• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang Muda Yang Bercinta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yang Muda Yang Bercinta"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Yang Muda Yang Bercinta

Tanggal 1 Desember 2001, kita yang peduli terhadap penyebaran Virus HIV memperingati Hari AIDS Sedunia. Menurut catatan PBB jumlah penduduk yang mengidap HIV telah meningkat dari 34,3 juta jiwa diakhir tahun 1999 menjadi 36,1 juta jiwa di tahun 2001. Melihat jumlah tersebut, peringatan hari ini seakan-akan merupakan tanda kemenangan yang membanggakan dari Virus HIV di seluruh dunia.

Mereka tidak boleh segera bertepuk tangan. Sejak peringatan Hari HIV/AIDS sedunia dicanangkan beberapa tahun terakhir ini, kita, umat manusia, makin berada pada posisi yang waspada. Kita makin kompak, makin sadar, makin gegap gempita mengembangkan sikap dan tingkah laku anti HIV untuk menyelamatkan umat manusia dari kepunahan karena serangan yang maha dahsyat itu.

Tidak kurang dari delapan lembaga PBB seperti UNICEF, UNDP, UNFPA, UNDCP, ILO, UNESCO, WHO, WORLD BANK, menyatukan diri dan kekuatannya untuk

memimpin, mengarahkan dan memberikan bantuan bagi suatu perang dunia yang panjang melawan Virus HIV. Kegiatan delapan lembaga dunia itu disambut oleh

lembaga-lembaga serupa di banyak negara. Organisasi dan lembaga-lembaga Pemerintah, masyarakat dan swasta bersama-sama segera menyatukan diri dan mengajak semua pihak untuk

mempergunakan ribbon merah sebagai pertanda tekad bersama yang bulat memerangi HIV secara terpadu.

Sejak ajakan seperti ini dicanangkan beberapa tahun yang lalu melalui peringatan Hari HIV Dunia, masyarakat makin sadar akan bahaya penyebaran Virus HIV yang sangat cepat. Tidak seperti Virus lain pada umumnya, Virus ini mempunyai cara penyebaran yang unik dan sangat disukai oleh umat manusia. Lebih dari 70 persen penderita HIV mendapatkannya karena hubungan seksual, baik bersifat heteroseksual maupun homoseksual.

Cara penyebaran kedua adalah karena ulah para pemakai narkoba. Mereka menikmati barang terlarang itu dengan cara suntikan memakai jarum yang sama berganti-ganti. Kalau salah seorang dari pemakai itu mengidap HIV yang sangat jahat itu, maka dengan mudah akan ditularkan kepada yang lain. Cara ketiga terjadi kalau seorang ibu yang sedang mengandung mengidap Virus HIV. Ibu yang mengidap Virus itu bisa menularkan kepada anaknya selama masa mengandung, pada waktu melahirkan, atau pada waktu menyusui anaknya.

Serangan Virus itu sangat dahsyat. Para ilmuwan, ahli senjata untuk melawan Virus, masih harus berjuang keras untuk menemukan obat yang dapat dipergunakan umat manusia untuk mempertahankan diri, atau untuk menyerang balik. Sampai hari ini “senjata” itu belum diketemukan. Secara terus terang mereka baru menemukan obat untuk menahan dan memperlambat arus serangan Virus itu. Kombinasi beberapa jenis obat, yang sebagian masih dalam fase obat percobaan, di banyak penelitian dan

penggunaan terbatas yang berani, baru terbukti bisa memperlambat serangan, dan atau memperlambat berkembangnya Virus HIV itu menjadi semacam kanker AIDS yang mematikan.

(2)

Celakanya, kombinasi obat yang sama itu tidak selalu membawa efek yang sama pada penderita lain. Bahkan karena obat-obat itu ada sebagian penderita yang menjadi kebal dan tidak lagi siap untuk menahan Virus yang sangat jahat itu. Ringkasnya para ahli obat belum menemukan Vaccin atau obat anti HIV yang bisa membuat umat manusia

menganggap enteng serangan itu. Namun bagaimanapun juga, kombinasi obat yang sedang hangat-hangatnya dicoba di banyak negara maju merupakan kemajuan yang menjanjikan.

Karena harga obat-obat itu mahal, para penderita di negara-negara berkembang pada umumnya masih harus gigit jari. Mereka tidak mudah menikmati hasil kombinasi itu karena tidak tahu, atau karena harga obat yang tidak mungkin mereka bayar, atau bahkan tidak mungkin disubsidi oleh pemeritahnya yang sama-sama miskin.

Disamping HIV sedang diidap oleh tidak kurang 36,1 juta jiwa, semenjak awal epidemik sampai sekarang telah jatuh korban yang sangat besar. Di seluruh dunia, sejak

menjalarnya Virus HIV/AIDS dapat dicatat telah ada sekitar 19 – 20 juta penduduk meninggal dunia karena AIDS. Tidak kurang dari 9 juta jiwa adalah laki-laki potensial dan sebagian besar masih muda. Disamping itu ada sekitar 4 juta anak-anak dibawah usia 15 tahun yang meninggal dunia karena Virus yang sama. Pada tahun 1999 saja, selama satu tahun, ada sekitar 2,8 juta penderita, orang dewasa dan anak-anak, meninggal dunia dengan sia-sia. AIDS telah menyebabkan tidak kurang dari 13 juta anak-anak menjadi anak yatim, atau piatu, atau anak yatim piatu.

Biarpun Virus itu menyebar dan menyerang dengan dahsyat atau dalam bahasa anak muda disebut “menghebohkan”, kita tidak perlu menjadi sangat jijik kepada para

penderita, atau sangat curiga sesama umat manusia. Virus HIV tidak menular antar umat manusia karena berjabat tangan, saling bersentuhan, ciuman sopan santun yang

sederhana, berada di muka orang yang sedang bersin, makan bersama, mempergunakan toilet bersama, atau bahkan berenang dalam satu kolam renang bersama-sama.

Karena penyebaran Virus itu relatip sederhana, maka apabila kita mempunyai tekad yang bulat dan bersedia mempelajari dengan seksama “kepandaian” Virus itu menyebarkan dirinya, niscaya kita bisa mempertahankan diri dengan baik, atau setidak-tidaknya kita bisa akrab dengan Virus itu, dan secara sadar dan sopan menghindarinya. Keakraban dengan Virus ini hampir identik dengan keakraban pergaulan sesama anak muda yang sama-sama tidak memahami masalah reproduksi manusia yang sehat. Anak-anak muda yang mulai gandrung dengan kebebasan inividu dan menikmati pilihan secara demokratis bisa saja tergelincir dengan rajuan kebebasan seksual. Atau secara tidak sadar meng-“iyakan” anjuran penggunaan narkoba yang harus disuntikkan secara bergantian. Era kebebasan inilah yang menyebabkan anak muda yang tidak akrab dan tidak mengetahui bahaya penyebaran Virus menjadi tidak waspada. Karena ketidak pedulian itu, setiap hari ada 14.000 kasus baru tercatat di seluruh dunia.

Pada tahun 2000 yang lalu Virus HIV ini menyerang tidak kurang dari 5,3 juta penderita baru di seluruh dunia. Tidak kurang dari separo dari penderita baru itu adalah anak-anak muda yang secara tidak sadar sedang menikmati kemerdekaan yang baru, ikut dalam arus kemerdekaan individu dan menikmati hikmah yang salah dari hak-hak azasi manusia. Anak-anak muda perempuan yang sedang mencari dan memperjuangkan hak-hak persamaannya dengan kaum pria, tentunya masih berada pada titik lemah dan rawan, harus menjadi korban dan penderita yang terbesar dari serangan maut ini. Dan sudah dapat diduga, karena mereka yang sedang hangat-hangatnya berjuang itu adalah dari

(3)

negara-negara berkembang, ternyata lebih 95 persen berasal dari negara berkembang. Afrika yang akhir-akhir ini berkembang dengan pesat sesudah Asia, menjadi “tuan rumah” dari sekitar 70 persen pengidap HIV/AIDS dari seluruh dunia.

Karena negara-negara Afrika menjadi pemilik mayoritas penderita HIV, akibatnya sangat menyedihkan. Angka harapan hidup yang sedang merambat naik secara konsisten

mendekati angka 60 tahun, karena pembangunan KB telah berhasil menurunkan angka fertilitas yang kemudian diikuti dengan penurunan angka kematian, mendadak angka harapan hidup itu turun kembali secara drastis. Sebabnya sederhana dan menyedihkan, banyak generasi muda meninggal dunia terkena serangan HIV dan AIDS yang

mematikan.

Banyak pasangan-pasangan muda yang sedang bercinta, sedang gandrung pada kebebasan individu, selama masa sekolah di sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, atau sudah sampai ketingkat mahasiswa, dengan tidak sadar tergiur kehidupan seksual yang bebas. Dengan mudah mereka terkena serangan HIV AIDS dan dalam sepuluh tahun terakhir ini menjadi penyebar diantara teman-teman sebayanya. Masa inkubasi selama tujuh sampai sepuluh tahun menjadikan banyak negara di Afrika terkejut karena pada akhir abad lalu secara mendadak kehilangan anak-anak mudanya. Serangan HIV lima sepuluh tahun lalu telah tumbuh menjadi AIDS dan akhirnya membunuh anak-anak muda itu tanpa ampun.

Lebih menyedihkan lagi, banyak anak muda yang berhasil dalam pendidikannya tetapi secara tidak sadar telah terkena Virus HIV. Mereka menikah dan menyusun keluarganya dengan penuh harapan. Tanpa mereka ketahui dengan pasti, kedua orang tua yang mengidap virus itu menularkan Virusnya kepada anaknya. Satu demi satu anak-anak bayinya yang tertular itu menderita sakit yang sukar disembuhkan dan akhirnya meninggal dunia. Bayi-bayi itu ternyata meninggal dunia karena ditelan oleh ganasnya HIV/AIDS yang yang ditularkan oleh orang tuanya sendiri. Bahkan banyak kejadian dimana para orang tua meninggal dunia terlebih dulu, dan anak-anak mereka meninggal dunia dalam pangkuan dan perawatan kakek neneknya yang terlalu tua untuk terserang Virus yang dahsyat itu.

Dengan latar belakang itu, semenjak tahun lalu lembaga-lembaga PBB Dunia mengajak kita semua memperingati Hari AIDS Sedunia dengan tema yang berisi ajakan komitmen yang lebih besar dari kaum pria. Tahun ini tema kampanye itu adalah “kami pedul i, bagaimana anda”.

Alasan mengangkat tema ini selama dua tahun berturut-turut adalah bahwa kaum laki-laki, terutama yang muda, merupakan bagian terbesar, 53 persen, dari pengidap

HIV/AIDS di seluruh dunia. Kaum pria, umumnya mempunyai lebih banyak pacar atau lebih sering melakukan hubungan seksual dengan pacar yang berganti-ganti. Dengan demikian, mempunyai kesempatan untuk menularkan Virus HIV kepada kaum perempuan yang lebih banyak.

Kaum pria umumnya mempunyai usia harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan kaum wanita. Ini bisa disebabkan karena kaum laki-laki malas berobat atau tidak terlalu ambil pusing terhadap kesehatan dirinya. Dengan memberdayakan dan

meningkatkan komitmen kaum laki-laki, kita berharap bahwa para pemimpin, yang umumnya masih dikuasai kaum laki-laki, dapat memberikan contoh kepemimpinan yang baik kepada anak cucunya. Dengan contoh-contoh kepemimpinan yang lebih baik,

(4)

diharapkan masyarakat lebih mudah membudayakan hidup sehat sejahtera tanpa virus HIV.

Dengan adanya berbagai upaya seperti kampanye ini, di Indonesia banyak organisasi masyarakat yang bergerak membantu masyarakat meningkatkan kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS. Mereka menyebarkan informasi, membantu lembaga-lembaga advokasi dan lembaga-lembaga pelayanan untuk meringankan beban para penderita HIV/AIDS yang ada. Ada juga lembaga yang mengembangkan kegiatan dengan tujuan jangka panjang yang lebih komprehensip. Mereka mengembangkan pengertian

reproduksi melalui pendidikan dan pengajaran pada pendidikan dasar, menengah dan lembaga pendidikan pada umumnya.

Ada juga lembaga-lembaga yang mengembangkan upaya lebih drastis, yaitu menuntut agar tempat-tempat hiburan yang merangsang kehidupan seksual diluar lembaga perkawinan ditutup. Upaya-upaya itu ada yang menempuh pendekatan yang halus dan sangat menyentuh, ada pula yang dilakukan dengan cara yang dinamik tidak mengenal ampun. Apapun upaya yang dilakukan, kita harus tetap menghormati hak-hak azasi manusia dan memberdayakan masyarakat dengan sebaik-baiknya agar keputusan yang diambil oleh masyarakat itu menjadi keputusan yang kuat, berlangsung lama dan lestari. Disamping itu agar upaya yang kita lakukan tetap merupakan upaya pemberdayaan sumber daya manusia yang mampu membangun masa depan bangsa yang sejahtera dan penuh kedamaian. Karena itu, menjadi kewajiban kita bersama untuk ikut dalam gerakan mencegah berkembangnya budaya seenak sendiri, semau gue, yang akibatnya sangat merugikan masa depan bangsa.

Karena itu kita harus bekerja keras membantu pemberdayaan anak-anak muda yang sedang tumbuh, anak muda yang sedang bercinta, agar mereka terhindar dari bahaya yang mengancam dan dapat berkembang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, bisa melanjutkan pembangunan bangsa dan negaranya dengan baik !

(5)

SERANGAN VIRUS MERUBAH TATACARA MENDIDIK ANAK

Serangan Virus HIV/AIDS yang sangat dahsyat di beberapa negara telah

menyebabkan banyak orang tua, keluarga, masyarakat dan bahkan para pemimpin dunia merubah cara mereka mempersiapkan anak-anak bangsanya menghadapi masalah reproduksinya. Negara-negara Amerika Serikat dan Eropa, yang maju dan modern, pemerintah dan masyarakatnya dengan komitmen yang tinggi membantu keluarga dan setiap orang tua menyiapkan anak-anak bangsanya dengan pendekatan pendidikan dan informasi modern yang terbuka. Akibatnya serangan Virus yang mulai berkembang sekitar tahun 1970-1980-an telah mulai dapat dikendalikan. Kasus serangan baru Virus HIV di Amerika Serikat yang semula puncaknya sekitar 150.000 orang setiap tahun

pada tahun 1980-an telah menurun pada tahun 1990-an menjadi hanya 40.000 orang setiap tahun.

Negara-negara Asia memang belum terlalu berat memperoleh akibat mengerikan dari serangan Virus HIV/AIDS tersebut. Relatip hanya Kamboja, Thailand dan Burma yang terkena agak lumayan. Mereka mempunyai tingkat prevalensi sekitar 1 persen. Tetapi India biarpun mempunyai tingkat prevalensi hanya sekitar 0,7 persen,

karena mempunyai penduduk yang sangat besar, telah menghasilkan jumlah penderita sebesar 3,7 juta orang. RRC, yang juga mempunyai penduduk yang besar, baru pada

tahun 2005 nanti diperkirakan mempunyai penderita sekitar 5 juta orang.

Menghadapi serangan itu, Thailand, salah satu negara Asia yang

mendapat serangan dahsyat pada tahun 1970-an, dan hampir-hampir menyandang stigma sebagai pabriknya Virus HIV atau pusat penyebaran Virus itu di Asia, telah dengan sadar dan komitmen yang tinggi mengetrapkan pendekatan yang hampir serupa pendekatan negara-negara maju Amerika dan Eropa. Pemerintah dan seluruh kekuatan pembangunan swasta, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan perorangan yang peduli terhadap generasi muda bangsanya dengan berani mengubah pendidikan dan pemberian informasi tentang masalah-masalah reproduksi dan seksual secara terbuka dan lugas.

Hasilnya sungguh mengagumkan. Derasnya serangan Virus mengendur dengan kecepatan yang tidak kalah hebatnya dibandingkan pengalaman negara maju seperti Amerika Serikat. Tingkat pengetahuan masyarakat, keluarga dan perorangan tentang bahaya serangan Virus HIV/AIDS juga naik dengan kecepatan yang tinggi. Sikap dan tingkah laku masyarakat yang sangat permisif dan bisa melakukan hubungan seksual yang tidak aman secara meyakinkan berubah. Masyarakat makin bersikap hati-hati, makin menganut sikap dan tingkah laku hubungan seksual dengan aman. Akibatnya tingkat berjangkitnya Virus bisa di rem dan prevalensi HIV/AIDS di Thailand juga menurun dengan drastis.

Dengan keberhasilan Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan contoh konkrit di negara berkembang seperti Thailand itu, para ahli dan pemimpin-pemimpin yang peduli di berbagai negara sedang berusaha keras membantu Afrika yang dianggap tuan rumah

dari 70 persen orang dewasa yang terkena infeksi Virus HIV. Mereka sangat konsen

(6)

atau semacamnya, tetapi karena ternyata sekitar 80 persen anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS dari seluruh dunia ada di Afrika.

Memang tidak adil Afrika dianggap sebagai gudang HIV/AIDS, tetapi fakta kenyataannya adalah demikian. Bahkan Afrika Selatan sekarang ini diangap negara yang

mempunyai jumlah penderita yang paling banyak, yaitu 4,2 juta orang. Data PBB juga

mengungkapkan bahwa anak-anak gadis di Afrika mempunyai resiko terkena HIV/AIDS

dengan skala lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan prianya.

Penyebabnya sangat sederhana, pengetahuan anak-anak gadis tersebut tentang reproduksi remaja yang umumnya berasal dari orang tuanya, atau dari teman-temannya, sangat rendah dan mereka menganggap ganti-ganti pacar serta hubungan suami-isteri diluar perkawinan adalah hal biasa saja.

Contoh yang sangat tragis adalah kasus Kenya. Setiap hari ada sekitar 700 orang

meninggal dunia karena HIV/AIDS. Keadaan ini masih akan berlangsung untuk waktu

yang sangat lama karena mereka yang meninggal dunia karena AIDS pada waktu ini adalah hasil kumulasi dari para penderita yang mulai terjangkit sejak tahun 1980-1990-an yang lalu. Mereka sekarang telah berada pada akhir masa inkubasi, tidak dapat

disembuhkan dan tidak tahan lagi dengan serangan Virus yang telah berkembang

menjadi AIDS. Negara-negara seperti Botwana yang mempunyai tingkat prevalensi HIV/AIDS tidak kurang dari 35 persen, dalam waktu lima sampai sepuluh tahun yang akan datang hampir pasti akan kehilangan generasi muda dan angkatan kerja

potensialnya. Angka harapan hidup akan dengan mudah turun menjadi 35 tahun atau kurang. Tragisnya, Zambia, tidak akan bisa mengejar pendidikan para guru untuk

mengganti guru-guru yang meninggal dunia karena HIV/AIDS.

Serangan dahsyat wabah Virus HIV/AIDS itu melanda dunia dengan korban yang luar

biasa besarnya. Sejak epidemik itu berkembang diseluruh dunia telah jatuh korban

sekitar 21,8 juta orang meninggal dunia karena AIDS, lebih besar dari seluruh

penduduk Malaysia. Pada tahun 2000 saja ada sekitar 3.000.000 orang meninggal dunia

karena HIV/AIDS. Jumlah kasus-kasus itu ternyata limapuluh persen lebih besar

dibandingkan dengan ramalan sepuluh tahun sebelumnya.

Yang juga mengerikan adalah bahwa korban-koban itu lebih dari limapuluh persen

adalah generasi muda dibawah usia 24 tahun. Anak-anak muda itu hampir pasti meninggal dunia dibawah usia 35 tahun. Mereka pada umumnya akan meninggalkan

anak yang masih kecil, tanpa ibu, atau tanpa ayahnya, bahkan mungkin saja anak-anak itu juga sudah terkena infeksi Virus HIV/AIDS sejak dalam kandungan ibunya. Menurut catatan PBB, dewasa ini di seluruh dunia terdapat tidak kurang dari 16,4 juta ibu-ibu usia 15-49 tahun hidup dengan HIV/AIDS.

Seperti diuraikan diatas, banyak negara Afrika yang bisa dianggap gudang

HIV/AIDS dewasa ini telah mulai melakukan serangan balik dengan sungguh-sungguh

dan dahsyat. Dalam serangan balik ini banyak negara Afrika mengetrapkan pendekatan informasi dan edukasi reproduksi sehat secara terbuka. Mitos-mitos tabu yang semula menjadi penghambat mengalirnya informasi terbuka itu dibongkar oleh pemerintah dan

(7)

masyarakat yang peduli. Upaya itu pada tingkat awal memang tidak populer. Dengan upaya konkrit setiap pertemuan-pertemuan resmi yang diadakan oleh pemerintah diisi dengan pengantar berupa penjelasan tentang bahaya HIV/AIDS untuk pembangunan masa depan bangsanya. Dengan tegas digambarkan bahwa Virus HIV/AIDS bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu.

Anak-anak muda diajak bekerja keras meyakinkan anggota peernya akan godaan kehidupan permisif yang berbahaya untuk masa depannya. Program-program radio, tv dan media massa lainnya tidak segan-segan menyiarkan informasi reproduksi sehat dan hubungan seksual yang aman secara terang-terangan. Pusat-pusat pertokoan, lapangan terbang dan tempat-tempat umum lainnya diisi dengan poster-poster menyolok tentang HIV/AIDS yang bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Leaflet atau buku-buku kecil tentang masalah seksual yang aman dan bahaya HIV/AIDS disebar secara luas mencoba menyaingi kecepatan penyebaran Virus itu sendiri.

Para pemimpin negara-negara itu, yang mulai yakin bahwa mereka hampir pasti akan kehilangan sebagian generasi mudanya yang potensial berusaha keras mengubah cara mendidik anak bangsanya. Mereka berusaha keras mengetrapkan program dan kegiatan pemberdayaan generasi muda secara total dengan harapan anak-anak bangsanya akan mempunyai tingkat nalar yang tinggi dan bisa melakukan pilihan yang bertanggung jawab untuk masa depannya. Dengan memberikan gambaran yang benar, disebar secara luas dan sangat terbuka mereka berharap anak-anak muda bangsanya tidak mengarang sendiri asumsi-asumsi yang salah tentang masalah reproduksi sehat dan hubungan seksual aman yang biasanya diberikan dengan pendekatan yang remang-remang.

Untuk program yang harus dilakukan dengan kualitas yang tinggi itu berbagai latihan untuk tenaga-tenaga penggerak sudah dilakukan dengan gegap gempita di beberapa negara dengan bantuan ahli-ahli dari berbagai negara. Lembaga-lembaga internasional yang mempunyai pengalaman menarik dan metoda-metoda canggih telah diajak dan diberikan kesempatan untuk melatih tenaga lokal dari berbagai kalangan agar bisa menjangkau seluruh anak muda yang ada. Metoda latihan yang paling modern telah dipergunakan dan dilakukan dengan komitmen yang sangat tinggi.

Pusat-pusat kesehatan reproduksi dibuka di rumah sakit, klinik, maupun pos-pos yang ada di desa. Anak-anak muda diberikan juga kesempatan untuk mengadakan dialog interaktip baik melalui radio, televisi, maupun secara langsung di lapangan. Para ahli, baik lokal maupun dari berbagai lembaga internasional, diberi kesempatan mengadakan semacam “road show” ke daerah-daerah dengan segala macam cara. Ada yang membawa

musik yang digemari anak-anak muda, ada pula yang membawakan semacam sandiwara yang menggambarkan lakon-lakon tragis karena anak muda tergoda oleh kehidupan permisif yang menyesatkan, dan cara-cara lain yang akrab dengan generasi muda. Pusat-pusat pelayanan tes darah juga disediakan dengan ongkos yang disubsidi.

Perhatian yang sama diberikan juga kepada mereka yang telah terkena serangan Virus HIV/AIDS. Ongkos pengobatan yang bisa mencapai US$ 1 juta mulai diberikan

(8)

mereka yang terjangkit Virus itu segera dapat dikenali. Upaya ini merupakan pencegahan menularnya Virus itu kepada pasangan atau anak muda lain yang tidak mengetahui bahwa rekannya sudah mengidap penyakit. Karena itu subsidi yang dibarikan sekaligus harus dipandang sebagai upaya pencegahan agar tidak lebih banyak anak muda mendapat penularan dari mereka yang terkena tetapi tidak diketahui bahwa dirinya sebenarnya mengidap Virus yang sangat berbahaya.

Pengalaman Amerika, Eropa, Afrika dan sebagian negara Asia seperti Thailand, kiranya sudah cukup untuk menggerakkan para pemimpin dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat serta mereka yang peduli untuk menggugah gerakan yang sama di Indonesia. Kita tidak usah menunggu sampai kasusnya meledak di tanah air. Kita mempunyai kesempatan yang baik untuk segera menggerakkan komitmen dan menyusun program advokasi dan pendidikan bagi generasi muda Indonesia. Anak-anak muda itu harus kita selamatkan. Kita harus bisa mengajak, bekerja sama dan memberdayakan generasi muda agar dengan penuh tanggung jawab bisa menyelamatkan diri dengan informasi dan pengetahuan reproduksi sehat yang berkualitas.

Kita juga harus berani mendirikan lembaga-lembaga pelayanan bagi mereka yang sudah terkena infeksi Virus itu agar mereka dapat merasakan perhatian dan kepedulian yang tinggi dari masyarakat sekitarnya. Mereka yang terkena infeksi itu adalah warga negara dan saudara-saudara kita juga. Dengan kepedulian dan dukungan diharapkan mereka dapat membantu untuk mengurangi penyebaran lebih lanjut dari Virus yang ada pada dirinya dan membagi pengalamannya kepada mereka yang sehat untuk tidak terjerumus dalam godaan yang membawa virus terkutuk tersebut.

Biarpun mungkin saja pada tingkat awal gerakan ini tidak populer, kita harus berani merubah cara bangsa ini mendidik generasi mudanya dalam masalah reproduksi

sehat, hubungan seksual yang aman, serta segera mempersiapkan generasi muda yang tangguh dan berkualitas. Hanya dengan generasi muda yang tangguh dan berkualitas itu kita akan mempunyai modal untuk membangun bangsa yang sejahtera dimasa datang.

(9)

MEMERANGI TERORIS GLOBAL HIV/AIDS

Tanggal 1 Desember 2002, negara-negara dan penduduk dunia yang sudah melebihi 6 milyar jiwa itu dengan rasa gundah memperingati Hari HIV/AIDS Internasional. Hari

HIV/AIDS Internasional itu diciptakan bukan untuk menjadikan Virus HIV sebagai pahlawan dunia, tersenyum menikmati kemenangan penyebaran terorisme global yang jahat, tetapi merupakan suatu tonggak pertanda adanya komitmen dan kebersamaan global seluruh bangsa di dunia menyatukan diri memerangi Virus yang sangat jahat dan ganas itu.

(10)

Genderang serangan teroris Virus HIV/AIDS sesungguhnya baru mulai nampak di permukaan pada sekitar bulan Mei 1981 ketika dilaporkan adanya ikutan dari penyakit pneumonia yang aneh (Pneumocystis Carinii Pneumonia, atau PCP) sebanyak 5 kasus penderita homoseksual yang tadinya sehat walafiat di Los Angeles, Amerika Serikat. Pada bulan yang sama Virus itu juga menjadi ikutan dari 26 kasus penyakit kulit yang juga aneh (Kaposi sarcoma, KS) di New York dan San Francisco, Amerika Serikat. Penyelidikan sebelum tahun 1979 mencatat secara ragu-ragu Virus aneh ini pada 9 kasus, pada tahun 1979 pada 12 kasus, dan pada tahun 1980 meledak menjadi 49 kasus. Pada tahun 1981 makin meledak menjadi 227 kasus, dan lebih lanjut pada tahun 1985 secara kumulatif telah mencapai 8.661 kasus. Jumlah itu terus meroket, sehingga pada akhir tahun 1989 telah mencapai 117.781 kasus yang sekaligus terlihat telah menyerang hampir 2.000 anak-anak usia 0-13 tahun.

Para ahli merasa sangat risau dan memberikan warning secara luas bahwa tanda-tanda itu sungguh membahayakan. WHO, Badan Kesehatan Dunia, segera menggelar program untuk memberi peringatan kepada anggotanya bahwa bahaya penyebaran Virus HIV/AIDS tidak dapat diabaikan.Virus ini, sebagai “teroris” menyebar dengan cara dan medium yang akrab dengan kesenangan dan kenikmatan dunia yang selalu didambakan dan dilakukan oleh umat manusia, hubungan seksual dan penggunaan narkoba.

Upaya melawan dengan ajakan mempersatukan diri secara global mulai diserukan oleh WHO dan berbagai Lembaga Internasional lainnya pada Konperensi Wanita Dunia tahun 1995 di Beijing. Pada waktu itu diperkirakan telah terdapat antara 7-8 juta wanita terkena HIV dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat dalam waktu lima tahun saja. Berita dan ramalan gegap gempita di tahun 1994-1995 itu ikut menggerakkan Indonesia dalam upaya penanggulanan HIV/AIDS. Indonesia segera membentuk suatu Tim Nasional dibawah koordinasi Menko Kesra yang keanggotaannya meliputi berbagai lembaga nasional dan daerah.

Pembentukan Komisi itu segera diikuti dengan berbagai aktifitas untuk bersama-sama menangkal serangan yang bertubi-tubi dan berwawasan global itu. Tetapi, seperti halnya ancaman bahaya serangan teroris di Indonesia beberapa waktu lalu, dengan alasan keterbatasan pengertian dan persepsi tentang magnitute serangan, kekurangan tenaga dan dana, upaya menahan serangan itu hanya dilakukan dengan setengah hati. Serangan yang muncul di Irian Jaya, sekarang Papua, kemudian Jakarta dan Bali, menjadi alasan bahwa “teroris” HIV/AIDS dibawa oleh agen asing. Karena itu tidak perlu risau untuk daerah -daerah yang tidak ada unsur asingnya.

Namun beberapa tahun kemudian, ketika serangan itu muncul di daerah-daerah yang relatif tidak ada unsur asingnya, barulah disadari bahwa Virus HIV sudah makin menjadi “teroris” domestik. Upaya untuk menghentikannya menjadi bertambah sulit karena mereka berbaur dengan sangat akrab dengan penduduk dan keluarga lain yang tidak berdosa. Virus itu menjalar dari orang-orang “alim” dan penduduk biasa yang dikira

(11)

tidak pernah berbuat dosa. Mereka menjalar dengan gerakan yang makin manis dan mencekam dengan kecepatan dan akselerasi yang sangat tinggi.

Menurut catatan Dirjen P2M dan PLP, Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan, pada tahun 1987 jumlah pengidap yang terdeteksi di Indonesia baru 6 orang saja. Pada akhir bulan Desember 1994 telah dilaporkan menjadi 275 kasus. Pada tahun 1998 melonjak menjadi 303 kasus. Dan istemewanya, pada waktu itu penderita HIV/AIDS sudah “resmi” ada di 23 propinsi dari 27 propinsi yang ada pada waktu itu.

Pengalaman “reformasi” di Afrika maupun di negara -negara Eropa Timur memberikan pelajaran kepada kita bahwa “kebebasan dalam bidang politik” merembet juga kepada kebebasan dalam kehidupan seksual dan penggunaan narkoba, utamanya penggunaan narkotika dengan sistem suntikan. Akibat sampingan dari kebebasan itu adalah masuknya “terorisme” HIV/ AIDS dengan serangan yang sangat dahsyat yang biasanya tidak mendapat perhatian, atau maksimal mendapat perhatian setengah hati dari pemerintah dan masyarakatnya. Korban dari serangan teroris HIV/AIDS itu ternyata lebih dahsyat dibandingkan dengan korban dari segala macam penyakit atau serangan bom teroris manapun juga. Mumpung belum terlambat, marilah kita menyatukan diri bersama-sama dan dengan sungguh-sungguh memerangi teror Virus HIV/AIDS. Kalau bukan kita sendiri, siapa lagi.

(12)
(13)

SUDAH BANYAK KORBAN – KAPAN KITA PEDULI

Setiap tanggal 1 Desember 2001. para simpatisan yang peduli atas nasib ummat manusia

akan menangis melihat korban berjatuhan tanpa ampun. Tidak kurang dari 19 – 20 juta telah meninggal dunia menjadi korban Virus HIV/AIDS yang ganas. Pada saat ini. setiap hari. tidak kurang dari 8.000 jiwa. sama dengan sekitar 20 pesawat jumbo jet yang penuh dengan penumpang muda dan anak-anak. jatuh dan semua penumpangnya meninggal dunia.

Itulah makna dari peringatan Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal I Desember

2()01 yang akan datang. Tidak seperti biasa. Hari Peringatan AIDS Sedunia ini tidak harus disambut dengan pesta kemenangan. tetapi merupakan undangan untuk

menyegarkan dan meningkatkan komitmen. kerja keras membekali diri dengan kesadaran dan pengetahuan yang mendalam untuk melawan penyebaran Virus yang sangat ganas. Peringatan ini mengundang semua pihak, para pemimpin dan kita semua yang peduli. untuk memerangi godaan Virus yang membuat orang lengah terhadap keselamatan keluarganya.

Karena itu, untuk tahun 2001. delapan organisasi PBB seperti UNICEF. UNDP. UNFPA. UNDCP. ILO. UNESCO. WHO. WORLD BANK. menyatukan diri dan kekuatannya untuk memimpin. mengarahkan dan memberikan bantuan bagi suatu perang dunia yang panjang melawan Virus HIV. Kegiatan delapan lembaga dunia itu disambut oleh lembaga-lembaga serupa di banyak negara. Organisasi dan lembaga Pemerintah, masyarakat dan swasta. bersama-sama harus segera bersatu dan mengajal semua pihak untuk mempergunakan ribbon merah sebagai pertanda tekad bersama yang bulat

memerangi HIV secara terpadu. Mereka harus segera menganjurkan kita semua meneriakkan tema bersama untul- merangsang kepedulian kaum laki-laki dengan menetapkan tema ajakan yang sangat menarik dan simpatik .

(14)

"kami peduli, bagaimana anda"

Penyegaran komitmen itu merupakan kelanjutan ajakan yang dimulai tahun lalu k.epada I aum laki-laki. Ajakan itu sekaligus mewakili 36.1 juta penderita HIV dan jutaan lagi di seluruh dunia yang menaruh simpati agar sikap dan tingkah laku peduli itu akhirnya menjadi budaya hidup sehat sejahtera. Hidup sehat itu hendaknya disertai iman dan taqwa yang tinggi agar mampu secara kokoh membentengi dan menjadi penangkal jitu terhadap meluasnya penyebaran HIV'AIDS.

Disamping tidak kurang dari 36.1 juta jiwa sedang mengidap HIV. semenjak. awal epidemik sampai sekarang telah jatuh korban yang sangat besar. Di seluruh dunia. sejak menjalarnva Virus HIV/AIDS dapat dicatat telah ada sekitar 19 – 20 juta penduduk meninggal dunia karena AIDS. Setiap hari tidak kurang dari 8.000 orang meninggal dunia karena penyakit ini. Tidak kurang dari 9 juta jiwa adalah laki-laki potensial dan sebagian besar masih muda. Disamping itu ada sekitar 4 juta

anak-anak dibawah usia 1 tahun yang meninggal dunia karena Virus yang sama. Pada tahun 1999 saja. selama satu tahun. ada sekitar 2.8 juta penderita. orang dewasa dan anak-anak. meninggal dunia dengan sia-sia. AIDS telah menyebabkan tidak kurang dari 13 juta anak-anak menjadi anak yatim, atau piatu, atau anak yatim piatu. korban

berjatuhan sudah banyak .

Kecuali untuk Sub Shara Afrika kematian laki-laki lebih besar dibandingkan dengan kematian kaum wanita. Para pemuda yang berumur dibawah umur 25 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Karena umumnya laki-laki lebih dominan. banyak yang sok menang sendiri. mereka jugalah yang biasanya menularkannya kepada kaum perempuan. yang di hampir semua negara berkembang, keadaannya relatip lemah.

Karena itu keberhasilan upaya kampanye ini harus bisa diukur dari munculnva tingkah laku penduduk sehari-hari sebagai perorangan. dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat yang merupakan pencerminan dari tingginya kesadaran. meningkatnya pengetahuan. dan adanya semangat untuk. mempraktekkan pola hidup sehat yang menjadi keyakinannya dalam sikap dan tingkah laku tersebut.

Harapan kita adalah bahwa upaya untuk meningkatkan paradigma dan pola hidup sehat itu harus secara sadar disampaikan oleh sebanyak. mungkin kekuatan pembangunan melalui penyuluhan. pendidikan dan informasi serta contoh-contoh konnkrit pada setiap keluarga. lehih-lebih pada keluarga-keluarga yang rawan godaan. rawan berperilaku kurang sehat dan banyak menghadapi godaan. karena "sulitnya hidup sehat" itu. maka setiap penduduk dan keluarga harus selalu mendapat pengayaan dan penyegaran untuk berpola hidup sehat sehingga bisa menumbuhkan dan memelihara budaya hidup sehat dimanapun mereka berada.

(15)

Dengan mengembangkan filosofi -perilaku hidup sehat adalah sebagian dari iman" dan pencegahan adalah lebih baik dari pengobatan". dalam setiap pendidikan dan penyuluhan untuk setiap individu. keluarga dan masyarakat. bulan Ramadhan yang suci ini

merupakan momentum yang sangat jitu untuk memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia. Momentum ini sekaligus bisa menjadi awal dari suatu "gerakan nasional untuk menuju terciptanya individu. keluarga dan masyarakat dengan budaya hidup sehat itu. Disisi lain dalam era reformasi sehat emosional mental dan spiritual juga harus digalang dengan mengarahkan dan menyalurkan pendapat yang positif berdasarkan akal sehat, inovatif dan bermanfaat untuk penyelesaian masalah secara runtut. sistematis dan konstruktif serta mengikuti pranata etika moral dan hukum serta kepribadian bangsa yang luhur dan

menghindari budaya yang tidak sehat seperti hal-hal yang hersifat emosional. provokatif. adu domba. diskriminatif dan perpecahan.

Karena Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 200I mengambil tema pokok: "kami peduli, bagaimana anda".

kita harus memberi tekanan kepada upaya-upaya untuk memperkuat saling peduli antar individu. antar keluarga. dan antar masiarakat pada umumnya. Sekaligus mengundang tanggung jawab kaum laki-laki untuk mengawaii perubahan sikap dan tingkah laku itu. Dengan upaya saling peduli itu. maka pemilihan tema tersebut akan mudah

diterjemahkan dalam berbagai program aksi yang berarti karena:

a. Yang paling banyak terserang oleh HIV/AIDS adalah kaum muda (lebih dari 50%) usia 10-24 tahun. Serangan di Indonesia sudah bersifat domestik. dan dalam trend yang

meningkat.

b. kaum muda merupakan kelompok produktif serta memiliki k.ekuatan dan kemampuan untuk menekan perkembangan HIV/AIDS jika mereka sadar dan memiliki pengetahuan yang tepat dan cukup tentang cara-cara pencegahan penularan HIV dengan mengamalkan budaya hidup sehat. sesuai dengan tuntunan agama . sosial dan budaya yang dimilikinya. c. kaum muda dengan jender wanita masih menghadapi banyak kendala didalam

kehidupan sosial dan biologis. juga dalam masyarakat. antara lain pelecehan fisik dan seksual serta diskriminasi dalam pelayanan kesehatan. Pada sebagian masyarakat

didaerah tertentu masih menghadapi diskriminasi dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan tata kehidupan lainnya. Laki-laki harus secara sadar mengubah sikap dan tingkahnya terhadap kaum wanita.

d. Generasi muda saat ini adalah tumpuan dan harapan sumber daya manusia masa mendatang. Generasi muda sekarang ini mempunyai potensi dan persiapan yang lebih haik. dibandingkan dengan generasi muda sebelumnva.

e. Adanya kendala dan tantangan yang saat ini dihadapi oleh generasi muda di Indonesia. gelandangan pengemis (gepeng). anak jalanan serta maraknya minuman keras,

penyalahgunaan narkotik serta psycotropika dan sejenisnya. karena itu dalam tujuan dan pesan tema program Hari AIDS Sedunia tahun 2001 kiranya dapat diberikan tekanan pada hal-hal sebagai berikut:

(16)

1. Peningkatan kepedulian dan partisipasi langsung kaum muda. khususnya para pemuda dan kaum laki-laki pada umumnya.

2. Peningkatan kebijakan dan peranan bidang kesehatan reproduksi remaja dan dukungan untul perkembangan umum kaum muda dengan

menggunakan kerangka hak asasi manusia:

3. Peningkatan kesadaran terhadap dampak HIV/AIDS pada kaum muda serta dampaknya terhadap penyebaran wabah penyakit:

4. Pengerahan sektor masyarakat dan swasta untuk bekerjasama dalam menyehatkan dan mengembangkan kaum muda.

Semoga upaya ini mendapat limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa

(17)

PERANG BELUM SELESAI

Menko Kesra RI, Drs. Jusuf Kalla, menandatangani naskah kerjasama antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Australia tentang penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Kerjasama itu adalah kelanjutan upaya bersama untuk menanggulangi penyebaran yang makin dahsyat dari Virus HIV/AIDS di Indonesia. Memang, perang belum selesai. Upaya-upaya untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi yang dengan kampanye besar-besaran telah dimulai harus dilanjutkan untuk menggugah komitmen dan kebersamaan.

Menurut catatan PBB jumlah penduduk yang mengidap Virus HIV telah meningkat dari 34,3 juta jiwa diakhir tahun 1999 menjadi 37,1 juta jiwa di tahun 2001. Dalam angka itu ternyata jumlah penderita wanita telah mencapai sebesar 18,5 juta. Jumlah penderita anak-anak mencapai tidak kurang dari 3 juta. Dengan jumlah yang begitu besar yang tetap terus berkembang, kematian karena HIV/AIDS juga terus meningkat tajam. Menurut data PBB yang sama, pada akhir tahun 2001 lalu tercatat tidak kurang dari 14 juta anak-anak yang tidak lagi punya orang tua karena meninggal dunia gara-gara penyakit yang belum ada obatnya yang ampuh itu.

Seperti layaknya peperangan, penanda tangan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia itu merupakan penyegaran komitmen bersama bahwa bangsa ini akan tetap bergerak bersama bangsa lain untuk melanjutkan peperangan. Jumlah-jumlah kasus serangan HIV/AIDS yang terus membengkak dan menghasilkan pasukan baru yang lebih segar bagi Virus HIV/AIDS bukan merupakan pertanda kemenangan yang luar biasa. Biarpun daerah-daerah yang semula bebas Virus telah dapat ditundukkan, namun komitmen itu membuktikan bahwa kita tidak tinggal diam. Disamping kesibukan yang luar biasa menghadapi pengungsi dan persoalan bangsa lainnya, pemerintah dan masyarakat masih menyisakan waktu untuk berjuang menghambat laju pertumbuhan penyebaran Virus yang sangat berbahaya itu.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh pasukan Virus HIV telah menyadarkan banyak pihak untuk makin waspada dan menyatukan dirinya menghadapi tantangan yang luar biasa dahsyatnya itu. Virus HIV/AIDS memang menyerang umat manusia dengan memberikan iming-iming dan kenikmatan sesaat yang luar biasa kepada kaum muda. Mereka mempersilahkan kaum muda untuk bercinta dengan kenikmatan sesaat yang luar biasa. Mereka mengharapkan kaum muda menikmati kemerdekaan dan masa mudanya dengan berganti-ganti pacar dan melampiaskan rasa cinta kasihnya dengan memberikan kebebasan yang luar biasa untuk melampiaskan kebebasan itu dengan tanpa hambatan. Keberhasilan mereka menyerang negara-negara di Asia dengan dahsyat beberapa tahun yang lalu mereka bertepuk tangan dan merasa bahwa pasukan yang dibentuknya sudah cukup untuk menaklukkan dunia. Namun karena para pemimpin dan masyarakat Asia dengan gigih menyerang balik mereka kalang kabut. Beberapa negara Asia dengan berani menerobos pagar-pagar budaya untuk menanggulangi menyebarnya Virus yang

(18)

muda yang semula ogah untuk mendapatkan informasi dan merasa terkekang, kemudian dengan sadar mulai memberikan partisipasinya untuk tetap dinamis dan bercinta dalam batas-batas sosial budaya yang dikembangkan secara dinamis.

Sejalan dengan itu, tidak kurang dari delapan lembaga PBB seperti UNICEF, UNDP, UNFPA, UNDCP, ILO, UNESCO, WHO, WORLD BANK, menyatukan diri dan kekuatannya untuk memimpin, mengarahkan dan memberikan bantuan bagi suatu perang dunia yang panjang melawan Virus HIV. Kegiatan delapan lembaga dunia itu disambut oleh lembaga-lembaga serupa di banyak negara. Organisasi dan lembaga Pemerintah, masyarakat dan swasta bersama-sama segera menyatukan diri dan mengajak semua pihak untuk mempergunakan ribbon merah sebagai pertanda tekad bersama yang bulat

memerangi HIV secara terpadu.

Namun sejak ajakan seperti itu dicanangkan beberapa tahun yang lalu, Virus HIV/AIDS menyerang bagian dunia lainnya dengan lebih dahsyat. Mereka membonceng kebebasan dan kemerdekaan politik dan reformasi dengan memberikan kesempatan yang luar biasa kepada generasi muda di benua baru Afrika. Akibatnya sungguh sangat dahsyat. Negara-negara di belahan selatan Afrika yang tergabung dalam Sub Sahara Afrika, pada akhir tahun 2001 telah menjadi pusat berseminya HIV/AIDS dengan jumlah kasus tidak kurang dari 28,5 juta orang. Jumlah ini merupakan bagian terbesar dari seluruh kasus yang ada di dunia. Di tambah dengan 500.000 penderita di Afrika Utara, maka benua Afrika pada akhir tahun 2001 itu menjadi “rumah” dar i lebih dari 29 juta kasus HIV/AIDS yang ada di seluruh dunia.

Memang, tidak seperti Virus lain pada umumnya, Virus ini mempunyai cara penyebaran yang unik dan sangat disukai oleh umat manusia. Lebih dari 70 persen penderita HIV mendapatkannya karena hubungan seksual, baik bersifat heteroseksual maupun

homoseksual. Cara penyebaran lain adalah karena ulah para pemakai narkoba. Mereka menikmati barang terlarang itu dengan cara suntikan memakai jarum yang sama berganti-ganti. Kalau salah seorang dari pemakai itu mengidap HIV yang sangat jahat, maka dengan mudah akan ditularkan kepada yang lain. Cara ketiga terjadi kalau seorang ibu yang sedang mengandung mengidap Virus HIV. Ibu yang mengidap Virus itu bisa menularkan kepada anaknya selama masa mengandung, pada waktu melahirkan, atau pada waktu menyusui anaknya.

Serangan Virus itu sangat dahsyat. Para ilmuwan, ahli senjata untuk melawan Virus, masih harus berjuang keras untuk menemukan obat yang dapat dipergunakan umat manusia untuk mempertahankan diri, atau untuk menyerang balik. Para pemimpin Afrika, yang biasanya mengurusi masalah politik, keamanan dan ekonomi, menyatu dengan para ahli kesehatan dan menyiapkan serangan balik yang luar biasa. Pada tahun 2001 yang lalu, Sekjen PBB yang kebetulan berasal dari Afrika itu, bersama-sama dengan lembaga-lembaga dunia yang peduli itu, melakukan serangkaian usaha bersama yang sangat terpuji. Mereka mengumpulkan dana dan kekuatan untuk melakukan serangan balik dan menolong mereka yang sudah sangat parah terserang Virus yang ganas itu.

(19)

Serangan balik dilakukan dengan dukungan komunikasi, informasi dan edukasi yang jelas dan menyentuh untuk menyadarkan dan mengajak kaum muda yang menajdi musuh utama Virus itu untuk menyatukan diri dan mempertebal kepercayaan untuk membangun masa depan yang lebih solit. Sebab, kalau generasi muda tidak sadar dan merubah sikap dan tingkah lakunya, Afrika yang banyak menjanjikan untuk masa depan akan segera berakhir peranannya.

Disamping serangan dengan mempergunakan senjata komunikasi, informasi dan edukasi yang ampuh itu, mereka menyiapkan pusat-pusat pelayanan pencegahan untuk mulai mencari mereka-mereka yang dianggap rawan serangan Virus yang membabi buta tersebut. Pusat-pusat rehabilitasi baru dengan tenaga-tenaga terampil segera disiapkan di berbagai negara. Kerjasama antar negara untuk melatih tenaga-tenaga perawat

profesional segera dibentuk. Tenaga-tenaga muda yang diharapkan mampu memberikan dukungan kerjasama regional maupun global segera dilatih dan ditempatkan dengan peralatan yang dihimpun dari batuan dunia yang melihat masyarakat dan keluarga Afrika yang tidak berdosa itu bisa punah karena serangan Virus yang membabi buta.

Biarpun “senjata” untuk memerangi Virus HIV/AIDS dan mengobati mereka yang sudah terkena belum diketemukan, tetapi telah ada obat-obat tertentu yang bisa mengurangi rasa sakit dan memperpanjang usia penderita. Namun, karena masih berada dalam proses penelitian dan pengembangan, harganya masih relatip sangat mahal. Para pemimpin dan negara-negara Afrika bekerjasama mengusahakan agar obat-obat itu harganya dapat diberikan korting dan masyarakat serta negara yang relatif miskin di Afrika dapat memperoleh akses terhadap obat-obatan itu.

Celakanya, kombinasi obat itu tidak selalu membawa efek yang sama pada setiap penderita. Bahkan karena obat-obat itu ada sebagian penderita yang menjadi kebal dan tidak lagi siap untuk menahan Virus yang sangat jahat itu. Ringkasnya para ahli obat belum menemukan Vaccin atau obat anti HIV yang bisa membuat umat manusia menganggap enteng serangan itu. Namun bagaimanapun juga, kombinasi obat yang sedang hangat-hangatnya dicoba di banyak negara maju merupakan kemajuan yang menjanjikan.

Dengan cara gotong royong itu upaya Afrika telah membawa hasil yang menakjubkan. Biarpun serangan di Afrika belum berhenti, jumlah kasus baru tetap masih meningkat, jumlah mereka yang meninggal dunia secara kumulatip masih merupakan korban terbesar di dunia, namun keadaannya mulai menunjukkan tanda-tanda perlawanan yang sama dahsyatnya. Di setiap kesempatan pertemuan politik tidak ada lagi upaya untuk

melindungi masing-masing negara karena prestise, tetapi mulai muncul ajakan kerjasama yang akrab untuk saling menyelesaikan permasalahan yang menyerang hampir semua negara dan kaum muda yang tidak berdosa itu.

Disamping HIV sedang diidap oleh tidak kurang 37,1 juta jiwa di seluruh dunia, semenjak awal epidemik sampai sekarang telah jatuh korban yang sangat besar. Di seluruh dunia, sejak menjalarnya Virus HIV/AIDS dapat dicatat telah ada sekitar 19 – 20 juta penduduk meninggal dunia karena AIDS. Tidak kurang dari 9 juta jiwa adalah

(20)

laki-laki potensial dan sebagian besar masih muda. Disamping itu ada sekitar 4 juta anak-anak dibawah usia 15 tahun yang meninggal dunia karena Virus yang sama. Pada tahun 1999 saja, selama satu tahun, ada sekitar 3 juta penderita, orang dewasa dan anak-anak, meninggal dunia dengan sia-sia. AIDS telah menyebabkan tidak kurang dari 14 juta anak-anak menjadi anak yatim, atau piatu, atau anak yatim piatu.

Kemampuan Afrika menangani HIV/AIDS, seperti juga makin siapnya negara-negara Asia melakukan hal yang sama, tidak membuat jera serangan Virus itu. Mereka mencari lahan baru yang dianggap relatif masih kendor dan komitmennya kurang

menguntungkan. Negara-negara baru yang selama tahun 2001 mendapat serangan

dahsyat itu adalah Negara-negara Eropa Timur atau negara-negara yang tergabung dalam negara-negara Eropa Timur dan Eropa Tengah atau negara-negara yang semula

bergabung dalam jajaran negara Rusia.

Kecepatan penyebaran Virus HIV/AIDS di negara-negara ini sungguh sangat menakjubkan. Negara-negara di kawasan ini, karena proses kemerdekaan dan

pemisahannya dari Rusia, telah mengalami proses transformasi yang luar biasa. Negara-negara ini mengalami kemajuan yang menakjubkan dalam hal demokrasi dan

kemerdekaan lainnya. Masyarakat mempunyai kebebasan baru untuk menyatakan pendapat, keluarga dan anak-anak muda mempunyai kebebasan baru untuk mengatur dirinya dalam pendidikan atau kegiatan-kegiatan lain diluar bidang-bidang yang biasanya diatur seluruhnya oleh negara.

Kebebasan itu meluncur dengan dahsyat dalam bidang-bidang yang mempunyai akibat yang sangat membahayakan kehidupan mereka sebagai generasi muda. Mereka juga mulai menganut hubungan seks bebas dan memberlakukan kehidupan yang lebih permisif. Akibatnya penyakit kelamin dan penyebaran Virus HIV/AIDS juga menyebar dan menyerang dengan dahsyat atau dalam bahasa anak muda disebut “menghebohkan”.

Penyebaran Virus di negara-negara itu berjalan sederhana, hubungan seksual bebas dan sebagian kecil karena penggunaan obat narkoba dengan berganti-ganti penggunaan jarum sintikan oleh beberapa kelompok anak muda yang sudah terkena infeksi sebelumnya. Dalam suasana masyarakat yang masih serba sederhana, tidak mengetahui dengan pasti cara-cara pencegahan, termasuk penggunaan kondom atau abstinen dari hubungan kelamin yang tidak aman, “kepandaian” Virus menyebarkan dirinya tidak mendapat

resistensi atau halangan apapun. Masyarakat, keluarga dan generasi muda yang tinggal di bekas negara-negara yang semula tergabung dalam negara Rusia yang besar itu tergilas oleh serangan Virus yang maha dahsyat itu.

Karena itu, biarpun kita termasuk negara Asia yang mempunyai tanggapan yang baik terhadap penyebaran Virus HIV/AIDS beberapa tahun terakhir ini, kita harus bekerja keras untuk tetap menyadarkan anak-anak muda agar waspada terhadap godaan dan kebebasan yang dihasilkan oleh proses reformasi di segala bidang. Kerjasama yang diperbaharui dengan Australia kiranya bisa lebih difokuskan untuk membantu anak-anak muda, yang umumnya menjadi sasaran yang empuk dari iming-iming penyebaran Virus untuk mampu menyambut serangan dengan lebih profesional. Mereka harus bisa

(21)

memberikan tanggapan kebebasan dengan mempersiapkan diri lebih baik untuk masa depan dengan menganut kehidupan seksual yang aman dan tidak lagi tergoda untuk mempergunakan berbagai jenis narkoba, apalagi dengan berganti-ganti mempergunakan jarum suntik yang tidak lagi steril.

BELAJAR DARI AFRIKA

Dengan sangat serius Afrika melakukan serangan balik yang sangat dahsyat. Mereka mengejar sahabatnya di Asia dengan dinamika kependudukan yang tinggi dan gangguan masalah-masalah reproduksi yang sangat mengerikan. Berkat revolusi dan kemerdekaan yang dengan cepat menjalar dari satu negara ke negara lain, Afrika segera dikejar oleh arus meng-kota-nya masyakarat yang tinggi serta ledakan generasi muda yang dinamis.

Tingkat kesehatan, pendidikan, serta kondisi ekonomi yang porak poranda karena tidak terurus sebelumnya menjadikan generasi muda Afrika tergoda budaya negatif perkotaan yang bebas dan permisif. Akibatnya banyak anak muda dari beberapa negara di Afrika terserang virus HID/AIDS yang mematikan.

Gangguan reproduksi itu sungguh sangat mengerikan. Kalau pada tingkat dunia ada sekitar 514.000 ibu-ibu meninggal dunia setiap tahun kerana komplikasi kandungan dan melahirkan, atau setiap menit ada seorang ibu meninggal dunia karena komplikasi

tersebut. Yang lebih menyedihkan adalah bahwa 99 persen dari kejadian itu ada di negara

berkembang. Dalam hubungan dengan HIV/AIDS bahayanya menjadi rangkap dua karena ibu yang mengidap HIV/AIDS dapat menularkannya kepada anak-anaknya, terutama yang masih menyusuhi. Pada akhir tahun 2000 sekitar 4,3 juta anak-anak muda dibawah usia 15 tahun meninggal dunia sejak menjalarnya virus HIV/AIDS. Tidak

kurang dari 1,4 juta anak-anak mengidap virus ini, yang separonya baru ditularkan

dalam 12 bulan terakhir.

Secara tidak adil Afrika dianggap gudangnya, Afrika dewasa ini dijuluki sebagai pusat dari negara-negara yang dapat dikategorikan sebagai pusat menjalarnya penyakit-penyakit yang disebabkan karena masalah reproduksi remaja sperti penyakit-penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan gangguan remaja lain seperti mabuk-mabuk minuman keras, kecanduan narkotika, dan kekerasan antar remaja termasuk kekerasan seksual. Dari sekitar 5,3 juta orang yang baru terkena infeksi HIV/AIDS di tahun 2000 diseluruh

dunai ternyata lebih separonya adalah generasi muda. Yang mengerikan adalah 95 persen mereka yang terinfeksi HIV/AIDS itu ada di negara berkembang. Dan Afrika

dianggap tuan rumah dari 70 persen orang dewasa yang terkenan infeksi tersebut. Bahwa

80 persen anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS dari seluruh duna ada di Afrika.

Lebih dari itu data PBB juga mengungkapkan bahwa anak-anak gadis di Afrika

mempunyai resiko terkena HIV/AIDS dengan skala lima kali lebih tinggi dibandingkan

dengan rekan-rekan prianya. Sebab sangat sederhana, pengetahuan anak-anak gadis tersebut tentang remproduksi remaja sangat rendah dan mereka menganggap ganti-ganti pacar serta hubungan suami istri diluar perkawinan adalah hal biasa saja.

(22)

Salah satu negara dibagian selatan, yaitu Afrika Selatan, menurut catatatn PBB

mempunyai jumlah penderita HIV/AIDS yang terbesar di seluruh dunia, yaitu sekitar 4,2 juta orang. Botwana suatu negara kecil disana konon dikabarkan bakal kehilangan

generasi mudanya karena tingkat prevalensi HIV/AIDS dari generasi mudanya tidak kurang dari 35 persen, yang berarti satu dari setiap tiga generasi muda sedang

mengidap virus HIV/AIDS yang tidak dapat disembuhkan itu. Di Kenya setiap hari ada

sekitar 700 orang meninggal dunia karena HIV/AIDS. Lebih lanjut dari itu dewasa ini

ada sekitar 16 negara di Afrika yang lebih dari 10 persen anak-anak mudanya sedang terjangkit virus HIV/IADS tersebut. Keadaan yang mengerikan itu membuat PBB yang sementara ini mencatat jumlah kasus HIV/AIDS di Sub-Sahara Afrika sekitar 25,3 juta

dan di Afrika Utara dan Timur Tengah sekitar 400.000 orang menjadi agak ragu-ragu

atas catatannya itu.

Serangan dahsyat wabah virus HIV/AIDS itu baru terjadi mulai sekitar tahun 70-an atau awal 80-an, bahkan beberapa negara baru menerimanya pada akhir tahun 80-an, tetapi kerana dibarengi dengan dinamika kependudukan, generasi muda dan kehidupan yang bebas dan sangat permisif, perkembangan penyebarannya menjadi sangat tinggi. Disamping itu lembaga-lembaga resmi seperti pemerintah, kaum penggerak dan para orang tua dalam keluarga tadinya memandang masalah ini sebagai masalah yang sangat

pribadi dan dianggap menjadi tanggung jawab pribadi atau masing-masing keluarga. Bahkan ada pula yang menganggap hal ini merupakan konsekwensi dari kemerdekaan, kebebasan dan hak-hak asazi yang menjadi pilihan setiap individu, terutamanya generasi muda untuk menentukan sendiri kehidupan pribadinya dengan reproduksi menurut pilihannya sendiri.

Mereka sekarang sadar. Mereka melakukan serangan balik yang gagap gempita.

Gerakan itu mendapat bantuan UNAIDS, UNFPA, dan lembaga-lembaga internasional

lainnya, termasuk lembaga “Partners on Population and Development ” , dimana Indonesia sebagai Ketua Gerakan Non Blok pernah ikut menjadi badan pendirinya di tahun 1994/1995 telah memobilisasi gerakan kemitraan gotong royong sangat intensif.

Di Sub-Sahara Afrika, negara-negara dengan prevalensi yang sangat tinggi, Partners, Bill and Melinda Gates Foundation, dan UNFPA telah bekerja keras mempersiapkan

komitmen dan kader-kader pimpinan masa depan dengan meningkatkan kesadaran masyakarat dan kemampuan dan komitmen mereka terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanganan masalah reproduksi remaja yang sangat mengerikan itu. Suatu latihan besar-besaran sedang diadakan di Zimbabwe dan akan segera diadakan di beberapa negara lain dengan peserta para pejabat senior yang mengikutinya dengan penuh perhatian.

Lebih dari itu, Sekjen PBB, Kofi Annan, yang kebetulan berasal dari Afrika, bersama

para pemimpin dunia lainnya sedang mengumpulkan dana untuk serangan balik dengan target tidak kurang US $ 7,5 milyar, yang dalam gebrakan pertama telah terkumpul

sekitar US $ 1 milyar. Tanpa menunggu aksi internasional beberapa negara telah

mengambil prakarsa yang patut diacungi jempol. Uganda telah mewajibkan setiap pertemuan resmi bahwa lima menit pertama harus didahului dengan penjelasan dan informasi tentang HIV/AIDS. Zimbabwe juga telah memberikan komitmen sumber

(23)

pembiayaan yang sangat tinggi, yaitu 3 persen dari seluruh pajak pendapatan

dipisahkan dan disediakan khusus untuk mendukung penanganan masalah HIV/AIDS.

Kita dari Asia agak lebih beruntung. Jumlah kasusnya yang baru taksir hanya sekitar 780.000 orang di tahun 2000. Sekitar 5,8 juta orang sedang mengidap HIV/AIDS, yang

dianggap relatif kecil dibandingkan dengan penduduk Asia yang luar biasa besarnya.

Thailand yang pernah menjadi gudang dan terancam serangan virus HIV/AIDS yang

sangat dahsyat telah berhasil memaklumkan peran informasi secara besar-besaran dan terbuka terhadap HIV/AIDS, menggalakkan penggunaan kondom dengan gigih. India

yang penduduknya hampir menyalip RRC mempunyai tingkat prevalensi yang relatif

rendah yaitu sekitar 7 per 1000 penduduk, dengan penderita sekitar 3,7 juta orang,

hanya bisa menjadi nomor dua setelah Afrika Selatan dengan jumlah penderita sekitar 4,3 juta orang. Indonesia sendiri dianggap cukup tanggap mempunyai komitmen dan

program yang sedang dikembangkan dengan cukup wajar.

“Partners” dan lembaga-lembaga donor dalam pertemuan, seminar dan latihan, di

Zimbabwe itu sepakat untuk mengajak semua kekuatan pembangunan, pemerintah, masyakarat, bahkan lembaga-lembaga bisnis swasta dan atau perorangan, untuk menyingsingkan lengan baju dan mempunyai keberanian mengembangan program-program advokasi yang mungkin tidak populer dan ditentang oleh kaum moralis yang menganggap bahwa pendidikan dan informasi tentang reproduksi bisa mengganggu keseimbangan pikir dan nalar anak-anak muda kita. Bukti nyata Thailand dengan keterbukaan informasi tentang masalah reproduksi, masalah seksual, masalah-masalah yang di banyak negara masih sangat tabu, telah bisa menyetop mengalirnya HIV/AIDS yang sebelumnya dikawatirkan bakal menghabiskan generasi mudanya. Mereka sekarang sadar bahwa hanya dengan “keterbukaan informasi” maka setiap anak muda dapat

menikmati “pilihan demokratis” sikap dan tingkah laku apa yang dapat dilakukannya kalau mendapat godaan dan gangguan reproduksi.

Setiap anggota pengurus dan para penasehat “Partners” yang ikut serta dalam pertemuan

di Zimbabawe diminta untuk segera mengajak semua pihak memberikan informasi, pendidikan dan pelayanan reproduksi remaja, tanpa rasa takut tidak mendapat simpati masyarakat sekelilingnya. Lembaga-lembaga dunia siap memberikandukungan moral karena semata-mata untuk menyelamatkan mut manusia dan hak-hak asazinya atas informasi yang benar demi masa depannya yang lebih baik. Mereka yakin bahwa apabila kekuatan moral ini tidak segera bertindak, sementara anak-anak muda terbawa arus modernisasi dengan dinamika yang sangat tinggi, bisa-bisa mereka terseret pada bagian-bagian yang kelihatannya nikmat sesaat tetapi membawa malapetaka yang tidak dapat diobati dikemudian hari. Para peserta yakin bahwa setiap anak muda harus menerima informasi yang benar dengan terbuka dan harus bisa disajikan dengan variasi yang sangat luas, sangat cocok dengan dinamika generasi mudanya, serta sanggup mereka sampaikan secara bertahap kepada anggotanya peernya dengan tepat pula.

Lembaga-lembaga internasional yang ikut hadir dalam pertemuan itu juga meminta perhatian agar setiap peristiwa penting dapat dipergunakan untuk menggalang kemitraan agar informasi dan pendidikan tentang reproduksi remaja dapat diteruskan dengan

(24)

kecepatan yang tinggi dan menyebar kepada setiap generasi muda, di desa dan di kota, anak orang kaya, anak orang miskin, siapa saja, karena ternyata virus HIV/AIDS tidak perduli keturunan suku, agama, usia, dan bahkan sanggup menular kepada bayi-bayi yang tidak berdosa, atau ibu-ibu yang tidak pernah menyeleweng, atau suami-suami yang tidak pernah selingkuh. Mereka bisa menyebar melalui hubungan suami isteri dan kalau satu saja yang selingkuh dan mendapat oleh-oleh dari partnernya, maka suami atau isteri itu juga akan kebagian oleh-oleh tersebut. Seorang dokter yang mengetahui bahwa seorang bayi terkena virus HIV/AIDS hampir dapat menebak bahwa ibunya juga kena, bapaknya bisa kena, dan barang kali adiknya yang masih dalam kandungan juga bakal terkena virus yang mematikan itu.

Afrika telah melakukan serangan balik yang sungguh-sungguh dan dahsyat. Marilah

pengalaman Afrika yang menyerang balik dalam keadaan yang porak poranda itu kita jadikan contoh. Kita tidak usah porak poranda baru melakukan serangan balik. Marilah kita kembangkan kerja sama yang erat kita hadang musuh-musuh reproduksi remaja itu dengan kesadaran penuh bahwa siapa saja bisa kena serangan virus HIV/AIDS. Kita persiapkan diri dengan kejujuran dengan integritas yang tinggi serta kita bantu anak-anak muda dengan komitmen dengan langkah-langkah nyata.

BELAJAR DARI AFRIKA

Dengan sangat serius Afrika melakukan serangan balik yang sangat dahsyat. Mereka mengejar sahabatnya di Asia dengan dinamika kependudukan yang tinggi dan gangguan masalah-masalah reproduksi yang sangat mengerikan. Berkat revolusi dan kemerdekaan yang dengan cepat menjalar dari satu negara ke negara lain, Afrika segera dikejar oleh arus meng-kota-nya masyakarat yang tinggi serta ledakan generasi muda yang dinamis.

Tingkat kesehatan, pendidikan, serta kondisi ekonomi yang porak poranda karena tidak terurus sebelumnya menjadikan generasi muda Afrika tergoda budaya negatif perkotaan yang bebas dan permisif. Akibatnya banyak anak muda dari beberapa negara di Afrika terserang virus HID/AIDS yang mematikan.

Gangguan reproduksi itu sungguh sangat mengerikan. Kalau pada tingkat dunia ada sekitar 514.000 ibu-ibu meninggal dunia setiap tahun kerana komplikasi kandungan dan melahirkan, atau setiap menit ada seorang ibu meninggal dunia karena komplikasi

tersebut. Yang lebih menyedihkan adalah bahwa 99 persen dari kejadian itu ada di negara

berkembang. Dalam hubungan dengan HIV/AIDS bahayanya menjadi rangkap dua karena ibu yang mengidap HIV/AIDS dapat menularkannya kepada anak-anaknya, terutama yang masih menyusuhi. Pada akhir tahun 2000 sekitar 4,3 juta anak-anak muda dibawah usia 15 tahun meninggal dunia sejak menjalarnya virus HIV/AIDS. Tidak

kurang dari 1,4 juta anak-anak mengidap virus ini, yang separonya baru ditularkan

dalam 12 bulan terakhir.

Secara tidak adil Afrika dianggap gudangnya, Afrika dewasa ini dijuluki sebagai pusat dari negara-negara yang dapat dikategorikan sebagai pusat menjalarnya penyakit-penyakit yang disebabkan karena masalah reproduksi remaja sperti penyakit-penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan gangguan remaja lain seperti mabuk-mabuk minuman

(25)

keras, kecanduan narkotika, dan kekerasan antar remaja termasuk kekerasan seksual. Dari sekitar 5,3 juta orang yang baru terkena infeksi HIV/AIDS di tahun 2000 diseluruh

dunai ternyata lebih separonya adalah generasi muda. Yang mengerikan adalah 95 persen mereka yang terinfeksi HIV/AIDS itu ada di negara berkembang. Dan Afrika

dianggap tuan rumah dari 70 persen orang dewasa yang terkenan infeksi tersebut. Bahwa

80 persen anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS dari seluruh duna ada di Afrika.

Lebih dari itu data PBB juga mengungkapkan bahwa anak-anak gadis di Afrika

mempunyai resiko terkena HIV/AIDS dengan skala lima kali lebih tinggi dibandingkan

dengan rekan-rekan prianya. Sebab sangat sederhana, pengetahuan anak-anak gadis tersebut tentang remproduksi remaja sangat rendah dan mereka menganggap ganti-ganti pacar serta hubungan suami istri diluar perkawinan adalah hal biasa saja.

Salah satu negara dibagian selatan, yaitu Afrika Selatan, menurut catatatn PBB

mempunyai jumlah penderita HIV/AIDS yang terbesar di seluruh dunia, yaitu sekitar 4,2 juta orang. Botwana suatu negara kecil disana konon dikabarkan bakal kehilangan

generasi mudanya karena tingkat prevalensi HIV/AIDS dari generasi mudanya tidak kurang dari 35 persen, yang berarti satu dari setiap tiga generasi muda sedang

mengidap virus HIV/AIDS yang tidak dapat disembuhkan itu. Di Kenya setiap hari ada

sekitar 700 orang meninggal dunia karena HIV/AIDS. Lebih lanjut dari itu dewasa ini

ada sekitar 16 negara di Afrika yang lebih dari 10 persen anak-anak mudanya sedang terjangkit virus HIV/IADS tersebut. Keadaan yang mengerikan itu membuat PBB yang sementara ini mencatat jumlah kasus HIV/AIDS di Sub-Sahara Afrika sekitar 25,3 juta

dan di Afrika Utara dan Timur Tengah sekitar 400.000 orang menjadi agak ragu-ragu

atas catatannya itu.

Serangan dahsyat wabah virus HIV/AIDS itu baru terjadi mulai sekitar tahun 70-an atau awal 80-an, bahkan beberapa negara baru menerimanya pada akhir tahun 80-an, tetapi kerana dibarengi dengan dinamika kependudukan, generasi muda dan kehidupan yang bebas dan sangat permisif, perkembangan penyebarannya menjadi sangat tinggi. Disamping itu lembaga-lembaga resmi seperti pemerintah, kaum penggerak dan para orang tua dalam keluarga tadinya memandang masalah ini sebagai masalah yang sangat

pribadi dan dianggap menjadi tanggung jawab pribadi atau masing-masing keluarga. Bahkan ada pula yang menganggap hal ini merupakan konsekwensi dari kemerdekaan, kebebasan dan hak-hak asazi yang menjadi pilihan setiap individu, terutamanya generasi muda untuk menentukan sendiri kehidupan pribadinya dengan reproduksi menurut pilihannya sendiri.

Mereka sekarang sadar. Mereka melakukan serangan balik yang gagap gempita.

Gerakan itu mendapat bantuan UNAIDS, UNFPA, dan lembaga-lembaga internasional

lainnya, termasuk lembaga “Partners on Population and Development” , dimana Indonesia sebagai Ketua Gerakan Non Blok pernah ikut menjadi badan pendirinya di tahun 1994/1995 telah memobilisasi gerakan kemitraan gotong royong sangat intensif.

Di Sub-Sahara Afrika, negara-negara dengan prevalensi yang sangat tinggi, Partners, Bill and Melinda Gates Foundation, dan UNFPA telah bekerja keras mempersiapkan

(26)

masyakarat dan kemampuan dan komitmen mereka terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanganan masalah reproduksi remaja yang sangat mengerikan itu. Suatu latihan besar-besaran sedang diadakan di Zimbabwe dan akan segera diadakan di beberapa negara lain dengan peserta para pejabat senior yang mengikutinya dengan penuh perhatian.

Lebih dari itu, Sekjen PBB, Kofi Annan, yang kebetulan berasal dari Afrika, bersama

para pemimpin dunia lainnya sedang mengumpulkan dana untuk serangan balik dengan target tidak kurang US $ 7,5 milyar, yang dalam gebrakan pertama telah terkumpul

sekitar US $ 1 milyar. Tanpa menunggu aksi internasional beberapa negara telah

mengambil prakarsa yang patut diacungi jempol. Uganda telah mewajibkan setiap pertemuan resmi bahwa lima menit pertama harus didahului dengan penjelasan dan informasi tentang HIV/AIDS. Zimbabwe juga telah memberikan komitmen sumber

pembiayaan yang sangat tinggi, yaitu 3 persen dari seluruh pajak pendapatan

dipisahkan dan disediakan khusus untuk mendukung penanganan masalah HIV/AIDS.

Kita dari Asia agak lebih beruntung. Jumlah kasusnya yang baru taksir hanya sekitar 780.000 orang di tahun 2000. Sekitar 5,8 juta orang sedang mengidap HIV/AIDS, yang

dianggap relatif kecil dibandingkan dengan penduduk Asia yang luar biasa besarnya.

Thailand yang pernah menjadi gudang dan terancam serangan virus HIV/AIDS yang

sangat dahsyat telah berhasil memaklumkan peran informasi secara besar-besaran dan terbuka terhadap HIV/AIDS, menggalakkan penggunaan kondom dengan gigih. India

yang penduduknya hampir menyalip RRC mempunyai tingkat prevalensi yang relatif

rendah yaitu sekitar 7 per 1000 penduduk, dengan penderita sekitar 3,7 juta orang,

hanya bisa menjadi nomor dua setelah Afrika Selatan dengan jumlah penderita sekitar 4,3 juta orang. Indonesia sendiri dianggap cukup tanggap mempunyai komitmen dan

program yang sedang dikembangkan dengan cukup wajar.

“Partners” dan lembaga-lembaga donor dalam pertemuan, seminar dan latihan, di

Zimbabwe itu sepakat untuk mengajak semua kekuatan pembangunan, pemerintah, masyakarat, bahkan lembaga-lembaga bisnis swasta dan atau perorangan, untuk menyingsingkan lengan baju dan mempunyai keberanian mengembangan program-program advokasi yang mungkin tidak populer dan ditentang oleh kaum moralis yang menganggap bahwa pendidikan dan informasi tentang reproduksi bisa mengganggu keseimbangan pikir dan nalar anak-anak muda kita. Bukti nyata Thailand dengan keterbukaan informasi tentang masalah reproduksi, masalah seksual, masalah-masalah yang di banyak negara masih sangat tabu, telah bisa menyetop mengalirnya HIV/AIDS yang sebelumnya dikawatirkan bakal menghabiskan generasi mudanya. Mereka sekarang sadar bahwa hanya dengan “keterbukaan informasi” maka setiap anak muda dapat

menikmati “pilihan demokratis” sikap dan tingkah laku apa yang dapat dilakukannya kalau mendapat godaan dan gangguan reproduksi.

Setiap anggota pengurus dan para penasehat “Partners” yang ikut serta dalam pertemuan

di Zimbabawe diminta untuk segera mengajak semua pihak memberikan informasi, pendidikan dan pelayanan reproduksi remaja, tanpa rasa takut tidak mendapat simpati masyarakat sekelilingnya. Lembaga-lembaga dunia siap memberikandukungan moral

(27)

karena semata-mata untuk menyelamatkan mut manusia dan hak-hak asazinya atas informasi yang benar demi masa depannya yang lebih baik. Mereka yakin bahwa apabila kekuatan moral ini tidak segera bertindak, sementara anak-anak muda terbawa arus modernisasi dengan dinamika yang sangat tinggi, bisa-bisa mereka terseret pada bagian-bagian yang kelihatannya nikmat sesaat tetapi membawa malapetaka yang tidak dapat diobati dikemudian hari. Para peserta yakin bahwa setiap anak muda harus menerima informasi yang benar dengan terbuka dan harus bisa disajikan dengan variasi yang sangat luas, sangat cocok dengan dinamika generasi mudanya, serta sanggup mereka sampaikan secara bertahap kepada anggotanya peernya dengan tepat pula.

Lembaga-lembaga internasional yang ikut hadir dalam pertemuan itu juga meminta perhatian agar setiap peristiwa penting dapat dipergunakan untuk menggalang kemitraan agar informasi dan pendidikan tentang reproduksi remaja dapat diteruskan dengan kecepatan yang tinggi dan menyebar kepada setiap generasi muda, di desa dan di kota, anak orang kaya, anak orang miskin, siapa saja, karena ternyata virus HIV/AIDS tidak perduli keturunan suku, agama, usia, dan bahkan sanggup menular kepada bayi-bayi yang tidak berdosa, atau ibu-ibu yang tidak pernah menyeleweng, atau suami-suami yang tidak pernah selingkuh. Mereka bisa menyebar melalui hubungan suami isteri dan kalau satu saja yang selingkuh dan mendapat oleh-oleh dari partnernya, maka suami atau isteri itu juga akan kebagian oleh-oleh tersebut. Seorang dokter yang mengetahui bahwa seorang bayi terkena virus HIV/AIDS hampir dapat menebak bahwa ibunya juga kena, bapaknya bisa kena, dan barang kali adiknya yang masih dalam kandungan juga bakal terkena virus yang mematikan itu.

Afrika telah melakukan serangan balik yang sungguh-sungguh dan dahsyat. Marilah

pengalaman Afrika yang menyerang balik dalam keadaan yang porak poranda itu kita jadikan contoh. Kita tidak usah porak poranda baru melakukan serangan balik. Marilah kita kembangkan kerja sama yang erat kita hadang musuh-musuh reproduksi remaja itu dengan kesadaran penuh bahwa siapa saja bisa kena serangan virus HIV/AIDS. Kita persiapkan diri dengan kejujuran dengan integritas yang tinggi serta kita bantu anak-anak muda dengan komitmen dengan langkah-langkah nyata.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan Garis Pantai dan Dampaknya terhadap Suksesi dan Kerentanan Mangrove di Kawasan Ekosistem Esensial Hutan Mangrove Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2010) tentang faktor penyebab diabetes melitus dengan faktor umur, jenis

Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Usamah Muhammad NIM: 10210024 Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana

Pemanfaatan lahan sisa dirumah dengan berbagai jenis tana-man obat selain sangat mudah dilakukan, murah, tinggi manfaat juga memiliki unsure aksesibilitas tinggi

Pada makalah ini, penggunaan data trafik internet yang diukur langsung pada router-router yang berbeda lokasi di kampus Ubaya dapat digunakan

Dari motto yang dimiliki dapat disimpulkan bahwa Kompas mengembangkan misi dalam pemberitaannya yang mengarah pada kepentingan umum dan bukan pada kepentingan individu atau

Berdasarkan frekuensi alel, heterozigositas, di- ferensiasi genotip, diferensiasi gen, dan migrasi alel di antara varian Jati arboretum menunjukkan adanya variasi genetik yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer Pada Tanaman Jati Unggul Nusantara Di UBH – KPWN Desa Ciaruteun Ilir