BAB II
GAMBARAN UMUM KEBUN TANJUNG KASAU
Sebagai pengantar bab, di dalam Bab II ini akan menceritakan secara umum Kebun Tanjung Kasau seperti letak geografis Kebun Tanjung Kasau, curah hujan, suhu udara dan menguraikan bagaimana perkembangan Kebun Tanjung Kasau secara umum dalam menghadapi penurunan produksi dan kemudian melakukan kebijakan konversi tanaman dari karet menjadi kelapa sawit. Peralihan komoditi itu juga didukung oleh kondisi lingkungan yang tidak cocok untuk ditanami karet sehingga banyak hama yang berkembang biak serta memerlukan banyak tenaga kerja.
2.1 Letak Geografis
Kebun Tanjung Kasau berada di Desa Tanjung Kasau Kec. Sei Suka Kab. Batu Bara dan berada diluar kota Tebing Tinggi yang jaraknya ±17 km dari pusat kota yang mengarah ke kota administrasi Batu Bara dan merupakan daerah yang memiliki daerah terdekat dengan pesisir pantai ±17 km serta tinggi lokasi Kebun Tanjung Kasau ±9 mdpl s/d ±12 mdpl. Kebun Tanjung Kasau terletak di Kabupaten Batu Bara yang berbatasan dengan :
Barat : Berbatasan dengan PT Gotong Royong Timur : Berbatasan dengan PT Moeis
Utara : Berbatasan dengan PTPN III Sei Semujur Selatan : Berbatasan dengan Sungai Merah
Suhu udara yang ada di Kebun Tanjung Kasau berbeda-beda karena wilayah Kebun Tanjung Kasau tidak terletak disatu desa saja tetapi ada beberapa desa yang berada dekat dengan sungai, ada juga yang berada didataran tinggi. Wilayah Kebun Tanjung Kasau yang berada di Desa Tanjung Kasau memiliki suhu udara yang lebih dingin dan sering terkena banjir karena berada dekat dengan aliran sungai besar yaitu sungai seisuka. Sedangkan Kebun Tanjung Kasau yang berada di Desa Laut Tador suhunya netral karena masih berada disekitaran lingkungan rumah penduduk sehingga tidak hanya tanaman perkebunan yang ada melainkan banyak jenis tanaman. Dan Kebun Tanjung Kasau yang berada di jalan lintas memiliki suhu cukup panas karena tidak ada aliran air dan juga jauh dari pemukiman. Curah hujan yang berada disekitar Kebun Tanjung Kasau tidak stabil dan mengakibatkan penurunan produksi.
2.2 Kebun Tanjung Kasau Tahun 1970-2005
Perkebunan memang menjadi salah satu penyokong perekonomian Indonesia. Namun, untuk tetap menstabilkan ekonomi dari perkebunan tidak semudah yang dibayangkan. Ada kalanya hasil produksi perkebunan terus meningkat sehingga muncul sikap percaya diri akan hasil beberapa tahun kedepan. Hal itu hanya sebuah khayalan semata karena tidak selamanya terus terjadi peningkatan produksi. Ketika
apa yang dikhayalkan berbanding terbalik dengan kenyataan, muncullah suatu kecemasan dan mulai melakukan proses dari nol lagi.
Perkebunan yang pernah juga mengalami masa kejayaan dengan peningkatan produksi dan kemudian juga mengalami masa krisis dengan menurunnya produksi komoditi adalah Kebun Tanjung Kasau. Kebun Tanjung Kasau merupakan salah satu anak cabang dari Perusahaan Perkebunan Daerah Sumatera Utara yang menghasilkan komoditi andalan karet pada tahun 1967 s/d tahun 1992. Setelah Tembakau Deli yang pernah menjadi primadona di pasaran dunia, karet juga pernah menjadi primadona bagi pengusaha perkebunan baik pemerintah maupun swasta. Terlihat bahwa penyebaran karet tidak hanya berada di Jawa tetapi di luar Pulau Jawa seperti Aceh, Sumatera Utara, Tapanuli, Kalimantan dan daerah lainnya. Karet menjadi primadona dipasaran dunia ketika diciptakannya ban pompa yang kemudian berkembang menjadi ban mobil.
Pada tahun 1970 Kebun Tanjung Kasau mulai melakukan perekrutan buruh secara besar-besaran karena pada tahun ini pihak perkebunan akan mulai mengembangkan kembali kebun karet yang telah rusak akibat ulah penduduk. Mulailah direkrut buruh dari Jawa khususnya dan juga buruh dari Sumatera. Pada tahun ini areal kebun karet masih berada di Desa Tanjung Kasau belum meluas hingga ke desa lain.
Tanaman karet lebih banyak ditanam di luar Desa Tanjung Kasau karena sebagian besar tekstur tanah yang ada di desa itu basah atau rawa-rawa sehingga
tidak cocok untuk ditanami karet.14 Apabila musim hujan terjadi maka mudah untuk
tergenang air bahkan bisa mengakibatkan banjir. Padahal peninggalan bangunan yang sudah dibangun ketika masa penjajahan masih ada namun tidak semuanya difungsikan.
Perkembangan produksi karet dari tahun ketahun mengalami kestabilan dan juga peningkatan sebelum tahun 1990. Namun, pada tahun 1990 terjadi penurunan produksi akibat curah hujan yang cukup tinggi dan karet terserang banyak hama sehingga pihak perkebunan mengalami kerugian. Untuk mengatasi hal tersebut tidak secepat membalikkan telapak tangan, membutuhkan waktu yang cukup lama dengan perencanaan yang matang.
Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan antara lain untuk meningkatkan produksi komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas, kulalitas, maupun kontinuitas penyediaannya dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja, dan modal, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan buruh, karyawan dan pengusaha perkebunan, meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, ikut membantu program transmigrasi, membantu pengembangan wilayah dan
14 Wawancara, Paidjin, ( Kantor Kebun Tanjung Kasau, Senin, 27 Februari 2017)
memperkecil ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah, meningkatkan
pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber daya manusia.15
Untuk mencapai tujuan pembangunan perkebunan tersebut perlu dilakukan beberapa hal seperti pengembangan budidaya dengan memperhatikan potensi wilayah dan keadaan pertanaman yang ada dalam upaya meningkatkan produktivitas perkebunan, perbaikan sistem pengolahan dengan memperkecil kerusakan hasil akibat sistem yang kurang memadai, pengembangan pemasaran yang berorientasi
pada ekspor dan pasar dalam negeri, serta perbaikan manajemen usaha.16
Hal itu ternyata yang akan dilakukan oleh Kebun Tanjung Kasau dalam mengembangkan perkebunannya kembali. Mulai sering diadakannya rapat umum bersama dewan direksi untuk mencari solusi dan tetap mempertahankan eksistensi
dari perkebunan itu sendiri.17 Pendanaan merupakan salah satu hal yang penting
dalam pembenahan situaasi tersebut.
Pada akhir tahun 1990 perencanaan demi perencanaan mulai dicanangkan. Seharusnya, pengalihan tanaman karet ke tanaman baru mesti keseluruhan areal.
15 Pembangunan perkebunan pada hakekatnya merupakan upaya pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang diperlukan guna mendukung kehidupan mansusia. Sumber daya alam berfungdi sebagai faktor produksi dan sumber kessejahteraan bagi masyarakat. Konservasi sumber daya alam dan memeprtahankan kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu strategi pembangunan perkebunan. Syamsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman
Perkebunan Tahunan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996. hlm. 11
16Ibid., hlm. 12.
Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena mengingat butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali masa kejayaan dan bahkan memulai dari nol. Maka, kebijakan yang diambil melakukan pengalihan tanaman sedikit demi sedikit terlebih dahulu karena masih bisa karet mengeluarkan hasil produksinya (lump) meskipun kualitasnya menurun. Hal itu lebih baik dipertahankan selagi menunggu hasil produksi tanaman lain agar tidak adanya kebangkrutan. Seiring menunggunya perencanaan yang matang, pihak perkebunan masih tetap mempekerjakan mereka dengan mengurangi dana pembelanjaan perkebunan.
Pada tahun 1991 mulai dilakukan survei lahan dan tanaman karet yang sudah terkena penyakit dan tidak mengeluarkan getah. Penelitian mulai dilakukan dilapangan mengenai karet yang akan ditebang digantikan dengan tanaman lainnya dan tercatat sekitar ±1000 pohon karet yang akan ditebang lalu lahannya dikelola
kembali untuk tanaman lain.18 Setiap tahunnya Kebun Tanjung Kasau mengalami
penurunan pendapatan dari hasil karet (lateks).
Pada pertengahan tahun 1992 perencanaan sudah matang dalam hal konversi maka tanaman yang dipilih untuk menggantikan karet adalah kelapa sawit. Dapat diketahui bahwa kelapa sawit dapat tumbuh didaerah yang lembab (rawa-rawa).
2.2.1 Peralihan Komoditi Perkebunan dari Karet Menjadi Kelapa Sawit Tahun 1992
Pada budidaya perkebunan, sering ditemui beberapa hal dalam proses produksi yang tidak bisa sepenuhnya dapat dikendalikan manusia. Hal itu disebabkan dari sifat tanaman yang tergantung pada faktor alam, yaitu faktor cuaca dan iklim, seperti curah hujan, angin, kelembapan, intensitas, dan lama penyinaran matahari. Musim kering yang berkepanjangan akan menurunnkan produktivitas dan meningkatnya serangan hama. Curah hujan yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan banjir yang mengganggu aktivitas perusahaan. Hal itu akan berakibat fatal untuk perkembangan perkebunan.
Pihak perkebunan pasti tidak ingin mengalami kerugian yang besar karena komoditi andalannya karet telah mengalami penurunan produksi. Berbagai macam penyakit dan hama yang muncul di tanaman karet seperti :
1. Hama yang disebabkan oleh Insekta (Serangga)
Rayap (Coptetotermes curvignatus), hama rayap merusak tanaman karet
terutama bila pada tanaman tersebut terdapat bagian kayu yang terbuka dan kemudian dimakannya serta dapat merusak perakaran, batang dengan cara membuat lubang-lubang diluar atau didalam kulit batang. Selain rayap jenis
insekta lainnya seperti kumbang, belalang, kutu daun, dan lain sebagainya.
Pada tanaman karet hevea penyakit akar putih merupakan penyakit yang paling merugikan diantara penyakit akar lainnya. Didaerah Jawa Timur dan Sumatera Utara, penyakit akar putih merupakan penyakit karet yang dapat merugikan rata-rata 4-7%. Gejala yang muncul mula-mulanya daun terlihat kusam, kurang mengkilat, dan melengkung kebawah (daun yang sehat berbentuk seperti perahu). Setelah daun-daun menguning kemudian rontok serta pada pohon dewasa matinya ranting-ranting yang menyebabkan pohon memiliki mahkota yang jarang.
3. Penyakit Akar Merah (Ganoderma philippi)
Penyakit akar merah timbul pada pohon-pohon dewasa atau tua. Gejala yang terlihat seperti daun-daun menguning, layu, dan gugur sehingga pohon menjadi gundul.
4. Kanker Garis (Phytiophtora palmivora)Kanker garis merupakan salah satu penyakit bidang sadapan. Gejalanya berada pada bidang sadapan dekat diatas irisan sadapan terjadi garis-garis vertikal yang halus, berwarna hitam.
5. Jamur Upas (Upasia salmonicolor) merugikan karet muda sehingga dapat mematikan batang atau cabang dan tanaman lambat untuk disadap hasilnya juga kurang.
Pada masa-masa dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan harga komoditas tidak cukup baik, berikut ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit tidak masuk dalam
pertimbangan yang harus dihemat, manfaatkan tenaga kerja yang ada. Jika tenaga berlebih maka gantikan bahan dengan tenaga ( misalnya penyiangan manual untuk menggantikan penyiangan kimiawi), mensosialisasikan kondisi perusahaan kepada para pekerja untuk meningkatkan efisiensi kerja dan tidak menimbulkan gejolak, tunda pekerjaan yang tak berpengaruh langsung dengan proses produksi, fokuskan aktivitas perusahaan untuk meningkatkan daya tahan terhadap krisis.
Dari berbagai macam penyakit yang ada pada tanaman karet sehingga mengharuskan pihak perkebunan untuk melakukan konversi didukung juga dengan tingkat kesuburan tanahnya yang kebanyakan lahan rawa-rawa. Disamping itu juga faktor iklim dan cuaca yang tidak stabil menjadi pendukung hama untuk berkembangbiak. Oleh karena itu, mulai terjadi penurunan produksi karet yang memburuk pada tahun 1990, dan pihak perkebunan melakukan perencanaan konversi lahan dan pada tahun 1992 dilaksanakanlah konversi lahan dengan menebas tanaman karet yang sudah terlihat terkena hama kemudian pembersihan lahan agar hama-hama tidak dapat berkembangbiak lagi dan mengganti tanaman menjadi kelapa sawit serta lahan kosong yang arealnya rawa-rawa dibuka untuk ditanamai kelapa sawit.
Kelapa sawit atau bahasa globalnya oil palm atau yang disebut dengan elaeis
guinensis19 berasal dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang
19 Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak, guinensis berasal
dari kata Guinea yang berarti Pantai Barat Afrika. Jadi, Elaeis guinensis adalah minyak dari Pantai Barat Afrika.
ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai koleksi. Kelapa sawit telah menjadi komoditi unggulan Indonesia, maka pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan dengan tujuan merangsang investasi di perkebunan kelapa sawit yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan serta tidak merusak lingkungan hidup. Hal itu juga yang menjadi harapan pihak Kebun Tanjung Kasau dalam menangani krisis dan meningkatkan perkembangan perkebunan serta mewujudkan kesejahteraan untuk para buruhnya. Tanaman kelapa sawit memiliki nilai yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, hal ini teurutama terlihat pada kebutuhan kita akan minyak nabati yang sebagian besar diperoleh dari minyak
sawit.20 Kelapa sawit merupakan tipikal tanaman tropik dengan suhu optimal untuk
pertumbuhannya sekitar 20° C, namun juga tumbuh pada kisaran suhu antara 24°-
27° C dengan kelembapan tinggi dan curah hujan tahunan sekitar 2.000 mm.21
Untuk membuka areal lahan baru dan memperbaiki lahan yanng sudah ditanami membutuhkan penambahan tenaga kerja dan juga dana yang cukup. Oleh karena itu, Kebun Tanjung Kasau mendapat dana bantuan dari induk PT.Perkebunan Sumatera Utara berupa alat-alat yang diperlukan ( traktor, cangkul, mesin pemotong
20 Minyak sawit merupakan bahan baku untuk industri kimia, mentega, sabun, lemak-lemak,
dan lain sebagainya yang memiliki keunggulan tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan sebagian bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis tinggi sehingga menjadi pelindung yang kuat, mudah diserap oleh kulit sehingga tidak menyebabkan iritasi. Lihat Syamsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996, hlm. 182.
kayu, semprot, angkong, dan lainnya).22 Berikut ini pembukaan areal yang dilakukan pihak Kebun Tanjung Kasau antara lain:
a. Pembukaan Areal Tanaman Konversi
Pada tanaman konversi, penanaman kelapa sawit dilakukan pada bekas areal tanaman budidaya karet. Pengolahan tanah merupakan suatu usaha memperbaiki struktur tanah, walaupun hanya bersifat sementara agar menjadi lebih gembur sehingga jumlah serta perbandingan udara dan air yang dikandung akan menjadi lebih baik. Alasan pengolahan tanah adalah mempertahankan tanah agar tetap gembur, menekan pertumbuhan gulma, membantu perkembangan akar dan membenamkan pupuk. Ada dua cara pegolahan tanah yang dilakukan Kebun Tanjung Kasau yaitu :
1. Pengolahan tanah secara Khemis23 dilakukan pada areal-areal yang
miring yang tidak dapat dicapai oleh traktor untuk mengolah tanahnya.
2. Pengolahan tanah secara mekanis dilakukan pada daerah yang masih ada sisa tanaman sebelumnya (karet) dengan menggunakan garpu akar, traktor, dan garu.
22 Wawancara, Paidjin, ( Kantor Kebun Tanjung Kasau, Senin, 27 Februari 2017).
23 Khemis diartikan menyemprot lalang dan rumput-rumput atau gulma lainnya sehingga
areal bebas sama sekali sebelum ditanam tanaman kelapa sawit. Terlebih dahulu dibabat, dibakar, kemudian dilakukan penyemprotan.
Kerusakan tanah disebebkan oleh erosi yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar karena berakibat menurunnya produktivitas tanaman. Untuk mencegah hal itu maka dilakukan pengawetan tanah secara mekanis dengan pembuatan teras dengan kemiringan permukaan 10° terhadap dinding teras,
rorak/bentengan , parit dibuat untuk daerah yang selalu tergenang air agar mencegah terjadi air tegenang, menurunkan permukaan air tanah sehingga akar tanaman tidak terganggu dalam penyerapan unsur hara dan pernapasan, dan meningkatkan efisiensi penggunaaan pupuk.
Pengawetan tanah secara biologis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah yang dimulai sebelum penanaman utama dengan tujuan untuk melindungi tanah terhadap erosi, menekan pertumbuhan gulma, memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah, melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, dan menjaga kelembapan tanah. Selain pengolahan dan pengawetan tanah maka ddilakukan pula pembuatan jalan dan jembatan untuk memperlancar pengangkutan terutama bahan-bahan keperluan tanaman,pengumpulan/pengangkutan hasil serta pengontrolan.
b. Pembukaan Areal Tanaman Baru (land clearing)
Sebelum dilakukan pembukaan lahan baru, lahan yang dicadangkan harus dilaksanakan pengukuran secara keliling. Kemudian membuat desain perkebunan seperti tanaman pokok, bibitan, jalan, pabrik, perumahan, bangunan sosial,
puskesmas dan lainnya. Pembukaan areal ini dilakukan pada tanah yang rawa-rawa sehingga memerlukan kewaspadaan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Pada tahun 1992 Kebun Tanjung Kasau mulai sibuk atas tanaman konversinya. Mulai dari penyiapan lahan, pengawetan tanah, penyiapan bibit, pemeliharaan tanaman hingga pemanenan memakai jasa tenaga buruh perkebunan yang cukup banyak. Perekrutan buruh perkebunan khususnya buruh harian biasa dilakukan langsung oleh mandor atau asisten lapangan. Kebanyakan dari buruh yang masih baru merupakan saudara ataupun yang dikenal dari buruh lama yang didatangkan dari Jawa. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pengerjaan tanaman konversi tersebut.
Jarak persiapan lahan ke masa penanaman bibit kelapa sawit sekitar 7 bulan
dengan sistem kerja borongan.24 Disisi lain juga melakukan penyiapan bibit unggul
kelapa sawit yang siap untuk ditanam dan bibit tersebut awalnya didapatkan dari pembudidaya kelapa sawit yang berada di Sei Semujur.
Pada tahun 1999 Kebun Tanjung Kasau menghasilkan komoditi baru yaitu kelapa sawit. Pada tahun 2005 Kebun Tanjung Kasau membangun Pabrik Minyak
Kelapa Sawit (PMKS) di dengan kapasitas 20 ton TBS/Jam.25 Dengan adanya
PMKS tersebut memudahkan Kebun Tanjung Kasau untuk mengolah kelapa sawit menjadi bahan dasar minyak mentah (cpo). Terbukalah peluang kerja kembali untuk
24 Wawancara, Paidjin, (Kantor Kebun Tanjung Kasau, Senin, 27 Februari 2017).
25 Wawancara, Andriza Imra Kacaribu, (Kantor Kebun Tanjung Kasau, Kamis, 9 Maret
buruh baru. Disisi lain apabila terjadi penurunan harga kelapa sawit maka pihak perkebunan tidak merasa dirugikan karena dapat mengolah kelapa sawit sendiri menjadi bahan dasar minyak mentah. Komposisi areal tahun 2005 dapat dilihat Tabel 2.1 dalam lampiran.
Dalam mengelola sebuah perusahaan pasti tersusun orang-orang yang mampu dibidangnya, berikut ini struktur organisasi manajemen Kebun Tanjung Kasau yang dapat dilihat dalam lampiran.
Manajer : Memonitoring seluruh kegiatan kebun dalam
pencapaian target, dan perkembangan kebun
Kepala Tata Usaha : Mengelola semua kegiatan administrasi dan keuangan
dalam lingkungan pabrik untuk mendaoatkan data yang benar.
Asisten : Merancang kinerja harian
Mandor : Membantu Asisten Lapangan dalam melaporkan hasil