• Tidak ada hasil yang ditemukan

234858841 Laporan K3 Rekam Medik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "234858841 Laporan K3 Rekam Medik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN IKM DAN IKK BAGIAN IKM DAN IKK FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK K3 PADA UNIT REKAM MEDIK

ASPEK K3 PADA UNIT REKAM MEDIK

Disusun Oleh: Disusun Oleh: HARRY

HARRY ACHSAN ACHSAN C111 C111 09 09 880880 REYNALDO

REYNALDO MAILOA MAILOA C111 C111 09 09 131131 IZZAD

IZZAD BIN BIN ASLAN ASLAN C111 C111 08 08 793793

Pembimbing: Pembimbing:

dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR MAKASSAR

2014 2014

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1.

1.1. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

kerja.11

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.

kerja berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.11

Satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah menyediakan Satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah menyediakan  perawatan

 perawatan berkualitas berkualitas tinggi tinggi terhadap terhadap pasien. pasien. Pimpinan Pimpinan rumah rumah sakitsakit  bertanggungjawab

 bertanggungjawab secara secara hukum hukum maupun maupun moral moral atas atas kualitas kualitas pelayanan pelayanan yangyang diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut. diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut.11

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan sistem perlindungan tenaga Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan sistem perlindungan tenaga kerja.Keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan di ruang penyimpanan kerja.Keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan di ruang penyimpanan rekam medis.Hal tersebut dapat mengurangi angka resiko terjadinya kecelakan rekam medis.Hal tersebut dapat mengurangi angka resiko terjadinya kecelakan kerja.Prosedur keselamatan harus terpampang dengan jelas di ruang penyimpanan. kerja.Prosedur keselamatan harus terpampang dengan jelas di ruang penyimpanan. Harus diperhatikan jangan sampai terjadi seorang petugas terjatuh ketika Harus diperhatikan jangan sampai terjadi seorang petugas terjatuh ketika mengerjakan penyimpanan pada

rak-mengerjakan penyimpanan pada rak-rak terbuka atau roll o’ peck yang letaknyarak terbuka atau roll o’ peck yang letaknya diatas. Harus tersedia tangga anti tergelincir.Penerangan yang cukup baik diatas. Harus tersedia tangga anti tergelincir.Penerangan yang cukup baik menghindarkan kelelahan penglihatan petugas.Pendingin ruangan (AC) yang sesuai menghindarkan kelelahan penglihatan petugas.Pendingin ruangan (AC) yang sesuai

(3)

dengan keadaan diruang kerja.Alat penyedot debu (blower) yang berfungsi dengan  baik sehingga tidak ada penumpukan debu di dalam ruangan.Ventilasi alami supaya

ada pertukaran udara dari luar ruangan.Perlu adanya Alat Pemadam Kebakaran (APAR). 1

Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk mensurvei kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas unit rekam medik.Selain itu survai ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

1.2. TUJUAN PENELITIAN 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada petugas unit penyimpanan rekam medis di rumah sakit IBNU SINA

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami petugas unit rekam medik

 b. Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/proses yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas unit rekam medik

c. Untuk mengetahui ketersediaan obat P3K ditempat kerja petugas unit rekam medik

d. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai  peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)

e. Untuk mengetahui resiko penyakit yang dapat muncul berhubungan dengan  pekerjaan petugas unit rekam medik.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Kesehatan Kerja

Definisi kesehatan kerja mengacu pada Komisi Gabungan ILO/WHO dalam kesehatan kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada tahun 1995 adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada  pekerjaannya .2

2.1.2 Kecelakaan kerja

Kecelakaan menurut Fank E. Bird yaitu suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian pada manusia (menyebabkan orang cedera), kerusakan  properti, lingkungan ataupun kegiatan proses kerja, seba gai akibat dari kontak dengan sumber energi seperti mekanis, kimia, kinetik dan fisik yang melebihi batas kemampuan tubuh, alat atau struktur .3

2.1.3 Bahaya

Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja, atau kombinasi seluruhnya 3

(5)

2.1.4 Bahaya Kesehatan

Sedangkan bahaya atau hazard kesehatan adalah hazard yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja, mencakup empat komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan,  pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.Setiap komponen kerja dapat menjadi

sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan  pekerja.Kerugian kesehatan dapat berupa cedera atau gangguan kesehatan baik fisik

maupun mental. Sumber atau situasi yang potensial tersebut dikenal sebagai hazard atau faktor risiko kesehatan.Pada kondisi tertentu hazard kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan. Peluang hazard kesehatan untuk menimbulkan gangguan kesehatan disebut sebagai risiko kesehatan2

MenurutKurniawidjaja, 2010 Bahaya atau hazard dapat digolongkan berdasarkan  jenisnya yaitu:

Hazard Tubuh pekerja

Hazard tubuh pekerja (somatic hazard), merupakan hazard yang berasal dari dalam tubuh pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang  pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel

listrik yang warna-warni, hazard somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain orang lain dikelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel tertentu karena tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan.

Hazard Perilaku Kesehatan

Hazard perilaku kesehatan (behavioral hazard), yaitu hazard yang terkait dengan  perilaku pekerja. Contohnya antara lain model rambut panjang diruang mesin

(6)

 berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).

Hazard Lingkungan Kerja

Hazard lingkungan kerja (environmental hazard) dapat berupa faktor fisik, kimia, dan  biologik.Faktor fisik, kimia dan biologik yang berada ditempat kerja berpotensi

menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja.Hazard di lingkungan kerja antara lain:

- Bahaya fisik  berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Jenis-jenis bahaya yang termasuk dalam golongan fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bahaya mekanik, antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan.

2. Bising, berasal dari bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat menganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan  pendengaran (ketulian). Ditempat kerja bising dapat berasal dari berbagai tempat seperti pada area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti pasar atau stasiun, hingga area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat hingga suara gaduh manusia.

3. Getar atau vibrasi . Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskoloskeletal, keseimbagan, white finger dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jarinagn pembuluh darah. Getaran dapat memajani seluruh tubuh (whole body vibration) seperti pada pekerja pemotong rumput

(7)

yang membawa mesin di punggungnya dan pengemudi.

4. Suhu ekstrem panas. Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke, dan kelainan kulit. contoh peralatan kerja mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat  pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin  pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.

5. Suhu ekstrem dingin . Pajanan suhu ekstrem dingin dilingkungan kerja dapat menimbulkan frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa diujung  jari atau daun telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35oC dan dapat mengancam jiwa. Pekerja yang berisiko seperti penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam suhu ekstrem dingin, pemotong dan pengemas daging atau makanan laut yang dibekukan.

2.2 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancanguntuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidakmenderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat padahukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikapmenuju keselamatan di tempat kerja,program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat  bagipekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya

kecelakaan danpenyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-halyang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dantindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.1,2

(8)

Keselamatan kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia kerja hari ini.Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh aturan atau regulasi pemerintah dalam  bidang ketenaga-kerjaan yang semakin ketat tapi juga demi keberlanjutan bisnis dari  perusahaan itu sendiri. Secara umum, kesehatan dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap tubuh dan pikiran dari penyakit yang berasal dari material, proses dan  prosedur yang digunakan di tempat kerja. Sedangkan keselamatan dapat definisikan

sebagai perlindungan dari luka fisik.Batasan antara kesehatan dan keselamatan sebuah kondisi yang dikenal dengan sakit. Kedua kata ini sering digunakan secara  bersama-sama untuk mengindikasikan penampakan fisik dan kesehatan mental dari

individu di tempat kerja.1

Dalam konteks yang sedikit berbeda, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai adalah merupakan segala sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan kerja. Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya, melindungi keselamatan setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan melindungi keamanan peralatan serta sumber  produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.4

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu5:

1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan  penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak- pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.

(9)

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat  jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada  pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka  perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut4:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan. 7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

2.3 KETERSEDIAAN OBAT P3K

Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat, dan menunjang penyembuhan.6

2.4 PEMERIKSAAN KESEHATAN

Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,  pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang

telah memiliki sertifikasi.4,6

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita

(10)

 penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum  bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru

dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dian ggap perlu.4,6

Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali. 4,6

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu.Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita. 4,6

2.5 RESIKO PENYAKIT YANG DAPAT MUNCUL

Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara memperlakukan  peralatan seperti macam gerak, arah, dan kekuatan.7

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.7

Pada posisi duduk, berat badan seseorang secara parsial ditopang oleh tempat duduk tetapi konsumsi energi dan ketegangan saat posisi duduk lebih tinggi bila dibandingkan dengan posisi berbaring karena tangan bisa bergerak bebas tapi ruang gerak sangat terbatas oleh luas tempat duduk.7

(11)

Beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan lamanya kerja fisik atau mental, lingkungan (iklim, pencahayaan, dan kebisingan), irama circardian, masalah psikis (seperti tanggung jawab, pikiran dan konflik), penyakit yang dialami dan nutrisi. Gejala kelelahan yang penting perasaan letih, mengantuk, pusing, dan tidak enak dalam bekerja. Gejala kelelahan lainnya adalah semakin lamban dalam  berpikir, menurunnya kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat  bekerja, penurunan kinerja tubuh dan mental. Apabila kelelahan tidak disembuhkan, suatu saat akan menjadi kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya ketidakstabilan psikis, depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan meningkatnya kecenderungan sakit.7

(12)

BAB III

METODOLOGI

3.1. BAHAN DAN CARA

3.1.1. Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey  jalan sepintas) dalam rangka untuk survey kesehatan dan kedokteran kerja pada  petugas unit rekam medik di RS IBNU SINA , diantaranya:

a. Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas.  b. Kamera

Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan-keadaan yang terdapat pada industri konveksi.

c. Check list

Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.

3.1.2. Cara Pemantauan

Kami merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor yang  berhubungan dengan penyakit akibat kerja pada unit rekam medik. Pemantauan ini

dilakukan dengan metode walk through survey dengan menggunakan kuesioner dan check list.

3.2. LOKASI

Lokasi survey kesehatan dan kedokteran kerja yang dijalankan adalah pada unit rekam medik RS IBNU SINA.

3.3. BIAYA

(13)

3.4. JADWAL

Waktu pelaksanaan survey ini dilaksanakan pada tanggal 08 Juli 2014

JADWAL KEGIATAN

 NO Tanggal Kegiatan

1. 05 Juli 2014 Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina Pengarahan kegiatan

2. 07 Juli 2014 Pembuatan proposal 4. 08 Juli 2014 Walk Through Survey

5. 08-09 Juli 2014 Pembuatan laporan Walk Through Survey 6. 10 Juli 2014 Presentasi laporan Walk Through Survey

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1.1 Survey tentang hazard umum pada petugas unit rekam medic

Tabel 4.1

Hazard umum pada petugas rekam medik

1. Faktor kimia : ada berupa debu

2. Faktor ergonomi : sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan duduk 3. Faktor fisik : tidak ada

4. Faktor biologi : tidak ada 5. Faktor psikososial

a. Jadwal kerja : mulai pukul 08.00-14.00 WITA  b. Beban kerja : tidak ada

c. Gaji : cukup d. Kemampuan : mampu

e. Hubungan interpersonal : baik

Berdasarkan tabel 4.1. bahwa faktor hazard yang ditemukan berupa faktor kimia.

4.1.2 Survey tentang keluhan yang dialami petugas unit rekam medic

Tabel 4.2

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa hingga survey dilakukan tidak ada keluhan yang dialami oleh petugas unit rekam medik akibat pekerjaannya.

4.1.3 Survey ketersediaan obat P3K.

Tabel 4.3

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa tidak tersedia obat P3K di unit rekam medik

Keluhan yang dialami akibat pekerjaan

Tidak ada keluhan

Ketersediaan obat P3K

(15)

4.1.4 Survey tentang pemeriksaan dan upaya pengobatan bila sakit. Tabel 4.4

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa tidak terdapat pemeriksaan kesehatan  berkala.dan tidak ada fasilitas tunjangan kesehatan.

4.1.5 Survey tentang pengetahuan dan penyuluhan yang pernah didapatkan. Tabel 4.5

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa secara keseluruhannya petugas unit rekam medik  pernah mengikuti penyuluhan dan pernah mendapat perlatihan tentang K3. Di

ruangan kerja juga tidak ada pemantauan hazard, tidak ada rambu-rambu bahaya namun terdapat rambu-rambu evakuasi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Survey tentang hazard umum pada petugas unit rekam medik

Dari survey yang dilakukan pada petugas rekam medik, pekerja terpapar pada hazard umum dari faktor kimia. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan pekerjanya.

 Faktor ergonomi, sebagian besar pekerjaan di unit rekam medik dilakukan

dengan duduk. Walaupun pekerja belum mengeluhkan gangguan yang dialami terkait posisi kerja tersebut, namun sebaiknya pekerja diusahakan bekerja dalam

Pemeriksaan dan upaya pengobatan bila sakit

1. 2.

Tidak terdapat pemeriksaan kesehatan berkala Pihak RS tidak menfasilitasi pegawai dengan tunjangan kesehatan

Pengetahuan dan penyuluhan yang pernah didapatkan 1. 2. 3. 4. 5.

Pernah mengikuti penyuluhan Pernah mendapat perlatihan Tidak ada pemantauan hazard Tidak ada rambu-rambu bahaya Ada rambu-rambu evakuasi

(16)

 posisi yang nyaman dengan menyesuaikan desain tempat kerja dan alat kerja dengan kesehatan pekerja.8

 Faktor fisik tidak ada keluhan dari kebisingan, getaran, tekanan, temperature, dan

radiasi.8

 Faktor psikososial, tidak ada keluhan dari beban kerja yang dirasakan oleh

 petugas unit rekam medic dan gaji tercukupi. Petugas mampu melakukan tugasnya. Hubungan antara petugas juga baik.4

4.2.2 Survey tentang keluhan yang dialami petugas unit rekam medik terhadap pekerjaannya.

Dari survey didapatkan petugas unit rekam medic sampai saat ini belum memiliki keluhan selama bekerja.

4.2.3. Survei untuk mengetahui tentang ketersediaan obat p3k di tempat kerja petugas.

Dari hasil survey, didapatkan petugas rekam medik mengerti pentingnya kotak P3K karena kotak obat P3K menjadi alat bantuan awal jika terjadi kecelakaan di tempat kerja, tetapi kotak P3K tidak tersedia di ruangan itu.3,4

4.2.4. Survey tentang pemeriksaan dan upaya pengobatan bila sakit.

Dari hasil survey didapatkan petugas rekam medik tidak melakukan  pemeriksaan kesehatan berkala. Dan pihak rumah sakit tidak menyediakan fasilitas  berupa tunjangan kesehatan.

4.2.5. Survei tentang pengetahuan dan penyuluhan yang pernah didapatkan.

Dari hasil survey didapatkan petugas unit rekam medik memiliki pengetahuan dan mendapat penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Mereka mengetahui tentang keselamatan kerja dari usaha sendiri untuk mencari tahu.

(17)

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Petugas unit rekam medik secara keseluruhannya terpapar faktor kimia.

2. Petugas unit rekam medik belum memiliki keluhan terkait pekerjaan yang dilakukannya.

3. Petugas unit rekam medik mengetahui tentang pentingnya kotak P3K tetapi tidak tersedia kotak P3K di tempat kerja.

4. Petugas unit rekam medik tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan  berkala, namun pemilik usaha menjamin pengobatan pekerja apabila terdapat

kecelakaan kerja.

5. Secara keseluruhannya, Petugas unit rekam medik memiliki pengetahuan dan mendapatkan penyuluhan serta pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

5.2 SARAN

Secara umum, dari hasil survey yang dilakukan, diharapkan :

1. Setiap petugas mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih menjanjikan. 3. Kelengkapan alat-alat keselamatan kerja seperti Kotak P3k.

4.Diharapkan kebersihan ruang juga tetap diperhatikan agar tidak menumpuknya debu.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hughes, Phill, Ed Ferret. Introduction to Health and Safety at Work, 5th edition. Oxford and Massachusets: Elsevier, 2011.

2. Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja Jakarta: UI Press

3. Ramli, Soehatman. (2010).  Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam  Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat

4. Musoffan, Wildan.  Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya Identifikasi Potensi Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007.

5. Sakinah, Rifah. Penilaian Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Industri  Informal (Konveksi).

http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-rifah-sakinah.html, diakses pada 16 Juni 2014 pukul 18.00.

6. Putri, DRO.  Penerapan K3 pada Industri Konveksi. http://k3tium.wordpress.com/2012/11/14/makalah-observasi-k3-di-konveksi- busana/html, diakses pada 16 Juni 2014 pukul 20.00.

7. Ibrahim Jati Kusuma. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja  Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf, diakses pada 16 Juni 2014 pukul 18.00

8. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam PROGRAM PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI MUDA (HIMU). Jakarta. 2010.

(19)

CHECKLIST ASPEK K3 PADA PETUGAS REKAM MEDIK

A. HAZARD UMUM PADA PETUGAS UNIT REKAM MEDIK

 NO CHECKLIST ADA TIDAK

1 Faktor fisik

a. Kebisingan

Sumber:

Berapa meter dari tempatkerja :  b. Getaran c. Tekanan d. Temperature e. Radiasi V V V V V 2. Faktor kimia Jenis bahan: Beracun:  Nama bahan: V Debu V 4. Faktor ergonomic

Posisi tubuh saat bekerja: Duduk dan berdiri

Cara bekerja : Input data dan mengambil rekam medik 6. Faktor biologi

a. Sumber :

 b. Higenis perorangan

c. Penyebab : bakteri, jamur, virus

V V V 7 Faktor psikososial

f.  jadwal kerja : Senin –  Sabtu Jam 08.00-14.00 g. hubungan interpersonal : Baik

(20)

i. kemampuan : Mampu  j. gaji : Cukup

B. PEMERIKSAAN KESEHATAN

No. Checklist Ada Tidak

1. a. Pemeriksaan kesehatan  b. bukti hasil lab

c. pemeriksaan kesehatan awal d. pemeriksaan kesehatan berkala e. pemeriksaan kesehatan khusus

V V V V V C. KELUHAN KESEHATAN

 NO PERTANYAAN ADA TIDAK

1 Apakah ada keluhan kesehatan V 2 Apakah mendapat izin kunjungan klinik atau balai pengobatan V 3 Jenis keluhan atau sakit yang paling sering V

D. INFORMASI TENTANG PENGETAHUAN DAN PENYULUHAN YANG PERNAH DIDAPATKAN.

 NO PERTANYAAN ADA TIDAK

1 Apakah pernah mengikuti penyuluhan V 2 Apakah pernah mendapat perlatihan V

(21)

4 Apakah ada rambu-rambu bahaya V 5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi V

E. INFORMASI TENTANG KOTAK P3K

 NO PERTANYAAN ADA TIDAK

1 Apakah pernah menggunakan kotak P3K

a. Jarak V

2 Apakah pekerja tahu isi –  isi kotak p3k

a. Lengkap V

(22)
(23)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab badannya yang besar, anak ular naga telah melarikan diri ke tasik hijau pada waktu malam, kerana jika anak naga berendam di dalam sungai kampung itu akan

Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam

Arah kebijakan kerja sama perdagangan internasional yang sesuai dengan Pokok Pikiran pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2010 – 2014 adalah pengembangan

2.10 Implement and Evaluate Prototypes Membuat mockup pada sistem InfoKHS, sehingga dilakukan implementasi dari hasil usecase diagram yang sudah ada pada tahapan

( Japan Society of Civil Engineers Guidelines for Concrete,2007 ). Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat Fillingability antara lain sebagai berikut. 1) Ukuran agregat kasar

Tujuan kajian ini dilaksanakan adalah untuk mengenalpasti persepsi tenaga pengajar bidang hospitaliti di politeknik terhadap keperluan dan kesan program latihan ke arah..

Meningkatnya beban psikologis keluarga akibat pengobatan yang berlangsung secara terus-menerus dalam merawat anak dengan thalasemia akan berdampak pada masalah

Beton berdasarkan analisa item pekerjaan yang bersangkutan Baja tulangan berdasarkan analisa item yang bersangkutan 4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT.