• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Hipoglikemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Hipoglikemia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 1

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum.

a. Bagian Pankreas :  Caput Pancreatis  Collum Pancreatis  Corpus Pancreatis  Cauda Pancreatis b. Hubungan :

 Anterior : Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum, bursa omentalis, dan gaster

 Posterior : Dari kanan ke kiri : ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena lienalis, vena cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major sinistra, glandula supra renalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.

c. Vaskularisasi Arteriae

(2)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 2

 A.pancreaticoduodenalis inferior (cabang A.mesenterica cranialis)

 A.pancreatica magna dan A.pancretica caudalis dan inferior , cabangA.lienalis Venae

Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem porta.

d. Aliran Limfatik

Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan mesenterica superiores

e. Inervasi

Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis (vagus).

f. Ductus pancreaticus

 Ductus Pancreaticus Mayor ( Wirsungi)  Ductus Pancreaticus Minor ( Santorini)  Ductus Choleochus et Ductus Pancreaticus B. Histologi

Pankreas berperan sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Kedua fungsi tersebut dilakukan oleh sel-sel yang berbeda.

(3)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 3

 Eksokrin, terdiri dari sel asinar  Endokrin, terdiri dari sel-sel

1. Sel α penghasil hormon glukagon 2. Sel β penghasil hormon insulin

3. Sel delta, penghasil hormon somatostasin 4. Sel F, penghasil hormon polipeptida pankreas

C. Fisiologi pankreas

 Sebagai eksokrin : menghasilkan getah pankreas yang mengandun genzim-enzim pencernaan seperti enzim amilase pankreas, enzim-enzim proteolitik, dan lain-lain.  Sebagai endokrin : menghasilkan hormon insulin, glukagon,somatostatin, dan polipeptida

pankreas

D. Hipoglikemia Definisi

Kadar glukosa darah di bawah normal. Glukosa darah normal berkisar antara 70-110 mg/dL. Namun, hipoglikemia baru menunjukkan gejala jika glukosa darah di bawah 55 mg/dL. Keadaan hipoglikemia yang berat dan berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang fatal. Ditandai dengan keadaan pusing, penurunan kesadaran, hingga kejang.

Epidemiologi

Dalam The Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) yang dilaksanakan pada pasien diabetes tipe I, kejadian hipoglikemia berat tercatat pada 60 pasien per tahun pada kelompok yang mendapat terapi insulin intensif dibanding dengan 20 pasien per tahun pada pasien yang mendapat terapi konvensiaonal. Pada hipoglikemia ringan tidak boleh diabaikan karena potensial dapat diikuti kejadian hipoglikemia yang lebih berat.

Faktor Predisposisi Hipoglikemia

Berbagai faktor yang merupakan predisposisi atau mempresipitasi dari keadaan hipoglikemia adalah :

1. Kadar insulin berlebihan  Dosis berlebihan

(4)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 4

2. Peningkatan sensitivitas insulin

 Defisiensi hormon kontra-regulator : penyakit Addison, hipopituarisme  Penurunan berat badan

 Latihan jasmani, postpartum, variasi siklus menstruasi 3. Asupan karbohidrat kurang

 Makan tertunda atau lupa, porsi makan kurang  Anoreksia nervosa

 Muntah, gastroparesis  Menyusui

4. Lain-lain

 Absorpsi yang cepat

 Alkohol, obat (salisilat, sulfonamid, penyekat beta non selektif, pentamidin) Etiologi

a. Hipoglikemia Puasa (Post-absorbsi)

Hipoglikemia yang terjadi setelah absorbsi selesai, atau sekitar 2 jam atau lebih setelah makan.

 Obat-obatan : terutama insulin, sulfonilurea, etanol, kadang-kadang quinin, pentamidin, jarang salisilat, sulfonamid, dll

 Penyakit kritis : gagal hati, ginjal, atau jantung, sepsis, inanis (keadaan yang ditandai oleh kelemahan jelas, penurunan BB berlebihan, dan penurunan metabolisme akibat ketidakcukupan makanan yang berkepanjangan)

 Defisiensi hormon : kortisol, growth hormone, atau keduanya, glukagon dan epinefrin (pada diabetes-defisiensi insulin)

 Tumor non-sel β

 Hiperinsulinisme endogen : insulinoma, gangguan lain sel β, perangsang sekresi insulin (sulfonilurea, dll), autoimun (autoantibodi terhadap insulin atau reseptor insulin), sekresi insulin ektopik

 Gangguan pada bayi atau anak-anak : intoleransi transien pada puasa, hiperinsulinisme kongenital, defisiensi enzim keturunan

b. Hipoglikemia reaktif (postprandial)

(5)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 5

 Postgastrektomi

 Sindrom noninsulinoma pankreatogenus hipoglikemia  Penyebab lain hiperinsulinisme endogen

 Intoleransi fruktosa herediter, galaktosemia  Idiopatik

Respon Fisologis terhadap Hipoglikemia

Glukosa merupakan bahan metabolisme obligat untuk otak pada keadaan fisiologi. Otak tidak dapat sintesis glukosa ataupun menyimpan glukosa lebih dari beberapa menit sehingga otak membutuhkan glukosa yang terus menerus dan berlanjut dari sirkulasi arteri. Jika glukosa plasma arteri turun dibawah batas fisiologis, transport glukosa darah ke otak mengalami gangguan sehingga tidak dapat memenuhi metabolisme energi dan fungsinya. Sehingga dengan adanya mekanisme kontra regulator dapat menjaga dan memperbaiki keadaan hipoglikemia secara cepat.

Glukoneogenesis dibutuhkan untuk menjaga kebutuhan glukosa melalui prekusor dari otot dan jaringan lemak ke hati dan ginjal. Otot menghasilkan lactate, pyruvate, alanine, glutamine, dan asam amino lainnya. Trigliserida pada jaringan lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, ini merupakan prekusor glukogenik. Asam lemak merupakan energi oksida alternatif untuk jaringan selain dari otak.

(6)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 6 Respon Fisiologis Hipoglikemia (Harrison Principles of Interna Medicine)

Physiology of glucose counterregulation—the mechanisms that normally prevent or rapidly correct hypoglycemia. In insulin-deficient diabetes, the key counterregulatory responses—suppression of insulin and

increases of glucagon—are lost, and the stimulation of sympathoadrenal outflow is attenuated.

Keseimbangan glukosa sistemik keadaan dimana konsentrasi glukosa plasma dalam keadaan normal dipengaruhi oleh hubungan dari hormon, signal neuron, dan efek substrat endogen yang akan meregulasi produksi glukosa dan penggunaan glukosa oleh jaringan selain dari otak. Dalam regulasi faktor yang paling berperan adalah insulin. Jika level plasma menurun dibawah fisiologis pada keadaan puasa maka sekresi insulin pankreas mengalami penurunan, kemudian terjadi peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati. Penurunan level insulin juga menurunkan penggunaan glukosa pada jaringan periperal, menginduksi lipolisis dan proteolisis, dengan demikian terjadi pelepasan prekusor glukoneogenik. Penurunan sekresi insulin merupakan pertahanan pertama dalam merespon keadaan hipoglikemia.

Mekanisme kontraregulator dimana glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresikan pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dihati. Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, epinefrin selain meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis dihati juga menyebabkan lipolisis di jaringan lemak serta glikogenolisis dan proteolisis di otot. Gliserol, hasil lipolisis, serta asam amino (alanin dan aspartat) merupakan bahan baku (precusor) glukoneogenesis hati.

(7)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 7

Epinefrin juga meningkatkan glukoneogenesis diginjal, yang pada keadaan tertentu merupakan 25% produksi glukosa tubuh. Pada keadaan hipoglikemia yang berat, walaupun kecil hati juga menunjukan kemampuan otoregulasi.

Kortisol dan growth hormon berperan pada keadaan hipoglikemia yang berlangsung lama, dengan cara melawan kerja insulin di jaringan perifer (lemak dan otot) serta meningkatkan glukoneogenesis. Defisiensi growth hormon (panhipopituitarisme) dan kortisol (penyakit Addison) pada individu kemungkianan menimbulkan hipoglikemia yang umumnya bersifat ringan.

Sel β pankreas terhadap hipoglikemia adalah dengan menghambat sekresi insulin dan turunnya kadar insulin didalam sel β berperan dalam sekresi glukagon oleh sel α. Respon fisiologi utamaterhadap hipoglikemia terjadi sesudah neuron di VMH yang sensitif terhadap glukosa teraktivasi dan kemudian mengaktifkan sistem saraf otonomikdan melepaskan hormon-hormon kontraregulator.

(8)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 8 Gejala dan Tanda

Pada hipoglikemia akut menunjukan gejala dan tanda hipoglikemia ditandai dengan Triad

Whipple, yakni:

1. Keluhan yang menunjukan adanya kadar glukosa plasma yang rendah 2. Kadar glukosa darah yang rendah < 3 mmol/L (55 mg/dL)

3. Kepulihan gejala setelah kelainan biokimiawi dikoreksi

Pada pasien diabetes dan insulinoma dapat kehilangan kemampuannya untuk menunjukan atau mendeteksi keluhan dini hipoglikemia. Dengan menambah kriteria klinis pada pasien diabetes yang mendapat terapi, hipoglikemia dapat dibagi menjadi hipoglikemia ringan, sedang, dan berat.

a. Ringan :

 Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata

b. Sedang

 Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata

c. Berat

 Sering (tidak selalu) tidak simptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri

1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak memerlukan terapi parenteral

2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskular atau glukosa intravena)

3. Disertai dengan koma dan kejang

Hipoglikemia juga terbagi menjadi hipoglikemia akut dan hipoglikemia subakut dan kronik. Hipoglikemia akut adalah penurunan cepat glukosa plasma hingga mencapai kadar rendah. Hipoglikemia akut bisa terjadi pada penderita diabetes ataupun tidak. Pada penderita diabetes, hipoglikemia disebabkan penyerapan insulin eksogen berlebihan. Sedangkan, pada non-diabetes, hipoglikemia disebabkan hipersekresi insulin reaktif. Gejala hipoglikemia akut

(9)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 9

yakni perasaan cemas, gemetar, perasaan tidak wajar/canggung. Selain itu, biasanya disertai palpitasi, takikardia, berkeringat, perasaan lapar.

Hipoglikemia subakut dan kronik adalah penurunan glukosa plasma secara relatif lambat. Hipoglikemia ini merupakan akibat dari hiperinsulinemia (biasanya akibat insulinoma) ataupun gangguan metabolik fungsi hati (misalnya hipoglikemia alkohol). Gejalanya yaitu perasaan kacau progresif, tingkah laku tidak wajar, rasa lelah, dan mengantuk. Dapat timbul kejang atau koma bila pasien tidak makan.

Keluhan dan gejala hipoglikemia akut yang sering dijumpai pada pasien diabetes

Otonomik Neuroglikopenik Malaise

Berkeringat Jantung berdebar Tremor Lapar Bingung Mengantuk Sulit berbicara Inkoordinasi

Perilaku yang berbeda Gangguan visual Parestesi

Mual

Sakit kepala

Pertahanan DM dengan Hipoglikemia Defektif kontra-regulasi glukosa

Dalam keadaan defisiensi insulin endogen, level insulin tidak mengalami penurunan seperti glukosa plasma yang menurun sehingga respon awal terhadap hipoglikemia tidak bekerja. Penurunan insulin pada intrasel merupakan signal untuk menstimulus sekresi glukagon, level glukagon tidak mengalami peningkatan seperti glukosa plasma yang mengalami penurunan, respon kedua terhadap hipoglikemia tidak bekerja. Terakhir peningkatan level dari epinefrin merupakan respon ketiga terhadap hipoglikemia, respon terhadap hipoglikemia mulai berkurang. Ambang batas glikemik untuk respon simpatoadrenal (adrenomedul epinefrin dan simpatik neural norepinefrin) berpindah ke konsentrasi plasma yang rendah.

(10)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 10 Respon hipoglikemia yang menurun

Respon simpatoadrenal terhadap hipoglikemia mengalami penurunan, kehilangan respon peringatan adrenergik dan kolinergik dimana sebelumnya terjadi hipoglikemia yang berkembang dan tidak mengkonsumsi karbohidrat..

Kegagalan autonomik dihubungkan dengan hipoglikemia

Terjadi defektif terhadap sistem kontra-regulasi dan penurunan respon simpatoadrenal. Berdasarkan patofisiologi, resiko untuk diabetes terjadi karena :

 Insulin tidak mengalami penurunan dan level glukagon tidak mengalami peningkatan pada level glukosa yang menurun

 Riwayat hipoglikemia berat atau penurunan respon simpatoadrenal karena hipoglikemia berulang

 Level HbA1C yang rendah atau target glikemik yang rendah, meningkatkan

resiko hipoglikemia berulang

(11)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 11 Diagnosis

Diagnosis Hipoglikemia Harrison (Principles of Interna Medicine)

Hipoglikemia karena penggunaan obat Definisi

Kadar glukosa darah di bawah harga normal (70 – 110 mg/dl ) yang disebabkan karena penggunaan obat anti diabetic oral.

Selain itu akibat kelebihan sekresi hormon insulin, merupakan pencetus timbulnya hipoglikemi.

Faktor resiko

1. Dosis yang digunakan terlalu besar. 2. Pemakaian yang tidak teratur .

3. Tidak ada pengecekan dari dokter selama pengobatan.

Efek yang ditimbulkan

(12)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 12

Glukosa merupakan bahan metabolik dasar dari otak. Apabila terjadi gangguan asupan glukosa dalam sirkulasi dapat menyebabkan disfungsi sistem saraf pusat, gangguan kognisi, bahkan sampai koma.

Patofisiologi ( Obat  Hipoglikemi )

Obat sulfonilurea dapat merangsang sekresi insulin dari granul – granul sel β pankreas, melalui ATP-sensitive K channel sehingga kanal Ca depolarisasi yang mengakibatkan insulinnya keluar. Namun apabila faktor resiko penggunaan obat ( dosis berlebih, pemakaian tidak teratur, dan tidak ada control dari dokter ) dapat menyebabkan ambilan glukosa juga berlebih, sehingga gula darah menjadi turun dan menyebabkan hipoglikemi.

Disfungsi sistem saraf pusat, gangguan kognisi, dan koma

Asupan glukosa sirkulasi Glukosa

Otak

Hipoglikemi Glukosa darah turun Ambilan glukosa meningkat >>>

Insulin keluar >>> Membuka kanal Ca Dari granul sel β pankreas

(13)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 13 Hipoglikemia Alcohol

Pengertian

Adanya dugaan gangguan terhadap glukoneogenesis hepatik yang menyebabkan hipoglikemia

Etiologi

Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor (koma)

Gejala dan tanda

• Kegagalan pernafasan • Kejang • Mual • Takikardi • Kecemasan • Kebingungan • Gula darah tinggi

Patofisiologi

Alkohol mengandung banyak karbohidrat dan kalori. Dan pengaturan glukosa darah menjadi sulit apabila mengkonsumsi alkohol. Alkohol juga akan menghambat hati melepaskan glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah turun.

Insulinoma

Anatomi pankreas

Eksokrin : pengeluaran enzim pencernaan Endokrin : terdiri atas pulau (islet) Langerhans

Insulinoma merupakan salah satu sindrom klinis yang berkaitan dengan tumor sel islet. Insulinoma adalah tumor pankreas yang menghasilkan insulin dalam jumlah yang berlebihan.

Tumor biasanya kecil (kurangdari 2cm) dan lebih dari 90% dari semua insulinoma jinak. Sekitar 10% ganas (jika metastasis dikenali). Keadaan ini jarang ditemukan dibanding dengan tumor pankreas eksokrin.

(14)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 14

Tumor sel B tidak akan mengurangi sekresi walaupun dalam keadaan hipoglikemia. Apabila terdapat kadar insulin serum 10 nU/mL atau lebih dengan kadar glukosa plasma pada saat yang sama dibawah 45 mg/dL dapat menjadi indikasi adanya tumor sel B.

Diagnosis dengan menggunakan : A. Assay insulin

B. Uji supresi C. Uji stimulasi

D. Pengukuran proinsulin E. Pemeriksaan lokalisasi tumor

Gejala-gejala yang ditunjukkan :  Sakit kepala  Bingung  Kelemahan otot  Pingsan  Lemah  Tremor  Palpitasi  Berkeringat Terapi Glukosa oral

Terapi 10-20 g glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly, atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorpsi glukosa. Bila pasien kesulitan dalam menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian madu atau gel glukosa bisa lewat mukosa mulut

Glukosa intramuskular

Glukagon 1 mg secara intramuskular dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 g dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam bentuk tepung untuk

(15)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 15

mempertahankan pemulihan. Pemberian glukagon diberikan pada pasien akibat insulin, sedangkan jika diakibatkan oleh sulfonilurea jangan diberikan glukagon dikarenakan pemberian glukagon akan meningkatkan sekresi insulin dan menghambat menghambat enzim yang berguna untuk glikogenesis.

Glukosa intravena

Pemberian glukosa dengan konsentrasi 50 % terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa 20 % atau 150-200 ml glukosa 10 % dianggap lebih aman. Ekstravasasi glukosa 50 % dapat menimbulkan nekrosis yang memerlukan amputasi

Menurut rumus 3-2-1 :

Pasien diberikan terapi bolus glukosa 40% (dekstose 40%) IV dilakukan karena terjadinya syok hipoglikemik, diberikan D40% IV agar keadaan glukosa dalam darah lebih cepat meningkat. Selama pemantauan pasien mengalami peningkatan kadar gula darah. Kemudian diberikan infus glukosa maintance 10% per 6 jam atau 1-2 ml/menit (20-40 tetes/menit) untuk mempertahankan glukosa serum. Glukosa serum diukur setiap 2 jam setelah terapi dimulai sampai pengukuran berada diatas 40mg/dL, karena proses glikolisis terjadi selama ± 2 jam setelah pemberian glukosa. Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6 jam dan pengobatan secara bertahap dikurangi dan akhirnya dihentikan bila kadar glukosa serum telah berada pada kisaran normal.

Injeksi glukosa 40% Intra vena 25 ml (encerkan 2x dengan aqua injeksi) juga infus glukosa 10% atau Dekstrose 10%. Bila belum sadar dapat diulang 25 cc glukosa 40% setiap

(16)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 16

30 menit. Dapat diulang sampai 6x sampai penderita sadar. 1 flakon D40% 24 meq dapat menaikkan kadar gula darah 25-50 mg/dl. Periksa Gula Darah Sewaktu 30 menit setelah Intra vena terakhir. Jika GDS lebih dari 200 mg/dL, lebih dari 100 mg/dL dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut dipertimbangkan dengan mengganti infus dektrosa 5% atau NaCl 0,9%.

Bila pasien belum sadar dengan nilai GDS lebih dari 200 mg/dL, diberikan hidrokortison 100 mg/4 jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5-2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam. Selanjutnya dicari penyebab lain dari penurunan kesadaran (kemungkinan edema cerebri).

Infus D40%

 Mengandung 40 gram dektrosa (1360 kalori/liter) Infus D10%

 Larutan hipertonik dengan pH 4,3

 Mengandung 10 gram dekstrosa (340 kalori/liter) Infus D5%

 Tergolong larutan isotonik pH 5,0

 Mengandung 5 gram dektrosa (170 kalori/liter) Komplikasi

Otak memerlukan glukosa paling tidak 6 gram setiap jamnya, jangan sampai hipoglikemia memberikan kerusakan otak yang ireversibel sehingga menimbulkan koma hingga kematian

(17)

Referat Hipoglikemia-I Wayan Gede A.P 17

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia Jilid III edisi IV. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

S. Snell, Richard. 2002. Clinical Anatomy for Medical Students. LippincotWilliams & Wilkins Inc: USA

Guyton, A.C. 1976. Text book of Medical Physiology. B Saunders Company:Philadelphia. London Harrison's Principles of Internal Medicine_ 16th Edn

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem edisi 2.Jakarta: EGC

http://www.drugs.com/monograph/dextrose.html

http://www.nmschoolhealthmanual.org/forms/sectionIV/04_Guidelines_Hypoglycemia.pdf http://ners.unair.ac.id/materikuliah/MP-HPOHIPERGLIKEMIA.pdf

Referensi

Dokumen terkait

pada Bank Perkreditan Rakyat ( BPR) Di Kabupaten Klungkung.Rancanganpenelitian ini menggunakan penelitian kausal.Subjek penelitian adalah Bank Perkreditan Rakyat di

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak dalam pembentukan katakter pada siswa Madarasah Aliyah Hidayutul Mubtadiin Sayung Demak sudah berjalan dengan lancar dan

Pada tahun 1997, sebelum tahun itu ada beberapa lembaga donor internasional yang tergerak memberikan bantuan kemanusiaan pada LSM dan pemerintah Indonesia untuk isu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani yang melakukan alih fungsi lahan di daerah penelitian, mengetahui faktor-faktor

LASIMAN-

Setelah melakukan penelitian tentang penggunaan simple future tense pada siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA), peneliti menyarankan kepada penelitian

Apakah penilaian (melalui pengujian) yang dilakukan telah merefleksikan hasil pembelajaran secara keseluruhan?” Ketidakrelevanan budaya pengujian dalam praktik- praktik

Keterkaitan Program dengan Kegiatan ini adalah sangat erat, dimana salah satu Program Pengelolaan Sumber Daya Air adalah menitikberatkan kepada Pengelolaan dan