• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Kemilikan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility Pada Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Struktur Kemilikan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility Pada Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DIPERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Disusun oleh:

RENDI ALKINDI

11.20200332

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA

(2)

ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Rendi Al Kindi Nomor Induk Mahasiswa : 11.20200332

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE

SOCIAL RESPONBILITY DIPERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA.

Dosen Pembimbing : Hj. Surifah, SE., M.Si

Yogyakarta, 16 September 2013 Dosen Pembimbing

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun : Rendi Al Kindi Nomor Induk Mahasiswa : 11.20200332

Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE

SOCIAL RESPONBILITY DIPERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA.

Dosen Pembimbing : Hj. Surifah, SE., M.Si

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal ... Tim Penguji:

1. ... (...)

2. ... (...)

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, RENDI AL KINDI, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY DIPERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulisan lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik di sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, ... Yang membuat pernyataan,

(Rendi Al kindi) Nim : 1120200332

(5)

v

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of government ownership, private ownership of national, and foreign ownership of corporate social disclousure responbility.

Data collection using purposive sampling to banking companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010, 2011, 2012, a total of 75 banking companies are used as a sample. Methods of analysis of this study uses multiple regression.

The results of this study indicate that the dependent variabel (dependent) in this study are: corporate social responbility variabel, while the independent variabels in this study are: government ownership variable, the variabel national private ownership, foreign ownership variabel.

Keyword: government ownership, private ownership of national, foreign ownership, and corporate social responbility.

(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan pemerintah, kepemilikan swasta nasional, dan kepemilikan asing terhadap pengungkapan corporate social responbility.

Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010, 2011, 2012, sebanyak 75 perusahaan perbankan yang digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah: variabel corporate social responbility, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah: variabel kepemilikan pemerintah, variabel kepemilikan swasta nasional, variabel kepemilikan asing.

Kata Kunci: kepemilikan pemerintah, kepemilikan swasta nasional, kepemilikan asing, dan corporate social responbility.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb.

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat perkenannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENGARUH

STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY DIPERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Sarjan (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas CokroaminotoYogyakarta.

Shalawat dan salam tidak lupa pula selalu penulis panjatkan kepada nabi besar kita, nabi akhir jaman, junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat banyak pihak yang berperan memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik, serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Djoko Prabowo Saebani,SH., selaku Rektor Universitas Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terus mengembangkan ilmunya.

2. Bapak Drs. H. Wendri Rusli, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta yang telah memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus mengembangkan ilmunya.

(8)

viii 3. Ibu Hj. Retno Kurnianingsih SE., M.si selaku pembimbing akademik yang

telah memberi semangat dan memotivasi terus maju.

4. Ibu Hj. Surifah, SE., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing penulis sampai saat ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta.

6. Seluruh karyawan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

7. Kedua orang tua penulis, kepada ibunda tercinta Hj. Nana Mariana yang selalu memberi dukungannya dengan sepenuh hati dengan rasa sayangnya selalu, kepada almarhum ayahanda tersayang Drs. H. M. Nawawi Hepni, M.Si yang semasa hidupnya dahulu selalu memotivasi kepada penulis agar selalu bersemangat dalam mengejar cita-cita yang selalu memberi semangatnya sampai akhir hayatnya.

8. Kedua mertua penulis, ayahanda Syukur dan ibunda Sae’ah yang selalu mengingatkan tentang arti Ikhlas dan arti bersyukur juga arti istiqomah kepada penulis dalam mengejar gelar sarjana.

9. Istri tercinta Eni Marianti, yang selalu menemani dan membantu dengan sepenuh hati yang selalu setia disebelah penulis dengan kopi hangatnya sehangat cintanya kepada penulis selama proses pengetikan.

(9)

ix 10. Kakak dan adik tersayang, Robbi Alfarabi, A.Md., Resti A.E, S.Far., Rahman Alfarisi, Nur Aini, Safardi, Suhardi, Sri Wahyuni, Hendryono yang selalu menghibur penulis.

11. Teman-teman seperjuangan di Universitas Cokroaminoto khususnya di Fakultas Ekonomi yang sama sibuknya dalam pembuatan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan demi perbaikan lebih lanjut dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan penulis.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 01 Juni 2013 Penulis,

RENDI ALKINDI NIM :11.20200332

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSERUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 10

2.1 Corporate Social Responbility ... 10

2.1.1 Komponen Corporate Social Responbility ... 19

2.1.2 Pengungkapan Corporate Social Responbility ... 24

(11)

xi

2.1.4 Definisi Bank ... 31

2.2 Struktur Kepemilikan ... 31

2.2.1 Kepemilikan Pemerintah ... 34

2.2.2 Kepemilikan Swasta Nasional ... 35

2.2.3 Kepemilikan Asing ... 35

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 37

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37

2.4.1 Riset Tentang Corporate Social Responbility ... 37

2.4.2 Riset Tentang Struktur Kepemilikan ... 38

2.5 Pengembangan Hipotesis... 43

2.5.1 Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility ... 43

2.5.2 Pengaruh Kepemilikan Swasta Nasional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility ... 43

2.5.3 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 45

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

3.1.1 Variabel Penelitian... 45

3.1.2 Definisi Operasional ... 46

3.1.2.1 Variabel Terikat (Dependen) ... 46

3.1.2.2 Variabel Bebas (independen) ... 47

3.2 Populasi dan Sampel... 48

3.2.1 Populasi ... 48

(12)

xii

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 49

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.5 Metode Analisis Data ... 50

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 50

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 50

3.5.2.1 Uji Normalitas ... 51 3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ... 52 3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 52 3.5.2.4 Uji Autokorelasi... 53 3.5.3 Model Regresi ... 54 3.5.4 Uji Hipotesis ... 55 3.5.4.1 Koefisien Determinasi (R2)... 55

3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 56

3.5.4.3 Uji t (signifikansi Parameter Individual) ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

4.2 Analisis Data ... 59

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 59

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 60

4.2.2.2 Uji Multikolonieritas ... 61

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 63

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 63

(13)

xiii

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 66

4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 67

4.2.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 68

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP... ... 74 5.1 Kesimpulan ... 74 5.2 Keterbatasan ... 75 5.3 Saran... ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 40

Tabel 3.1 Autokorelasi ... 53

Tabel 4.1 Proses Seleksi Objek Penelitian ... 58

Tabel 4.2 Daftar Data Tidak Lengkap ... 59

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 61

Tabel 4.5 Uji Multikolonieritas ... 62

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 63

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas- Uji Glejser ... 64

Tabel 4.8 Hasil Uji Determinasi (R2) ... 66

Tabel 4.9 Hasil Uji F ... 67

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 37 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 65

(16)

xvi

Daftar Lampiran

Daftar Bank Sample ... 81 Check List ... 82 Data ... 86

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praktik tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia telah diatur dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana tanggung jawab sosial sebagai bukti perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan itu sendiri dan juga masyarakat. Beberapa penelitian menemukan bahwa pengungkapan corporate social

responbility dapat memberikan manfaat untuk perusahaan.

Pengertian corporate social responbility sampai sekarang belum ada pengertian tunggal mengenai corporate social responbility, menurut World

Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD), corporate social responbility adalah keterpanggilan dunia bisnis untuk bertindak etis dan

berkontribusi dalam dunia pembangunan ekonomi berkelanjutan, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup para karyawan beserta keluarganya, sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas setempat dan masyarakat luas.

Tanggung jawab sosial yang dilakukan suatu perusahaan dapat memberikan jaminan akan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pentingnya informasi corporate social responbility menjadikan semakin banyak perusahaan menyadari bahwa tanggung jawab sosial dan pengungkapannya

(18)

2 memberikan banyak manfaat dan merupakan bagian dari strategi bisnis bagi perusahaan.

Menurut Ahmed Belkouli (1997) dalam Mulyanita (2009), ada banyak sikap yang dilakukan para perusahaan dalam menyikapi dampak sosial yang telah ditimbulkannya, mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai kepada keterlibatan total terhadap lingkungan sosialnya. Ahmed Belkouli dengan cara sistematis mengelompokkan dalam lima katagori:

1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba maksimal. Jika perusahaan dapat mengumpulkan laba yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi penggilan tugasnya sebagai badan usaha.

2. Disamping tujuannya untuk memaksimalkan laba, perusahaan juga harus memperhatikan pihak lain dengan siapa perusahaan tersebut mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan masyarakat tertentu dan lain-lain.

3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuannya yang hanya memaksimalkan laba dengan memperluas tanggung jawab manajemen.

4. Tanggung jawab sosial perusahaan mencangkup hal yang bersifat ekonomi dan non ekonomi. Dalam katagori ini dikenal tiga pusat lingkaran:

(19)

3 1) lingkaran dalam, mencangkup tanggung jawab dasar dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien, seperti fungsi produksi, job, dan pertumbuhan ekonomi.

2) lingkaran tengah, mencangkup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonominya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan perioritas yang berlaku dalam masyarakat, seperti konservasi lingkungan, perbaikan kualitas hidup, hubungan dengan karyawan dan lingkungan perusahaan.

3) lingkaran luar, mencangkup tanggung jawab yang baru muncul dan masih berkembang.

4) Tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencangkup keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi:

(1) Social Olbigation, merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaan pasar sesuai dengan ketentuan hukum.

(2) Social Responbility, menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat. (3) Social Responsiveness, merupakan respon perusahaan untuk

menjawab isu yang akan timbul di masa datang.

Menurut Wineberg, (2004:72) dalam Tamba (2011), corporate social

responbility adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas

bisnis, investasi sosial dan program philantrophy, dan kewajiban dalam kebijakan publik.

(20)

4 Tujuan dari adanya corporate social responbility yaitu sebagai wujud tangggung jawab sosial perusahaan karena dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan. Jadi CSR merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. Corporate Social Responbility juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungannya. Dalam pengambilan keputusan eknomi tidak hanya menggunakan informasi laba, karena informasi laba bagi investor maupun kreditor sangat terbatas. Hal ini ditunjukan dengan lemah dan tidak stabilnya

contemporameous korelasi antara return saham dan laba, juga rendahnya

kontribusi laba untuk memprediksi harga dan return saham (Lev, 1989 dalam Yosefa & Ludovicus, 2007).

Kajian mengenai struktur kepemilikan sangat menarik untuk dilihat lebih mendalam lagi. Dengan adanya pengungkapan tanggung jawab sosial (corporate

sosial responbility) yang tinggi maka akan berakibat meningkatnya nilai

perusahaan karena investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang tingkat pengungkapan tanggung jawab sosialnya tinggi (Wien Ika Permanasari, 2010). Struktur kepemilikan yang diproksikan dengan insider ownership memiliki hubungan dengan kinerja keuangan. Manajer yang memiliki kepemilikan mampu mengelola kinerja keuangan perusahaan dengan baik (Dewi Kusuma Wardani dan Sri Hermuningsih, 2011).

(21)

5 Perbankan adalah lembaga keuangan yang berperan sengat vital dalam aktivitas perdagangan internasional serta pembangunan nasional. Ini dapat dilihat dari makin maraknya minat masyarakat untuk menyimpan, berbisnis, bahkan sampai berinvestasi melalui perbankan. Hal ini menyebabkan semakin maraknya dunia perbankan yang dapat dilihat dari timbulnya bank-bank swasta baru walaupun pemerintah semakin memperketat regulasi pada dunia perbankan.

Perbankan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keadaan perbankan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Barang dan jasa yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kepedulian perbankan terhadap lingkungan sekitarnya dapat diwujudkan dalam bentuk Corporate Sosial Responbility (CSR). Sesuai dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY

(22)

6

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang penelitian, mengenai pengaruh struktur kepemilikan, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepemilikan pemerintah, kepemilikan swasta nasional, dan kepemilikan asing.

Maka berdasarkan uraian diatas permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Apakah kepemilikan pemerintah berpengaruh dalam pengungkapan

corporate social responbility.

2. Apakah kepemilikan swasta nasional berpengaruh dalam pengungkapan

corporate social responbility.

3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh dalam Pengungkapan corporate

social responbility.

1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris terhadap:

1. pengaruh kepemilikan pemerintah terhadap pengungkapan corporate

social responbility.

2. pengaruh kepemilikan swasta nasional terhadap pengungkapan corporate

(23)

7 3. pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan corporate social

responbility.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat memberi manfaat kontribusi dalam pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan praktik pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perbankan.

2. Bagi regulator terkait, penelitian ini diharapkan membantu untuk mengembangkan, mengubah, menjelaskan standar yang berlaku guna mencapai pasar modal yang efisien dan perlunya informasi yang dungkap dalam laporan tahunan.

3. Bagi masyarakat, akan memberikan rangsangan secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.

4. Menyediakan informasi yang berkaitan dengan kepemilikan pemerintah, kepemilikan swasta nasional, dan kepemilikan asing, serta pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat digunakan untuk penelitian para akademisi dan praktisi dibidang akuntansi di masa yang akan datang.

(24)

8

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I pendahuluan, berisi latar belakang masalah merupakan landasan pemikiran secara garis besar, baik secara teoritis dan atau fakta serta pengamatan yang menimbulkan minat dan penting untuk dilakukan penelitian. Perumusan masalah adalah pernyataan tentang keadaan, fenomena dan atau konsep yang memerlukan pemecahan dan atau memerlukan jawaban melalui suatu penelitian dan pemikiran mendalam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan alat-alat yang relevan. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian bagi pihak-pihak yang terkait. Sistematika penulisan merupakan bagian yang mencangkup uraian ringkas dan materi yang dibahas setiap bab.

Bab II tinjauan pustaka, terdiri landasan teori mengenai teori yang melandasi penelitian ini dan menjadi acuan teori dalam analisis penelitian. Penelitian terdahulu, kerangka pemikiran yang merupakan permasalahan yang akan diteliti dan pengembangan hipotesis adalah dugaan sementara yang disimpulkan dari landasan teori dan penelitian terdahulu, serta merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.

Bab III metodelogi penelitian, berisi variabel penelitian dan definisi operasional penelitian yaitu tentang diskripsi tentang variabel-variabel dalam penelitian yang didefinisikan secara jelas, penentuan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, metode pengumpulan data, dan metode analisis merupakan deskripsi tentang jenis atau model analisis dan mekanisme alat analisis yang digunakan dalam penelitian.

(25)

9 Bab IV hasil dan analisis, berisi deskripsi objek penelitian, analisis data yang dikaitkan dengan analisis statistik deskriptif dan analisis model regresi dan interpretasi hasil sesuai dengan teknik analisis yang digunakan yaitu memakai Aplikasi Analisis Multivariate SPSS dari Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com, Akt.

Bab V penutup, berisi kesimpulan secara singkat apa yang telah diperoleh dari pembahasan interpretasi hasil, keterbatasan penelitian yang menguraikan tentang kelemahan dan kekurangan yang ditemukan.

(26)

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Corporate Social Responbility (CSR)

Negara kita merupakan negara yang sedang berkembang dan membangun, ditambah pula pada saat ini perekonomian Indonesia sedang dilanda krisis yang cukup serius dan berpengaruh pada sektor perekonomian. Praktik tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia telah diatur dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana tanggung jawab sosial sebagi bukti perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualits kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan itu sendiri dan juga masyarakat. Di Indonesia wacana mengenai

corporate social responbility mulai mengemuka sejak tahun 2001 dan semakin

banyak perusahaan yang mengungkapkan aktivitas sosialnya meskipun belum ada standar mengenai pengungkapannya. Selain untuk memenuhi nilai-nilai keadilan terhadap masyarakat, beberapa penelitian menemukan bahwa pengungkapan corporate social responbility dapat memberikan manfaat untuk perusahaan.

Corporate Social Responbility merupakan suatu bentuk kepedulian sosial

sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal.

(27)

11

Corporate Social Responbility juga dapat diartikan sebagai komitmen

perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungannya.

Perusahaan merupakan bagian dari sistem sosial yang terbentuk dari proses yang panjang. Perusahaan merupakan subsistem dari masyarakat dimana permasalahan yang ada di masyarakat juga merupakan masalah perusahaan, karenanya perusahaan memiliki kewajiban atas apa yang terjadi di masyarakat. Manajer dalam hal ini di anggap memiliki talenta untuk itu, di samping perusahaan dalam operasionalnya menggunakan dana dari investor (stockholder) juga menggunakan sumber dana dari masyarakat serta menggunakan sumber-sumber alam yang juga merupakan memiliki masyarakat sehingga wajar jika masyarakat mempunyai harapan terhadap perusahaan (Hasibuan, 2001).

Menurut Darwin (2004) dalam Retno (2006), corporate social responbility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Nurlela dan Islahuddin (2008), Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

Tanggung Jawab Sosial perusahaan atau corporate social responbility (CSR) merupakan gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

(28)

12

(corporate value) yang direflesikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja,

tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008 dalam Badjuri, 2011).

Corporate Social Responbility adalah pendekatan dimana perusahaan

mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Bing, 2006 dalam Amilia, 2009).

The World Business Council for Development (WBCSD) mendifinisikan corporate social responbility atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai

komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (Nurlela dan Islahuddin, 2008 dalam Amilia, 2009).

Corporate Social Responbility adalah kegiatan yang diselenggarakan

perusahaan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat di luar kegiatan utama perusahaan. Kedua kegiatan tersebut sama-sama bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham namun tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya (Zarkasyi, 2008 dalam Rustiarini, 2010).

(29)

13

Corporate Social Responbility adalah komitmen perusahaan atau dunia

bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung, 2008 hal.1 dalam Tamba, 2rabel 011).

Menurut Wineberg, (2004:72) dalam Tamba (2011), corporate social

responbility adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas

bisnis, investasi sosial dan program philantrophy, dan kewajiban dalam kebijakan publik.

Tanggung jawab sosial atau corporate social responbility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Priyanto, 2008 dalam Permanasari, 2010).

Menurut Bradshaw dalam Mulyanita (2009), mengemukakan bahwa ada tiga bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:

1. Corporate Philantrophy, tanggung jawab perusahaan sebatas kedermawanan belum sampai kepada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa berupa kegiatan amal, sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

(30)

14 2. Corporate Responbility, kegiatan pertanggung jawaban sudah merupakan tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan Undang-Undang atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

3. Corporate Policy, disini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh global reporting initiative (2008 terdapat peningkatan yang signifikan atas jumlah perusahaan yang membuat laporan CSR yang dikenal sebagai laporan keberlanjutan (sustainbility reporting), yaitu dari sekitar 300 di tahun 1996 menjadi 3.100 di tahun 2008. Selain itu survei tersebut juga memperlihatkan bahwa pelaporan CSR tersebut kebanyakan dilakukan sebagai pelaporan yang bersifat sukarela dan bukan bersikap wajib. Oleh karenanya bentuk dan format sustainability reporting sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan organisasi (Fitria dan Dwi, 2010).

Menurut Ahmed Belkouli (1997) dalam Mulyanita (2009), ada banyak sikap yang dilakukan para perusahaan dalam menyikapi dampak sosial yang telah ditimbulkannya, mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai kepada keterlibatan total terhadap lingkungan sosialnya. Ahmed Belkouli dengan cara sistematis mengelompokkan dalam lima katagori:

1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba maksimal. Jika perusahaan dapat mengumpulkan laba yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi penggilan tugasnya sebagai badan usaha.

(31)

15 2. Disamping tujuannya untuk memaksimalkan laba, perusahaan juga harus memperhatikan pihak lain dengan siapa perusahaan tersebut mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan masyarakat tertentu dan lain-lain.

3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuannya yang hanya memaksimalkan laba dengan memperluas tanggung jawab manajemen.

4. Tanggung jawab sosial perusahaan mencangkup hal yang bersifat ekonomi dan non ekonomi. Dalam katagori ini dikenal tiga pusat lingkaran:

(1) lingkaran dalam, mencangkup tanggung jawab dasar dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien, seperti fungsi produksi, job, dan pertumbuhan ekonomi.

(2) lingkaran tengah, mencangkup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonominya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan perioritas yang berlaku dalam masyarakat, seperti konservasi lingkungan, perbaikan kualitas hidup, hubungan dengan karyawan dan lingkungan perusahaan.

(3) lingkaran luar, mencangkup tanggung jawab yang baru muncul dan masih berkembang. Dimana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk memperbaiki lingkungan sosial.

5. Tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencangkup keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi:

(32)

16 1) Social Olbigation, merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap

permintaan pasar sesuai dengan ketentuan hukum.

2) Social Responbility, menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat. 3) Social Responsiveness, merupakan respon perusahaan untuk menjawab

isu yang akan timbul di masa datang.

Mulyanita (2009), alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial:

1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan perusahaan.

2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.

3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati pelanggan, simpati karyawan, investor, dan lain-lain.

4. Menghindari campur tangan pemerrintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan. Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.

5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku didalam masyarakat, sehingga mendapat simpati dari masyarakat.

(33)

17 7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat terhadap perusahaan yang melakukan kegiatan yang ternyata dampaknya dapat menimbulkan kebencian pada masyarakat terhadap perusahaan tersebut.

8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan lain-lain.

Alasan ketidak setujuan terhadap konsep tanggung jawab sosial perusahaan:

1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam memaksimalkan laba, ini akan menimbulkan pemborosan.

2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.

3. Dapat menimbulkan lingkungan bisnis yang nonotik bukan yang bersifat pluralistik.

4. Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga uang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan, atau menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.

5. Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.

Menurut Retno (2006) dalam Permanasari (2010), Pertanggung jawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam pelaporan yang disebut sustainablity

(34)

18 ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sustainablity Report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang

menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainability development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya.

Corporate Social Responbility dalam ISO 26000 adalah: Responbility dari

sebuah organisasi terhadap dampak dari kegiatannya keputusan terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku transfaran dan etis yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; memperhitungkan harapan pemangku kepentingan, adalah sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku internasional, dan terintegrasi di seluruh organisasi dan di praktekkan dalam hubungannya.

(“Responbility of an organization for the impacts of its decisions activities on

society and the environment, through transparent and ethical behavior that contributes to sustainable development, including health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholder; is an compliance with applicable law and consistent with international norms of behavior; and is integrated throughout the organization and practiced in its relationship”) (Joko

Prastowo, hal. 100 dalam Tamba, 2011).

Berdasarkan Undang Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat 1 dan 2, direksi wajib mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan.

(35)

19 konsep corporate social responbility yang di akomodasi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) pasal 74 nomor 40 tahun 2007, perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan yaitu meningkatkan citra positif perusahaan, akses modal, mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas, dan mempermudah pengelolaan menajemen risiko (Daniri, 2009 dalam Handayani, 2011).

Di Indonesia, CSR merupakan konsep yang paling banyak diterapkan dalam tataran strategis perusahaan-perusahaan di Indonesia dan masyarakat merasa perlu agar perusahaan melakukan aktivitas CSR (Majalah Swa, 2005 dalam Fitria dan Dwi, 2010).

2.1.1 Komponen Corporate Social Responbility

Menurut global reporting intiative (GRI) dikutip dari Tamba (2011), dalam konten analisis terkandung tema tentang pengungkapan pertanggungjawaban sosial, yang terdiri dari:

1. Ekonomi

Tema ini berisi sembilan item yang mencangkup laba perusahaan yang dibagikan untuk bonus pemegang saham, kompensasi karyawan, pemerintah, membiayai kegiatan akibat perubahan iklim serta aktivitas terkait ekonomi lainnya.

(36)

20 2. Lingkungan Hidup

Tema ini berisi tiga puluh item yang meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.

3. Ketenagakerjaan

Tema ini empat belas item yang meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi: rekruitmen, program pelatihan, gaji, mutasi dan promosi dan lainnya.

4. Hak Asasi Manusia

Tema ini berisi sembilalan item yang mencangkup berapa besar jumlah investasi yang malibatkan perjanjian terkait hak asasi manusia, pemasok dan kontraktor yang menjunjung hak asasi, kejadian yang melibatkan kecelakaan atau kriminal karyawan di bawah umur, dan aktivitas lainnya.

5. Kemasyarakatan

Tema ini berisi delapan item yang mencakup aktivitas kemasyarakatan yang di ikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

(37)

21 6. Tanggung Jawab atas produk

Tema ini berisi sembilan item yang melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa.

Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), Pengungkapan Sosial (social

disclosure) di klasifikasikan sebagai berikut:

Tema Kemasyarakatan:

1. Dukungan pada kegiatan seni dan budaya

2. Dukungan pada kegiatan olah raga (termasuk sponsorship) 3. Partisipasi pada kegiatan masyarakat sekitar kantor pabrik 4. Dukungan ke lembaga kerohanian

5. Dukungan ke lembaga pendidikan (termasuk beasiswa, kesempatan magang, dan kesempatan penelitian)

6. Dukungan ke lembaga sosial lain 7. Fasilitas sosial dan fasilitas umum

8. Prioritas lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar (termasuk pemberian fasilitas dan motivasi oleh perusahaan untuk berwiraswasta)

Tema Produk dan Konsumen: 1. Mutu produk

2. Penghargaan kualitas (termasuk sertifikat kualitas, sertifikat halal dan penghargaan)

3. Customer Satisfaction (upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen)

(38)

22 1. Jumlah tenaga kerja

2. Keselamatan kerja (kebijakan dan fasilitas keselamatan kerja)

3. Kesehatan (termasuk fasilitas dokter dan poliklinik perusahaan) 4. Koperasi karyawan

5. Gaji/upah

6. Tunjangan dan kesehatan lain (termasuk UMR, bantuan masa krisis, kesejahteraan untuk karyawan, asuransi dan fasilitas transportasi)

7. Pendidikan dan latihan (termasuk kerjasama dengan perguruan tinggi negeri)

8. Kesetaraan gender dalam kesempatan kerja dan karir

9. Fasilitas peribadatan (termasuk peringatan hari besar keagamaan)

10. Cuti karyawan (termasuk cuti yang diperlukan oleh pekerja wanita) 11. Pensiun (termasuk pembentukan atau pemilihan dana pensiun) 12. Serikat kerja

13. Kesepakatan Kerja Bersama 14. Turn over pekerja

(39)

23 Tema Lingkungan Hidup:

1. Kebijakan lingkungan

2. Sertifikasi lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

3. Rating (termasuk penghargaan dibidang lingkungan)

4. Energi (termasuk energi saving, total energi yang digunakan dan sebagainya)

5. Pencegahan atau pengolahan polusi (termasuk pengolahan limbah) 6. Dukungan pada konservasi satwa

7. Dukungan pada konservasi lingkungan

Menurut Jalal (2008), penjelasan atas komponen corporate social

responbility, yaitu: ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan dan sifat voluntari. Ekonomi, sosial, lingkungan: perusahaan dalam menjalankan corporate social responbility harus memperhitungkan keseimbangan ketiganya, tak boleh

ada trade off dalam jangka panjang diantara ketiganya, dan ketiganya harus mengalami kemajuan. Pemangku Kepentingan: perusahaan dalam menjalankan

corporate social responbility harus memperhatikan seluruh pemangku

kepentingan internal dan eksternalnya, dan mencari keseimbangan terbaik bagi pemuasan seluruh kepentingan mereka. Voluntari: perusahaan dalam menjalankan

corporate social responbility harus mematuhi seluruh regulasi yang berlaku

(40)

24 Efek baik dari corporate sosial responbility tidak langsung dirasakan oleh perusahaan akan tetapi memiliki efek jangka panjang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.2 Pengungkapan Corporate Social Responbility

Pengungkapan informasi sosial merupakan pengungkapan suatu informasi sosial merupakan pengungkapan suatu informasi mengenai aktivitas sosial perusahaan atau informasi tambahan yang diharapkan menambah nilai perusahaan. Menurut Hackston dan Milne, tanggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga sebagai corporate social responbility atau social disclosure,

corporate social reporting. Social reporting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005 dalam Cahya, 2010). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan, diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al, 1995 dalam Hasibuan, 2001).

(41)

25 Menurut Deegan (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) , alasan yang mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan antara lain:

1. Mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-undang 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi

3. Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas 4. Mematuhi persyaratan peminjaman

5. Mematuhi harapan masyarakat

6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan 7. Mengelola kelompok stakeholder tertentu

8. Menarik dana investasi

9. Mematuhi persyaratan industri 10. Memenangkan penghargaan plaporan

Gray et.al. (1995) dalam Desdiandwi (2006), mengelompokkan teori yang dipergunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kecenderungan perusahaan mengungkapkan informasi sosial sebagai berikut:

1. Decision Usefullness Studies

Sebagian dari studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan teori ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan tahunan. Informasi yang terdapat dalam laporan tahunan tidak hanya terbatas pada informasi yang telah dikenai selama ini tetapi juga memuat informasi lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi.

(42)

26 2. Economics Theory Studies

Teori ini menggambarkan manajemen sebagai agen dari interest group dari perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen maka manajemen berusaha untuk mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan

interest group yang diantaranya adalah masyarakat.

3. Social and Political Theory Studies

Studi dibidang ini social and political ini mencangkup teori, yaitu:

(1) Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan berusaha untuk mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaan. Semakin kuat posisi stakeholder maka semakin kuat pula kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasikan dirinya sesuai dengan keinginan para stakeholdernya. Dalam hal ini, pengungkapan informasi sosial dan lingkungan harus dianggap sebagai wujud dialog antara manajemen dan stakeholdernya.

(2) Teori legitimasi merupakan suatu kondisi atau status manakala sistem nilai suatu entitas sesuai dengan sistem nilai dari sistem sosial dan merupakan tempat atau bagian dari entitas tersebut, sehingga apabila terdapat perbedaan dari kedua sistem nilai tersebut akan dapat mengancam legitimasi entitas itu sendiri. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan mempunyai kewajiban untuk melakukan aktivitas usahanya berdasarkan nilai-nilai keadilan.

(43)

27 (3) Teori ekonomi politik menyatakan bahwa aktivitas ekonomi tidak hanya memusatkan semata-mata pada pasar, tetapi lebih dari pada itu yakni seperti pemerintah, hukum, dan hak milik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi sosial dilakukan sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan merasa eksistensi dan aktivitasnya terlegitimasi.

Bervariasinya cara memilih media pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan nampaknya didasarkan pada kelaziman dan untuk kepentingan tertentu. Penyebab lain yang mengakibatkan ketidakseragaman cara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, karena belum adanya aturan yang jelas mengenai cara penyajiannya maupun komponen-komponen yang termasuk biaya sosial tersebut (Mulyanita, 2009).

Nurlela dan Islahunddin (2008), Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu).

Healy dan Pelepu (2001) dalam Agusti dan Aulia (2011), pengungkapan merupakan upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi asimetri informasi. Hal ini terjadi karena pengungkapan dapat menambah informasi yang dimiliki oleh publik sehingga dapat mencegah manajemen melakukan penyalahgunaan sumber daya perusahaan. Jika asimetri informasi dapat di meminimalisasi, maka investor dapat merespon informasi pelaporan keuangan dengan lebih baik yang kemudian tercermin pada harga pasar saham perusahaan.

(44)

28 Salah satu pengungkapan yang dapat dilakukan perusahaan adalah berupa pengungkapan mengenai aktivitas corporate social Rresponbility.

Pengungkapan corporate social responbility didefinisikan sebagai ketentuan dari informasi keuangan dan non keuangan yang berhubungan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan sosial dan fisiknya sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial yang terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985 dalam Arthana, 2012). Pengungkapan corporate

social responbility mencangkup detail tentang lingkungan fisik, enegi, sumber

daya manusia, produk dan masalah keterlibatan masyarakat. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap masyarakat. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara perusahaan, pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat. Kewajiban perusahaan atas CSR diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya (Rustiarini, 2010).

Heal dan Garret, 2004 dalam Lely dan Sylvia (2008), Aktivitas corporate

social responbility dapat menjadi elemen yang menguntungkan dan sebagai

(45)

29 Beberapa perusahaan menjadikan pengungkapan corporate social

responbility sebagai strategi bisnisnya untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak

investor. Investor percaya perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial akan mempunyai kelangsungan hidup yang lebih lama. Elisabet dan Domenec (2004) menyatakan corporate social responbility sebagai strategi yang digunakan untuk kemajuan perusahaan. Selain sebagai strategi bisnis, pengungkapan

corporate social responbility mempunyai banyak manfaat bagi perusahaan.

Sehingga semakin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pengungkapan

corporate social responbility (Yoseva dan Ludovieus, 2007).

Pengungkapan informasi corporate sosial responbility yang dilakukan oleh perusahaan akan berbeda-beda tergantung pada karakteristik dari masing-masing perusahaan (Arthana, 2012).

Menurut Robert (1992) dalam Arthana (2012), Pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang sukses bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan dengan stakeholdernya.

Praktik pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Handayani 2011). Praktik pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi peranan penting bagi perusahaan karena perusahaan berinteraksi dengan masyarakat dan aktivitas perusahaan memiliki dampak sosial dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, praktik

(46)

30 pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan alat manajerial yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan.

Penelitian empiris memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan pengungkapan social dalam laporan keuangan tahunan perusahaan Indonesia (Hartanti, 2003 dalam Fitria dan Dwi, 2010). Dan semakin banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan standar global reporting initiative dalam melakukan pelaporan corporate social responbility (Darwin, 2007 dalam Fitria dan Dwi, 2010).

2.1.3 Tujuan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Gay, Owen, dan Maunders (1988) dalam Sulistyowati (2004) dikutip dari Arthana (2012) bahwa tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah:

1. Untuk meningkatkan image perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi kepada investor.

3. Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi, dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat.

Tanggung Jawab Sosial atau corporate social responbility yang selanjutnya disingkat CSR adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan progam philantrophy, dan kewajiban dalam kebijakan publik (Wineberg, 2004:72 dalam Tamba 2011).

(47)

31

2.1.4 Definisi Bank

Perusahaan perbankan merupakan satu-satunya perusahaan yang mendapatkan jaminan dari pemerintah atas aktivitas usahanya. Dalam regulasi perbankan, bukan hanya produk dan layanan yang ditawarkan bank yang regulasi, namun lembaga bank itu sendiri juga diatur dengan ketat. Regulasi yang sedimikian ketat perlu disusun mengingat kegagalan bank dapat memiliki dampak panjang yang mendalam terhadap perekonomian. (Taswan, 2006 dalam Cahya, 2010).

Menurut Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dan kemudian menempatkannya kembali pada masyarakat yang membutuhkan dan (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.

2.2 Struktur Kepemilikan

Struktur Kepemilikan (ownership structure) adalah kepemilikan saham, yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam” (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Auburn, 1996 dalam Indrayani, 2009).

(48)

32 Kepemilikan Bank Menurut UU Perbankan 1992, kepemilikan suatu bank ditentukan pula oleh jenis bank tersebut. Struktur kepemilikan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengungkapan CSR untuk dapat meningkatkan reputasi dan legitimasi perusahaan di mata masyarakat. Kepemilikan Bank Umum menurut pasal 22 UU no. 7/1992, kemudian ketentuan pasal 13 dan 14 PP no. 70/1992, disebutkan bahwa Bank Umum dapat dimiliki oleh:

1. Warga Negara Indonesia

2. Badan usaha di indonesia yang sepenuhnya dimiliki WNI, atau hasil kerjasama dengan bank dari negara lain

3. Warga Negara Asing atau badan hukum asing dengan ketentuan pemilikan hanya 49% saham yang telah dijual di Bursa Efek Indonesia.

Dari segi kepemilikannya, kita mengenal: 1. Bank Milik Pemerintah

2. Bank Milik Swasa Nasional 3. Bank Milik Asing

Menurut Puspitasari (2009) dan Amilia dalam Arthana (2012), menunjukkan bahwa kepemilikan saham publik positif terhadap pengungkapan

corporate social responbility . Hasil yang tidak konsisten ditunjukkan bahwa

kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan. Lembaga Perbankan merupakan salah satu Lembaga Keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga

(49)

33 tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (lack of

funds). Dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan perkreditan

dan berbagai jasa yag diberikan, serta bank juga melayani kebutuhan pembiayaan, melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian dan peredaran uang (Huda , 2010).

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. proporsi kepemilikan saham yang di miliki oleh publik / masyarakat terhadap saham perusahaan. Nilai ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pengaruh kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan disebut juga Kepemilikan Saham Publik (Arthana, 2012).

Menurut Na’im dan Rakhman (20000) dalam Athana (2012), semakin besar saham yang di miliki publik, maka semakin banyak informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan, investor ingin memperoleh informasi seluas-luasnya tentang tempat berinvestasi serta dapat mengawasi kegiatan manajemen, sehingga kepentingan dalam perusahaan terpenuhi. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pihak yang berkepentingan: pemilik modal sebagai principal bisa mempercayakan kepada para profesional (managerial) untuk mengelola perusahaan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan teori keagenan (agency

(50)

34 menimbulkan masalah keagenan (agency problems), yaitu ketidaksejajaran antara

principal (pemilik atau pemegang sahan) dan agent (manajer).

Menurut Faisal (2004) dalam Kristianto (2010), Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu: pendekatan keagenan (agency

approach) dan pendekatan ketidakseimbangan informasi (asymmetric information approach).

(1) Pendekatan Keagenan (agency approach).

Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

(2) Pendekatan Informasi Asimetri (asymmetric information approach). Struktur kepemilikan sebagai salah satu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan antara insider dan outsider melalui pengungkapan informasi.

2.2.1 Kepemilikan Pemerintah

Kepemilikan saham pemerintah (government shareholding) adalah jumlah saham pemerintah yang dimiliki oleh pemerintah. Melalui kepemilikan saham ini pemerintah berhak menetapkan direktur perusahaan. Selain itu pemerintah dapat mengendalikan kebijakan yang diambil oleh manajemen agar sesuai dengan kepentingan atau aspirasi pemerintah. Untuk dapat bertahan, perusahaan ini harus dapat mensinkronkan dirinya dengan pemerintah (Amran dan Devi, 2008 dalam Diba, 2012). Contoh bank milik pemerintah: Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Pembangunan Daerah (BPD).

(51)

35 Bank pemerintah adalah bank yang didirikan oleh pemerintah dan seluruh atau hampir sebagian sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Dengan didukung asset dan permodalan yang cukup besar dari pemerintah. Bank-bank pemerintah telah menjadi salah satu pilar perbankan di Indonesia (Huda, 2010).

2.2.2 Kepemilikan Swasta Nasional

Kepemilikan swasta nasional merupkan bank yang seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional sepenuhnya. Begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula (Huda, 2010). Contoh Bank swasta : Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank Muamalat, Bank Bumi Putra, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional Indonesia, dan sebagainya.

2.2.3 Kepemilikan Asing

Menurut Susanto (1992) dalam Angling (2010) dikutip dari Tamba (2011), ada beberapa perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing harus memberikan pengungkapan yang lebih dibandingkan dengan yang tidak memiliki kepemilikan saham asing, sebagai berikut:

1. Perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri.

2. Perusahaan tersebut mungkin punya system informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk. 3. Kemungkinan permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing

(52)

36 Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas (Xiao et. al., 2004 dalam Tamba, 2011).

Dilihat dari sudut pandang stakeholder, corporate social responbility merupakan alat yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan masyarakat (Tamba, 2011). Menurut Angling (2010) dikutip dari Tamba (2011), apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign

stakeholder baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih

didukung dalam melakukan pengungkapan corporate social responbility.

Kepemilikan Asing merupakan proporsi saham biasa yang di miliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Etha, 2010 dalam Tamba, 2011). Kepemilikan Asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan (Djakman dan Machmud, 2008 dikutip dari Tamba, 2011).

(53)

37

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar I : Kepemilikan Pemerintah, Kepemilikan Swasta, Kepemilikan

Asing terhadap Pengungkapan corporate social responbility.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.4.1 Riset Tentang Corporate Social Responbility

Sembiring (2003) dalam Badjuri (2011), menghasilkan temuan bahwa profitabilitas tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Variabel ukuran perusahaan terbukti signfikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian Sembiring (2005) dalam Badjuri (2011) menunjukkan hasil yang hampir sama. Variabel independen yang diteliti adalah profitabilitas, size, leverage, ukuran dewan komisaris dan profile. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan laverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel lainnya (ukuran dewan komisaris, size, dan profile) menunjukkan pngaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

(54)

38 Penelitian yang dilakukan Ni Wayan Rustiarini (2008) dalam Tamba (2011) menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh pada pengungkapan

corporate social responbility. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh

Novita dan Caerul (2007) dalam Tamba (2011) menemukan bahwa struktur kepemilikan saham termasuk kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006.

Utama (2007) dalam Badjuri (2011), mengungkapkan bahwa saat ini tingkat pelaporan dan pengungkapan CSR di Indonesia masih relatif rendah. Selain itu, apa yang dilaporkan dan diungkapkan sangat beragam, sehingga menyulitkan pembaca laporan tahunan untuk melakukan evaluasi. Pada umumnya yang diungkapkan adalah informasi yang sifatnya positif mengenai perusahaan.

2.4.2 Riset tentang struktur Kepemilikan

Penelitian yang dilakukan Tamba (2011), menguji struktur kepemilikan institusional dan kepemilikan asing terhadap aktivitas pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan di indonesia khususnya pada perusahaan manufacturing secondary sectors yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Perusahaan manufactur dipilih karena dianggap paling mewakili industri dimana kedua sektor tersebut merupakan sektor yang paling sensitif terhadap isu sosial dan lingkungan. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis dari penelitian ini mnggunakan alat statistik: uji deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

(55)

39 Penelitian yang dilakukan Barth, Caprio Jr dan Levine (2002) dalam Arianto et. al (2003) dengan menggunakan data dari 60 negara antara lain menyimpulkan bahwa kepemilikan bank oleh lembaga non keuangan tidak memiliki hubungan dengan kinerja bank tersebut. Selanjutnya kepemilikan bank yang semakin besar oleh pemerintah cenderung mengalami perkembangan kinerja yang melambat. Tujuan kajian ini adalah untuk mengumpulkan dan melaporkan data lintas negara mengenai pengaturan dan kepemilikan bank serta mengevaluasi hubungan antara praktek pengaturan atau kepemilikan yang berbeda dengan kinerja sektor keuangan dan stabilitas sistem perbankan. Penelitian ini mengupas permasalahan yang lebih luas dari sekedar hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja bank. Kesimpulan dari penelitian ini yang berkaitan dengan struktur kepemilikan dan perkembangan bank adalah sebagai berikut:

1. Membatasi kepemilikan bank oleh perusahaan non-keuangan tidak berkaitan dengan kerapuhan keuangan maupun kenerja bank tersebut. 2. Semakin besar industri perbankan dikontrol/dikendalikan oleh bank

pemerintah, maka inovasi di sektor perbankan akan semakin berkurang. 3. Kepemilikan pemerintah yang semakin besar pada bank cenderung

berkaitan dengan semakin banyaknya pelaksanaan sistem keuangan yang buruk, serta berkaitan pula dengan semakin banyaknya bank yang perkembangannya lambat/buruk.

4. Bukti empiris memperlihatkan hubungan yang negartif antara tingkat kepemilikan bank oleh pemerintah dan perkembangan keuangan. Negara-negara dengan kepemilikan bank oleh pemerintah semakin besar

(56)

40 cenderung untuk memiliki bank-bank maju (developed banks) yang lebih sedikit.

5. Sujoko dan Soebiantoro (2007) dikutip dari Kristianto (2010) meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intermal dan faktor eksternal terhadap nilai perusahaan. Faktor internal adalah

profitabilitas, pembayaran deviden, ukuran perusahaan, dan pangsa pasar

relatif. Sedangkan faktor eksternal adalah tingkat suku bunga, keadaan pasar modal, dan pertumbuhan pasar. Penelitian ini berfokus pada perusahaan publik yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Metode analisis menggunakan structural equation modelling, dan pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Penelitian Model Analisis Hasil Penelitian Sembiring (2003) Variabel independen: size, profitabilitas, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris, laverage. Variabel dependen: Pengungkapan

tanggung jawab sosial

Uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis Size, profile perusahaan, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sosial sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh.

(57)

41 Ni Wayan Rustuarini (2008) Variabel dependen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing. Kepemilikan manajerial. Variabel dependen: pengungkapan CSR Regresi linear berganda kepemilikan asing berpengaruh pada pengungkapan corporate social responbility. Tamba (2011), menguji struktur kepemilikan institusional dan kepemilikan asing terhadap aktivitas pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan di indonesia khususnya pada perusahaan manufacturing secondary sectors yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009

uji deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

Kepemilikan asing yang hanya memiliki efek positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Di sisi lain, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen tidak memiliki efek positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR

Gambar

Tabel 3.1  autokorelasi
Tabel 4.3  Statistik Deskriptif
Tabel 4.5  Uji multikolonieritas  Model  Unstandardized Coefficients  Standardized
Tabel 4.6  Hasil uji autokorelasi
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Cairan tubuh yang dibuang pada saat ultrafiltrasi adalah cairan intravaskuler, dengan berkurangnya jumlah cairan intravaskuler secara cepat pada saat proses hemodialisa maka

guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subjek pokok. Proses tersebut dalam pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik. khusus, yaitu: 1)

In the event that an OWS server encounters an error servicing an operation request, it shall return an exception report message as specified in Clause 8. The allowed exception

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Spray Drying dan Foam-mat Drying Terhadap Karakteristik Fisikokimia Minuman Serbuk Instan Campuran Labu Kuning

Untuk bisa melakukan seleksi materi yang akan digunakan dalam portofolio tergantung pada beberapa hal berikut: tujuan (menunjukkan hasil karya terbaik atau proses belajar),

: Awan Hariono, M.Or : a. Ria Lumintuarso, M.Si. Kelengkapan unsur isi buku b. Ruang lingkup dan kedalaman. pembahasan

"Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation, Job Satisfaction, Organizational Commitment. and Job Performance", Procedia - Social and Behavioral

Sampel berupa daun tanaman kecipir yang telah diinduksi sinar gamma dengan panjang gelombang 20 Gy, 25 Gy dan tanaman kontrol yang tidak diinduksi sinar gamma.. Cara