan konstruksi yang sesuai persyaratan teknis mempunyai daya tampung hanya 3 – 5 tahun. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Fasilitas sanitasi individual terutama sarana buang air besar telah mencapai 306.134 unit (71,64%) yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Grobogan. Tabel 3.1 Jumlah KK yang memiliki Sarana dan Akses Jamban di Kab. Grobogan
NO Puskesmas Puskesmas
Jumlah Jamban
jml KK memiliki
jamban Jml pendd Akses jamban
Jiwa KK
Sehat % TOTAL % Sehat %
1 Kedungjati Kedungjati 42.421 12.755 8.263 64,79 39.265 92,56 39.265 92,56 2 Tanggungharjo Tanggungharjo 40.918 12.493 5.908 47,29 36.542 89,31 19.350 47,29 3 Karangrayung Karangrayung I 54.436 16.569 13.161 79,43 54.436 100,00 54.436 100,00 Karangrayung II 43.806 12.105 11.446 94,56 43.806 100,00 43.806 100,00 4 Penawangan Penawangan I 31.343 10.429 8.647 82,92 31.343 100,00 31.343 100,00 Penawangan II 33.985 10.541 8.511 80,74 33.985 100,00 33.985 100,00 5 Toroh Toroh I 76.960 24.140 18.408 76,26 76.960 100,00 68.916 89,55 Toroh II 40.265 12.585 11.383 90,45 40.153 99,72 36.419 90,45 6 Geyer Geyer I 46.928 13.091 7.428 56,74 46.200 98,45 26.628 56,74 Geyer II 23.502 8.627 6.071 70,37 23.091 98,25 16.539 70,37 7 Pulokulon Pulokulon I 52.584 15.556 11.179 71,86 50.627 96,28 37.788 71,86 Pulokulon II 57.916 17.813 6.996 39,27 49.176 84,91 22.746 39,27 8 Kradenan Kradenan I 35.583 9.989 8.999 90,09 35.583 100,00 35.583 100,00 Kradenan II 49.244 14.980 13.242 88,40 49.244 100,00 49.244 100,00 9 Gabus Gabus I 35.762 11.358 7.785 68,54 31.568 88,27 24.512 68,54 Gabus II 39.817 13.833 9.047 65,40 39.106 98,21 28.236 70,91 10 Ngaringan Ngaringan 67.503 21.829 9.966 45,65 49.830 73,82 21.190 42,52 11 Wirosari Wirosari I 48.807 13.795 12.953 93,90 48.807 100,00 48.807 100,00 Wirosari II 42.579 12.407 10.630 85,67 42.579 100,00 42.579 100,00 12 Tawangharjo Tawangharjo 52.154 15.209 13.078 85,99 50.842 97,48 47.457 90,99 13 Grobogan Grobogan 68.961 21.811 16.158 74,08 18.540 26,88 13.611 19,74 14 Purwodadi Purwodadi I 77.112 23.411 17.188 73,42 51.564 66,87 44.157 85,64 Purwodadi II 53.989 16.782 8.545 50,92 49.029 90,81 31.323 58,02 15 Brati Brati 46.309 15.389 10.402 67,59 37.373 80,70 36.501 78,82 16 Klambu Klambu 35.428 10.605 9.581 90,35 35.428 100,00 35.428 100,00 17 Godong Godong I 45.274 13.368 9.112 68,16 35.893 79,28 33.760 74,57 Tempat Penyaluran BuanganTinja 68,0 ,6 21,0 ,8 5,0 ,4 1,4 2,8 ,1 ,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu Lainnya Gambar 3.3 Tempat Penyaluran Buangan Tinja 4,4 11,4 2,7 1,4 72,3 7,8 ,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 0‐12 bulan yang lalu 1‐5 tahun yang lalu Lebih dari 5‐10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun Tidak pernah Tidak tahu Gambar 3.4. Prosentase Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan
NO Puskesmas Puskesmas
Jumlah Jamban
jml KK memiliki
jamban Jml pendd Akses jamban
Jiwa KK
Sehat % TOTAL % Sehat %
Godong II 42.911 11.850 8.853 74,71 32.330 75,34 28.937 67,43 18 Gubug Gubug I 49.823 13.327 3.865 29,00 25.459 51,10 13.455 27,01 Gubug II 26.378 8.251 5.496 66,61 25.186 95,48 17.570 66,61 19 Tegowanu Tegowanu 50.667 16.038 13.832 86,24 50.667 100,00 50.667 100,00 1.413.365 430.936 306.134 71,04 1.234.612 87,35 1.034.238 73,18 Sumber : Dinas Kesehatan dan Plan International Indonesia, 2012 Note : 1. jamban sehat : jamban permanen maupun jumbleng tertutup (tdk dapat dihinggapi lalat) yang memiliki jarak minimal 10 m dari sumber air tanah dan minimal 3 m dari muka air tanah 2. Wilayah diluar dampingan Plan Indonesia 3.2.2.4 Saluran Pembuangan Air Limbah Domestik
Prosentase kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) non pembuangan tinja menurut survey EHRA dapat dilihat pada Gambar 3.8 Dari analisis survey EHRA, masyarakat Kabupaten Grobogan yang mempunyai SPAL sebanyak 53,4%, selebihnya tidak mempunyai SPAL sebanyak 46,6%.
3.2.2 Kesadaran Masyarakat dan PMJK
Secara keseluruhan Peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Grobogan dalam pengolahan air limbah belum maksimal, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah Kabupaten Grobogan, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya. Contoh beberapa kegiatan yang ada telah menunjukkan respon yang positip dari masyarakat dan relatif cukup berhasil adalah kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan Pamsimas Komponen B dan kegiatan SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat).
3.2.3 Isu strategis dan permasalahan mendesak
Adapun permasalahan yang terkait penanganan air limbah di Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:
Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum
menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat Kabupaten Grobogan lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri.
Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga,
dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.
Kurangnya ketersediaan air bersih untuk Jamban dan MCK cenderung
mendorong masyarakat berperilaku kurang sehat
3.3 Pengelolaan Persampahan 3.3.1 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Berdasarkan hasil Survey EHRA, sebagian pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Grobogan dilakukan dengan cara sederhana oleh masyarakat yaitu dengan cara Dibakar (65,4%), Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan
membusuk (11,6%), Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah (11,2%), Dibuang ke sungai/kali/laut/danau (3,4%), Dikumpulkan dan dibuang ke TPS (2,6%), Dibiarkan saja sampai membusuk (1,3%).
Penanganan Persampahan Perkotan
Penanganan terhadap permasalahan persampahan di Kabupaten Grobogan selama ini hanya menjadi tanggungjawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Grobogan/Dinas`Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan.
Pelayanan sampah dan pembuangannya akhir sampah Perkotaan dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan rincian sebagai berikut:
TPA Desa Ngembak di Kecamatan Purwodadi melayani Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Toroh dan Kecamatan Grobogan;
TPA Desa Mojorebo di Kecamatan Wirosari akan melayani Kecamatan Wirosari, dan kradenan; TPA Desa Godong di Kecamatan Godong melayani Kecamatan Godong. TPA Desa Gubug di Kecamatan Godong melayani Kecamatan Gubug. Tabel 3.2 Pelayanan Persampahaan Eksisting di Kabupaten Grobogan Tahun 2010 NO NAMA IBU KOTA KECAMATAN (IKK) JUMLAH PENDUDUK 2010 (JIWA) PERKOTAAN JUMLAH PENDUDUK TERLAYANI SAAT INI (JIWA) JUMLAH TIMBULAN SAMPAH TH. 2010 (M3/HARI) JUMLAH TIMBUNAN SAMPAH TERANGKUT TH. 2010 (M3/HARI) INFORMASI TPA NAMA TPA LUAS (HA) 1 2 3 4 5 6 7 8
1 IKK Purwodadi 71.210 56.600 126,0 101,46 TPA Ngembak 4,5 Ha
2 IKK Grobogan 17.311 14.150 34,6 5,00 TPA Ngembak
3 IKK Wirosari 15.235 4.125 30,5 15,00 TPA Mojorebo 2 Ha
4 IKK Kradenan 7.685 3.375 15,4 9,00 TPA Mojorebo
5 IKK Gubug 22.462 7.500 27,9 15,00 TPA Gubug 0.3 Ha
6 IKK Godong 16.472 5.000 25,4 12,58 TPA Godong 1 Ha
TOTAL KABUPATEN 150.376 90.750 260 149
Sumber : Hasil Analisis Pokja PPSP.
3.3.2 Pendanaan dan Pembiayaan
Pendapatan retribusi dari pelayanan persampahan/kebersihan pada tahun 2011 sebesar Rp. 347.093.000,00. Nilai pendapatan tersebut jauh dari mencukupi untuk menutup kebutuhan operasional bidang persampahan. Tabel 3.3 merangkum hasil retribusi sektor persampahan. Tabel 3.3: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan No Subsektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 Rata‐ rata Pertum buhan (%) a b c d e f g A Persampahan B Retribusl Sampah 253 253 408 691 347 390 20% Sumber : Dinas Ciptakarya, tata ruang dan Kebersihan Kab. Grobogan.
3.3.3 Isu strategis dan permasalahan mendesak
Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut :
Masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang
layak untuk penampungan sampah
Belum memadainya jumlah dan kualitas sarana prasarana TPS untuk
persampahan penduduk. Hal ini terlihat masih banyak di lokasi permukiman penduduk belum tersedia TPS, sehingga sampah dibuang begitu saja dipinggir jalan sebelum di angkut ke TPA oleh petugas kebersihan.
Kondisi dan umur layan TPA kurang memadai. Pada saat ini, luas lahan TPA
Ngembak – Purwodadi yang masih dapat dimanfaatkan untuk penampungan akhir sampah hanya tinggal 10%, dan umur layannya hanya sampai tahun 2013. Sedangkan, sebagian TPA lainnya masih belum layak dikatakan sebagai TPA karena minimnya sarana dan prasarana yang ada seperti ketersediaan alat berat (compactor/excavator/bulldozer), bak lindi, dll.;
Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penanganan
kebersihan dan pengelolaan persampahan, kurangnya SDM, dll. Sehingga permasalahan utama yang timbul adalah belum optimalnya pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan kepada masyarakat.
3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan 3.4.1 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Pada saat ini di Kabupaten Grobogan telah terdapat beberapa prasarana drainase, yaitu saluran drainase, bangunan pelengkap dan pembuangan akhir. Saluran drainase, bangunan pelengkap dan pembuangan akhir yang ada belum merupakan suatu jaringan sistem yang menyeluruh, saluran yang ada sebagian besar hanya digunakan sebagai prasarana setempat saja. Tabel 3.4. Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data User interface - Pembuangan kamar mandi - Tempat cuci makanan/piring - Talang Jumlah KK 53,4% dari total jumlah KK atau sekitar 227.965 KK Survey EHRA Penampungan Awal ‐ ‐ ‐ ‐ Pengangkutan/ pengaliran Selokan/parit/saluran pembuang (avour) ‐ ‐ Dinas Cipta Karya dan Dinas Pengairan
Pembuangan akhir Sungai Nama
sungai S. Glugu, S. Lusi, S. Serang, S. Tuntang Dinas Pengairan, BBWS Pemali Juana
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi menjadi 2 yakni : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya.
3.4.2.1 Drainase Makro
Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten Grobogan adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sistem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran – saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di Grobogan juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai) sungai utama ( Sungai Serang, Sungai Lusi dan Sungai Tuntang ) sebagai badan penerima air akhir di wilayah Grobogan. Sungai – sungai tersebut membelah wilayah studi dari sisi selatan ke utara dan bermuara di Laut Jawa.
3.4.2.2 Drainase Mikro
Drainase mikro berupa saluran – saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan.
Permasalahan Genangan
Berdasarkan hasil survey EHRA ditemukan bahwa sebagian besar rumah
tangga (73,9%) tidak mengalami banjir secara rutin dalam kurun waktu tertentu. Sebagian lainnya (26,1%) rumah tangga saja yang mengalami banjir dalam kurun waktu tertentu secara rutin. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Frekuensi genangan mencapai lebih dari satu kali setahun dialami oleh 4,8 % rumah tangga sementara satu tahun sekali terjadi genangan dialami oleh 11 %, sebulan sekali dialami oleh 0,1 % rumah tangga, dan sebagian besar rumah tangganya sebesar 82,3% tidak pernah mengalami banjir dalam waktu setahun ini.
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa dari 26,1 % responden yang mengalami banjir, genangan akibat banjir cukup lama terjadi sampai lebih dari satu hari yaitu sebanyak 35,8%, banjir selama satu hari dialami oleh 10,6%, banjir selama setengah hari dialami oleh 14,5% dan cukup banyak yang mengalami banjir selama beberapa jam 13,5 % dan kurang dari satu jam sebanyak 23 %. Prosentase tinggi air yang masuk ke rumah yang paling besar adalah setumit orang dewasa (45,7%), setengah lutut orang dewasa (24,5%), selutut orang dewasa (15,6%), sepinggang orang dewasa (9,6%), sebahu orang dewasa (3,9%). Selengkapnya dapat tergambarkan pada Grafik dibawah ini.
3.4.2 Pemetaan” Media Peran media sangat penting dalam mengkampanyekan program sanitasi dan meliput perkembangan sanitasi di masyarakat. Hasil survey cepat pemetaan media wawancara dengan kelompok masyarakat didapatkan kesimpulan bahwasanya masyarakat Kabupaten Grobogan :
sumber informasi biasanya didapatkan dari menonton televisi (63%), membaca surat kabar (16%) dan mendengarkan radio (11%), sedangkan yang menjawab dari papan pengumuman yang ada di kelurahan / di balai desa (0%).
Surat kabar yang sering dibaca adalah Suara Merdeka (75%).
Stasiun TV yang paling sering ditonton Metro TV (38%), dan RCTI (30%). Radio yang sering didengar masyarakat Grobogan adalah RSPD (27%), Radio
Pop (10%).
Sedangkan informasi sanitasi yang sering didengar adalah sector persampahan (31%), CTPS (28%), limbah (11%), air bersih (11%).
3.4.3 Partisipasi Dunia Usaha
Partisipasi dunia usaha untuk sektor drainase lingkungan di Kabupaten Grobogan masih minim. Belum terdapat data akan keterlibatan dunia usaha yang berskala besar pernah dilakukan di Kabupaten Grobogan. Harapannya, dunia usaha melalui dana CSR‐nya berminat untuk ikut andil dalam penataan drainase lingkungan. Tak kalah pentingnya adalah setiap pembangunan pabrik/gedung/toko sebagai tempat usaha harus memperhatikan aspek teknis, sosial, budaya setempat sehingga air limbah domestik dan air hujan dapat mengalir ke tempat yang semestinya.
3.4.4 Pendanaan dan Pembiayaan
Retribusi sektor drainase lingkungan di Kabupaten Grobogan tidak dibebankan ke masyarakat. Waktu Surut bajir 13,5 23,0 14,5 10,6 35,8 2,5 ,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 Kurang dari 1 jam Antara 1 ‐ 3 jam Setengah hari Satu hari Lebih dari 1 hari Tidak tahu Tinggi air yang masuk ke dalam rumah saat banjir 45,7 24,5 15,6 9,6 3,9 ,4 ,4 ,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 Setumit orang dewasa Setengah lutut orang dewasa Selutut orang dewasa Sepinggang orang dewasa Sebahu orang dewasa Lebih tinggi dari orang dewasa Tidak tahu Gambar 3.5 Tinggi Air yang Masuk ke dalam rumah dan waktu surut banjir
Tabel 3.5: Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drinase lingkungan No Subsektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 Rata‐ rata Pertum buhan (%) A b c d e f g A Drainase Lingkungan B Retribusl Drainase Lingkungan ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Sumber : Dinas Ciptakarya, tata ruang dan Kebersihan Kab. Grobogan. 3.4.5 Isu strategis dan permasalahan mendesak
Secara umum, kondisi dan ketersediaan drainase di Kabupaten Grobogan masih buruk. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan drainase lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Banyaknya drainase yang tersumbat, baik oleh sedimentasi maupun akibat penumpukan limbah rumah tangga dan sampah, hal ini dikarenakan banyak kios‐kios pedagang yang dibangun di atas drainase;
b. Masih terdapat banyak rumah tangga yang belum memiliki saluran drainase; c. Ditutupnya saluran drainase yang ada secara permanen (menjadi saluran
tertutup) di wilayah pertokoan Kabupaten Grobogan. Selain tidak dilengkapi dengan main hole, yang berguna untuk mempermudah pekerjaan pembersihan dan pengerukan sedimen di dasar saluran, juga menghambat aliran air hujan untuk masuk kedalam drainase. Hal ini menyebabkan terjadi genangan air di wilayah jalan di Kabupaten Grobogan;
d. Kurang lancarnya aliran air akibat kecilnya dimensi drainase yang ada, sehingga melimpah ke jalan dan terjadi genangan air;
e. Debit air tidak sesuai dengan daya tampung drainase yang ada sekarang; f. Terjadinya penutupan sistem drainase yang ada, yang disebabkan oleh
kegiatan pembangunan perumahan/pertokoan tanpa membuat terlebih dahulu plat beton/gorong‐gorong untuk memasukkan material ke lokasi tersebut, sehingga aliran air terhambat dan melimpah ke luar; 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1 Pengelolaan Air Bersih Cakupan pelayanan air bersih untuk seluruh wilayah di Kabupaten Grobogan baru mencapai 54 %, yang meliputi sistem perpipaan sebanyak 8 % (yang terdiri dari 6,11 % oleh PDAM, dan 2 % oleh PAMSIMAS/DAK Air bersih/swasta) dan sistem non perpipaan sebanyak 46 %. Diperkirakan masih terdapat masyarakat miskin di perkotaan maupun pedesaan yang belum terlayani air minum baik dengan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan sebanyak 650.135 jiwa (46 %).
Di Kabupaten Grobogan masih terdapat IKK rawan air minum sebanyak 15 IKK, dan desa rawan air minum sebanyak 115 desa. Pengelolaan dan pemanfaatan prasarana air bersih untuk Kabupaten Grobogan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), untuk pengambilan sumber air PDAM berkoordinasi dengan Dinas Pengairan Kabupaten Grobogan.
Tingkat kerawanan air di Kabupaten Grobogan. Sebagian besar responden menjawab tidak pernah terjadi kesulitan air sebanyak (75,2%), kemudian berturut‐ turut diikuti lebih dari seminggu 13,8%, beberapa jam saja (4,8%), satu sampai beberapa hari (3,3%) dan seminggu (2,1%).
Berdasarkan hasil Survey EHRA, ditemukan bahwa sebagian besar rumah tangga menggunakan sumber air bersih untuk keperluan air minum dari sumur gali terlindungi (35,22%), diikuti Air isi ulang (24,5%), Air sumur pompa tangan (16,42%), Air sumur gali tdk terlindungi (12,83%), Air botol kemasan (5%), Air Ledeng dari PDAM (4,8%). 3.5.1.1 Sistem Perpipaan A. Sistem Perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Grobogan Penyediaan air minum sistem perpipaan bagi masyarakat Perkotaan Purwodai dan 16 Ibu Kota Kecamatan (IKK) di Kabupaten Grobogan dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Grobogan. Tabel 3.6 merangkum daerah pelayanan air minum yang dikelola PDAM Kab. Grobogan.: Tingkat total Pelayanan perpipaan oleh PDAM Jumlah Penduduk Kabupaten Grobogan : : 1.413.336 Jiwa Jumlah Penduduk Perkotaan : 285.459 Jiwa Jumlah penduduk perkotaan terlayani : 84.823 jiwa Cakupan penduduk terlayani : 30 % penduduk terhadap penduduk perkotaan atau 6,11 % terhadap total penduduk kabupaten. Luas area wilayah perkotaan : 6.834 ha, Luas area perkotaan terlayani : 2.012 ha
Air botol kemasan ; 5,0
Air isi ulang ; 24,5
Air Ledeng dari PDAM ; 4,8 Air hidran umum -
PDAM ; 2,0 Air kran umum -PDAM/PROYEK; 1,8 Air sumur pompa
tangan; 16,4 Air sumur gali
terlindungi; 35,2 Air sumur gali tdk
terlindungi; 12,8 Mata air terlindungi
; 2,7 Air hujan ; ,0
Lainnya ; 2,3
Tabel 3.6: Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Grobogan
No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan
1 Pengelola PDAM/ BPAM 2 Tingkat Pelayanan % 30 Perkotaan 3 Kapasitas Produksi Lt/detik 192 4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 325 5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 17266 6 Jumlah Kran Air Unit 7 Kehilangan Air (UFW) % 25,26 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 Rp. 2.579 Rata‐rata 9 Jumlah pelanggan per kecamatan Purwodadi Pelanggan 10.798 Grobogan Pelanggan 563 Tawangharjo Pelanggan 705 Pulokulon Pelanggan 488 Kradenan Pelanggan ‐ Wirosari Pelanggan 743 Gabus Pelanggan 346 Ngaringan Pelanggan 250 Geyer Pelanggan 356 Brati Pelanggan 1.005 Godong Pelanggan 823 Klambu Pelanggan 182 Karangrayung Pelanggan 92 Toroh Pelanggan 648 Tanggungharjo Pelanggan 224 Gubug Pelanggan 43 Kedungjati Pelanggan ‐ Tegowanu Pelanggan ‐ Penawangan Pelanggan ‐ Sumber : Analisis Tim Pokja, 2012
B. Program Pemberdayaan Masyarakat Program Nasional Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas)
Selain PDAM, untuk kegiatan penyediaan air bersih dari program PAMSIMAS dikelola oleh BPSPAM yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat desa. Program Pamsimas diperuntukkan di wilayah pedesaan dengan memanfaatkan mata air serta membuat sumur artesis yang dilengkapi dengan pompa dan bak tandon. untuk kemudian didistribusikan ke masyarakat. Sedangkan pengelolaanya nanti oleh masyarakat sendiri.
Kabupaten Grobogan mendapat program Pamsimas mulai tahun 2008 s.d 2012. Tingkat total Pelayanan perpipaan oleh Pamsimas : Jumlah Sambungan Rumah (SR) kurang lebih : 4.250 SR Jumlah penduduk terlayani : 14.875 jiwa Cakupan penduduk terlayani : 1,04 % penduduk Kab. Grobogan Sistem Non Perpipaan
Pelayanan air bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa melalui jaringan penyaluran/pipa. Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa tangan. Air sumur mempunyai
kandungan kapur yang cukup tinggi, yang dibuktikan dengan adanya kerak pada alat masak. Dan kontinuitas sumber air baku memiliki kontinuitas yang tidak stabil karena pada musim kemarau masyarakat mangalami kekeringan dan terancam kekurangan air bersih. Tingkat total Pelayanan Non perpipaan: Jumlah Penduduk yang telah mengakses air bersih : 304.822 KK atau setara dengan 1.066.877 jiwa (76 % penduduk Kab. Grobogan) Penduduk yang telah mempunyai sarana air bersih : 199.027 jiwa atau setara 677.304 jiwa (46% penduduk Kab. Grobogan) 3.5.1.4 Pendanaan Sektor Air Minum
Pembiayaan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam penyediaan sarana dan prasarana air minum, periode tahun 2009 ‐ 2011 hanya berkisar Rp. 762 Juta – Rp. 1,48 M, tetapi nilai tersebut belum termasuk pembiayaan dari PDAM dan dana untuk pengadaan dropping air bersih ke desa‐desa yang membutuhkan di saat musim kemarau. Pendanaan dari APBN relatif lebih besar dibandingkan dengan pendanaan dari APBD, dana APBN dikucurkan dengan mekanisme DAK air bersih maupun belanja penyediaan sarana air bersih SPAM IKK maupun bantuan proyek penyediaan PDAM. Rincian pendanaan sektor persampahan dapat dilihat pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 Belanja Sektor Air Minum Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ‐ 2012 Belanja Sanitasi Sektor Air Minum Sumber Dana APBD Kabupaten APBN Tahun 2012 762.925.000 1.809.250.000 Tahun 2011 844.418.000 1.529.252.000 Tahun 2010 795.000.000 939.900.000 Tahun 2009 1.480.525.000 2.559.000.000 3.5.1.4 Permasalahan Penyediaan Air Bersih
Kabupaten Grobogan mempunyai karakteristik wilayah yang pada umumnya kering dan tandus sehingga masalah air bersih merupakan masalah yang serius. Permasalahan yang berkaitan dengan air bersih cukup banyak, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.8 Permasalahan Air Bersih di Kabupaten Grobogan
ASPEK ISU ATAU MASALAH KET
A. TEKNIS 1. UNIT AIR BAKU a. Kurangnya kapasitas produksi air baku pada saat ini, kapasitas terpasang air baku saat ini masih kecil (dari Bendung Sidorejo dan sumber air baku lainnya baru 325 liter/detik yang hanya bisa melayani kurang lebih 17.000 SR) b. Terdapat kekurangan kapasitas air baku atau instalasi c. Kabupaten Grobogan tidak memiliki kantong air atau sumber air bawah tanah dengan volume besar (sumber: hasil survey geoteknik ITB di Boloh dan Ngaringan). d. Penurunan debit air selama musim kemarau.
ASPEK ISU ATAU MASALAH KET e. Potensi sumber air baku lainnya yang belum termanfaatkan sudah banyak dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya seperti irigasi pertanian 2. UNIT PRODUKSI a. Masih tingginya idle capacity yang belum dimanfaatkan b. Minimnya biaya pengelolaan c. Tingginya biaya operasional listrik PLN. d. Tidak lengkapnya peralatan laboratorium. e. Minimnya alat ukur debit f. Kurangnya tenaga Operator peralatan elektromekanikal (genset dan pompa) dan instansi pengolahan air (uji laboratorium) yang memadai. 3. UNIT DISTRIBUSI DAN PELAYANAN a. Masih kurangnya transmisi dan distribusi. b. Kebocoran pipa distribusi yang berumur tua. c. Terjadinya banyak kerusakan pipa PDAM di sepanjang jalur jaringan pipa transmisi dan distribusi d. Kontinuitas aliran air PDAM yang belum memadai (pengaliran air tidak 24 jam). e. Sejumlah sambungan rumah tidak mendapatkan air f. Terdapat kehilangan air yang cukup tinggi B. NONTEKNIS 1. MANAJEMEN & SDM a. Kurangnya kapasitas instansi pengelola air (PDAM) dalam memanfaatkan peluang sumber pendanaan non‐APBD yang ada. b. Belum adanya perencanaan Studi RISPAM (Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum) dan DED yang jelas, lengkap, baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. c. SDM Profesional yang masih kurang dari segi kuantitas maupun kualitas d. Belum optimalnya beberapa SPAM IKK yang sudah ada (IKK Penawangan, IKK Kradenan dan IKK Gubug), dimana bangunan IPA dan Saluran Induknya berasal dari dana Pemerintah Pusat menghambat PDAM dan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan dalam mengusulkan program penyediaan SPAM sejenis. 2. KEUANGAN a. Pembiayaan yang besar dalam penyediaan SPAM perpipaan b. PDAM masih dalam kondisi SAKIT. c. Kemampuan fiskal Pemda yang masih rendah untuk pembiayaan SPAM perpipaan Sumber: Hasil Analisis, 2011
BAB 4.
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN
YANG DIRENCANAKAN
4.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENEProgram Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene secara rutin telah dilaksanakan di kabupaten Grobogan meskipun dengan jumlah anggaran yang terbatas. Pada Tahun 2012, untuk meningkatkan kampanye PHBS, maka Pemda Kabupaten Grobogan melalui berbagai SKPD seperti Dinas Kesehatan, Bappermas, Badan Lingkungan Hidup, Bappeda, telah banyak melakukan berbagai kegiatan yang meliputi :
a. Advokasi dan sosialisasi PHBS tingkat kabupaten melalui berbagai kegiatan seminar, lokakarya, talk show di radio, penyebaran brosur/leaflet/spanduk.. b. Sosialisasi PHBS tingkat kecamatan dan desa
c. Pelatihan dan refreshing kades PHBS d. Integrasi program PHBS dalam Desa Siaga e. Integrasi program PHBS dalam Lomba Desa f. Integrasi program PHBS dalam Kabupaten Sehat g. Sosialisasi PHBS melalui institusi pendidikan h. Gerakan Masyarakat menuju Sehat Sejahtera (GEMASUTRA) i. Gerakan Cinta Lingkungan Rencana kegiatan tahun 2013 mengadopsi kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2012. Rincian kegiatan yang sedang dilaksanakan untuk program perilaku hidup bersih sehat dan promosi hygiene pada tahun 2012 dan yang akan dilaksanakan pada Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2
Tabel 4.1 Kegiatan PHBS dan Promos Higiene Tahun 2012
No Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana
kegiatan
1 Penyusunan Data statistik Kesehatan 50.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinkes
‐ Terlaksananya penyusunan profil kesehatan, 7 RS 30 puskesmas, 7 RS ‐ Terlaksananya pertemuan draf profil 2 kali ‐ Terlaksananya pertemuan klarifikasi data 2 kali ‐ Tersedianya buku profil sebanyak 60 buah 60 buah ‐ Terlaksananya pertemuan perencanaan dan evaluasi keg. 4 kali ‐ Terlaksananya entry dan validasi data profil 30 puskesmas, 6 RS ‐ Terlaksananya Bintek data profil ke Puskesmas 3 org 30 Puskesmas
2 Pembinaan Saka Bhakti Husada 10.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinkes
‐ Meningkatnya peran serta Pramuka SBH dlm Informasi Kes 6 puskesmas
‐ Terbentuknya ranting Saka Bakti Husada (SBH) Tk.Pusk 30 Puskesmas
‐ Pelatihan anggota SBH di 6 Puskesmas 52 kali
3 Pembinaan UKS / UKGS 20.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinkes
‐ Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan teknis petugas UKS/UKGS 87 SMP/Mts, 38 SMA dan 460 SD ‐ Terbentuknya kelompok remaja perduli kesehatan di sekolah 87 SMP/Mts, 38 SMA dan 460 SD ‐ Terlaksananya pelatihan Guru UKS/UKGS di tk SD,SLTP dan SLTA 87 SMP/Mts, 38 SMA dan 460 SD ‐ Terlaksananya pelatihan petugas UKS Pusk. 30 Puskesmas ‐ Terlaksananya pelatihan GKS SLTP 30 GKS ‐ Terlaksananya pengolahan data UKS 30 Puskesmas
4 Pembinaan PHBS di Masyarakat 50.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinkes
‐ Meningkatnya strata RT sehat di masyarakat 30 Puskesmas ‐ Terlaksanaya survey PHBS Rumah Tangga, Institusi Sekolah, dan institusi tempat ibadah di Kab. Grobogan 6000 RT, 90 Sekolah, 180 Tempat Ibadah ‐ Terlaksananya Pengolahan data phbs 6000 RT, 90 Sekolah, 180 Tempat Ibadah ‐ Terlaksananya Pertemuan lintas sektor 1 kali ‐ Terlaksananya bimbingan teknis di puskesmas 30 puskesmas
No Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana kegiatan
6 Promosi Kesehatan 1 Paket 100.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinkes
7 Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan 1 Paket 75.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinkes
8 Pemantauan Kualitas Lingkungan 25 titik sample air, 10 titik sample udara, di wilayah Kab. Grobogan 43.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH 9 Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup 40 pelaku usaha di wilayah Kab. Grobogan 25.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
10 Peningkatan Kapasitas Kader LH 38 orang 50.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
12 Sekolah Adiwiyata 25 Sekolah (SD, SMP, SMA) 50.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH 13 Gerakan Cinta Lingkungan 1 paket di Kota Purwodadi 100.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
14 Kampung Berwawasan Lingkungan 1 Desa 33.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
15
Sosialisasi Peraturan Daerah Sekabupaten
Grobogan
25.000.000 APBD Kab. Grobogan
Se‐kab. Grobogan BLH
16 Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Perkotaan 4 Kelurahan 90.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
17 Menuju Indonesia Hijau 1 paket 300.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
18 Pengembangan Data dan Informasi Lingkungan 1 paket 75.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan BLH
19 Gerakan Masyarakat menuju Sehat Sejahtera (GEMASUTRA) 57 Orang 60.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Bappermas
20 Fasilitasi Lomba Sekolah Sehat
1 paket 40.000.000 APBD Kab. Grobogan Se‐kab. Grobogan Dinas
Pendidikan Total 1.211.000.000
Tabel 4.2 Kegiatan PHBS dan Promos Higiene Tahun 2013
No Nama progam/kegiatan Satuan Vol. Indikasi biaya (Rp) Sumber
pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1 Pelatihan Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Daerah ( SIMDA ), dan Teknis Promosi Kesehatan.
1 Paket 50.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2012
2 Penyusunan Data statistik Kesehatan 1 Paket 25.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2013
3 Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan 1 Paket 25.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2014
4 Promosi Kesehatan 1 Paket 100.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2015
5 Pembinaan Saka Bakti Husada (SBH) di tingkat Puskesmas ‐'10 Pangkalan SBH 15.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2015
6 Pembinaan UKS 1 Paket 25.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2015
7 Pembinaan UKS 1 Paket 25.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2015
8 Gerakan PHBS 1 Paket 60.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2015
9 Pembinaan Poskestren 1 Paket 20.000.000 APBD Kabupaten Dinas Kesehatan Musrenbangkab 2015
10 Peningkatan Kapasitas Kader LH 1 Paket 85.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
11 Sekolah Adiwiyata 1 Paket 120.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
12 Kampung Berwawasan Lingkungan 1 Paket 60.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
13 Peningkatan Koordinasi dan Kemitraan Antar Stakeholder
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
1 Paket 90.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
14 Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan 1 Paket 120.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
15 Pemantauan Kualitas Lingkungan 1 Paket 100.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
16 Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup 1 Paket 90.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
17 Gerakan Cinta Lingkungan 1 Paket 100.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
18 Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Perkotaan 1 Paket 100.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
19 Penunjang Car Free Day 1 Paket 100.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
20 Menuju Indonesia Hijau 1 Paket 300.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
21 Kegiatan Pengembangan Data dan Informasi Lingkungan 1 Paket 75.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
22 Kegiatan Peningkatan Edukasi dan Komunikasi Masyarakat di
bidang lingkungan
1 Paket 165.000.000 APBD Kabupaten BLH Musrenbangkab 2015
23 Gerakan Masyarakat menuju Sehat dan Sejahtera
(GEMASUTRA)
1 Paket 80.000.000 APBD Kabupaten Bappermas Musrenbangkab 2015