100 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KERINCI PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
KABUPATEN KERINCI
(Studi Kasus Objek Wisata Danau Kerinci)
Anggi Rahman Fadhil1, H.Mhd. Ikhsan, S.E,. M.M2, Meri Yosefa, S.Pd,. M.Pd3 STIA Nusantara Sakti Sungai Penuh
Email:
[email protected] [email protected] [email protected]
ABSTRACT
Title Implementation of the Kerinci Regency Tourism Development Policy at the Kerinci Regency Culture and Tourism Office. This research was conducted at the Culture and Tourism Office of Kerinci Regency. Kerinci Regency is a vast area and consists of a variety of customs and is rich in culture and natural potential that promises to be developed as a tourist destination both locally and abroad. The potential possessed today has not been put to the best use by the Kerinci Regency government, such as the Kerinci Lake tourist attraction. Where the tourism location environment is still poorly maintained and there is no cooperation with other organizations in developing these attractions. The research problem formulation is, how is the implementation of the Kerinci Regency Tourism Development Policy in the Kerinci Regency Culture and Tourism Office? The purpose of this research is, To find out the Implementation of Kerinci Regency Tourism Development Policy in the Culture and Tourism Office of Kerinci Regency. This research uses a qualitative approach where data is obtained through field interview guidelines to 5 informants referring to 4 research indicators, namely: 1. Location of the environment 2. Relationships between organizations 3. Organizational resources for program implementation 4. Characteristics and Capabilities of implementing agencies. The data obtained in the field were analyzed based on the classification of the informant's answers outlined in the results and discussion of the research which was then interpreted by the researcher. it is known that the Implementation of the Kerinci Regency Tourism Development Policy in the Kerinci Regency Culture and Tourism Office as a whole has not been carried out to the fullest such as an untreated environmental location and relations between organizations in supporting tourism diversity. For this reason, the writer suggests that the implementation of the Kerinci Regency Tourism Development Policy in the Kerinci Regency Culture and Tourism Office can be improved so that the environmental facilities and infrastructure of the Lake Kerinci tourist attraction location can be maintained clean and beautiful as well as the cooperation with other organizations in supporting tourism diversity in order to increase the number a visitor.
Keywords: Implementation, Policy, Tourism Development
ABSTRAK
Judul. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kerinci Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kerinci. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci merupakan daerah yang luas dan terdiri dari
101 berbagai macam adat istiadat dan kaya akan budaya da potensi alam yang menjanjikan untuk dikembangkan menjadi daerah destinasi wisata baik lokal maupun mencapai ke luar negeri. Potensi yang dimiliki sekarang ini belum dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah Kabupaten Kerinci, seperti objek wisata danau Kerinci. Dimana masih kurang terawatnya lingkungan lokasi wisata dan belum adanya kerja sama dengan organisasi lain dalam mengembangkan objek wisata tersebut. Rumusan masalah penelitian yaitu, bagaimanakah Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kerinci Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kerinci? Tujuan penelitian yaitu, Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kerinci Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kerinci. Penelitiaan ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana data diperoleh melalui pedoman wawancara dilapangan kepada 5 orang informan yang mengacu kepada 4 indikator penelitian yaitu 1. Lokasi lingkungan 2. Hubungan antar organisasi 3. Sumber daya organisasi untuk implementasi program 4. Karakteristik dan Kemampuan agen pelaksana. Data yang diperoleh dilapangan dianalisis berdasarkan pengklasifikasian jawaban informan yang diuraikan dalam hasil dan pembahasan penelitian yang kemudian dilakukan interpretatif peneliti. diketahui bahwa Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kerinci Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kerinci secara keseluruhan belum terlaksana secara maksimal seperti lokasi lingkungan yang belum terawat dan hubungan antar organisasi dalam menunjang ragam wisata. Untuk itu penulis menyarankan agar Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kerinci Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Kerinci dapat ditingkatkan agar sarana dan prasarana lingkungan lokasi objek wisata Danau Kerinci dapat terjaga kebersihan dan keindahannya serta adanya kerja sama dengan organisasi lain dalam menunjang ragam wisata supaya dapat meningkatkan jumlah pengunjung.
Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Pengembangan Pariwisata
I. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama yang berbeda beda. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda beda. Kebiasaan hidup itu menjadi budaya serta cirri khas suku bangsa tertentu. Demi persatuan dan kesatuan, seharusnya kita menyadari dan menghargai keanekaragaman tersebut sehingga dapat menjadi satu bangsa yang tangguh. Dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, kita jadikan keragaman suku bangsa dan budaya sebagai salah satu modal dasar dalam pembangunan.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.
Sebagai suatu bangsa pada dasarnya bangsa Indonesia terus melakukan strategi pembangunan dan dengan semangat reformasi pemerintahannya perlu pembaharuan kepemimpinan yang lebih baik, sehingga bermunculanlah para pemimpin yang penuh semangat reformasi sebagai wujud percepatan kemajuan pembangunan disegala bidang antara
102 lain bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, merupakan program dari pembangunan Nasional
Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam mengelola pembangunan daerah perlu ditunjang oleh beberapa sumber keuangan yang berasal dari daerah yang bersangkutan, kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa kebijakan keuangan yang ditempuh pemerintah untuk mengatur semua konsep pembangunan di daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut melihat kondisi geografis wilayah Kabupaten Kerinci yang merupakan daerah wisata yang kaya akan kebudayaannya yang sangat khas, maka dalam pembangunan daerah pemerintah hendaknya memutuskan kebijakan-kebijakan yang bisa memberdayakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik Kabupaten Kerinci.
Kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh Kabupaten Kerinci untuk meningkatkan pariwisata di Kabupaten Kerinci adalah :
1. Menghimpun data dan informasi kebudayaan dalam bentuk penelitian maupun penulisan dan perekaman.
2. Mempersiapkan bahan kebijakan kebudayaan yang diperlukan untuk menunjang pembinaan kesadaran dan banga dengan kebudayaan milik sendiri.
3. Memberikan perlayanan informasi kebudayaan kepada masyarakat luas yang memerlukannya.
4. Mengkoordinasikan penelitian dan pengkajian antar lembaga maupun adat. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kerinci untuk mempromosikan pariwisatanya yang dimiliki oleh kabupaten kerinci adalah dengan diadakannya Festifal Masyarakat Peduli Danau Kerinci yang diadakan setiap setahun satu kali dan telah terlaksana selama 15 tahun, Dalam pelaksanaan Festifal Masyarakat Peduli Danau Kerinci selama ini belum menunjukan hasil yang optimal atau belum berhasil, terbukti masih kurangnya wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang datang berkunjung ke kabupaten kerinci, di karenakan masih kurang keseriusan pemerintah kabupaten kerinci dalam melaksanakan program dan kebijakan yang telah di rencanakan.
Berdasarkan pengamatan awal diindikasikan bahwa fenomena yang penulis temukan yaitu:
1. Kondisi lingkungan dan penataan kawasan wisata masih sering terlihat kurang mengikuti kaedah teknis penataan ruang, misalnya memanfaatkan kawasan yang mempunyai kemiringan lereng tidak layak untuk dikembangkan namun tetap dibangun menjadi obyek pariwisata, seperti pembangunan sarana akomodasi, yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap upaya pariwisata itu sendiri
2. Hubungan antar organsasi dalam pengembangan kegiatan pariwisata kurang terjalin dengan baik yaitu antara pemuda, masyarakat dan pihak instansi pemerintah belum komitmen dengan tujuan pengembangan pariwisata itu sendiri.
3. Permasalahan-permasalahan dalam sumberdaya organisasi yang sering ditemui antara lain dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata, masih banyak terjadi masyarakat yang berada di dalam kawasan wisata tersebut masih belum ikut “memiliki”, manfaat yang dihasilkan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya
4. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana penunjang merupakan juga salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Dimana dukungan agen plaksanan
103 merupakan faktor penting untuk keberlanjutan penyelenggaraan kegiatan pariwisata, seperti penyediaan akses, akomodasi, angkutan wisata, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Masih banyak kawasan wisata yang sangat berpotensi tetapi masih belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
II. METODE PENELITIAN
Pada dasarnya metode penelitian ini di pakai agar tercapai hasil penelitian yang dapat dipertanggung jawab oleh peneliti secara ilmiah. Sehingga metode ini sangat memiliki arti penting dalam penentuan kegiatan dalam penelitian. Sehingga tercapai hasil penelitian yang memaparkan fakta yang sebenarnya menganai objek penlitian.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung ke lapangan atau ke tempat penelitian melalaui wawancara agar data yang didapatkan tepat dan
benar melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen, arsip-arsip dan sumber
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yang dapat menunjang penelitian dengan melihat relefansinya dengan permasalahan pelitian
Untuk memilih informan dalam penelitianini dilakukan secara sengaja yaitu meilih orang-orang yang dianggap mengatahi dan mampu menjelaskan gejala sosial yang berkaitan dengan penelitian ini. Prisip pengambilan informan pada penelitian kualitatif yaitu :
Informan penelitian
adapun yang menjadi informan dalam hal ini adalah masyarakat dan pegawai yang berjumlah 7 ornag.
Teknik Penugmpulan Data
Dalam melakukan penelitian, data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga data-data tersebut harus benar-benar dapat dipercaya dan akurat.
1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi 4. Triangulasi Alat pengumpulan data
Adapun alat yang di gunakan dalam peenelitian ini : 1. Daftar pertayaan / daftar wawancara
2. Laptop
3. Pena,buku tulis,kertas 4. Alat perkam
Unit analisis
Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah kepala dinas dan pegawai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci serta masyasrakat Kabupaten Kerinci
104 Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dilapangan dan diolah dengan menggunakan ndicator ive peneliti untuk mengolah data mentah yang relevan yang diperoleh dilapangan kemudian hasil penelitian diuraikan dalam bentuk kalimat bukan angka-angka atau data ndicator.
Menurut Miles dalam Emzir (2010 : 129) Analisa data ada tiga cara yaitu :
c. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih ,memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat diverifikasi. Data kualitatif dapat direduksi dan ditransformasikan dalam banyak cara yaitu melalui seleksi halus, melalui rangkuman atau ndicator .
b. Model data (data display)
Langkah kedua dari kegiatan analisis data merupakan model data. Model (display) dalam kehidupan sehari-hari berbeda-beda dari pengukuran bensin, surat kabar , sampai layar computer. Melihat sebuah tanyangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatau-analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman tersebut.
Bentuk yang paling sering dimodel data kualitatif selama ini adalah teks naratif. Manusia tidak terlalu kuat sebagai pemproses dari sejumlah besar informasi ; tendensi kognitif merupakan mereduksi inforrmasi yang komplek kedalam berbagai gestalt yang dipilih atau konfigurasi-konfigurasi yang mudah dipahami. Model tersebut mencangkup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan.
Merancang kolom dan baris dari suatu matrik untuk data kualitatif dan menentukan data yang mana, dalam bentuk yang mana, harus dimasukan kedalam sel yang mana merupakan aktivitas analisis.
c. Penarikan/Verifikasi kesimpulan
Langkah ketiga dari aktivitas analisis merupakan penarikan dn berifikasi kesimpulan. Kesimpulan akhir tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan , penyimpangan, dan metode-metode perbaikan yang digunakan tuntutan dari penyandang dan tetapi kesimpulan bahkan ketika seorang menyatakan telah memproses secara induktif.
Kondisi Lingkungan
Ketika wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah implementasi kebijakan pengembangan pariwisata terhadap kondisi lingkungan di Objek wisata Danau Kerinci? Jawaban dari informan yaitu:
“Pada saat ini kebijakan pemerintah pada kondisi lingkungan objek wisata cukup mengalami perubahan, hanya saja tidak ndicato dengan baik. Fasilitas yang tidak terurus dan tidak dirawat sehingga sudah banyak yang rusak dan tercemar oleh tangan-tangan jahil para pengunjung seperti masih banyak sampah baik sampah dari pengunjung ataupun sampah dari pepohonan yang ada disekitar lokasi wisata Danau Kerinci”
(Hasil wawancara dengan Ibu Denok Wulandari pukul 10.20 Wib hari Selasa tanggal 14 Juli 2020)
“sepertinya kebijakan ndica dalam menjaga kondisi lingkungan objek wisata Danau Kerinci belum maksimal seperti kondisi lingkungan seperti WC umum sebagai pendukung daya tarik wisata dan sarana prasarana tempat duduk dan pasangrahan tidak ndicato dengan baik.” (Hasil wawancara dengan Bapak Leo Candra pukul 11.10 Wib hari Rabu tanggal 15 Juli 2020)
105 “kondisi lingkungan Objek wisata nya cukup menarik dengan pemandangan alam Danau Kerinci yang alami dan hembusan ndica, tetapi kebijakan pemerintah dibidang pariwisata tidak didukung oleh fasilitas yang menarik yang membuat wisata bertahan lama, yang sebaiknya semakin lama sehingga semakin banyak uang yang mereka keluarkan untuk membeli snack atau cemilan yang dijual oleh pedagang yang menjadi masukan tambahan bagi masyarakat sekitar, kebanyakan wisatawan ndica, makan selfi-selfi setelah itu wisatawan pulang. Tidak ada penjual cendramata yang membuat wisatawan tertarik dan kurangnya fasilitas pendukung bagi anak-anak untuk tempat bermain.”
(Hasil wawancara dengan Ibuk Risanti pukul 10.15 Wib hari Kamis tanggal 16 Juli 2020) “implementasi kebijakan ndica dalam dalam meningkatkan kondisi lingkungan objek wisata danau Kerinci dalam menarik pengunjung belum ada perubahan yang signifikan, memang ada beberapa perubahan yang dilakukan seperti pembuatan papan nama objek wisata yang besar yang menimbulkan daya tarik pengunjung untuk berswafoto dan beberapa lokasi tempat duduk untuk pengunjung keluarga bersantai, tetapi kondisi lingkungan seperti itu tidak membuat pengunjung betah untuk berlama-lama. Tidak ada daya tarik lain yang membuat pengunjung mengeluarkan uang mereka untuk menambah pendapatan masyarakat, dalam hal ini pemerintah berwenang seharusnya berupaya agar kondisi lingkungan wisata nyaman dilengkapi fasilitas bermain anak-anak sehingga pengunjung yang ndica tidak hanya untuk berfoto-foto saja.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi pukul 9.00 Wib hari Jumat tanggal 17 Juli 2020) “implementasi kebijakan ndica oleh pemerintah tentang kondisi lingkungan objek wisata Danau Kerinci belum ada perubahan yang sangat besar untuk menarik wisatawan baik ndic ataupun nusantara, belum ada terobosan yang membuat wisatawan untuk bertahan lama seperti sebelum-sebelumnya wisatawan ndica, duduk, makan dan berswafoto setelah itu pergi pulang.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Eni Marwati pukul 14.00 Wib hari Senin tanggal 25 Juli 2020) ”dilihat dari kondisi lingkungan Objek wisata Danau Kerinci ada perubahan tetapi tidak banyak mengangkat pendapatan masyarakat disekitarnya dan tidak banyak menaikkan jumlah pengunjung yang ndica, karena perubahan pada kondisi lingkungan objek wisata hanya menambahkan nama objek wisata yang besar yang menambah daya tarik untuk berfoto sebagai bukti kalau mereka telah mendatangi Danau Kerinci hanya sekedar itu saja.“
(Hasil wawancara dengan Bapak Muzawir pukul 12.45 Wib hari Selasa tanggal 26 Juli 2020)
Hasil wawancara tentang kondisi lingkungan dengan informan Ibu Denok Wulandari, Bapak Leo Candra, Ibu Risanti, Bapak Junaidi, Ibu Eni Marwati dan Bapak Muzawir diperkuat lagi oleh Bapak Usman Arifin yaitu,
“Implementasi kebijakan ndica dalam meningkatakn kondisi lingkungan objek wisata danau Kerinci ada, setahap demi setahap ada dilakukan perubahan untuk meningkatkan miat pengunjung untuk ndica, sayangnya fasilitas yang ada tidak dirawat dan diurus dengan baik, seperti tempat duduk untuk bersantai pengunjung dan tempat WC yang kurang bersih sehingga pengunjung kurang nyaman untuk berlama-lama.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Usman Arifin pukul 11.20 Wib hari Rabu tanggal 27 Juli 2020)
106 Dari jawaban informan tentang implementasi kebijakan pariwisata untuk ndicator kondisi lingkungan secara keamanan cukup aman dari situasi yang tidak diinginkan. Tetapi untuk sarana pendukung di lokasi objek wisata Danau Kerinci masih kurang ndicato dengan baik seperti kurang terjaganya kebersihan lingkungan dari dedauaan yang berjatuhan dari pohon disekitar objek wisata dan WC yang kurang bersih dan tidak ndicato banyak yang rusak sehingga membuat pengunjung kurang nyaman dan tidak betah berlama-lama
Hubungan Antar Organisasi
Ketika wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah implementasi kebijakan pengembangan pariwisata terhadap hubungan antar organisasi di objek wisata Danau Kerinci? Jawaban dari informan yaitu:
“dalam objek wisata danau Kerinci perkembangan wisata pendukungnya belum ada perkembangan yang membuat pengunjung tertarik khususnya wisatawan nusantara karena kebijakan pemerintah dalam pengelolaan objek wisata tidak memiliki hubungan dengan organisasi lain yang ndi menambah ragam penawaran wisata pendukung lainnya. Objek wisata Danau Kerinci dikelola sepenuhnya oleh pemerintah sehingga dapat dikatakan objek wisata Danau Kerinci ini tidak banyak mengalami perkembangan.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Denok Wulandari pukul 10.20 Wib hari Selasa tanggal 14 Juli 2020)
“implementasi kebijakan pengembangan pariwisata dalam hubungan dengan organisasi lain tidak ada. Objek wisata Danau Kerinci sepenuhnya dikelola oleh pemerintah. Sehingga tidak banyak wisata pendukung yang dikelola oleh organisasi lain yang menawarkan bermacam wisata kepada masyarakat.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Leo Candra pukul 11.10 Wib hari Rabu tanggal 15 Juli 2020)
“Pada Objek wisata Danau Kerinci tidak ada memiliki kerjasama ataupun hubungan dengan organisasi lain kecuali pada FMPDK (festival masyarakat peduli danau Kerinci) yang sudah menjadi agenda wisata nasional. Itupun hanya beberapa hari, memang ada kebijakan pemerintah dalam hubungan dengan organisasi lain dalam bentuk kerjasama dimana pihak luar dapat mengadakan bazar pakaian, lapak mainan atau makanan. Setelah itu hubugan dengan organisasi tersebut berakhir.”
(Hasil wawancara dengan Ibuk Risanti pukul 10.15 Wib hari Kamis tanggal 16 Juli 2020) “kebijakan pemerintah dalam objek wisata Danau Kerinci ini pada hari-hari biasa tidak memiliki hubungan dalam kerja sama dengan organisasi lain, karena objek wisata Danau Kerinci ini adalah milik pemerintah daerah sehingga dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi pukul 9.00 Wib hari Jumat tanggal 17 Juli 2020) “implementasi kebijakan pengembangan pariwisita Objek wisata Danau Kerinci tidak memiliki hubunbgan dengan organisasi lain dalam mendukung poerkembangan objek wisata ini, kalaupun ada hanya terdapat pada hari-hari tertetu seperti pada acara festifal danau kerinci.”
107 “objek wisata Danau Kerinci ini memang hanya memiliki wisata alam yang menyediakan pemandangan danau, dan belum adanya wisata pendukung yang berhubungan dengan organisasi lain sehingga terkesan menyediakan wisata yang itu-itu saja.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Muzawir pukul 12.45 Wib hari Selasa tanggal 26 Juli 2020) Hasil wawancara tentang hubungan antar organisasi dengan informan Ibu Denok Wulandari, Bapak Leo Candra, Ibu Risanti, Bapak Junaidi, Ibu Eni Marwati dan Bapak Muzawir diperkuat lagi oleh Bapak Usman Arifin yaitu,
“pada prinsipnya objek wisata Danau Kerinci ini adalah milik pemerintah daerah Kerinci, sehingga dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Sedangkan wisata pendukung lainnya yang berhubungan dengan organisasi lain memang belum ada, kecualinya pada waktu-waktu khusus atau ada acara2 keramaian festival Danau Kerinci .”
(Hasil wawancara dengan Bapak Usman Arifin pukul 11.20 Wib hari Rabu tanggal 27 Juli 2020)
Dari jawaban informan tentang implementasi kebijakan pariwisata untuk ndicator hubungan antar organisasi dapat diinterpretasikan belum terlaksana dengan maksimal. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah untuk objek wisata Danau Kerinci memang tidak banyak menjalin hubungan dengan organisasi lain untuk mendukung objek wisata Danau Kerinci, sehingga wisata yang ditawarkan tidak bervariasi, tidak ada wisata pendukung yang membuat pengunjung betah untuk berlama-lama. Hanya untuk sekedar berswafoto, makan dan pulang.
Sumber Daya Organisasi Untuk Implmentasi Program
Ketika wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah implementasi kebijakan pengembangan pariwisata terhadap sumber daya organisasi dalam implementasi program di objek wisata Danau Kerinci? Jawaban dari informan yaitu:
“implementasi kebijakan pengembangan pariwisata terhadap sumber daya organisasi belum begitu berkembang, dengan adanya objek wisata danau kerinci ini tidak banyak mengangkat sumber daya organisasi, karena wisatawan yang ndica hanya sekedar untuk bersantai berswafoto dan pulang tidak memberikan keuntungan bagi sumber daya organisasi, dan tidak adanya kerjasama dengan organisasi lain seperti pengusaha restoran ataupun penginapan dan transportasi wisata air, dan hiburan seperti organ tunggal sehingga wisata yang ditawarkan terkesan monoton tidak didukung oleh fasilitas lainnya yang menambah daya tarik pengunjung.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Denok Wulandari pukul 10.20 Wib hari Selasa tanggal 14 Juli 2020)
“di objek wisata Danau Kerinci ini tidak banyak menawarkan pilihan-pilihan lain bagi pengunjung selain hanya menikmati pemandangan, udara yang sejuk berhembus dan tempat santai. Belum adanya kerjasama dengan sumber daya organisasi lain yang menjadi pendukung objek wisata yang menarik sehingga dapat menambah nilai lebih dan menimbulkan rasa ingin berkunjung kembali seperti tidak adanya wisata kuliner yang dikarena belum adanya implemetasi kerjasama dengan sumber daya organisasi.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Leo Candra pukul 11.10 Wib hari Rabu tanggal 15 Juli 2020)
“pada kenyataannya dari dulu sampai sekarang belum begitu banyak perubahan yang ditawarkan oleh objek wisata Danau Kerinci, sehingga wisatawan nusantara tidak ada
108 keinginan untuk berkunjung kembali karena tidak adanya sesuatu yang dirindukan yang membuat pengunjung berkesan,rata-rata pengunjung ndica hanya untu berfoto dan bersantai sejenak setelah itu pulang. Barangkali disini perlu adanya kerjasama dengan sumber daya organisasi untuk membuat objek wisata Danau Kerinci ini menjadi objek wisata yang difavoritkan oleh masyarakat.”
(Hasil wawancara dengan Ibuk Risanti pukul 10.15 Wib hari Kamis tanggal 16 Juli 2020) “Objek wisata danau Kerinci belakangan ini tidak mengalami perkembangan yang signifikan karena pilihan untuk mengujungi objek wisata ndic bagi masyarakat sudah banyak. Banyak tempat wisata pribadi yang bermunculan yang tidak kalah menariknya, baik wisata agrobisnis maupun wisata alam lainnya yang seharusnya hal ini menjadi pemicu untuk objek wisata Danau Kerinci meningkatkan penawaran wisata yang menarik dan bekerja sama dengan sumber daya organisasi lainnya.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi pukul 9.00 Wib hari Jumat tanggal 17 Juli 2020) “pemerintah belum mengimplementasikan banyak program penawaran wisata yang menarik di objek wisata Danau Kerinci tidak hanya sekedar wisata alam saja. Sejauh ini belum banyak perkembangan daya wisata untuk ndica karena tidak ada program pendukung selain wisata alam.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Eni Marwati pukul 14.00 Wib hari Senin tanggal 25 Juli 2020) “objek wisata Danau Kerinci belum didukung oleh oleh sumber daya manusia ataupun sumber lainnya seperti wisata hewan, seperti sumber daya manusia menyediakan foto dengan badut, pemakaian baju adat atau foto dengan penari juga belum adanya wisata pendukung seperti wisata hewan,atau wisata menggunkan bendi disekitaran objek wisata danau Kerinci.” (Hasil wawancara dengan Bapak Muzawir pukul 12.45 Wib hari Selasa tanggal 26 Juli 2020) Hasil wawancara tentang sumber daya organisasi untuk implmentasi program dengan informan Ibu Denok Wulandari, Bapak Leo Candra, Ibu Risanti, Bapak Junaidi, Ibu Eni Marwati dan Bapak Muzawir diperkuat lagi oleh Bapak Usman Arifin yaitu,
“objek wisata Danau Kerinci monoton dari tahun-ketahun tidak mengalami perkembangan yang signifikan yang dapat menarik wisata nusantara lebih banyak untuk menjadikan objek wisata Danau Kerinci ini sebagai destinasi wisata unggulan karena tidak didukung oleh sumber daya lainnya.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Usman Arifin pukul 11.20 Wib hari Rabu tanggal 27 Juli 2020)
Dari jawaban informan tentang implementasi kebijakan pengembangan pariwisata untuk ndicator sumber daya organisasi untuk implmentasi program belum terlaksana secara maksimal karena dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa belum adanya kerjasama dengan sumber daya organisasi lain yang menjadi pendukung objek wisata yang menarik sehingga dapat menambah nilai lebih karena objek wisata Danau Kerinci ini dikelola oleh pemerintah daerah. Hanya pada acara tertentu saja terdapat kerjasama dengan sumber daya seperti organisasi lain dari luar seperti acara festival masyarakat peduli Danau Kerinci seperti adanya “bazzar” dengan bermacam penawaran. Setelah itu situasi kembali seperti semula dimana objek Wisata danau Kerinci ini hanya menawarkan wisata alam yang alami. Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana
109 Ketika wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah implementasi kebijakan pengembangan pariwisata terhadap karakteristik dan kemampuan agen pelaksana di objek wisata Danau Kerinci? Jawaban dari informan yaitu:
“Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata dalam hal menjaga karakteristik seperti norma-norma masyarakat ditempat objek wisata Danau Kerinci cukup terjaga, tidak ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena masyarakat ikut menjaga keamanan di lokasi objek wisata.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Denok Wulandari pukul 10.20 Wib hari Selasa tanggal 14 Juli 2020)
“dalam hal karakteristik dan agen pelaksana yaitu dinas pariwisata memiliki hubungan baik dengan masyarakat. Disini ada kerjasama antara birokrasi pemerintah dengan masyarakat sekitar objek wisata Danau Kerinci dengan sama-sama menjaga keamanan lingkungan objek agar tetap aman dan bersih dari tindakan yang tidak bertanggungjawab.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Leo Candra pukul 11.10 Wib hari Rabu tanggal 15 Juli 2020)
“hubungan antara petugas wisata dengan masyarakat cukup baik dimana masyarakat dibolehkan untuk ikut merasakan keuntungan objek wisata dengan dizinkan untuk berdagang atau berjualan makanan di dalam lokasi objek wisata dengan tetap menjaga kebersihan lokasi wisata.”
(Hasil wawancara dengan Ibuk Risanti pukul 10.15 Wib hari Kamis tanggal 16 Juli 2020) “dalam pengembangan pariwisata di objek wisata Danau Kerinci hubungan antara birokrasi pariwisata dengan masyarakat seperti pemuda ataupun pedagang yang berada diluar ataupu dilokasi objek wisata sudah terjalin hubungan yang baik dimana pemerintah dan masyarakat saling menjaga norma-norma baik dari pengunjung agar tetap terpelihara tidak tercemar dengan situasi yang tidak diinginkan, seperti adanya pemalakan, merampas atau melakukan tindakan yang merugikan pengunjung, dalam hal ini masyarakat ikut menjaga agar lokasi objek wisata ini tetap aman dan pengujung nyaman untuk berwisata.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi pukul 9.00 Wib hari Jumat tanggal 17 Juli 2020) “untuk situasi dan kondisi objek wisata Danau Kerinci cukup terjaga dan selama ini masyarakat dan pemerintah bekerjasama menjaga ketertiban agar para wisatawan merasa aman dan nyaman berada disekitaran objek wisata.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Eni Marwati pukul 14.00 Wib hari Senin tanggal 25 Juli 2020) “secara umum situasi dan kondisi di objek wisata Danau Kerinci cukup kondusif, masyarakat yang ramah dalam menerima wisatawan dan situasi yang aman selalu dijaga agar wisatawan betah dan ingin kembali ndica kelokasi objek wisata Danau Kerinci.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Muzawir pukul 12.45 Wib hari Selasa tanggal 26 Juli 2020)
Hasil wawancara tentang karakteristik dan kemampuan agen pelaksana dengan informan Ibu Denok Wulandari, Bapak Leo Candra, Ibu Risanti, Bapak Junaidi, Ibu Eni Marwati dan Bapak Muzawir diperkuat lagi oleh Bapak Usman Arifin yaitu,
“struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi pemerintahan dan masyarakat terjalin cukup baik, hal ini dapat dilihat lokasi obek wisata Danau Kerinci aman dari perbuatan-perbuatan yang tidak bertanggungjawab, masyarakat ikut
110 andil menjaga agar kawasan objek wisata Danau Kerinci ini bebas dari pemalakan dan gangguan orang-orang nakal agar objek wisata ini dapat memeberikan kenyamanan bagi pengunjug dengan demikian pengunjung akan terus berdatang dan tidak khawatir dengan keamanan dan keselamaatan selama berada dikawasan objek wisata Danau Kerinci.”
(Hasil wawancara dengan Bapak Usman Arifin pukul 11.20 Wib hari Rabu tanggal 27 Juli 2020)
Dari jawaban informan tentang implememntasi kebijakan pengembangan pariwisata untuk ndicator Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana pada objek wisata Danau Kerinci dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara birokrasi pemerintah dan masyarakat telah terjalin hubungan yang baik dimana masyarakat ikut menjaga kawasan objek wisata Danau Kerinci agar norma-norma ataupun aturan yang ada dalam masyarakat tetap terjaga sehingga kawasan objek wisata menjadikan destinasi wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan dan memberikan kesan yang baik kepada pengunjung.
III. HASIL PENELITIAN Dari pembahasan diatas dapat diuraikan hasil penelitian yaitu :
1. Implementasi kebiajakan pariwisata untuk indikator kondisi lingkungan secara keamanan cukup aman dari situasi yang tidak diinginkan. Tetapi untuk sarana pendukung di lokasi objek wisata Danau Kerinci masih kurang terawat dengan baik seperti kurang terjaganya kebersihan lingkungan dari dedauaan yang berjatuhan dari pohon disekitar objek wisata dan WC yang kurang bersih dan tidak terawat banyak yang rusak sehingga membuat pengunjung kurang nyaman dan tidak betah berlama-lama
2. Implementasi kebijkan pariwisata untuk indikator hubungan antar organisasi dapat diinterpretasikan belum terlaksana dengan maksimal. Hal ini dikarenakan objek wisata Danau Kerinci memang tidak banyak menjalin hubungan dengan organisasi lain untuk mendukung objek wisata Danau Kerinci, sehingga wisata yang ditawarkan tidak bervariasi, tidak ada wisata pendukung yang membuat pengunjung betah untuk berlama-lama. Hanya untuk sekedar berswafoto, makan dan pulang.
3. Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata untuk indikator sumber daya organisasi untuk implmentasi program belum terlaksana secara maksimal karena adanya kerjasama dengan sumber daya organisasi lain yang menjadi pendukung objek wisata yang menarik sehingga dapat menambah nilai lebih karena objek wisata Danau Kerinci ini dikelola oleh pemerintah daerah. Hanya pada acara tertentu saja terdapat kerjasama dengan sumber daya seperti organisasi lain dari luar seperti acara festival masyarakat peduli Danau Kerinci seperti adanya “bazzar” dengan bermacam penawaran. Setelah itu situasi kembali seperti semula dimana objek Wisata danau Kerinci ini hanya menawarkan wisata alam yang alami.
4. Implememntasi kebijakan pengembangan pariwisata untuk indikator Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana pada objek wisata Danau Kerinci. Hubungan antara birokrasi pemerintah dan masyarakat telah terjalin hubungan yang baik dimana masyarakat ikut menjaga kawasan objek wisata Danau Kerinci agar norma-norma ataupun aturan yang ada dalam masyarakat tetap terjaga sehingga kawasan objek wisata menjadikan destinasi wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan dan memberikan kesan yang baik kepada pengunjung.
111 IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraia hasil penelitian diatas tentang Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Kerinci Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci. (Studi Kasus Objek Wisata Danau Kerinci) yang berdasarkan pada 4 (emnpat) indikator penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebijakan pengembangan pariwisata di objek wisata Danau Kerinci untuk lokasi lingkungan belum terjaga dengan baik dan kurang terpeliharanya sarana dan prasarana pendukung seperti sampah yang kurang dibersihkan baik sampah yang dibawa oleh pengunjung maupu sampah dari pepohonan di sekitar lokasi objhek wisata dan tempat-tempat duduk seperti pasangrahan dan WC yang kurang bersih dan kurang terawat.
2. Hubungan antar organisasi masih kurang, belum terjalinnya kerjasama dengan organisasi lain yang dapat berperan dalam mendukung objek wisata Danau Kerinci. Dimanas objek wisata Danau Kerinci ini tidak saja bisa menawarkan pemandangan alam yang indah tetapi juga bisa bekerja sama dengan organisasi lain yang menawarkan souvenir dan kuliner khas Kerinci maupun wisata transportasi di danau, sehingga wisatawan yang berbelanja dapat menambah pemasukan dan pendapatan masyarakat.
3. Sumber daya organisasi untuk implmentasi program belum terlaksana secara maksimal karena dari jawaban karena belum adanya kerjasama dengan sumber daya organisasi lain yang menjadi pendukung objek wisata yang menarik sehingga dapat menambah nilai lebih karena objek wisata Danau Kerinci ini dikelola oleh pemerintah daerah. Hanya pada acara tertentu saja terdapat kerjasama dengan sumber daya seperti organisasi lain dari luar seperti pada acara festival masyarakat peduli Danau Kerinci (FMPDK).
4. Hubungan antara birokrasi pemerintah dan masyarakat telah terjalin hubungan yang baik dimana masyarakat ikut menjaga kawasan objek wisata Danau Kerinci agar norma-norma ataupun aturan yang ada dalam masyarakat tetap terjaga sehingga kawasan objek wisata menjadikan destinasi wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan dan memberikan kesan yang baik kepada pengunjung.
V. UCAPAN TERIMAKSIH
Diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini, sehingga dapat terlaksanakan dengan baik.
VI. DAFTAR PUSTAKA Aguatino. 2006. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta : Bumi Aksara.
Bugin, B 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers : Jakarta. Burch. 1992. System Implementation. Bandung : Andi Ofset
C. Shabbir Chama dan Dennis AmRondinelli. 2006. Pembangunan Masyarakatt. Jakarta: CV. Karyako.
Danim, Sudarwan. 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia. Bandung Dunn,William N. 2003. Analisa kebijaksanaan Publik. Yogyakarta: Hanindita. Friedrick, Clayton. 2000, Policy Implementation. Jakarta : Erlangga.
112 Fandelli. 2000. Pengusahaan Ekowisata. UGM Press. jogjakarta
G. Sabbir, Dennis A. Rondineli (Ed.) 1983. Decentralization and Development : Polity Implementation in Developing Countries, London: Sage Publication, Inc
Januar Dwi Baskoro. 2018. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata mengangkat permasalahan tentang bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Ilmiah. Tidak Di Publikasikan.
Joni Indarto. 2011. Pengelolaan Objek Wisata Danau Kerinci. Jurnal Ilmiah. Tidak di Publikasikan
Kamus besar bahasa Indonesia 2006. Edisi kedua. Jakarta. Balai pustaka Lexy J. Moleong. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Erlangga. Jakarta
Miles dan Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers.
Moh Nazir.2005.Metode Penelitian.Jakarta : Ghalia Indonesia
Richad Rose. 2015. Pembangunan Masyarakat. Jakarta: CV. Karyako. Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka
Suetomo. 2004. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
V,Meter,Horn. 2008. The policy Implementation Process. New York : Mc Ghill
Wahab, Solichin, A. 1990, Analisa Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke implementasi Kebijaksanaan Negara, Malang: Bumi Aksara.
Yoeti, Oka, 2008, Perencanaan dan pengembangan pariwisata. Penerbit Pradnya Paramita Jakarta.
Wahab, Solichin, A. 2005, Analisa Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke implementasi Kebijaksanaan Negara, Malang: Bumi Aksara.
Winarno.2005, Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta. Buku Kita
Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Kepariwisataan
Peraturan Bupati nomor 14 Tahun 2018. Tentang pembentukan kedudukan, susunan organisasi, tugasd dan fungsi serta tata kerja unit pelaksana teknis daerah pengelolaan objek wisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.